MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN:Studi Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran dan Budaya Sekolah Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Se Kabupaten Indramayu.

(1)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Definisi Operasional ... 17

F. Metode Penelitian ... 20

G. Struktur Organisasi Disertasi ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 22

1. Peningkatan Mutu SMK dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 22

2. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pembelajaran ... 50

3. Sistem Manajemen Mutu SMK ISO 9001;2008 dan Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 66

4. Kinerja Kepala Sekolah ... 70

5. Kemampuan Profesional Guru ... 96

6. Media Pembelajaran... 101

7. Budaya Sekolah ... 109

B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 112

C. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 128

D. Asumi dan Hipotesis Penelitian ... 135

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 140

B. Pendekatan Penelitian ... 141

C. Populasi dan Sampel ... 141

D. Teknik Pengumpulan Data ... 143


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Variabel ... 173

1. Gambaran Umum Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) ... 173

2. Gambaran Umum Variabel X2 (Kemampuan Profesional Guru) ... 176

3. Gambaran Umum Variabel X3 (Media Pembelajaran) ... 180

4. Gambaran Umum Variabel X4 (Budaya Sekolah) ... 182

5. Gambaran Umum Variabel Y (Mutu Pembelajaran) ... 185

B. Uji Hipotesis ... 192

1. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 194

2. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 195

3. Pengaruh Media Pembelajaran (X3) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 196

4. Pengaruh Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) .. 196

5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 197

6. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 198

7. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 199

8. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 200

9. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 201

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 204

1. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 205

2. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 216

3. Pengaruh Media Pembelajaran (X3) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 230

4. Pengaruh Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) .. 242

5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 252

6. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 255

7. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 260

8. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2), Media


(3)

9. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4)

terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 265

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 272

B. Rekomendasi... 276

DAFTAR PUSTAKA ... 279


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 Lokasi Penelitian ... 39

3..2 Kisi-kisi Instrumen Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) ... 144

3.3 Kisi-kisi Instrumen Variebel X2 (Kemampuan Profesional guru) .... 149

3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Media Pembelajaran) ... 152

3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel X4 (Budaya Sekolah) ... 155

3.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Mutu Pembelajaran) ... 157

3.7 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert Variabel X1, variabel X2 dan Variabel Y….. ... 159

4.1 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 172

4.2 Gambaran Umum Variabel X1 ... 173

4.3 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X1 ... 175

4.4 Gambaran Umum Variabel X2 ... 176

4.5 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X2 ... 178

4.6 Gambaran Umum Variabel X3 ... 179

4.7 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X3 ... 181

4.8 Gambaran Umum Variabel X4 ... 182

4.9 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X4 ... 183

4.10 Gambaran Umum Variabel Y ... 184

4.11 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada Y ... 185

4.12 Gambaran Umum Keseluruhan Variabel Penelitian ... 185

4.13 Hasil Korelasi Variabel X1Terhadap Y ... 193

4.14 Hasil Korelasi Variabel X2 Terhadap Y ... 194

4.15 Hasil Korelasi Variabel X3 Terhadap Y ... 195

4.16 Hasil Korelasi Variabel X4 Terhadap Y ... 196

4.17 Hasil Korelasi Variabel X1, X2 Terhadap Y ... 197

4.18 Hasil Korelasi Variabel X2, X3 Terhadap Y ... 198

4.19 Hasil Korelasi Variabel X2, X4 Terhadap Y ... 199

4.20 Hasil Korelasi Variabel X2, X3, X4 Terhadap Y ... 200


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran . ... 13

2.1 Sistem Manajemen Mutu SMK ISO 9001:2008 ... 68

2.2 Central and Surface Competencies ... 78

2.3 Kompetensi Kinerja Guru ... 84

2.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 131

2.5 Hubungan Ketergantungan Variabel ... 132

4.1 Hasil Penelitian ... 203

4.2 Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale... 238

4.3 Alur Proses Pendidikan Secara Mikro ... 256

4.4 Pendekatan Makro Penelitian ... 257


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam mengembangkan potensi diri untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya, berakhlak mulia, berkepribadian, cerdas dan memiliki keterampilan untuk hidup sejahtera. Pemerintah Indonesia telah berupaya menyelenggarakan wajib belajar dan mengatur Sistem Pendidikan Nasional agar mampu menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma membangun Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Bloom mengemukakan dimensi kemanusiaan itu mencakup 3 (tiga) hal yang paling mendasar, yaitu :

1. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. Afektif yang tercermin pada mutu keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi estetis;

3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinetis.


(7)

Selain itu pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah menengah yang berbentuk penguatan pendidikan vokasional / Kejuruan dengan tujuan mempersiapkan lulusan yang tidak melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi untuk lebih siap masuk dunia kerja atau Dunia Usaha / Dunia Industri.

Salah satu rencana strategis Kementrian Pendidikan Nasional adalah perluasan dan pemerataan akses pendidikan. Khususnya perluasan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mencapai komposisi ideal jumlah SMK dengan SMA sebanyak 70 : 30 persen. Sebuah harapan pemerintah terhadap SMK untuk dapat menanggulangi pengangguran dan meningkatan kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain keberadaan SMK saat ini masih belum optimal. Menurut Balitbang Depdiknas (2004) keberhasilan ditandai oleh pencapaian indikator sebagai berikut :

1. Terserapnya tamatan di dunia kerja (DU/DI) sesuai dengan kompetensi pada program keahliannya;

2. Mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru;

3. Mampu bersaing dalam melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.


(8)

memperluas/mengutamakan pembangunan dan pengembangan pendidikan di SMK sesuai dengan keunggulan global dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan/kompetensi keahlian yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang. Perluasan penyelenggaraan pendidikan di SMK dengan berbagai bentuk dan model, yakni SMK Besar di kawasan industri, SMK kelas jauh di Pondok Pesantren, dan SMK kecil atau SMK Terpadu di daerah terpencil dan pedesaan. SMK Standar, SMK RSSN dan SMK RSBI baik Negeri maupun Swasta. Dengan komitmennya yang tinggi Pemerintah Kabupaten Indramayu mendapat penghargaan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat selama tiga kali berturut-turut menjadi Kabupaten Vokasional.

