EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI DAN DAMPAK AKREDITASI TERHADAP MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN :Studi Tentang Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah Terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

(1)

Nana Ruhena, 2012

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRACK... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian... 15

D. Kegunaan Penelitian... 16

E. Sistimatika Penulisan Disertasi... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN PUSTAKA... 19

1. Konsep Manajemen... 1.1Perencanaan Dalam manajemen... 1.2Pengorganisasian Dalam Manajemen... 1.3Pelaksanaan Dalam Manajemen... 1.4Pengawasan Dalam manajemen... 2. Manajemen Pelayanan Umum... 2.1Akuntabilitas Pelayanan Umum... 2.2Akunatbilitas Sekolah... 20 24 28 33 36 38 44 47 3. Manajamen Mutu Layanan Pendidikan... 51

3.1Mutu Layanan Sekolah... 3.2Kriteria Mutu Layana Sekolah... 3.3Manajemen Mutu Terpadu... 3.4Peningkatan Mutu Pendidikan... 73 78 83 93 4. Manajemen Akreditasi Sekolah... 4.1Evaluasi Diri Sekolah Sebagai Bagian Sistem Akreditasi... 4.2Konsep Dasar Evaluasi Diri Sekolah... 4.3Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah... 4.4Visitas Sebagai Bagian Dari Sistem EDS... 5. Pendidikan Kejuruan... 5.1Investasi Dalam Pendidikan Kejuruan... 5.2Posisi Pendidikan Kejuruan... 111 117 118 121 128 132 137 142


(2)

5.3Relevansi Pendidikan Kejuruan... 150

B C D Penelitian Terdahulu Yang Relevan... Kerangka Pikir Penelitian... Premis Penelitian... 152 154 162 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 166

B. Desain Dan Prosedur Penelitian... 168

C. Lokasi Dan Waktu Peneliltian ... 177

D. IInstrumen Penelitian... 182

E. Teknik Pengumpulan Data... 184

F. Keabsahan Data... 186

G. Teknis Analisis Data... 193

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 195

1. Perencanaan Akreditasi Pada SMK... 195

2. Implementasi Akreditasi Pada SMK... 208

3. Evaluasi Hasil Akreditasi Pada SMK... 224

4. Dampak Akreditasi Terhadap Mutu Layanan Pendidikan SMK... 227 B Pembahasan ... 1. Pembahasan Manajemen Akreditasi... 1.1 Pembahasan Tentang Perencanaan Akreditasi.. 1.2 Pembahasan Tentang Implementasi Akreditasi 1.3 Pembahasan Tentang Evaluasi Hasl Akreditasi 2. Pembahasan Dampak Akreditasi Terhadap Mutu Layanan ... 2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan... 238 238 243 247 250 252 265 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 279

B. Rekomendasi... 284

DAFTAR PUSTAKA... 289

LAMPIRAN.:... 1 Daftar Riwayat Hidup... 297

2 Kisi Kisi Pedoman Wawancara... 301 3 Catatan Lapangan... 304


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu: ” Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Untuk mewujudkan itu semua perlu diusahakan terselenggaranya satu sistem pendidikan nasional yang bermutu dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mewujudkan mutu pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan apa yang diharapkan oleh masyarakat, maka perlu adanya standar (benchmark). Setiap sekolah/madrasah secara bertahap dikembangkan untuk menuju kepada pencapaian standar yang dijadikan pagu itu. Acuan ini seharusnya bersifat nasional, baik dilihat dari aspek masukan, proses, maupun lulusannya. Apabila suatu sekolah/madrasah, misalnya telah mampu mencapai standar mutu yang yang bersifat nasional, diharapkan sekolah/madrasah tersebut secara bertahap mampu mencapai mutu yang kompetitif secara internasional. Jadi, pada dasarnya pagu mutu pendidikan nasional merupakan acuan minimal yang harus dicapai oleh setiap satuan dan atau program pendidikan.


(4)

Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kehadiran Sekolah Menengah Kejuruan sekarang ini semakin didambakan masyarakat, khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Lulusan pendidikan kejuruan yang diharapkan oleh masyarakat adalah lulusan yang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap kearah yang kita harapkan sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka Pemerintah melakukan pengembangan dan sekaligus membangun sistem pengendalian mutu Pendidikan melalui tiga program yang terintegritasi yaitu Standarisasi, Akreditasi dan Sertifikasi. Akreditasi Sekolah


(5)

Menegah Kejuruan menjadi salah satu bagian yang penting dalam upaya memperoleh informasi tentang kondisi nyata suatu Sekolah Menegah Kejuruan berdasarkan standar minimal dan dilakukan secara adil dan merata baik Sekolah Menegah Kejuruan Negeri maupun Sekolah Menegah Kejuruan Swasta. Akreditasi dilakukan dalam rangka untuk menentukan kelayakan program dan satuan Pendidikan Sekolah Menegah Kejuruan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh Pemerintah dan atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk Akuntabilitas Publik dalam rangka penjaminan mutu kepada publik.

Akreditasi Sekolah Menegah Kejuruan sangat perlu dilakukan sebagai Akuntabilitas kepada publik karena menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh Sekolah Menegah Kejuruan maupun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Sekolah Menegah Kejuruan tersebut. Sebagaimana diketahui, upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional merupakan salah satu program yang sedang digalakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan mutu layanannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Yang dimaksud dengan mutu layanan adalah jaminan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan disekolah sesuai dengan yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan yang diharapkan. Apabila setiap satuan pendidikan selalu berupaya untuk memberi jaminan mutu dan upaya ini secara nasional akan terus meningkat. Peningkatan mutu pendidikan ini akan berdampak pada peningkatan mutu sumber daya manusia secara nasional. Hal ini sangat penting mengingat dewasa ini kita dihadapkan pada berbagai kesempatan dan


(6)

tantangan, baik yang bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan tantangan itu hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya manusia yang dimiliki bermutu tinggi.

Berangkat dari pemikiran tersebut dan untuk dapat membandingkan serta memetakan mutu dari setiap satuan pendidikan, perlu dilakukan akreditasi bagi setiap lembaga dan program pendidikan. Proses akreditasi ini dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan membantu dan memberdayakan satuan pendidikan agar mampu mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada kegiatan akreditasi menggunakan instrumen akreditasi yang komprehensif dan dikembangkan berdasarkan standar mutu yang ditetapkan, diharapkan profil mutu sekolah/madrasah dapat dipetakan untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah/madrasah oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Badan Akreditasi Sekolah (BAS) adalah sebuah badan yang berhak memberikan penilaian kepada sekolah-sekolah. Ini adalah salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini, yang dari tahun ke tahun harus meningkat. Meskipun seruan peningkatan mutu pendidikan bukan barang baru, ada semangat positif dari kebijakan. Berbeda dengan sistem penilaian akreditasi dahulu, dimana yang dinilai hanya sekolah swasta untuk mendapatkan predikat diakui atau disamakan, kini sekolah negeri pun dinilai untuk mendapatkan predikat terakreditasi.

Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan dan atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Dalam proses akreditasi, sebuah


(7)

sekolah/madrasah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah dan tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah/madrasah sebagai sebuah institusi belajar. Walaupun beragam perbedaan dimungkinkan terjadi antar sekolah/madrasah, tetapi sekolah/madrasah dievaluasi berdasarkan standar tertentu. Standar diharapkan dapat mendorong dan menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan.

Akreditasi merupakan alat regulasi diri (self-regulation) agar sekolah/madrasah mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses pendidikan, disamping itu akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah/madrasah yang telah memenuhi standar layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses akreditasi dalam makna proses adalah penilaian dan pengembangan mutu suatu sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Akreditasi dalam makna hasil menyatakan pengakuan bahwa suatu sekolah/madrasah telah memenuhi standar kelayakan yang telah ditentukan.

Proses akreditasi dari awal hingga akhir, banyak hal yang sebenarnya lebih baik dari sekedar lembaran dokumentasi dan arsip, yang setiap orang bisa membuatnya. Padahal belum tentu menjalankan lebih baik dari yang sudah dilakukan, bahkan mungkin Sekolah Menegah Kejuruan menjalankan lebih baik


(8)

dari yang telah diarsipkan. Dalam sistem akreditasi sekolah pada fase sebelumnya konon telah diperbaiki. Hal ini terkait dengan mulai tumbuhnya kesadaran, bahwa akreditasi bukan hanya sekadar kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Lebih dari itu akreditasi Sekolah Menengah Kejuruan dilakukan untuk menentukan kelayakan program satuan pendidikan untuk akuntabilitas publik, jadi semua sekolah baik negeri maupun swasta wajib melaksanakan akreditasi 4 tahun sekali. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) PP No 19 Tahun 2005 yang memuat kriteria minimal komponen pendidikan. Inilah yang menjadi rujukan sebagai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jadi instrumen akreditasi sekolah disusun mengacu kepada delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik & Tenaga Pendidikan, (5) Standar Sarana & Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan dan (8) Standar Penilaian.

