PENERAPAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP DEMOKRASI : Studi Eksperimen Untuk Mengembangkan Nilai Dan Sikap Demokrasi siswa di Smu Negeri 1 indramayu.

PENERAPAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM
MENGEMBANGKAN NILAI DAN
SIKAP DEMOKRASI

(STUDI EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP

DEMOKRASI SISWA DI SMU NEGERI1INDRAMAYU)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang
Pendidikan Umum

Oleh:

W AHJUDIN SUMPENO
9596160/XXVII-19


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997

Katakanlah "Dialah Allah Yang Mahaesa
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
Dia tidak beranak tiada pula diperanakkan
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
(AlIkhlash:l-4)

Maka disebabkan rahmat Allah-lah

kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelihngmu,
Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertaivakallah kapada Allah Sesungguhya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakal kepada-Nya
(Alilmran:159)

Untuk Ibuku, Ibuku, Ibuku dan Bapakku
Semoga Allah Swt mengasihi, melindungi dan
memberkahinya dalam kehidupan dunia dan akhirat

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Drs. H. M. Numan Somantri, M.Sc

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab. M.A.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model simulasi

sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. Hal ini penting
karena pembinaan nilai dan sikap demokrasi secara substansial dibutuhkan
dalam upaya membentuk warga negara yang demokratis. Temuan empiris
menunjukkan bahwa remaja pada umumnya rentan terhadap masalah
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai moral Pancasila yang terkait
dengan pembentukan nilai dan sikap demokrasi. Oleh karena itu, model
simulasi sosial merupakan salah saru alternatif yang dapat digunakan di
sekolah dalam kerangka pembentukan nilai dan sikap demokrasi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
"Pretest-Posttest Control Group Design". Lokasi penelitian di SMU Negeri 1
Indramayu (Jawa Barat). Penerapan model simulasi sosial dan model biasa
(konvensional) dianggap sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar,
pengembangan nilai dan sikap siswa pada sebagai variabel terikat. Sampel
penelitian sebanyak dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol
yang diambil dengan teknik random (random assigmeru). Pemberian perlakuan
pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan oleh guru di sekolah tempat
penelitian setelah diberikan penataran dan satuan pelajaran dipersiapkan
untuk masing-masing model.
Instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah tes, skala nilai dan


skala sikap demokrasi. Instrumen ini dikembangkan melalui uji coba, terbukti
valid dan reliabel untuk mengukur pengetahuan, nilai dan sikap demokrasi. Tes
penelitian berbentuk pilihan ganda sebanyak 15 soal dan uraian sebanyak 5
soal yang telah diuji kereliabelan dan kevalidannya oleh peneliti. Pengembangan
nilai demokrasi siswa digunakan skala nilai (numerical rating scale) sebanyak 20
item. Untuk mengetahui sikap demokrasi digunakan skala sikap model Likert
sebanyak 30 item. Analisis statistik data yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah uji t (t test], ANAVA dan Chi square. Interpretasi data
secara kualitatif dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap upaya
internalisasi nilai dan sikap demokrasi, baik dalam kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dilengkapi dengan penelusuran berbagai faktor yang melandasi
perubahan nilai demokrasi siswa.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan;

Pertama, model

simulasi sosial terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa berupa
penguasaan konsep demokrasi. Kedua, model simulasi sosial terbukti efektif

dalam mengembangkan nilai demokrasi siswa. Ketiga, model simulasi sosial

terbukti efektif dalam membentuk sikap demokrasi siswa. Keempat, berkenaan
dengan temuan penelitian ternyata model simulasi sosial relevan dengan
kebutuhan remaja dalam membina nilai dan sikap demokrasi yang dilandasi nilai
moral Pancasila. Model ini secara empiris terbukti efektif dalam mengembangkan
aspek-aspek perilaku operasional yang mencerminkan nilai demokrasi.

DAFTAR ISI

ABSTRAK

_l

KATA PENGANTAR

u

UCAPAN TERIMA KASIH

iv


DAFTAR ISI

V1

Halaman

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Masalah Penelitian


3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

5

MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN
NILAI DAN SIKAP DEMOKRASI

6

A. Tinjauan tentang Konsep Demokrasi

6

1. Demokrasi sebagai Nilai
2. Demokrasi sebagai Sikap
B. Model Simulasi Sosial

1. Pengertian Model Mengajar

2. Pengertian Simulasi
3. Kelebihan dan Kelemahan
C. Penerapan Model Simulasi Sosial dalam

Mengembangkan Nilai dan Sikap Demokrasi

6
12
15

15
I7
18

19

D. Pengembangan Nilai dan Sikap Demokrasi

Kaitannya dengan Pendidikan Umum
BAB III


BAB IV

24

METODE PENELITIAN

28

A. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

28

B. Hipotesis dan Definisi Operasional

28

C. Metode dan Desain Penelitian

30


D. Populasi dan Sampel Penelitian

31

E. Instrumen Penelitian

32

F. Teknik Analisis Data

38

G. Jadual Pelaksanaan Penelitian

39

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian


40
40

B. Deskripsi Penelitian

41

C. Analisis Data

43

1. Uji Asumsi Statistik
2. Uji Hipotesis
• Pengujian Hipotesis Pertama

44
47
48

• Pengujian Hipotesis Kedua
• Pengujian Hipotesis Ketiga

50
51

D. Pembahasan
E. Temuan Penelitian

D
u

BAB V

KESIMPULAN

81

A. Kesimpulan

81

B. Keterbatasan Penelitian

82

C. Rekomendasi

84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A

87

Instrumen Penelitian

a. Tes Hasil Belajar
b.

Skala Nilai Demokrasi

c. Skala Sikap Demokrasi
d.
LAMPIRAN B

LAMPIRAN

C

LAMPIRAN D
LAMPIRAN

E

Pedoman Observasi

Pengembangan Instrumen
a. Hasil Pengujian Reliabilitas
b. Hasil Pengujian Validitas
Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Satuan Pelajaran dan Lembaran Nilai
Riwayat Hidup Penulis

VII

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan nasional bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya, sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1993 bahwa "pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu
manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, bertanggung
jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani" pepdikbud,1995). Pendidikan

juga harus menumbuhkan jiwa kebersamaan, mempertebal semangat dan rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kesetiakawanan sosial, kesadaran
terhadap sejarah bangsa, sikap menghormati dan menghargai, berorientasi ke
masa depan (M.Hatip, 1996:2).

