Pengukuran Kondisi Termal Tempat Kerja Yang Mendukung Kenyamanan Operator Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Di Lantai Produksi PT. Sinar sosro

(1)

PENGUKURAN KONDISI TERMAL TEMPAT KERJA YANG MENDUKUNG KENYAMANAN OPERATOR UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS KERJA DI LANTAI PRODUKSI PT. SINAR SOSRO

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DODDI TRISNA NUGRAHA 050403074

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis sembahkan kepada Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan nikmat ilmu, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Pengukuran Kondisi

Termal Tempat Kerja yang Mendukung Kenyamanan Operator untuk

Meningkatkan Produktivitas Kerja di Lantai Produksi PT Sinar Sosro

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun isi dari laporan penelitian ini adalah pemaparan tentang kondisi termal tempat kerja serta kaitannya dengan aspek psikologis operator yang ditelusuri melalui kenyamanan termal dan aspek fisiologis operator yang ditelusuri melalui proses termoregulasi tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi tersebut selanjutnya diusulkan rancangan perbaikan kondisi termal yang berhubungan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan operator dalam upaya peningkatan produktivitas.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis mohon maaf dan menerima kritik serta saran yang membangun dalam penelitian ini.

Medan, Februari 2010


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam hidup yang telah memberikan ilmu, inspirasi, motivasi dan dukungan luar biasa kepada penulis hingga saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk menyebutkan pihak atau nama dalam lembaran ucapan terima kasih ini, sungguh penulis tidak memiliki niat untuk mengecilkan peran orang-orang atau pihak-pihak yang berperan besar selama ini dalam kehidupan penulis yang tidak dicantumkan namanya akan tetapi karena beberapa keterbatasan dari penulis maka dengan kerendahan hati penulis memohon maaf sebesar-besarnya semoga peran semua orang kepada penulis mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Papa dan mama, Ir.H. Bambang Irawan K, MM dan Dinar Eriati yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis dan berperan besar dalam membentuk sikap dan kepribadian penulis serta menjadi motivasi yang paling besar sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan S1.

2. Mbak Debbi Ika Oktarina, SSi dan Suami; Mbak Diah Dwiayu Anggraini,


(7)

3. Dosen pembimbing I: Ir. Nazlina, MT dan keluarga yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu dan wawasan tentang hidup, akademis dan profesionalisme dunia kerja kepada penulis.

4. Dosen pembimbing II yang juga selaku Kepala Laboratorium Ergonomi dan

Analisa Perancangan Kerja: Ir. Dini Wahyuni, MT dan keluarga yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu dan wawasan kepada penulis.

5. Ketua Departemen Teknik Industri USU: Ir. Rosnani Ginting, MT.

6. Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU: Ir. Sugiharto

Pujangkoro, MM.

7. Koordinator Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Kerja Departemen

Teknik Industri USU: Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng.

8. Seluruh teman-teman super angkatan 2005 Departemen Teknik Industri USU

yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.

9. Ibu Ir. Listiani Nurul Huda, MT dan keluarga yang telah banyak mendukung

penulis selama melakukan penelitian.

10. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT dan keluarga selaku dosen wali yang telah

membimbing penulis selama menjalani aktivitas akademik.

11. Ibu Zumaidah yang telah mengajarkan tentang ilmu faal kepada penulis


(8)

12. Segenap staff dan karyawan Departemen Teknik Industri USU.

13. Kepala Bagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik USU Kakanda Hadi

Wibowo.

14. Rekan-rekan asisten Laboratorium Ergonomi dan Analisa Perancangan Kerja

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

15. Adik-adik yang telah membantu dalam rekapitulasi data yang tidak ingin

disebutkan namanya satu per satu.

16. Pimpinan dan segenap staff serta karyawan PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

yang telah ikut berpartisipasi selama penelitian berlangsung.

17. Terima kasih yang khusus kepada Adelisa Azis selaku teman, rekan kerja

sekaligus sahabat yang memberikan inspirasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan laporan penelitian.

Medan, Februari 2010


(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT SIDANG TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-4


(10)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAN

2.1. Proses Produksi ... II-1

2.1.1. Bahan Produksi ... II-1 2.1.2. Uraian Proses Produksi ... II-2

III LANDASAN TEORI

3.1. Definisi Kenyamanan Termal ... III-1 3.2. Kesetimbangan Termal Tubuh Manusia ... III-1 3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan

Termal ... III-3

3.4. Beberapa Definisi Temperatur ... III-6 3.5. Indeks Termal bagi Kenyamanan... III-6 3.6. Penilaian Beban Kerja Fisik ... III-14

IV METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

4.1. Objek dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Sifat Penelitian ... IV-1 4.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-1

4.4. Sasaran Penelitian ... IV-2


(11)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

4.6. Alat dan Bahan ... IV-4

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data Termal ... V-1 5.2. Pengumpulan Data Personal ... V-7 5.3. Pengumpulan Data Psikologi Termal ... V-8 5.4. Pengumpulan Data Denyut Nadi ... V-11 5.5. Pengolahan Data... V-12

5.5.1. Perhitungan Web Bulb Globe Temperature

(Indeks Suhu Basah dan Bola) ... V-12 5.5.2. Pengolahan Data Psikologis Operator ... V-21 5.5.3. Uji Regresi dan Korelasi Pengaruh Ketinggian

dengan Suhu ... V-27

5.5.4. Perhitungan Pengeluaran Energi ... V-29

5.5.5. Perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) dan


(12)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1 Analisis Hasil Pengukuran Termal Tempat Kerja ... VI-1 6.1.1. Kondisi Termal ... VI-1

6.1.2. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT Index) ... VI-4

6.2. Analisis Hasil Pengukuran Psikologi Operator ... VI-6 6.3. Analisis Predicted Mean Vote ... VI-20 6.4. Evaluasi Kondisi Termal Tempat Kerja ... VI-22 6.4.1. Administrative Control ... VI-22 6.4.2. Engineering Control ... VI-23

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-4

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Keluaran Spesifik Tubuh Manusia ... III-4 3.2. Beberapa Contoh Jenis Pakaian dengan Nilai Clo-nya ... III-5 3.3. Kategori Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirsasi, Suhu

Tubuh dan Denyut Jantung ... III-15 5.1. Rekaman Data Indikator Termal Shift 3 ... V-2 5.2. Rekaman Data Indikator Termal Shift 2 ... V-4 5.3. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu dengan Menggunakan

Multichannel Thermometer Shift 2 (dalam derajat celcius) ... V-7 5.4. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu dengan Menggunakan

Multichannel Thermometer Shift 3 (dalam derajat celcius) ... V-7 5.5. Data Personal Operator Lantai Produksi PT. Sinar Sosro

Lini 2 ... V-7 5.6. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan

Preferensi Termal Operator Sebelum Bekerja ... V-9 5.7. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan


(14)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.8. Data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran

Udara Operator Sebelum Bekerja ... V-10 5.9. Data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran

Udara Operator Sesudah Bekerja ... V-11 5.10. Data Denyut Nadi Operator Lantai Produksi

PT. Sinar Sosro Lini 2 ... V-11 5.11. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan

Bola yang Diperkenankan ... V-12 5.12. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan

Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola)

Shift 3 (16:00-24:00) ... V-13 5.13. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan

Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola)

Shift 2 (08:00-16:00) ... V-17 5.14. Rekapitulasi Data Sensasi Termal Operator ... V-21 5.15. Rekapitulasi Data Kenyamanan Termal Operator ... V-22 5.16. Rekapitulasi Data Preferensi Termal Operator ... V-23


(15)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.17. Rekapitulasi Data Sensasi Aliran Udara Operator ... V-25 5.18. Rekapitulasi Data Preferensi Aliran Udara Operator ... V-26 5.19. Rekapitulasi Pengeluaran Energi Operator ... V-30 5.20. Parameter PMV Shift 2 ... V-31 5.21. Parameter PMV Shift 3 ... V-31 5.22. Parameter PMV Shift 2 ... V-32 5.23. Parameter PMV Shift 3 ... V-32 6.1. ISBB Rata-rata Seluruh Titik Pengukuran ... VI-4 6.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan

Bola yang Diperkenankan ... VI-4 6.3. Parameter dan Nilai PMV ... VI-20


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1. Pertukaran Kalor dari Tubuh ke Lingkungan ... III-2 3.2. Grafik PMV Terhadap PPD ... III-12 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-5 4.2. Blok Diagram Pemecahan Masalah ... IV-6 5.1. Titik-titik Pengukuran Indikator Lingkungan Termal ... V-1 5.2. Kelembaban Relatif Shift 3 ... V-16 5.3. Kecepatan Udara Shift 3 ... V-16 5.4. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 3... V-17 5.5. Kelembaban Relatif Shift 2 ... V-20 5.6. Kecepatan Udara Shift 2 ... V-20 5.7. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 2... V-21 5.8. Grafik Sensasi Termal Rata-rata Operator ... V-22 5.9. Grafik Kenyamanan Termal Rata-rata Operator ... V-23 5.10. Grafik Preferensi Termal Rata-rata Operator ... V-24 5.11. Grafik Sensasi Aliran Udara Rata-rata Operator ... V-25 5.12. Grafik Preferensi Aliran Udara Rata-rata Operator ... V-26 5.13. Grafik Suhu Vs Ketinggian Shift 2 (08:00-16:00) ... V-27 5.14. Grafik Suhu Vs Ketinggian Shift 3 (16:00-24:00) ... V-28


(17)