Ruang lingkup akreditasi sekolah/madrasah meliputi TK/RA, TKLB, SD/MI, SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK dan SMLB, baik berstatus negeri maupun swasta. Untuk TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, akreditasi dilakukan terhadap kelembagaan secara menyeluruh, sedangkan untuk SMK/MAK, akreditasi dilakukan terhadap program keahlian yang dibuka pada sekolah tersebut. Untuk TKLB, SDLB, SMPLB dan SMLB, akreditasi dilakukan terhadap kelembagaan sesuai dengan jenis kelainannya (kekhususannya).

Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk: (1) Memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya


(9)

berdasarkan Standar Nasional Pendidikan; (2) Memberikan pengakuan peringkat kelayakan; (3) Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi oleh pihak terkait.

Manfaat hasil akredtasi sekolah/madrasah sebagai berikut: (1) Membantu sekolah/madrasah dalam menentukan dan mempermudah kepindahan peserta didik dari suatu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru dan kerjasama yang saling menguntungkan; (2) Membantu mengidentifikasi sekolah/madrasah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya; (3) Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah/madrasah dan rencana pengembangan sekolah/madrasah; (4) Umpan balik salam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah/madrasah; (5) Motivator agar sekolah/madrasah terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana dan kompetitif baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional; (6) Bahan informasi bagi sekolah/madrasah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana.

Untuk kepala sekolah/madrasah, hasil akreditasi diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pemetaan indikator kelayakan sekolah/madrasah, kinerja warga sekolah/madrasah, termasuk kinerja kepala sekolah/madrasah selama periode kepemimpinannya. Disamping itu, hasil akreditasi juga diperlukan kepala


(10)

sekolah/madrasah sebagai bahan masukan untuk penyusunan program serta anggaran pendapatan dan belanja sekolah/madrasah.

Untuk guru, hasil akreditasi sekolah/madrasah merupakan dorongan bagi guru untuk selalu meningkatkan diri dan bekerja keras untuk memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didiknya. Secara moral, guru akan senang bekerja di sekolah/madrasah yang diakui oleh masyarakat bahwa sekolah/madrasah tersebut dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan output lulusan yang bermutu, walaupun guru tersebut harus selalu berusaha untuk meningkatkan diri dan bekerja keras untuk mempertahankan dan selalu meningkatkan mutu sekolah/madrasah.

Untuk masyarakat, khususnya orang tua peserta didik, hasil akreditasi diharapkan menjadi informasi yang akurat tentang layanan pendidikan yang ditawarkan oleh setiap sekolah/madrasah, sehingga secara sadar orang tua dapat membuat keputusan dan pilihan yang tepat dalam kaitannya dengan pendidikan bagi anaknya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Untuk peserta didik, hasil akreditasi juga menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka memperoleh pendidikan yang baik sesuai dengan harapannya, sertifikat dari sekolah/madrasah yang terakreditasi merupakan bukti bahwa mereka menerima pendidikan yang bermutu.

Dengan menggunakan instrumen akreditasi yang komprehensif, hasil akreditasi diharapkan dapat memetakan secara utuh profil sekolah/madrasah. Proses akreditasi sekolah/madrasah berfungsi untuk: (1) Pengetahuan, yaitu sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan sekolah/madrasah dilihat


(11)

dari berbagai unsur terkait yang mengacu pada standar minimal beserta indikator-indikator; (2) Akuntabilitas, yaitu sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah/madrasah kepada publik, apakah layanan yang dilakukan dan diberikan oleh sekolah/madrasah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat; (3) Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai dasar bagi sekolah/madrasah, pemerintah dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu sekolah/madrasah.

Mutu sekolah/madrasah merupakan konsep multidimensi yang tidak hanya terkait dengan satu aspek tertentu dari sekolah/madrasah. Untuk kepentingan akreditasi, mutu sekolah/madrasah dilihat dari tingkat kelayakan penyelenggaraan sekolah/madrasah dan sekaligus kinerja yang dihasilkan sekolah/madrasah dengan mengacu pada komponen utama sekolah/madrasah yang meliputi komponen: (1) Standar Isi; (2) Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Tenaga Pendidik; (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.

Akreditasi sebagai proses penilaian terhadap kelayakan dan kinerja sekolah/madrasah merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dalam memotret kondisi nyata sekolah/madrasah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan diperoleh informasi yang komprehensif tersebut, hasil akreditasi sangat berguna sebagai bahan masukan dalam penyusunan rencana strategis sekolah/madrasah untuk masa lima tahun dan rencana operasional sekolah/madrasah. Mengacu kepada rencana strategis dan operasional sekolah/madrasah tersebut, Sekolah/madrasah menyusun program kegiatan dan


(12)

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPBS/M) yang bersifat tahunan sebagai langkah implementasi dalam pengembangan dan peningkatan mutu sekolah/madrasah secara terencana, terarah dan terukur. Program akreditasi sebagai bagian dari upaya sekolah/madrasah untuk meningkatkan mutunya secara berkelanjutan, maka sistem akreditasi dikembangkan dengan karakteristik yang memberikan: (1) Keseimbangan antara fokus penilaian kelayakan dan kinerja sekolah/madrasah; (2) Keseimbangan antara penilaian internal melalui evaluasi diri oleh sekolah/madrasah dan evaluasi eksternal oleh asesor; (3) Keseimbangan hasil akreditasi antara pemeringkatan status sekolah/madrasah dan umpan balik untuk peningkatan mutu sekolah/madrasah.

Beberapa temuan hasil akreditasi di Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis untuk kurun waktu 2008-2011 yang perlu ditindak-lanjuti adalah sebagai berikut:

1) Guru yang memenuhi persyaratan sesuai Permendiknas tahun 2007 belum melebihi 70%, belum mandiri dalam mengembangkan silabus dan RPP, infrastruktur Sekolah Menengah Kejuruan di perkotaan jauh lebih baik sedangkan infra struktur Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di daerah masih kurang dan kemampuan manajemen profesionalisme belum terwujud secara optimal;

2) Infrastruktur Sekolah Menengah Kejuruan untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif terutama dalam kaitannya dengan pembinaan keterampilan atau transferable skills belum sesuai harapan. Sebagian besar prakerin Sekolah Menengah Kejuruan masih tetap merupakan masalah yang


(13)

harus serius ditangani melalui kerjasama Dunia Usaha dan Dunia Industri. Kesempatan kerja bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan masih merupakan problema, hal ini disebabkan pertumbuhan sektor real masih tetap lambat dibandingkan dengan pertumbuhan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan;

3) Terbatasnya jumlah asesor yang memiliki profesionalisme kuat (baik dilihat dari asepek akademik, aspek pemahaman instrumen akreditasi, maupun aspek karakter asesor) untuk mewujudkan kualitas hasil akreditasi tetap terpelihara.

Berdasarkan uraian di atas maka peniliti tertarik untuk meneliti tentang: EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI DAN DAMPAK AKREDITASI TERHADAP MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Studi Tentang Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah Terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Isu penting dalam konteks akreditasi sekolah adanya kebijakan sentralistik dan otonomi daerah, sebagai produk pemerintah dalam kebijakan untuk memajukan daerah berbasis keunggulan lokal, sentralisasi memberikan penekanan kuat pada peran pemerintah mengawasi dan menilai mutu sebuah sekolah. Sebaliknya, otonomi adalah semangat dari bawah untuk mengatur, mengawasi dan menilai mutu sekolahnya sendiri. Dalam semangat manajemen berbasis sekolah


(14)

dan menajemen kualitas total (total quality management), kata "sendiri" bukan hanya sekolah itu saja, melainkan masyarakat setempat di mana mereka adalah pengguna utama jasa suatu lembaga pendidikan. Kebijakan akreditasi sekolah merupakan kebijakan dimana peran mengawasi dan menilai diambil alih pemerintah. Tim asesor sekolah merupakan perpanjangan tangan pemerintah untuk mengawasi dan menilai mutu sebuah sekolah. Dalam realita di lapangan ada kalanya, hal ini akan berbenturan dengan semangat yang kedua, di mana semangat tersebut memberi keleluasaan dan kebebasan sebuah sekolah mengurus dirinya sendiri, termasuk menerapkan kurikulum yang sedikit berbeda. Pemerintah dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai asesor. Kini dan kedepan, semangat kedua ini yang justru harus didorong dan dikembangkan. Yang akan menilai sebuah sekolah itu bermutu atau tidak adalah masyarakat sebagai pengguna utama lembaga pendidikan.

Istilah mutu dikaitkan dengan pencapaian siswa (student achievement), yang lebih identik dengan nilai yang bagus. Dalam pandangan umum, sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila peserta didiknya mampu mendapatkan nilai tinggi pada setiap ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional. Sekolah tersebut lantas diberi predikat sekolah yang bermutu. Nilai bagus tersebut sesungguhnya karena peserta didiknya memang pintar. Dalam pandangan sekolah yang modern (baca: menerapkan kurikulum dan manajemen berbeda), yang menginginkan otonomi pendidikan, pandangan tentang mutu sebuah sekolah sering berbeda dengan pandangan diatas. Mutu pendidikan lebih dilihat dari upaya memperlakukan peserta didik menjadi lebih manusiawi (baca: memanusiakan manusia).


