INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TADIR DENGAN NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL SISWA.

(1)

DENGAN NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL SISWA

SKRIPSI

Oleh :

ENDAH FITRI MUFIDAH NIM. D34212058

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FEBRUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii Oleh:

ENDAH FITRI MUFIDAH ABSTRAK

SMP Islam adalah Sekolah Menengah Pertama dengan pelajaran agama Islam lebih banyak dan kegiatan sekolah yang tidak lepas dari bingkai ajaran Islam. SMP Al-Irsyad Surabaya adalah salah satu sekolah Islam di Surabaya yang setiap hari telah diajarkan dan dibiasakan tentang nilai-nilai Islam. Sehingga siswa lebih menyukai pelajaran yang Islami daripada pelajaran umum seperti matematika. Respon siswa tidak baik yang mengakibatkan siswa tidak paham dengan pelajaran dan kesulitan untuk menyelesaikan masalah matematika. SMP ini juga jarang menyisipkan nilai-nilai keislaman pada saat pembelajaran matematika berlangsung, biasanya pada saat membuka pelajaran. Tetapi pengaruhnya terhadap sikap sosial siswa hanya terlihat pada sebagian siswa dan beberapa saat saja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan mendeteksi perubahan sikap sosial siswa setelah diterapkannya pembelajaran tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Metode penelitian yang digunakan adalah model pengembangan ADDIE dengan langkah sebagai berikut: 1) Analysis (analisis), 2) Design (perancangan), 3) Development

(pengembangan), 4) Implementation (implementasi), dan 5) Evaluation

(evaluasi). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya yang berjumlah 25 siswa.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) deskripsi proses pengembangan perangkat pembelajaran model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam menggunakan model pengembangan ADDIE dan (2) pembelajaran model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dapat membentuk sikap sosial siswa dengan adanya perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik.


(7)

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Batasan Masalah ...6

F. Definisi Operasional ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TADIR...9

1. Pengertian Model Pembelajaran TADIR ...9

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran TADIR ... 11

B. Integrasi Nilai-Nilai Islam... 12

C. Model Pembelajaran TADIR dengan Mengintegrasikan Nilai-Nilai Islam ... 18

D. Perangkat Pembelajaran dengan Model TADIR ... 20

E. Sikap Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 22

F. Keterkaitan antara Pembelajaran Matematika, Nilai-Nilai Islam, dan Sikap Sosial ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian dan Pengembangan ... 29

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 30


(8)

xi

3. Jenis Data... 32

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

5. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Uji Coba ... 37

B. Analisis Data ... 52

C. Revisi Produk ... 57

D. Kajian Produk Akhir ... 60

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran

Islam.1 Di dalam pendidikan Islam terdapat lembaga

pendidikan Islam, yakni suatu wadah atau tempat

berlangsungnya proses pendidikan Islam.2 Namun, penelitian

ini hanya membahas pada lembaga pendidikan Islam formal (sekolah). Lembaga pendidikan Islam formal juga memiliki jenjang, yaitu tahapan pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Diantaranya adalah RA setingkat dengan TK, SD Islam/MI setingkat dengan SD, SMP Islam/MTs setingkat dengan SMP, SMA Islam/MA setingkat

dengan SMA, dan STAI/IAIN setingkat dengan Universitas.3

Raudhatul Athfal (RA)/TK adalah jenjang pendidikan untuk anak usia dini. Sedangkan Sekolah Dasar Islam (SD Islam)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan Islam formal di Indonesia yang ditempuh dalam waktu 6 tahun. Sekolah Menengah Pertama Islam (SMP Islam)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah jenjang pendidikan setelah lulus Sekolah Dasar dan ditempuh selama 3 tahun. Sekolah Menengah Atas Islam (SMA Islam)/Madrasah Aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan menengah yang setara dengan SMA/SMK dan ditempuh selama 3 tahun. Sedangkan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)/Institut Agama Islam Negeri (IAIN) adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi di Universitas Islam.4 Sekolah-sekolah tersebut berbasis Islam dan langsung dikelola oleh Kementrian Agama.

1

Pendidikan Islam, (http://islamcendikia.blogspot.co.id/2013/12/smpit-cendekia-cianjur .htm l), Pendidikan Islam. Diakses pada 19 April 2016

2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 277.

3 Pendidikan Islam Formal,

(http://ekoduasatudua.blogspot.co.id/2011/06/pendidikan-islam-formal.html) Pendidikan Islam Formal. Diakses pada 29 April 2016

4


(10)

Pada penelitian ini peneliti fokus untuk SMP Islam saja. Yang membedakan sekolah ini dengan sekolah lain, diantaranya pelajaran agama Islam lebih banyak, kegiatan sekolah juga tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai Islam. Namun, pelajaran umum yang diberikan sama dengan SMP lainnya. Keberadaan pelajaran umum dan pelajaran agama Islam menyebabkan terbaginya konsentrasi siswa yang

tidak bisa secara maksimal mempelajari keduanya.5

SMP Al-Irsyad adalah salah satu sekolah Islam yang berada di Surabaya. Siswa di sekolah ini cenderung menyukai pelajaran yang Islami seperti Aqidah, Fiqih, Tarekh, PAI, Bahasa Arab, dan lainnya daripada pelajaran umum khususnya matematika. Karena setiap hari telah diajarkan dan dibiasakan

tentang nilai-nilai Islam.6 Pada siswa kelas VIII SMP Al-Irsyad

pelajaran agamanya lebih bagus daripada matematika. Hal ini disebabkan karena pelajaran agama banyak hafalan dan cerita yang lebih disukai kebanyakan siswa. Sedangkan saat pelajaran matematika berlangsung, respon siswa kurang baik karena seringkali mereka kurang antusias dan tidak tertarik bahkan

tidak memperhatikan penjelasan guru.7 Sehingga siswa tidak

paham dengan pelajaran yang mengakibatkan kesulitan untuk

menyelesaikan masalah matematika.8

Saat ini masih banyak terjadi proses pembelajaran matematika di SMP Islam yang jarang sekali memadukan ilmu matematika dengan nilai-nilai Islam. Diketahui bahwa SMP Islam merupakan salah satu sekolah yang memiliki dasar agama yang kuat. Seharusnya dengan kondisi tersebut dapat menjadi contoh sekolah lain yang mendukung terlaksananya pembelajaran matematika dengan menyisipkan nilai-nilai Islam. Di SMP Al-Irsyad sendiri juga jarang menyisipkan

nilai-nilai keislaman pada saat pembelajaran matematika

5 Konsep Sekolah Islam Terpadu, (smaitalqolam.com) konsep-sekolah-islam-terpadu.

Diakses pada 19 April 2016

6Alfiyah Hidayati, Skripsi: ”

Pengembangan Modul Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah dengan Menyisipkan Nilai Islam di SDIT Ghilmani Surabaya”. (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2016), 1.

7 Hasil wawancara dengan Ibu Gurnita Kusumaningati, S.Pd (Guru kelas VIII SMP

Al-Irsyad) pada tanggal 20 April 2016

8


(11)

berlangsung. Biasanya guru menyisipkan nilai-nilai Islam tersebut pada saat membuka pelajaran. Tetapi pengaruhnya terhadap sikap sosial siswa hanya terlihat pada sebagian siswa dan beberapa saat saja. Faktor penyebabnya adalah suasana yang tidak kondusif dan kurangnya motivasi.

Padahal sekolah Islam didirikan berdasarkan kebijakan yayasan dan pengelola sekolah dalam rangka mewujudkan harapan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai motivasi bagi setiap sikap dan perilaku hidup manusia melalui lembaga pendidikan sekolah.9 Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab.”10

Jika siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika dan belum terbentuknya sikap sosial siswa maka tujuan pembelajaran matematika tidak dapat tercapai. Sebenarnya siswalah yang menjadi faktor utama karena masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu sulit dan membosankan. Sehingga perlu adanya model pembelajaran yang inovatif dengan nilai-nilai Islam agar pembelajaran lebih menyenangkan dan pelajaran lebih mudah diterima siswa serta lebih religius.

Salah satu cara yang dilakukan adalah

mengintegrasikan model pembelajaran TADIR dengan nilai-nilai Islam untuk pembentukan sikap sosial siswa. Model pembelajaran TADIR tidak hanya membantu siswa untuk memahami materi pelajaran matematika. Tetapi juga dapat membentuk sikap sosial siswa dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena

9 Konsep Sekolah Islam Terpadu, Loc. Cit. 10


(12)

selain matematika, nilai-nilai Islam juga dapat membentuk

sikap dan perilaku siswa.11 Dengan demikian diharapkan siswa

mampu menyelesaikan masalah matematika dan memotivasi diri untuk berperilaku lebih baik.

TADIR merupakan model pembelajaran yang

memberikan kebebasan siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri karena memiliki pijakan dari

pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based learning).12

Kata TADIR diambil dari kepanjangannya yaitu Translation,

Analysis, Design, Implementation, dan Review.

