IMPLEMENTASl KEBIJAKAN LIMA HARI KERJA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA : Studi tentang Persepsi Kepala Dinas dalam Kaitannya dengan Produktivitas Kerja Pegawai Cabang Pendidikan Nasional Kecamatan di Kota Bandung.
I -s /.
I
IMPLEMENTASl KEBIJAKAN LIMA HARI KERJA
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi tentang Persepsi Kepala Dinas dalam Kaitannya dengan Produktivitas Kerja
Pegawai Cabang Pendidikan Nasional Kecamatan di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Administrasi Pendidikan
Oleh:
DACHROM SUPRIATMAN
NIM.999718
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Mock. Idochi Anwar
NIP. 130 256 639
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Bambang Suwarno, M.A.
NIP. 130 345 024
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Prof. Dr. H.l Abin
din Makmun. M.A.
[88 292
ABSTRAK
Masalah penelitian
ini adalah bagaimanakah implementasi
kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai
cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan implementasi
kebijakan lima hari kerja dalam kaitannya dengan produktivitas kerja
Teori-teori yang digunakan sebagai
landasan pelaksanaan
penelitian ini terutama mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan
penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensitas kerja, inisiatif kerja,
suasana kerja dalam kaitannya dengan produktivitas kerja dalam
implementasi kebijakan lima hari kerja.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
metode deskriptif. Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan
komputer melalui program SPSS, dan Microsoft Excell, dengan rumus
korelasi, dan regresi; selanjutnya ditafsirkan sesuai dengan Masalah, dan
tujuan penelitian.
Dan" hasil penelitian ditemukan bahwa lima hipctesis kerja yang
diajukan seluruhnya diterima, dan didukung oleh data empirik, sehingga
dapat ditafsirkan bahwa kebijakan lima hari kerja, baik yang menyangkut
penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensitas kerja, inisiatif kerja,
maupun suasana kerja; baik secara terpisah maupun secara bersamasama berhubungan positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan waktu dan
disiplin kerja dalam kebijakan lima hari kerja memberikan sumbangan
positif terhadap produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan di Kota Bandung; (2) Intensitas kerja dalam kebijakan
lima hari kerja memberikan sumbangan positif terhadap produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung;
(3) Inisiatif kerja dalam kebijakan lima hari kerja memberikan sumbangan
positif terhadap produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan di Kota Bandung; (4) Suasana kerja dalam kebijakan
lima hari kerja memberikan sumbangan positif terhadap produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung;
(5) Kebijakan lima hari kerja, baik yang menyangkut penggunaan waktu
dan disiplin kerja, intensitas kerja, inisiatif kerja, serta suasana kerja dalam
kebijakan lima hari kerja secara bersama-sama memberikan sumbangan
positif terhadap produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional
kecamatan
di
Kota
Bandung.
Sehubungan
dengan
itu,
direkomendasikan kepada berbagai pihak agar melaksanakan kebijakan
lima hari kerja secara efektif, untuk meningkatkan produktivitas kerja.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARPERSETUJUAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
i
iii
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
BAB II
ix
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
I
B. Perumusan Masalah
9
C. Ruang Lingkup dan Paradigma Penelitian
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
15
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis
17
F. Populasi dan Sampel Penelitian
19
G. Sistematika Pembahasan
19
PRODUKTIVITAS KERJA DALAM KEBUAKAN
LIMA HARI KERJA
A. Konsep Produktivitas
21
B. Produktivitas Kerja dalam Kebijakan
Lima Hari Kerja
29
C. Pcranan Kepala Cabang dahmi Peningkatan
Kinerja Pegawai
35
D. Kajian Studi Terdahuluyang Relevan
ix
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
55
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
56
C. Penjabaran Konsep Teori ke Dalam Konsep
Empirik dan Analitik
D. Validitas dan Reliabilitas mstrumen
62
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
67
F. Teknik Pengumpulan Data
77
G. Proses Pengolahan Data Melalui Pesawat Komputer
80
H. Teknik Analisis Data
81
I. Proses Pengujian Hipotesis
BAB IV
BAB V
58
85
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Deskriptif.
91
B. Hasil Pengujian Hipotesis
98
C. Rangkuman Hasil Analisis Data
106
E. Pembahasan
112
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
123
B. Implikasi
125
C. Rekomendasi
127
DAFTAR PUSTAKA
130
LAMPIRAN
134
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1 Ruang Lingkup Penelitian
13
1.2 Paradigma Penelitian
14
3.1 Hubungan Antar Variabel
61
4.1 Hasil Penelitian Deskriptif
108
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
HI
XI
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
3.1 Penjabaran Konsep Teori ke Dalam Konsep
Empirik dan Abalitis
60
3.2 Hasil Uji Validitas Angket PenggunaanWaktu, dan
Disiplin Kerja dalam Lima Hari Kerja
72
3.3 Hasil Uji Validitas Angket Intensitas Kerja
73
3.4 Hasil Uji Validitas Angket Inisiatif Kerja
74
3.5 Hasil Uji Validitas Angket Suasana Kerja
75
3.6 Hasil Uji Validitas Angket Produktivitas Kerja
76
4.1
Jenis Kelamin Respondent
92
4.2 Latar Belakang Pendidikan
93
4.3 Golongan Kerja Responden
93
xn
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Penelitian
134
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
140
3. Hasil Analisis Regresi
143
4. Instrumen Penelitian
145
xni
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen yang paling utama
dalam setiap lembaga dan organisasi. Tanpa sumber daya manusia, lembaga dan
organisasi itu tidak pernah ada. Oleh karena itu, keliru jika suatu lembaga atau
organisasi hanya memperhatikan fungsi-fungsi administrasi, sebab misalnya
rencana yang sudah tersusun rapi dan dijabarkan ke dalam program kerja yang
jelas, tidak dengan sendirinya mendekatkan lembaga, dan organisasi itu kepada
tujuan yang akan dicapai, tetapi terletak pada sumber daya manusia sebagai
pelaksananya. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia merupakan
hal yang sangat penting bagi setiap lembaga dan organisasi dalam mewujudkan
tujuan secara efektifdan efisien.
Pengembangan SDM adalah proses peningkatan kemampuan manusia agar
mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian pada
pemerataan peningkatan kemampuan manusia dan pada pemanfaatan kemampuan
itu. Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan SDM tidak hanya
sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan
kemampuan tersebut. Menurut Effendi (1995) pengembangan SDM termasuk di
dalamnya adalah peningkatan partisipasi manusia melalui perluasan kesempatan
untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja, dan berusaha.
1
Pengembangan SDM merupakan bagian integral dari pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan merupakan titik sentral pembangunan nasional.
Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan
yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin, termasuk para pemimpin
pendidikan, seperti kepala cabang dinas pendidikan dan para pegawai di
lingkungan kerjanya.
Diakui bahwa tanpa sumber daya manusia yang berkualitas tujuan
lembaga dan organisasi itu tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan,
program yang telah dirancang dengan baik tidak akan berhasil dilaksanakan,
kerjasama tidak akan terwujud, bahkan alat-alat yang modern dan serba
otomatispun akan sia-siasaja.
Sumber daya manusia
yang diperlukan adalah yang mempunyai
kesungguhan kerja untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja pegawai
dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan dapai ditingkatkan melalui berbagai cara.
Sagir (1985:12) mengemukakan enam faktor yang turut menentukan tingkat
produktivitas yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat
kesehatan, dan tingkat upah minimal.
Keenam faktor yang mendukung
produktivitas kerja tersebut sangat erat kaitannya dengan gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan merupakan unsur kunci dan sangat menentukan tingkat
produktivitas lembaga dan organisasi. Dalam hal ini, pemimpin bertugas untuk
mengarahkan serta mempengaruhi pegawai dalam lembaga dan organisasi yang
lipimpinnya, agar dengan sadar dan sukarela dapat memanfaatkan segala
kemampuannya untuk bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan.
Perwujudan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut menjadi
tanggungjawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik
menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang
tangguh, kreatif, rr.andiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.
Pendidikan pada hakekatnya adalah pembentukkan watak bangsa (nation
character building)
pada semua bidang kehidupan, khususnya untuk
meningkatkan kualitas manusia dan partisipasinya dalam pembangunan. Dalam
kaitan ini pendidikan yang baik dapat terukur dari nilai tambah yang diperoleh
individu, masyarakat, atau suatu bangsa.
Pembangunan pendidikan harus diiihat secara menyeluruh, yaitu dari
sudut peningkatan kebudayaan, sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Proses pendidikan hendaknya membuat peserta didik mengalami kehidupan yang
bermakna, yang melahirkan sikap dan perilaku terpuji. Pendidikan adalah proses
dalam rangka perkembangan sikap para peserta didik yang akan mampu
mendukung pengambilan keputusan terbaik dalam rangka memanfaatkan kesaling
tergantungan dengan pihak lain yang saling menghidupi secara serasi dan
seimbang, sesuai dengan hak dan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu,
proses pendidikan hendaknya memperhatikan makna interaksi peserta didik
dalam hubungannya dengan sesama manusia, alam/fisik, lembaga sosial,
kebudayaan, dan masyarakat dalam konteks ruang dan waktu, hubungan teori dan
praktek, keterikatan dengan keagamaan dan ke Tuhanan. Pandangan tersebut
sejalan dengan konsep "Upa Jiwa" (Engkoswara, 1984).
Sejalan dengan uraian di atas, Sutisna (1987: 40) mengemukakan bahwa
pendidikan diperlukan untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara di dunia
jersaing. Oleh karena itu pendidikan sekarang dipandang sebagai kewajiban
individu, keluarga masyarakat, dan negara, sehingga pendidikan dianggap sebagai
jembatan kemajuan dan kemampuan survive.
Untuk kepentingan tersebut, pendidikan harus diarahkan kepada tujuan-
tujuan masa yang akan datang, kepada masyarakat yang dicita-citakan, dan
kepada perekonoraian yang dikehendaki. Schult (1968) mengungkapkan bahwa
pendidikan adalah investasi, dan kunci perubahan. Pemyataan tersebut semakin
diakui kebenarannya oleh berbagai negara yang sedang melaksanakan proses
modernisasi, dimana sumber daya manusia dipandang sebagai suatu asset bagi
suatu bangsa, sedangkan modal dan sumber daya alam adalah faktor-faktor
produksi yang pasif, dan manusia adalah faktor produksi yang aktif (Harbinson,
1993), yang bisa memupuk modal, mengeksploitir sumber-sumber alam,
membangun organisasi-organisasi sosial, ekonomi, politik, serta melaksanakan
pembangunan nasional dan daerah.
Tuntutan kualitas SDM yang harus diwujudkan melalui pendidikan, sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menggarisbawahi pembangunan nasional di bidang pendidikan
adalah "upaya mencerdaskan kehidupan bangsa" dalam "mewujudkan masyarakat
adil dan makmur", serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri,
baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rokhaniah Berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Disadari bahwa pendidikan merupakan proses pengejawantahan rasa
kemanusiaan yang bersifat universal, oleh karenanya pendidikan dijadikan
kebutuhan primer manusia yang difungsikan sebagai upaya memperhatikan
kolektivitas sosial, yang ketika proses pendidikan itu terganggu maka dapat
dipastikan menjadi ancamanbagi masyarakat sekitamya.