Dari pemyataan di atas terkandung makna bahwa pembinaan demokrasi
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membentuk warga
negara menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan
penanaman nilai dan sikap warga negara dalam menghayati nilai-moral
Pancasila terutama sila keempat, yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Dengan demikian perlu
diupayakan

melalui

pembinaan

nilai

moral

Pancasila

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan dalam interaksi di

lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat. Tugas menanamkan dan

mengembangkan kesadaran nilai menjadi tanggung jawab bersama antara

orang tua dalam keluarga, guru di sekolah dan masyarakat.

Pendidikan nilai merupakan salah satu upaya yang dapat diterapuh
dalam menanamkan nilai, moral dan norma, sehingga seseorang dapat berubah,

bersikap dan berperilaku baik sebagai pribadi maupun sosial (Abdul
Manan, 1995:2). Menurut Krathwohl dalam Winnecoff (1988:92) menyatakan,
"value education...it is the process of helping students to develop and interrxdize

socially acceptable, morally mature values and attitudes". Dengan demikian

pendidikan nilai bukan hanya penjejalan pengetahuan tanpa diiringi
pengembangan nilai dan sikap. Nilai dan sikap diharapkan dapat ditanamkan
melalui proses belajar siswa berkadar tinggi, sehingga mampu melibatkan
seluruh potensi afektual siswa dengan hasil berlajar dalam bentuk perubahan

tingkah laku berupa penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai moral
Pancasila. Dengan kata lain, hasil belajar siswa akan meningkat, manakala
nilai-nilai itu telah terinternalisasi dalam dirinya (Ahmad K.D,1992).

Salah

satu aspek

pendidikan bagi warga negara bukan hanya

memberikan pengalaman terhadap kehidupan bernegara, melainkan kebutuhan

untuk mengembangkan pemahaman, nilai-nilai dan kemampuan berpartisipasi
secara efektif dalam suatu kehidupan demokrasi. Sebagaimana dinyatakan Rob
Gilbert (1996:115),

"Aspect of education for citizenship can be integrated in a wide range of
studies, and it is only by experiencing this range that student appreciate
the broader nation of citizenship. They need to develop the understandings,
values and competencies associated with a confident and effective
participation in a democratic way of life in all its spheres".

Upaya mewujudkan tujuan pendidikan tersebut bukan semata-mata
dilakukan melalui proses belajar mengajar yang lebih menekankan kemampuan

intelektual saja, melainkan untuk membina keutuhan pribadinya (M.AIL 1993).
Oleh

karena

itu

diperlukan

Iklim

belajar

dan

mengajar

yang

dapat

menumbuhkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Melalui proses belajar mengajar seperti itu diharapkan siswa dapat menguasai,
rnenghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat
Pancasila, yaitu terbinanya nilai dan sikap demokrasi. Menurut Gilbert

(1996:117) nilai-nilai demokrasi yang dikembangkan bagi warga negara meliputi
"respect for and acknowledgment of equitable decision-making process, diverse

opinions, political choice, the right to vote, legal and moral priciples of justice,

peaceful resolution of conflict, personal integraty, cooperation, and fairness in
speech and action".

Berkaitan dengan uraian di atas, upaya membina dan mengembangkan
nilai dan sikap demokrasi merupakan permasalahan yang dihadapi para

pendidik baik di dalam keluarga maupun sekolah. Persoalan tersebut berkaitan
dengan sulitnya menanamkan nilai demokrasi yang bersifat abstrak (abstract
manner) kepada anak didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Gilbert (1996:109110) sebagai berikut,
The dificulty is that raises the usual problems of value education, but also
that it can become very vague and moralistic if it is imposed on students in
an abstract manner. However, since democracy itself is based on moral
concept of rights, some on the velues of citizenship is esensial to any
education for democratic citizenship.

Melalui pembinaan pengetahuan dan penghayatan nilai dan sikap
demokrasi, diharapkan anak didik dapat berperilaku dan bersikap sesuai

dengan nilai dan norma Pancasila.

B.

Masalah Penelitian

Salah satu aspek yang berkaitan dengan strategi pembelajaran seringkali
mendapat sorotan dari berbagai kalangan dewasa ini. Hal ini terlihat dari
adanya upaya konstruktif dari berbagai pihak yang berusaha mengembangkan

strategi tersebut agar siswa lebih memahami, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila.

Efektivitas pembelajaran diantaranya dipengaruhi oleh kesesuaian antara

materi pelajaran, penggunan model dan kegiatan belajar dengan tujuan belajar

yang hendak dicapai (M.Ali, 1993:227). Peneparan model belajar berkaitan
dengan karakteristik bahan atau materi yang dipelajari (Joice dan Weil, 1986).

Dengan kata lain, mengajarkan materi pelajaran perlu diketahui terlebih dulu
tujuan,

karakteristik materi, jenis kegiatan belajar mengajar, kemudian

disiapkan model yang tepat dalam mengajarkan materi tersebut.
Dalam

kegiatan belajar mengajar di

sekolah,

guru

masih banyak

menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Penerapan simulasi sosial
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan
nilai dan sikap demokrasi siswa dengan melibatkan berbagai akrivitas siswa,
variasi metode dan sumber belajar. Menurut Joyce dan Weil (1986) simulasi sosial

merupakan model mengajar yang dapat merangsang variasi belajar, di antaranya

kompetisi,

kerjasama, empati sistem sosial, konsep,

keterampilan,

efikasi,

pembayaran hukuman, menunggu kesempatan, kemampuan berfikir kritis dan
pengambilan keputusan (M.D. Dahlan, 1990:163).
Secara umum penelitian ini berada dalam kerangka upaya membina dan
mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila,

khususnya dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa di sekolah.
Hal-hal yang dikemukakan di atas memberikan peluang bahwa penerapan
model simulasi sosial dalam kegiatan pembelajaran di sekolah diharapkan dapat

membina nilai dan sikap demokratis siswa. Oleh karena itu fokus permasalahan
penelitian ini sebagai berikut Bagaimana efektivitas pembelajaran simulasi sosial
dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. sehingga mereka
menyadari fungsi dan kedudukannya sebagai warga negara yang demokratis?.