Langkah-langkah pada model pembelajaran TADIR menurut J.Barojas

adalah Translation (menerjemahkan), Analysis (menganalisis),

Design (merancang), Implementation (melakukan), dan Review

(meninjau kembali).13

Banyak penelitian-penelitian terdahulu terkait model pembelajaran TADIR. Rika Arista dkk dalam penelitiannya mendeskripsikan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan respon siswa menjadi sangat baik dalam proses pembelajaran

matematika setelah menggunakan model pembelajaran

TADIR.14 Sedangkan Sri Laksmi Widiyastuti dkk dalam

penelitiannya juga menjelaskan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran TADIR terhadap meningkatnya hasil belajar

matematika.15 Dalam suatu pembelajaran nilai-nilai Islam

berperan penting untuk membentuk karakter/sikap siswa. Lukman Hakim mendeskripsikan bahwa sikap dan perilaku yang baik pada siswa dapat terbentuk dengan menerapkan

11

Ali Muhtadi, “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta”.

(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2005)

12Sri Laksmi Widiyastuti dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran TADIR Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Kecamatan Banjar”.

2:1, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2014), 3.

13

J. Barojas, “Problem Solving And Writing II: The Point of View of Hermeneutics”,

Latin American Journal of Physics Education, 2:1, (Januari, 2008), 6.

14Rika Arista dkk. “Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran TADIR Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD Gugus XV Kecamatan Buleleng”. (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2012), 9.

15


(13)

nilai-nilai Islam.16 Sedangkan Nani Fitriyah dkk menjelaskan

meningkatnya sikap demokratis siswa pada proses

pembelajaran matematika dengan menyisipkan nilai

keislaman.17

Model pembelajaran TADIR ini dibutuhkan dalam membentuk sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran, seperti siswa akan memiliki rasa ingin tahu, kreatif, mandiri, dan lebih bekerja keras dalam menyelesaikan masalah matematika. Karena siswa akan mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Dari sini akan terlihat sikap sosial lainnya pada siswa.

Diharapkan dengan penelitian ini dapat membentuk sikap sosial siswa sehingga bisa menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Barangsiapa memiliki karakter/sikap yang digariskan dalam diri Rasulullah SAW maka dia mendapat rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur`an QS.Al-Ahzab ayat 21 yakni :

َهَ ا َرَكَذَو َرِخآ َمْوَّيْا َو َهَ ا وُجْرَّي َ نَك ْ َمِا ٌةَلَ َ ٌةَوْسُأ ِهَ ا ِلوُسَر ِِ ْ ُكَا َ نَك ْدَقَا

ًرِثَك

(

٢١

)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” 18

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan

penelitian yang berjudul “Integrasi Model Pembelajaran

TADIR dengan Nilai-Nilai Islam untuk Pembentukan Sikap

Sosial Siswa”.

16 Lukman Hakim. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya”. 10:1, (Tasikmalaya: STH Galunggung, 2012), 67.

17Nani Fitriyah. “Implementasi Model Pembelajaran Matematika Berintegrasi Keislaman dalam Meningkatkan Karakter Demokrasi Siswa”. 4:2, (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, 2015), 101.

18


(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran

model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam?

2. Bagaimana sikap sosial siswa setelah diterapkannya

model pembelajaran TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian bertujuan :

1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat

pembelajaran model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam.

2. Untuk mendeteksi perubahan sikap sosial siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat menjadi pedoman guru dalam menyusun rencana

pembelajaran yang inovatif dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan menjadi acuan dalam mengajar.

2. Dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika melalui pembelajaran model TADIR,

meningkatkan sikap sosial siswa agar terbiasa

mengamalkan nilai-nilai Islam, dan mencegah siswa berperilaku yang kurang baik.

3. Dapat dijadikan sebagai pengalaman peneliti dalam

mengembangkan dan menerapkan suatu pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam serta sebagai bahan kajian lanjutan untuk penelitian lain yang terkait.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti mengadakan pembatasan masalah diantaranya :

1. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan hanya


(15)

2. Sikap sosial yang dimaksud, yaitu tanggungjawab, toleransi, gotong-royong, dan percaya diri.

F. Definisi Operasional

Dari permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka perlu disampaikan definisi operasional agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami konsep, yaitu sebagai berikut :

1. Sikap sosial siswa setelah diterapkannya model

pembelajaran TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam adalah adanya perubahan perilaku siswa sesuai indikator selama pembelajaran berlangsung. Siswa terbiasa mengamalkan nilai-nilai Islam dalam berperilaku (tanggungjawab, toleransi, gotong-royong, dan percaya diri) sehingga akan membentuk sikap sosial siswa tersebut.

2. Pengintegrasian nilai-nilai Islam dilakukan pada

bagian-bagian RPP (pendahuluan, inti, dan penutup) dan LKS.

3. Nilai-nilai Islam yang diintegrasikan adalah nilai-nilai


(16)

(17)

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran TADIR

1. Pengertian Model Pembelajaran TADIR

Kata TADIR diambil dari kepanjangannya yaitu

Translation (menerjemahkan), Analysis (menganalisis),

Design (merancang), Implementation (melakukan), dan

Review (meninjau kembali).1 TADIR merupakan model

pembelajaran yang memiliki pijakan dari pembelajaran

berdasarkan masalah (problem-based learning).2 Model

pembelajaran tersebut memberikan kebebasan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri karena siswa diarahkan untuk menentukan kegiatan belajarnya sendiri sesuai dengan masalah yang diberikan.

Sri Laksmi Widiyastuti dkk dalam penelitiannya menjelaskan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran

TADIR terhadap meningkatnya hasil belajar matematika.3

Sedangkan Rika Arista dkk dalam penelitiannya juga mendeskripsikan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan respon siswa menjadi sangat baik dalam proses pembelajaran matematika setelah menggunakan model

pembelajaran TADIR.4

Model pembelajaran TADIR dirancang dengan memadukan dimensi kognitif dan metakognitif. Dimensi tersebut berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah. Pada dimensi kognitif akan menghilangkan salah

satu komponen dari TADIR yaitu (R) Review. Karena

dimensi ini hanya sesuai dengan langkah TADI yang berorientasi pada kemampuan berpikir siswa untuk

1 J. Barojas, “Problem Solving and Writing II: The Point of View of Hermeneutics”, Latin American Journal of Physics Education, 2:1, (Januari, 2008), 21.

2Sri Laksmi Widiyastuti dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran TADIR Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Kecamatan Banjar”.

2:1, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2014), 3.

3 Ibid, h.1

4 Rika Arista dkk. “Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran TADIR Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD Gugus XV Kecamatan Buleleng”. (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2012)


(18)

menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan dimensi

metakognitif sesuai dengan langkah (R) Review karena

dimensi ini akan mengevaluasi langkah TADI sehingga memberikan kontribusi yang baik terhadap kemampuan berpikir siswa.5

Pada model pembelajaran TADIR, kegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian masalah yang kontekstual (kehidupan sehari-hari). Dikatakan kontekstual karena menggunakan masalah dunia nyata bagi siswa untuk belajar keterampilan pemecahan masalah dan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari materi pelajaran serta memberikan peluang untuk

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.6

Dengan begitu diharapkan kepada siswa menjadikan pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan konsep matematikapun tidak mudah dilupakan.

Dalam model pembelajaran TADIR,

pembelajaran ditekankan pada learning community yang

dalam pembelajaran terdapat kelompok-kelompok belajar yang merupakan suatu wadah bagi siswa untuk bertukar

pikiran dengan anggota kelompok lain.7 Dengan adanya

kelompok belajar di dalam kelas, siswa lebih aktif lagi

untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan

afektifnya. Pada kemampuan kognitif, siswa dituntut berpikir dengan pengetahuan yang telah dimiliki agar mampu memecahkan masalah matematika yang diberikan.

Sedangkan pada afektif, respon siswa terhadap

pembelajaran matematika menjadi lebih baik sehingga

akan berpengaruh juga terhadap sikap siswa.8

5

Ibid, h.9

6

Ibid, h.4

7 Sri Laksmi Widiyastuti dkk, Loc.Cit.

8 Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. (http://abazariant.blogspot.co.id/2012/

10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html). Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Diakses pada 16 Juni 2016


(19)

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran TADIR

Menurut J.Barojas, langkah-langkah model

pembelajaran TADIR sebagai berikut:9

1) Translation

Translation merupakan langkah

menerjemahkan pernyataan yang menjelaskan tentang suatu masalah dengan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika, seperti gambar, sistem, atau grafik sehingga siswa mampu memahami permasalahan yang diberikan. Pada langkah ini, guru menuntun siswa

dalam menvisualisasikan situasi permasalahan

sehingga dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai masalah tersebut.

2) Analysis

Analysis merupakan langkah menganalisis

dengan membuat asumsi yang diperlukan untuk menginterpretasikan keadaan suatu sistem matematika dalam membangun solusi permasalahan dengan menggunakan teori-teori atau konsep-konsep yang telah dimiliki. Pada langkah ini, guru membantu siswa dalam menganalisis masalah dengan pemahaman konsep yang sesuai dengan masalah tersebut.