Dinas pendidikan nasional sebagai salah satu unsur pemerintah memiliki
kesadaran penuh bahwa sedikit banyak mempunyai andil yang sangat menentukan
dalam mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas, melalui penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah yang pada hakekatnya diarahkan pada kebutuhan
masyarakat daerah yang bersangkutan, mengandung makna terbukanya peluang
bagi
daerah
yang bersangkutan
untuk
secara
kreatif membina
dan
mengembangkan kemampuan lembaga dan organisasi. aparatur dan sumbersumber keuangan secara optimal, sehingga dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas
layanan kepada masyarakat.
Implikasi dari pelaksanan otonomi daerah tersebut adalah tuntutan akan
produktivitas kerja, karena sumber-sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah
daerah yang harus digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan
organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi.
Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah, melalui
&3&
berbagai perbaikan cara kerja, serta mengurangi pemborosan waktu dan te
Dengan demikian diharapkan akan memperoleh hasil yang lebih baik dan banyak
hal yang bisa dihemat, waktu tidak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara
efektif, dan pencapaian tujuan akan lebihefektif
Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik, yang
memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan bahwa
kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini. Kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai
dengan isi kerja sehingga bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru untuk
memperbaiki dan meningkatkan cara kerja, atau minimal mempertahankan cara
kerja yang sudah dianggap baik. Untuk itu, kerja produktif perlu didukung oleh
kemauan yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan
yang nyaman dan kondusif, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi, serta
hubungan kerja yang harmonis.
Greeriberg (1988) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan
antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama
periode tersebut. Dengan demikian produktivitas diartikan sebagai:
1. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
2. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang
dinyatakan dalam satu satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang sangat dikenal berkaitan dengan tenaga kerja
yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakau
atau jam-jam kerja pegawai. Produktivitas berkaitan dengan efisiensi dan
efektivitas, efisiensi membandingkan input dengan output, sedangkan efektivitas
berhubungan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Efisiensi lebih mengacu pada kuantitas sedaiigkan efektivitas lebih mengacu pada
produktivitas.
Tujuan utama suatu lembaga atau organisasi adalah pencapaian
produktivitas yang tinggi. Gaffar (1987: 142-143) menjelaskan bahwa secara
praktis produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu output atau keluaran yang
dihasilkan oleh seseorang/pegawai perjam. Produktivitas lembaga atau organisasi
adalah penjumlahan produktivitas peseorangan setiap individu yang ada dalam
lembaga atau organisasi itu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dennis (1972:
2), yang menyatakan bahwa: "Productivity is a meassure of the used of the
resources of an organization and is usually expressed as ratio of the output
obtained by the use ofresources employed."
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas dapat dilihat
dari produktivitas individu, produktivitas lembaga/organisasi, serta produktivitas
total. Pegawai yang produktif adalah mereka yang menghasilkan produk yang
bermutu, dapat diamati serta berguna bagi organisasi. Hal tersebut mengandung
implikasi bahwa produktivitas merujuk pada kontribusi pegawai/personil secara
kualitatif yang mempunyai dampak positif bagi organisasi.
Gaffa*- (1987: 143-144) mengemukakan bahwa produktivitas adalah output
total organisasi yang merupakan kontribusi dua faktor besar yakni teknologi dan
performance kerja. Kedua faktor pendukung produktivitas tersebut merupakan
pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung. Kota Bandung dipilih
sebagai lokasi penelitian, karena merupakan salah satu pemerintahan kota yang
menerapkan kebijakan lima hari kerja.
B. Perumusan Masalah
Perkembangan pendidikan di Indonesia secara kuantitatif telah
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat, akan tetapi secara kualitatif belum
memperlihatkan kemajuannya. Kemajuan-kemajuan dalam proses pembangunan
yang terns melaju masih dihinggapi kesenjangan fundamental yang terdapat pada
aspek manusianya sendiri sebagai inti pembangunan nasional, yaitu kesenjangan
atau krisis produktivitas kualitas manusia, yang ditunjukkan dalam produktivitas
kerjanya. Di samping itu, masih terdapat kasus-kasus korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang sangat menghambat pembangunan.
Kerja yang bermalas-malas aataupun korupsi jam kerja dari yang
semestinya, tidaklah menunjang pembangunan, tetapi menghambat kemajuan
yang semestinya dicapai. Sebaliknya kerja yang efektif menuntut jumlah jam
kerja yang seharusnya serta isi kerja yang sesuai dengan uraian kerja setiap
pekerja, akan dapat menunjang kemajuan serta mendorong kelancaran usaha baik
secara individu maupun secara menyeluruh (lembaga/organisasi).
Pada pelaksanaan enam hari kerja disinyalir banyak kejadian betapa
pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling dasar dari produktivitas
kerja, banyak diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar (tidak disiplin). Sikap
mental seperti ini tentu saja tidak akan menimbulkan suasana kerja yang optimis,
10
apalagi diharapkan untuk menciptakan metode dan sistem kerja yang produktif di
semua perangkat kerja yang ada.
Kompas (1996) mengemukakan bahwa:
"Banyak di antara para pekerja atau pegawai/karyawan yang mengisi waktu
kerjanya dengan duduk-duduk mengobrol, baca koran, menelpon keluarga atau
teman aataupun izin ke luar kantor untuk urusan-urusan yang tidak mempunyai
kaitan sama sekali dengan tugas pekerjaanya.
Falsafah kerja santai juga kurang pada tempatnya. Istilah tersebut tidak
cocok dalam suasana pembangunan. Santai atau rileks adalah selingan di antara
dua masa kerja produktif, bukan berada pada masa kerja produktif. Meskipun
demikian, suasana santai diperlukan untuk memulihkan kondisi tubuh dan otak
setelah bekerja penuh selama satu masa tertentu, misalnya satu minggu atau lima
hari. Dalam kerangka inilah muncul pemikiran tentang lima hari kerja, khususnya
di lingkungan pemerintahan. Dengan harapan para pegawai dapat memulihkan
kondisi tubuh dan otak, dengan beristirahat atau bersantai pada akhir pekan (sabtu
dan minggu), sehingga pada hari scnin tubuh dan otak mereka sudah segar dan
siap kerja produktif, dan yang paling penting tidak santai atau malas-malasan pada
waktu kerja produktif.
Apakah harapan tersebut dapat diwujudkan secara efektif, dan
bagaimanakah implementasi kebijakan lima hari kerja tersebut di Indonesia, perlu
dilakukan penelitian. Oleh karena itu penulis menganggap perlu melakukan
penelitian, dengan mengemukakan judul: "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
LIMA
HARI
KERJA
UNTUK
MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS
KERJA". Mengingat berbagai keterbatasan, maka penelitian ini hanya dilakukan
11
di lingkungan cabang dinas pendidikan nasional yang ada di kota Bandung, yang
berjumlah 26 cabang. Penelitian ini juga hanya didasarkan pada persepsi kepala
dinas dalam kaitannya dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di kota Bandung.
Adapun persoalan yang timbul sehubungan dengan pokok permasalahan di
atas dimunculkan dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah implementasi kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di KotaBandung?
a....Bagaimanakan persepsi kepala cabang tentang penggunaan waktu dan
disiplin kerja pegawai dalam kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung?
b. Bagaimanakah persepsi kepala cabang tentang intensitas kerja pegawai
dalam kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung?
c. Bagaimanakah persepsi kepala cabang tentang inisiatif kerja pegawai
cabang dinas pendidikan nasional kecamatan dalam kebijakan lima hari
kerja pada cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung?
d. Bagaimanakah persepsi kepala cabang tentang suasana kerja dalam
kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung?
12
2. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang tentang
kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung?
a. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang pemanfaatan waktu dan disiplin kerja dalam kebijakan lima hari
kerja dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan di Kota Bandung?
b. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang intensitas kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
di Kota Bandung?
c. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang inisiatif
kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
di Kota Bandung?
d. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang suasana kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
di Kota Bandung?
Pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut merupakan acuan penelitian yang
perlu dibahas secara rinci, sehingga dapat memberikan gambaran tentang
13
implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di kota Bandung.
C. Ruang Lingkup dan Paradigma Penelitian
Ruang lingkuppenelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut.
Kebijakan Lima Hari
Kerja
♦
Produtivitas Kerja
Waktu dan
Disiplin Kerja
♦
Intensitas kerja
♦
•
Efektivitas
•
Efisiensi
♦
Inisiatif Kerja
Suasana Kerja
Gambar 1.1 Ruang lingkup penelitian
Implementasi kebijakan lima hari kerja menurut persepsi kepala cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan
merupakan variabel bebas (X) dalam
penelitian ini, yang diuraikan ke dalam empat sub variabel sebagai berikut.
XI = Persepsi kepala dinas tentang pemanfaatan waktu dan disiplin kerja
X2 = Persepsi kepala dinas tentang intensitas kerja
X3 = Persepsi kepala dinas tentang inisiatif kerja pegawai
X4 = Persepsi kepala dinas tentang suasana kerja
14
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
produktivitas kerja berdasarkan tingkat kepuasan pegawai cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan (Y).
Berdasarkan ruang lingkup di atas, dilukiskan paradigma penelitian
sebagai berikut.
ENAMHARI
TUNTUTAN
KERJA
PRODUKTIVITAS
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
LIMA HARI KERJA
Penggunaan
Waktu dan
Disiplin
Intensitas
Inisiatif
Suasana
Kerja
Kerja
Kerja
Kerja
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
KERJA
Gambar 1.2 Paradigma Penelitian
15
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi
kebijakan lima hari kerja dalam kaitannya dengan produktivitas kerja pegawai
cabang dinas pendidikan nasional lingkungan kantor-kantor cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung.
b. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan
untuk mengetahui
dan
mendeskripsikan:
1) Gambaran seutuhnya tentang implementasi kebijakan lima hari kerja
di lingkungan cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di kota
Bandung. Gambaran tersebut meliputi tentang:
a)
Bagaimana penggunaan waktu dan disiplin kerja dalam lima hari
kerja
b)
Bagaimana intensitas kerja dalam lima hari kerja
c)
Bagaimana inisiatif kerja dalam lima hari kerja
d)
Bagaimana suasana kerja dalam lima hari kerja
2) Hubungan antara persepsi kepala cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan tentang implementasi kebijakan lima hari kerja terhadap
16
produktivitas keija pegawai cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di kota Bandung.
a)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang pemanfaatan
waktu dan disiplin kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung.
b)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang intensitas kerja
dalam kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung.
c)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang inisiatif kerja
dalam kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung.
d)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang suasana kerja
dalam kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian empirik bagi
administrator pendidikan. Dengan ditemukannya gambaran tentang
17
implementasi kebijakan lima hari kerja,maka dapat dikembangkan
bentuk-bentuk kebijakan di sektor pendidikan yang memiliki nilai
positif terhadap produktivitas kerja tenaga kependidikan dan akhirnya
dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
b.