Selanjutnya,

untuk

mengetahui

sejauhmana efektivitas

penyajiannya dapat

dikenali dari perubahan nilai dan sikap demokratis yang ditunjukkan siswa setelah
mengikuti pembelajaran melalui model simulasi sosial, maka peneliti melakukan
eksperimen.

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

efektivitas penerapan model simulasi sosial dalam membina nilai dan sikap
demokrasi siswa. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut
Pertama,

menambah

wawasan

dan

kemampuan

bagi /guru

untuk

menggunakan model simulasi sosial sebagai salah satu alternatif kegiatan belajar
mengajar, terutama untuk mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa.
Kedua, penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan praktis bagi guru

dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam mem^mMami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila khususnya dalam membina nilai dan sikap demokrasi siswa.
Ketiga, pendidikan nilai-moral merupakan salah satu bidang kajian

pendidikan umum yang harus diberikan kepada siswa dalam upaya membentuk
warga negara yang baik (good citizen). Model simulasi sosial merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut Dengan deciikian, hasil

studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan
model pendidikan nilai khususnya, Pendidikan Umum, sehingga mendorong untuk
melakukan penelitian lebih lanjut

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan

umum

yang

dicari

jawabannya

melalui

penelitian

ini

dirumuskan sebagai berikut sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam

mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa?. Secara lebih spesifik,
pertanyaan ini dirinci sebagai berikut

1.

Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam meningkatkan hasil
belajar siswa?

2.

Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai

demokra^siswa?
3.

Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan sikap
demokrasi siswa?

B.

Hipotesis dan Definisi Operasional

1.

Hipotesis Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji hubungan variabel bebas yaitu pembelajaran
dengan model simulasi sosial, serta variabel terikat pengembangan nilai dan sikap
demokrasi siswa. Atas dasar kajian teori yang telah diuraikan, maka diturunkan
hipotesis penelitian sebagai berikut;

1.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial

dan model biasa terhadap hasil belajar siswa pada topik demokrasi
Pancasila.

2.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial
dengan model biasa dalam mengembangan nilai demokrasi siswa.

28

29

3.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial
dengan model biasa terhadap sikap demokratis siswa.

Berdasarkan

hipotesis

tersebut,

maka

penelitian

ini

menempatkan

pembelajaran melalui model simulasi sosial sebagai variabel bebas. Sedangkan
pengembagan nilai dan sikap demokrasi siswa setelah mengikuti pembelajaran
melalui simulasi sosial sebagai variabel terikat.
2.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Ada beberapa istilah yang perlu diklarifikasi dalam pelaksanaan penelitian

ini Dalam hipotesis-hipotesis di atas dijumpai beberapa frasa "terhadap hasil

belajar",

"terhadap

pengembangan

nilai

demokrasi"

dan "terhadap

sikap

demokrasi". Frasa pertama menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan belajar
atau pengusaaan konsep demokrasi Pancasila yang mengacu pada prestasi akhir

dalam proses belajar mengajar. Frasa kedua, pengembangan nilai demokrasi
mengacu pada perubahan nilai demokrasi yang menjadi pilihan siswa. Perubahan

nilai ini didasarkan pada respon atau penilaian individual siswa. Demikian pula,

untuk sikap demokrasi menunjukkan perubahan sikap demokrasi sebagai respon
terhadap suatu objek atau fenomena tertentu. Selanjutnya definisi operasional dari
variabel penelitian diuraikan sebagai berikut:

Penerapan model simulasi sosial adalah proses belajar mengajar pada topik
demokrasi Pancasila yang disajikan oleh guru dengan menggunakan kaidah-

kaidah dalam simulasi sosial meliputi tahap orientasi, tahap partisipasi dalam
latihan, tahap simulasi serta tahap tanya jawab dan diskusi.

Pembelajaran melalui model biasa adalah proses belajar mengajar pada topik
demokrasi Pancasila yang kaidah penyajiannya dilakukan melalui ceramah dan
tanya jawab.

Hasil belajar siswa adalah skor belajar siswa pada topik demokrasi

Pancasila yang meliputi: ranah kognitif aspek pengetahuan (C), pemahaman (C2),

30

penerapan (C3) dan analisis (C4), yang diperoleh dari tes hasil belajar yang alatnya
disusun, dikembangkan dan diuji kevalidan serta kereliabelannya oleh peneliti
sendiri.

Pengembangan nilai demokrasi siswa adalah perubahan nilai demokrasi
yang menjadi pilihan

siswa sebelum dan

setelah

siswa belajar dengan

menggunakan model simulasi sosial dan model biasa. Perubahan nilai demokrasi
siswa sebagai respon terhadap perilaku demokratis yang mengacu kepada sila

keempat Pancasila. Pengukuran nilai demokrasi diperoleh melalui skala nilai
(numerical rating scale). Skala nilai ini digunakan untuk mengungkapkan respon
siswa terhadap nilai berdasarkan karakteristik dan kualitas tertentu (Asmawi dan

Noehi (1993). Tanggapan atau pilihan siswa terhadap pemyataan nilai dianalisis
untuk mengungkapkan nilai demokrasi siswa (Ahmad, K.D, 1985:68).
Sikap demokratis siswa adalah kecenderungan berperilaku atau reaksi siswa
terhadap stimulus atau objek tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam sila keempat Pancasila yang dinyatakan dalam bentuk skor sikap
demokratis siswa yang diperoleh dari skala sikap yang alatnya disusun,
dikembangkan dan diuji kevalidan serta kereliabelannya oleh peneliti sendiri.

C.

Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen (M.Ali, 1993; Jalaludin,

1993) untuk mengetahui pengaruh penerapan model simulasi sosial sebagai
variabel bebas terhadap pengembangan nilai dan sikap demokrasi siswa sebagai

variabel terikat. Eksperimen dilakukan dengan penugasan random (random
assigmeru) terhadap individu yang terangkum dalam kelompok.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "Pretest-posttest Control
Group Design" dengan melibatkan dua kelompok (M.Ali, 1993:135). Kelompok
pertama mendapat perlakuan melalui model simulasi sosial dan kelompok kedua

31

tanpa perlakukan dan ditempatkan sebagai kelompok kontrol. Secara notasional
desain penelitian ini dinyatakan sebagai berikut (Robinson, 1976; Jalaludin,
1993:42):

Bagan 3.1
Desain Penelitian

R

Oi

R

O,

X

02
02

Dimana, R melambangkan penugasan random, O melambangkan pengukuran,
dan X melambangkan perlakuan.