3) Design

Design merupakan langkah mendesain skema

atau diagram konseptual yang terdiri dari hubungan

konsep-konsep dasar yang digunakan untuk

menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam matematika. Pada langkah ini, guru akan menuntun siswa dalam merancang investigasi atau penyelidikan yang sesuai dengan masalah, sehingga siswa akan menghasilkan rancangan yang digunakan dalam

memecahkan masalah. Perancangan pemecahan

masalah dapat berupa perancangan percobaan dan persamaan berdasarkan hubungan konsep-konsep dasar.

9


(20)

4) Implementation

Implementation merupakan langkah

menggunakan atau menerapkan diagram, asumsi, teori atau konsep-konsep matematika, dan hubungan antara konsep-konsep untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut. Pada langkah ini, guru menuntun siswa dalam

melaksanakan pemecahan masalah berdasarkan

rancangan yang telah dibuat.

5) Review

Review yang merupakan langkah peninjauan

kembali dari semua langkah TADI. Pada langkah ini, guru menuntun siswa melakukan peninjauan kembali dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperoleh struktur pengetahuan baru yang

merupakan hasil refleksi dari pengetahuan

sebelumnya. B. Integrasi Nilai-Nilai Islam

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nilai Islam adalah tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil) yang bersifat mutlak kebenarannya,

universal, dan suci.10 Sedangkan Kohar mendefinisikan nilai

Islam sebagai sifat-sifat atau hal-hal di dalam ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW yang digunakan sebagai dasar penentu tingkah laku atau rujukan seseorang dalam melaksanakan sesuatu sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat. Nilai Islam bersumber langsung dari Al-Qur`an dan Hadits yang menjadi landasan kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran di sekolah yang tidak hanya mampu mengantarkan siswa pada ketercapaian

pengetahuan (kognitif) saja, tetapi juga ketercapaian

pemahaman dan penerapan nilai-nilai Islam tetapi tidak serta

merta dapat diterapkan ke semua mata pelajaran di sekolah.11

10 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).

11 Ahmad Wachidul Kohar, Membumikan Pendidikan Nilai Melalui Integrasi Nilai Islam dalam Pembelajaran Matematika” (Disampaikan dalam acara Seminar Pendidikan Matematika, 2010).


(21)

Yang dimaksud integrasi nilai-nilai Islam dalam penelitian ini adalah menyatukan atau menyisipkan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Qur`an dan Hadist ke dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TADIR untuk membiasakan siswa berperilaku yang baik.

Menurut Suparni, dalam perspektif al-Qur‟an nilai

-nilai akhlakul karimah dikelompokkan menjadi empat hal, yakni:12

1. Nilai yang terkait dengan

ِا َ ِ ٌ ْ َ

(hablun minallah), yakni hubungan seorang hamba kepada Allah. Seperti ketaatan, keikhlasan, syukur, sabar, tawakal, mahabbah, dan sebagainya.

2. Nilai yang terkait dengan

ِ َنلا َ ِ ٌ ْ َ

(hablun minannas), yakni hubungan manusia dengan sesama manusia. Seperti tolong-menolong, empati, kasih sayang, kerjasama, saling mendoakan dan memaafkan, hormat-menghormati, dan sebagainya.

3. Nilai yang berhubungan dengan

ِس ْ ّلا َ ِ ٌ ْ َ

(hablun

minannafsi), yakni hubungan dengan diri sendiri. Seperti

kejujuran, disiplin, amanah, mandiri, istiqamah,

keteladanan, kewibawaan, optimis, tawadhu‟, dan sebagainya.

4. Nilai yang berhubungan dengan

ِ َ َ ْا َ ِ ٌ ْ َ

(hablun minal-„alam), yakni hubungan dengan alam sekitar. Seperti

keseimbangan, kepekaan, kepeduliaan, kelestarian,

kebersihan, keindahan, dan sebagainya.

Dalam pembelajaran ini nilai Islam yang

diintegrasikan adalah nilai akhlak yang berhubungan dengan

ِ َنلا َ ِ ٌ ْ َ

(hablun minannas), seperti toleransi dan

gotong-royong/kerjasama. Dan juga nilai yang berhubungan dengan

12 Suparni, Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Integrasi Nilai Keislaman dalam Pembelajaran Matematika” (Disampaikan dalam acara Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2 Juni 2012).


(22)

ِس ْ ّلا َ ِ ٌ ْ َ

(hablun minannafsi), seperti percaya diri, optimis, dan bertanggung jawab.

Menanamkan nilai Islam kepada siswa pada pelajaran matematika akan lebih mudah jika menggunakan beberapa strategi. Ada tiga strategi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan penanaman nilai-nilai ajaran Islam, yakni:13

1. Menghafal definisi dan teorema

Menghafal bukan pekerjaan mudah bagi sebagian orang, Pada metode pembelajaran bukan sebuah pilihan yang tepat. Metode menghafal tidak jauh beda dengan pendekatan behaviorisme yang memberikan materi secara berulang-ulang hingga materi masuk dalam pemikiran siswa. Tradisi orang Arab pada zaman perkembangan ilmu suka sekali menghafal, sehingga matematikanya berubah

menjadi kata-kata. Bloom dalam taksonominya

menganggap bahwa menghafal merupakan tahapan

pemikiran yang paling bawah. Bloom menyatakan bahwa tahapan paling dasar dari taksonomi Bloom domain kognitif adalah menghafal. Menghafal merupakan tahapan paling dasar untuk memasuki tahapan selanjutnya.

2. Komunikasi verbal dalam ucapan dan tulisan

Bukti dari menghafal yang baik adalah mampu

mengucapkan dan menuliskan yang ada dalam

pemikirannya. komunikasi verbal dalam matematika sangat penting, dari sinilah yang memperjelas keabstrakan matematika, hal ini pula yang menjadikan matematika sebagai hantu bagi peserta didik.

3. Matematika realistis

Membawa matematika pada konteks sehari-hari agar mudah dipahami oleh peserta didik. Mempermudah dalam penyerapan materi sehingga mudah diingat sehingga peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan.

Sedangkan beberapa strategi pembelajaran lain yang dikaitkan dengan penanaman nilai-nilai ajaran Islam yang dapat dilakukan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika,

13


(23)

yaitu:14 selalu menyebut nama Allah, penggunaan istilah, Ilustrasi visual, aplikasi atau contoh-contoh, menyisipkan ayat atau hadits yang relevan, penelusuran sejarah, jaringan topik, simbol ayat-ayat kauniah.

a. Selalu menyebut nama Allah

Sebelum pembelajaran dimulai, ditradisikan

diawali dengan membaca Basmallah dan berdo`a

bersama-sama. Bahkan terkadang dijumpai di beberapa RPP yang memuat secara tertulis penyebutan/pengucapan Basmallah dan membaca do`a belajar. Kemudian pada setiap tahap demi tahap dalam penyelesaian permasalahan matematika serta ketika mengakhiri kegiatan pembelajaran diupayakan

ditutup secara bersama-sama dengan mengucap

Alhamdulillah. Tenaga pendidik atau pengajar hendaknya

selalu mengingatkan kepada peserta didik betapa

pentingnya kita selalu ingat, mengatas namakan Allah untuk segala aktivitas dan bersyukur kepada Allah, apa lagi ketika sedang menggali ilmu-Nya.

b. Penggunaan Istilah

Istilah dalam matematika sangat banyak. Diantara istilah tersebut dapat disisipi dengan peristilahan dalam ajaran Islam, antara lain: penggunaan nama, peristiwa atau

benda yang bernuansa islam. Misalnya: nama (Ahmad,

Fatimah, Khodidjah), peristiwa (mewakafkan tanah dengan

ukuran luas tertentu, kecepatan perjalanan ketika melakukan

sa‟i dari Saffa ke Marwa waktu ibadah haji), benda-benda

(himpunan kitab-kitab suci, himpunan masjid). c. Ilustrasi Visual

Alat-alat dan media pembelajaran dalam mata pelajaran matematika dapat divisualisasikan dengan gambar-gambar atau potret yang Islami. Misalnya dalam membicarakan simetri dapat dicontohkan ornamen-ornamen masjid atau musholla, dalam pembahasan bangun ruang

dapat menampilkan Ka‟bah, dalam pembahasan bangun

datar dapat menampilkan luas sajaddah.