Manfaat Praktis
Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah kota Bandung dalam merumuskan kebijakan
di sektor pendidikan yang memiliki implikasi positif dalam
pembangunan pendidikan.
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oleh peneliti. Anggapan dasar ini diperlukan untuk memperkuat
permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek
penelitian, wilayah pengambilan data, dan isntrumen pengumpulan data.
Seperangkat anggapan dasar yang dibangun sebagai landasan
untuk
kcyakinan tentang kokohnya pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Secara praktis produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu output atau
keluaran yang dihasilkan seseorang perjam. Produktivitas organisasi
adalah penjumlahan produktivitas perorangan setiap individu yang berada
dalam organisasi itu (Gaffar, 1987: 142-143).
18
b. "... Produktivitas itu tergantung pada personil, sistem (peraturanperaturan) dan organisasi (Sanusi, 1975).
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang perlu
diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah pokok di atas, berikut
diajukan hipotesis penelitian.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebijakan lima hari
kerja dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung.
Selanjutnya dikemukakan beberapa hipotesis khusus sebagai berikut.
a. Terdapat hubungan positif penggunaan waktu dan disiplin kerja dalam
kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas
Pendidikan Kecamatan di Kota Bandung.
b. Terdapat hubungan positif intensitas kerja dalam lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung.
c. Terdapat hubungan positif inisiatif kerja dalam lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung.
d. Terdapat hubungan positif suasana
kerja dalam lima hari kerja terhadap
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung.
19
e. Terdapat hubungan positif penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensitas
kerja, inisiatif kerja, dan suasana kerja
secara bersama-sama terhadap
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung?
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor-kantor cabang dinas pendidikan
nasional yang ada di kota Bandung. Oleh karena itu penelitian ini menyangkut
keseluruhan karakteristik yang berkaitan dengan implementasi kebijakan limahari
kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai pada lingkungan cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan di kota Bandung.
Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala dinas dan pegawai cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung, yang berjumlah
26 cabang. Sedangkan sampelnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penelitian. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan secara total untuk
subjek kepala dinas, dan sampel purposive untuk subjek pegawai cabang dinas
pendidikan kecamatan. Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh jumlah sampel
sebanyak 26 orang kepala dinas dan 26 orang pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistematika pembahasan
sebagai berikut.
20
Bab I. Pendahuluan; membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, anggapan dasar dan hipotesis
penelitian, populasi dan sampel penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab II. Telaahan kepustakaan/kerangka teoritis; membahas berbagai
konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian terdahulu yang
relevan dan berkaitan dengan masalah penelitian ini.
Bab III. Metodologi penelitian; menjabarkan secara rinci mengenai
metode penelitian, yang secara garis besar telah disinggung dalam bab I,
pengembangan alat pengumpul data, penjabaran konsep teori ke dalam konsep-
konsep empirik dan analitis, serta membahas mengenai prosedur dan analisis data.
Termasuk dalam bab ini adalah laporan mengenai instrumen yang digunakan,
beserta validitas dan reliabilitasnya.
Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, berisikan hasil analisis
deskriptif, hasil pengujian hipotesis, rangkuman hasil analisis data, dan
pembahasan terhadap keseluruhan hasil penelitian.
Bab V. Kesimpulan dan rekomendasi; berisi tentang pemaknaan terhadap
keseluruhan hasil penelitian secara terpadu, dan rekomendasi yang ditujukan bagi
para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian, serta para peneliti yang
akan melanjutkan penelitian ini.
BAB III
METODOLOG1 PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai
implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja
ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif ditujukan
untuk mengkaji permasalahan implementasi kebijakan lima hari kerja untuk
meningkatkan produktivitas kerja pada saat penelitian ini dilakukan. Hal ini
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh para ahli bahwa: "penelitian deskriptif
diarahkan untuk mengidentifikasi situasi pada waktu penyelidikan dilakukan,
melukiskan variabel atau kondisi 'apa yang ada' dalam suam simasi" (Winarno,
1980: 156; dan Best, 1981: 116). lebih lanjut Best (1987:116) mengungkapkan
bahwa: "A descriptive study describes and interprets what is. It is concerned
with condition orrelationship that exist, opinion that are held, processes that are
going on, affects thai are evidenis, or trends that are developing. " Metode
deskriptif bersifat menjabarkan, menguraikan, dan menafsirkan kondisi, peristiwa,
proses yang sedang terjadi dalam kontcks permasalahan.
Metode deskriptif, menurut Nazir (1985:65) adalah suatu metode untuk
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, serta kondisi dan sistem
pemikiran pada masa sekarang. Tujuannya adalah membuat gambaran secara
55
56
sistematis, faktual dan akurat mengsnai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diteliti.
Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui analisis korelasional yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu bagaimana
variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Pendekatan
dan metode penelitian yang digunakan ini diharapkan mampu mengungkapkan
permasalahan yang diteliti secara sistematis, sehingga dapat diperoleh kebenaran
atas permasalahan yang diteliti; yaitu implementasi kebijakan lima hari kerja
untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawai pada lingkungan dinas
pendidikan nasional di kota Bandung.
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung yang terdiri dari 26 Kecamatan.
Sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat, Kota Bandung berfungsi sebagai pusat kota
pemerintahan, juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan
kota industri. Penetapan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pada alasanalasan menguniungkan, sebagai berikut:
Pertama, kondisi cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung relatif beragam, baik dalam lingkup tugas garapan, maupun dalam
jumlah tenaga serta fasilitas yang tersedia.
57
Kedua, keragaman kondisi cabang dinas pendidikan nasional kecamatan,
berimplikasi terhadap tingkat produktivitas kerja pegawai yang ada di dalamnya.
Ketiga, studi
tentang implementasi kebijakan lima hari kerja di
lingkungan cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung belum
pernah dilakukan secara intensif.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini meliputi keseluruhan aspek pelaksanaan kebijakan
lima hari kerja cabang dinas pendidikan nasional kecamatan yang ada di Kota
Bandung. Dengan demikian yang menjadi anggota populasi adalah kepala cabang
dan para pegawai cabang dinas pendidikan kecamatan, pada cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala dinas dan pegawai cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung, yang berjumlah
26 cabang. Sedangkan sampelnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penelitian. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan secara total untuk
subjek kepala dinas, dan sampel purposive untuk subjek pegawai cabang dinas
pendidikan kecamatan. Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh jumlah sampel
sebanyak 26 orang kepala dinas dan 26 orang pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan.
Penentuan jumlah sampel tersebut merujuk pada pendapat Arikunto (1987:
107), bahwa apabila populasinya lebih besar dari 1000 maka dapat diambil 10% -
58
25%, apabila populasi kurang dari 100 bisa menggunakan sampel total, dan
tergantung kepada:
a. Kemampuan peneliti yang meliputi dana, waktu, dan tenaga.
b. Sempit atau luasnya pengamatan.
c. Besarkecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
C. Penjabaran Konsep Teori ke dalam Konsep Empirik dan Analitik
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui angket
(kuesioner), selain itu dilakukan pula observasi dan wawancara. Instrumen
tersebut dipergunakan sebagai alat pengumpul tentang implementasi kebijakan
lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian,
penelitian ini memiliki dua variabel utama, yaitu variabel kebijakan lima hari
kerja dan variabel produktivitas kerja cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung.
Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam pembuatan alat
pengembangan / pengumpul data ini adalah:
a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisis
dan diolah secara statistik.
b. Dengan pengumpulan data tersebut, memungkinkan dapat diperoleh data yang
obyektif.
c. Dengan alat pengumpul data ini. memungkinkan penelitian dilakukan dengan
mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
59
Jelasnya alat pengumpul data untuk mengungkapkan variabel pelaksanaan
kebijakan lima hari kerja dan produktivitas kerja cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan menggunakan tehnik kuesioner atau angket dengan jawaban
tertutup. Jawaban yang diberikan responden dinilai dengan menggunakan skala
berjenjang dengan batas tertinggi 5 dan batas terendah 1. Sedangkan observasi
dan wawancara merupakan pelengkap data yang diperoleh melalui angket,
khususnya yang berkaitan dengan data kualitatif.
Untuk mengukur tiap variabel digunakan instrumen yang dapat menjaring
indikator-indikator yang akan diukur. Untuk variabel implementasi kebijakan lima
hari kerja meliputi aspek penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensifikasi kerja,
inisiatif kerja, dan suasana kerja. Sedangkan variabel produktivitas kerja meliputi
perbandingan inputdan outputkerja, efektivitas serta efisiensi kerja.
Sesuai dengan variabel penelitian sebagaimana dikemukakan di atas,
selanjutnya dilakukan penjabaran teori ke dalam konsep-konsep empirik dan
analitik dalam tabel sebagai berikut.
60
Tabel 3.1
PENJABARAN KONSEP TEORI
KE DALAM KONSEP EMPIRIK DAN ANALITIK
Teoritis
Empiris
Analitis
Operasional
No Item
Persepsi
(X)
Persepsi
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
1. Apakah pegawai di kantor
saudara bekerja tepat waktu?
1-15
tentang
disiplin dan
penggunaan
waktu
(manajemen
waktu) (Xi)
tentang
a.
Selalu
b.
c.
d.
e.
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
(angket
terlampir)
disiplin dan
penggunaan
2. dst
waktu dalam
lima hari
kerja
Persepdi
tentang
intensitas
kerja dalam
lima hari
kerja (X2)
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
tentang
intensitas
1. Dalam keadaan sehat/normal,
apakah pegawai di kantor
saudara hadir setiap hari?
a.
Selalu
b.
c.
d.
e.
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
1-10
(angket
terlampir)
kerja dalam
lima hari
2. dst
kerja
Persepsi
tentang
inisiatif kerja
(X3)
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
tentang
inisiati kerja
1. Apakah pegawai di kantor
saudara suka bekerja dengan
cara-cara barn?
a.
Selalu
b.
c.
d.
e.
dalam lima
hari kerja
2. dst
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
1 - 15
(angket
terlampir)
61
Persepsi
tentang
suasana
kerja (X4)
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
tentang
1. Apakah suasana kerja di kantor
saudara menyenangkan?
f.
Selalu
g.
h.
i.
j.
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
1-15
(angket
terlampir)
suasana kerja
dalam lima
2. dst
hari kerja
Produkti
vitas
kerja
(Y)
produktivitas
kerja dalam
Jawaban
lima hari
pegawai
cabang dinas
kerja
kecamatan
tentang
memuaskan
1. Hasil kerja secara keseluruhan
ditinjau dari segi kuantitas
a. Sangat memuaskan (SM )
b. Memuaskan (M )
c. Cukup Memuaskan (CM )
d. Kurang Memuaskan (KM)
tidaknya atas
berbagai
e.
pemyataan
2.
