PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM KOLOID.

(1)

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING PADA MATERI SISTEM KOLOID

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Konsentrasi Kimia SL

Oleh SITI SOLIHAH

1101573

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING PADA MATERI SISTEM KOLOID

Oleh Siti Solihah S.Si. UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Konsentrasi Kimia SL

© Siti Solihah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Hernani, M.Si NIP. 196711091991012001

Pembimbing II,

Dr. Sri Mulyani, M.Si NIP. 1961111519860120016

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPA SPs UPI

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M. Si NIP. 195807121983032002


(4)

ii Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis dan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Sistem Koloid. Siti Solihah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. (2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir logis dan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi sistem koloid. Keterampilan berpikir logis diukur dalam lima jenis penalaran, yaitu: penalaran proporsional, pengontrolan variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasional dan penalaran kombinatorial. Sementara itu, kemampuan berpikir kritis diukur melalui sembilan subindikator, yaitu mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, memberikan penjelasan sederhana, memberikan contoh, mengemukakan hipotesis, merancang eksperimen, melaporkan hasil observasi, menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan, menerapkan konsep dan mengklasifikasikan. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dan melibatkan 79 siswa kelas XI di salah satu SMA negeri di Kota Bandung. Data dikumpulkan melalui tes tertulis keterampilan berpikir logis dan berpikir kritis, LKS, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat terlaksana dengan baik. Peningkatan kemampuan berpikir logis siswa kelas eksperimen berbeda secara signifikan dari kelas kontrol. Pada sebagian besar jenis penalaran, keterampilan berpikir logis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen juga berbeda secara signifikan dari kelas kontrol. Pada sebagian subindikator, peningkatan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir logis dan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran inkuiri. Hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam pengembangan pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir logis dan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: keterampilan berpikir logis, keterampilan berpikir kritis, pembelajaran inkuiri terbimbing, sistem koloid


(5)

iii Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRACT

The Development of Students’ Logical and Critical Thinking Skills Through Guided-Inquiry Learning of Colloid System. Siti Solihah. Science Education. (2013)

The purpose of this research is to develop students’ logical and critical thinking skills through guided-inquiry learning of Colloid System. Logical thinking skills were measured in five reasoning type, those are proportional reasoning, variable controlling, probability reasoning, correlational reasoning and combinatorial reasoning. Meanwhile, critical thinking skills were measured for nine sub-indicators, those are to identify or to formulate question, to give simple reason, to give example, to hypothesize, to design experiment, to report observation result, to draw conclusion out investigation result, to apply concept, and to classify. This research used quasi-experimental design and involved 79 eleventh grade students in one of state senior high school in Bandung. Data were collected through logical and critical thinking written test, students’ worksheet (LKS), and observation sheet. The result showed that the stages of guided-inquiry learning were conducted properly. The improvement of students’ logical thinking skills in experiment class is significantly different than that of control class. For most of reasoning skills, students’ logical thinking skills in experiment class were higher than those of control class. The improvement of students’ critical thinking skills in experiment class was higher than that of control class. In several sub-indicators, the improvement of students’ critical thinking in experiment class was higher than that of control class. Based on this result, it can be concluded that students’ logical and critical thinking skills can be improved through guided-inquiry learning. The result of this research could contribute in the development of learning which seek to improve students’ logical and thinking skills.

Keywords: Logical thinking skills, critical thinking skills, guided-inquiry learning, colloid system


(6)

iv Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid


(7)

vi

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Definisi Operasional ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat penelitian ... 9

G. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A. Pembelajaran Inkuiri 1. Pengertian ... 11

2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri ... 14

3. Tingkatan Inkuiri ... 15

4. Standar Isi Sains Sebagai Inkuiri ... 17

5. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 18

6. Tahapan-Tahapan Inkuiri ... 19

7. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri ... 23

B. Kajian Tentang keterampilan Berpikir Logis ... 25

C. Kajian tentang Keterampilan Berpikir Kritis ... 29

1. Pengertian Berpikir Kritis ... 29

2. Indikator keterampilan Berpikir Kritis ... 30

D. Kajian Tentang Koloid ... 35

1. Pengertian Sistem Koloid ... 35

2. Jenis-jenis Koloid... 37

3. Sifat-Sifat Koloid ... 37

4. Pembuatan Sistem koloid ... 43

E. Kerangka Berpikir ... 46


(8)

vii

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Metode dan Desain Penelitian ... 50

B. Subjek Penelitian ... 51

C. Prosedur penelitian ... 51

D. Instrumen Penelitian ... 54

E. Teknik Pengolahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri ... 62

2. Capaian Kemampuan Berpikir Logis ... 68

3. Capaian Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

4. Temuan dan Pembahasan ... 87

1. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri ... 87

2. Kemterampilan Berpikir Logis ... 93

3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(9)

viii

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 30

2.2. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan Suspensi ... 36

2.3. Jenis-jenis Sistem Koloid ... 38

2.4. Perbandingan Sifat Sol Liofil dan liofob ... 42

3.1. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 54

3.2. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 55

3.3. Kriteria Reliabilitas Soal ... 57

3.4. Interpretasi Nilai N-gain ... 58

3.5. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 60

4.1. Hasil Observasi Pembelajaran dan LKS pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 63

4.2. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Beserta Keterampilan Berpikir Yang Dikembangkan .... 65

4.3. Uji Statistik Capaian Berpikir Logis Siswa Keselurahan ... 69

4.4. Uji Statistik Peningkatan Berpikir Logis Siswa pada Jenis Penalaran Proporsional ... 71

4.5. Uji Statistik Capaian Berpikir Logis Siswa pada Jenis Pengontrolan Variabel ... 72

4.6. Uji Statistik Capaian Berpikir Logis siswa pada Jenis Penalaran Probabilitas ... 73

4.7. Uji Statistik Capaian Berpikir Logis Siswa pada Jenis Penalaran Korelasional ... 74

4.8.Uji Statistik Capaian Berpikir Logis Siswa pada Jenis Penalaran Kombinatorial ... 75