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.15. Grafik Suhu Vs Ketinggian ... V-29 5.16. Grafik PMV Vs PPD Shift 2 ... V-32 5.17. Grafik PMV Vs PPD Shift 3 ... V-32 6.1. Grafik Suhu Vs Ketinggian ... VI-2 6.2. Kelembaban Relatif ... VI-3 6.3. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 3... VI-5 6.4. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 2... VI-6 6.5. Grafik Psikologi Termal Operator Group 1 ... VI-6 6.6. Grafik Psikologi Termal Operator Group 2 ... VI-8 6.7. Grafik Psikologi Termal Operator Group 3 ... VI-9 6.8. Grafik Psikologi Termal Operator Group 4 ... VI-11 6.9. Grafik Psikologi Termal Operator Crater ... VI-12 6.10. Grafik Psikologi Termal Operator De-Crater ... VI-14 6.11. Grafik Psikologi Termal Operator Crate Washer ... VI-15 6.12. Grafik Psikologi Termal Operator Bottle Washer ... VI-17 6.13. Grafik Psikologi Termal Operator Filler ... VI-18 6.14. Grafik PMV Vs PPD Shift 2 ... VI-20 6.15. Grafik PMV Vs PPD Shift 3 ... VI-21


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

L.1. Lembar Asistensi

L.2. Surat Permohonan Tugas Sarjana L.3. Surat Balasan PT. Sinar Sosro

L.4. Surat Keputusan

L.5. Kuesioner

L.6. Grafik Kondisi Termal L.7. Grafik Sensasi Termal

L.8. Struktur Organisasi Perusahaan L.9. Daftar Istilah

   

   


(19)

ABSTRAK

PT. Sinar Sosro merupakan perusahaan yang memproduksi minuman teh dalam botol. Proses produksi teh botol didapati kondisi kerja yang terpapar oleh panas. Botol yang digunakan untuk produk teh ini harus tetap berada dalam kondisi panas selama proses produksi dalam rangka menjaga higienitas produk dari pencemaran mikroba. Oleh karena itu pada lantai produksi terjadi paparan panas yang mengakibatkan ketidaknyamanan operator pada saat bekerja yang ditandai dengan kondisi fisik keringat yang berlebihan dan kondisi psikologis dari sensasi termal yang tidak nyaman.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang kondisi termal yang mendukung kenyamanan kerja operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro. Penelitian ini memaparkan tentang kondisi termal tempat kerja serta kaitannya dengan aspek psikologis operator yang ditelusuri melalui kenyamanan termal dan aspek fisiologis operator yang ditelusuri melalui proses termoregulasi tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi tersebut selanjutnya diusulkan rancangan perbaikan kondisi termal yang berhubungan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan operator dalam bekerja.

Hasil pengukuran termal menunjukkan nilai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang berada di atas nilai ambang batas kecuali pada bagian pemaletan,

hasil perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) menunjukkan bahwa 99,9%

operator tidak nyaman pada shift 3 (16:00-24:00) dan 100% operator tidak nyaman pada shift 2 (08:00-16:00).

Untuk meminimalisir ketidaknyamanan yang dialami operator dilakukan dengan cara memberikan personal ventilasi serta mengubah bahan baju dan celana dengan bahan yang memiliki daya serap yang baik dan model pakaian yang longgar sehingga dapat membantu proses penguapan keringat yang dapat menurunkan suhu tubuh sehingga operator merasa lebih nyaman.

Kata kunci: paparan panas, kenyamanan termal, lingkungan kerja

             


(20)

ABSTRAK

PT. Sinar Sosro merupakan perusahaan yang memproduksi minuman teh dalam botol. Proses produksi teh botol didapati kondisi kerja yang terpapar oleh panas. Botol yang digunakan untuk produk teh ini harus tetap berada dalam kondisi panas selama proses produksi dalam rangka menjaga higienitas produk dari pencemaran mikroba. Oleh karena itu pada lantai produksi terjadi paparan panas yang mengakibatkan ketidaknyamanan operator pada saat bekerja yang ditandai dengan kondisi fisik keringat yang berlebihan dan kondisi psikologis dari sensasi termal yang tidak nyaman.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang kondisi termal yang mendukung kenyamanan kerja operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro. Penelitian ini memaparkan tentang kondisi termal tempat kerja serta kaitannya dengan aspek psikologis operator yang ditelusuri melalui kenyamanan termal dan aspek fisiologis operator yang ditelusuri melalui proses termoregulasi tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi tersebut selanjutnya diusulkan rancangan perbaikan kondisi termal yang berhubungan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan operator dalam bekerja.

Hasil pengukuran termal menunjukkan nilai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang berada di atas nilai ambang batas kecuali pada bagian pemaletan,

hasil perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) menunjukkan bahwa 99,9%

operator tidak nyaman pada shift 3 (16:00-24:00) dan 100% operator tidak nyaman pada shift 2 (08:00-16:00).

Untuk meminimalisir ketidaknyamanan yang dialami operator dilakukan dengan cara memberikan personal ventilasi serta mengubah bahan baju dan celana dengan bahan yang memiliki daya serap yang baik dan model pakaian yang longgar sehingga dapat membantu proses penguapan keringat yang dapat menurunkan suhu tubuh sehingga operator merasa lebih nyaman.

Kata kunci: paparan panas, kenyamanan termal, lingkungan kerja

             


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu dari aspek ligkungan fisik seperti suhu, kelembaban relatif, pergerakan udara serta dari aspek personal seperti insulasi pakaian dan jenis kegiatan.

Paparan panas (heat exposure) terjadi ketika tubuh menyerap atau

memproduksi panas lebih besar daripada yang dapat diterima melalui proses

regulasi termal (thermoregulation process). Peningkatan pada suhu dalam tubuh

yang berlebih dapat mengakibatkan penyakit dan kematian (Parsons, 1993). Panas berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan panas

dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari

yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion hingga yang serius yaitu heat stroke.

Pada saat seseorang bekerja di lingkungan suhu ekstrim panas maka suhu inti tubuhnya akan mulai naik dan keringat diproduksi oleh tubuh dengan tujuan untuk melepaskan panas berlebih di tubuh melalui proses penguapan keringat. Jika cairan tubuh yang keluar dari tubuh yang berupa keringat tersebut tidak digantikan maka tubuh tidak akan mampu memproduksi keringat kembali menyebabkan temperatur inti tubuh akan terus meningkat yang kemudian akan


(22)

menyebabkan timbulnya masalah yang serius (OSH Departement of Labor Wellington New Zealand, 1997). Hampir seluruh organ tubuh dapat bekerja secara

maksimal pada temperatur yang relatif konstan sekitar 37oC. Temperatur tubuh

diluar temperatur normal, baik akibat kondisi lingkungan maupun aktivitas fisik dapat menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan tubuh (King, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Andrey Livchak yang berjudul “The Effect

of Supply Air Systems on Kitchen Thermal Environment” diperoleh hasil bahwa faktor suhu berpengaruh terhadap produktivitas. Jika suhu pada ruangan

meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan menyebabkan penurunan

produktivitas sebesar 30%. Penelitian lain oleh Ora Ola Lina Manurung yang berjudul “Identifikasi Bahaya Paparan Panas Pada Pekerja Di Lingkungan Kerja Industri Strategis PT X” diperoleh hasil bahwa kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%. Penelitian Borghi pada pekerja pabrik gelas yang terpapar

panas dengan suhu 29 – 31oC WBGT di lingkungan kerja selama lebih dari 5

tahun menemukan batu asam urat di saluran kemih pada sekitar 38,8% pekerja yang mengeluh pegal atau nyeri di daerah pinggang dan/atau rasa panas atau sakit saat buang air kecil. Batu asam urat di saluran kemih akan menimbulkan beberapa masalah; selain rasa nyeri, bila berlangsung lama serta tidak ditangani secara seksama, dapat menjadi salah satu faktor penyebab gangguan fungsi ginjal. Akibatnya selain merugikan pekerja, juga perusahaan secara keseluruhan; produktivitas kerja akan menurun, dan biaya kesehatan pekerja akan meningkat.


(23)

PT Sinar Sosro merupakan perusahaan yang memproduksi minuman teh dalam botol. Pada proses produksi teh botol didapati kondisi kerja yang terpapar oleh panas. Panas yang dihasilkan di lantai produksi terutama dihasilkan dari mesin-mesin yang digunakan khususnya proses pencucian botol yang

menggunakan mesin bottle washer (90-1050C) dan proses filler yang

memanfaatkan mesin pasteurizer (90-950C) yang menimbulkan paparan panas

secara langsung kepada para operator. Ventilasi udara juga dirancang untuk mengurangi proses pengeluaran aliran udara panas keluar. Selain faktor-faktor tersebut, faktor lain seperti material bangunan juga dirancang untuk menjaga panas di lantai produksi seperti jenis atap (roof) yang terbuat dari campuran logam alumunium. Kondisi kerja dalam proses produksi teh botol sosro yang terpapar oleh panas yang tidak dapat dihindari karena bertujuan untuk menjaga higienitas produk dari pencemaran oleh mikroba. Kondisi kerja di lantai produksi yang terpapar panas ini yang menyebabkan keluhan dari para operator seperti keringat yang berlebihan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Ketidaknyamanan yang terjadi kepada para operator akibat paparan panas ini, pada akhirnya dapat menurunkan kinerja operator yang dapat dilihat dari jumlah botol yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ikut lolos untuk diisi produk.


(24)

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu paparan panas (heat

exposure) yang timbul di lantai produksi mengakibatkan operator merasakan

ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah merancang kondisi termal yang mendukung kenyamanan kerja operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan usulan perbaikan terhadap kondisi termal yang dapat memberikan kenyamanan kepada para operator di lantai produksi sehingga dapat meningkatkan kinerja operator dalam pengambilan botol yang tidak sesuai dengan spesifikasi.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dikhususkan pada lantai produksi lini 2 pada shift 2 (jam 08:00 sampai 16:00) dan shift 3 (jam 16:00 sampai 00:00) serta usulan perbaikan dibatasi pada pembahasan mengenai paparan panas yang dialami operator di lantai produksi.