1-15
(angket
terlampir)
Tidak Memuaskan (TM )
dst.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilukiskan keterkaitan variabel penelitian
ini sebagai berikut
Gambar 3.1 Hubungan Antarvariabel Penelitian
62
Kebijakan lima hari kerja= Independent Variabel (X)
X] = Penggunaan waktu dan disiplin kerja
X2 = Intensitas kerja
X3 = Inisiatif kerja
X4 = Suasana kerja
Produktivitas kerja = Dependent variabel (Y)
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi persyaratan
kesahihan (validity), dan keterandalan (reliability). Oleh karenanya dalam
penelitian ini instnimen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian
terlebih dahulu diujicobakan guna mengetahui tingkat kesahihan dan keterandalan
instrumen yang digunakan.
1. Validitas
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen
betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan demikian validitas
instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang dimaksud berguna atau
tidak.
Kerlingger (1990: 730) menyatakan bahwa definisi yang lazim mengenai
validitas tercermin dalam pertanyaan: "Apakah kita sungguh-sungguh mengukur
ihwal yang memang ingin diukur?". Dalam pertanyaan tersebut ditekankan adalah
apa yang sedang diukur. Stanley & Hopkins (1972 : 101) menyatakan sebagai
berikut:
63
The Validity ofa measure is how well itfullfils thefunctionfor which
it is being used degree to which iscapable ofachieving certain aims.
Regardless ofothe merrit ofa test, ifit lacks validityfor apparticulr
task, the information it provides is useless. The Validity ofa test is
the accuracy ofspecific prediction madefrom it scores.
Selanjutnya Sugiyono (1993: 93) menyatakan bahwa "...hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti". Kalau dalam obyek berwarna
merah, maka data yang terkumpul juga memberikan data merah.
Jadi dalam mengukur validitas, kita melihat isi dan kegunaan instrumen
tersebut. Muljarto Tjokrowinoto (1981 :27), menyatakan bahwa validitas akan
menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya: "Unsur-unsur apa yang terdapat
dalam instrumen?., Untuk apa instrumen diciptakan dan apakah tujuan
penciptaannya tercapai?, Apakah instrumen itu sesuai denga konsep dan variabel
yang hendak diukur?.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen yang
valid untuk tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain. Untuk lebih
jelasnya berikut ini adalah berbagai macam validitas instrumen, antara lain adalah:
a. Validitas Konstruksi {Construct Validity), yaitu suatu validitas dimana peneliti
meulai dengan menganalisa apakah instrumen yang telah dibuat merupaka
unsur-unsur suatu konstruk. Kalau instrumen itu dlam bentuk skala maka
dicarilah apa dari instrumen itu yang merupakan bagian dari skala itu. Dengan
menggunakan teori apakah bagian-bagian itu logis untuk mengukur suatu
konstruk?.
Selain daripada itu untuk pengujiannya, peneliti dapat
menggunakan judgement expert.
64
b. Validitas Isi {Content Validity) yaitu validitas yang dapat dilakukan dengan
cara membandingkan isi instrumen dengan isi materi yang akan diteliti. Secara
teknis pengujian validitas isi maupun validitas konstruk dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen.
c. Internal dan Eksternal Validity, yaitu menyangkut struktur dan hasil
pengukuran. Internal validity akan menjawab seberapa jauh alat ukur berhasil
mengukur yang memang ingin diukur, sedangkan eksternal validity akan
menjawab pertanyaan apakah hasil pengukuran populasi dapat diterapkan
kepada populasi lainnya?.
d. Predictive
Validity yaitu kemampuan suatu instrumen penelitian untuk
meramalkan dan menjelaskan suatu kondisi di masa yang akan datang.
e. Cross Cultural Validity yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk dapat
digunakan di berbagai negara yang biasanya menyangkut nilai sosial budaya
atau lingkungan. Masalah yang sering timbul adalah konsep yang terjadi dari
suatu kebudayaan mungkin tidak terdapat dalam kebudayaan lainnya.
f. Face Validity, yaitu menyangkut pengukuran atribut yang konkrit dimana
infrensi tidak diperlukan atau dapat dinyatakan sebagai penilaian dari para ahli
atau konsumen terhadap alat ukur.
Dari berbagai macam validitas tersebut, maka jelaslah bahwa dalam instrumen
penelitian implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung, harus diuji validitas konstruksi dan validitas isinya.
65
Dalam menguji taraf validitas, penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Mendefmisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur.
a) Berdasarkan definisi dan rumusan konsep tentang kebijakan lima hari
kerja dan produktivitas kerja cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
dari literatur-literatur yang ditulis para ahli, penulis melakukan pra
penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenamya di lapangan. Pra
penelitian tersebut dilakukan pada akhir bulan Februari 201 sampai awal
bulan Maret 2001, melalui observasi dan wawancara dengan 3 orang
kepala cabang dinas pendidikan nasional kecamatan, yang akan dijadikan
responden.
b) Hasil pra penelitian dikonsultasikan dan didiskusikan dengan para ahli,
dalam hal ini adalah dosen-dosen pembimbing.
2) Berdasarkan penjabaran konsep teori ke dalam konsep-konsep empirik dan
analitis tentang implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan
produktivitas kerja cabang dinas pendidikan nasional kecamatan, maka penulis
membuat instrumen penelitian berupa angket (kuesioner) penelitian.
3) Kuesioner penelitian diisi oleh responden.
4) Melakukan uji coba instrumen pada akhir bulan April 2001 sampai dengan
awal bulan Mei 2001, kepada 6 kepala cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan.
5) Mengolah data hasil uji coba instrumen melalui skoring hasil jawaban
responden, untuk selanjutnya dibuat tabulasi.
66
6) Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
dengan menggunakan rumus korelasi.
7) Secara statistik angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka
kritik pada tabel korelasi nilai r. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka
pertanyaan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan tersebut
mempunyai validitas konstrak. Atau terdapat konsistensi internal (internal
consistency) dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan apabila pengukuran
diulangi. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur gejala yang sama, karena setiap alat pengukur harus memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil
pengukuran yang sesungguhnya {true score) ditambah dengan hasil kesalahan
pengukuran, makin kecil kesalahan makin reliabel alat pengukur, sebaliknya
makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel alat pengukuran.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang dijadikan alat ukur oleh
peneliti, maka digunakan teknik belah dua dari Brown, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Berdasarkan tabel uji coba instrumen, item-item yang valid dibagi menjadi
dua belahan, dengan cara membagi item berdasarkan nomor genap ganjil.
67
b. Item yang bernomor ganjil dimasukkan ke dalam belahan pertama sedangkan
yang bernomor genap dikelompokkan ke dalam belahan kedua.
c. Skor untuk masing-masing item pada tiap-tiap belahan dijumlahkan. Langkah
ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni
skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua.
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua,
dengan menggunakan tehnik korelasi product moment, seperti rumus dalam
uji validitas.
e. Mengoreksi angka korelasi, dengan memasukkannyake dalam rumus.
f. Bila angka korelasi dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut "koefisien
determinasi" {coeficient ofdetermination), yang merupakan petunjuk besarnya
hasil pengukuran.
£. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu
diuji reliabilitas dan validitasnya. Untuk menguji validitas instrumen digunakan
perhitungan dengan menggunakan rumus product moment, untuk mengetahui
korelasi antara setiap item dengan skor total,
sedangkan untuk menguji
reliabilitas instrumen digunakan teknik belah dua dari Spearman Brown, untuk
mengetahui korelasi antara belahan pertama dengan belahan kedua. Dalam
pelaksanaannya, perhitungan validitas dan reliabilitas ini dilakukan melalui
pesawat komputer melalui Microsoft Excel. Hasil uji reliabilitas dan validitas
tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut.
68
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET LIMA HARI KERJA
A. Penggunaan Waktu dan Disiplin Kerja
Summary for scale: Mean=64.4400 Std.Dv.=6.29206 Valid N:25
Cronbach alpha: .941706 Standardized alpha: .945099
Average inter-item corr.: .730997
X1
X1a
X1b
X1c
X1d
X1e
X1f
X1g
X1h
X1i
X1j
X1k
X1I
X1m
X1n
X1o
Alpha if
Mean if
Var. if
StDv. if
Itm-Totl
deleted
deleted
deleted
Correl.
deleted
59,92
59,92
60,20
60,32
60,20
60,00
60,20
60,00
60,08
60,20
60,68
60,36
60,24
59,76
60,08
31,8336
31,8336
34,9600
29,8976
34,5600
32,8800
34,5600
32,8800
33,2736
34,5600
32,2976
36,5504
35,3024
33,7024
29,5936
5,642127
5,642127
5,912698
5,467870
5,878776
5,734108
5,878776
5,734108
5,768327
5,878776
5,683098
6,045692
5,941582
5,805377
5,440000
0,798015
0,798015
0,390773
0,834267
0,650011
0,857242
0,650011
0,857242
0,813061
0,650011
0,806865
0,421424
0,535211
0,754486
0,839935
0,935109
0,935109
0,945721
0,935147
0,939217
0,934277
0,939217
0,934277
0,935446
0,939217
0,934905
0,943510
0,941429
0,936837
0,935321
B. Intensitas Kerja dalam Lima Hari Kerja
Summary for scale: Mean=43.5600 Std.Dv.=4.16413 Valid N:25
Cronbach alpha: .920372 Standardized alpha: .913658
Average inter-item corr.: .573135
X2
X2a
X2b
X2c
X2d
X2e
X2f
Mean if
Var. if
CtDv. if
Itm-Totl
Alpha if
deleted
deleted
deleted
Correl.
deleted
39,08
39,08
39,12
39,24
39,44
39,16
14,5536
12,0736
12,3456
12,5024
14,4064
13,8144
13,6384
15,6064
14,3296
12,7584
3,814918
3,474709
3,513631
3,535873
3,795576
3,716773
3,693020
3,950494
3,785446
3,571890
0,835429
0,936050
0,869316
0,866730
0,750468
0,811760
0,747521
0,736393
0,756931
0,882921
0,912340
0,896899
0,901633
0,901843
0,912590
0,911831
0,909872
0,912662
0,908993
0,901242
X2g
39,04
X2h
39,44
39,48
38,96
X2i
X2j
69
C. Inisiatif Keria dalam Lima Hari Keria
Summary for scale: Mean=66.4400 Std.Dv.=5.50818 Valid N:25
Cronbach alpha: .924640 Standardized alpha: .924283
Average inter-item corr.: .649719
X3
X3a
X3b
X3c
X3d
X3e
X3f
X3g
X3h
X3i
X3j
X3k
X3I
X3m
X3n
X3o
Mean if
Var. if
StDv. if
Itm-Totl
Alpha if
deleted
deleted
deleted
Correl.
deleted
62,08
62,44
62,24
61,84
61,52
61,84
62,24
62,36
62,20
61,84
61,84
61,92
61,64
62,08
62,08
25,8336
23,8464
22,5824
24,1344
27,3696
24,8544
25,0624
27,9904
29,5200
24,8544
24,8544
25,2736
25,5904
25,4336
25,4336
5,082676
4,883277
4,752094
4,912
I
IMPLEMENTASl KEBIJAKAN LIMA HARI KERJA
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi tentang Persepsi Kepala Dinas dalam Kaitannya dengan Produktivitas Kerja
Pegawai Cabang Pendidikan Nasional Kecamatan di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Administrasi Pendidikan
Oleh:
DACHROM SUPRIATMAN
NIM.999718
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Mock. Idochi Anwar
NIP. 130 256 639
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Bambang Suwarno, M.A.