4.9. Uji Statistik Capaian Berpikir Kritis Siswa Keselurahan ... 76

4.10. Uji Statistik Peningkatan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mengidentifikasi atau Merumuskan Pertanyaan ... 79

4.12. Uji Statistik Capaian Berpikir kritis pada sub Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana ... 80

4.13. Uji Statistik Capaian Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Menyebutkan Contoh 81 4.14. Uji Statistik Capaian Berpikir Kritis Siswa pada Sub-Indikator Melaporkan Hasil Observasi ... 82


(10)

ix

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.16. Uji Statistik Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Merancang Eksperimen ... 84 4.17. Uji Statistik Capaian Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Menarik Kesimpulan dari

Hasil Menyelidiki ... 85 4.18. Uji Statistik Capaian Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Menerapkan Konsep ... ..86 4.19. Uji Statistik Capaian Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mengklasifikasikan .. ..87


(11)

x

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Contoh Campuran ... 36

2.2. Efek Tyndall... 38

2.3. Ilustrasi Gerak Brown ... 38

2.4. Sel Elektroforesis ... 39

2.5. Proses Dialisis ... 41

2.6. Pembuatan Koloid dengan Proses Busur Listrik ... 46

3.1. Desain Penelitian ... 50

3.2. Alur Penelitian ... 52

4.1. Keterlaksanaan inkuiri tiap Pertemuan ... 64

4.2. Sebaran peningkatan Berpikir Logis Pada kelas Kontrol dan Eksperimen ... 69

4.3. Sebaram Capaian Berpikir Logis Siswa pada masing-masing jenis penalaran ... 70

4.4. Capaian berpikir logis Siswa pada Jenis Penalaran Proporsional ... 71

4.5. Capaian berpikir logis Siswa pada Jenis Pengontrolan Variabel ... 72

4.6. Capaian berpikir logis Siswa pada Jenis Penalaran Probabilitas ... 73

4.7. Capaian berpikir logis Siswa pada Jenis Penalaran korelasional... 74

4.8. Capaian berpikir logis Siswa pada Jenis Penalaran Kombinatorial ... 75

4.9. Sebaran peningkatan Berpikir Kritis Pada kelas Kontrol dan Eksperimen ... 76

4.10. Sebaram Capaian Berpikir Kritis Siswa pada masing-masing sub indikator ... 77

4.11. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Mengidentifikasi atau Merumuskan Pertanyaan ... 78

4.12. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Memberikan Penjelasan Sederhana ... 79

4.13. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Menyebutkan Contoh ... 80

4.14. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Melaporkan Hasil Observasi ... 81

4.15. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Mengemukakan Hipotesis ... 82


(12)

xi

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.16. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Merancang Eksperimen ... 83 4.17. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Menarik Kesimpulan dari

Hasil Menyelidiki ... 84 4.18. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Menerapkan Konsep .85 4.19. Capaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub indikator Mengklasifikasikan....86


(13)

xii

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas eksperimen ………..….…..111

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol...143

3. Hasil Optimalisasi Praktikum...147

Lampiran B 1. Lembar Kerja Siswa...153

2. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Logis...186

3. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis...……….….………..…….197

4. Butir Soal Keterampilan Berpikir Logis...……….….………..……..….213

5. Butir Soal Keterampilan Berpikir Kritis...……….….………..……..….220

6. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran...……….………228

Lampiran C 1. Data N-gain Siswa...231

2. Data Reliabilitas Butir Soal………...279

3. Nilai LKS……….………281

4. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran...………...283

5. Hasil Uji Statistik……….…..………...284

Lampiran D 1. Foto-foto Penelitian...297

Lampiran E Riwayat Hidup...300


(14)

1

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang saat ini. Ilmu pengetahuan tersebut berkembang sesuai dengan jenis fenomena yang terjadi. Salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki dan menunjukkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan disiplin ilmu lainnya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi memiliki karakteristik khusus yang meliputi aspek pembelajaran produk dan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Selain itu pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).

Kimia merupakan salah satu rumpun ilmu yang termasuk ke dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mengkhususkan bahasannya pada struktur dan komposisi zat, perubahan, dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Tujuan mata pelajaran kimia ini dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diantaranya adalah memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain serta memahami konsep, prinsip, hukum,


(15)

2

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Menurut BSNP (2006), mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses penemuan konsep, sehingga yang diperoleh siswa tidak hanya kimia sebagai produk tetapi juga dapat melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah yaitu kimia sebagai proses. Hal ini sejalan dengan PERMENDIKNAS No 23 Tahun 2006 mengenai standar kelulusan SMA bahwa siswa SMA harus memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan standar kelulusan SMA tersebut kemampuan berpikir logis merupakan salah satu kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan berpikir logis merupakan perkembangan kognitif pada tingkatan operasional formal pada jenjang usia 11 tahun ke atas (Piaget dalam Santrock, 2003). Pada tingkatan ini, pemikiran remaja menjadi lebih abstrak, idealistis dan logis. Berpikir logis diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu (Tawil, 2006). Berpikir secara logis juga berarti selain memikirkan diri kita sendiri juga harus memperhatikan lingkungan, serta berpikir tentang akibat yang tidak terbawa emosi.