Penyelenggaraan pendidikan SMK di Kabupaten Indramayu belum optimal walaupun komitmen pemerintah cukup tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, dengan menyediakan anggaran cukup besar baik untuk infrastruktur maupun untuk biaya operasionalnya. Namun masih ditemukan siswa putus sekolah karena faktor ekonomi, budaya daerah, adanya kesenjangan antara kurikulum di sekolah dengan tuntutan DU/DI atau faktor rendahnya kompetensi guru SMK. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMK di Kabupaten Indramayu tahun 2010 oleh LPMP rata – rata kurang dari 60, baik untuk guru mata pelajaran normatif, adaptif, maupun produktif.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Se - Kabupaten Indramayu: (1) Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi proses


(9)

pembelajaran?; (2) Berapa besar pengaruh kinerja Kepala Sekolah terhadap mutu pembelajaran?; (3). Berapa besar pengaruh faktor lain terhadap mutu pembelajaran?.

Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolah sehingga apa yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud. Selanjutnya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Makna yang terkandung dalam fungsi dan tujuan pendidikan tersebut adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Melalui pendidikan kepribadian, kecerdasan, keterampilan serta wawasan menjadi lebih luas sehingga lebih dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi diri siswa.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi (1998:346) bahwa “Erat pengaruh antara mutu kepala sekolah dengan berbagai


(10)

Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya menurut Mulyasa ( 2006:89) bahwa “Kepala Sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah.” Dampak tersebut antara lain terhadap mutu pendidikan, kinerja kepala sekolah yang kuat, kemampuan profesional guru, kurikulum, sarana prasarana / media pembelajaran, potensi diri siswa terhadap mutu pembelajaran. Sesuai dengan uraian di atas, bahwa dalam rangka mewujudkan mutu lulusan, terdapat beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian yakni kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran, faktor dimaksud adalah :

1. Kinerja Kepala Sekolah yang profesional, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah harus mempunyai kemampuan/ Kompetensi, Kepribadian dan Sosial, Kepemimpinan Pembelajaran, Pengembangan Sekolah, Managemen Sumber Daya, Kewirausahaan, dan Supervisi Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Kemampuan profesional guru meliputi kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian pembelajaran disamping guru memiliki kemampuan pedagogik, kepribadian dan sosial.


(11)

3. Media Pembelajaran di setiap sekolah menjadi pendukung untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu.

4. Sekolah mempunyai budaya sekolah yang bermutu, yakni yang selalu mendasarkan diri pada profesionalisme.

Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melakukan perubahan dan pengembangan pendidikan secara berencana, terarah dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu lulusan serta terserap oleh DU/DI. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, kinerjanya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah.

Mutu kepala sekolah sebagai manajer sangat di pengaruhi oleh kinerja (capability) manajerial yang dimiliki dalam upaya memberdayakan guru sehingga terwujud guru yang profesional yang selalu ingin mengaktualisasi dalam bentuk peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah yang mempunyai kinerja yang baik yaitu seorang kepala sekolah yang mempunyai kapasitas intelektual, emosional , dan spiritual yang baik serta berwawasan luas.

Kapasitas intelektual diperlukan dalam mencermati, memahami, dan menganalisis setiap informasi yang diperoleh. Kapasitas emosional diperlukan dalam menghadapi berbagai tekanan dan dalam membangun pengaruh. Kapasitas spiritual diperlukan pada saat melakukan pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang berpihak pada kebenaran. Adapun wawasan yang luas dan futuristik merupakan modal dasar dalam membaca


(12)

tanda-tanda perubahan lingkungan sekolah sehingga dapat membawa sekolah yang dipimpinnya tetap eksis dalam kondisi perubahan yang terus terjadi.

Kemampuan Kepala Sekolah merupakan kemampuan melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai :

1. Pendidik (educator) 2. Manajer

3. Pemimpin (leader)

4. Wirausahawan (intrepreneurship) 5. Pencipta Iklim Kerja / Budaya Sekolah

Dalam proses pendidikan termasuk pendidikan SMK, guru merupakan salah satu komponen yang penting. Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 bahwa pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Bila menyamakan fungsi dan peran dosen dengan guru di sekolah, maka sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Usman. M.Uzer (2002:7) bahwa "tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar, berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih, berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran, guru merupakan pemegang peran utama, karena secara teknis dapat menterjemah kan proses perbaikan dalam sistem pendidikan di dalam satu kegiatan di kelasnya.


(13)

Guru bertugas mengalihkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mampu menyerap, menilai dan mengembangkan ilmu secara mandiri (Jamal, 2002:26). Dengan demikian, setiap peningkatan mutu pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif harus menempatkan guru pada titik sentral, karena peranannya sangat strategis dan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kegiatan yang menyangkut tenaga kependidikan harus dikelola secara sistematik, efektif dan efisien. Guru merupakan unsur bagian tenaga kependidikan merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik. Rendahnya mental personil tenaga kependidikan akan berakibat kurangnya partisipasi dan tanggung jawab. Guru diharapkan melaksanakan tugas pendidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya, artinya hanya mereka yang telah khusus bersekolah untuk menjadi guru yang dapat menjadi guru yang berkinerja optimal.

Guru yang memiliki kemampuan profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.


(14)

mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral (Surya 2005).

Lebih lanjut Surya berpendapat bahwa profesionalisme guru mempunyai makna penting yaitu : (1) profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum; (2) profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah; (3) profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Sedangkan menurut Kunandar (2007), guru sebagai profesi dikembangkan melalui: (1) sistem pendidikan; (2) sistem penjaminan mutu; (3) sisitem manajemen; (4) sistem remunerasi; dan (5) sistem pendukung profesi guru. Dengan pengembangan guru sebagi profesi diharapkan mampu: (1) membentuk, membangun, dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi di tengah masyarakat; (2) meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera dan (3) meningkatkan mutu pembelajaran yang mampu mendukung terwujudnya lulusan yang kompeten dan


(15)

terstandar. Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai jabatan profesional yang dituntut untuk benar-benar berkinerja secara optimal berdasarkan kompetensi dan profesionalitas dibidangnya, kepala sekolah sangat berperan di dalamnya, dengan memberi kesempatan atau peluang dan pengarahan serta bimbingan yang maksimal berkesinambungan. Kegiatan mengembangkan kemampuan tenaga kependidikan merupakan kegiatan memberdayakan guru dalam upaya menciptakan guru yang mempunyai kinerja optimal. Pengembangan dan peningkatan tenaga kependidikan yang efektif meliputi :

1. Kesejahteraan guru 2. Pendidikan pra jabatan 3. Rekruitmen dan penempatan 4. Peningkatan mutu guru 5. Pengembangan karier

Mutu Pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan suatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya


(16)

yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang mendukung (Nana Syaodih, 2006:6 ).