NIP. 130 345 024
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Prof. Dr. H.l Abin
din Makmun. M.A.
[88 292
ABSTRAK
Masalah penelitian
ini adalah bagaimanakah implementasi
kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai
cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan implementasi
kebijakan lima hari kerja dalam kaitannya dengan produktivitas kerja
Teori-teori yang digunakan sebagai
landasan pelaksanaan
penelitian ini terutama mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan
penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensitas kerja, inisiatif kerja,
suasana kerja dalam kaitannya dengan produktivitas kerja dalam
implementasi kebijakan lima hari kerja.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
metode deskriptif. Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan
komputer melalui program SPSS, dan Microsoft Excell, dengan rumus
korelasi, dan regresi; selanjutnya ditafsirkan sesuai dengan Masalah, dan
tujuan penelitian.
Dan" hasil penelitian ditemukan bahwa lima hipctesis kerja yang
diajukan seluruhnya diterima, dan didukung oleh data empirik, sehingga
dapat ditafsirkan bahwa kebijakan lima hari kerja, baik yang menyangkut
penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensitas kerja, inisiatif kerja,
maupun suasana kerja; baik secara terpisah maupun secara bersamasama berhubungan positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan waktu dan
disiplin kerja dalam kebijakan lima hari kerja memberikan sumbangan
positif terhadap produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan di Kota Bandung; (2) Intensitas kerja dalam kebijakan
lima hari kerja memberikan sumbangan positif terhadap produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung;
(3) Inisiatif kerja dalam kebijakan lima hari kerja memberikan sumbangan
positif terhadap produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan di Kota Bandung; (4) Suasana kerja dalam kebijakan
lima hari kerja memberikan sumbangan positif terhadap produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung;
(5) Kebijakan lima hari kerja, baik yang menyangkut penggunaan waktu
dan disiplin kerja, intensitas kerja, inisiatif kerja, serta suasana kerja dalam
kebijakan lima hari kerja secara bersama-sama memberikan sumbangan
positif terhadap produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional
kecamatan
di
Kota
Bandung.
Sehubungan
dengan
itu,
direkomendasikan kepada berbagai pihak agar melaksanakan kebijakan
lima hari kerja secara efektif, untuk meningkatkan produktivitas kerja.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARPERSETUJUAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
i
iii
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
BAB II
ix
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
I
B. Perumusan Masalah
9
C. Ruang Lingkup dan Paradigma Penelitian
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
15
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis
17
F. Populasi dan Sampel Penelitian
19
G. Sistematika Pembahasan
19
PRODUKTIVITAS KERJA DALAM KEBUAKAN
LIMA HARI KERJA
A. Konsep Produktivitas
21
B. Produktivitas Kerja dalam Kebijakan
Lima Hari Kerja
29
C. Pcranan Kepala Cabang dahmi Peningkatan
Kinerja Pegawai
35
D. Kajian Studi Terdahuluyang Relevan
ix
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
55
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
56
C. Penjabaran Konsep Teori ke Dalam Konsep
Empirik dan Analitik
D. Validitas dan Reliabilitas mstrumen
62
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
67
F. Teknik Pengumpulan Data
77
G. Proses Pengolahan Data Melalui Pesawat Komputer
80
H. Teknik Analisis Data
81
I. Proses Pengujian Hipotesis
BAB IV
BAB V
58
85
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Deskriptif.
91
B. Hasil Pengujian Hipotesis
98
C. Rangkuman Hasil Analisis Data
106
E. Pembahasan
112
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
123
B. Implikasi
125
C. Rekomendasi
127
DAFTAR PUSTAKA
130
LAMPIRAN
134
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1 Ruang Lingkup Penelitian
13
1.2 Paradigma Penelitian
14
3.1 Hubungan Antar Variabel
61
4.1 Hasil Penelitian Deskriptif
108
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
HI
XI
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
3.1 Penjabaran Konsep Teori ke Dalam Konsep
Empirik dan Abalitis
60
3.2 Hasil Uji Validitas Angket PenggunaanWaktu, dan
Disiplin Kerja dalam Lima Hari Kerja
72
3.3 Hasil Uji Validitas Angket Intensitas Kerja
73
3.4 Hasil Uji Validitas Angket Inisiatif Kerja
74
3.5 Hasil Uji Validitas Angket Suasana Kerja
75
3.6 Hasil Uji Validitas Angket Produktivitas Kerja
76
4.1
Jenis Kelamin Respondent
92
4.2 Latar Belakang Pendidikan
93
4.3 Golongan Kerja Responden
93
xn
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Penelitian
134
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
140
3. Hasil Analisis Regresi
143
4. Instrumen Penelitian
145
xni
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen yang paling utama
dalam setiap lembaga dan organisasi. Tanpa sumber daya manusia, lembaga dan
organisasi itu tidak pernah ada. Oleh karena itu, keliru jika suatu lembaga atau
organisasi hanya memperhatikan fungsi-fungsi administrasi, sebab misalnya
rencana yang sudah tersusun rapi dan dijabarkan ke dalam program kerja yang
jelas, tidak dengan sendirinya mendekatkan lembaga, dan organisasi itu kepada
tujuan yang akan dicapai, tetapi terletak pada sumber daya manusia sebagai
pelaksananya. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia merupakan
hal yang sangat penting bagi setiap lembaga dan organisasi dalam mewujudkan
tujuan secara efektifdan efisien.
Pengembangan SDM adalah proses peningkatan kemampuan manusia agar
mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian pada
pemerataan peningkatan kemampuan manusia dan pada pemanfaatan kemampuan
itu. Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan SDM tidak hanya
sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan
kemampuan tersebut. Menurut Effendi (1995) pengembangan SDM termasuk di
dalamnya adalah peningkatan partisipasi manusia melalui perluasan kesempatan
untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja, dan berusaha.
1
Pengembangan SDM merupakan bagian integral dari pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan merupakan titik sentral pembangunan nasional.
Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan
yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin, termasuk para pemimpin
pendidikan, seperti kepala cabang dinas pendidikan dan para pegawai di
lingkungan kerjanya.
Diakui bahwa tanpa sumber daya manusia yang berkualitas tujuan
lembaga dan organisasi itu tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan,
program yang telah dirancang dengan baik tidak akan berhasil dilaksanakan,
kerjasama tidak akan terwujud, bahkan alat-alat yang modern dan serba
otomatispun akan sia-siasaja.
Sumber daya manusia
yang diperlukan adalah yang mempunyai
kesungguhan kerja untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja pegawai
dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan dapai ditingkatkan melalui berbagai cara.
Sagir (1985:12) mengemukakan enam faktor yang turut menentukan tingkat
produktivitas yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat
kesehatan, dan tingkat upah minimal.
Keenam faktor yang mendukung
produktivitas kerja tersebut sangat erat kaitannya dengan gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan merupakan unsur kunci dan sangat menentukan tingkat
produktivitas lembaga dan organisasi. Dalam hal ini, pemimpin bertugas untuk
mengarahkan serta mempengaruhi pegawai dalam lembaga dan organisasi yang
lipimpinnya, agar dengan sadar dan sukarela dapat memanfaatkan segala
kemampuannya untuk bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan.
Perwujudan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut menjadi
tanggungjawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik
menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang
tangguh, kreatif, rr.andiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.
Pendidikan pada hakekatnya adalah pembentukkan watak bangsa (nation
character building)
pada semua bidang kehidupan, khususnya untuk
meningkatkan kualitas manusia dan partisipasinya dalam pembangunan. Dalam
kaitan ini pendidikan yang baik dapat terukur dari nilai tambah yang diperoleh
individu, masyarakat, atau suatu bangsa.
Pembangunan pendidikan harus diiihat secara menyeluruh, yaitu dari
sudut peningkatan kebudayaan, sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Proses pendidikan hendaknya membuat peserta didik mengalami kehidupan yang
bermakna, yang melahirkan sikap dan perilaku terpuji. Pendidikan adalah proses
dalam rangka perkembangan sikap para peserta didik yang akan mampu
mendukung pengambilan keputusan terbaik dalam rangka memanfaatkan kesaling
tergantungan dengan pihak lain yang saling menghidupi secara serasi dan
seimbang, sesuai dengan hak dan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu,
proses pendidikan hendaknya memperhatikan makna interaksi peserta didik
dalam hubungannya dengan sesama manusia, alam/fisik, lembaga sosial,
kebudayaan, dan masyarakat dalam konteks ruang dan waktu, hubungan teori dan
praktek, keterikatan dengan keagamaan dan ke Tuhanan. Pandangan tersebut
sejalan dengan konsep "Upa Jiwa" (Engkoswara, 1984).
Sejalan dengan uraian di atas, Sutisna (1987: 40) mengemukakan bahwa
pendidikan diperlukan untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara di dunia
jersaing. Oleh karena itu pendidikan sekarang dipandang sebagai kewajiban
individu, keluarga masyarakat, dan negara, sehingga pendidikan dianggap sebagai
jembatan kemajuan dan kemampuan survive.
Untuk kepentingan tersebut, pendidikan harus diarahkan kepada tujuan-
tujuan masa yang akan datang, kepada masyarakat yang dicita-citakan, dan
kepada perekonoraian yang dikehendaki. Schult (1968) mengungkapkan bahwa
pendidikan adalah investasi, dan kunci perubahan. Pemyataan tersebut semakin
diakui kebenarannya oleh berbagai negara yang sedang melaksanakan proses
modernisasi, dimana sumber daya manusia dipandang sebagai suatu asset bagi
suatu bangsa, sedangkan modal dan sumber daya alam adalah faktor-faktor
produksi yang pasif, dan manusia adalah faktor produksi yang aktif (Harbinson,
1993), yang bisa memupuk modal, mengeksploitir sumber-sumber alam,
membangun organisasi-organisasi sosial, ekonomi, politik, serta melaksanakan
pembangunan nasional dan daerah.
Tuntutan kualitas SDM yang harus diwujudkan melalui pendidikan, sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menggarisbawahi pembangunan nasional di bidang pendidikan
adalah "upaya mencerdaskan kehidupan bangsa" dalam "mewujudkan masyarakat
adil dan makmur", serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri,
baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rokhaniah Berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Disadari bahwa pendidikan merupakan proses pengejawantahan rasa
kemanusiaan yang bersifat universal, oleh karenanya pendidikan dijadikan
kebutuhan primer manusia yang difungsikan sebagai upaya memperhatikan
kolektivitas sosial, yang ketika proses pendidikan itu terganggu maka dapat
dipastikan menjadi ancamanbagi masyarakat sekitamya.
Dinas pendidikan nasional sebagai salah satu unsur pemerintah memiliki
kesadaran penuh bahwa sedikit banyak mempunyai andil yang sangat menentukan
dalam mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas, melalui penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah yang pada hakekatnya diarahkan pada kebutuhan
masyarakat daerah yang bersangkutan, mengandung makna terbukanya peluang
bagi
daerah
yang bersangkutan
untuk
secara
kreatif membina
dan
mengembangkan kemampuan lembaga dan organisasi. aparatur dan sumbersumber keuangan secara optimal, sehingga dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas
layanan kepada masyarakat.