Kemampuan berpikir logis biasa dikenal juga dengan kemampuan menalar. Suhartono (2005) menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa untuk mengomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga


(16)

3

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mampu mengembangkannya. Sifat tidak puas yang secara alamiah ada dalam diri manusia mendorong manusia untuk selalu ingin mengubah keadaan. Ketidakpuasan tersebut menimbulkan perubahan-perubahan sehingga tercipta peradaban dunia yang maju. Kemajuan yang dihasilkan oleh akal dan pikiran manusia membawa dampak positif dan negatif.

Selain keterampilan berpikir logis, keterampilan berpikir kritis juga merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis dalam Costa, 1985). Dengan keterampilan berpikir kritis ini siswa diharapkan harus mampu menumbuhkan dan meningkatkan dimensi pemahaman, pengertian dan keterampilan untuk memahami kenyataan dan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan kesehariannya ditengah keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan pergaulan yang lebih luas dalam masyarakat (Fatturohman, 2007). Selain itu menurut Rustaman (2008) pembiasaan berpikir perlu ditanamkan sejak dini melalui pembelajaran sains/IPA.

Pembinaan berpikir kritis di semua tingkat pendidikan dirasakan sangat penting. sehingga bagaimana mengajar siswa untuk berpikir kritis merupakan masalah penting dalam pendidikan (Astleitner, 2002.;Facione, 2007; Paul, 1995 dalam Qing et al, 2009). Mengembangkan berpikir kritis siswa telah dianggap salah satu dari tujuan primer pendidikan mengingat pengembangan berpikir kritis adalah salah satu elemen utama dari literasi sains. Pembelajaran kimia, seperti disiplin ilmu lainnya baik ilmu pengetahuan dan seni berusaha untuk memfasilitasi pengembangan berpikir kritis siswa melalui pendekatan instruksional yang sesuai (Qing et al, 2009).

Berbagai macam pengetahuan berhasil dikembangkan manusia dengan beragam metode berpikir. Berpikir logis dan kritis menjadi keterampilan yang harus dimiliki


(17)

4

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

oleh siswa, karena melalui dua keterampilan ini ilmu pengetahuan dapat berkembang serta cara menghadapi dampak permasalahan yang ditimbulkan dari berkembangnya ilmu pengetahuan dapat diatasi. Sehingga, pendekatan instruksional yang sesuai untuk mengembangkan kedua keterampilan ini perlu diteliti.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Bird (2010) memperlihatkan bahwa sebagian besar maha siswa yang belajar kimia umum pada semester pertama belum mencapai tingkat operasional formal (19 % dalam tahap konkrit, 40 % tahap transisi, dan 41% tahap operasional formal). Pada umumnya mahasiswa kurang mampu saat menghubungkan satu konsep dengan konsep lain untuk menjelaskan fenomena yang terjadi (penalaran korelasional). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurang dari 50 persen mahasiswa yang telah lulus SMA ada pada tahapan perkembangan kognitif yang seharusnya. Perkembangan kognitif yang terlambat ini ditengarai akan menimbulkan banyak kesulitan ketika mengembangkan inkuiri ilmiah siswa (Liliasari, 2009).

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, proses pembelajaran kimia di lapangan sebagian besar menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa berperan pasif dan cenderung hanya sebagai penerima ilmu pengetahuan sehingga implikasinya menyebabkan perkembangan kognitif siswa menjadi terlambat. Seringkali siswa dituntut banyak mempelajari konsep dan prinsip sains secara hafalan. Cara pembelajaran seperti ini menghasilkan siswa yang hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan tanpa makna, padahal banyak konsep ataupun prinsip sains yang perlu dipelajari secara bermakna. Belajar bukan hanya sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir (Sanjaya, 2010). Demikian pula untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa akan mengalami kesulitan, karena pola berpikir kritis sejalan dengan inkuiri


(18)

5

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sains (Liliasari, 2009). Keterampilan berpikir dapat diajarkan (Nickerson dalam Liliasari, 2009), karena itu perlu ditemukan pola pembelajaran sains yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir logis dan kritis siswa.

Menurut Liliasari (2009) karakteristik pengembangan keterampilan berpikir kritis memiliki kemiripan sifat dengan inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2010). Menurut Bybee (dalam Rustaman, 2005) inkuiri adalah proses dimana siswa belajar dengan memanfaatkan keingintahuannya untuk berpikir dan bertindak sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis, melalui pertanyaan/permasalahan dengan tepat, dan mempresentasikan hasilnya. Sedangkan menurut Hebrank (dalam Rustaman, 2005) inkuiri merupakan seni bertanya IPA tentang gejala alam dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan kata lain menurut Trowbridge (dalam Saliman, 2009) inkuiri sebagai suatu proses pendefinisian dan penyelidikan masalah, formulasi hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan.

Kegiatan observasi dan eksperimen yang dilaksanakan di sekolah biasanya berupa kegiatan laboratorium. Kegiatan labolatorium yang paling umum digunakan di sekolah atau di perguruan tinggi adalah model tradisional, yaitu model deduktif terstruktur. Dalam eksperimen tradisional, semua petunjuk sudah disediakan secara rinci dan biasa disebut sebagai eksperimen resep masakan (cookbook-recipe experiment) (Longo, 2011). Praktikum seperti ini memiliki tuntutan kognitif yang rendah, seperti yang diungkapkan Toothacker (dalam Krishner, 1988) menunjukkan bahwa pendekatan eksperimen tradisional ini tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara signifikan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh


(19)

6

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

A’Echvarria (2011) pada kegiatan eksperimen yang terlalu tertutup, akan membatasi perkembangan kemampuan siswa.