Berdasarkan hal tersebut di atas, disadari bahwa kepala sekolah melalui kinerjanya dan kemampuan profesional guru yang optimal, dimana guru sebagai seorang pendidik dan pengajar yang profesional akan sangat menentukan terhadap terciptanya sekolah yang memiliki mutu lulusan yang baik, yaitu mutu siswa yang mempunyai kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat dalam rangka menjawab tantangan moral, mental dan perkembngan ilmu serta teknologi. Siswa yang bermutu adalah siswa yang memiliki kemampuan mengembangkan potensi dirinya sebagai mutu pembelajaran di sekolah.

Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian dalam komunikasi sering timbul penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien karna disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan gairah dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan itu adalah guru mampu menggunakan media pembelajaran dalam meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses pembelajaran dan dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan tersebut dalam meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan.


(17)

Faktor lain untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang harus diperhatikan adalah menciptakan budaya sekolah sebagai ciri khas, karakter atau watak dan citra sekolah di masyarakat yang dibangun oleh Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Administrasi Sekolah, Siswa, Komite Sekolah, dan masyarakat di sekitar sekolah.

Sebagai sekolah yang dibanggakan dan didambakan oleh masyarakat, sekolah dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan manajemen yang baik. Dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat/pemerintah.

SMK harus dapat menciptakan budaya sekolahnya dengan kemandirian dan memiliki Kompetensi keahlian dalam rangka mengembangkan potensi kreatifitas, bakat dan minat siswa sehingga lulusan SMK mampu bekerja pada DU/DI atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut, jelaslah bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran antara lain: kurikulum SMK, kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, tenaga administrasi sekolah, sarana prasarana, media pembelajaran, adanya perpustakaan, laboratorium, bengkel, budaya sekolah, Dunia Usaha/ Dunia Industri, potensi diri siswa, peran orang tua siswa dan lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran di SMK dapat digambarkan sebagai berikut:


(18)

Dari beberapa faktor tersebut yang paling menarik untuk diteliti adalah pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran.

Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu “berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran ?”

Rumusan masalah penelitian tesebut dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran?

2. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru terhadap mutu pembelajaran ?

14

13 11

 13

1 3 5 6 2

4 7

8 9 10 12 Mutu

Pembelajaran

Gambar 1.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran


(19)

3. Berapa besar pengaruh media pembelajaran terhadap mutu pembelajaran?

4. Berapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran ? 5. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah dan kemampuan

profesional guru secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran? 6. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru dan media

pembelajaran secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran ?

7. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran ?

8. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru, media pembelajaran dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran?

9. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama – sama terhadap mutu pembelajaran ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran. 2. Pengaruh kemampuan profesional guru terhadap mutu pembelajaran.


(20)

3. Pengaruh kinerja kepala sekolah dan kemampuan profesional guru secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

4. Pengaruh media pembelajaran terhadap mutu pembelajaran. 5. Pengaruh budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran.

6. Pengaruh kemampuan profesional guru dan media pembelajaran secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

7. Pengaruh kemampuan profesional guru dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

8. Pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan pertimbagan kontekstual dan konseptual serta manfaat praktis digunakan untuk perbaikan bagi SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Indramayu yang bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan. Konsep-konsep pengembangan guru yang mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini. Pembahasan tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru,


(21)

media pembelajaran, dan budaya sekolah, terhadap mutu pembelajaran SMK Negeri di Kabupaten Indramayu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam memperkuat validitas dan reliabilitas pelaksanaan manajemen berbasis kompetensi sebagai sebuah nilai budaya institusi, disamping sebagai sebuah konsep operasional.

Sisi lain yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat merumuskan prinsip-prinsip/asumsi tentang kultur pengelolaan kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri Se-Kabupaten Indramayu, dalam melaksanakan sistem pengendalian mutu pendidikan sehingga pada akhirnya dapat memberikan kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust) dan pelayanan (service) kepada masyarakat luas dan pemakai jasa pendidikan (stakeholders) terhadap institusi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Masukan bagi SMK di Kabupaten Indramayu untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.


(22)

b. Masukan bagi Kepala SMK di kabupaten Indramayu mengenai materi pengelolaan kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran dalam upayanya meningkatkan mutu lulusan.

c. Bahan perbandingan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu untuk meningkatkan mutu pendidikan, kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran mendapat perhatian khusus.

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran pada Institusi Pendidikan lainnya.

E. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang termasuk variabel bebas adalah kinerja kepala sekolah dan kinerja guru, sedangkan variabel terikat adalah mutu lulusan.

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang di teliti. Masri. S (2003:46-47) memberikan pengertian tentang


(23)

definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut beliau mengatakan: “dari informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan (diperlukan) prosedur pengukuran baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional itu harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain, adapun definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Kinerja Kepala Sekolah (X1) adalah hasil/prestasi kerja terdiri dari

komponen-komponen : (a) Keperibadian dan Sosial; (b) Kepemimpinan Pembelajaran; (c) Pengembangan Sekolah; (d) Manajemen Sumber Daya; (e) Kewirausahaan; (f) Supervisi Pembelajaran.

2. Kemampuan profesional guru (X2) adalah kemampuan guru dalam : (a)

merencanakan pembelajaran ; (b) melaksanakan pembelajaran ; dan (c) mengevaluasi hasil pembelajaran selama periode tertentu.

3. Media Pembelajaran (X3) adalah fasilitas pendidikan yang dapat

menunjang pembelajaran yang bermutu.

4. Budaya sekolah (X4) adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh


(24)

5. Mutu Pembelajaran (Y) adalah Mutu proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dan siswa yang didukung media pembelajaran yang bermutu.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK pada disertasi ini adalah kinerja kepala sekolah, kemampuan professional guru, media pembelajaran dan budaya sekolah. Kepala Sekolah mempunyai cara dan kemampuan/kompetensi yang berbeda-beda dalam menjalankan kepemimpinannya. Perbedaan tersebut bergantung pada tingkat pendidikan, pemahaman terhadap bawahan, dan situasi serta kondisi yang dihadapinya. Pendekatan kepemimpinan yang berpusat pada budaya/ situasi mencoba untuk mencocokkan perilaku pemimpin dengan tuntutan budaya/ situasi dalam rangka peningkatan mutu lulusan. Kepemimpinan situasional yang menyarankan agar kepemimpinan sesuai dengan tingkat kematangan guru dan staf sekolah. Untuk meningkatkan mutu lulusan diperlukan kinerja yang mempunyai kompetensi kepemimpinan yang kuat merupakan faktor-faktor penentu. Kinerja kepala sekolah yang dikaji pada penelitian ini terdiri dari: 1. Keperibadian dan Sosial, 2. Kepemimpinan Pembelajaran, 3. Pengembangan Sekolah, 4. Manajemen sumber daya, 5. Kewirausahaan, 6. Supervisi Pembelajaran.