14 Yasri, “Strategi Pembelajaran Matematika yang Bernuansa Islami”, diakses dari


(24)

d. Aplikasi atau contoh-contoh

Dalam menjelaskan suatu kompetensi dapat menggunakan bahan ajar dengan memberikan contoh-contoh aplikatif. Misalnya dalam pembahasan pecahan dapat dikaitkan dengan pembagian harta warisan yang

sesuai dengan pedoman dalam al-Qur`an (Surat An-Nisaa‟

ayat 11 dan 12) dan Hadits. Materi tentang uang dan perdagangan dapat diterangkan dengan bantuan praktik bank Syariah dengan sistem bagi hasil.

e. Menyisipkan ayat atau hadits yang relevan

Dalam pembahasan materi tertentu dapat

menyisipkan ayat atau hadits yang relevan, misalnya dalam pembahasan aritmetika sosial, disisipkan ayat 9 dan 10 surat

Al-Jumu‟ah (tentang perniagaan) dan hadits tentang jual

beli. Ketika membahas tentang sudut dan peta mata angin

disisipkaan Al-Qur`an surat Al-An‟aam ayat 96 tentang

peredaran matahari dan bulan. Ketika membahasa pecahan

disisipkan ayat 11 dan 12 surat An-Nisaa‟ tentang tata cara

pembagian warisan. f. Penelusuran sejarah

Penjelasan suatu kompetensi dapat dikaitkan dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan oleh sarjana muslim. Misalnya dalam pembahasan bilangan bulat dapat disampaikan penemu bilangan nol, pada penjelasan materi trigonometri dapat dijelaskan penemuan sinus dan kosinus oleh Ibnu Jabbir Al-Battani, penemuan rumus akar persamaan kuadrat (terkenal rumus ABC) dalam aljabar yang ditemukan oleh Al-Khawarizmi, yang menemukan sebuah bilangan yang dapat dibagi oleh semua angka yang ditemukan oleh Ali bin Abu Thalib.

g. Jaringan topik

Mengaitkan matematika dengan topik-topik dalam disiplin ilmu lain. Misalnya dalam menjelaskan bahasan tentang relasi dengan rantai makanan makan, seperti ayam makan padi, burung makan serangga, atau kerbau makan rumput dikaitkan dengan rizki yang Allah berikan kepada segenap makhluk-Nya di muka bumi ini. Atau menjelaskan tentang terbentuknya bangun ruang yang berasal dari bangun datar, bangun datar berasal dari sebuah garis,


(25)

sebuah garis berasal dari sebuah titik yang akhirnya titik berasal dari sebuah dzat yang diciptakan oleh Yang Serba Maha, yang sampai sekarang belum ada seorangpun yang mampu mendefinisikan sebuah titik, karena sebuah titik adalah rahasia Allah SWT.

h. Simbol ayat-ayat kauniah (ayat-ayat alam semesta)

Dalam mengajarkan tentang simetri putar dapat diberikan contoh betapa teraturnya Allah menciptakan gerakan beredarnya bulan mengelilingi bumi dan bumi mengelilingi matahari, atau tentang rotasi bumi pada sumbunya. Ketika mengajarkan tentang bilangan tak hingga dapat dikaitkan dengan banyaknya pasir di pantai atau berapa liter air laut di muka bumi ini atau berapa volume udara yang dihirup oleh makhluk hidup selama masih ada kehidupan di dunia ini.

Pengintegrasian nilai-nilai Islam dalam pelajaran dapat dilakukan dengan beberapa cara penyampaian. Dua cara penyampaian yang dapat ditempuh yaitu penyampaian secara lisan dan penyampaian secara tertulis. Penyampaian secara lisan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kreativitas guru. Alternatif metode yang dapat ditempuh antara lain: (1)

mengutip beberapa ayat Al-Qur‟an yang ada hubungannya

dengan materi pelajaran yang akan dipelajari disertai penjelasan maknanya pada awal pelajaran sebelum memasuki materi

pelajaran, (2) menyisipkan nilai–nilai relegius dalam materi

pelajaran, misalnya setelah selesai menjelaskan sub pokok bahasan tertentu, (3) mengkaitkan kesimpulan materi pelajaran

dengan nilai-nilai religius dengan merujuk kepada ayat–ayat

Al-Qur‟an maupun hadits, (4) memberikan suatu kasus yang

mengandung nilai-nilai religius untuk dihayati dan direnungkan secara mendalam oleh siswa. Penyampaian secara tertulis ditempuh dengan menyusun bahan ajar bercirikan spirit Islami. Selain itu hubungan antara Tuhan, manusia, dan jagad raya harus

menjadi tema pokok seluruh bahan ajar.15

Beberapa strategi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan keterangan di atas adalah sebagai berikut:

15 Agung Nugroho. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi. Univ Sebelas Maret


(26)

1. Menghafal definisi dan teorema

2. Komunikasi verbal lisan dan tulisan

3. Matematika realistik

4. Basmallah dan Hamdallah

5. Penggunaan Istilah

6. Ilustrasi Visual

7. Aplikasi/contoh

8. Pengutipan ayat Al-Qur‟an dan hadist

9. Penelusuran sejarah/kisah terdahulu

10. Jaringan topik

C. Model Pembelajaran TADIR dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai Islam

Model pembelajaran TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam yaitu memasukkan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur`an dan Hadist yang berkaitan dengan

akhlak. Diantaranya pada langkah Translation terdapat nilai

tanggung jawab, gotong-royong, dan percaya diri; Analysis

terdapat nilai gotong-royong dan toleransi; Design terdapat

nilai tanggung jawab, toleransi, dan percaya diri;

Implementation terdapat nilai tanggung jawab, gotong-royong,

toleransi, dan percaya diri;dan Review terdapat nilai toleransi.

Disamping itu siswa juga dilatih untuk menemukan dan menyajikan sesuatu yang baru yang terkait dengan nilai-nilai keislaman yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran TADIR. Hal itu akan menjadikan suasana belajar matematika terasa lebih religius.

Matematika sebagai ilmu pengetahuan dirasa sangat penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam di dalamnya yang diharapkan dapat membangun nilai dan sikap sosial dari setiap siswa. Nilai-nilai Islam tersebut bersumber dari Al-Qur`an dan Hadist. Di mana Al-Al-Qur`an merupakan sumber dari segala sumber ilmu yang patut dijadikan sebagai rujukan utama untuk pengembangan ilmu sebelum merujuk kepada teori ataupun konsep-konsep lainnnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-An`aam ayat 38 :


(27)

ْ ُكُاَنثْ َ ٌ َ ُآ َاِ ِهْيَ نَلَِِ ُرّْيِطَي ٍرِئَنط َاَو ِضْرَآ ِِ ٍةَب َد ْ ِ َن و

ج

ِبَتِكْا ِِ َنلْطَرَّف َن

ٍءْيَش ْ ِ

ج

َ ْوُرَ ُْ ْ ِِ َر َ ِ َُ

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada

Tuhanlah mereka dihimpunkan.”16

Dan QS. Al-`Ankabuut ayat 20 :

َق َْْ َأَدَب َفْيَك أوُرُظْننَف ِضْرَآْ ِِ أوُرّْيِس ْ ق

ج

َهَ ا َ ِ ج ُةَرِخَآ َةَآْ َلْا ُئِ ْلُّي ُهَ ا َُ

ٌرّْيِدَق ٍءْيَش ِ ُك سَ َ

“Katakanlah: berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah

bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”17

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur`an adalah buku induk pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya

yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.18 Al-Qur`an

juga mendorong manusia melakukan penelitian terhadap apa yang dipelajarinya dalam berbagai ayat, mengajak kaum muslimin berpengetahuan, dan membimbing mereka untuk memikirkan sebab dan akibat, mengadakan observasi, dan

mengambil berbagai kesimpulan.19

Kelebihan dari pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam adalah sebagai berikut: a) pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan religius, b) kecintaan pada pelajaran matematika menjadi lebih nyata, c) siswa semakin memahami konsep matematika di setiap ayat Al-Qur`an atau Al-Hadits, d) kaya khasanah penemuan konsep dan rumus-rumus matematika dasar, e) semakin mencintai

16

(QS. Al-An`aam 6 : 38)

17

(QS. Al-`Ankabuut 29 : 20)

18Aep Saefullah, Skripsi: “Pengaruh Penggunaan Media Al-Qur`an dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Pembentukan Sikap Keberagaman Siswa”. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 63.

19


(28)

Qur`an dan Al-Hadits, dan f) membentuk sikap sosial siswa sesuai dengan akhlak al-karimah. Sedangkan kekurangannya adalah: a) pembelajaran tidak dapat dibimbing oleh pengajar yang tidak bisa baca tulis Al-Qur`an dan tidak memiliki pemahaman minimal standar tentang Al-Hadits, b) sulit diterima oleh siswa yang tidak bisa baca tulis Al-Qur`an, dan c) tidak semua Al-Hadits dan ayat Al-Qur`an dapat dipadukan

dengan materi matematika.20

Penerapan model pembelajaran TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa dengan

mencantumkan dalil Al-Qur`an yang berkaitan dengan materi.

2. Guru memberikan masalah kontekstual yang mengandung

nilai-nilai keislaman.

3. Guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok

belajar.

4. Siswa diminta untuk memecahkan masalah matematika

yang telah diberikan menggunakan langkah TADI yang akan dibantu oleh guru.

5. Guru meminta salah satu dari perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Guru memberikan penghargaan.

7. Guru membantu siswa melakukan langkah (R) Review.

D. Perangkat Pembelajaran dengan Model TADIR

Permasalahan pokok dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan tujuan pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut, dan bagaimana mengetahui bahwa tujuan tersebut telah tercapai. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu disusun perangkat pembelajaran terlebih dahulu agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Diantaranya yakni Silabus, Rencana Pelaksanaan

20 Ainur Rif`atin, Skripsi: ”Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Memasukkan Nilai-Nilai Islami pada Materi Pokok Bilangan Bulat Kelas IV MI Mambaul Ulum Terik Krian Sidoarjo.” (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013), 13.