Menurut Longgo (2011) melalui kegiatan pembelajaran menggunakan metode inkuiri berbasis laboratorium guru dapat memicu keingintahuan, motivasi dan kreativitas siswa sehingga mampu membawa pembelajaran sains ke dunia nyata. Begitu pula yang diungkapkan oleh Corder dan Slykhuis (2011), pembelajaran dengan metode inkuiri dengan percobaan memotivasi siswa memikirkan eksplanasi dasar, mengungkapkan pendapat, dan mengorganisasi data. Melakukan kegiatan sains dengan inkuiri memberi pemahaman pengetahuan, berpikir dasar dan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan sikap kritis, logis, sistematis, disiplin, objektif, jujur, kooperatif, rasa ingin tahu, senang belajar sains (Rustaman, 2005).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri laboratorium mampu meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik kesetimbangan kimia (Akhyani, 2008). Sopamea (2009) melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan proses sains siswa pada konsep hasil kali kelarutan, sedangkan Dukalang (2012) mengungkapkan metode praktikum dan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik hidrolisis garam. Pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis inkuiri untuk mengembangkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep koloid siswa pun telah dilakukan oleh Arfianti (2013).

Beberapa penelitian terkait dengan keterampilan berpikir logis dan kritis siswa, diantaranya Renner et al (Santrock, 2003) menyebutkan bahwa pengalaman langsung dalam pembelajaran lebih meningkatkan cara berpikir formal siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah. Penelitian yang dilakukan oleh Bayram (2008) mengungkapkan bahwa prestasi kimia berkorelasi positif terhadap


(20)

7

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kemampuan berpikir logis dan sikap positif terhadap pengajaran ilmu kimia dengan menggunakan metode Pekerjaan Rumah (PR) online. Domin (dalam Qing et al, 2009) menyimpulkan bahwa kegiatan inkuiri laboratorium memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan langsung dan telah terbukti bermanfaat dalam membina berpikir kritis siswa. Penelitian Koray dan Koskal (2009), menunjukkan rerata nilai pada kegiatan laboratorium berbasis pemikiran kreatif dan kritis lebih efektif dari pada kegiatan laboratorium tradisional dalam meningkatkan kedua kemampuan berpikir yaitu kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif. Selain itu, menurut Costa (1985) melakukan percobaan mandiri dapat mendorong berkembangnya berpikir tingkat tinggi.

Untuk memberikan kemampuan berpikir kritis kepada siswa, tidak diajarkan secara khusus sebagai satu mata pelajaran tetapi melalui setiap mata pelajaran aspek berpikir kritis mendapatkan tempat yang utama (Fatturohman, 2007). Artinya setiap kegiatan pembelajaran bisa dijadikan media untuk menggali keterampilan berpikir kritis siswa, termasuk pada topik sistem koloid yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan secara sadar atau tidak hampir setiap hari kita tidak terlepas dari penggunaan koloid. Selain itu, pada materi koloid diperlukan tahapan analisis pada beberapa bagiannya terutama pada pengelompokkan jenis koloid dan analisis sifat-sifat koloid, sehingga materi koloid dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan pemaparan di atas tentang pentingnya keterampilan berpikir logis dan kritis, maka dari itu peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir logis siswa pada materi sistem koloid.


(21)

8

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka secara umum dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “ Bagaimana pengembangan keterampilan berpikir logis dan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi sistem koloid?”

Rumusan tersebut difokuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana keterlaksanaan dari pembelajaran inkuiri pada topik koloid yang

dilakukan?

2. Bagaimana perbandingan capaian kemampuan berpikir logis siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan yang tidak menggunakan inkuiri pada topik koloid?

3. Bagaimana perbandingan capaian kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan yang tidak menggunakan inkuiri pada topik koloid?

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan arah dan jalannya penelitian, maka masalah penelitian dibatasi sebagai berikut:

1. Materi sistem koloid sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi mata pelajaran kimia SMA/MA.

2. Kemampuan berpikir logis menurut Piaget, meliputi: 1) Penalaran proporsional, 2) Pengontrolan variabel, 3) Penalaran probabilitas, 4) Penalaran korelasional dan 5) Penalaran kombinatorial

3. Kemampuan berpikir kritis dengan indikator yang dikemukakan oleh Ennis (1985), yang diteliti meliputi sembilan sub indikator yaitu (1) mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan,(2) memberi penjelasan sederhana, (3) memberikan contoh, (4) mengemukakan hipotesis, (5) merancang eksperimen, (6) melaporkan


(22)

9

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hasil observasi, (7) menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki, (8) menerapkan konsep dan (9) mengklasifikasikan.

4. Inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing berupa bimbingan dalam mengemukakan pertanyaan, mengemukakan hipotesis dan melaporkan hasil observasi.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka beberapa istilah dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2010)

2. Inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya (Mohrig, 2009)

3. Berpikir logis diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu (Tawil, 2006).

4. Berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan pada keputusan untuk menentukan apa yang diyakini atau apa yang harus dilakukan (Ennis, 1985).

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran keterampilan berpikir logis dan kritis melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada


(23)

10

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

topik sistem koloid. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah;

1. Diperoleh model pembelajaran inkuiri pada topik koloid yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir logis dan keterampilan berpikir kritis siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa , sekolah, ataupun pihak yang terkait dengan pendidikan.

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir logis dan kritis

2. Bagi siswa

Melatih keterampilan berpikir logis, serta lebih melatih kemampuan berpikir kritis sehingga proses belajarnya menjadi lebih bermakna.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan, seperti analisis keterampilan berpikir logis dan keterampilan berpikir kritis pada indikator yang belum diteliti.

G. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini disusun menjadi beberapa bab, diantaranya: pada bab 1 pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, penjelasan istilah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pada bab 2 dijabarkan tinjaun pustaka yang meliputi pembelajaran inkuiri, keterampilan berpikir logis, keterampilan berpikir kritis, materi sistem koloid, dan kerangka berpikir. Pada bab 3,


(24)

11

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dijabarkan metode penelitian, meliputi subjek penelitian, alur penelitian, instrumen penelitian dan cara pengolahan data. Pada bab 4 dijabarkan data yang diperoleh dan analisis dari data tersebut. Pada bab 5 dijabarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.


(25)

50

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperiment dengan jenis Nonequivalent Pretest-Post test Control Group Design (Campbell & Stanley, 1963). Model desain ini terdiri atas dua kelompok yang berbeda, akan tetapi hanya satu kelompok saja yang diberi perlakuan, kelompok A diberi perlakuan “ penggunaan pembelajaran inkuiri” dan selanjutnya disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok B diberi perlakuan “ penggunaan pembelajaran praktikum konvensional” dan selanjutnya disebut kelompok kontrol. Yang berperan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan yang menjadi variabel terikat berupa keterampilan berpikir logis dan berpikir kritis. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen (A) O X O

Kontrol (B) O O

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

O = Tes awal dan akhir keterampilan berpikir logis dan keterampilan berpikir kritis X = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri


(26)

51

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kedua kelompok diberi tes yang sama pada awal dan akhir pembelajaran dengan soal yang sama. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, kemudian hasil tes kedua kelompok tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh mana pengaruh model pembelajaran yang telah diimplementasikan terhadap keterampilan berpikir logis dan berpikir kritis siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di sebuah SMA di Kabupaten Bandung. Subjek yang digunakan sebanyak dua kelas (satu kelas kontrol sebanyak 39 orang dan satu kelas eksperimen sebanyak 40 orang) yang kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

C. Prosedur Penelitian


(27)

52

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu teri

Kritis Logis

Optimasi prosedur praktikum dengan tahapan inkuiri

Pretes

Postes

Lembar test tertulis (Keterampilan berpikir logis dan kritis)

Lembar observasi dan LKS

Analisis Data

Kesimpulan

Implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing

Rancangan RPP Pembuatan LKS

Validasi instrumen Pembuatan Instrumen: Butir soal keterampilan

berpikir kritis

Studi pustaka tentang

keterampilan berpikir Analisis dan studi

pustaka pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Analisis Standar Isi Kimia SMA pada materi sistem

koloid

Butir soal keterampilan berpikir logis Instrumen lembar tes tertulis:

perbaikan

Butir soal keterampilan berpikir kritis

Perbaikan

Prosedur praktikum dengan tahapan inkuiri


(28)

53

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Pada dasarnya alur penelitian yang dilakukan terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji kurikulum, variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian (keterampilan berpikir logis dan kritis), langkah selanjutnya adalah pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (dapat dilihat pada lampiran A) dan instrumen penelitian (lembar tes tertulis, LKS dan lembar observasi yang dapat dilihat pada lampiran B). RPP divalidasi oleh dosen pembimbing sedangkan instrumen penelitian yang berupa tes tertulis keterampilan berpikir kritis divalidasi oleh dosen validator yang kompeten. Setelah itu instrumen yang valid digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Program pembelajaran menggunakan model praktikum inkuiri yang telah disusun dan diterapkan pada pembelajaran kimia oleh peneliti. Penerapan program pembelajaran ini memerlukan waktu lima kali pertemuan baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen, yang terdiri dari satu pertemuan untuk tes awal. Pada pertemuan ke dua pembelajaran pada topik penggolongan campuran, pertemuan ketiga pembelajaran pada topik sifat-sifat koloid, dan pertemuan ke empat pembelajaran pada topik pembutan koloid. Pada pertemuan ke lima dilakukan posttest untuk keterampilan berpikir logis dan kritis.


(29)

54

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir setelah program pembelajaran diterapkan dan semua data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. data dari LKS di presentase dan data dari hasil pretest dan posttest keterampilan berpikir logis dan kritis di uji normalitas, homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows. Setelah uji-uji statistik selesai dilakukan, maka dilakukan pembahasan dan dilanjutkan penarikan kesimpulan. Tahap akhir dari tahapan ini adalah penyusunan laporan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri atas lembar test tertulis, LKS dan lembar observasi.

1. Lembar tes tertulis

Lembar tes ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai keterampilan berpikir logis dan berpikir kritis siswa.

a. Soal Tes Berpikir Logis

Bentuk tes keterampilan berpikir logis dibuat sesuai dengan jenis-jenis penalaran berpikir logis yang dikemukakan oleh Piaget, meliputi; penalaran proporsional, pengontrolan variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasional dan penalaran kombinatorial. Untuk memperoleh gambaran mengenai keterampilan berpikir logis siswa digunakan soal standar yang dikembangkan oleh Tobin and Capie dan diterjemahkan oleh Firman (2006) berupa satu paket soal TOLT (Test Of Logical Thinking) dengan jumlah butir soal 10 soal. Tes ini diberikan dalam bentuk pilihan ganda beralasan sesudah dan sebelum perlakuan/ penerapan pembelajaran. Kriteria penskoran TOLT adalah jika jawaban benar dan alasan benar diberi skor 1 dan jika jawaban benar dan alasan salah diberi skor 0, begitupun jika jawaban salah dan alasan benar maka diberi skor 0. Dari hasil


(30)

55

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perhitungan menunjukkan realibilitas soal ini adalah 0,64 (termasuk ke dalam kategori tinggi). Secara lengkap tes tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.2. Kisi-kisi test tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1.Kisi-kisi Soal Tes kemampuan berpikir logis Jenis keterampilan berpikir logis Nomor soal