Sebagai faktor yang berkontribusi dengan mutu lulusan, kinerja kepala sekolah merupakan penentu keberhasilan dimanifestasikan oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan kurikulum, metode, siswa, biaya / keuangan sekolah, pengelolaan sarana prasarana / media pembelajaran, pengelolaan tenaga kependidikan. Jadi, kinerja kepala sekolah merupakan penentu keberhasilan mutu


(25)

lulusan. Kemampuan profesional guru adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki guru yang dapat dicapai seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu. Parameter yang paling umum digunakan, menurut Drucker (1997:23) adalah efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada disertasi ini mnggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Studi yang dikembangkan adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri dan Swasta Se-Kabupaten Indramayu. Untuk mendapatkan data primer, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan angket atau kuesioner.

Quesioner penelitian disebar kepada seluruh SMK Negeri dan Swasta se-Kabupaten Indramayu, diharapkan selambat-lambatnya dua minggu setelah menerima kuesioner penelitian kembali pada peneliti. Melalui metode. ini dimaksudkan mendapat data yang lebih tertutup, jawaban responden tidak akan diketahui orang lain karena identitas pribadi responden memang dirahasiakan sehingga kebenaran informasi lebih dimungkinkan. Selanjutnya untuk melihat kebenaran informasi yang diperoleh dari kuesioner penelitian dillakukan kunjungan pada beberapa institusi pendidikan dan dilakukan wawancara, tatap muka dengan responden, dan akhirnya juga dilakukan observasi lapangan untuk melihat langsung obyek penelitian.


(26)

mendapatkan gambaran/potret yang lebih jelas tentang keadaan yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian pada SMK Negeri dan Swasta se-Kabupaten Indramayu, dimana setelah data diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, ukuran gejala pusat seperti rata-rata, ukuran penyebaran seperti varians, interval dan deviasi baku; angka maksimal, minimal dan sebagainya. Kedua, analisis parametrik digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya berbentuk nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus normal. Melalui statistik parametrik ini, akan disajikan data nominal terhadap semua variabel kontrol penelitian. Perhitungan parametrik yang digunakan adalah rumus Chi Square (X2).

G.Struktur Organisasi Disertasi

Struktur Penelitian ini terdiri dari lima bab, bab I terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan masalah penelitian, signifikansi penelitian, bab II terdiri dari kepustakaan, kerangka pemikiran asumsi dan hipotesis penelitian. Bab III terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan pengolahan data, Bab IV terdiri dari temuan dan pembahasan penelitian, sedangkan Bab V terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan pengaruh kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri Singarimbun (2003:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan pengaruh kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakankuesioner.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta Se – Kabupaten Indramayu. Variabel penelitiannya adalah Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran, dan Budaya Sekolah. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), yang mempunyai persyaratan yaitu (1) sampel data dipilih secara random; (2) mempunyai pasangan yang sama; (3) data berdistribusi normal; dan (4) data berpola linier. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh keoefisien jalur dari pengaruh kausal antar variabel penelitian.


(28)

A. Lokasi Penelitian

Penelitian Manajemen Mutu Pembelajaran dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat mulai bulan Maret – Mei 2012, SMK Negeri sejumlah 19 sekolah dan SMK Swasta sejumlah 54 sekolah. Sedangkan lokasi pada penelitian ini difokuskan pada SMK Negeri, seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel III.1 Lokasi Penelitian

NO Nama Sekolah Akreditasi

1 SMK NEGERI 1 INDRAMAYU A

2 SMK NEGERI 2 INDRAMAYU A

3 SMK NEGERI 1 SINDANG A

4 SMK NEGERI 1 BALONGAN A

5 SMK NEGERI 1 KERANGKENG A

6 SMK NEGERI 1 WIDASARI B

7 SMK NEGERI 1 JATIBARANG A

8 SMK NEGERI 1 CIKEDUNG B

9 SMK NEGERI 1 ARAHAN B

10 SMK NEGERI 1 KANDANGHAUR A

11 SMK NEGERI 1 GABUSWETAN B

12 SMK NEGERI 1 LOSARANG A

13 SMK NEGERI 1 GANTAR A

14 SMK NEGERI 1 ANJATAN A

15 SMK NEGERI 1 BONGAS A

16 SMK PGRI INDRAMAYU A

17 SMK WIDYA UTAMA B

18 SMK ENDANG DARMA AYU INDRAMAYU A

9 SMK NASIONAL INDRAMAYU A

20 SMK NU KAPLONGAN A

21 SMK PONPES CADANGPINGGAN B

22 SMK TELADAN KERTASEMAYA A

23 SMK PUI JATIBARANG A

24 SMK PELITA JATIBARANG A

25 SMK PGRI JATIBARANG A

26 SMK MUHAMMADIYAH JATIBARANG A

27 SMK MAARIF LANGUT LOHBENER B

28 SMK PGRI KANDANGHAUR A

29 SMK MUHAMMADIYAH KANDANGHAUR A


(29)

B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri S. (1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

C. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat- sifatnya (Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004:57). Populasi semua Kepala Sekolah dan Guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Indramayu sebanyak 1500 guru (dari 78 SMK Negeri dan Swasta).


(30)

b. Sampel

Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2005:135) bahwa, “... mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan

pengolahannya.” Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto

(2005:120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Memperhatikan pernyataan di atas, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) sebagai berikut.

1 . 2 

d N

N n

Keterangan : N = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 1500 responden

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut.


(31)

responden 94

75 , 93 16 1500 1

1 , 0 ). 1500 (

1500 1

. 2   2    

d N

N

n

D. Teknik Pengmpulan Data

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian -bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu hasil prestasi siswa SMK Negeri Indramayu berupa hasil UN.

2. Teknik Angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 94 responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a)


(32)

pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpul -kan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran

(X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap mutu Pembelajaran (Y), merupakan

materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan di dalam angket.