(25)

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengukuran kondisi termal yang dilakukan pada ketujuh titik pengukuran dianggap mewakili.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan sejarah perusahaan, proses produksi dan mesin-mesin yang digunakan di lantai produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan, teori

mengenai kenyamanan termal, paparan panas, persamaan Heat


(26)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara membandingkan dengan teori-teori yang ada. Disamping itu, juga diupayakan untuk memberikan perbandingan kondisi kerja yang ada dengan kondisi kerja yang diusulkan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

 

 

PT Sinar Sosro merupakan suatu perusahaan yang memproduksi minuman

dalam kemasan botol. Adapun produk yang dihasilkan berupa teh botol sosro,

fruit tea dan prim-A. Pada proses produksi di lantai pabrik lini 2 yang

memproduksi teh botol sosro digunakan mesin-mesin seperti bottle washer, crate

washer, crater, de-crater, pasteurizer dan crown filler. Dari mesin-mesin yang digunakan ditemukan beberapa mesin yang dalam prosesnya membangkitkan

panas seperti bottle washer, crate washer dan pasteurizer. Rancangan lantai

pabrik dirancang untuk menjaga higienitas dari produk dengan meminimalkan pergerakan udara sehingga ventilasi disediakan seminimal mungkin.

2.1. Proses Produksi

2.1.1. Bahan Produksi

Adapun bahan yang digunakan dalam proses produksi di PT. Sinar Sosro ini terbagi atas tiga jenis yaitu bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.

a. Teh Botol

Bahan baku yang digunakan adalah teh wangi (hasil blending antara teh hijau,


(28)

digunakan adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener pada saat proses water

treatment. Bahan tambahan yang digunakan adalah botol kaca, dan tutup

botol (crown cock). b. Fruit Tea

Bahan baku yang digunakan adalah teh hitam, gula industri, air, dan konsentrat sari buah. Bahan penolong yang digunakan adalah pasir kuarsa,

karbon, dan softener pada saat proses water treatment. Bahan tambahan yang

digunakan adalah botol kaca, tetrapack, kardus untuk pengepakan kemasan

tetrapack, tutup botol, dan sedotan.

c. Prim-A

Bahan baku yang digunakan adalah air. Bahan penolong yang digunakan adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener pada saat proses water treatment.

2.1.2. Uraian Proses Produksi

Uraian proses produksi untuk masing-masing produk, yakni Teh Botol, Fruit Tea, dan air mineral Prim-A adalah sebagai berikut:

a. Teh Botol

Uraian prosesnya adalah sebagai berikut. Air tanah yang diambil dari

kedalaman ± 200 m kemudian disterilkan melalui proses water treatment,

yakni air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan ke tanki 2 yang berisi karbon, setelah itu dimasukkan ke tanki 3 yang berisi softener. Kemudian air dipanaskan hingga 100oC. Air panas tersebut dialirkan ke tanki teh untuk menyeduh teh wangi yang telah dimasukkan ke dalam


(29)

tanki. Lalu secara bersamaan air panas tersebut juga dialirkan ke tanki gula industri untuk melarutkan gula menjadi sirup gula. Setelah diseduh, teh

dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas teh. Dari

tanki filtrox ekstrak teh dialirkan ke tanki pencampuran. Sirup gula juga

kemudian dialirkan ke tanki pencampuran. Hasil campuran antara ekstrak teh dan sirup gula dinamakan teh manis cair. Kemudian teh manis cair dialirkan

ke mesin filler. Botol yang telah selesai dicuci dan disterilkan serta telah

diperiksa oleh mesin EBI (optiscan) dan operator, dibawa ke mesin filler

dengan belt conveyor. Kemudian teh manis cair diisi ke dalam botol dengan

standar volume ± 3 ml dari head botol. Botol yang telah diisi langsung ditutup

dengan crown cock yang telah disterilkan dengan penyinaran ultra violet.

Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam crate dan dipindahkan ke kamar

karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan. b. Fruit Tea

Uraian prosesnya adalah sebagai berikut. Air tanah yang diambil dari

kedalaman ± 200 m kemudian disterilkan melalui proses water treatment,

yakni air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan ke tanki 2 yang berisi karbon, setelah itu dimasukkan ke tanki 3 yang berisi softener. Kemudian air dipanaskan hingga 100oC. Air panas tersebut dialirkan ke tanki teh untuk menyeduh teh hitam yang telah dimasukkan ke dalam tanki. Lalu secara bersamaan air panas tersebut juga dialirkan ke tanki gula industri untuk melarutkan gula menjadi sirup gula. Kemudian sirup gula ditambahkan


(30)

diproduksi. Setelah diseduh, teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan

ekstrak teh dari ampas teh. Dari tanki filtrox ekstrak teh dialirkan ke tanki

pencampuran. Sirup gula juga kemudian dialirkan ke tanki pencampuran. Hasil campuran antara ekstrak teh dan sirup gula dinamakan teh manis cair.

Kemudian teh manis cair dialirkan ke mesin filler. Botol yang telah selesai

dicuci dan disterilkan serta telah diperiksa oleh mesin EBI (optiscan) dan

operator, dibawa ke mesin filler dengan belt conveyor. Kemudian teh manis

cair diisi ke dalam botol dengan standar volume ± 3 ml dari head botol. Botol

yang telah diisi langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan

dengan penyinaran ultra violet. Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan.

c. Prim-A

Uraian prosesnya adalah sebagai berikut. Pada bagian mesin filling AMDK,

botol/galon dibersihkan bagian luar. Kemudian dimasukkan ke ruang pencucian galon bagian dalam. Pada bagian dapur, air diproses dengan dimasukkan ke tanki 1 yang berisi pasir kuarsa, kemudian tanki 2 yang berisi

karbon, kemudian tanki 3 yang berisi softener. Pada tanki 4 merupakan tanki

buffer 1 yang berisi air karbon. Pada tanki 5 merupakan buffer 2 dimana air mengalami demineralisasi. Pada tanki 6 merupakan buffer 3 yang berisi

karbon dan softener. Setelah selesai air dimasukkan ke mesin ozonator untuk

menambah ozon ke dalam air. Kemudian dimasukkan ke final filler tank dan


(31)

di atas tutup botol. Kemudian mesin mengepres segel sehingga segel menempel rapat pada tutup botol. Setelah itu galon disusun ke rak galon untuk memeriksa ada tidaknya kebocoran.


(32)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Definisi Kenyamanan Termal

ASHRAE 55-2004 mendefinisikan kenyamanan termal sebagai kondisi pikiran yang mengungkapkan kepuasan tertentu terhadap lingkungan termal. Berdasarkan definisi ini kenyamanan termal merupakan proses persepsi yang terdiri dari beberapa variabel input dan hasil dalam bentuk fisikal dan psikologikal. Terkait variabel input, kenyamanan termal tergantung pada empat

parameter lingkungan, yakni Tdb, Tmrt, RH dan Va, dan dua parameter yang

bersifat personal yakni jenis pakaian dan jenis kegiatan. Dan sebagai hasil persepsi adalah suatu sensasi termal yang dapat diungkapkan dalam bentuk kenetralan, keterterimaan, dan preferensi terhadap kondisi termal.

Standar suhu ruangan yang berubah, berdasarkan model adaptif kenyamanan termal, sesuai untuk bangunan berventilasi alami dan situasi lain dimana penghuni memiliki kebebasan dalam mengendalikan iklim ruangan. Standar suhu ruangan mengkaitkan suhu ruangan terhadap konteks iklim bangunan dan memperhitungkan pengalaman termal masa lalu dan ekspektasi termal penghuni.


(33)

3.2. Kesetimbangan Termal Tubuh Manusia

Agar tubuh berada dalam kesetimbangan termal, jumlah kalor yang diproduksi ataupun diabsorbsi harus sama dengan kalor yang dibebaskan. Sistem kontrol termoregulator tubuh akan mencoba mempertahankan kesetimbangan energi, menjaga tubuh berada pada kisaran temperatur 37°C. Hal ini melibatkan dua tipe mekanisme regulator:

1. Sistem otonomi, misalnya pengembangan pembuluh darah, produksi

keringat dan menggigilnya tubuh;

2. Regulasi kebiasaan, misalnya pengaturan corak berpakaian dan tingkat

perubahan aktivitas.

Jumlah kalor yang dihasilkan dan dilepaskan secara jelas bervariasi menurut aktivitas dan corak berpakaian. Walaupun kesetimbangan termal dapat dicapai melalui suatu kondisi lingkungan yang cukup variatif, rentang di mana kenyamanan termal yang tercapai akan jauh lebih sempit.


(34)

Gambar 3.1. Pertukaran Kalor dari Tubuh ke Lingkungan

Beragam proses yang terjadi pada Gambar 3.1.adalah:

1. Pelepasan kalor melalui evaporasi (perspirasi dan keringat) dan respirasi

(“g” dalam diagram)

2. Pelepasan kalor melalui konveksi (“c” dalam diagram)

3. Pelepasan atau diperolehnya kalor melalui radiasi (matahari, yakni “a”

dalam diagram serta termal, yakni “d” dan “e” dalam diagram)

4. Pelepasan kalor melalui konduksi (biasanya diabaikan; “f” dalam diagram)

5. Diperolehnya kalor dari produksi kalor metabolis (“b” dalam diagram)

Dalam kondisi dalam-ruang standar, pelepasan kalor melalui konveksi berjumlah sekitar 35% dari total pelepasan kalor, yang melalui radiasi adalah sekitar 45%, dan yang melalui evaporasi sekitar 20%.