Penalaran proporsional 1, 2

Pengontrolan variabel 3, 4

Penalaran probabilitas 5, 6

Penalaran korelasional 7, 8

Penalaran kombinatorial 9, 10

b. Soal Tes Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis disesuaikan dengan sub indikator berpikir kritis menurut Ennis. Keterampilan berpikir kritis yang diukur terdiri dari Sembilan sub indikator, meliputi: kemampuan mengidentifikasi atau merumuskan masalah, memberikan penjelasan sederhana, menyebutkan contoh, melaporkan hasil observasi, mengemukakan hipotesis, merancang eksperimen, menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki, menerapkan konsep dan mengklasifikasikan. Tes ini berbentuk pilihan ganda beralasan terbuka sebanyak 20 soal dengan jumlah option (pilihan jawaban) terdiri dari lima pilihan. Dengan kriteria penskoran, jika option pilihan ganda benar dan alasan tepat maka diberi skor 3, jika option pilihan ganda benar dan alasan salah maka diberi skor 1, jika option pilihan ganda benar dan alasan kurang tepat maka diberi skor 2, dan jika option pilihan ganda dan alasannya salah maka diberi skor 0. Secara lengkap tes tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.3. Kisi-kisi tes tersebut adalah sebagai berikut:


(31)

56

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sub Indikator Berpikir Kritis Nomor Soal Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 8 , 15

Memberikan penjelasan sederhana 5, 7

Menyebutkan contoh 6, 9, 17

Melaporkan hasil observasi 2, 10

Mengemukakan hipotesis 4, 11

Merancang eksperimen 12, 19

Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki 1, 3

Menerapkan konsep 13, 14

mengklasifikasikan 16, 18,20

Untuk butir soal kemampuan berpikir kritis, divalidasi dan diuji realibilitasnya. a. Uji Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila dapat mengukur pada yang hendak diukur. Dalam hal ini validasi butir soal dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement) dari dosen ahli dengan menganalisis kesesuaian butir soal dengan pencapaian indikator keterampilan berpikir kritis yang hendak diukur. Pada awalnya soal yang diajukan kepada dosen ahli sebanyak 34 soal, tetapi ada beberapa soal yang tidak sesuai dengan sub indikator yang hendak diukur, sebagian ada yang kurang tepat dalam penyusunan kalimat dan pilihan jawaban. Dari hasil validasi dan perbaikan, diperoleh 20 soal yang mewakili tiap sub indikator yang ingin diteliti.


(32)

57

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana alat ukur dapat memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (Firman, 2000). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumusan sebagai berikut:

dengan, n = jumlah soal

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

Nilai reliabilitas selanjutnya ditafsirkan sesuai klasifikasi reliabilitas yang dikemukakan Arikunto (2006) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.Kriteria Reliabilitas Soal Koef Reliabilitas Kriteria 0,00 sampai 0,19

0,20 sampai 0,39 0,40 sampai 0,59 0,60 sampai 0,79 0,80 sampai 1,00

sangat rendah rendah

cukup tinggi

sangat tinggi

Nilai reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa soal yang digunakan akan memberikan hasil yang tepat dalam suatu tes. Berdasarkan hasil uji tes diperoleh bahwa nilai reliabilitas untuk 20 butir soal yang telah digunakan adalah sebesar 0,71 (Hasil uji realibilitas dapat dilihat pada lampiran C). Hal ini menunjukkan soal

r

II

=

1 

n n

[ 1


(33)

58

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut mempunyai reliabilitas tinggi untuk dapat mengukur peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) selain digunakan sebagai salah satu media dalam pelaksanaan pembelajaran juga digunakan sebagai instrumen untuk mengukur keterlaksanaan dari pembelajaran yang dilakukan terhadap subjek penelitian. LKS penelitian ini berisi langkah-langkah atau kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Rubrik LKS juga disusun agar dapat menilai hasil yang diperoleh siswa selama praktikum sehingga dapat dilihat keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan (LKS dapat dilihat pada lampiran B). LKS berbasis inkuiri didasarkan pada kriteria komponen yang harus ada dalam LKS dilengkapi dengan tahapan inkuiri yang telah ditentukan. Optimalisasi LKS juga dilakukan untuk menentukan waktu serta alat dan bahan yang dibutuhkan pada pelaksanaan praktikum (Hasil optimalisasi dapat dilihat pada lampiran A).

3. Format observasi kegiatan

Format observasi kegiatan digunakan untuk mengamati keterlaksanaan dan aktivitas yang dilakukan siswa ketika praktikum berlangsung dan guru ketika melaksanakan tahapan pembelajaran.

E. Teknik Pengolahan Data

Untuk menjawab permasalahan dan rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan, maka data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis sebagai berikut : 1. Lembar Test Tertulis


(34)

59

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Menganalisis respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada soal tes awal dan tes akhir (tes keterampilan berpikir logis dan kritis). Respon tersebut kemudian diskor berdasarkan kunci jawaban yang sesuai.

b. Menghitung skor total yang dicapai masing-masing siswa

c. Menghitung peningkatan keterampilan berpikir logis dan keterampilan berpikir kritis dengan membandingkan respon siswa pada skor tes awal dan tes akhir, kemudian menghitung peningkatannya dalam bentuk persen N-gain.