E. Instrument Penelitian

Dalam penyusunan alat pengumpul data, penulis berpedoman pada ruang lingkup variabel-variabel yang terkait. Instrument yang berupa angket terdiri dari angket tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, budaya sekolah dan mutu pembelajaran yang ada pada SMK Negeri dan Swasta Se-Kabupaten di Indramayu. Berikut merupakan langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menyusun angket:

1. Menentukan variabel-variabel serta indikator-indikator yang dianggap dapat mewakili permasalah yang akan diteliti, yang dituangkan dalam kisi-kisi instrumen penelitian, seperti pada tabel berikut ini:


(33)

Tabel III.2 Kisi-kisi Instrumen

Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No Item Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) Kinerja Kepala Sekolah adalah hasil kerja yang dicapai kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kepribadian dan Sosial

 Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah  Melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kepala Sekolah dengan penuh kejujuran, ketulusan, komitmen, dan integritas

 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai Kepala Sekolah/Madrasah  Mengendalikan diri dalam

menghadapi masalah dan tantangan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah

 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan  Tanggap dan peduli terhadap

kepentingan orang atau kelompok lain

 Mengembangkan dan mengelola hubungan sekolah/madrasah dengan pihak lain di lujar sekolah dalam rangka mendapatkan dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah 1 2 3 4 5 6 7


(34)

Kepemimpinan Pembelajaran

 Bertindak sesuai dengan visi dan misi sekolah/madrasah

 Merumuskan tujuan yang menantang diri sendiri dan orang lain untuk mencapai standar yang tinggi

 Mengembangkan

sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar (leaming organization)

 Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran  Memegang teguh tujuan sekolah

dengan menjadi contoh dan bertindak sebagai pemimpin pembelajaran

 Melaksanakan kepemimpinan yang inspiratif

 Membangun rasa saling percaya dan memfasilitasi kerjasama dalam rangka untuk menciptakan kolaborasi yang kuat diantara warga sekolah/madrasah  Bekerja keras untuk mencapai

keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif

 Mengembangkan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah

 Mengelola peserta didik dalam rangka pengembangan kapasitasnya secara optimal

8

9

10

11

12

13

14

15


(35)

Pengembangan Sekolah

 Menyusun rencana pengembangan sekolah/madrasah jangka panjang, menengah, dan pendek dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah/madrasah  Mengembangkan struktur

organisasi sekolah/madrasah yang efektif dan efesien dengan kebutuhan

 Melaksanakan pengembangan sekolah/madrasah sesuai dengan rencana jangka panjang, menengah, dan jangka pendek sekolah menuju tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah

 Mewujudkan peningkatan kinerja sekolah yang signifikan sesuai dengan visi, misi, tujuan sekolah dan standard nasional pendidikan  Melakukan monitoring, evaluasi, pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat

 Merencanakan dan meindaklanjuti hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan

 Melaksanakan penelitian tindakan sekolah dalam rangka

meningkatkan kinerja sekolah/madrasah

18

19

20

21

22

23


(36)

Manajeman Sumber Daya

 Mengelola dan mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan secara optimal

 Mengelola dan mendayagunakan sarana dan prasarana

sekolah/madrasah secara optimal demi kepentingan pembelajaran  Mengelola keuangan

sekolah/madrasah sesuai prinsip efesiensi, transparansi dan akuntabilitas

 Mengelola lingkungan sekolah yang menjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan  Mengelola ketatausahaan  Mengelola sistem informasi

sekolah/madrasah dalam

mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan  Mengelola layanan-layanan

khusus sekolah/madrasah yang mendukung kegiatan peserta didik di sekolah.madrasah

 Memanfaatkan teknologi secara efektif dalam kegiatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah

 Menciptakan inovasi yang bermanfaatkan bagi

pengembangan sekolah/madrasah 25

26

27

28

29

30

31

32


(37)

Kewirausahaan  Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin pembelajaran

 Memotivasi warga sekolah untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing

 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah  Menerapkan nilai dan

prinsip-prinsip kewirausahaan dalam mengembangkan

sekolah/madrasah

34

35

36

37

Supervisi Pembelajaran

 Menyusun program supervisi akademik dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru  Melaksanakan supervisi akademik dalam rangka peningkatan kualitas guru

 Menilai dan menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

38

39


(38)

Tabel III.3 Kisi-kisi Instrumen

Variabel X2 (Kemampuan Profesional Guru)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No Item Variabel X2

(Kemampuan Profesional Guru)

Guru

bertanggung jawab dalam pengelolaan atau

manajemen mutu

pembelajaran yang

mencakup kemampuan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan

mengevaluasi hasil

pembelajaran selama periode tertentu.

Menguasai bahan pelajaran yang diampu

 Menguasai bahan pelajaran yang sesuai dengan

kurikulum SMK

 Menguasai bahan

pendalaman atau aplikasi mata pelajaran

1


(39)

Mengelola proses pembelajaran

 Mampu merumuskan tujuan pembelajaran

 Dapat menggunakan metode pembelajaran

 Dapat menyusun prosedur pembelajaran yang tepat

 Melaksanakan program pembelajaran

 Mengenal kemampuan siswa 3

4

5

6

7 Mengelola Kelas  Mengatur tata ruang kelas

 Mampu menciptakan iklim pembelajaran yang serasi

8

9

Menggunakan media

pembelajaran atau sumber belajar

 Mengenal, memilih dan menggunakan media pembelajaran

 Membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana

 Menggunakan dan mengelola laboratorium

 Mampu mengembangkan laboratorium

 Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran

 Menggunakan micro

teaching unit dalam program pengalaman lapangan untuk

10

11

12

13

14


(40)

Mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan reflektif

 Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil

pembelajaran

 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran

 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran

16

17

18

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengembangkan diri

 Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran

 Memanfaatkan TIK untuk pengembangan diri

19

20

Menilai prestasi siswa dalam pembelajaran

 Mampu menilai proses pembelajaran siswa

 Mampu menilai hasil pembelajaran siswa

21


(41)

Tabel III.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Media Pembelajaran)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No Item Variabel X3 (Media Pembelajaran) Media pembelajaran pendidikan merupakan fasilitas pendidikan yang dapat menunjang pembelajaran yang bermutu

Posisi  Media pembelajaran membantu variasi aktivitas belajar yang melibatkan semua alat indera pembelajar

 Media pembelajaran mampu menjadi sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar  Media pembelajaran yang

digunakan mampu melakukan hal-hal yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien).  Media pembelajaran yang

digunakan merangsang

keterlibatan beberapa alat indera  Media pembelajaran yang

digunakan mampu memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang dihadapi pembelajar.

 Media pembelajaran yang digunakan memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa

1 2 3 4 5 6,7,8,9


(42)

Fungsi  Fungsi atensi: media pembelajaran mampu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran  Fungsi afektif: media

pembelajaran mampu menggugah emosi dan sikap siswa melalui gambar atau lambing visual yang disajikan

 Fungsi kognitif: media pembelajaran mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual yang disajikan

 Fungsi kompensatoris: media pembelajaran memberikan konteks kepada siswa yang

kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks

10

11

12, 13

14

Klasifikasi  Media pembelajaran tradisional: media visual diam tak

diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia.  Media pembelajaran teknologi

mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal

teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).