(29)

Pembelajaran (RPP), Modul, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Namun, pada penelitian ini perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan hanya terbatas pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah kegiatan guru dan siswa yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di

kelas.21 Dengan demikian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Dalam RPP harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh siswa, apa yang harus dipelajarinya serta bagaimana guru mengetahui bahwa siswa telah menguasai kompetensi dasar tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap RPP sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga memiliki komponen-komponen antara lain tujuan

pembelajaran, langkah-langkah yang memuat

pendekatan/strategi, waktu, kegiatan pembelajaran, metode sajian, dan bahasa. Kegiatan pembelajaran mempunyai

sub-kompetensi yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.22

Dalam hal ini, peneliti akan mengembangkan perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran model TADIR. Adapun penilaian validator terhadap RPP meliputi beberapa aspek, diantaranya ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran, materi, langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

waktu, perangkat pembelajaran, metode sajian, dan bahasa.23

21E. Mulyana, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), 213.

22Khilyatun Nisa`, Skripsi: ”

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika yang Mengintegrasikan Integral Matematika dan Hukum Waris dengan Model Integrated Learning Berbasis Masalah”. (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), 56.

23Alfiyah Hidayati, Skripsi: ”Pengembangan Modul Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah dengan Menyisipkan Nilai Islam di SDIT Ghilmani Surabaya”. (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2015)


(30)

Sedangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang berisi masalah-masalah dan berfungsi sebagai pembimbing siswa untuk dapat menemukan serta membangun pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dibahas. LKS yang baik akan dapat menuntun siswa dalam mengkontruksi fakta, konsep, prinsip atau

prosedur-prosedur matematika sesuai dengan materi yang dipelajari.24

LKS disusun bertujuan untuk memberi kemudahan bagi guru dalam mengelola pembelajaran model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam. Adapun penilaian validator terhadap LKS meliputi beberapa aspek yaitu petunjuk,

kelayakan isi, dan bahasa.25

E. Sikap Sosial dalam Pembelajaran Matematika

Robiatul Adawiyah mendeskripsikan sikap sebagai tingkah laku seseorang yang disandarkan kepada suatu keyakinan. Perbuatan atau tingkah laku yang terbentuk

merupakan pengaruh dari stimulus yang diterima.26 Jika

stimulus itu positif, maka akan menghasilkan perbuatan yang positif dan sebaliknya jika yang diterima merupakan stimulus negatif, maka akan menghasilkan perbuatan yang negatif juga.

Sedangkan definisi sikap yang dikembangkan oleh

Noeng Muhadjir bahwa:27

Sikap merupakan ekspresi afek seseorang pada obyek sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka sampai tak suka. Obyek-obyek sosial tersebut dapat beraneka ragam, mungkin orang, mungkin tingkah laku orang, mungkin lembaga kemasyarakatan, atau lainnya.

Sikap seseorang terhadap sesuatu obyek tertentu dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut atau yang melatar belakangi seseorang tersebut sebagai pengalaman hidupnya.

24M. Fahmi Qudrotullah, Skripsi: ”Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Mengacu pada Taksonomi Bloom untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa”. (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), 27.

25 Ainur Rif`atin, Op.Cit.

26 Robiatul Adawiyah, Op.Cit., h.19

27 Noeng Muhadjir, Pengukuran Kepribadian: Telaah Konsep dan Teknik Penyusunan Test Psikometri dan Skala Sikap (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), 95.


(31)

Dengan demikian penanaman nilai-nilai Islam sejak usia dini akan berpengaruh terhadap sikap anak di kehidupan dewasa nanti. Oleh karenanya penanaman nilai-nilai Islam kepada anak

perlu dilakukan sedini mungkin.28

Namun, sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa. Menurut Kurikulum 2013 sikap sosial merupakan sikap yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab sebagai perwujudan eksistensi kesadaran

dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.29

Saifuddin menjelaskan bahwa sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan terbentuk melalui suatu proses tertentu, melalui interaksi yang dilakukan oleh orang lain maupun dengan lingkunganya. Sedangkan menurut Saifuddin Azwar, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap antara lain:30

1. Pengalaman pribadi

Sikap merupakan hasil pembelajaran yang terbentuk melalui proses sosialisasi atau pengalaman

individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Pengalaman seseorang yang menyenangkan akan

cenderung membentuk sikap positif terhadap sutu objek, sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan akan membentuk sikap negatif.

2. Orang yang dianggap penting

Seseorang yang dianggap penting cenderung akan kita setujui pendapatnya karena dalam interaksi sosial, individu cenderung konformis, ingin berafiliasi, dan menghindari konflik dan meniru seseorang yang mempunyai kharisma. Orang yang dianggap penting adalah orangtua atau orang yang lebih tua. Tetapi saat

28 Ali Muhtadi, “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta”.

(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2005)

29

Teknik dan Bentuk Penilaian Sikap pada Kurikulum 2013. (http://www.salamedukasi.com/2014/11/contoh-indikator-penilaian-kompetensi.html).

Teknik dan Bentuk Penilaian Sikap pada Kurikulum 2013. Diakses pada 16 Juni 2016.

30 Saifuddin Azwar. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Pustaka


(32)

menginjak usia remaja, orang yang dianggap penting adalah teman sebayanya.

3. Kebudayaan

Kebudayaan adalah system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Kebudayaan berpengaruh terhadap sikap karena memiliki norma tertentu. Kebudayaan akan membentuk corak-corak pengalaman individu yang menjadi anggota kebudayaan tersebut.

4. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan atau sekolah adalah tempat terjadinya interaksi dalam hal pertukaran informasi dan pengalaman seseorang akan mengetahui banyak hal di sekolah. Sehingga sekolah dapat membentuk sikap seseorang. Lembaga pendidikan dan agama mempunyai konsep moral dalam diri setiap individu yang sangat menentukan sistem kepercayaan.

5. Media massa dan elektronik

Media massa sebagai sarana komunikasi

mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dalam kepercayaan seseorang. Media massa dan elektronik

memudahkan untuk mendapatkan informasi yang

diinginkan.

6. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap sikap siswa di sekolah yakni guru. Sosok guru sangatlah diperlukan sebagai panutan bagi siswa-siswa mereka. Untuk itu guru haruslah mempunyai sikap yang baik juga.

Terdapat 18 nilai karakter/sikap menurut Departemen Pendidikan Nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli


(33)

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.31 Sedangkan menurut Kurikulum 2013 pada KI-2 untuk jenjang SMP/MTs terdapat tujuh penilaian sikap, diantaranya jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong-royong, santun, dan percaya diri.32

Dalam penelitian ini sikap sosial siswa yang dimaksud, diantaranya:33

Tabel 2.1

Indikator Pencapaian Nilai Sikap Sosial Sikap Sosial dan Pengertian Indikator

1. Tanggung Jawab

adalah sikap dan perilaku

seseorang untuk

melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan

(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

a. Melaksanakan tugas

individu/kelompok dengan baik.

b. Menjelaskan/mempresenta

sikan hasil diskusi.

2. Toleransi

adalah sikap dan tindakan

yang menghargai

keberagaman latar

belakang, pandangan, dan keyakinan.

a. Menghargai pendapat

teman.

b. Menerima kesepakatan

meskipun berbeda dengan pendapatnya.

c. Mampu dan mau

bekerjasama dengan siapa

pun yang memiliki

keberagaman latar

belakang, pandangan, dan keyakinan.

31 Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Op.Cit.

32

Teknik Dan Bentuk Penilaian Sikap Pada Kurikulum 2013, Loc.Cit.

33


(34)

3. Gotong-royong

adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong-menolong secara ikhlas.

a. Aktif dalam kerja

kelompok.

b. Mencari jalan untuk

mengatasi perbedaan

pendapat/pikiran antara

diri sendiri dengan orang lain.

4. Percaya Diri

adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat

untuk berbuat atau

bertindak.

a. Tidak menyontek teman.

b. Berani presentasi di depan

kelas.

c. Berani berpendapat,

bertanya, atau menjawab pertanyaan.

F. Keterkaitan antara Pembelajaran Matematika, Nilai-nilai Islam, dan Sikap Sosial

Matematika sebagai bagian dari kurikulum pendidikan, diharapkan menjadi sarana bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan yakni adanya perubahan sikap dan tingkah laku anak didik yang mencakup di dalamnya terbentuknya pribadi yang berkarakter seperti komitmen, jujur, kerjasama, kreatif, sopan santun, sikap ilmiah, sikap toleran, demokratis, disamping kemampuan berfikir matematis yang berpijak pada pemikiran yang logis dan sistematis. Dengan demikian pembelajaran matematika diharapkan tidak hanya mampu mengantarkan siswa pada keberhasilan belajar matematika yang diwujudkan dalam bentuk prestasi, tetapi juga

adanya perubahan sikap dan karakter.34

Rahmi juga menjelaskan bahwa matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mendukung program pemerintah tentang pendidikan berkarakter karena dalam matematika sudah terintegrasi nilai-nilai karakter, seperti kejujuran, tanggung jawab, ketelitian, bekerjasama, mandiri, dan lain-lain. Jadi pembelajaran matematika tidak hanya tertumpu pada pencapaian tujuan kognitif, namun sekaligus

34 Salafuddin, Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. 10:1,


(35)

dapat meningkatkan pencapaian tujuan afektif dan

psikomotor.35 Sedangkan Syarifah menyatakan bahwa

pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended dapat

membentuk karakter/sikap siswa antara lain:

bertanggungjawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa

ingin tahu, menghargai, dan demokratis.36 Apabila siswa

mampu menerapkan nilai-nilai tersebut maka matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermakna bagi kehidupannya.