D.

Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Indramayu (Jawa Barat) tahun

ajaran 1997-1998 kelas 2 catur wulan 1. Pemilihan sekolah ini didasarkan
pertimbangan sebagai berikut: (1) sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang
telah lama berdiri dan memiliki fasilitas belajar yang memadai, (2) memiliki guru

dengan latar belakang pendidikan yang memadai, dan (3) siswa-siswa pada setiap
kelas memiliki Nem SMP yang relatif "merata", (4) Orang tua siswa sebagian besar
berstatus sebagai pegawai negeri dan wiraswasta.
Pelaksanaan eksperimen diawali dengan membagi subjek secara random

kedalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan
mempertimbangkan proporsi kelas dan jenis kelamin siswa. Pernilihan dua kelas

sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random dari empat

kelas yang ada (II-1 s/d II-4). Jumlah subjek penelitian untuk kelompok pertama
35 siswa, dan kelompok kedua 35 siswa.

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model simulasi sosial, sebagai kelompok

32

eksperimen dan kelompok yang mengikuti pembelajaran melalui model biasa
sebagai kelompok kontrol. Proporsi siswa sebagai sampel penelitian disajikan pada
tabel 3.1 sebagai berikut,

Tabel3.1

Proporsi Siswa sebagai Sampel Penelitian
Siswa seluruhnya

Kelas

Kelompok kontrol

Kelompok perlakuan

L

P

Juml.

L

P

Juml.

L

P

Juml.

n.i

22

18

40

5

3

8

5

3

8

II.2

24

19

43

6

3

9

6

3

9

II.3

21

18

39

6

4

10

6

4

10

II.4

23

17

40

5

3

8

5

3

8

13

35

22

13

35

46

Jumlah

E.

24

162

22

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes hasil belajar
yang akan mengukur penguasaan dan abilitas tertentu sebagai hasil dari proses
belajar mengajar, skala nilai (numerical rating scale), skala sikap, observasi dan
wawancara. Pengembangan alat ukur di sini melalui beberapa tahap, meliputi
penvusunan instrumen berdasarkan kisi-kisi, dan pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen.

1.

Pengembangan Tes Hasil Belajar

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes objektif (pilihan
berganda) dan uraian. Soal-soal diambil dari pokok bahasan demokrasi Pancasila
sebanyak 20 soal. Tes dibuat oleh peneliti berdasarkan GBPP SMU tahun 1994,

dan sesuai dengan materi yang diajarkan pada siswa kelas II topik demokrasi
Pancasila yang meliputi; (1) keunggulan demokrasi Pancasila, (2) Pandangan

tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan demokrasi barat dan demokrasi
timur,

(3)

kehidupan

berdasarkan

musyawarah

dan

mufakat,

meningkatkan pengamalan demokrasi Pancasila dalam berbagai kegiatan.

(4)

dan

33

Tes yang disusun berdasarkan kisi-kisi tersebut perlu diujicobakan kepada
siswa untuk diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan

sebagai alat ukur dalam penelitian. Kisi-kisi tes dalam penelitian ini disajikan
dalam tabel 3.2.

Pengujian

tingkat

validitas

instrumen

diujicobakan

menggunakan

pendekatan tes ulang (test-retest). Pengukuran instrumen tes dilakukan pada satu
subjek dua kali dengan memberikan tenggang waktu yang berbeda (Saifuddin,
1997:55). Pengukuran tingkat validitas menggunakan teknik korelasi product

moment yaitu dengan mengkorelasikan hasil nilai uji coba sebanyak dua kali dalam
waktu yang berbeda (M.Ali, 1993:195). Kemudian untuk mengetahui signifikansinya digunakan uji t (Nana. S,1989).

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Tes Penguasaan Konsep Demokrasi

1
2
3

Aspek Kognitif

Pokok Bahasan

No

Jumlah

|

Soal

'

4

!

c,

Q>

c3

Pengertian demokrasi
Keunggulan demokrasi Pancasila

1

2

1

1

1

1

1

4

Pandangan tentang keunggulan demokrasi
Pancasila dengan demokrasi Barat dan demokrasi

1

1

1

1

4

1

2

1

4

1

2

1

4

'

6

7

4

20

;

c4
-

Timur
4

5

Kehidupan berdasarkan musyawarah dan mufakat
Meningkatkan pengamalan demokrasi Pancasila

-

-

dalam Vierbagai kegiatan
Jumlah

3

Pengujian reliabilitas soal tes yang diujicobakan menggunakan teknik Kuder

Ricardson formula 21 (KR.21). Teknik ini digunakan untuk pengujian reliabilitas
soal yarig setiap butir soalnya diskor secara dikotomi, yaitu skor 0 bila salah dan

skor 1 bila benar. Pengujian reliabilitas soal tes uraian digunakan ramus Cronbach

alpha (a). Hasil pengujian reliabilitas dan validitas tes disajikan pada tabel 3.3.

V

34

Koefisien korelasi yang disajikan oleh tabel ini menunjukkan tingkat kesesuaian
dan keterandalan tes sebagai alat ukur.

Tabel 3.3

Deskripsi Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Tes,
Skala Nilai dan Skala Sikap Demokrasi

Instrumen pengukuran

Reliabilitas

Validitas

0,75

0,61
4,10**
0,66

Dimensi Tes




Koefisen korelasi (pilihan ganda)
Indeks t (pilihan ganda)
Koefisen a (Uraian)

0,81

Dimensi Skala



Skala nilai demokrasi

0,66*



Indeks t (nilai demokrasi)
Skala sikap demokrasi

0,62*

Indeks t (skala demokrasi)

0,81**
7,41**
0,86**
8,94**

Catatan:

*

Koefisien a

**

Siginifikansi > 0,05 (t = 2,048)

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui hasil pengujian reliabilitas tes pilihan ganda

yang dilakukan kepada 30 orang siswa di luar sampel penelitian, diperoleh harga
koefisien kereliabelan sebesar 0,75 dan hasil pengujian validitas diperoleh indeks

sebesar 0,61. Selanjutnya untuk tingkat signifikansi digunakan uji t. Kriteria

pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t t tabel =2,048). Hal ini membuktikan bahwa item tes
memiliki kualifikasi yang cukup tinggi sebagai alat ukur (Giliford,1956; M.Ali, 1993;
Jalaludin,1994).£>

Reliabilitas Cronbach alpha (a) digunakan untuk menguji konsistensi
internal untuk item uraian. Dari tabel 3.3 diketahui harga koefisien alpha sebesar

0,81 dan untuk validitas kongruen sebesar 0,66. Berdasarkan bukti empiris

35

berupa reliabilitas dan validitas menunjukkan bahwa item-item tes uraian
mempunyai tingkat reliabilitas dan validitas cukup tinggi.
2.