(15)

Pandangan semacam ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kurikulum, metode pembelajaran, serta pola interaksi guru dan peserta didik yang diterapkan di sekolah yang bersangkutan. Sekolah semacam itu sering memerlukan kriteria penilaian yang berbeda. Kenyataannya, ada banyak sekolah yang mencoba menerapkan kurikulum dan metode pembelajaran yang berbeda. Dalam hal ini tim asesor harus benar-benar menyadari pemerintah ingin meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan keleluasaan kepada lembaga pendidikan untuk mengurus, mengawasi dan menilai sendiri mutu sekolahnya, melalui otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah.

Tim asesor sungguh harus memahami mengenai mutu sekolah daripada sumber daya manusia di lembaga pendidikan itu sendiri. Jangan sampai terjadi dahulu ketika sekolah-sekolah swasta dinilai mendapatkan predikat diakui atau disamakan. Waktu itu semangat yang berkembang adalah sekolah swasta lebih bermutu daripada sekolah negeri manapun. Lantas sekolah tersebut disamakan dengan sekolah mana? Untunglah pemerintah menyadari keadaan ini, dimana banyak sekolah negeri mutunya justru lebih rendah daripada sekolah-sekolah swasta. Objektivitas penilaian juga menyangkut masalah klasik, yaitu soal KKN. Tidak bisa tidak, semua sekolah berlomba mendapatkan predikat "terakreditasi A", terutama berkaitan dengan gengsi dan nilai jual sebuah sekolah di mata masyarakat. Ini rawan terhadap kecurangan untuk mendapatkan predikat tersebut. Tim asesor dapat mudah tergoda dengan sejumlah iming-iming dari sekolah yang tidak ingin mendapatkan predikat C, karena sebagai akibatnya sekolah tersebut tidak boleh mengadakan ujian sendiri dan menerbitkan ijazah sendiri, atau


(16)

sebaliknya, tim asesor menerapkan kriteria tambahan, semacam kesepakatan-kesepakatan di luar kriteria yang resmi, agar tidak mendapatkan predikat C. Hal ini tidak jauh berbeda dengan situasi akreditasi terhadap perguruan tinggi swasta yang terjadi kini. Gejala ini dapat mewabah ke sekolah-sekolah untuk berlomba mendapatkan predikat A dengan tidak melalui prosedur yang benar. Alhasil akreditasi sekolah hanya menjadi sebuah lelucon baru dalam kancah pendidikan kita, meskipun tujuannya bagus.

Akreditasi perlu keseriusan, Pemerintah tidak bisa setengah-setengah dalam menerapkan kebijakan ini. Apabila benar-benar ingin meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini, harus berani mengambil risiko berbenturan dengan seruan pemerintah sendiri untuk menghidupkan semangat otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah. Pemerintah tidak cukup kalau hanya menetapkan kriteria, melatih tim asesor, pengawas, dan kepala sekolah. Pemerintah perlu menilai dan mengawasi tim asesor itu sendiri. Pengalaman di Indonesia menunjukkan bukannya sistem yang lemah, tetapi manusianya yang lemah. Ambil contoh, bank-bank kita yang sampai sekarang terus dibobol dengan melibatkan orang dalam, meskipun sistem dalam bank tersebut sudah bagus.

Proses pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik sehingga dapat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlaq mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Profil sekolah yang mencerminkan mutu/kualitas yang baik tentunya minimal dapat memenuhi 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Karena itu fokus kajian studi ini dirumuskan:


(17)

“Bagaimanakan Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Ciamis-Jawa Barat”

Berdasarkan fokus kajian tersebut peneliti merumuskan batasan-batasan penelitian guna menjaga konsistensi dan untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan pokok yang ditujukan dalam penelitian ini. Untuk mendalami dan memandu peneliti mengungkap tentang efektifitas implementasi manejemen akreditasi, dibuat beberapa pertanyaan yang dapat menggiring memahami masalah. Lebih lanjut Sugiyono (2007: 37) mengemukakan: ”Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. Berikut pertanyaan sebagai dasar melakukan penelitian, yaitu;

1. Bagaimanakah Perencanaan Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan? 2. Bagaimanakah Implementasi Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan? 3. Bagaimanakah Evaluasi hasil Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan? 4. Bagaimanakah Dampak Akreditasi terhadap Mutu Layanan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian berkaitan dengan efektifitas implementasi manejemen akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, ini bertujuan untuk menggambarkan, menganalisis serta memformulasikan tentang gambaran implemetasi Akreditasi dan Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.


(18)

Berkenaan dengan identifikasi permasalahan mengenai efektifitas implementasi manejemen akreditasi perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang efektifitas implementasi manajemen akreditasi, mengkaji secara cermat tentang apa dan bagaimana efektifitas implementasi manejemen akreditasi yang sedang berjalan, analisis bagaimana perencanaan, evaluasi dan dampak efektifitas implementasi manejemen akreditasi sesuai standar, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang:

1) Perencanaan Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan. 2) Implementasi Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan. 3) Evaluasi hasil Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan.

4) Dampak Akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan.

5) Merumuskan konsep alternatif solusi atau strategi peningkatan efektivitas implementasi Akreditasi untuk meningkatkan mutu layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna untuk menambah dan memperkaya pengetahuan serta menerapkan teori-teori efektifitas implementasi manejemen akreditasi dalam bidang pendidikan. Selain itu hasil penelitin ini dapat dijadikan informasi


(19)

dan referensi berkaitan dengan efektifitas implementasi manejemen akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi serta gambaran terutama bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, pihak sekolah atau stakeholder lainnya, mengenai upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan efektifitas implementasi manejemen akreditasi di Kabupaten Ciamis .

Selain kegunaan seperti yang dijelaskan di atas, penelitian ini juga bermanfaat sebagai wawasan dan referensi akademik, sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam konteks pengembangan dan proses generalisasi, serta bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian pada bidang yang sama. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian lanjutan dengan mempegunakan satuan pendidikan lain, atau sekolah-sekolah di wilayah kabupaten-kabupaten lainnya.

E. Sistematika Penulisan Disertasi

Sistematika penulisan dibuat dengan dua tujuan. Pertama, sebagai guidance bagi penulis untuk menyusun bab-bab yang belum terselesaikan, yaitu bab satu, bab dua dan seterusnya. Kedua, untuk mempermudah pembaca dalam menyimak dan memahami keseluruhan bagian disertasi. Penulisan disertasi diperlukan sistimatika penulisan yang baik. Dengan sistematika yang baik, maka akan dapat terbentuk suatu tulisan yang terpola, tersusun, runtut, logis dan saling


(20)

terkait sehingga fenomena penelitian atau emperical evidence, sampai pada kesimpulan dan implikasi penelitian.

Sebagai outline, sistematika penulisan disertasi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Sistematika penulisan disertasi disajikan sebagai berikut:

BAB. I. PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Penelitan, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Penulisan Disertasi.

BAB. II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN, terdiri dari penjelasan tentang Kajian Pustaka, Kajian Penelitian yang relevan, Kerangka Pemikiran, dan Premis Penelitian.

BAB. III. METODE PENELITIAN, terdiri dari Metode Penelitian, Tahapan Penelitian, Lokasi dan Objek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan Teknik Analisis Data.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, terdiri dari Uraian Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB. V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi Kesimpulan Hasil Penelitian Serta Rekomendasi.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik dalam pengumpulan data dan peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Kegiatan inti dari suatu penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan Ileh spradley (1980:5) yaitu pemahaman makna, akan suatu tindakan dan peristiwa yang terjadi dalam latar sosial yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian usaha untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan akreditasi sekolah sangat mungkin dilakukan dengan metode kualitatif. Terdapat data yang lebih tepat, jika diungkap dengan metode kualitatif, seperti data dan informasi tentang perencanaan akreditasi yang dilakukan oleh sekolah, implementasi kebijakan akreditasi yang dilaksanakan di sekolah, evaluasi hasil pelaksanaan akreditasi dan dampak akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan.

Robert C. Bogdan dan Sari Knoop Biklen (1992:29-32) mengatakan bahwa terdapat lima karakterristik penelitian kuualitatif, yaitu:

1. Qualitative research has the natural setting as direct as direct source of data and researcher is the key instrument,.

2. Qualitative research is descriptive. The data collected are in the form of worlds or picture rather than numbers,

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products,

4. Qualitative research tend to alayze their data inductively, and 5. Meanin is of essential concern to qualitative approach.