Pembentukan sikap menurut Al-Quran harus dimulai pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut diinternalisasi dan diamalkan untuk menjadi kebiasaan berperilaku yang baik. Al-Qur`an menampilkan contoh-contoh dengan mengajak manusia untuk mengempirisasi objek itu serta mengambil „ibrah dari kisah-kisah teladan yang diharapkan membentuk manusia yang

berakhlak mulia, berilmu, beriman dan bertaqwa.37

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang terbiasa mengamalkan nilai-nilai Islam, maka orang tersebut akan berperilaku baik yang bisa menjadi teladan bagi manusia lainnya.

Sementara itu, perlu kiranya dunia pendidikan tidak

terkecuali dalam pembelajaran matematika juga

mengintegrasikan nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam dalam setiap pembelajaran. Samsul Maarif menyatakan bahwa dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam selain dapat mempelajari matematika siswa juga dapat mempelajari

keagungan Allah melalui pendekatan materi-materi

matematika.38 Khanafi dalam penelitiannya juga menyatakan

adanya peningkatan komunikasi matematika peserta didik

35Rahmi, “Kontribusi Matematika dalam Pembentukan Karakter Siswa”,Jurnal Ekotrans,

12:1, (Padang: STKIP PGRI Padang, 2013), 35.

36Syarifah Fadillah, “

Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Matematika”.

6:2, (Pontianak: STKIP PGRI Pontianak), 142.

37 Muhammad Yusuf. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Berbasis Nilai”. Jurnal al-Ulum, 13:1, (Makassar: UIN Alauddin,2013), 1.

38Samsul Maarif. “Integrasi Matematika dan Islam dalam Pembelajaran Matematika”.


(36)

melalui model pembelajaran Problem Posing bernuansa Islami.39

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan antara pembelajaran matematika, nilai-nilai Islam, dan sikap sosial. Nani Fitriyah dkk dalam penelitiannya mendeskripsikan bahwa pembelajaran matematika dengan mengintegrasikan nilai keislaman dapat meningkatkan sikap demokrasi siswa.40

Oleh karena itu, mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran matematika di sekolah sangat

penting untuk terbentuknya sikap sosial siswa.41 Dengan

nilai-nilai Islam siswa memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna, yang tidak hanya dapat mempelajari matematika tetapi juga mempelajari keagungan Allah SWT. Dengan begitu proses pembelajaran akan lebih religius. Jika nilai-nilai Islam telah tertanam, maka siswa akan terbiasa mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut. Sehingga siswa akan terbiasa berperilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.

39Khanafi, Skripsi: ”

Meningkatkan Komunikasi Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal Mts.Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.” (Semarang:

IAIN Walisongo Semarang, 2011)

40Nani Fitriyah dkk. “

Implementasi Model Pembelajaran Matematika Berintegrasi Keislaman dalam Meningkatkan Karakter Demokrasi Siswa”. 4:2, (Cirebon: IAIN Syekh Cirebon, 2015)

41 Masduki dkk. “Integrating Islamic Values In Mathematics Learning: A Strategy of

Developing Student’s Character”. (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015)


(37)

METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini termasuk dalam penelitian

pengembangan dengan mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika model TADIR dengan

mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada materi Aljabar yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Metode penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut.1

Dalam hal ini, peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri atas lima tahap

pengembangan yaitu Analysis, Design, Development,

Implementation, dan Evaluation. Penulisan dan pengembangan

dapat dilakukan sebagai berikut:2

Gambar 3.1

Siklus Pengembangan Perangkat Model ADDIE

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2010), 297.

2 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: PT. Dian Rakyat,

2009), 127.

A (Analysis) Analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan

solusi yang tepat dan menentukan kompetensi

siswa.

D (Design) Menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar,

dan strategi pembelajaran.

D (Development) Memproduksi program

dan bahan ajar yang akan digunakan dalam program pembelajaran.

I (Implementation) Melaksanakan program pembelajaran

denganmenerapkan desain atau spesifikasi pembelajaran. E (Evaluation)

Melakukan evaluasi program pembelajaran.


(38)

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:3

1. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap awal dalam model pengembangan adalah tahap analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kurikulum dan karakteristik siswa. Pada tahap analisis kurikulum, kegiatan dibatasi pada pengumpulan informasi mengenai kurikulum yang digunakan di sekolah. Hal ini disebabkan karena penelitian hanya dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013. Selanjutnya peneliti mengkaji KI dan KD yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut.

Tahap analisis berikutnya adalah analisis karakteristik siswa. Tahap ini dilakukan dengan mengkaji teori yang relevan, wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Al-Irsyad Surabaya, dan pengamatan saat kegiatan pembelajaran di kelas. Analisis ini dilakukan

untuk mengetahui secara detail kondisi siswa secara

psikologis dan fisik yang akan menggunakan perangkat yang diuji cobakan. Hasil dari analisis ini akan dijadikan sebagai pedoman untuk menyusun dan mengembangkan RPP dan LKS. Karakteristik siswa yang akan dianalisis adalah sikap sosial dari siswa SMP. Hal ini dianggap penting dilakukan karena untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, motivasi siswa, dan aspek-aspek lainnya.

2. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap ini, penulis menentukan format dan desain perangkat pembelajaran yang sesuai dengan materi Aljabar yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Sehingga akan diperoleh rancangan RPP dan LKS yang akan dikembangkan.

3 Agriat Barata, Skripsi: ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika pada Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII dengan Pendekatan Kontekstual”.


(39)

3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada tahap ini, akan dikembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada materi Aljabar untuk siswa SMP kelas

VIII. Peneliti melakukan penyusunan draft bahan ajar

berbentuk RPP dan LKS, pengumpulan referensi, dan penyusunan instrumen-instrumen penelitian.

Perangkat yang telah dikembangkan kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk kemudian divalidasi oleh validator yang ahli dalam bidang tersebut. Validasi dilakukan untuk mengetahui kualitas perangkat tersebut. Sedangkan revisi dilakukan sebagai dasar perbaikan dan penyempurnaan perangkat agar sesuai dengan kebutuhan siswa.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Setelah dilakukan validasi dan revisi, tahap selanjutnya yaitu tahap implementasi. Pada tahap ini, akan diuji cobakan pada siswa kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah tahap evaluasi yang bertujuan untuk mengevaluasi perangkat yang telah diuji cobakan.

C. Uji Coba Produk 1. Desain Uji Coba

Gambar 3.2 Desain Uji Coba

Draft I Draft II

Draft III

Validasi Revisi

Revisi Uji

Coba Evaluasi


(40)

2. Subjek Uji Coba

Subjek dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya tahun ajaran 2016-2017. Subjek tersebut berjumlah 25 siswa. 3. Jenis Data

Jenis data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data validasi dan angket respon siswa yang digunakan untuk mengetahui kelayakan perangkat

pembelajaran matematika model TADIR dengan

mengintegrasikan nilai-nilai Islam yang dikembangkan oleh peneliti. Serta data observasi sikap sosial siswa untuk mendeteksi perubahan sikap sosial siswa setelah diterapkannya pembelajaran tersebut.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang sedang diteliti dalam penelitian pengembangan. Dalam penelitian ini instrumen penelitian berupa lembar validasi oleh ahli perangkat dan pengguna yakni guru dan siswa. Lembar validasi ditujukan untuk menggali kualitas RPP dan LKS dari dua validator dan pengguna/guru. Angket respon siswa ditujukan untuk menggali kualitas LKS dari penilaian siswa. Ahli perangkat terdiri dari dua validator yakni dua guru matematika. Sedangkan pengguna adalah guru matematika kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya.

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Lembar validasi ahli

Lembar validasi ahli ditujukan untuk menggali kualitas RPP dan LKS model pembelajaran TADIR dari dua validator. Kisi-kisi instrumen untuk lembar validasi ahli dapat ditinjau dari beberapa aspek pada RPP dan LKS yang terdapat pada bab sebelumnya. Lembar validasi ahli ini disajikan pada lampiran A-3 untuk RPP dan A-4 untuk LKS.