Pengembangan Skala Nilai Demokrasi

Pengukuran nilai demokrasi siswa dalam penelitian ini menggunakan skala
nilai (numerical rating scale). Skala nilai ini digunakan untuk mengungkapkan nilai
afektif (nilai demokrasi) yang menjadi pilihan siswa. Pemilihan ini didasarkan
pertimbangan bahwa skala nilai dianggap paling sederhana dan relatif mudah
digunakan dalam proses belajar mengajar. Skala nilai secara kuantitatif dirancang
untuk mengukur perubahan nilai khususnya nilai demokrasi yang menjadi pilihan

siswa (Ahmad K.D.1992). Item-item pemyataan yang disusun mengacu pada
indikator operasional perilaku yang mencerminkan nilai demokrasi sebagai berikut.
Tabel 3.4

Kisi-Kisi Skala Nilai Demokrasi

No

Indikator *'•.,'

Juml. Item

1

Melakukan suatu perbuatan atau tindakan dengan cara musvawarah

3

2

Menentukan peraturan dan disiplin dengan mempertimbangkan keadaan,
perasaan dan pendapat orang lain, serta memberikan alasan yang dapat

2

diterima, dipahami dan dimengerti oleh orang lain
3

4

5
6

Menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan cara musyawarah,
dihadapi secara tenang, wajar dan terbuka.
Saling menghormati dan menghargai
Mengembangkan komunikasi dua arah
Menyampaikan suatu pendapat, perintah atau larangan menggunakan

3

3

2
2

kata-kata yang mendidik sesuai dengan norma yang berlaku
7

Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan

2

8

dan yang tidak baik supaya ditinggalkan
Memberikan dorongan dan bimbingan dengan penuh pengertian dan
tangggung jawab

3

Jumlah

20 item

Pengukuran dimensi nilai dimulai dengan beberapa pemyataan nilai yang
menyangkut pemahaman, penerimaan, partisipasi dan penilaian siswa terhadap
masalah, hubungan antara masalah dengan konsep. topik atau tema yang

dipelajari, serta pengujian ekspresi nilai-nilai dan perasaan siswa terhadap topik,

36

konsep, atau tema yang sedang dipelajari (Ahmad K.D, 1985:65). Setiap pemyataan
nilai diberikan skor yang merentang dari skala 1 sampai 5 agar siswa lebih leluasa
menentukan pilihannya.

Skala nilai denokrasi terdiri dari 20 item yang telah diuji kereliabelan dengan

pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas yang memiliki nilai
praktis dan efisiensi yang tinggi (Saefuddin, 1997:63). Teknik pengujian mengguna
kan reliabilitas Cronbach alpha. Sedangkan pengujian validitas skala nilai

demokrasi dilakukan dengan pendekatan validitas kesamaan (konkuren). Teknik
pengujian menggunakan Pearson Product Moment.

Berdasarkan tabel 3.3 pada baris dimensi skala nilai demokrasi diperoleh

harga koefisien alpha sebesar 0,66. Hal ini menunjukkan konsistensi internal
setiap item skala dalam mengukur nilai demokrasi. Sedangkan hasil pengujian
validitas skala nilai demokrasi diperoleh indeks korelasi sebesar 0,81. Hasil ini

kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat signifikansinya menggunakan uji t
Hasil analisis disajikan pada tabel 3.3, menunjukkan harga t hitung sebesar 7,41.

Kriteria pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t t tabel =
2,048). Berarti instrumen skala nilai memiliki validitas yang cukup tinggi.
3.

Pengembangan Skala Sikap Demokrasi

Pengukuran sikap demokrasi dalam penelitian ini digunakan skala sikap.
Skala sikap ini dirancang untuk mengukur dan mengungkapkan kecenderungan

perilaku demokratis siswa setelah belajar melalui model simulasi sosial dan model
biasa. Skala sikap demokratis dikembangkan berdasarkan kerangka Likert

(Asmawi dan Noehi,1985) dengan item-item yang disusun mengacu pada indikator
perilaku demokratis Pancasila yang disajikan pada tabel 3.5.
Setiap respon terhadap pemyataan sikap diberikan skor vang merentang

dari skala 1 sampai 5. Skor 5 untuk sangat setuju (SS), 4 untuk setuju (S), 3 untuk

37

ragu-ragu, 2 untuk tidak setuju (TS) dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS).
Demikian pula sebaliknya untuk pemyataan negatif, skor 5 untuk sangat tidak
setuju (STS) sampai skor 1 untuk sangat setuju (SS). Skor yang diberikan terhadap
respon pilihan siswa disajikan dalam tabel 3.6.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Skala Sikap Demokrasi

Iridikator sikap

No

No. Item

Katagori

1

Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

6,9, 10, 20,

+, +, -, +,

2

Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

1,2, 7,15,

+, +, -, -,

3

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil

12, 14,21

-, -,+

17, 18, 23

-> +> +

8, 11,22,24

-, +, -, +

13, 25, 29, 30

-> +> •»+

3, 19, 26, 18

+,-,+,-

5, 16, 27

+, -, -

keputusan untuk kepentingan umum.
4

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi rasa
kekeluargaan.

5

Dengan mkad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

6

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.

7

8

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Mahaesa
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan
Jumlah

30 item

Pengukuran sikap demokrasi dilakukan dengan menggunakan skala sikap
yang menggambarkan respon afektif siswa terhadap suatu objek. Item-item telah
diuji kereliabelan melalui pendekatan konsistensi internal.

Pendekatan

ini

digunakan untuk mengestimasi reliabilitas skala sebelum digunakan sebagai alat
ukur sikap demokrasi siswa. Teknik pengujian menggunakan reliabilitas Cronbach

alpha (Saefuddin,1997). Pengujian validitas skala sikap demokrasi dilakukan
dengan pendekatan validitas kesamaan (konkuren) dan teknik pengukuranya
digunakan korelasi product moment (Jalaludin, 1994).