Penggunaan metode kualitatif, maka akan diperoleh data yang lebih lengkap, lebih mendalam dan dapat dipercaya sehingga tujuan penelitian dapat


(22)

dicapai dengan baik. Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif, karakteristik penelitian adalah holistik, tentu dasar teori yang dibutuhkan oleh peneliti harus lebih banyak, agar dapat menemukan makna penelitian. Pada penelitian kualitatif, peneliti tentu akan lebih profesional dibidang objek penelitian yang digunakan, karena secara teori sipeneliti akan menjadi instrumen langsung (Human Instrument), yang tentu harus menguasi objek teori penelitiannya. Pemahaman akan kajian teori bagi peneliti kualitatif juga harus lebih luas, teori bag i pe ne lit i kua lit at if aka n berfungsi sebagai bekal untuk mendalami konteks permasalahan. Untuk dapat menjad i instrumen penelit ian yang baik, peneliti kualitat if dituntut untuk memilik i wawasan yang luas, baik wawasan teoritis dan wawasan yang terkait dengan konteks objek yang ditelitinya.

Pemahaman akan pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa banyak hal yang dilakukan oleh peneliti kualitatif sebagai instrumen, seperti menggambarkan temuan secara holistik, menganalisis, melaporkan pandangan subjek penelitian dan bekerja dalam keadaan alamiah dengan menggunakan bermacam metode. Untuk itu di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, deskriptif yang bersifat naturalistik holistik, tentang Efektifitas Implementasi Manajemen Akreditasi Terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.


(23)

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai penelitian partisipatif yang desain penelitian memiliki sifat fleksibel untuk diubah guna menyesuaikan dari rencana yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya. Oleh karena seorang peneliti diperbolehkan melakukan perubahan ketika menjadikan laporan penelitian kualitatif. Posisi desain (perencanaan) sebelum peneliti terjun dilapangan adalah untuk meyakinkan bahwa mereka mengetahuai kegiatan minimal apa yang perlu dilakukan di lapangan, sebagai guide melakukan teknik pengumpulan data. Perubahan sesuai kondisi lapangan dan tidak diketahuinya macam pertanyaan apakah yang perlu disampaikan ke responden sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Taylor dan Bogdan (1984:16) yang menyatakan, bahwa: “until we enter the field, we do not know what questions to ask or how to ask them”. Dalam penelitian kualitatif, pemahaman yang luas dan selalu mendapatkan data yang terbaru merupakan syarat mutlak yang perlu dilakukan oleh seorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Para peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif, karena dipandang lebih cermat dengan ciri-ciri sebagaimana dikatakan oleh Nasution (1992:55) sebagai berikut:

(1) Manusia sebagai alat yang peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulan dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bermakna bagi peneliti; (2) manusia sebagai alat yang dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu


(24)

saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan dan (6) menusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan menyimpang justru diberi perhatian. Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam.

Penggunaan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti tersebut berusaha untuk memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa interaksi prilaku manusia dalam suatu situasi tertentu. Merujuk pada karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan Bogdan dan Biklen (1982).

1. Peneliti langsung ke lapangan untuk dapat mengumpulkan data dari sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi;

2. Dalam penelitian naturalistik kualitatif analisisnya menggunakn metode deskriftif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data serta informasi yang dikumpulkan.

3. Penelitian yang dilaksanakan lebih menekankan kepada proses dari pada hasil semata, dengan kata lain peranan proses besar sekali dalam penelitian. 4. Peneliti cenderung mengnalisis data dilakukan secara induktif, karena dalam

penelitian naturalistik kualitatif mempelajari sesuatu proses atau masalah dengan tanpa melakukan generalisasi.

5. Hal yang utama dalam penelitian naturalistik kualitatif ini adalah mencari pemahaman dan penarikan makna dari fenomena yang terjadi melalui penyajian deskriptif analitik.

Dalam penelitian ini peneliti menempuh cara dan tahapan penelitian sesuai dengan pendapat di atas.

Desain Penelitian kualitatif dikatakan sebagai desain yang fleksibel, dalam kaitan penelitian ini, peneliti membuat pendekatan tahapan sebagai desain penelitian sebagai berikut ini:

1. Tahap pertama merumuskan tujuan, kegunaan dan peranan hasil penelitian. Pada tahap ini yang dilakukan adalah merumuskan tujuan penelitian,


(25)

menjelaskan fungsi dan peran hasil penelitian terhadap kepentingan pendidikan sampai seberapa jauh hasil penelitian memiliki manfaat terhadap pengebangan sekolah dan industri pada masa yang akan datang.

2. Tahap kedua melakukan studi literatur.

Pada tahap ini yang dilakukan adalah; melakukan studi literatur yang berkaitan dengan manajemen pendidikan, akuntabilitas pendidikan, akreditasi dan mutu layanan pendidikan dan ke lokasi penelitian guna menjaring informasi yang berkaitan dengan akreditasi, kinerja sekolah yang akan diamati.

3. Tahap ketiga memilih latar (setting) penelitian.

Salah satu komponen penting dalam penelitian kualitatif adalah memilih latar (setting), dalam hal ini diartikan sebagai tempat kejadian atau lingkungan, dimana suatu kejadian atau kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian. Latar (setting) penelitian mencakup tempat, waktu, kejadian dan proses yang dilakukan dalam setting dialami dalam konteks sesungguhnya dan wajar.

4. Tahap keempat, sumber data yang akan dijaring.

Penelitian memiliki ciri yang khusus, dimana sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini merupakan word and obsevations, not numbers (Taylor and Powell, 2003:1), sementara dokumen, data statistik, catatan, foto-foto merupakan data-data tambahan. Kata-kata dan pengamatan dalam penelitian kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan responden, sedangkan bukti-bukti lainnya didapatkan dengan pengamatan serta


(26)

kegiatan dokumentasi. Dalam penelitian jenis data dan personil yang dibutuhkan sebagai sumber data adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan (2) Kasi yang menangani akreditasi (3) Kepala Sekolah (4) Ketua Program (5) Guru Produktif (6) Komite Sekolah (7) Asesor (8) Peserta Didik.

5. Tahap kelima teknik pengumpulan data.

Dalam setiap penelitian teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data yang akurat, maka dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sangat penting peranannya dalam mencapai tujuan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai cara, setting dan sumbernya. Berdasarkan cara pengumpulan data dapat dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Sedangkan dari sisi settingnya data dikumpulkan pada setting alamiah, pada lingkungan dan sebagainya. Sedangkan sumber data didapatkan dari sumber primer maupun sekunder. Menurut Sugiyono (2005:63) dalam penelitian kualitatif pengumpulan data biasanya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), sumber data adalah data primer, dan teknik pengumpulan datanya lebih banyak menggunakan observasi peran (participation observation), angket wawancara mendalam (in-depth interview) serta dokumentasi.

a. Observasi

Secara definitif observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media pengamatan, dengan sarana utama indera penglihatan, yang diamati adalah prilaku responden di lapangan yang


(27)

kemudian dicatat atau direkam sebagai data utama untuk dianalisis. Keberhasilan pengamatan sangat ditentukan oleh partisipasi menyeluruh dari pengamat itu sendiri yang meliuputi kesungguhan dalam observasi dan konsentrasi selama observasi (Blaxter and Hughes, 2001;176). Beberapa pilihan yang dapat digunakan dalam observasi yaitu peneliti sebagai partisipan ikut aktif larut dalam kelompok, partisipan sebagai pengamat, sepenuhnya sebagai pengamat atau sepenuhnya sebagai partisipan yang kesemuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan maning-masing (Cresswell, 1994).

Peralatan yang digunakan untuk melakukan observasi adalah catatan, kamera, film, handycam. Melalui observasi peneliti akan melihat sendiri pemahaman atau informasi yang tidak terucapkan, peneliti dapat melihat langsung dan bahkan berempati dengan responden.

b. Wawancara

Selain observasi, dalam penelitian kualitatif alat pengumpul data yang penting adalah wawancara (interview), peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam (depth informasi) karena responden menjawab apabila diberi pertanyaan, sehingga responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi dimasa silam atau pada masa yang akan datang. Selain itu peneliti dalam wawancara dapat memberikan pertanyaan susulan bahkan dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang jelas bagi responden.


(28)

Namun kelemahan dalam teknik ini kadang ditemui responden yang tidak jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya sensitif bahkan mengancam atau membahayakan keselamatan pribadinya maupun keselamatan peneliti.

Strategi wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) menggunakan pendekatan Rubin & Rubin (1995), dimana digunakan 6 (enam) tipe pertanyaan yang mengarah pada kedalaman wawancara yaitu (a) pertanyaan yang sifatnya umum (elaboration probes), (b) pertanyaan yang sifatnya lanjutan (continuation probes), (c) pertanyaan yang sifatnya meminta penjelasan lebih lanjut (clarification probes) (d) pertanyaan yang sifatnya memerlukan perhatian yang mendalam (attention probes), (e) pertanyaan yang sifatnya mengarah pada penyelesaian (compelation probes) dan (f) pertanyaan yang sifatnya perlu pembuktian (evidence probes), yang kesemua pertanyaan tersebut sifatnya berlanjut, berkesinambungan hingga informasi yang diinginkan tercapai atau dengan kata lain sampai jenuh.

c. Dokumentasi

Dalam sebuah penelitian dokumen memiliki peranan yang sangat penting sebagai sebuah sumber informasi dalam penelitian, biasanya dokumen bukan hanya merupakan tulisan berupa catatan atau record namun segala bentuk sumber informasi baik berupa tulisan, gambar, narasi maupun bentuk lainnya yang dapat memberikan informasi bagi


(29)

peneliti dalam mengembangkan penelitiannya. Dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resourses), sedangkan studi dokumentasi adalah teknik pengumpul data. Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan kejadian yang sudah lampau,(Meleong, 2005;82), yang mencatat segala hal ihwal yang berkaitan dengan manusia pada kehidupannya sesuai dengan kebutuhan pada saat itu.