15,16,17,18,19,20


(43)

Karakteristik  Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk

merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek  Ciri manipulatif, media

pembelajaran yang mampu mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse

recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat

diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut;  Ciri distributif, media

pembelajaran yang

menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.

23,24,25,26

27,28


(44)

Tabel III.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel X4 (Budaya Sekolah)

Variabel

Definisi Operasional

Komponen Indikator

No Item Budaya

Sekolah (X4)

Nilai-nilai

dominan yang

didukung oleh

stakeholders

sekolah

sebagai

karakteristik

atau

kepribadian

tersendiri

Implisit

Keyakinan Memiliki keyakinan yang

positif tentang siswa untuk mampu tumbuh dan berkembang

1,2,3

Memiliki keyakinan yang positif tentang staf untuk terus memperbaiki kinerja

4,5

Memiliki keyakinan yang positif tentang seluruh

komponen sekolah untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan untuk menciptakan mutu sekolah

6

Norma-norma Kritikan 7

Dukungan rekan kerja 8,9,10

Menangani permasalahan 11

Membantu rekan kerja 12

Membantu siswa 13,14,15


(45)

Variabel

Definisi Operasional

Komponen Indikator

No Item

Kepercayaan 17

Kooperasi 18

Keakraban 19, 20

Kerjasama kelompok 21,22

Eksplisit

Asumsi-asumsi Hubungan alam dengan

manusia

23,24,25

Hubungan dengan lingkungan 26,27

Ritual Ritual tertentu yang

memperkuat nilai-nilai budaya inti

28,29

Seremonial Upacara-upacara kenegaraan,

keagamaan dan kebudayaan di sekolah

30,

Simbol Lingkungan fisik yang

melambangkan sukacita dan kebanggaan

31,32,

Sejarah Hormat dan muncul

kepedulian terhadap sesama

33,34

Kaya akan sejarah dan tujuan Cerita akan kepahlawanan


(46)

Tabel III.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Mutu Pembelajaran)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No Item Variabel Y (Mutu Pembelajaran) Mutu pembelajaran merupakan mutu proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dan siswa yang didukung media pembelajaran yang bermutu Kinerja Guru Dalam Kelas

 Guru menyajikan materi dengan bijaksana

 Pembelajaran bersifat riil (autentik dengan

permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa)

 Menggunakan pertimbangan yang rasional dalam

memecahkan masalah; 1 2 3 Fasilitas Pembelajaran

 Lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar

 Menggunakan teknologi pembelajaran, baik untuk mengajar maupun kegiatan belajar siswa

4


(47)

Iklim Kelas  Iklim kelas kondusif untuk belajar

 Guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan semua siswa mempunyai keinginan untuk berhasil

 Guru menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus

 Ada penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik

 Membaca dan menulis sebagai kegiatan yang esensial dalam pembelajaran

6 7

8

9

10

2. Menyusun pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang dianggap menggambarkan masalah yang sedang diteliti disertai alternatif jawaban yang akan dipilih responden berdasarkan variabel-variabel serta indikator-indikator yang telah ditentukan dalam kisi-kisi instrumen dan nomor item dalam kisi-kisi instrumen penelitian.

3. Menetapkan kriteria penskoran untuk alternatif jawaban dengan menggunakan skala Likert dalam bentuk daftar check list ( √ ), yaitu:


(48)

Tabel III.7

Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban Dari Likert Variabel X1, Variabel X2 dan Variabel Y

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

SL : Selalu 4

SR : Sering 3

KD : Kadang-kadang 2

TP : Tidak Pernah 1

Sumber: Sugiyono (2004:107) 4. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Dimana :

r hitung = Koefisien korelasi 


(49)

Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2

1 2

r n r thitung

  

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel t) untuk  = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n – 2) Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya

t hitung < t tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut.

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid). Sumber: (Strauss, Anselm, L 1997)

5. Menguji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keter-andalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang


(50)

Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus: Keterangan:

Si = Varians skor tiap-tiap item

Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi (Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus: Keterangan :

Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus: Keterangan :

St = Varians total

Xt2 = Jumlah kuadrat X total

(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah responden Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

N N X X S t t t 2 2( )   N N X X S i i i 2 2( )

 

n

i S S S S

S123...


(51)

r11 = Nilai Reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rb            (Riduwan 2007:115-116)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni:

b b r r   1 . 2

r11 Untuk mengetahui koefisien

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajad kebebasan (dk = n–2). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah

keputusan : Jika r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak


(52)

n X M

K R n T n

I  ( ) ( ) F. Pengolahan Data

Teknik analisis data untuk mengungkapkan hasil penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Statistik Deskriptif

Melalui statistik deskriptif ini, akan disajikan data dalam tabel distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang, penjelasan kelompok melalui mean, dan variasi kelompok melalui rentang dan standar deviasi terhadap semua variabel dan sub variabee penelitian. Perhitungan deskriptif yang digunakan adalah rata-rata hitung (arimatic mean) dengan rumus:

Keterangan: M = Mean.

 = Jumlah.

X = Skor-skor dalam suatu distribusi. n = Jumlah unit-unit skor.

Penentuan klasifikasi skor jawaban responden yang disusun berdasarkan skala instrumen dengan rumus:

Keterangan:

I = Interval skor jawaban responden. n = Jumlah item pertanyaan.


(53)

 = Kemungkinan skor jawaban (probabilitas). T = Skor jawaban tinggi.

R = Skor jawaban rendah. K = Jumlah kelas interval.

1. Uji Persyaratan Analisis, bertujuan mengetahui sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal, serta uji linieritas.

(1). Uji Normalitas Data

Uji normalitas data, dilakukan dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria jika nilai asymp. Sign (p) > , maka sebaran data berdistribusi normal.

(2). Uji Linieritas Data

Mengenai uji linieritas kriterianya adalah jika nilai Fhitung lebih

kecil dari nilai Ftabel atau nilai p >  maka hubungan yang dihasilkan

tersebut berbentuk linier.

Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang terhimpun dapat memberikan arti bagi penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul harus diolah, diorganisir dan disistematisasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Winarno Surakhmad (1994:91) menjelaskan bahwa mengolah data adalah suatu konkrit untuk membuat data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematis yang baik . Dalam prosedur pengolahan


(54)

Seleksi dan klasifikasi data, dilakukan melalui :

1) Pemeriksaan kecenderungan umum skor mentah 2) Mengubah skor mentah menjadi skor baku

3) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametik atau non parametik, dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat ( X )

k

i Ei

Ei Oi X

1

2

2 ( )

Keterangan :

X = Chi kuadrat yang dicari Oi = Frekuensi yang tampak Ei = Frekuensi yang diharapkan Langkah-langkah yang ditempuh adalah : a) Membuat distribusi frekuensi

b) Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval

c) mencari Z untuk batas kelas dengan rumus:

S X Xi

Z  

Keterangan :

Xi = skor batas kelas distribusi X = rata-rata untuk distribusi


(55)

d) Mencari luas 0 - Z dari daftar F

e) Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O - Z dengan interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambah luas O - Z yang berlawanan

f) Mencari Ei (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara mengalikan luas interval n

g) Mencari Oi ( Frekuensi hasil penelitian ) diperoleh dengan cara melihat tiap kelas interval ( Fi) pada table distribusi frekuensi

h) Mencari X dengan cara jalan membandingkan nilai presentil untuk distribusi X

4) Uji Linieritas untuk mengetahui apakah distribusi data variabel independent berhubungan secara linier dengan distribusi data variabel dependen. Pengujian untuk mengetahui linieritas data dalam kegiatan penelitian ini dilakukan dengan uji anova.

2. Analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian (1). Analisis korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2004:236). Pada umumnya setiap analisa regresi didahului dengan analisis korelasi, tetapi setiap analisa korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.


(56)

a) Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap variable penelitian dan memberi skor pada angket responden berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan

b) Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan prosentase. Perhitungan presentase dimaksimalkan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variable penelitian , dengan menggunakan rumus berikut:

Xid X P

Keterangan :

P = Presentase rata-rata yang dicari X = Skor rata-rata tiap variable Xid = Skor ideal setiap variabel

Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104) mengemukakan rumus sebagai berikut:

   

 

 

S X Xi

Ti 50 10 ( )

Keterangan :

Ti = Skor baku yang dicari X = Skor rata-rata

S = Simpangan baku Xi = Skor mudah


(57)

a). Menentukan rentang ( R ) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah ( STT – STR )

R = STT - STR

b) Menentukan banyak kelas ( bk ) interval dengan menggunakan rumus :

Bk = 1 + (3,3) log n

c). Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak kelas

bk R

P

d). Mencari rata-rata dengan rumus:

fi fiXi X

e). Mencari simpangan baku dengan rumus :

) 1 ( ) ( )

( 2 2

2   

n n fiXi fiXi n S

Analisis korelasi merupakan teknik statistika yang berusaha mencari derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah analisis non parametik dengan menggunakan Rank Spearman dengan rumus: 10 ( 6 1 2   

n n d r


(58)

Menghitung keberartian koefisien korelasi (tingkat signifikansi) dengan menggunakan rumus :

2

1 2 r n r t

  

Keterangan :

t = nilai t yang dicari r = koefisien korelasi n = banyaknya data

Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel dengan dk = n–2 pada taraf atau tingkat kepercayaan yang dipilih, dalam hal ini adalah tingkat kepercayaan 95%. Apabila t hitung > t table, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima atau dengan kata lain hipotesis nol ditolak. Kemudian menafsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang dikemukakan Subino (1982:66) adalah sebagai berikut:

Kurang dari 0,020 ; Hubungan dianggap tidak ada Antara 0,20 – 0,40 : Hubungan ada tetapi rendah Antara 0,41 – 0,70 : Hubungan cukup

Antara 0,71 – 0,90 : Hubungan tinggi

Antara 0,91 – 1,00 : Hubungan sangat tinggi (2). Koefisien korelasi ganda

Dimaksudkan analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat derajat keterikatan antara variabel dependen dan independen.Untuk menghitung koefisien korelasi ganda (R) dengan rumus sebagai berikut:


(1)

A Kholik, 2012

Manajemen Mutu Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Demings W.E (1986) Out of the Crisis, Massachusets Institute of Technology, : Cambridge. MA.

Dewantoro, Ki Hajar. (1962). Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta : Taman Siswa.

Direktorat Jenderal Menengah Pendidikan Dasar dan Menengah – Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (2006) Panduan Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Diknas.

Domingo. R.T (1997) Quality Means Survival. London: Prentice Hall International (UK) Limited.

Drucker, Peter F. (1997). Managing in a Time of Great Change. Terjemahan. Jakarta. PT. Alex Media Komputindo.

Edward Sallis. (2006). Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi ). Jogjakarta : IRCiSoD

Eti Rochaety,dkk. (2005). Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan. Jakarta : bumi Aksara

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

ERIC, Clearinghouse on Educational Management, Trends and Issues: The Role of School Leader. Downloaded April 2002, http://eric.uoregon.edu.

Fakkry Gaffar, M. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud.

Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fromm, Erich. (1975). Man for Himself. New York : Fawest Premier Books. Flippo, E.B. (1984). Personnel Manajement. Singapore:McGraw-Hill, Inc.

Gibson, Ahmad Al-Bustomi (2005). Khasanah Budaya. (Online). Tersedia: www.pikiran-rakyat/com /cetak/htm (29 mei 2005)

Gibson, et al. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Gilmore, John V. (1974). The Productive Personality. San Francisco: Albion

Publishing Coy.

Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (198) Management of Organization Behavior, New York : Englewood Cliffs

Hoy, W. K., & Hannum, J. W. 1997. Middle School Climate: An Empirical Assessment Of Organisational Health And Student Achievement. Educational Administration Quarterly..

Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and Practice (6th ed., international edition). Singapore: McGraw-Hill Co.


(2)

A Kholik, 2012

Manajemen Mutu Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Indra Djati Sidi. (2003). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Logos

Ismaun. (2007). Filsafat Administrasi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan.

Isaksen, Scott G and Kenneth J. Lauer, et.al. (2003). Perception of the Best and Worst Climates for Creativity: Preliminary Validation Evidence for the Situational Outlook Questionnaire, Creativity Research Journal, Vol. 13, No.2 2000-2001, pp. 171-184, http:// www.cpsb.com/resources/ diaksess/public/SOQ CRJ Article.pdf, diakses 11 September 2003.

Isaac, S., dan Michael, W.B. (1981), Hand Book in Research and Evaluation. 2nd Edition. California-USA: Edits Publishers.

Irianto, Jusuf. (2001), Isu-Isu Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia, Surabaya: Insan Cendikia Jawa Timur.

Ivancevich,John M. (2001). Human Resource Management, Eight Edition. New York: McGraw-Hill Company, Inc.