Berdasarkan tabel 3.3 pada baris dimensi skala sikap demokrasi diperoleh

harga koefisien alpha sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan konsistensi internal
setiap item skala dalam mengukur sikap demokrasi. Sedangkan hasil pengujian
validitas skala sikap demokrasi diperoleh indeks korelasi sebesar 0,86. Hasil ini

38

kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat signifikansinya menggunakan uji t.

Hasil analisis disajikan pada tabel 3.3, menunjukkan harga t hitung sebesar 8,94.
Kriteria pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t t tabel = 2,048). Berarti instrumen skala sikap secara nyata memiliki
validitas yang cukup tinggi untuk mengukur perubahan sikap demokrasi.
Tabel 3.6

Respon Siswa dan skor yang diberikan
Respon Siswa

E.

Bobot nilai untuk

Bobot nilai untuk

respon positif

respon negatif

Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-ragu (R)

nilai = 5

nilai =

nilai = 4

nilai = 2

nilai = 3

nilai = 3

Tidak Setuju (ST)

nilai = 2

nilai = 4

Sangat Tidak Setuju (STS)

nilai =

nilai = 5

1

1

Teknik Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian

digunakan teknik parametrik t test. Dengan teknik analisis ini, perbandingan
kelompok perlakuan dan kontrol pada variabel dependen dapat diketahui
(Matheson, Bruce, dan Beuchamp, 1974; Robinson, 1976; Jalaluddin, 1993).
Selanjutnya untuk mengetahui sejauhmana asumsi statistik dipenuhi oleh
data digunakan beberapa teknik. Pengujian asumsi randomisasi data diuji dengan

teknik ANAVA satu arah. Normalitas distHb)isi data diuji dengan uji Chi squar£>
/ua\omogenitas data diuji dengan uji Bartlett. Disamping itu, beberapa teknik ]t£)
telah digunakan dalam mengemb^an instrumen meliputi: Kuder Richardson-21.
Conbach Alpha dan Product Momen Correlation.
Seluruh analisis statistik dalam menjawab hipotesis diselesaikan dengan

bantuan komputer melalui program Microsoft Excel Versi 7.0.

39

F.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan kepada siswa kelas II SMU Negeri 1
Indramayu pada tahun ajaran 1997/1998, dengan jadual penelitian pada tabel
sebagai berikut;

Tabel 3.7

Jadual Pemberian Perlakuan dan Wawancara

No

Hari/tanggal

Kegiatan

Waktu/jam

1

Jum'at

07.30-10-30

Memberikan tes awal

2

Sabtu

07.30-10-30

Wawancara

3

Senin

07.30-10-30

4

Selasa

07.30-10-30

5

Rabu

07.30-10-30

6

Kamis

07.30-10-30

Memberikan perlakuan pertama tentang
Pengertian demokrasi
Memberikan perlakuan kedua tentang
Keunggulan Demokrasi Pancasila dibandingkan
sistem demokrasi lainnya.
Memberikan perlakuan ketiga tentang
Pandangan tentang keunggulan demokrasi
Pancasila dengan Demokrasi Barat dan Timur
Memberikan perlakuan keempat tentang

7

Jum'at

07.30-10-30

Memberikan tes akhir

8

Sabtu

07.30-10-30

Wawancara

Musyawarah dan mufakat.

BAB V

KESIMPULAN

A.

Kesimpulan

Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuannya, bahwa penerapan

model simulasi sosial terbukti efektif dalam mengembangkan nilai dan sikap
demokrasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan empiris secara spesifik
diungkapkan beberapa kesimpulan sebagai berikut

Pertama, penerapan model simulasi sosial yang dikembangkan dalam
penelitian ini terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa berkaitan dengan

penguasaan konsep demokrasi dibandingkan dengan pembelajaran model biasa
(konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan
ditunjukkan dari indeks determinasi dari penerapan kedua model terhadap
peningkatan skor hasil belajar yang dicapai siswa sebagai variabel dependen.
Temuan ini memperkuat teori bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi
kualitas pembelajarannya.

Kedua, penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam

mengembangkan nilai demokrasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran model
biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan
ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap
peningkatan nilai demokrasi sebagai variabel dependen.

Ketiga, penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam

mengembangkan sikap demokrasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran
model biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara

signifikan ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap
peningkatan skor sikap demokrasi siswa sebagai variabel dependen.
81

82

Keempat, berkenaan dengan temuan penelitian ternyata model simulasi
sosial relevan dengan kebutuhan remaja untuk membina nilai dan sikap
demokrasi yang dilandasi nilai moral Pancasila. Masa remaja merupakan masa

yang retan terhadap perubahan nilai yang terjadi dalam masyarakat. Model ini
secara empiris terbukti efektif dalam mengembangkan aspek-aspek perilaku

operasional yang mencerminkan nilai demokrasi, yaitu; (1) melakukan perbuatan
dan tindakan secara musyawarah, (2) menentukan peraturan dan disiplin dengan

mempertimbangkan orang lain, (3) menghadapi permasalahan secara wajar dan
terbuka, (4) saling menghormati dan saling menghargai, (5), mengembangkan
komunikasi dua arah, (6) menyampaikan pendapat menggunakan kata-kata yang

mendidik, (7) memberikan pengarahan perbuatan baik yang perlu dipertahankan

dan yang buruk untuk ditinggalkan, dan (8) memberikan dorongan dengan penuh
pengertian.
B.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut;

Pertama, pada rancangan penelitian eksperimen ditemukan kelemahankelemahan tertentu berkaitan dengan faktor-faktor yang diperkirakan dapat

mempengaruhi rancangan karena tidak dapat dikontrol. Faktor-faktor yang dapat
mengurangi validitas rancangan penelitian antara lain; (a) kejadian selama
penelitian (history), (b) perubahan emosional selama penelitian (maturation), (c)
pemberian tes (testing), (d) instrumentasi (instrumentation), dan (e) mortalitas
(mortality).