Guba dan Lincoln, (Meleong, 2002;161), mengungkapkan bahwa “dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.” Sedangkan Nasution, (2003;85), menyebutkan bawa: “...ada pula sumber non manusia, (non human resources) diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik.” Dokumen dapat diartikan sebagai catatan (dapat dalam bentuk tulisan, rekaman, foto dan bahan statistik), yang terkait dengan kehidupan manusia pada waktu lampau. Dokumen dalam penelitian kualitatif memegang peranan penting sebagai sumber informasi untuk melengkapi hasil wawancara dan observasi lapangan. Hasil wawancara dan observasi akan lebih akurat lagi jika disertai dokumen yang terkait dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan sebelumnya.

6. Tahap keenam, pembakuan instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah si peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, alat peneliti adalah peneliti sendiri. Setelah fokus


(30)

penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrumen lain yang lebih sederhana yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data yang lebih luas dan lebih tajam untuk melengkapi hasil pengamatan dan observasi. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif seperti disampaikan oleh Meleong (2006:169) adalah responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, merespon dan mengihtisarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.

7. Tahap ketujuh, menguji keabsahan data

Keabsahan (kebenaran) data perlu diuji dengan menggunakan teknik triangulasi atau kombinasi metodologi. Tujuan triangulasi (triangulation) dalam mendapatkan data yang benar adalah untuk (1) mencari kovergensi hasil penelitian, (2) mencari tumpang tindih temuan dari metode-metode yang saling melengkapi, (3) mengembangkan hasil penelitian bahwa metode terdahulu memfasilitasi metode berikutnya, (4) mencari sudut pandang baru dan, (5) melakukan ekspansi bahwa kombinasi metode itu memperluas cakupan studi (Creswell, 1994:175). Dalam penelitian ini ada dua hal yang dapat dilakukan dalam proses triangulasi yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.

8. Tahapan kedelapan, teknik analisis data

Data yang telah didapat yang merupakan hasil wawancara, o bserva s i da n do kume nt as i me mer luka n a na lis is da n int erpret as i dat a untuk memenuhi tuntutan tujuan penelitian dan informasi lainnya. Untuk


(31)

memperoleh data ya n g a k u r a t p e n e l it i h a r u s me mb u a t c a t a t a n la p a n g a n ya n g s e la n ju t n ya disederhanakan atau disempumakan dengan menggunakan kode data dan masalah. Pengkodean dilakukan berdasarkan hasil kritik yang dilakukan, data yang sesuai dipisahkan dengan kode tertentu darl data yang tidak sesual dengan masalah penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara berulang-ulang dan berkesinambungan antara pengumpulan dan analisis data, baik selama pengumpulan data dilapangan maupun sesudah data terkumpul (Bogdan and Biklen, 1982:146). Data dalam penelitian kualitatif akan sangat berarti dan bermakna dalam bentuk kalimat dari pada bentuk angka-angka, data tersebut dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik yang ada.

Pada analisis data kualitatif analisis data dilakukan sepanjang penelitian, namun dalam pelaksanaannya tetap melalui tahap-tahap yang terdiri atas analisis saat pengumpulan data dilakukan, analisis setelah data dikumpulkan dan penyajian data secara sistematik. Selama pengumpulan data beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah (1) memperbaiki komentar dan refleksi setiap kali selesai melakukan waw ancara, (2) me mbuat ringkasan has il wawa ncara, (3) me mbua t ringkasan situs atau kasus dari serangkaian wawancara setiap periode pengumpulan selama penelit ian berlangsung sehingga diperoleh kesimpulan sementara dalam situs atau antar situs. Sedangkan analisis setelah pengumpulan data meliputi beberapa hal diantaranya: (1) mengembangkan sistem kategori dan pengkodean sesuai dengan


(32)

operasional dalam lingkup at au fokus yang diteliti, (2) menyortir data dengan pendekatan sistem kartu arsip agar kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh sesuai fokus penelitian.

Selanjutnya hasil analisis data disajikan secara sistemik sesuai dengan masing situs untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan penelitian dalam bentuk deskripsi atau paparan analitis. Semua tahapan dalam prosedur penelitian kualitatif umumnya dikenal dengan langkah analitis data dengan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan berupa reduksi data, penyajian atau display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisis dilanjutkan dengan analisis data sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan lokasi penelitian adalah; (1) menyebutkan tempat, (2) mengemukakan alasan adanya fenomena sosial atau peristiwa yang terjadi di lokasi, (3) mengemukakan adanya kekhasan lokasi yang akan diteliti. Sehubungan dengan hal tersebut maka lokasi penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten Ciamis. Pada tahun 2011 Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis mencapai 58 Sekolah dengan rincian 9 SMK Negeri dan 49 SMK Swasta. Ada 2 SMK di Kabupaten Ciamis yang telah mendapatkan pengakuan ISO 9000-2000 tentang Penjaminan Mutu dan


(33)

diantaranya telah berstatus sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, terbagi menjadi 5 (lima) kelompok keahlian meliputi; (1) Pertanian dan Kehutanan, (2) Teknologi dan Industri, (3) Bisnis dan Managemen, (4) Kesehatan dan (5) Kelautan. Dari 58 SMK yang memiliki program keahlian Teknik Mekanik Otomotif atau Teknik Kendaraan Ringan terdapat 17 (tujuh belas) SMK yaitu;

Tabel 3.1.

SMK Dengan Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (TMO/TKR)

No Nama

Sekolah Alamat Sekolah

1 SMKN 1 CIJULANG CIAMIS Jl. Mayor Raswiyan Kondangjajar Cijulang Ciamis

2 SMK NEGERI 1 KAWALI Jl. Poronggol Raya No 9 Kawali Kabupaten Ciamis

3 SMK NEGERI 1 PANGANDARAN

Jl. Raya Merdeka No. 222 Pananjung Pangandaran

4 SMK NEGERI 2 CIAMIS Jl. Sadananya No. 21 Ciamis

5 SMK GALUH RAHAYU

SINDANGKASIH Jl. Raya Sukaraja Sindangkasih Ciamis 6 SMK LPS 1 CIAMIS Jl. RE. Martadinata No. 23 ciamis 7 SMK LPS 2 CIAMIS Jl. RE. Martadinata No. 23 Ciamis 8 SMK LPT CIAMIS Jl. Kedung Panjang No. 69 Maleber

Ciamis

9 SMK MA'ARIF NU CIAMIS Jl. Citapen No.04 Bangunsirna Ciamis 10 SMK MUHAMMADIYAH 2

BANJARSARI

Jl. Pasarbaru Cibadak No. 126 Banjarsari Ciamis


(34)

11 SMK MUHAMMADIYAH

KAWALI Jl. Poronggol Raya No18 Ciamis

12 SMK SILIWANGI AMS BANJARSARI

Jl. Kubangpari No.36 Banjarsari Kab. Ciamis

13 SMK TARUNA BANGSA

CIAMIS Jl. Raya Banjar km 3 Cijantung Ciamis

14 SMK TEKNOLOGI

MODERN KALIPUCANG Jl. Majingklak Kalipucang Ciamis 15 SMK TUNAS BRILLIANT

PARIGI

Jl. Raya Karangbenda no. 160 A Desa Karangbenda Parigi Ciamis

16 SMK AL FATTAH BOJONGMENGGER

Jl. Ciamis - Cimaragas Bojongmengger Kec. Cijeungjing

17 SMK TAMTAMA LAKBOK Lakbok Ciamis

Subjek dalam penelitian ini adalah: Kepala Dinas, Kasi kurikulum,Kepala SMK, Ketua Program Keahlian, Guru Produktif, Peserta didik, Komite Sekolah dan Asessor di Kabupaten Ciamis.

2. Sampling Penelitian

Sampling dalam penelitian adalah pilihan peneliti terhadap aspek, peristiwa, dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu. Oleh karena itu, pemilihan fukus penelitian dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. Sampling bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan fokus. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal dan objektif, akan tetapi subyektif yaitu peneliti itu sendiri tanpa menggunakan test, angket atau eksperimen. Instrumen dengan sendirinya tidak berdasarkan definisi operasional. Tahap yang


(35)

dilakukan ialah menyeleksi aspek-aspek yang khas, yang berulang kali terjadi, yang berupa pola atau tema dan tema itu senantiasa diselidiki lebih lanjut dengan cara yang halus dan mendalam. Tema itu akan merupakan penunjuk kearah pembentukan suatu teori. Analisis data bersifat terbuka, opened-ended dan induktif.