N-gain =

Nilai ini kemudian diinterpretasikan ke dalam klasifikasi (Hake, 1998) berikut: Tabel 3.4.Interpretasi Nilai N-gain

Nilai N-gain Kriteria

≥ 0,7 Tinggi

0.3 – 0,6 Sedang < 0,3 Rendah

d. Melakukan uji normalitas dengan menggunakan SPSS for windows (one –sample Kolmogorov-Smirnov Test). Uji ini dilakukan untuk keperluan analisis data lebih lanjut, karena asumsi sampel berdistribusi normal atau tidak akan berpengaruh pada kesimpulan yang dibuat. Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka kesimpulan berdasarkan penelitian itu tidak berlaku.

e. Melakukan uji homogenitas varians (F ) dengan jenis Independent sample test, dilakukan setelah diketahui sampel berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa kedua sampel mempunyai varians yang sama sehingga kegiatan menaksir dan menguji hipotesis bisa dilakukan. Jika kedua sampel mempunyai varians yang sama besar, maka dikatakan homogen.

f. Melakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) dengan two independent samples t-test jika data berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney jika data tidak


(35)

60

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua variable, dalam hal ini rata-rata N-gain antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sehingga hasilnya bisa digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Jika nilai signifikansi t-hitung atau nilai signifikansi Mann-Whitney U lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,05 maka H0 ditolak, begitu juga sebaliknya.

g. Menguji hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test), dengan bentuk hipotesis:

H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan kelas yang menggunakan pembelajaaran konvensional (H0: μ1≤μ2)

Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan kelas yang menggunakan pembelajaaran konvensional (Ha: μ1>μ2)

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

a. Data yang diperoleh dari LKS pada setiap tahapan inkuiri, diberi skor berdasarkan rubrik yang telah dibuat (skor per kelompok pada setiap tahapan inkuiri dapat dilihat pada lampiran C)

b. Menghitung skor total yang dicapai masing-masing kelompok siswa c. Menentukan nilai persentase skor

Nilai persen (NP) dicari dengan rumus:

NP = X100% SM


(36)

61

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Arikunto, 2006) Keterangan:

R = Skor yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum dari tes yang bersangkutan

Lalu ditafsirkan berdasarkan kriteria seperti pada tabel 3.5 Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa Persentase (%) Kriteria

81-100 Sangat Baik

62-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang

(Arikunto, 2006)

d. Membuat kesimpulan dan menyusun laporan. Berdasarkan analisis dan data hasil penelitian maka diperoleh temuan yang terdiri atas nilai keterlaksanaan model pembelajaran, N-gain aspek-aspek keterampilan berpikir kritis dan logis. Temuan ini menjadi dasar pertimbangan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.


(37)

103

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir logis dan keterampilan berpikir kritis siswa. Kesimpulan yang lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran inkuiri dapat terlaksana dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir logis dan kritis siswa, hal ini terbukti dari keterlaksanaan pembelajaran inkuiri untuk tiap tahapan dapat diikuti dengan baik sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh siswa. 2. Peningkatan keterampilan berpikir logis pada kelas eksperimen secara

signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada sebagian besar jenis keterampilan berpikir logis, peningkatan keterampilan berpikir logis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada sebagian sub indikator berpikir kritis, peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan beberapa hal berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri dapat dilakukan pada topik pembelajaran kimia yang lain karena mampu melatih siswa untuk berpikir logis dan kritis. 2. Perlu dieksplorasi lagi tahapan pembelajaran inkuiri yang dilakukan agar

mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan berpikir logis siswa pada sub indikator yang lain.


(38)

104

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pada saat kegiatan pembelajaran, perlu ada kegiatan yang lebih menekankan pada kesiapan berpikir siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Perlu dilakukan konfirmasi ulang untuk data yang tidak wajar, baik itu dengan wawancara ataupun angket.


(39)

105

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

A’Echavarria, P. (2011). Strategi Pengajaran Berpikir. Bandung: Erlangga.

Aida, N. (2010). Pendekatan pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text Pada Materi Suhu dan Kalo Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa. Tesis UPI: Tidak Diterbitkan

Akhyani, A. 2008. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis: Tidak Diterbitkan.

Altinal, Y. (2012). Effect of Guided Inquiry Eksperiments on the Acquisition of Science Process Skills, Achievement and Differentiation of Conceptual Structure. Thesis of Department Secondary Science and Mathematics Education,Turki : Tidak diterbitkan.

Arfianti, H. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arifin, M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Arifin,M., Abu, S,W., Ismail, K, Mulyono, H, dan Wahyu, W. (2003).Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI. Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Barry, J.F. (2007). “Learning Environment, Attitudes and Achievement among Middle-School Science Students Using Inquiry-based Laboratory Activities”. Journal research and science education. 38, (3), 321-341.

Bayram, S. (2009). “Is it possible to improve science process skills and attitudes towards chemistry through the development of metacognitive skills embedded within a motivated chemistry lab?: a self-regulated learning approach”. Elsevier Ltd. 1, 61-72.


(40)

106

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bird,L. (2010).” Logical Reasoning Ability and Student Performance in General Chemistry”.Journal of Chemical Education”. 87 (5), pp 541–546

Brady, J E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur (Edisi kelima). Jakarta: Binapura Aksara

Brickman,P., Gormally, C., Armstrong, N.,& Hallar, B. (2009). “Effects of Inquiry -based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence”. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning . 3, (2), 1931-4744.

BSNP. (2006). Silabus Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.

Campbell, D.T, & Stanley, J.C. (1963). Experimental and Quasi-Experimental Design For Research. London: Houghton Mifflin Company Boston

Carol. (2007). Guided Inquiry: Learning in the 21st Century. [Online]. Tersedia: http://cissl.scils.rutgers.edu/guided_inquiry/introduction.ht ml. [20 Februari 2010].

Corder, G. & Slykhuis, J. (2011). Shifting To an Inquiry-Based Experience. Virginia : Madison University

Costa. (1985). Developing Minds : A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia : ASCD Publication.