(35)

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal

Parameter-parameter yang mempengaruhi proses pertukaran kalor dari tubuh ke lingkungan merupakan hal yang paling mempengaruhi kenyamanan termal. Parameter-parameter lingkungan tersebut adalah:

1. Temperatur bola kering udara

2. Temperatur radiasi rata-rata

3. Kecepatan udara

4. Kelembaban relatif

Dan parameter-parameter lainnya adalah:

1. Tingkat aktivitas

2. Corak berpakaian

3. Umur dan jenis kelamin

4. Faktor psikologis: kemampuan untuk mengendalikan lingkungan; stres

dan upaya kejiwaan

5. Ritme musiman


(36)

Ketidaknyaman termal lokal dapat disebabkan oleh:

1. Aliran udara, misalnya kecepatan udara lebih dari 0,15 m/s pada

temperatur udara 20°C (atau lebih dari 0,1 m/s apabila berada pada punggung leher)

2. Radiasi termal yang asimetris (depan ke belakang atau kepala ke kaki)

3. Perbedaan temperatur udara vertikal

Tabel 3.1. Keluaran Spesifik Tubuh Manusia

Produksi energi dalam tubuh berlangsung terus menerus melalui proses metabolisme yang mengoksidasi makanan menjadi energi. Energi ini sebagian dikonversi menjadi kerja mekanik eksternal di mana sisanya dilepaskan sebagai kalor tubuh internal. Untuk kebanyakan aktivitas, energi yang digunakan untuk bekerja dapat diabaikan. Namun, untuk operator berat hal ini dapat meningkat sekitar 20%. Keluaran kalor spesifik tubuh manusia ditunjukkan dalam Tabel 3.1.

Kalor yang dihasilkan dipindahkan dari inti tubuh yang hangat ke permukaan tubuh sebagian secara konduksi melalui jaringan otot dan sebagian lagi oleh aliran darah ke kulit. Bagi seseorang yang duduk pada temperatur 20°C,


(37)

78% dari kalor ditransmisikan sebagai kalor sensibel dan 22% sebagai kalor laten. Untuk yang bekerja berat perbandingan antara kalor sensibel dan laten adalah sebesar 43:57. Satuan bagi keluaran kalor metabolisme biasa dinyatakan dengan

met, dimana 1 met = 58 W/m2. Area yang bersesuaian adalah area permukaan

tubuh (kira-kira 2 m2 bagi pria dewasa).

Temperatur permukaan tubuh dipengaruhi oleh jumlah kalor yang dipindahkan dari inti tubuh, pelepasan kalor dari tubuh, dan juga oleh nilai insulasi dari jenis pakaian. Resistensi termal dari jenis pakaian dinyatakan dalam nilai clo. Ini merupakan suatu nilai pengukuran dari perbandingan antara resistensi

termal suatu jenis pakaian dengan standar 0,155 m2K/W, yang merepresentasikan

standar busana kerja. Tabel 3.2 memaparkan beberapa contoh jenis pakaian

dengan nilai clo-nya.

Tabel 3.2. Beberapa Contoh Jenis Pakaian dengan Nilai Clo-nya

3.4. Beberapa Definisi Temperatur

1. Temperatur udara dalam ruang (Ta); merupakan temperatur udara dengan


(38)

2. Temperatur permukaan rata-rata (Ts); merupakan temperatur rata-rata dari

area yang dibebankan (A) dari permukaan dalam ruangan.

3. Temperatur radiasi rata-rata (Tr); merupakan suatu fungsi dari area, bentuk

dan temperatur permukaan seperti yang dilihat dari suatu titik tertentu dalam ruangan; nilainya bervariasi tergantung pada faktor penglihatan antara objek dan permukaan ruang. Temperatur ini mirip dengan temperatur permukaan rata-rata pada pusat suatu ruang bervolume di mana seluruh permukaan memiliki emisivitas yang sama. Ini lazim digunakan sebagai suatu pendekatan yang baik bagi beragam bentuk ruang.

3.5. Indeks Termal bagi Kenyamanan

Beberapa indeks digunakan untuk menyatakan kenyamanan dengan suatu angka yang sederhana. Indeks-indeks tersebut digunakan guna mendesain dan menilai kinerja dari sistem tata udara.

1. Temperatur udara: kerap digunakan, namun merupakan suatu pengukur


(39)

2. Standar ISO 7730

a. Dalam standar ini kenyamanan termal didefinisikan sebagai kondisi batin

yang mengungkapkan kepuasan termal dengan lingkungan termalnya.

b. Standar ini merepresentasikan suatu metode bagi penentuan sensasi termal

dan derajat ketidaknyamanan (ketidakpuasan termal) manusia yang dihadapkan pada lingkungan termal rata-rata.

c. Ini juga menyatakan kondisi lingkungan yang dapat diterima bagi

kenyamanan.

d. Ini berlaku pada lingkungan dalam-ruang di mana tujuan penerapannya

adalah guna mencapai kenyamanan termal, atau pada lingkungan dalam ruang di mana deviasi normal dari kenyamanan terjadi.

e. ISO 7730 merekomendasikan bahwa temperatur operatif seharusnya

berada pada rentang 20 sampai 24°C (yakni 22°C +/- 2°C) bagi aktivitas ringan dan diam selama kondisi musim dingin (periode penghangatan), dan temperatur operatif seharusnya berada pada rentang 23 sampai 26°C (yakni 24,5 °C +/- 1,5°C) bagi kondisi musim panas (periode penyejukan).

3. Predicted Mean Vote (PMV)

a. Matriks ini didasarkan pada metode statistika dengan memperhitungkan

pendapat sebagian besar orang yang diuji dalam suatu lingkungan internal yang bertemperatur sedang dan terkendali secara tetap. Matriks ini digunakan untuk memprediksikan respon yang mungkin dari seseorang terhadap kondisi lingkungan termal tertentu, dan untuk menspesifikasikan kondisi desain apa (“zona-zona kenyamanan”) yang dapat diterima: pada


(40)

umumnya kepuasan 80% dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat diterima.

b. PMV merepresentasikan ‘pilihan rata-rata terprediksi’ (pada skala sensasi

termal) dari sebagian besar populasi manusia yang dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu. PMV diturunkan dari persamaan perpindahan kalor fisika dikombinasikan dengan suatu kesesuaian empiris pada sensasi.

PMV menunjukkan suatu tegangan termal (thermal stress) berdasarkan

pada perpindahan kalor antara tubuh dan lingkungan dalam kondisi tunak. PMV juga memberikan suatu pilihan kenyamanan pada sejumlah tegangan tersebut.

c. Persamaan PMV hanya berlaku pada manusia yang dalam waktu lama

dihadapkan dalam beragam kondisi tunak pada suatu nilai metabolisme tunak. Hukum konservasi energi memberikan persamaan kesetimbangan kalor sebagai berikut:

H : produksi kalor internal;

Ed : kalor terbuang karena difusi penguapan air melalui kulit;

Esw : kalor terbuang karena keringat;

Ere : kalor laten terbuang karena respirasi;

L : pelepasan kalor respirasi kering;


(41)

C : terbuangnya kalor oleh konveksi dari permukaan tubuh berpakaian.

PMV merupakan suatu indeks yang memprediksikan nilai rata-rata pilihan termal sebagian besar kelompok orang pada suatu skala sensasi termal tujuh titik:

d. PMV memperhitungkan parameter-parameter lingkungan (temperatur bola

kering udara, temperatur radiasi rata-rata, kecepatan udara dan kelembaban relatif) bersama dengan produksi kalor karena tingkat aktivitas dan resistensi termal akibat jenis pakaian.

e. PMV dirumuskan sebagai berikut:

PMV = (0,303e-0,036M + 0,028) {(M – W) – 3,05×10-3 × [5733 –

6,99(M –W) – pa] – 0,42 × [(M – W) – 58,15] – 1,7×10-5M(5867 – pa) –

0,014M(34 – Ta) – 3,96×10-8fcl × [(Tcl + 273)4 – (Tr + 273)4] – fclhc(Tcl–

Ta)}

di mana:

Tcl = 35,7 – 0,028(M – W) - Icl{3,96×10-8fcl × [(Tcl + 273)4 – (Tr +

273)4] +fclhc(Tcl – Ta)}

hc = 2,38(Tcl – Ta)0,25 untuk 2,38(Tcl – Ta)0,25 > 12,1√var


(42)

Fcl = 1,00 + 1,290Icl untuk Icl < 0,078m2K/W

1,00 + 0,645Icl untuk Icl > 0,078m2K/W

di mana:

PMV: Predicted Mean Vote;

M: rata-rata metabolisme, dalam W/m2 dari bidang permukaan tubuh;

W: kerja eksternal, dalam W/m2, bernilai nol untuk kebanyakan aktivitas;

Icl: temperatur udara, dalam °C;

Fcl: perbandingan area permukaan tubuh seseorang ketika berpakaian

dibandingkan dengan area permukaan ketika telanjang;

Ta: temperatur udara, dalam °C;

Tr: temperatur radiasi rata-rata, dalam °C;

Var: kecepatan udara relatif (terhadap tubuh manusia), dalam m/s;

Pa: tekanan uap air parsial, dalam Pa;

Hc: temperatur permukaan dari berpakaian, dalam °C;

Tcl: temperatur permukaan pakaian, dalam °C.

f. PMV diturunkan untuk kondisi tunak, namun dapat diterapkan dalam

fluktuasi kecil dari satu atau beberapa variabel (rata-rata berpembobotan waktu selama periode 1 jam sebelumnya harus digunakan).