Sample penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Faisal, (1990:44), berkaitan dengan prosedur memburu informasi sebanyak karakteristik elemen yang berkaitan dengan prosedur memburu informasi sebanyak karakteristik elemen yang berkaitan dengan apa yang ingin diketahui. Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sangat erat kaintannya dengan faktor-faktor kontekstual, untuk itu jumlah sumber data atau nara sumber dalam penelitian kualitatif tidak menjadi kriteria umum, tetapi maksud sampling dalam hal ini adalah lebih kepada sejauhmana sumber data dapat memberikan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan tujuan penelitian, melalui informan, tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik dan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Berdasarkan hal tersebut sampel penelitian dalam menentukan sumber data ditetapkan secara sampel purposif, dengan subyek penelitian yang menjadi satuan analisis adalah sebagai pihak yang dipandang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin tentang fokus penelitian. Penentuan informan kunci dipilih dengan menggunakan teknik purposive. Hal ini sesuai dengan konsep penarikan sampel peneliti kualitatif menurut Miles dan Huberman. (1992:47) adalah “mengambil sepenggalan kecil dari suatu keseluruhan yang lebih besar dan


(36)

penarikannya cenderung menjadi lebih purposif dengan tujuan yang jelas daripada acak”. Penarikan sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang orang-orang mana yang akan diamati, tetapi juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa dan proses-proses sosial. Penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa para responden harus mewakili populasi, melainkan responden itu harus dapat memberikan informasi yang diperlukan. Responden karena jabatannya dan karena fungsi tugas maupun wewenangnya memahami mulai dari perencanaan, sumber biaya, alokasi biaya, mekanisme, penggunaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Responden dengan kriteria ini menjadi sumber utama perolehan data dalam penelitian ini.

Berdasarkan pemahaman tersebut, penentuan sumber data penelitian ini ditetapkan berdasarkan prinsip sampel purposif. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa subyek penelitian yang menjadi satuan analisis adalah berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin tentang fokus penelitian.

Sample dalam penelitian tentang efektifitas implementasi dan dampak akreditasi terhadap mutu layanan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis adalah: Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Kepala Seksi yang menangani Akreditasi, Ketua Program Keahlian, Guru Produktif, Peserta didik, Komite Sekolah dan Asessor Akreditasi SMK Siliwangi AMS, SMK LPT Ciamis, dan SMK Negeri 2 di Kabupaten Ciamis.

Kondisi lain dipilihnya lokasi ini adalah SMK yang memiliki Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (TMO) atau Teknik Kendaraan Ringan


(37)

(TKR) karena: (1) Program Keahlian ini paling diminati oleh peserta didik di Kabupaten Ciamis yang jumlah peserta didiknya paling banyak bila dibandingkan dengan peserta didik program keahlian lain, (2) Peserta didik program keahlian ini mayoritas peserta didik laki-laki yang memerlukan layanan khusus dalam pembelajaran.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan ini direncanakan dilaksanakan pada semester genap Tahun 2010 sampai dengan semester ganjil tahun 2011. Sementara pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 dilakukan pengkajian dan analisis data hasil pengamatan dan pengembangan alternatif program selanjutnya, bulan Juli 2012 dilakukan finishing penulisan desertasi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur objek/subjek penelitian , seperti fenomena sosial yang diamati, secara spesifik fenomena disebut variabel. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik, alat ukur dalam penelitian itulah disebut disebut sebagai instrumen penelitian. Dasar penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikatornya. Dari indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.


(38)

Dalam penelitian Kualitatif, bahwa yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau disebut juga sebagai human instrument, tentu kualitas peneliti disini juga harus valid seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.

Dalam penelitian ini, secara prinsip peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Instrumen lainnya merupakan alat bantu pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjaring informasi dari subyek peneliti terkait dengan hal-hal yang berkenan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dampak akreditasi sekolah. Walaupun dalam penelitian ini instrumen peneliti pengumpul data merupakan alat bantu observer (peneliti), namun langkah-langkah penyusunan instrumen tetap mengacu pada penyusunan metode ilmiah, meliputi langkah-langkah: analisis aspek-aspek penelitian, penyusunan kisi-kisi, pengembangan kisi-kisi menjadi instrumen, pengujian. Pengujian instrumen melalui proses bimbingan dengan tim promotor, aspek keabsahan instrumen penelitian yang digunakan adalah pada aspek konstruksi dan isi, hal ini ditempuh dengan cara meminta pandangan dari ahli, yang dalam hal ini melalui proses bimbingan dengan tim promotor. Secara teknis prosedur penyusunan instrumen dibantu oleh jenis kisi-kisi instrumen, dengan maksud agar pengujian dapat dilakukan dengan


(39)

mudah dan sistematis. Kisi-kisi instrumen dibuat, dengan maksud agar pengujian dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Kisi-kisi instrumen disusun berdasarkan pada pertimbangan dalam pencapaian tujuan penelitian dan landasan-landasan teoritik yang mendasarinya, untuk menentukan unsur, sub unsur dan sub-sub unsur sebagai bahan dalam penyusunan item-item pernyataan. Tahap akhir dalam pengembangan instrumen adalah revisi instrumen. Perbaikan dilakukan berdasarkan masukan-masukan dari dosen pembimbing berkenaan dengan isi dan konstruksi, setelah tahap ini, instrumen siap digunakan.

Dalam rangka menjaring data primer dari informan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu untuk penjaringan data pada lokus penelitian, meliputi; pedoman wawancara, pedoman observasi, serta perlengkapan lain seperti tape recorder, camera dan handycam.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mendapatkan data dan informasi baik data primer maupun data skunder yang akurat terkait dengan indikator yang dikaji dalam penelitian digunakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi tentang obyek penelitian. Pengumpulan data melaui pengamatan langsung atau participan observer, akan dilakukan dalam penelitian ini baik sebelum maupun pada saat mereduksi data. Penelitian akan mengambil peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang diteliti. Kegiatan yang diamati secara langsung oleh peneliti antara lain penyusunan perencanaan implementasi dan evaluasi hasil akreditasi sekolah.


(40)

Pendekatan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis pendekatan wawancara secara kualitatif, sejalan dengan rumusan Patton

(2009:185) yaitu; “wawancara percakapan informal, pendekatan pedoman

wawancara umum dan wawancara terbuka yang dibakukan” dengan semua informan: (1) wawancara percakapan informal, dilakukan untuk menggali informasi secara spontan dalam alur pembicaraan alami pada kegiatan mendalami partisipasi selama observasi pada kondisi informan memiliki waktu yang cukup luang untuk menggambarkan informasi secara sistematis; (2). Pendekatan pedoman wawancara umum, untuk mengantisipasi keterbatasan waktu pada wawancara informal maka dibuat pedoman umum wawancara yang memuat segala pertanyaan yang diperlukan untuk dinyatakan kepada informan, pedoman ini memberikan panduan bahwa pertanyaan esensial saja yang harus ditanyakan guna memecahkan masalah penelitian ; dan (3) wawancara terbuka yang dibakukan, wawancara jenis ini dilakukan dengan mengajukan seperangkat pertanyaan yang disusun dengan seksama, bertujuan untuk mengambil data dari setiap informan melalui urutan yang sama dan menanyai setiap responden dengan pertanyaan yang sama dengan kata-kata yang esensinya sama, hal ini dilakukan untuk memperkecil variasi pertanyaan yang ditujukan kepada informan yang diwawancarai.

Secara praktik, waktu penggunaan ketiga jenis pendekatan wawancara tersebut tergantung dari tema atau jenis informasi yang akan di gali dan sangat tergantung pada situasi dan kondisi, dimana wawancara. Secara umum kegiatan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai pada kegiatan


(41)

sebelum pengumpulan data yaitu: menyiapkan alat pengumpul data, mengklasifikasi dan menentukan jadwal ke lokasi penelitian. Selanjutnya adalah tahapan kegiatan selama pengumpulan data dan menyimpan data berdasarkan kode. Tahap akhir adalah kegiatan sesudah pengumpulan data, yaitu; mengumpulkan data yang diperoleh, merencanakan untuk pengambilan data susulan yang diperlukan sebagai bahan analisis data. Data-data berkenaan hasil penelitian tentang apa yang terjadi dalam program, sudut pandang peserta terhadap program, kegiatan-kegiatan yang ada dalam program kemudian dideskripsikan untuk mengungkapkan gambaran yang sesungguhnya dan dikaji lebih teliti lagi untuk menemukan gambaran apa (pesan) yang muncul dibalik semua informasi atau data yang diperoleh. Kadangkala dalam pengumpulan data kualitatif dapat ditemukan gambaran tersembunyi yang sesungguhnya dimana fenomena tersebut justru yang diharapkan muncul sebagai sebuah kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dipahami bahwasannya terdapat berbagai keterbatasan dari informan kunci atau sumber data dalam menyampaikan secara jujur dan detail, yang sering kali tidak disampaikan secara langsung tetapi melalui kode “bahasa/kalimat” tertentu.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data dari sebuah penelitian sacangat penting artinya karena dengan keabsahan data merupakan salah satu langkah awal kebenaran analisis data. Keabsahan data dalam penelitian kualitatif bersifat sejalan dan seiring dengan proses penelitian yang sedang berlangsung. Keabsahan data kualitatif


(42)

harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk menjaga keabsahan atau kepercayaan (validity) temuan penelitian dilakukan melalui beberapa cara. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka harus diupayakan adanya trustworthiness criteria atau uji kritera kepercayaan, antara lain berupa credibility dan transferability (Guba & Lincoln 1989 : 135) teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas, depanbilitas, dan konfimabilitas.