Implikasi dari pelaksanan otonomi daerah tersebut adalah tuntutan akan
produktivitas kerja, karena sumber-sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah
daerah yang harus digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan
organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi.
Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah, melalui
&3&
berbagai perbaikan cara kerja, serta mengurangi pemborosan waktu dan te
Dengan demikian diharapkan akan memperoleh hasil yang lebih baik dan banyak
hal yang bisa dihemat, waktu tidak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara
efektif, dan pencapaian tujuan akan lebihefektif
Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik, yang
memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan bahwa
kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini. Kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai
dengan isi kerja sehingga bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru untuk
memperbaiki dan meningkatkan cara kerja, atau minimal mempertahankan cara
kerja yang sudah dianggap baik. Untuk itu, kerja produktif perlu didukung oleh
kemauan yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan
yang nyaman dan kondusif, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi, serta
hubungan kerja yang harmonis.
Greeriberg (1988) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan
antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama
periode tersebut. Dengan demikian produktivitas diartikan sebagai:
1. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
2. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang
dinyatakan dalam satu satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang sangat dikenal berkaitan dengan tenaga kerja
yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakau
atau jam-jam kerja pegawai. Produktivitas berkaitan dengan efisiensi dan
efektivitas, efisiensi membandingkan input dengan output, sedangkan efektivitas
berhubungan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Efisiensi lebih mengacu pada kuantitas sedaiigkan efektivitas lebih mengacu pada
produktivitas.
Tujuan utama suatu lembaga atau organisasi adalah pencapaian
produktivitas yang tinggi. Gaffar (1987: 142-143) menjelaskan bahwa secara
praktis produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu output atau keluaran yang
dihasilkan oleh seseorang/pegawai perjam. Produktivitas lembaga atau organisasi
adalah penjumlahan produktivitas peseorangan setiap individu yang ada dalam
lembaga atau organisasi itu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dennis (1972:
2), yang menyatakan bahwa: "Productivity is a meassure of the used of the
resources of an organization and is usually expressed as ratio of the output
obtained by the use ofresources employed."
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas dapat dilihat
dari produktivitas individu, produktivitas lembaga/organisasi, serta produktivitas
total. Pegawai yang produktif adalah mereka yang menghasilkan produk yang
bermutu, dapat diamati serta berguna bagi organisasi. Hal tersebut mengandung
implikasi bahwa produktivitas merujuk pada kontribusi pegawai/personil secara
kualitatif yang mempunyai dampak positif bagi organisasi.
Gaffa*- (1987: 143-144) mengemukakan bahwa produktivitas adalah output
total organisasi yang merupakan kontribusi dua faktor besar yakni teknologi dan
performance kerja. Kedua faktor pendukung produktivitas tersebut merupakan
pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung. Kota Bandung dipilih
sebagai lokasi penelitian, karena merupakan salah satu pemerintahan kota yang
menerapkan kebijakan lima hari kerja.
B. Perumusan Masalah
Perkembangan pendidikan di Indonesia secara kuantitatif telah
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat, akan tetapi secara kualitatif belum
memperlihatkan kemajuannya. Kemajuan-kemajuan dalam proses pembangunan
yang terns melaju masih dihinggapi kesenjangan fundamental yang terdapat pada
aspek manusianya sendiri sebagai inti pembangunan nasional, yaitu kesenjangan
atau krisis produktivitas kualitas manusia, yang ditunjukkan dalam produktivitas
kerjanya. Di samping itu, masih terdapat kasus-kasus korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang sangat menghambat pembangunan.
Kerja yang bermalas-malas aataupun korupsi jam kerja dari yang
semestinya, tidaklah menunjang pembangunan, tetapi menghambat kemajuan
yang semestinya dicapai. Sebaliknya kerja yang efektif menuntut jumlah jam
kerja yang seharusnya serta isi kerja yang sesuai dengan uraian kerja setiap
pekerja, akan dapat menunjang kemajuan serta mendorong kelancaran usaha baik
secara individu maupun secara menyeluruh (lembaga/organisasi).
Pada pelaksanaan enam hari kerja disinyalir banyak kejadian betapa
pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling dasar dari produktivitas
kerja, banyak diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar (tidak disiplin). Sikap
mental seperti ini tentu saja tidak akan menimbulkan suasana kerja yang optimis,
10
apalagi diharapkan untuk menciptakan metode dan sistem kerja yang produktif di
semua perangkat kerja yang ada.
Kompas (1996) mengemukakan bahwa:
"Banyak di antara para pekerja atau pegawai/karyawan yang mengisi waktu
kerjanya dengan duduk-duduk mengobrol, baca koran, menelpon keluarga atau
teman aataupun izin ke luar kantor untuk urusan-urusan yang tidak mempunyai
kaitan sama sekali dengan tugas pekerjaanya.
Falsafah kerja santai juga kurang pada tempatnya. Istilah tersebut tidak
cocok dalam suasana pembangunan. Santai atau rileks adalah selingan di antara
dua masa kerja produktif, bukan berada pada masa kerja produktif. Meskipun
demikian, suasana santai diperlukan untuk memulihkan kondisi tubuh dan otak
setelah bekerja penuh selama satu masa tertentu, misalnya satu minggu atau lima
hari. Dalam kerangka inilah muncul pemikiran tentang lima hari kerja, khususnya
di lingkungan pemerintahan. Dengan harapan para pegawai dapat memulihkan
kondisi tubuh dan otak, dengan beristirahat atau bersantai pada akhir pekan (sabtu
dan minggu), sehingga pada hari scnin tubuh dan otak mereka sudah segar dan
siap kerja produktif, dan yang paling penting tidak santai atau malas-malasan pada
waktu kerja produktif.
Apakah harapan tersebut dapat diwujudkan secara efektif, dan
bagaimanakah implementasi kebijakan lima hari kerja tersebut di Indonesia, perlu
dilakukan penelitian. Oleh karena itu penulis menganggap perlu melakukan
penelitian, dengan mengemukakan judul: "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
LIMA
HARI
KERJA
UNTUK
MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS
KERJA". Mengingat berbagai keterbatasan, maka penelitian ini hanya dilakukan
11
di lingkungan cabang dinas pendidikan nasional yang ada di kota Bandung, yang
berjumlah 26 cabang. Penelitian ini juga hanya didasarkan pada persepsi kepala
dinas dalam kaitannya dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di kota Bandung.
Adapun persoalan yang timbul sehubungan dengan pokok permasalahan di
atas dimunculkan dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah implementasi kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di KotaBandung?
a....Bagaimanakan persepsi kepala cabang tentang penggunaan waktu dan
disiplin kerja pegawai dalam kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung?
b. Bagaimanakah persepsi kepala cabang tentang intensitas kerja pegawai
dalam kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung?
c. Bagaimanakah persepsi kepala cabang tentang inisiatif kerja pegawai
cabang dinas pendidikan nasional kecamatan dalam kebijakan lima hari
kerja pada cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung?
d. Bagaimanakah persepsi kepala cabang tentang suasana kerja dalam
kebijakan lima hari kerja pada cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung?
12
2. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang tentang
kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung?
a. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang pemanfaatan waktu dan disiplin kerja dalam kebijakan lima hari
kerja dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan di Kota Bandung?
b. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang intensitas kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
di Kota Bandung?
c. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang inisiatif
kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
di Kota Bandung?
d. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara persepsi kepala cabang
tentang suasana kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
di Kota Bandung?
Pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut merupakan acuan penelitian yang
perlu dibahas secara rinci, sehingga dapat memberikan gambaran tentang
13
implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di kota Bandung.
C. Ruang Lingkup dan Paradigma Penelitian
Ruang lingkuppenelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut.
Kebijakan Lima Hari
Kerja
♦
Produtivitas Kerja
Waktu dan
Disiplin Kerja
♦
Intensitas kerja
♦
•
Efektivitas
•
Efisiensi
♦
Inisiatif Kerja
Suasana Kerja
Gambar 1.1 Ruang lingkup penelitian
Implementasi kebijakan lima hari kerja menurut persepsi kepala cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan
merupakan variabel bebas (X) dalam
penelitian ini, yang diuraikan ke dalam empat sub variabel sebagai berikut.
XI = Persepsi kepala dinas tentang pemanfaatan waktu dan disiplin kerja
X2 = Persepsi kepala dinas tentang intensitas kerja
X3 = Persepsi kepala dinas tentang inisiatif kerja pegawai
X4 = Persepsi kepala dinas tentang suasana kerja
14
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
produktivitas kerja berdasarkan tingkat kepuasan pegawai cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan (Y).
Berdasarkan ruang lingkup di atas, dilukiskan paradigma penelitian
sebagai berikut.
ENAMHARI
TUNTUTAN
KERJA
PRODUKTIVITAS
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
LIMA HARI KERJA
Penggunaan
Waktu dan
Disiplin
Intensitas
Inisiatif
Suasana
Kerja
Kerja
Kerja
Kerja
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
KERJA
Gambar 1.2 Paradigma Penelitian
15
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi
kebijakan lima hari kerja dalam kaitannya dengan produktivitas kerja pegawai
cabang dinas pendidikan nasional lingkungan kantor-kantor cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung.
b. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan
untuk mengetahui
dan
mendeskripsikan:
1) Gambaran seutuhnya tentang implementasi kebijakan lima hari kerja
di lingkungan cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di kota
Bandung. Gambaran tersebut meliputi tentang:
a)
Bagaimana penggunaan waktu dan disiplin kerja dalam lima hari
kerja
b)
Bagaimana intensitas kerja dalam lima hari kerja
c)
Bagaimana inisiatif kerja dalam lima hari kerja
d)
Bagaimana suasana kerja dalam lima hari kerja
2) Hubungan antara persepsi kepala cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan tentang implementasi kebijakan lima hari kerja terhadap
16
produktivitas keija pegawai cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di kota Bandung.
a)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang pemanfaatan
waktu dan disiplin kerja dalam kebijakan lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung.
b)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang intensitas kerja
dalam kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung.
c)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang inisiatif kerja
dalam kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung.
d)
Hubungan antara persepsi kepala cabang tentang suasana kerja
dalam kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja
pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian empirik bagi
administrator pendidikan. Dengan ditemukannya gambaran tentang
17
implementasi kebijakan lima hari kerja,maka dapat dikembangkan
bentuk-bentuk kebijakan di sektor pendidikan yang memiliki nilai
positif terhadap produktivitas kerja tenaga kependidikan dan akhirnya
dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
b.
Manfaat Praktis
Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah kota Bandung dalam merumuskan kebijakan
di sektor pendidikan yang memiliki implikasi positif dalam
pembangunan pendidikan.
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oleh peneliti. Anggapan dasar ini diperlukan untuk memperkuat
permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek
penelitian, wilayah pengambilan data, dan isntrumen pengumpulan data.