(43)

g. Ini diperhitungkan bagi kondisi ketika tubuh manusia berada dalam kesetimbangan termal – terbuangnya kalor ke lingkungan diimbangi dengan produksi kalor metabolisme.

h. Indeks PMV sebaiknya hanya digunakan untuk PMV antara -2 dan 2.

i. Penggunaan yang direkomendasikan berada hanya dalam rentang kondisi

berikut:

M = 46 sampai 232 W/m2 (0,8 sampai 4 met)

Icl = 0 sampai 0,310 m2K/W (0 sampai 2 clo)

Ta = 10 sampai 30°C; Tr = 10 sampai 40°C

var = 0 sampai 1 m/s (atau kurang jika aliran udara berpengaruh)

pa = 0 sampai 2700 Pa. (kelembaban relatif berada antara 30 dan 70%)

j. PMV dapat diperoleh dengan:

 Persamaan di atas (membutuhkan suatu program komputer karena

kebutuhan solusi iteratif untuk memecahkan hc dan tcl).

 Dengan pengukuran langsung, menggunakan sensor terintegrasi.

 Dari tabel PMV untuk kombinasi berbeda dari aktivitas, tingkat

pakaian, temperatur operatif dan kecepatan udara relatif. 4. Predicted Percentage Dissatisfaction (PPD)

a. PMV memprediksikan nilai rata-rata pilihan sebagian besar kelompok

orang yang dihadapkan pada lingkungan yang sama. Pilihan individu menyatakan penyebaran preferensi individu.


(44)

b. PPD merupakan persentase terprediksi ketidaknyamanan manusia pada setiap PMV. Ini merupakan suatu pengukuran dari sejumlah orang yang memiliki kecenderungan merasakan kehangatan atau kesejukan yang tidak nyaman dalam suatu lingkungan yang diberikan – misalnya orang memilih -3, -2, +2 atau +3 dalam skala PMV.

PPD = 100 – 95 × e-(0,03353×PMV^4+0,2179×PMV^2)

c. Indeks PPD memprediksikan jumlah orang yang tidak puas secara termal

dalam suatu kelompok besar. Sisanya dari kelompok tersebut akan memilih -1, 0 atau +1 pada skala PMV.

d. Nilai PPD minimum adalah 5%.

e. PPD mengindikasikan rentang respon manusia. PPD terkait dengan PMV

melalui Gambar 3.2.


(45)

5. Temperatur Operatif

a. Ini merupakan temperatur dari suatu bidang radiasi gelap di mana seorang

penghuni akan melakukan pertukaran sejumlah kalor dengan radiasi dan konveksi sama seperti dalam lingkungan tak seragam sesungguhnya.

b. Untuk kecepatan udara yang rendah (di bawah 0,2 m/s) dan di mana

temperatur radiasi rata-rata berada dalam rentang 4°C dari temperatur udara ruangan, temperatur operatif (To) mendekati rata-rata Tr dan Ta.

c. Di luar kondisi ini, atau untuk akurasi yang lebih tinggi: To = ATa + (1 – A)Tr

di mana: A = 0,5 untuk kecepatan udara rata-rata (var) < 0.2m/s; A = 0,6

untuk var antara 0,2 dan 0,6 m/s; dan A = 0,7 untuk var antara 0,6 dan 1,0

m/s.

d. Kelembaban berpengaruh kecil pada temperatur rata-rata yang mendekati

kenyamanan netral.

6. Standardized Effective Temperature (SET)

SET merupakan temperatur lingkungan isotermal yang memiliki temperatur udara dan temperatur radiasi rata-rata yang sama satu sama lain, kelembaban relatif 50%, udara yang diam dimana seseorang dengan tingkat pakaian standar akan memiliki keterbuangan kalor yang sama pada temperatur kulit rata-rata yang sama, keterlembaban kulit yang sama layaknya yang seseorang lakukan dalam lingkungan nyata, dan insulasi pakaian yang diperhitungkan. SET merupakan fungsi pakaian dan


(46)

aktivitas, sama seperti variabel-variabel fisis lingkungan lainnya. Nilai SET terkait langsung dengan sensasi dan tidak pada temperatur udara.

7. Kenyamanan Adaptif

Dalam analisis ISO 7730, tingkat kenyamanan diprediksi dari suatu pertimbangan atas pertukaran kalor antara manusia dan lingkungannya. Respon tersebut pada dasarnya sama setiap tahunnya – hanya perbedaan antara musim panas dan dingin yakni bahwa orang mengubah jenis pakaian mereka, menghasilkan perbedaan pada temperatur preferensi. Walaupun demikian, oleh karena kecenderungan dan ekspektasi, orang-orang dalam zona beriklim lebih hangat memilih kondisi yang lebih hangat dan begitupun sebaliknya. Saat ini telah banyak usaha guna menyempurnakan prediksi kenyamanan termal dengan memperhitungkan kemungkinan kebiasaan beradaptasi. Pendekatan terkini misalnya, telah menunjukkan bahwa penghuni gedung berventilasi alami merasa nyaman pada suatu rentang kondisi yang lebih lebar daripada penghuni gedung berunit tata udara.

3.6. Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand dan Rodhal, bahwa penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.


(47)

Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlikan untuk dikonsumsi. Metode pengukuran asupan oksigen terlihat lebih akurat, namun kenyataannya hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kategori Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirsasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung.

Kategori Beban Kerja Konsumsi Oksigen (1/min) Ventilasi Paru (1/min) Suhu Rektal (C) Denyut Jantung (denyut/min) - Ringan - Sedang - Berat - Sangat berat - sangat berat sekali

0,5-1,0 1,0-1,5 1,5-2,0 2,0-2,5 2.5-4,0 11-20 20-31 31-43 43-56 60-100 37,5 37,5-38,0 38,0-38,5 38,5-39,0 >39 75-100 100-125 125-150 130-175 >175 Sumber: Christensen

Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan sebagai berikut:


(48)

Dimana:

Y = Energi (kcal/menit)

X = Denyut Jantung (denyut/menit)

   

       

   


(49)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja di lantai produksi yang mengalami paparan panas yang tergabung dalam formasi A dan bekerja pada lini 2. Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 hingga bulan Februari 2010 di PT. Sinar Sosro yang berlokasi di Jalan Medan Tanjung Morawa.

4.2. Sifat Penelitian

Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian

deskriptif (Deskriptif Research), yaitu penelitian yang berusaha untuk

memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data, serta analisis pemecahan masalah.

4.3. Metode Pengumpulan Data


(50)

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk memperoleh teori-teori dan prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan dengan metode yang digunakan agar dapat mendukung pelaksanaan penelitian ilmiah yang dilakukan yang berasal dari buku-buku bacaan, jurnal-jurnal penelitian dan internet.

2. Observasi dan wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan staf perusahaan. Sedangkan observasi merupakan kegiatan berupa kunjungan secara berkala ke bagian yang akan diamati kegiatannya. Wawancara dan observasi awal ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan sensasi panas yang dirasakan operator yang diakibatkan oleh paparan panas serta mempelajari metode kerja pada rotasi kerja operator dan waktunya.

4.4. Sasaran Penelitian

Sasaran dari penelitian ini meliputi:

1. Mengukur kondisi termal di lantai produksi PT. Sinar Sosro untuk

mengidentifikasi lingkungan termal tempat kerja.

2. Mengetahui aspek psikologis dan fisiologis operator di lantai produksi akibat

paparan panas.

3. Membandingkan kondisi termal di lantai produksi dengan kondisi psikologis


(51)

4. Mengetahui tingkat performansi operator di lantai produksi.

5. Membandingkan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989).

6. Menganalisis perbedaan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989) untuk memperoleh penyebab terjadinya bahaya kerja akibat paparan panas.

7. Melakukan evaluasi dengan administrative control dan engineering control

untuk menyelesaikan permasalahan operator di perusahaan akibat paparan panas.

4.5. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:

1. Data primer

Merupakan data yang dikumpulkan melalui pengukuran dan pengamatan langsung. Data primer yang dikumpulkan berupa:

a.Data dari pengukuran termal yaitu: suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan udara, suhu bola basah, suhu bola kering, suhu bola dan suhu permukaan.


(52)

b.Data dari pengukuran psikologi yaitu: sensasi termal, kenyamanan termal, preferensi kondisi termal, sensasi aliran udara dan preferensi aliran udara operator.

c.Data dari pengukuran fisiologi yaitu: denyut jantung, berat badan, umur,

jenis kelamin dan tinggi badan.

2. Data sekunder

Merupakan data yang dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari laporan-laporan perusahaan yang ada atau dengan cara mereview laporan tersebut yang mencakup:

a. Data material bangunan, ventilasi, mesin-mesin dan pencahayaan lantai

produksi perusahaan.

b. Data kecacatan produk.

c. Jenis dan bahan baju, jenis dan bahan celana, jenis dan bahan sepatu

operator.

d. Jenis dan Bahan APD (Alat Pelindung Diri) operator.

4.6. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Multi Channel Temperature Recorder (data logger) yang berfungsi untuk

mengukur suhu dengan banyak titik pengukuran pada saat yang bersamaan baik dalam pengukuran suhu ruangan dengan perbedaan ketinggian maupun suhu permukaan seperti permukaan dinding dan lantai.


(53)

2. Thermo-Hygrometer yang berfungsi untuk mengukur kelembaban relatif udara.

3. Black Globe Thermometer yang berfungsi untuk mengukur suhu bola kering,

suhu bola basah dan suhu bola.

4. Anemometeryang berfungsi mengukur kecepatan udara.

5. Blood Pressure Monitor yang berfungsi untuk mengukur tekanan darah dan

denyut nadi operator.

6. Timbangan badan yang berfungsi mengukur massa operator.

7. Meteran yang berfungsi untuk mengukur luasan tempat kerja.

8. Kuesioner pribadi (personal questionnairre) yang digunakan untuk

mendapatkan informasi pribadi mengenai operator dan psikologi termal operator.