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden (Usman dan Akbar, 2006:88). Kredibilitas dalam penelitian kualitatif berfungsi: 1) melaksanakan instruksi sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; 2) Menunjukan derajat kepercayaan hasil temuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti. Dalam rangka menjaga kredibilitas data yang diperoleh dari lapangan dapat dilakukan dengan: a) memperpanjang masa pengamatan; b) pengamatan yang dilakukan secara terus menerus; c) trianggulasi; d) membicarakan dengan orang lain (per debriefing); e) menggunakan bahan referensi; dan f) mengadakan member check (Moleong, 1997:173).

Dalam penelitian ini untuk mencapai kredibilitas data akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(43)

a. Memperpanjang Masa Observasi

Memperpanjang masa observasi digunakan untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Distorsi dapat terjadi karena adanya unsur kesengajaan seperti dusta, menipu dan berpura-pura yang dilakukan oleh subyek penelitian, informan dan informan kunci. Unsur ketidak sengajaan dapat berupa kesalahan dalam mengajukan pertanyaan, motivasi setempat misalnya, hanya untuk menyenangkan atau menyedihkan peneliti.

Pengamatan yang terus menerus dan kontinyu, peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Pengamatan ini pada akhirnya akan menemukan mana yang perlu diamati dan yang tidak perlu diamati sejalan dengan usaha memperoleh data. Dalam penelitian ini pengamatan yang terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan peneliti sebagai fokus yang diajukan.

b. Trianggulasi Data

Triangu las i merupakan t eknik pe mer iks aan keabsaha n dat a membandingkan data yang berasal dari sumber lain. Adanya dua atau lebih data yang menunjukkan hasil yang sama, maka secara pasti dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki tingkat kebenaran yang dapat dipercaya. Melalui teknik triangulasi terlihat hubungan antara berbagai data dengan lebih tajam, sehingga dapat mencegah kesalahan dala m ana lis is data. Sela in itu akan mencegah masuknnya unsur subyektivitas dalam penelitian (Nasution, 1992: 116). Triangulasi dalam ini dilakukan terhadap sumber maupun metode.


(44)

Trianggulasi terhadap sumber data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh antar responden. Sedangkan trianggulasi metode dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari teknik yang berbeda, yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Tujuan trianggulasi data adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan. Danzim dan Meleong, (1994:178) trianggulasi data sebagai teknik pemeriksaan dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber, metode, penyelidikan dan teori.

Trianggulasi data dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode, artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi dengan metode dapat dilakukan dengan cara: (1) membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya; (2) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (3) membandingkan data hasil wawancara pertama dengan data hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata tetapi lebih penting lagi untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan.

c. Mengadakan member check

Member check merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang caranya dilakukan dengan membuat kesimpulan terhadap pembicaraan dalam bentuk garis besar yang dilakukan di akhir wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki informasi yang diberikan oleh responden bila kemungkinan dalam


(45)

wawancara yang dilakukan terjadi suatu kekeliruan, sehingga dengan segera responden dapat memperbaikinya. Dengan demikian tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam laporan sesuai dengan yang dirnaksud oleh informan (Nasution, 1992: 118). Tujuan mengadakan member check ialah agar informasi yang telah diperoleh dan yang akan dipergunakan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan dan informan kunci. Untuk itu dalam penelitian ini member check dilakukan setiap akhir wawancara dengan cara mengulangi secara garis besar jawaban atau pandangan sebagai data berdasarkan catatan yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan jika ada beberapa hal yang keliru atau kurang responden dapat memperbaiki dan menambahkannya. Member check ini dilakukan pada saat wawancara formal maupun informal selama penelitian berlangsung.

2. Transferabilitas

Transferabilitas ialah apablia hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya (Usman dan Akbar, 2006:89). Selain itu, Nasution (1988:118) mengatakan bahwa bagi penelitian kualitatif, dapat mereka gunakan dalam konteks dalam situasi tertentu. Karena itu, trasferabilitas hasil peneliti ini diserahkan kepada pemakainya. Sumber lain menjelaskan bahwa:

Transferability refers to the degree to wich the results of qualitative research can be generalized or transferred to other contexts or settings. From a qualitative perspective transferability is primaliry th respossibility of the one doing the generalizing. The qualitative researcher can enhance transferability by doing a thorough job of describing the research context and the assumtions that were central to the research. The person who wish to “transfer” the results to a different context is then responsible for making the judgement\ of how sensible the transfer is.


(46)

(www.socialresearchmethod.net/kb/quakapp.php-10k)

Masih berkaitan dengan konsep transferabilitas (penerapan aplikasi), Usman (2006:89) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif biasanya bekerja dengan sampel yang kecil. Oleh karena itu, untuk meningkatkan transferabilitas data perlu dilakukan penelitian di beberapa lokasi selain itu, transferabilitas data diperiksa melalui keterahlian dari sumber data yang berkembang di lapangan dengan menggunakan catatan lapangan sehingga dapat ditransformasikan dan juga menggunakan foto-foto sebagai bukti kegiatan pengambilan data di lapangan.

3. Dependabilitas

Dependabilitas adalah hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diuji pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sulit untuk dapat diulang oleh pihak lain,karena desainnya yang emergent (lahir selama penelitian berlangsung). Untuk dapat membuat penelitian kualitatif memenuhi depandabilitas, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal ini dikerjakan dengancara audit trail (melacak kembali) yang dilakukan oleh pembimbing (Usman, 2006:89). Pembimbing dalam penelitian adalah promotor, kopromotor dan anggota pembimbing desertasi. Pembimbing inilah yang memeriksa kebenaran data dan penafsirannya lebih lanjut dijelaskan bahwa:

The traditional quntitative view of reliability is based on the assumption of replicability. Essentially it is concerned with whether we would obtain the same results if we could observe the same thing twice. But we can’t actually measure the same thing twice—by definition if we are measurin twice, we are measuring two different things. In order to estimate reliability, quantitative recearchers contruct various hypothetical nations Ie.g. true score theory) to try to get around this fact. The idea of dependability, on the other hand, amphasizes the need for the researcher to account for the ever-changing context within wich research occurs. The research is responsible


(47)

for describing the changes that occur inthe setting and how these changes affected the way the research approached the study.

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php-10k)

Secara aplikatif dijelaskan bahwa depandability (konsistensi) data diperiksa melalui pengecekan ulang dari sumber yang berbeda dengan menggabungkan kelengkapan observasi dan wawancara (trianggulasi).

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas (netralitas) berhubngan dengan objektivitas hasil penelitian, untuk menjaga kebenaran dan objektivitas hasil penelitian, perlu dilakukan “audit trail” yakni, melakukan pemeriksaan guna meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan memang demikian adanya, seperti dipertegas pendapat berikut:

Qualitative research tends tu assume that each researecher brings a unique prespective to the study. Confimability refers to the degree to which the results could be confirmed or corroborated by others. There are a nuber of strategies for enhancing confirmability. The researcher can document the procedures for checking amd rechecking the data throughout the study. Another researcher can take a “devil’s advocate” role with respect to the results, and this process can be documented. The researcher can actively search for and describe and negative instances that contradict proir obserbvations. And, after he study, one can conduct a data audit that examines the data collection and analysis procedures and makes judgments about the potential for bias or distortion.

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php-10k)

Dalam prakteknya konsep, “konfimabilitas (kepastian data) dilakukan melalui member check, triangulasi, pengamatan ulang atas rekaman. Pengecekan kembali, melihat kejadian yang sama di lokasi yang berbeda sebagai bentuk konfirmasi. (Usman, 2006). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari Credibility (nilai kebenaran), Transferability


(1)

Fajar, A. (2004). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fangerlind, Ingemar dan Saha, Lawrence J. (1983). Educational and national development-A comparative perspektif. New York: Pergamon Press. Fortunate, Ray T, and D. Geneva Waddell, (1981). Personnel Administration in

Higher Education, Jossey Bass Publisher, USA.

Gaffar, M. F. (2004). Membangun Kembali Pendidikan Nasional dongan Fokus Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi, Surabaya, Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V 5-9 Oktober

Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Nunuk Adiarni dan Editor Lyndon S. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hadari Nawawi, 2005. Management Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hesselbeni, Francis, Goldsmith Marshall and Beckhard, Richard, etc., (1997). Organization of the Future, San Francisco, Jossy-Bess Publisher.

Hax, Arnoldo C., and Nicholas S. Majluf, (1984). Strategic Management: An Integrative Perspective, Prentice-Hall , Inc., USA.

Hoy, W. K. dan Miskel, C. G. (1987). Educational Administration. Theory, Research, and Practice. New York: Random House.