Seperangkat anggapan dasar yang dibangun sebagai landasan
untuk
kcyakinan tentang kokohnya pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Secara praktis produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu output atau
keluaran yang dihasilkan seseorang perjam. Produktivitas organisasi
adalah penjumlahan produktivitas perorangan setiap individu yang berada
dalam organisasi itu (Gaffar, 1987: 142-143).
18
b. "... Produktivitas itu tergantung pada personil, sistem (peraturanperaturan) dan organisasi (Sanusi, 1975).
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang perlu
diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah pokok di atas, berikut
diajukan hipotesis penelitian.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebijakan lima hari
kerja dengan produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung.
Selanjutnya dikemukakan beberapa hipotesis khusus sebagai berikut.
a. Terdapat hubungan positif penggunaan waktu dan disiplin kerja dalam
kebijakan lima hari kerja dengan produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas
Pendidikan Kecamatan di Kota Bandung.
b. Terdapat hubungan positif intensitas kerja dalam lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung.
c. Terdapat hubungan positif inisiatif kerja dalam lima hari kerja dengan
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung.
d. Terdapat hubungan positif suasana
kerja dalam lima hari kerja terhadap
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung.
19
e. Terdapat hubungan positif penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensitas
kerja, inisiatif kerja, dan suasana kerja
secara bersama-sama terhadap
produktivitas kerja pegawai Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan di Kota
Bandung?
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor-kantor cabang dinas pendidikan
nasional yang ada di kota Bandung. Oleh karena itu penelitian ini menyangkut
keseluruhan karakteristik yang berkaitan dengan implementasi kebijakan limahari
kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai pada lingkungan cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan di kota Bandung.
Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala dinas dan pegawai cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung, yang berjumlah
26 cabang. Sedangkan sampelnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penelitian. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan secara total untuk
subjek kepala dinas, dan sampel purposive untuk subjek pegawai cabang dinas
pendidikan kecamatan. Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh jumlah sampel
sebanyak 26 orang kepala dinas dan 26 orang pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistematika pembahasan
sebagai berikut.
20
Bab I. Pendahuluan; membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, anggapan dasar dan hipotesis
penelitian, populasi dan sampel penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab II. Telaahan kepustakaan/kerangka teoritis; membahas berbagai
konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian terdahulu yang
relevan dan berkaitan dengan masalah penelitian ini.
Bab III. Metodologi penelitian; menjabarkan secara rinci mengenai
metode penelitian, yang secara garis besar telah disinggung dalam bab I,
pengembangan alat pengumpul data, penjabaran konsep teori ke dalam konsep-
konsep empirik dan analitis, serta membahas mengenai prosedur dan analisis data.
Termasuk dalam bab ini adalah laporan mengenai instrumen yang digunakan,
beserta validitas dan reliabilitasnya.
Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, berisikan hasil analisis
deskriptif, hasil pengujian hipotesis, rangkuman hasil analisis data, dan
pembahasan terhadap keseluruhan hasil penelitian.
Bab V. Kesimpulan dan rekomendasi; berisi tentang pemaknaan terhadap
keseluruhan hasil penelitian secara terpadu, dan rekomendasi yang ditujukan bagi
para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian, serta para peneliti yang
akan melanjutkan penelitian ini.
BAB III
METODOLOG1 PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai
implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja
ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif ditujukan
untuk mengkaji permasalahan implementasi kebijakan lima hari kerja untuk
meningkatkan produktivitas kerja pada saat penelitian ini dilakukan. Hal ini
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh para ahli bahwa: "penelitian deskriptif
diarahkan untuk mengidentifikasi situasi pada waktu penyelidikan dilakukan,
melukiskan variabel atau kondisi 'apa yang ada' dalam suam simasi" (Winarno,
1980: 156; dan Best, 1981: 116). lebih lanjut Best (1987:116) mengungkapkan
bahwa: "A descriptive study describes and interprets what is. It is concerned
with condition orrelationship that exist, opinion that are held, processes that are
going on, affects thai are evidenis, or trends that are developing. " Metode
deskriptif bersifat menjabarkan, menguraikan, dan menafsirkan kondisi, peristiwa,
proses yang sedang terjadi dalam kontcks permasalahan.
Metode deskriptif, menurut Nazir (1985:65) adalah suatu metode untuk
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, serta kondisi dan sistem
pemikiran pada masa sekarang. Tujuannya adalah membuat gambaran secara
55
56
sistematis, faktual dan akurat mengsnai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diteliti.
Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui analisis korelasional yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu bagaimana
variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Pendekatan
dan metode penelitian yang digunakan ini diharapkan mampu mengungkapkan
permasalahan yang diteliti secara sistematis, sehingga dapat diperoleh kebenaran
atas permasalahan yang diteliti; yaitu implementasi kebijakan lima hari kerja
untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawai pada lingkungan dinas
pendidikan nasional di kota Bandung.
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung yang terdiri dari 26 Kecamatan.
Sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat, Kota Bandung berfungsi sebagai pusat kota
pemerintahan, juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan
kota industri. Penetapan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pada alasanalasan menguniungkan, sebagai berikut:
Pertama, kondisi cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung relatif beragam, baik dalam lingkup tugas garapan, maupun dalam
jumlah tenaga serta fasilitas yang tersedia.
57
Kedua, keragaman kondisi cabang dinas pendidikan nasional kecamatan,
berimplikasi terhadap tingkat produktivitas kerja pegawai yang ada di dalamnya.
Ketiga, studi
tentang implementasi kebijakan lima hari kerja di
lingkungan cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota Bandung belum
pernah dilakukan secara intensif.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini meliputi keseluruhan aspek pelaksanaan kebijakan
lima hari kerja cabang dinas pendidikan nasional kecamatan yang ada di Kota
Bandung. Dengan demikian yang menjadi anggota populasi adalah kepala cabang
dan para pegawai cabang dinas pendidikan kecamatan, pada cabang dinas
pendidikan nasional kecamatan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala dinas dan pegawai cabang
dinas pendidikan nasional kecamatan yang ada di kota Bandung, yang berjumlah
26 cabang. Sedangkan sampelnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penelitian. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan secara total untuk
subjek kepala dinas, dan sampel purposive untuk subjek pegawai cabang dinas
pendidikan kecamatan. Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh jumlah sampel
sebanyak 26 orang kepala dinas dan 26 orang pegawai cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan.
Penentuan jumlah sampel tersebut merujuk pada pendapat Arikunto (1987:
107), bahwa apabila populasinya lebih besar dari 1000 maka dapat diambil 10% -
58
25%, apabila populasi kurang dari 100 bisa menggunakan sampel total, dan
tergantung kepada:
a. Kemampuan peneliti yang meliputi dana, waktu, dan tenaga.
b. Sempit atau luasnya pengamatan.
c. Besarkecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
C. Penjabaran Konsep Teori ke dalam Konsep Empirik dan Analitik
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui angket
(kuesioner), selain itu dilakukan pula observasi dan wawancara. Instrumen
tersebut dipergunakan sebagai alat pengumpul tentang implementasi kebijakan
lima hari kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian,
penelitian ini memiliki dua variabel utama, yaitu variabel kebijakan lima hari
kerja dan variabel produktivitas kerja cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan di Kota Bandung.
Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam pembuatan alat
pengembangan / pengumpul data ini adalah:
a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisis
dan diolah secara statistik.
b. Dengan pengumpulan data tersebut, memungkinkan dapat diperoleh data yang
obyektif.
c. Dengan alat pengumpul data ini. memungkinkan penelitian dilakukan dengan
mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
59
Jelasnya alat pengumpul data untuk mengungkapkan variabel pelaksanaan
kebijakan lima hari kerja dan produktivitas kerja cabang dinas pendidikan
nasional kecamatan menggunakan tehnik kuesioner atau angket dengan jawaban
tertutup. Jawaban yang diberikan responden dinilai dengan menggunakan skala
berjenjang dengan batas tertinggi 5 dan batas terendah 1. Sedangkan observasi
dan wawancara merupakan pelengkap data yang diperoleh melalui angket,
khususnya yang berkaitan dengan data kualitatif.
Untuk mengukur tiap variabel digunakan instrumen yang dapat menjaring
indikator-indikator yang akan diukur. Untuk variabel implementasi kebijakan lima
hari kerja meliputi aspek penggunaan waktu dan disiplin kerja, intensifikasi kerja,
inisiatif kerja, dan suasana kerja. Sedangkan variabel produktivitas kerja meliputi
perbandingan inputdan outputkerja, efektivitas serta efisiensi kerja.
Sesuai dengan variabel penelitian sebagaimana dikemukakan di atas,
selanjutnya dilakukan penjabaran teori ke dalam konsep-konsep empirik dan
analitik dalam tabel sebagai berikut.
60
Tabel 3.1
PENJABARAN KONSEP TEORI
KE DALAM KONSEP EMPIRIK DAN ANALITIK
Teoritis
Empiris
Analitis
Operasional
No Item
Persepsi
(X)
Persepsi
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
1. Apakah pegawai di kantor
saudara bekerja tepat waktu?
1-15
tentang
disiplin dan
penggunaan
waktu
(manajemen
waktu) (Xi)
tentang
a.
Selalu
b.
c.
d.
e.
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
(angket
terlampir)
disiplin dan
penggunaan
2. dst
waktu dalam
lima hari
kerja
Persepdi
tentang
intensitas
kerja dalam
lima hari
kerja (X2)
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
tentang
intensitas
1. Dalam keadaan sehat/normal,
apakah pegawai di kantor
saudara hadir setiap hari?
a.
Selalu
b.
c.
d.
e.
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
1-10
(angket
terlampir)
kerja dalam
lima hari
2. dst
kerja
Persepsi
tentang
inisiatif kerja
(X3)
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
tentang
inisiati kerja
1. Apakah pegawai di kantor
saudara suka bekerja dengan
cara-cara barn?
a.
Selalu
b.
c.
d.
e.
dalam lima
hari kerja
2. dst
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
1 - 15
(angket
terlampir)
61
Persepsi
tentang
suasana
kerja (X4)
Persepsi
kepala dinas
terhadap para
pegawai di
lingkungan
kerjanya
tentang
1. Apakah suasana kerja di kantor
saudara menyenangkan?
f.
Selalu
g.
h.
i.
j.
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
1-15
(angket
terlampir)
suasana kerja
dalam lima
2. dst
hari kerja
Produkti
vitas
kerja
(Y)
produktivitas
kerja dalam
Jawaban
lima hari
pegawai
cabang dinas
kerja
kecamatan
tentang
memuaskan
1. Hasil kerja secara keseluruhan
ditinjau dari segi kuantitas
a. Sangat memuaskan (SM )
b. Memuaskan (M )
c. Cukup Memuaskan (CM )
d. Kurang Memuaskan (KM)
tidaknya atas
berbagai
e.
pemyataan
2.