Kedua, jumlah item atau pertanyaan tes yang diuji pada tes penelitian

masih sangat terbatas. Khususnya jumlah butir soal yang mewakili berbagai
aspek pengukuran dianggap masih belum memadai (representatif). Oleh karena itu
tes hasil belajar siswa dalam penelitian, baik ditinjau dari skor total maupun

83

setiap aspek kognitif cenderung berupa perbandingan antara tes hasil belajar dua
kelompok, yaitu kelompok perlakuandan kontroL

Ketiga, pengembangan ranah kognitif siswa dalam penelitian ini hanya

diukur hingga tingkat yang keempat, yaitu analisis (analysis) yang cenderung

bersifat pengetahuan. Dengan demikian, ranah kognitif tingkat tinggi (sintesis dan

penilaian) siswa kurang tergali secara mendalam. Sehingga sangat ciimungkinkan
penguasaan siswa terhadap konsep demokrasi belum terinternalisasi sepenuhnya.
Keempat, pengembangan skala nilai dan skala sikap dalam penelitian ini
belum dapat mengungkap secara mendalam mlai-nilai demokrasi yang dapat
terinternalisasi dalam dirinya. Hal ini diaMbatkan keterbatasan instrumen dalam

mengungkapkan kedua aspek tersebut Sehingga dimungkinkan terjadinya
perubahan nilai dan sikap dalam diri siswa dipengaruhi oleh faktor lain yang
berada di luar konteks penelitian ini.

Ketima, penelitian ini terbatas pada pengembangan model dalam situasi

kelas. Sehingga peneliti tidak dapat mengungkap secara mendalam perubahan
nilai dan sikap demokrasi di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, maka temuan penelitian tentang

efektivitas penerapan model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap
demokasi tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas.
Keenam, hasil belajar siswa berkaitan dengan penguasaan konsep

demokrasi tidak dapat diprediksikan terhadap pengembangan nilai dan sikap
siswa. Dengan kata lain kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan

fungsional yang dapat menjelaskan bahwa setiap perubahan pada kemampuan

kognitif seseorang akan diikuti perubahan pada nilai dan sikap demokrasi siswa.
Faktor lain yang diprediksi berpengaruh terhadap perubahan nilai dan sikap
demokrasi sebagai efek perlakuan variabel independen (simulasi sosial) antara lain,

kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan,

84

kemampuan dalam mempersepsikan gejala yang diamati, pemahaman dan
penghayatan terhadap nilai-nilai yang telah terbentuk, kemampuan menganalisis
dan memberikan penilaian terhadap masalah. Hal ini berkaitan pula dengan

rancangan penelitian yang digunakan, karena domain afektifyang diukur terbatas

hingga tahap penilaian/penentuan sikap (valuing). Akibatnya, kesediaan dan
kepuasan siswa untuk memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam sangat
menentukan tanggapan terhadap nilai afektif (Subiyato, 1988: 52). Kecenderungan

ini diperkuat oleh Andersen dan Koutnik (1972:108) bahwa kemampuan berfikir

tingkat tinggi sangat sulit mengamati perubahan sikap siswa dalam menghayati
suatu permasalahan.

C.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan di atas maka, pada bagian ini dikemukakan beberapa rekomendasi

kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain guru-guru, pengambil kebijakan dan
peneliti lebih lanjut.
1.

Bagi Guru

Pertama,

guru-guru lebih

memperluas wawasan

pengetahuan dan

keterampilan dalam bidang pendidikan nilai-moral, meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan

dan penyempurnaan pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
mengintegrasikan pemilihan materi, metode, media, sumber belajar dan alat
evaluasi secara menyeluruh. Model simulasi sosial merupakan salah satu

alternatif kegiatan

belajar mengajar yang dapat ditempuh

guru

dalam

mengembangkan nilai dan sikap demokrasi.

Kedua, model simulasi sosial dapat membantu guru dalam mengembang

kan aktivitas belajar siswa melalui pemahaman, penghayatan dan penerapan nilai

85

dan sikap demokrasi. Model simulasi sosial mendorong keterlibatan siswa secara

optimal dalam menyusun perencanaan, melaksanakan kegiatan dan latihan.
Model ini lebih berorientasi bagaimana siswa belajar, guru hanya bertindak

sebagai fasilitator, mewasiti, melatih dan, mengarahkan diskusi.

Ketiga, guru sebagai pendidik hendaknya meningkatkan ketauladanan

dalam menjalankan profesinya, terutama sikap dan perilaku demokratis sesuai

dengan nilai moral Pancasila, sehingga menjadi sesuatu yang bermakna bagi
siswa. Nilai dan sikap demokrasi akan terinternalisasi dalam diri siswa, jika guru

menunjukkan sikap dan perilaku demokratis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

prespektif Islam ketauladanan merupakan aspek yang sangat penting (QS.alAhzab:21,37; an-Nahl:43-44). Menurut Abdurrahman An Nahlawi (1995:262-263)

pada dasarnya pendidik dituntut untuk menjadi tauladan dihadapan anak
didiknya dan menjauhkan dari perilaku menyimpang. Artinya anak didik akan
meneladani pendidiknya dan

benar-benar puas

terhadap ajaran yang

diberikannya, sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari anak didik merupakan
tuntutan realistis yang dapat diaplikasikan.
2.

Bagi Pengambil Kebijakan

Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa

perlu pemantapan kebijakan dalam pelaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah, sebagai berikut:

Pertama, dalam menanamkan nilai dan sikap agar lebih bermakna perlu

diberikan atau disajikan berbagai alternatif bahan bacaan penunjang (suplemen)

kegiatan simulasi sosial yang memuat masalah-masalah aktual dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan dapat menyediakan bahan

bacaan, media dan sumber belajar lain yang menunjang pelaksanaan simulasi
sosial.

86

Kedua, dalam upaya membina nilai dan sikap demokrasi, kepala sekolah
dan pikak terkait memberikan kesempatan dan dorongan kepada guru-guru

untuk meningkatkan kemampuannya menerapkan model simulasi sosial dalam
membina nilai dan sikap demokrasi siswa.

Ketiga, berdasarkan temuan penelitian ternyata pembinaan nilai dan sikap
demokratis di sekolah berkaitan erat dengan nilai dan sikap demokrasi yang telah

terbina dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu sekolah secara intensif
harus meningkatkan hubungan dengan orang tua dan masyarakat dalam
membina nilai dan sikap demokrasi.
3.

Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan bagi para peneliti
lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama dalam memperluas

wawasan tentang penerapan model simulasi sosial dalam membina nilai dan sikap
demokrasi. Pembinaan nilai dan sikap demokrasi bukan saja menelaah

ketercapaian ranah kognitif saja tetapi lebih mengarah pada penguasaan

kemampuan afektif khususnya penghayatan dan pengamalan nilai dan sikap
demokratis. Disamping itu perlu dikaji faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam
membina nilai dan sikap demokrasi baik di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian, pada penelitian selanjutnya, diharapkan lebih mengungkapkan
aspek-aspek tersebut dalam membina nilai dan sikap demokrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab (1989), Evaluasi Pengajaran PMP, Bandung: LPPMP IKIP
Bandung.

, (1989), Metodologi Pengajaran IPS, Jakarta: Depdikbud P2LPTK.

Ahmad Kosasih Djahiri, (1980), Teknik Membina Sikap dan Ilmu Pengetahuan
Sosial dan PMP, Bandung: LP3.

t (1992), Menelusuri Dunia Afektif-Nilai Moral dan Pendidikan Nilai-MoralNorma, Bandung: Lab. PPKN IKIP Bandung.

Ali, H,M (1993), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa.

An Nahlawi (1995), Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta;
Gema Insani Press.

Bambang Daroeso (1986), Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila,
Surabaya: Aneka Ilmu.

Bloom, B.S. 1975), Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain, New
York: David McKay.

BP-7 (1986), Buku Petunjuk Pelaksanaan Permainan Simulasi P-4, Jakarta: Badan
Pembinaan

Pendidikan

Pelaksanaan

Pedoman

Penghayatan

dan

Pengamalan Pancasila (BP-7) Pusat

Castel, A.A., dan Stahl, R.J., (1975), Value Clarification in the Classroom APrimer,
Santa Monica, California: Goodyear Publlishig Compay., Inc.

Darji Darmodihardjo (1988), Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional.
Depdikbud (1989/1990), Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989
tentang SistemPendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud.

,(1994), Kurikulum Sekolah Menengah UmunvGaris-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) PPKN, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Umum.

y(1985), Pedoman Metode Penyajian Pendidikan Moral Pancasila dan
Penerapannya: Untuk Guru Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Depdikbud.
Dunkin, Michel J, dan Bruce J. Biddle., (1974), The Study of Teaching, New
York: Holt Rinehart and Winston.

87

88

Ersis Warmansyah Abbas (1994), Hubungan antara Penampilan Kerja Guru

dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi PMP di SMA Negeri Kotamadia
Banjarmasin, Tesis, Bandung: PPS IKIP Bandung.

Evans R. David (1979), Games and Simulations in Literacy Training, Tehran:
Hulton Educational Publications Ltd., in cooperation with International
Institut for Adult Literacy Methods.

Eyre, R dan Linda, (1995), Mengajarkan Nilai-Nilai kepada Anak, Jakarta:
Gramedia.

Fraenkel, J.R, (1987). How to Teach about Values: An Analytic Approach,
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Gay. L.R., (1987), Educational Research: Competencies for Analysis and Aptication,
Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.

Gilbert, R. (1996), Studying Society and Environment A Handbook for Teachers,
South Melbourne: Macniillan Education Australia PTY.Ltd.

Guilford, J.P. 8s Fruchter, B. (1978), Fundamental Statistics in Psychology and
Education, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Jalaluddin rakhmat (1993), Metode Penelitian Komunikasi Bandung: Remadja
Rosdakarya.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsha., (1986), Models of Teaching, New Jersey: PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs.

Kelly A.V (1995), Education and Democracy: Principles and Practices, London: Paul
Chapman Publishig. Ltd.

Lauster. P (1994), Tes Kepribadian, Jakarta: Bina Aksara.

Mar'at (1982), Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya, Jakarta: Ghalia
Indonesia.

M.D, Dahlan, (1990), Model-Model Mengajar. Beberapa Alternatif Interaksi Belajar
Mengajar, Bandung: CV. Diponegoro.

M.Hatip. (1997), Model Bimbingan Motivasi Belajar dengan mendayagunakan
Atribusi terhadap Kegagalan dan Keberhasilan Belajar, Desertasi, Bandung:
PPS IKIP Bandung.

M.Ngalim Purwanto (1994),iZmu Pendidikan Teoritis danPraktis, Bandung: Remadja
Rosdakarya.

M. Uzer Usman., dan Lilis Lisnawati., (1993J, Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, Bandung: Remadja Rosdakarya.

89

Nana Sudjana (1988), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
r> dan Ibrahim., (1989), Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru.

Nana S. Sukmadtnata (1983), Kontnbusi Konsep Mengajar dan Motif Berprestasi
terhadap Proses Mengajar dan Hasil Belajar (Desertasi), Bandung: PPS IKIP
Bandung.

Nasution S.(1992), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta: Bina Aksara.

Nawawi, H.H., dan Hadari, M.M., (1992), Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

M. Numan Somatri. (1976), Metode Mengajar Civics, Jakarta: Erlangga

Miriam Budiardjo (1977), Dasar-dasarIlmu Politik, Jakarta: Gramedia.

Oemar Hamalik. (1993), Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan
CBSA, Bandung: Sinar Baru.

, (1993), Strategi BelajarMengajar, Bandung: Mandar Maju.

Phenix, P.H. (1964), Realms of Meaning: A Philosophy of the Curriculum for General
Education, New York: McGraw-Hill Book Company.

Puspa Djuwita, (1996), PenampUan Guru PMP dalam Proses Belajar Mengajar
dalam rangka Membina Nilai Moral Pancasila, Tesis, Bandung: PPS IKIP
Bandung.

Purba H., dan SukartL (1992), Peranan Perhatian Orang tua mengenai Pendidikan
Formal Anak dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar pada
Siswa beberapa SMA di Kotamadya Yogyakarta, dalam Berkala Penelitian
Pascasarjana UGM, Yogyakarta: Gadjah Mada University Graduate
Research Publication, hh. 867-877.

Rochman Natawidjaya (1979), Psikhologi Umum dan Sosial, Jakarta: Dirjen
Dikdasmen

Saifuddin A. (1989), Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Liberty.
, (1997), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

S. Pamudji (1985), Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, Jakarta: Bina
Aksara.

Soekarto S.,dkk (1984), Pengant