Hunt, Herold C (1963). Educational Administrasion and Finance dalam Becoming an Educator. Boston: Houghton Mifflin Company.

Hardjosoedarmo, S. 2007. Total Quality Management.Yogyakarta: Andi offset. Iriyanto, Bambang (1998). Kendala Reformasi Pendidikan. Jakarta.. Kajian

Dikbud No. 014 Tahun IV, September 1998.

Ivancevich, J.M. P. Lorenzi; S.J. Skinner; P.B. Crosby. 1997. Management Quality and Competitiveness (Second Edition). Irwin, Chichago. Goffee, R. & G. Jones.

Jalal Fasli & Supriadi Dedi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: AdiCita

Johns, Roe L. dan Morphet, Edgar L. (1975). The Economic & Financing Of Education. A System Aparoach. New Jersey: Prentice Hall Inc.


(2)

Kaplan, R. S. and Norton, D. P. (1996). Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management System, Harvard Business School Press, Product, USA

Kaplan, R. S. and Norton, D. P. (2001). The Strategy Focused Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in The New Business Environment. Boston: Harvard Business School.

Kemmis, S. dan Taggart, R. (1989). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press.

Konsorsium Ilmu Pendidikan (1991). Hasil Studi Penataan Fakultas Bidang /11?111 Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Kalangan terbatas, tidak diterbitkan.

LPMP. 2011. Panduan Teknis Pelaksanaan Program EDS/M-MSPD LPMP Jawa Barat 2011. Bandung: LPMP

Majid, A. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmun, A. S. (2000). Perkembangan Pemikiran Konsepsi dan Praksis Pendidikan solta Implikasinya bagi Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan Bandung: Diktat Bahan Kuliah Program Doktor PPs UPI, tidak diterbitkan.

--- . (1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung: PPs UPI Bahan Kuliah Tidak diterbitkan.

Melcher, B. H, and Kerzner, H. (1988). Strategic Planning: Development and Implementation, TAB Books, Inc., USA.

Mendiknas (2001). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Depdiknas.

Mintzberg, Henry, (1983). Power In and Around Organizations, The Theory of Management Policy Series, Prentice-Hall, Inc., USA.

Muhammad A. AI-Buraey (1985). Islam Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan, C.V. Rajawali, Jakarta.

McCarkle, Jr Chester 0 and Archibald Sandra Orr, (1982). Management and Leadership in Higher Educalion, San Francisco, Jossey-Bass Publisher.


(3)

Moenir. H.A.S. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Murgatroyd, S dan Morgan, C. (1993). Total quality management and the school. Philadelphia Open University Press.

Nana Syaodih Sukmadinata (2010) Penyusunan Instrumen Penelitian Kuantitatif, Bandung. Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung.

Nanang Fatah (2000). Ekonomi dan Pembiyaan Pendidikan. Bandung. Rosdakarya

---. (2003). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Nawawi, H. (1982). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. Pangaribuan, P. dkk (2005). Profesi Kependidikan. Medan: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Universitas Negeri Medan. Bahan kuliah tidak diterbitkan.

Pearce, J. A. dan Robinson, R. B. (1997). Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control. Fourth Ediotion. New York: Irwin, McGraw-Hill.

Pidarta, M. (1986). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Surabaya: Sarana Press.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (NSP). Bandung: Fokusmedia.

Presiden RI. (1999). Undang undang otonomi daerah no. 22 tahun 1999. Jakarta: Sinar -grafika.

--- (1999). Undang.undang otonomi daerah no. 22 dan 25 tahun 1999. Jakarta: Sinar grafika.

--- (1999). Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar. Jakarta. Dirjen Dikti.

--- (1999). Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah.

--- (2003). Undang Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistempendidikan nasional. Jakarta: Armas duta jaya.


(4)

Psacharopaulos, G. (1987). Economics of Education Reaserch and Studies. New York: Pergamon Press.

Ratminto dkk. 2006. Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model Konseptual,

Penerapan Citizen’s Carter dan Standar Pelayanan

Minimal, Yogyakarat : Pustaka Pelajar.

Reimer, E. (1987). Sekitar Eksistensi Sekolah. Disadur oleh: Soedomo. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Rival, V. (2005). Performance Apraisal: Sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robinson, Richard B, Jr, and John A. Pearce IIJ1988). Strategic Management: Strategy Formulation and Implementation, Third Edition, Richard D. Irwin, Inc., Printed in Singapore.

Robinson, Richard B, Jr, and John A. Pearce II, (1991). Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, Fourth Ediotion, Richard D. Irwin, Printed in USA.

Roseman, Glenn and Arvind Phatak, (1989). Strategic Management: Text and Cases, Second Edition., John Wiley & Sons, Inc, Printed in Singapore Sagala, S. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat: Strategi

Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Multima.

--- (2004). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

--- (1995). Studi Keefektifan Organisasi Sekolah pada SMP Negeri dan Swasta Kotamadya Pematang Siantar. Malang: Tesis Magister Manajemen Pendidikan PPs IKIP Malang tidak diterbitkan.

Sahertian, P. A. dan Mataheru, F. (1981). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha nasional.

Sallis, Edward. (2007). Total quality management in education, Manajemen Mutu Pendidikan, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi. Jogjakarta: IRCIOD.

Sallis, Edward. (1993). Total quality management in education. London: Kogan page Imt.

Satori, Dj. at al (2001). Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat: MBS Dewan Sekolah. Bandung: Dings Pendidikan Jawa Barat untuk kalangan sendiri.


(5)

. (2005). Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Melalui Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Makalah: Konvensi Pendidikan dalam Rangka Muktamar Muhammadiyah ke 45 tahun 2005. Jakarta: Uhamka tidak diterbitkan.

Scheerens, J. (2003). Menjadikan Sekolah Efektif. Jakarta: Logos.

Sergiovanni, T. J. (1987). The Principalship: A Reflective Practice Perspective. Boston Allyn and Bacon Inc.

Slamet, PH. (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Journal Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Depdiknas.

Slamet PH. (2005). Handout Kapita Selekta Desentralisasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Depdiknas RI.

Soetjipto dan Kosasi, R. (2004). Profesi keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Stambul, C. S. (1990). Prinsip dan teknik Pengukuran dan Penilaian di dalam dunia Pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya

Steiner, G. A., (1979). Strategic Planning: What Every Manager Must Know, A Step-byStep Guide, The Free Press Macmillan Publishing Co, Inc., USA. Surakhmad, W. (2003). Pendidikan untuk besok, hari ini: Pendidikan Nasional

dalam Perspektif Global. Editor Suyatno. Jakarta: Uhamka Press.

Sutisna, 0. (1983). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Sutisna, 0. (1966). Teacher organizations and profesionalization of public school teachers. Makalah dipresentasikan pada Dr. H. M. Vollmer di Stanford University. Tidak diterbitkan.

Suyanto (1986). Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas: Pedoman penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: UP3SD BP3GSD-UKMPSD.

Saefuddin, U.S. dan Makmun, A.S. 2005. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Satori, D. 2000. Quality Assurance dalam Desentralisasi Pendidikan. Formasi Jurnal Kajian Manajemen Pendidikan. II. (3). 13-23.

Soepardi, I. 1988. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan


(6)

Suderadjat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung: Cipta Lekas Garafika.

Tellefsen, Thomas. E. (1990). Improving College Management: An Integrated Systems Approach, San Francisco: Jossey-Bass Publisher.

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Wardani, I. dan Dantes, N. (1995). Penilaian dalam Program Pengalaman Lapangan. Jakarta: Makalah Latihan Guru Pamong Dikjar Jakarta tidak diterbitkan.

World Bank Study (1997). Indonesian sugested priorities for education. Divisi sumberdaya manusia. Kalangan sendiri.

Zamroni. (2008). School Based Management. Yogyakarta: Pascarsarjana Universitas Negeri Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis tingkat kepuasan pelanggan terhadap mutu layanan jasa Sekolah Menengah Kejuruan: studi kasus Sekolah Menengah Kejuruan Musik Perguruan Cikini

0 7 124

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SPIRITUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH Implementasi Pendidikan Spiritual Di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Cepu Blora Tahun 2015.

1 5 23

AKREDITASI SEKOLAH DAN MUTU PENDIDIKAN Akreditasi Sekolah Dan Mutu Pendidikan Studi Situs di SD Negeri Bulakrejo 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN PARTISIPASI DUNIA INDUSTRI TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI JAWA BARAT.

0 5 95

MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN:Studi Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran dan Budaya Sekolah Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Se Kabupaten Indramayu.

0 0 74

MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU :Studi tentang Kontribusi Kepemimpinan, Implementasi Manajemen Mutu Terpadu terhadap Mutu Sekolah Menengah Kejuruan Di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

0 0 38

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI TENTANG EFEKTIVITAS PELAKSANAAN DAN DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH TERHADAP UPAYA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SMA DI JAWA BARAT).

0 0 67

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERATAAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN JOMBANG.

0 1 15

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NUANSA KELOMPO

0 0 1

MANAJEMEN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KARYA SEKADAU

0 0 15