(41)

b. Lembar validasi pengguna/guru

Lembar validasi pengguna disusun dengan beberapa pertanyaan yang mengacu pada komponen RPP dan LKS model pembelajaran TADIR. Di sini pengguna yang dimaksud adalah guru matematika kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya. Lembar validasi pengguna ini disajikan pada lampiran A-5.

c. Lembar angket respon siswa

Lembar angket respon siswa adalah penilaian siswa terhadap LKS setelah melakukan

pembelajaran melalui model TADIR dengan

mengintegrasikan nilai-nilai Islam. Lembar angket respon siswa disusun dalam bentuk pertanyaan dan mengacu pada komponen LKS. Lembar angket ini disajikan pada lampiran A-6.

d. Lembar observasi sikap sosial siswa

Instrumen ini digunakan untuk mendeteksi perubahan sikap sosial siswa setelah diterapkannya

pembelajaran model TADIR dengan

mengintegrasikan nilai-nilai Islam. Observasi akan dilakukan pada empat siswa yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti secara acak. Lembar observasi ini disajikan pada lampiran A-7.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif karena data tersebut ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Uraian singkat tentang teknik analisis beserta kriteria yang menjadi acuan hasil analisis masing-masing jenis data sebagai berikut:

a. Analisis Data Validasi Ahli

Data validasi ahli dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan untuk setiap aspek pada setiap kriteria yang berhubungan dengan kesesuaian komponen RPP dan LKS. Data yang diperoleh dari penilaian para ahli dijadikan sebagai acuan untuk merevisi RPP dan LKS model TADIR. Hasil analisis lembar validasi digunakan untuk


(42)

mengetahui nilai RPP dan LKS yang dikembangkan dengan interpretasi skor. RPP dan LKS yang telah divalidasi dikatakan baik jika nilai yang diperoleh

berkategori sebagai berikut:4

Tabel 3.1

Kategori Rata-Rata Interpretasi Skor Perangkat Pembelajaran

b. Analisis Data Pengguna

Analisis data pengguna meliputi analisis data angket respon siswa terhadap kualitas LKS. Untuk analisis angket respon pengguna diukur

menggunakan skala Ghutman, yaitu skala yang

digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1) untuk jawaban “ya” dan skor terendah bernilai (0) untuk jawaban “tidak”. Analisis

respon siswa dapat dihitung dengan rumus:5

4 Alfiyah Hidayati, Skripsi: ”Pengembangan Modul Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah dengan Menyisipkan Nilai Islam di SDIT Ghilmani Surabaya”. (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2015), 45.

5

Ibid

Peringkat Skor

Amat Baik (AB) 90 < skor ≤ 100

Baik (B) 75 < skor ≤ 90

Cukup (C) 60 < skor ≤ 75

Kurang (K) Skor ≤ 60

Nilai = � � ℎ

� 100%

P% = ℎ � /


(43)

Tabel berikut menunjukkan kriteria skor dengan besar presentase penilaian terhadap LKS melalui angket respon siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor

Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa terhadap pengembangan LKS model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dikatakan layak apabila persentasenya > 61%.

c. Analisis data observasi sikap sosial siswa

Untuk menganalisis data ini, peneliti mengamati sikap sosial siswa yang diobservasi selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti

memberi tanda √ jika siswa tersebut melakukan

setiap indikator pencapaian nilai sikap sosial. Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut:6

BT = Belum Terlihat (apabila siswa belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). Yang termasuk dalam kategori ini adalah jika

siswa tidak sama sekali melakukan

6Istiqomah, Skripsi: ”Analisis Karakter Siswa Melalui Interaksi Belajar Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran STAD.” (Surabaya: IAIN Sunan Ampel,

2012)

Presentase Kategori

21% ≤ skor < 40% Tidak Layak

41% ≤ skor < 60% Kurang Layak

61% ≤ skor < 80% Layak


(44)

indikator sikap sosial yang ditentukan pada

setiap pertemuan (tidak adanya tanda √

pada indikator di setiap pertemuan). MT = Mulai Terlihat (apabila siswa sudah mulai

memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). Yang termasuk dalam kategori ini adalah jika adanya perubahan pada setiap indikator sikap sosial siswa di pertemuan selanjutnya. Tetapi lebih banyak tidak melakukannya (hanya

ada sedikit penambahan tanda √ pada setiap

indikator di pertemuan selanjutnya bahkan kadang terlihat menurun).

MB = Mulai Berkembang (apabila siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). Yang termasuk dalam kategori ini adalah jika adanya perubahan sikap sosial siswa pada pertemuan selanjutnya dengan melakukan setiap indikator sikap

sosial dengan baik (ada banyak

penambahan tanda √ pada setiap indikator

di pertemuan selanjutnya).

MK = Menjadi Kebiasaan (apabila siswa terus-menerus memperlihatkan perilaku yang

dinyatakan dalam indikator secara

konsisten). Yang termasuk dalam kategori ini adalah jika siswa selalu melakukan

setiap indikator sikap sosial yang

ditentukan dengan baik dan konsisten

(adanya tanda √ pada semua indikator sikap


(45)

HASIL PENELITIAN

A. Data Uji Coba

1. Data Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Penelitian ini mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika model TADIR yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sehingga dalam RPP memuat langkah-langkah model pembelajaran TADIR yang terdiri dari lima langkah. Sedangkan dalam LKS terdapat latihan soal. Adapun perbedaan dengan perangkat pembelajaran lain yakni perangkat yang dikembangkan oleh peneliti adalah perangkat pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam di dalamnya. Sehingga dapat membantu siswa kelas VIII SMP Al-Irsyad dalam memecahkan masalah dan juga

membentuk sikap sosialnya. Selain itu, dengan

pembelajaran matematika yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dapat menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna dan religius. Dengan begitu siswa akan lebih aktif

dan tertarik untuk mempelajarinya.1

Model pengembangan ini menggunakan model

pengembangan ADDIE yang terdiri dari: 1) Analysis

(analisis), 2) Design (perancangan), 3) Development

(pengembangan), 4) Implementation (implementasi), dan 5)

Evaluation (evaluasi).2 Setiap tahapan terdapat beberapa

kegiatan yang telah dilakukan mengacu pada bab III. Rincian waktu dan kegiatan yang telah dilakukan peneliti dalam mengembangkan perangkat pembelajaran model TADIR ini dapat dilihat pada Tabel 4.1:

1 Nani Fitriyah. “

Implementasi Model Pembelajaran Matematika Berintegrasi Keislaman dalam Meningkatkan Karakter Demokrasi Siswa”, 4:2, (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, 2015), 90.

2 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: PT. Dian Rakyat,


(46)

Tabel 4.1

Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Perangkat Pembelajaran

No. Tanggal Nama

Kegiatan Hasil yang Diperoleh

1. 20 April

2016

Analisis Kurikulum

Peneliti mengetahui

masalah dalam

pembelajaran matematika yang ada di SMP Al-Irsyad Surabaya melalui diskusi dengan guru mata pelajaran matematika dan

melakukan kajian

terhadap kurikulum 2013.

2. 20 April

2016

Analisis Karakteristik

Siswa

Peneliti mengetahui

aktivitas dan karakteristik siswa kelas VIII-C SMP

Al-Irsyad Surabaya

melalui diskusi dengan

guru mata pelajaran

matematika.

3. 10

September 2016

Perancangan Peneliti menentukan

format dan desain

perangkat pembelajaran

yang sesuai dengan

materi Aljabar yang

diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam.

4. 22

September - 5 Oktober

2016

Pengembangan Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran model TADIR dengan

mengintegrasikan

nilai-nilai Islam agar

mempermudah siswa

dalam menyelesaikan

masalah matematika dan memotivasi siswa untuk berperilaku lebih baik.


(47)

(Menghasilkan draft I)

5. 11 – 15

Oktober 2016

Validasi Validator menilai

perangkat pembelajaran

model TADIR yang

dikembangkan oleh

peneliti sehingga

diketahui kelebihan dan kekurangan perangkat.

6. 11 – 15

Oktober 2016

Revisi Melakukan perbaikan

sesuai saran dari validator

sehingga diperoleh

perangkat pembelajaran

model TADIR yang

sesuai dengan

karakteristik siswa.

(Menghasilkan draft II)

7. 31

Oktober - 3 Nopember

2016

Implementasi Menguji cobakan RPP

dan LKS model TADIR dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya.

8. 4

Nopember 2016

Evaluasi Mengevaluasi perangkat

yang telah diuji cobakan. (Menghasilkan draft III)

9. 5

Nopember 2016 – 12 Januari

2017

Penulisan Laporan

Menghasilkan skripsi

yang berjudul “Integrasi

Model Pembelajaran

TADIR dengan

Nilai-Nilai Islam untuk

Pembentukan Sikap

Sosial Siswa”.

Tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian menggunakan model pengembangan ADDIE dan akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Tahap analisis (Analysis)

Tahap awal dalam model pengembangan adalah tahap analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan


(48)

analisis kurikulum dan karakteristik siswa. Pada tahap analisis kurikulum, peneliti mengetahui kurikulum yang digunakan di sekolah yaitu kurikulum 2013. Selain itu juga mengkaji KI dan KD yang terkandung

dalam kurikulum tersebut. Karena hanya

mengembangkan RPP dan LKS pada materi aljabar kelas VIII, maka peneliti cukup mengambil satu KD dalam KI-3 yaitu menerapkan operasi aljabar yang melibatkan bilangan rasional. Dan satu KD dalam KI-4 yaitu menyelesaikan permasalahan dengan menaksir besaran yang tidak diketahui menggunakan aljabar.