Untuk mendapatkan data psikologi termal yang meliputi sensasi termal, kenyamanan termal, preferensi termal, sensasi aliraan udara dan preferensi aliran udara maka dirancang kuesioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan beserta skala (Parson, 1993) seperti:


(54)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Kertas Gulung digunakan sebagai media hasil rekaman suhu dari data logger.

2. Tinta Epson ERC-105 digunakan untuk mencetak hasil rekaman suhu dari

data logger.

3. Kertas Alumunium Foil digunakan untuk mereduksi pengaruh paparan panas

dari konveksi pada sensor data logger.

4. Bola Ping-pong hitam digunakan untuk mereduksi pengaruh paparan panas

akibat radiasi dan konveksi pada sensor data logger.


(55)

Perumusan Masalah:

- Ketidaknyamanan operator - Produktivitas kerja menurun

Latar Belakang Masalah:

- Kondisi lantai produksi yang terpapar oleh panas - Paparan panas menyebabkan heat stress - Heat stress menyebabkan ketidaknyaman operator

- Ketidaknyaman operator menyebabkan menurunnya kinerja operator - Penurunan kinerja operator menyebabkan penurunan produktivitas

Tujuan Penelitian:

Merancang kondisi tempat kerja yang dapat memberikan kenyamanan kepada para

operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro

Thermal Environment Psikologi Fisik Sensasi Termal Kenyamanan Termal Kesukaan Termal Sensasi Aliran Udara Kesukaan Aliran Udara

Ta RH Tr Va Clo MR

PMV Thermal Ratio Index WBGT

Analisis dan Evaluasi:

Membandingkan kondisi termal dengan standar lingkungan termal menurut ISO 7730 dan ASHRAE

Menganalisa penyebab perbedaan kondisi termal dengan standar lingkungan termal

Melakukan administrative control dan engineering control untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan termal

Pengumpulan dan Pengolahan Data: Sasaran Penelitian:

Mengukur kondisi termal di lantai produksi PT. Sinar Sosro untuk mengidentifikasi lingkungan termal tempat kerja

Mengetahui aspek psikologis dan fisiologis operator di lantai produksi akibat paparan panas

Membandingkan kondisi termal di lantai produksi dengan kondisi psikologis operator

Mengetahui tingkat performansi operator di lantai produksi

Membandingkan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989)

Menganalisis perbedaan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989) untuk memperoleh penyebab terjadinya bahaya kerja akibat paparan panas

Melakukan evaluasi dengan administrative control dan engineering control untuk menyelesaikan permasalahan operator di perusahaan akibat paparan panas


(56)

(57)

Kuesioner Penelitian Lingkungan Termal

KUESIONER PENELITIAN

Harap diisi dengan data yang sebenar-benarnya Nama Pekerja :

Jenis Kelamin :

Formasi/Shift Kerja :

Posisi :

Tinggi/Berat Badan : cm/ kg Umur : tahun

Hari/Tanggal :

Kondisi Fisik :Sehat Tidak Sehat

Identifikasi Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sebelum Bekerja

1. Sensasi termal seperti apa yang saat ini anda rasakan?

-3 -2 -1 0 1 2 3

Dingin Sejuk Sedikit Sejuk

Netral Sedikit Hangat

Hangat Panas

2. Bagaimana kondisi termal yang saat ini anda rasakan? 3 2

1 0

Nyaman Sedikit Tidak Nyaman

Tidak Nyaman

Sangat Tidak Nyaman 3. Apa yang anda harapkan dari kondisi termal saat ini?

4. Bagaimana kondisi aliran udara yang saat ini anda eerasakan?

5. Apa yang anda harapkan dari kondisi aliran udara saat aaini? Netral 2 1 0 Sedikit Berangin Berangin Netral 2 1 0 Sedikit Berangin Berangin Jauh Lebih Hangat Sedikit Lebih Hangat Netral Sedikit Lebih Sejuk Jauh Lebih Sejuk 2 1 0 -1 -2 1. Tangan

Identifikasi Kelelahan Fisik pada Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sebelum Bekerja

2. Bahu 4. Kaki 3. Punggung 3 2 1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

3 2

1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

3 2

1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

3 2

1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

Bahan Baju : Jenis Sepatu :

Identifikasi Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sesudah Bekerja

1. Sensasi termal seperti apa yang saat ini anda rasakan?

-3 -2 -1 0 1 2 3

Dingin Sejuk Sedikit Sejuk

Netral Sedikit Hangat

Hangat Panas

2. Bagaimana kondisi termal yang saat ini anda rasakan? 3 2

1 0

Nyaman Sedikit Tidak Nyaman

Tidak Nyaman

Sangat Tidak Nyaman 3. Apa yang anda harapkan dari kondisi termal saat ini?

4. Bagaimana kondisi aliran udara yang saat ini anda eerasakan?

5. Apa yang anda harapkan dari kondisi aliran udara saat aaini? Netral 2 1 0 Sedikit Berangin Berangin Netral 2 1 0 Sedikit Berangin Berangin Jauh Lebih Hangat Sedikit Lebih Hangat Netral Sedikit Lebih Sejuk Jauh Lebih Sejuk 2 1 0 -1 -2 1. Tangan

Identifikasi Kelelahan Fisik pada Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sesudah Bekerja

2. Bahu 4. Kaki 3. Punggung 3 2 1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

3 2

1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

3 2

1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

3 2

1 0

Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah

Denyut Nadi Sesudah Bekerja: denyut/menit Denyut Nadi Sebelum Bekerja: denyut/menit


(58)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data Termal

Pengukuran indikator lingkungan termal dilakukan pada 7 titik yang berbeda disesuaikan dengan posisi paling dekat dengan operator pada saat bekerja. Tataletak titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.1.


(59)

  Pengukuran pada setiap titik dilakukan pada rentang waktu selama satu jam untuk satu kali pengukuran. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran

yaitu Thermo-hygrometer untuk mengukur kelembaban relatif; Anemometer untuk

mengukur kecepatan udara; Black Globe Thermometer untuk mengukur suhu bola

basah, suhu bola kering dan suhu bola; serta Multichannel Thermometer untuk

mengukur suhu udara dan suhu permukaan.

Rekapitulasi data kelembaban relatif, kecepatan udara, suhu kering, suhu basah dan suhu bola di dalam dan luar ruangan lantai produksi lini 2 PT. Sinar Sosro dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.

Tabel 5.1. Rekaman Data Indikator Termal Shift 3 Titik 1 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

16:00‐17:00  52.8  0  32.6  37.8  37.4 

17:00‐18:00  54  0  31.1  37.2  37.6 

18:00‐19:00  56.2  0  29.9  36.9  37.5 

19:00‐20:00  60.9  0  29.8  36.7  37.6 

20:00‐21:00  53.6  0  30  35  37 

21:00‐22:00  55.1  0  28.3  35.2  37.8 

22:00‐23:00  54.9  0  28.2  34.7  37.5 

23:00‐24:00  55.9  0  27.9  34.4  37.5 

Titik 2 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 


(60)

16:00‐17:00  51.6  0  32.5  37.2  37.3 

17:00‐18:00  54.2  0  31.3  36.5  37.4 

18:00‐19:00  55.8  0  30.2  36.3  37.4 

19:00‐20:00  60.9  0  29.8  36  37.4 

20:00‐21:00  54  0  30.1  34.5  37 

21:00‐22:00  55.2  0  28.6  34.5  37.2 

22:00‐23:00  54.6  0  28.3  34.5  37.2 

23:00‐24:00  55.4  0  28  33  37.5 

Titik 3 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

16:00‐17:00  56.2  0  32.8  37.5  37.4 

17:00‐18:00  54.3  0  31.5  37.2  37.6 

18:00‐19:00  56.2  0  30.4  36.9  37.5 

19:00‐20:00  61  0  30.3  36.7  37.2 

20:00‐21:00  54.2  0  30.5  35  37.1 

21:00‐22:00  55.4  0  29.1  35.2  37.3 

22:00‐23:00  54.2  0  29  34.7  37.4 

23:00‐24:00  55.8  0  28.1  34.4  37.4 

Titik 4 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

16:00‐17:00  56.3  0  32.5  37.4  37.5 

17:00‐18:00  54.3  0  31.3  37  37.8 


(61)

19:00‐20:00  61.2  0  30.1  36.5  37.3 

20:00‐21:00  54.2  0  30.2  34.8  37.2 

21:00‐22:00  55.6  0  29  35.2  37.5 

22:00‐23:00  54.4  0  28.8  34.7  37.6 

23:00‐24:00  56  0  27.8  34.6  37.4 

Titik 5 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

16:00‐17:00  56.4  0  32.5  37.4  37.5 

17:00‐18:00  54.5  0  31.2  37.1  37.7 

18:00‐19:00  56.5  0  30.2  37  37.7 

19:00‐20:00  61.5  0  30.1  36.5  37.4 

20:00‐21:00  54.7  0  30  34.8  37.1 

21:00‐22:00  56  0  29  35.2  37.4 

22:00‐23:00  55.1  0  28.8  34.7  37.6 

23:00‐24:00  55.4  0  27.8  34.7  37.2 

Titik 6 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

16:00‐17:00  55.6  0  32.9  37.5  37.5 

17:00‐18:00  54  0  31.5  37.3  37.6 

18:00‐19:00  54.3  0  30.5  37.2  37.6 

19:00‐20:00  60.3  0  30.2  37  37.3 


(62)

21:00‐22:00  53.2  0  29.2  35.6  37.1 

22:00‐23:00  52.8  0  29.4  34.5  37.1 

23:00‐24:00  54.6  0  28.2  34.5  37.5 

Titik 7 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

16:00‐17:00  52.4  0.22  31.5  36.5  36.2 

17:00‐18:00  53.4  0.17  30.2  36.3  35.9 

18:00‐19:00  55.6  0.2  28.8  35.8  35.8 

19:00‐20:00  60.8  0.14  28.8  36  36 

20:00‐21:00  60.2  0.7  29.3  34.6  35.6 

21:00‐22:00  55.6  0.16  27.8  34.2  36.4 

22:00‐23:00  56.7  0.19  27.4  33.6  36.5 

23:00‐24:00  56.8  0.17  27.5  33.5  35.8 

 