Jalal, F. (2005). Kebijakan Pendidikan dalam Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Bandung: FIP UPI.

Kast, E, Fremont, Rosenzweig, E. Jemes (1996) Organisasi Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, (Drs. A, Hasymi Ali) Jakarta : Bumi Aksara.

Kotter, John P. dan James L. Heskett (1992) “Corporate Culture and

Performance.” New York: The Free Press A Division of Macmillan, Inc.

Kunadar.(2009). Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta:Rajawali Pers.

Lalu Sumayang. (2003). Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Lipham, James M dan Hoeh. (1985). The Principalship; Foundation and Functions, New York: Harper and Row Publishers

Luthans, F. (2002). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Companies.

Makmun, Abin Syamsuddin. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Michael Amstrong. (1987). Personnel Management Practice. London: Kogan Page Limited.

Masri Singarimbun. dan Effendi.(2003). Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES).

Mitchel, T. R. dan Larson (1987). People and Organization; An Introduction to Organizational Behavior, Singapore: Mc Graw Hill Inc


(3)

A Kholik, 2012

Manajemen Mutu Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Mulyasa. E. (2005).Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution (1991) Meode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bina Aksara.

Natawijaya, Rochman. (2002). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Depdikbud.

Nawawi, H. (2003). Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Haji Masagung Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Ghalia, Jakarta.

Indrawijaya, Adam. (2002). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru.

Nandika, D. (2005). Kebijakan Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Jakarta: Depdiknas.

Patton Carl V., Sawicki David S., (1986), Basic Methods of Policy Analysis & Planning, Prentice-Hall, New Jersey.

Permadi, Dadi (2001). Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah: Bandung: PT Sarana Panca Karya.

Pettigrew, A.M. (1979) “On Studying Organizational Cultures.” Dalam Administrative Science Quarterly (Vol.24, p.570-581).

PP.RI. No. 19 Tahun (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Prawirosentono, Suryadi, (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia – Kebijakan

Kinerja Karyawan (Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia), Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.

Rahman (2005) Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Alqaprint Jatinangor bekerjasama dengan Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI).

Razik A. Taher & Swanson D. Austin (1995). Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management: New Jersey: Englewood Cliffs.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra Timur

Riduwan (2008). Pengantar Statistika (untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis). Bandung: Alfabeta.

Riduwan (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan dan Akdon (2006). Rumus dan Data untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Robbin, Stephen P. (2000). Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Prenhallindo

Sagala,Syaiful.2005.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta Sudarwan Danim. (2007).Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara


(4)

A Kholik, 2012

Manajemen Mutu Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Suyadi Prawirosentono. (2007). Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu abad 21. Jakarta : Bumi Aksara

Sallis & Edward. (1994). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited

Santoso, Singgih, (2000). Hasil Analisis Statistical Product and Service Solution (SPSS) Jakarta: Elex Media Komputerindo.

Satori, D. (1999). Manajeman Berbasis Sekolah, Basic Education Project. Jawa Barat.

Schein, Edgar, H. (1985). “Organization Culture and Leadership: A Dynamic

View.” Jossey-Bass Inc. Publisher San Francisco.

Schein, Edgar H. (1992). Organizational and Socialazation and Proffession of Management. Sloan Management Review 30, 53-65.

Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia; Menghadapi Abad Ke- 21 . Edisi Ke-Enam, Jakarta: Erlangga Schumacker, Randal E & Richard G. Lomax.(1996) A Beginner’s Guide to SEM.

Mahwah. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.Pub.

Scheerens. Jaap (1992). Effective Schooling Research, Theory and Practice. New York:SOP.

Senge. Peter. M. (1990). The Fifth Discipline. The Art and Practice of The Learning Organization, New York, Doubleday Dell Publishing Group. Inc.

Sekaran.Uma. (1992). Research Methods for Business. 2nd Ed, John Willey & Sons Inc.

Sondang S.P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutermeister, Robert A. (1976). People and Productivity, New York: MCGraw-Hill Book Company.

Sutisna, Oteng. (1992). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis dan Praktik Profesional. Bandung: Angkasa

Sugiyono, (2004). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sudjana, (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Surya, M. (2005). Mencermati Kebijakan Pendidikan dalam Mewujudkan Kemandirian Guru. Makalah Simposium Nasional Pendidikan tentang Rekonstruksi Profesi guru dalam Kerangka Reformasi Pendidikan di Unmuh Malang.


(5)

A Kholik, 2012

Manajemen Mutu Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Spencer & Spencer (1993). Competence at work Models Supperior Performance, John Willey & SMS, Inc, New York: A Division of Mac Miller Publishing, Co., Inc.

Spenbauer, S. (1992). A. Quality System for Education. Sydney: New York: McGraw-Hill Book Company.

Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Strauss, Anselm, L., (1997). Qualitative Analysis for Social Scientist. New York: Cambridge University Press.

Stoner, J. A. F. (1992). Management, London: Prentice Hall International

Timpe A, Dale (2002). The Art and Science of Business Management Productivity. New York: Kend Publishing.

Tilaar, H.A.R. (2004), Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka

Thomas J Allan (1972). The Productive School A System Analysis Approach to Educational Administration, John Wiley & Sons. JNC. Canada:

Thornton. Paul B.Best Leadership Advice from 7 Top Leaders [(http://w-ww.betheleader.com) 2006]

Turney, (1992) Conceptualising the management process) New Jersey: Prentice Hall Inc.

Umaedi (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Jakarta: Depdiknas, Dirjendikdasmen.

Umiarso & Imam Gojali (2010). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan:Jogjakarta:IRCiSoD

UU. RI. No. 20 Tahun (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Asokadikta dan Durat Bahagia.

UU. RI. No. 14 Tahun (2004). tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara. Usman, M. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Vroom, Victor H. (2000). Work and Motivation. New York: John Wiley & Sons. Wahjosumijo. (1999). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Galia Indonesia. Warta Balitbang Depdiknas (2004). Perlunya Standar Pendidikan Nasional.

Jakarta: Warta Balitbang I)Depdiknas.

Widiati, U. (2000). Possible Challenges of Teacher Research for Teacher Professional Development. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 7 Edisi Khusus Desember 2000.


(6)

A Kholik, 2012

Manajemen Mutu Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Wuviani, V. (2005). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru (Studi Tentang Pengaruh Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMAN di kota Bandung). Tesis. Program Pascasarjana – UPI. Tidak Diterbitkan.

Wirawan, (2002). Kapita Selekta Teori Kepemimpinan Pengantar untuk Praktik dan Peneliti Buku 1 dan 2 Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & Uhamka Press.