1-15
(angket
terlampir)
Tidak Memuaskan (TM )
dst.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilukiskan keterkaitan variabel penelitian
ini sebagai berikut
Gambar 3.1 Hubungan Antarvariabel Penelitian
62
Kebijakan lima hari kerja= Independent Variabel (X)
X] = Penggunaan waktu dan disiplin kerja
X2 = Intensitas kerja
X3 = Inisiatif kerja
X4 = Suasana kerja
Produktivitas kerja = Dependent variabel (Y)
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi persyaratan
kesahihan (validity), dan keterandalan (reliability). Oleh karenanya dalam
penelitian ini instnimen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian
terlebih dahulu diujicobakan guna mengetahui tingkat kesahihan dan keterandalan
instrumen yang digunakan.
1. Validitas
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen
betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan demikian validitas
instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang dimaksud berguna atau
tidak.
Kerlingger (1990: 730) menyatakan bahwa definisi yang lazim mengenai
validitas tercermin dalam pertanyaan: "Apakah kita sungguh-sungguh mengukur
ihwal yang memang ingin diukur?". Dalam pertanyaan tersebut ditekankan adalah
apa yang sedang diukur. Stanley & Hopkins (1972 : 101) menyatakan sebagai
berikut:
63
The Validity ofa measure is how well itfullfils thefunctionfor which
it is being used degree to which iscapable ofachieving certain aims.
Regardless ofothe merrit ofa test, ifit lacks validityfor apparticulr
task, the information it provides is useless. The Validity ofa test is
the accuracy ofspecific prediction madefrom it scores.
Selanjutnya Sugiyono (1993: 93) menyatakan bahwa "...hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti". Kalau dalam obyek berwarna
merah, maka data yang terkumpul juga memberikan data merah.
Jadi dalam mengukur validitas, kita melihat isi dan kegunaan instrumen
tersebut. Muljarto Tjokrowinoto (1981 :27), menyatakan bahwa validitas akan
menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya: "Unsur-unsur apa yang terdapat
dalam instrumen?., Untuk apa instrumen diciptakan dan apakah tujuan
penciptaannya tercapai?, Apakah instrumen itu sesuai denga konsep dan variabel
yang hendak diukur?.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen yang
valid untuk tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain. Untuk lebih
jelasnya berikut ini adalah berbagai macam validitas instrumen, antara lain adalah:
a. Validitas Konstruksi {Construct Validity), yaitu suatu validitas dimana peneliti
meulai dengan menganalisa apakah instrumen yang telah dibuat merupaka
unsur-unsur suatu konstruk. Kalau instrumen itu dlam bentuk skala maka
dicarilah apa dari instrumen itu yang merupakan bagian dari skala itu. Dengan
menggunakan teori apakah bagian-bagian itu logis untuk mengukur suatu
konstruk?.
Selain daripada itu untuk pengujiannya, peneliti dapat
menggunakan judgement expert.
64
b. Validitas Isi {Content Validity) yaitu validitas yang dapat dilakukan dengan
cara membandingkan isi instrumen dengan isi materi yang akan diteliti. Secara
teknis pengujian validitas isi maupun validitas konstruk dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen.
c. Internal dan Eksternal Validity, yaitu menyangkut struktur dan hasil
pengukuran. Internal validity akan menjawab seberapa jauh alat ukur berhasil
mengukur yang memang ingin diukur, sedangkan eksternal validity akan
menjawab pertanyaan apakah hasil pengukuran populasi dapat diterapkan
kepada populasi lainnya?.
d. Predictive
Validity yaitu kemampuan suatu instrumen penelitian untuk
meramalkan dan menjelaskan suatu kondisi di masa yang akan datang.
e. Cross Cultural Validity yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk dapat
digunakan di berbagai negara yang biasanya menyangkut nilai sosial budaya
atau lingkungan. Masalah yang sering timbul adalah konsep yang terjadi dari
suatu kebudayaan mungkin tidak terdapat dalam kebudayaan lainnya.
f. Face Validity, yaitu menyangkut pengukuran atribut yang konkrit dimana
infrensi tidak diperlukan atau dapat dinyatakan sebagai penilaian dari para ahli
atau konsumen terhadap alat ukur.
Dari berbagai macam validitas tersebut, maka jelaslah bahwa dalam instrumen
penelitian implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan
produktivitas kerja pegawai cabang dinas pendidikan nasional kecamatan di Kota
Bandung, harus diuji validitas konstruksi dan validitas isinya.
65
Dalam menguji taraf validitas, penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Mendefmisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur.
a) Berdasarkan definisi dan rumusan konsep tentang kebijakan lima hari
kerja dan produktivitas kerja cabang dinas pendidikan nasional kecamatan
dari literatur-literatur yang ditulis para ahli, penulis melakukan pra
penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenamya di lapangan. Pra
penelitian tersebut dilakukan pada akhir bulan Februari 201 sampai awal
bulan Maret 2001, melalui observasi dan wawancara dengan 3 orang
kepala cabang dinas pendidikan nasional kecamatan, yang akan dijadikan
responden.
b) Hasil pra penelitian dikonsultasikan dan didiskusikan dengan para ahli,
dalam hal ini adalah dosen-dosen pembimbing.
2) Berdasarkan penjabaran konsep teori ke dalam konsep-konsep empirik dan
analitis tentang implementasi kebijakan lima hari kerja untuk meningkatkan
produktivitas kerja cabang dinas pendidikan nasional kecamatan, maka penulis
membuat instrumen penelitian berupa angket (kuesioner) penelitian.
3) Kuesioner penelitian diisi oleh responden.
4) Melakukan uji coba instrumen pada akhir bulan April 2001 sampai dengan
awal bulan Mei 2001, kepada 6 kepala cabang dinas pendidikan nasional
kecamatan.
5) Mengolah data hasil uji coba instrumen melalui skoring hasil jawaban
responden, untuk selanjutnya dibuat tabulasi.
66
6) Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
dengan menggunakan rumus korelasi.
7) Secara statistik angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka
kritik pada tabel korelasi nilai r. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka
pertanyaan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan tersebut
mempunyai validitas konstrak. Atau terdapat konsistensi internal (internal
consistency) dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan apabila pengukuran
diulangi. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur gejala yang sama, karena setiap alat pengukur harus memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil
pengukuran yang sesungguhnya {true score) ditambah dengan hasil kesalahan
pengukuran, makin kecil kesalahan makin reliabel alat pengukur, sebaliknya
makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel alat pengukuran.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang dijadikan alat ukur oleh
peneliti, maka digunakan teknik belah dua dari Brown, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Berdasarkan tabel uji coba instrumen, item-item yang valid dibagi menjadi
dua belahan, dengan cara membagi item berdasarkan nomor genap ganjil.
67
b. Item yang bernomor ganjil dimasukkan ke dalam belahan pertama sedangkan
yang bernomor genap dikelompokkan ke dalam belahan kedua.
c. Skor untuk masing-masing item pada tiap-tiap belahan dijumlahkan. Langkah
ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni
skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua.
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua,
dengan menggunakan tehnik korelasi product moment, seperti rumus dalam
uji validitas.
e. Mengoreksi angka korelasi, dengan memasukkannyake dalam rumus.
f. Bila angka korelasi dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut "koefisien
determinasi" {coeficient ofdetermination), yang merupakan petunjuk besarnya
hasil pengukuran.
£. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu
diuji reliabilitas dan validitasnya. Untuk menguji validitas instrumen digunakan
perhitungan dengan menggunakan rumus product moment, untuk mengetahui
korelasi antara setiap item dengan skor total,
sedangkan untuk menguji
reliabilitas instrumen digunakan teknik belah dua dari Spearman Brown, untuk
mengetahui korelasi antara belahan pertama dengan belahan kedua. Dalam
pelaksanaannya, perhitungan validitas dan reliabilitas ini dilakukan melalui
pesawat komputer melalui Microsoft Excel. Hasil uji reliabilitas dan validitas
tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut.
68
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET LIMA HARI KERJA
A. Penggunaan Waktu dan Disiplin Kerja
Summary for scale: Mean=64.4400 Std.Dv.=6.29206 Valid N:25
Cronbach alpha: .941706 Standardized alpha: .945099
Average inter-item corr.: .730997
X1
X1a
X1b
X1c
X1d
X1e
X1f
X1g
X1h
X1i
X1j
X1k
X1I
X1m
X1n
X1o
Alpha if
Mean if
Var. if
StDv. if
Itm-Totl
deleted
deleted
deleted
Correl.
deleted
59,92
59,92
60,20
60,32
60,20
60,00
60,20
60,00
60,08
60,20
60,68
60,36
60,24
59,76
60,08
31,8336
31,8336
34,9600
29,8976
34,5600
32,8800
34,5600
32,8800
33,2736
34,5600
32,2976
36,5504
35,3024
33,7024
29,5936
5,642127
5,642127
5,912698
5,467870
5,878776
5,734108
5,878776
5,734108
5,768327
5,878776
5,683098
6,045692
5,941582
5,805377
5,440000
0,798015
0,798015
0,390773
0,834267
0,650011
0,857242
0,650011
0,857242
0,813061
0,650011
0,806865
0,421424
0,535211
0,754486
0,839935
0,935109
0,935109
0,945721
0,935147
0,939217
0,934277
0,939217
0,934277
0,935446
0,939217
0,934905
0,943510
0,941429
0,936837
0,935321
B. Intensitas Kerja dalam Lima Hari Kerja
Summary for scale: Mean=43.5600 Std.Dv.=4.16413 Valid N:25
Cronbach alpha: .920372 Standardized alpha: .913658
Average inter-item corr.: .573135
X2
X2a
X2b
X2c
X2d
X2e
X2f
Mean if
Var. if
CtDv. if
Itm-Totl
Alpha if
deleted
deleted
deleted
Correl.
deleted
39,08
39,08
39,12
39,24
39,44
39,16
14,5536
12,0736
12,3456
12,5024
14,4064
13,8144
13,6384
15,6064
14,3296
12,7584
3,814918
3,474709
3,513631
3,535873
3,795576
3,716773
3,693020
3,950494
3,785446
3,571890
0,835429
0,936050
0,869316
0,866730
0,750468
0,811760
0,747521
0,736393
0,756931
0,882921
0,912340
0,896899
0,901633
0,901843
0,912590
0,911831
0,909872
0,912662
0,908993
0,901242
X2g
39,04
X2h
39,44
39,48
38,96
X2i
X2j
69
C. Inisiatif Keria dalam Lima Hari Keria
Summary for scale: Mean=66.4400 Std.Dv.=5.50818 Valid N:25
Cronbach alpha: .924640 Standardized alpha: .924283
Average inter-item corr.: .649719
X3
X3a
X3b
X3c
X3d
X3e
X3f
X3g
X3h
X3i
X3j
X3k
X3I
X3m
X3n
X3o
Mean if
Var. if
StDv. if
Itm-Totl
Alpha if
deleted
deleted
deleted
Correl.
deleted
62,08
62,44
62,24
61,84
61,52
61,84
62,24
62,36
62,20
61,84
61,84
61,92
61,64
62,08
62,08
25,8336
23,8464
22,5824
24,1344
27,3696
24,8544
25,0624
27,9904
29,5200
24,8544
24,8544
25,2736
25,5904
25,4336
25,4336
5,082676
4,883277
4,752094
4,912