Tabel 5.2. Rekaman Data Indikator Termal Shift 2  Titik 1 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  57.7  0  28.8  34  37.6 

09:00‐10:00  59.2  0  29  34.5  37.5 

10:00‐11:00  58.9  0  29.4  34.2  36.9 


(63)

12:00‐13:00  55.3  0  29  34.8  37.7 

13:00‐14:00  59.6  0  29.7  36.2  37.5 

14:00‐15:00  59.6  0  30  36.3  37.2 

15:00‐16:00  57  0  32.2  36.8  37.4 

Titik 2 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  58.2  0  28.2  33.6  37.4 

09:00‐10:00  58.8  0  28.2  34.3  37.2 

10:00‐11:00  57  0  28.3  33.4  36.9 

11:00‐12:00  55.1  0  28.5  34.2  37.2 

12:00‐13:00  55.2  0  29.1  34.4  37.4 

13:00‐14:00  58.5  0  29.1  35.6  37.2 

14:00‐15:00  59.4  0  29.1  35.9  36.9 

15:00‐16:00  57.3  0  31.6  36.4  37 

Titik 3 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  58.5  0  28.5  33.7  37.2 

09:00‐10:00  59  0  28.7  34.4  37.3 

10:00‐11:00  57.2  0  28.6  33.6  36.9 

11:00‐12:00  55.3  0  28.8  34.4  37.3 

12:00‐13:00  55.5  0  28.4  34.6  37.5 


(64)

14:00‐15:00  59.1  0  29.3  36  37.1 

15:00‐16:00  57.5  0  32  36.6  37.1 

Titik 4 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  58.4  0  28.3  33.8  37.2 

09:00‐10:00  58.9  0  28.5  34.5  37.3 

10:00‐11:00  57.7  0  28.4  33.7  36.9 

11:00‐12:00  55.2  0  28.6  34.5  37.3 

12:00‐13:00  55.4  0  28.2  34.7  37.5 

13:00‐14:00  58.2  0  29.2  35.7  37.3 

14:00‐15:00  59  0  29.1  36.1  37.1 

15:00‐16:00  57.5  0  31.8  36.7  37.1 

Titik 5 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  57.8  0  28.7  33.7  37.5 

09:00‐10:00  58.3  0  28.9  34.4  37.4 

10:00‐11:00  57.1  0  29.3  33.6  36.8 

11:00‐12:00  54.6  0  29  34.4  37.3 

12:00‐13:00  54.8  0  28.9  34.6  37.6 

13:00‐14:00  57.6  0  29.6  35.6  37.4 

14:00‐15:00  58.4  0  29.9  36  37.1 


(65)

Titik 6 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  58  0  28.9  33.6  37.5 

09:00‐10:00  59.5  0  29.1  34.3  37.3 

10:00‐11:00  59.2  0  29.5  33.5  37 

11:00‐12:00  55.2  0  29.2  34.3  37.2 

12:00‐13:00  55.6  0  29.1  34.5  37.6 

13:00‐14:00  59.9  0  29.8  35.5  37.4 

14:00‐15:00  59.9  0  30.1  35.9  37.1 

15:00‐16:00  57.3  0  32.3  36.5  37.2 

Titik 7 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

08:00‐09:00  56  0.13  26.8  32.8  37.5 

09:00‐10:00  57.5  0.22  27  33.3  37.4 

10:00‐11:00  57.2  0.3  27.4  33  36.8 

11:00‐12:00  53.2  0.14  27.1  33.4  37.3 

12:00‐13:00  53.6  0.17  27  33.6  37.6 

13:00‐14:00  57.9  0.13  27.7  35  37.4 

14:00‐15:00  57.9  0.24  28  35.1  37.1 

15:00‐16:00  55.3  0.33  30.2  35.6  37.3 


(66)

Rekapitulasi rata-rata data pengukuran suhu dengan menggunakan multichannel thermometer dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.

Tabel 5.3. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu Rata-rata dengan Menggunakan Multichannel Thermometer Shift 2 (dalam derajat celcius)

Jam 

Ketinggian (meter) 

0.1  0.5  1.1  2.5  5.7  1.1  (globe) 

5.7  (globe)

Rata‐rata  36.12 36.96 37.51 38.18 39.43 41.07 40.07 40.39 40.54

Tabel 5.4. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu Rata-rata dengan Menggunakan Multichannel Thermometer Shift 3 (dalam derajat celcius)

Jam 

Ketinggian (meter) 

0.1  0.5  1.1  2.5  5.7  1.1  (globe) 

5.7  (globe)

Rata‐rata  33.83 35.13 35.29 35.48 36.53 38.20 37.49 37.45 37.07

 

5.2. Pengumpulan Data Personal

Pada lantai produksi lini 2 formasi A terdapat 20 orang operator selain

operator bagian kitchen. Pembagian pekerjaan terdiri dari: 3 orang pada

masing-masing 4 group selektor, 1 orang crater, 1 orang de-crater, 1 orang crate washer, 3 orang bottle washer dan 2 orang filler.

Rekapitulasi data personal operator lantai produksi PT. Sinar Sosro Lini 2 dapat dilihat pada Tabel 5.5.


(67)

Tabel 5.5. Data Personal Operator Lantai Produksi PT. Sinar Sosro Lini 2

No.  Nama  Posisi Jabatan 

Umur  (tahun) 

Berat  Badan 

(kg) 

Tinggi  Badan  (cm) 

Jenis  Baju 

Jenis  Sepatu 

1  Operator 1  Group 1  28  64  160  Uniform  ‐‐ 

2  Operator 2  Group 1  29  60  170  Uniform  SS 

3  Operator 3  Group 1  24  60  172  Uniform  SS 

4  Operator 4  Group 2  28  60  175  Uniform  SS 

5  Operator 5  Group 2  24  51  161  Uniform  ‐‐ 

6  Operator 6  Group 2  24  58  166  Uniform  ‐‐ 

7  Operator 7  Group 3  28  64  167  Uniform  ‐‐ 

8  Operator 8  Group 3  26  75  175  Uniform  SS 

9  Operator 9  Group 3  33  58  160  Uniform  SS 

10  Operator 10  Group 4  32  50  160  Uniform  SS 

11  Operator 11  Group 4  36  50  160  Uniform  SS 

12  Operator 12  Group 4  21  54  160  Uniform  ‐‐ 

13  Operator 13  Crater  45  68  170  Uniform  SS 

14  Operator 14  De‐Crater  34  84  170  Uniform  SS 

15  Operator 15  Crate Washer  32  55  160  Uniform  SS  16  Operator 16  Bottle Washer  31  110  167  Uniform  SS  17  Operator 17  Bottle Washer  36  72  165  Uniform  SS  18  Operator 18  Bottle Washer  35  70  165  Uniform  SS 

19  Operator 19  Filler  41  51  165  Uniform  SS 

20  Operator 20  Filler  34  69  170  Uniform  SS 


(68)

Keterangan: SS Jenis sepatu safety

-- Selain SS

Pakaian seragam yang digunakan operator dengan jenis t-shirt dan celana panjang. Selain itu operator memakai celana dalam dan kaos kaki.

Adapun Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan operator seperti sarung tangan, katup telinga dan penutup kepala.

5.3. Pengumpulan Data Psikologi Termal

Rekapitulasi data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 sedangkan rekapitulasi data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran Udara operator dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9.

Tabel 5.6. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal Operator Sebelum Bekerja

No.  Nama 

Thermal  Sensation 

Thermal  Comfort 

Thermal  Preference  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3 

1  Operator 1  ‐1 1 1 1  1  0

2  Operator 2  2 3 3 2  2  1

3  Operator 3  2 3 3 1  2  2


(69)

Tabel 5.6. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal Operator Sebelum Bekerja (lanjutan)

No.  Nama 

Thermal  Sensation 

Thermal  Comfort 

Thermal  Preference  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3 

5  Operator 5  0 2 2 2  1  2

6  Operator 6  2 1 1 1  2  2

7  Operator 7  1 2 2 1  2  2

8  Operator 8  1 3 3 1  2  2

9  Operator 9  0 3 3 1  0  1

10  Operator 10  0 2 3 1  1  1

11  Operator 11  2 1 2 0  1  1

12  Operator 12  0 2 1 1  2  1

13  Operator 13  0 3 3 1  2  1

14  Operator 14  3 2 1 2  0  1

15  Operator 15  0 2 2 1  1  1

16  Operator 16  0 2 2 2  1  1

17  Operator 17  3 3 1 2  0  2

18  Operator 18  2 3 3 2  2  2

19  Operator 19  3 2 1 3  2  0

20  Operator 20  3 3 3 2  0  0

 

 


(70)

Tabel 5.7. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal Operator Sesudah Bekerja

No.  Nama 

Thermal  Sensation 

Thermal  Comfort 

Thermal  Preference  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3 

1  Operator 1  3 ‐1 3 0  1  0

2  Operator 2  3 2 2 0  2  0

3  Operator 3  3 0 2 0  2  0

4  Operator 4  3 3 2 2  1  0

5  Operator 5  1 2 0 1  1  0

6  Operator 6  3 2 3 1  2  0

7  Operator 7  2 2 3 1  2  0

8  Operator 8  2 3 1 1  2  1

9  Operator 9  2 0 3 1  0  1

10  Operator 10  2 0 1 0  1  1

11  Operator 11  3 2 2 0  1  0

12  Operator 12  0 3 0 0  2  1

13  Operator 13  3 1 2 0  1  1

14  Operator 14  3 3 2 2  0  2

15  Operator 15  3 2 2 1  1  2

16  Operator 16  2 2 3 2  1  1

17  Operator 17  3 2 2 1  0  0

18  Operator 18  2 1 2 2  1  0

19  Operator 19  2 2 3 0  2  2

20  Operator 20  3 3 2 0  0  1


(71)