Dari KI dan KD tersebut diperoleh indikator yang dapat disusun untuk sajian materi. Dalam hal ini, kelengkapan materi sangat dibutuhkan agar tidak ada materi yang tertinggal untuk yang mendasari materi berikutnya. Urutan materi juga perlu diperhatikan agar materi tersusun secara hierarkis, ditandai dengan materi yang lebih mudah ke materi yang kompleks. Sehingga

tidak terjadi tumpang tindih antar materi.3 Dan diperoleh

peta konsep pada materi Aljabar sebagai berikut:

Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Aljabar

Tahap selanjutnya yaitu tahap analisis

karakteristik siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas VIII-C SMP Al-Irsyad, peneliti

3 Kusaeri, K. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dengan Menggunakan Model DINA, untuk Mendapatkan Informasi Salah Konsepsi dalam Aljabar. (Doctoral dissertation, UNY), 139.

Operasi Aljabar


(1)

63

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Disesuiakan dengan rumusan masalah di depan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran dikembangkan berdasarkan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari: 1) Analysis

(analisis), yang berisi informasi masalah dalam pembelajaran matematika, kurikulum yang digunakan, dan karakteristik siswa; 2) Design (perancangan), yang merupakan tahap menentukan format dan desain perangkat pembelajaran; 3)

Development (pengembangan), merupakan tahap mengembangkan perangkat pembelajaran model TADIR dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam; 4) Implementation

(implementasi) merupakan tahap uji coba pada siswa kelas VIII-C SMP Al-Irsyad Surabaya dengan jumlah 25 siswa; dan 5) Evaluation (evaluasi), yakni peneliti mengevaluasi tingkat kualitas RPP dan LKS.

2. Terdapat perubahan pada sikap sosial siswa tersebut pada saat pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Perilaku siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan terbiasa mengamalkan nilai-nilai Islam.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap Development (pengembangan), peneliti hanya sedikit menemukan referensi dalam mengembangkan perangkat pembelajaran model TADIR ini. Sehingga untuk penelitian lebih lanjut disarankan mencari referensi yang lebih banyak khususnya referensi berbahasa Inggris agar hasilnya akan lebih baik lagi.


(2)

2. Pada tahap Implementation (implementasi), peneliti memilih keempat subjek secara acak yang mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak seluruhnya sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga disarankan untuk menggunakan purposive sampling


(3)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abaz., Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor., Diakses pada 16 Juni 2016; http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html

Arista, Rika., Japa, dan Dantes. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran TADIR Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD Gugus XV Kecamatan Buleleng. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2012. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Barata, Agriat., Skripsi:”Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika pada Materi Perbandingan Untuk Siswa Kelas VII Dengan Pendekatan Kontekstual”. Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta, 2015.

Barojas, J. 2008. “Problem Solving And Writing II: The Point Of View

Of Hermeneutics”. Latin American Journal Of Physics

Education. Vol.2 No.1, Januari, 2008.

Eko. Pendidikan Islam Formal. Diakses pada 29 April 2016; http://ekoduasatudua.blogspot.co.id/2011/06/pendidikan-islam-formal.html

Fadillah, Syarifah. “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Matematika”. Vol.6 No.2, Pontianak: STKIP PGRI Pontianak.

Fajri, Ryan. Belajar Matematika Ala Arab Islam-Sejarah Matematika. Fitriyah, Nani., Jamali Sahrodi, dan Arif Muchyidin. 2015.

Implementasi Model Pembelajaran Matematika Berintegrasi Keislaman dalam Meningkatkan Karakter Demokrasi Siswa”.

Vol.4 No.2, Cirebon: IAIN Syekh Cirebon, 2015.

Hakim, Lukman. 2012. “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya”. Vol.10 No.1,

Tasikmalaya: STH Galunggung, 2012.

Hasil wawancara dengan ibu Gurnita Kusumaningati pada tanggal 20 April 2016.

Hidayati, Alfiyah., Skripsi:”Pengembangan Modul Berbasis Pengajuan

dan Pemecahan Masalah dengan Menyisipkan Nilai Islam di SDIT Ghilmani Surabaya”. Surabaya: UIN Sunan Ampel,


(4)

Hidayatullah, M. Furqon. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

Istiqomah., Skripsi:”Analisis Karakter Siswa Melalui Interaksi Belajar Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran STAD”. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Khanafi., Skripsi:”Meningkatkan Komunikasi Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal Mts.Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Semarang: IAIN Walisongo

Semarang, 2011.

Kohar, Ahmad Wachidul.,“Membumikan Pendidikan Nilai Melalui Integrasi Nilai Islam dalam Pembelajaran Matematika”.

Makalah Seminar Pendidikan Matematika, 2010.

Konsep Sekolah Islam Terpadu., Diakses pada 19 April 2016; smaitalqolam.com

Kusaeri, K. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dengan Menggunakan Model DINA, untuk Mendapatkan Informasi Salah Konsepsi dalam Aljabar. (Doctoral dissertation, UNY).

Maarif, Samsul. 2015. “Integrasi Matematika dan Islam dalam Pembelajaran Matematika”. Vol.4 No.2, Bandung: STKIP Siliwangi Bandung, 2015.

Masduki, Rita Pramujiyanti Khotimah, Sri Sutarni, Muhammad Toyib, dan Muhammad Noor Kholid. 2015. “Integrating

Islamic Values In Mathematics Learning: A Strategy of

Developing Student’s Character”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.

Muhadjir, Noeng., Pengukuran Kepribadian: Telaah Konsep dan Teknik Penyusunan Test Psikometri dan Skala Sikap. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992.

Muhtadi, Ali., “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta”.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2005.

Mulyana, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.


(5)

67

Nisa`, Khilyatun., Skripsi:”Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika yang Mengintegrasikan Integral Matematika dan Hukum Waris dengan Model Integrated Learning Berbasis Masalah”. Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014.

Nugroho, Agung., Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pendidikan Islam. Diakses pada 19 April 2016; http://islamcendikia.blogspot.co.id/2013/12/smpit-cendekia-cianjur.html

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Kemendiknas., Jakarta: Balitbang Kemendiknas, 2010. Pribadi, Benny A., Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT.

Dian Rakyat, 2009.

Qudrotullah, Muhammad Fahmi., Skripsi:”Penerapan Pembelajaran

Berbasis Masalah Mengacu pada Taksonomi Bloom untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa”.

Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014.

Rahmi. 2013. “Kontribusi Matematika dalam Pembentukan Karakter Siswa”. Jurnal Ekotrans. Vol.12 No.1, Padang: STKIP PGRI Padang, 2013.

Ramayulis., Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2011.

Rif`atin, Ainur., Skripsi:”Pengembangan Pembelajaran Matematika

dengan Memasukkan Nilai-nilai Islami pada Materi Pokok Bilangan Bulat Kelas IV MI Mambaul Ulum Terik Krian Sidoarjo”. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013.

Saefullah, Asep., Skripsi:“Pengaruh Penggunaan Media Al-Qur`an

dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Pembentukan Sikap Keberagaman Siswa”. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah, 2010.

Salafuddin. 2013. “Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Vol.10 No.1, Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013.

Sugiyono., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta, 2010.

Suparni.,” Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Integrasi Nilai Keislaman dalam Pembelajaran Matematika”. Paper

presented at Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012.


(6)

Teknik Dan Bentuk Penilaian Sikap Pada Kurikulum 2013. 2016. Diakses pada 16 Juni 2016;

http://www.salamedukasi.com/2014/11/contoh-indikator-penilaian-kompetensi.html

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Widiyastuti, Sri Laksmi., Nym kusmariyatni, dan Suranata. 2014.

Pengaruh Model Pembelajaran TADIR Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Kecamatan Banjar”. Vol.2

No.1, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2014. Yasri. Strategi Pembelajaran Matematika yang Bernuansa

Islami. Diakses pada 19 April 2016; http://bdkpadang.kemenag.go.id

Yusuf, Muhammad. 2013. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Berbasis Nilai”. Vol.13 No.1, Makassar: UIN Alauddin, 2013.


Dokumen yang terkait

INTERNALISASI NILAI-NILAI RELIGIOUS UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN Internalisasi Nilai-Nilai Religius Untuk Pembentukan Karakter Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Karangasem II Surakarta.

0 2 20

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM Internalisasi Nilai-Nilai Islam Untuk Pembentukan Akhlak Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Muhammadiyah 16 Karangasem La

0 3 17

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Internalisasi Nilai-Nilai Islam Untuk Pembentukan Akhlak Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Muhammadiyah 16 Karangasem Laweyan Surakarta.

0 2 23

PENGEMBANGAN MODEL INTEGRASI NILAI-NILAI CINTA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK SIKAP KEBERSAMAAN.

0 0 75

17. Penanaman Nilai nilai Agama Islam di SDIT Lukman Al Hakim untuk pembentukan sikap dan perilaku siswa

0 0 15

Islam dan Proses Integrasi nilai

0 1 2

Sikap Integrasi Nasional Ditinjau Dari Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah Dan Sikap Sosial Siswa

0 1 14

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TADIR (TRANSLATION, ANALYSIS, DESIGN, IMPLEMENTATION, REVIEW) DENGAN MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ISLAM DAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP IT WAHDA

0 1 125

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN NILAI-NILAI SEJARAH DAN SIKAP SOSIAL DENGAN SIKAP INTEGRASI NASIONAL SISWA DI SMA NEGERI GONDANGREJO - UNS Institutional Repository

0 0 16

INTEGRASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PPKn UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER DI SMPN 1 KURIPAN

0 0 16