Tabel 5.8. Data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran Udara Operator Sebelum Bekerja

No.  Nama 

Air Flow  Sensation 

Air Flow  Preference  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3 

1  Operator 1  0 0 1  1 

2  Operator 2  1 0 2  1 

3  Operator 3  1 0 2  1 

4  Operator 4  0 0 1  1 

5  Operator 5  0 1 0  1 

6  Operator 6  0 1 1  2 

7  Operator 7  1 1 2  2 

8  Operator 8  1 1 2  0 

9  Operator 9  1 0 1  0 

10  Operator 10  1 1 1  0 

11  Operator 11  0 0 1  0 

12  Operator 12  1 1 1  1 

13  Operator 13  1 1 1  0 

14  Operator 14  0 1 1  0 

15  Operator 15  1 1 1  1 

16  Operator 16  1 1 1  0 

17  Operator 17  0 1 1  0 

18  Operator 18  1 1 2  1 

19  Operator 19  1 1 2  0 

20  Operator 20  0 0 1  1 


(72)

Tabel 5.9. Data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran Udara Operator Sesudah Bekerja

No.  Nama 

Air Flow  Sensation 

Air Flow  Preference  Shift 2  Shift 3  Shift 2  Shift 3 

1  Operator 1  0 1 1  0 

2  Operator 2  2 2 2  1 

3  Operator 3  2 1 2  2 

4  Operator 4  0 1 1  2 

5  Operator 5  0 1 0  0 

6  Operator 6  1 0 1  1 

7  Operator 7  1 1 2  2 

8  Operator 8  1 1 2  2 

9  Operator 9  1 0 1  0 

10  Operator 10  1 1 1  1 

11  Operator 11  0 2 1  0 

12  Operator 12  1 0 1  0 

13  Operator 13  1 1 1  1 

14  Operator 14  0 1 1  0 

15  Operator 15  1 2 1  2 

16  Operator 16  1 0 1  1 

17  Operator 17  0 1 1  0 

18  Operator 18  1 2 1  1 

19  Operator 19  1 1 1  1 

20  Operator 20  0 1 1  1 


(73)

5.4. Pengumpulan Data Denyut Nadi

Data denyut nadi operator lantai produksi PT. Sinar Sosro Lini 2 sebelum dan sesudah bekerja dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Data Denyut Nadi Operator Lantai Produksi PT. Sinar Sosro Lini 2

No.  Nama 

Umur  (tahun) 

Berat  Badan 

(kg) 

Denyut Nadi  

Shift 2  Shift 3  Sebelum  Sesudah  Sebelum  Sesudah 

1  Operator 1  28  64  68  74  66  65 

2  Operator 2  29  60  80  84  84  85 

3  Operator 3  24  60  72  84  80  83 

4  Operator 4  28  60  68  73  65  61 

5  Operator 5  24  51  80  85  78  88 

6  Operator 6  24  58  74  87  75  75 

7  Operator 7  28  64  67  78  68  64 

8  Operator 8  26  75  70  79  75  74 

9  Operator 9  33  58  65  75  68  69 

10  Operator 10  32  50  78  80  79  81 

         


(74)

Tabel 5.10. Data Denyut Nadi Operator Lantai Produksi PT. Sinar Sosro Lini 2 (lanjutan)

No.  Nama 

Umur  (tahun) 

Berat  Badan 

(kg) 

Denyut Nadi  

Shift 2  Shift 3  Sebelum  Sesudah  Sebelum  Sesudah 

11  Operator 11  36  50  75  78  74  73 

12  Operator 12  21  54  82  85  88  89 

13  Operator 13  45  68  90  98  95  107 

14  Operator 14  34  84  65  64  74  61 

15  Operator 15  32  55  84  88  88  91 

16  Operator 16  31  110  79  81  82  84 

17  Operator 17  36  72  74  78  74  79 

18  Operator 18  35  70  69  78  62  65 

19  Operator 19  41  51  77  74  78  89 

20  Operator 20  34  69  84  75  74  88 

 

5.5. Pengolahan Data

5.5.1. Perhitungan Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola)


(75)

Tabel 5.11. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola yang Diperkenankan

  Sumber: KEP.51/MEN/1999 

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:

ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :

ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola

Catatan :

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 Kilo kalori/jam 2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori >200 – 350 Kilo kalori/jam


(76)

Sebagai contoh perhitungan ISBB di titik 1 pada jam 16:00 adalah sebagai berikut:

ISBB = (0,7 x 32,6) + (0,3 x 37,4) = 34,04 0C

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas dapat diperoleh nilai ISBB pada waktu dan titik yang berbeda pada Tabel 5.12 dan Tabel 5.13.

Tabel 5.12. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola) Shift 3 (16:00-24:00)

Titik 1 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 

16:00‐17:00  52.8  0  32.6  37.8  37.4  34.04 

17:00‐18:00  54  0  31.1  37.2  37.6  33.05 

18:00‐19:00  56.2  0  29.9  36.9  37.5  32.18 

19:00‐20:00  60.9  0  29.8  36.7  37.6  32.14 

20:00‐21:00  53.6  0  30  35  37  32.1 

21:00‐22:00  55.1  0  28.3  35.2  37.8  31.15 

22:00‐23:00  54.9  0  28.2  34.7  37.5  30.99 

23:00‐24:00  55.9  0  27.9  34.4  37.5  30.78 

Titik 2 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 


(77)

17:00‐18:00  54.2  0  31.3  36.5  37.4  33.13 

18:00‐19:00  55.8  0  30.2  36.3  37.4  32.36 

19:00‐20:00  60.9  0  29.8  36  37.4  32.08 

20:00‐21:00  54  0  30.1  34.5  37  32.17 

21:00‐22:00  55.2  0  28.6  34.5  37.2  31.18 

22:00‐23:00  54.6  0  28.3  34.5  37.2  30.97 

23:00‐24:00  55.4  0  28  33  37.5  30.85 

Titik 3 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 

16:00‐17:00  56.2  0  32.8  37.5  37.4  34.18 

17:00‐18:00  54.3  0  31.5  37.2  37.6  33.33 

18:00‐19:00  56.2  0  30.4  36.9  37.5  32.53 

19:00‐20:00  61  0  30.3  36.7  37.2  32.37 

20:00‐21:00  54.2  0  30.5  35  37.1  32.48 

21:00‐22:00  55.4  0  29.1  35.2  37.3  31.56 

22:00‐23:00  54.2  0  29  34.7  37.4  31.52 

23:00‐24:00  55.8  0  28.1  34.4  37.4  30.89 

Titik 4 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 

16:00‐17:00  56.3  0  32.5  37.4  37.5  34 

17:00‐18:00  54.3  0  31.3  37  37.8  33.25 


(78)

19:00‐20:00  61.2  0  30.1  36.5  37.3  32.26 

20:00‐21:00  54.2  0  30.2  34.8  37.2  32.3 

21:00‐22:00  55.6  0  29  35.2  37.5  31.55 

22:00‐23:00  54.4  0  28.8  34.7  37.6  31.44 

23:00‐24:00  56  0  27.8  34.6  37.4  30.68 

Titik 5 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 

16:00‐17:00  56.4  0  32.5  37.4  37.5  34 

17:00‐18:00  54.5  0  31.2  37.1  37.7  33.15 

18:00‐19:00  56.5  0  30.2  37  37.7  32.45 

19:00‐20:00  61.5  0  30.1  36.5  37.4  32.29 

20:00‐21:00  54.7  0  30  34.8  37.1  32.13 

21:00‐22:00  56  0  29  35.2  37.4  31.52 

22:00‐23:00  55.1  0  28.8  34.7  37.6  31.44 

23:00‐24:00  55.4  0  27.8  34.7  37.2  30.62 

Titik 6 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 

16:00‐17:00  55.6  0  32.9  37.5  37.5  34.28 

17:00‐18:00  54  0  31.5  37.3  37.6  33.33 

18:00‐19:00  54.3  0  30.5  37.2  37.6  32.63 

19:00‐20:00  60.3  0  30.2  37  37.3  32.33 


(79)

21:00‐22:00  53.2  0  29.2  35.6  37.1  31.57 

22:00‐23:00  52.8  0  29.4  34.5  37.1  31.71 

23:00‐24:00  54.6  0  28.2  34.5  37.5  30.99 

Titik 7 

Jam  Kelembaban  Relatif (%) 

Kecepatan  Udara 

(m/s) 

Suhu  Basah 

(0C) 

Suhu  Kering 

(0C) 

Suhu  Bola (0C) 

ISBB  (0C) 

16:00‐17:00  52.4  0.22  31.5  36.5  36.2  32.91 

17:00‐18:00  53.4  0.17  30.2  36.3  35.9  31.91 

18:00‐19:00  55.6  0.2  28.8  35.8  35.8  30.9 

19:00‐20:00  60.8  0.14  28.8  36  36  30.96 

20:00‐21:00  60.2  0.7  29.3  34.6  35.6  31.19 

21:00‐22:00  55.6  0.16  27.8  34.2  36.4  30.38 

22:00‐23:00  56.7  0.19  27.4  33.6  36.5  30.13 

23:00‐24:00  56.8  0.17  27.5  33.5  35.8  29.99 

 

 


(80)

 

Gambar 5.3. Kecepatan Udara Shift 3

 


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)