Dana, P. (2012). Efektivitas Penggunaan Video Based Laboratory Pada pembelajaran Konseptual, Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep, Pemahaman Grafik dan Keterampilan Berpikir Logis. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Departemen Pendidikan Nasional.( 2006). Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan SMA. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional.(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(41)

107

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dukalang, M. (2012). Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Facione. (1998). Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus for Purposes of Educational Assessment and Instruction. Santa Clara University . [online]. Tersedia. http://assessment.aas.duke.edu/documents/Delphi_Report.pdf [14 Januari 2013]

Fauziah, MR. (2009). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Larutan Penyangga. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fathurrohman. (2007). Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD dalam Pembelajaran PKN. Makalah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Firgiawan, D. (2010). Kegiatan Labolatorium Guided dan semi Guided Untuk

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep sistem Respirasi. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Bandung

Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Ginting, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana [05 Desember 2012]

Hidayat, W. (2004). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Kegiatan Laboratorium Pada Pokok Bahasan Koloid. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(42)

108

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kirschner.(1988). The laboratory in higher science education Problems, premises and objectives . Netherlands: Open University, Valkenburgerweg.

Ketpichainarong. (2010). Enhanced Learning of Biotechnology Students by An Inquiry-Based Cellulose Laboratory. International Journal of Environmental & Science Education, vol 5

Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koray, O., & Koskal, S. M. (2009). “The Effect Of Creative and Critical Thnking based Labolatory application on Creative and Logical Thinking Abbilities of prospective Teachers”. Dalam Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol 10(2),13 halaman.

Liliasari, (2009). Berpikir kritis dalam pembelejaran sains kimia menuju profesionalitas guru. Makalah Program Studi IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Liliasari. (2011). “Pengembangan Keterampilan Generik Sains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik”. Makalah Joint SEM UiTM. Bandung.

Longo. (2011). “ Designing Inquiry-Oriented Science Lab Activities”. Middle School Journal. 6-15.

Matlin, M. W. (2011). Cognitive Psychology (Seventh ed). Hoboken: John Willey and sons.

Mohrig, J,R. (2009). “On the Successful Use of Inquiry-Driven Experiments in the Organic Chemistry Laboratory” .Journal of Chemical Education. 84, (6). Mundiri. (1994). Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

National Research Council. (2001). Inquiry and the National Science Education Standard: A guided for Teaching and Learning. Washington, DC: National

Academy Press. Tersedia:


(43)

109

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Qing, Z., Jing, G., & Yan, W. (2009). “Developing critical thinking disposition by task-based learning in chemistry experiment teaching”. Elsevier Ltd. 3, (2), 4561-4570

Rustaman, N Y. (1994). Pengembangan dan validasi Alat Ukur Keterampilan Proses Sains Pada Pendidikan Dasar 9 Tahun Sebagai Persiapan Pelaksanaan Kurikulum 1994. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Rustaman, N Y . (2005). “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains”. Makalah dipresentasikan pada seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia di FPMIPA UPI, Bandung.

Rustaman, N Y . (2005). “Kebiasaan Berpikir Dalam Pembelajaran Sains dan Asesmennya”. Ringkasan Makalah FPMIPA UPI, Bandung.

Saliman. (2009). Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran. Tesis UNY Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.

Santrock, J. (2003). Adolesence. Jakarta:Erlangga

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta:Gramedia. Setiono, K. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Pajajaran

Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan


(44)

110

Siti Solihah, 2012

Pengembangan Keterampilan Berpikir Logis Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Koloid

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sriwattanarothai, et al.(2009). “ From Research on Local Materials to The Learning of Science; An-Inquiry-Based Laboratory For Undergraduates”. The International Journal of Learning 16 (2), 459-473.

Suhartono, S. (2005). Sejarah Pemikiran Filsafat Modern. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Suma. (2005). “Efektivitas kegiatan Laboratorium Konstruktivis dalam meningkatkan Penguasaan Konsep-Konsep Arus Searah Mahasiswa Calon Guru”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 2, ISSN 0215-8250 Sumantri, S. (1982). ilmu dalam perspektif. Jakarta: PT Gramedia.

Susanti, N. (2005). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbingan dan Inkuiri Tidak Terbimbing terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Struktur Tumbuhan. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Susanto, P. (2002). Keterampilan Dasar Mengajar Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang.

Taraban. (2007). “Effects of Active-Learning Experiences An Achievement, Attitudes, and Behaviours in High School Biology”. Journal of Research in Science Teaching, Vol 44

Tawil, M. (2006). “ Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa kelas II SLTP Negeri 1 Sungguminasa kabupaten gowa”. tersedia:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh%20kemampuan%20penal aran%20formal%20terhadap%20hasil%20%20belajar%20fisika%20siswa%20k elas. [23 Maret 2013].

Witarsa, R. (2011). “Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD”. Jurnal Nasional. 2, ISSN 1412-565


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A’Echavarria, P. (2011). Strategi Pengajaran Berpikir. Bandung: Erlangga.

Aida, N. (2010). Pendekatan pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text Pada Materi Suhu dan Kalo Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa. Tesis UPI: Tidak Diterbitkan

Akhyani, A. 2008. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis: Tidak Diterbitkan.

Altinal, Y. (2012). Effect of Guided Inquiry Eksperiments on the Acquisition of Science Process Skills, Achievement and Differentiation of Conceptual Structure. Thesis of Department Secondary Science and Mathematics Education,Turki : Tidak diterbitkan.

Arfianti, H. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arifin, M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Arifin,M., Abu, S,W., Ismail, K, Mulyono, H, dan Wahyu, W. (2003).Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI. Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Barry, J.F. (2007). “Learning Environment, Attitudes and Achievement among

Middle-School Science Students Using Inquiry-based Laboratory

Activities”. Journal research and science education. 38, (3), 321-341.

Bayram, S. (2009). “Is it possible to improve science process skills and attitudes towards chemistry through the development of metacognitive skills embedded

within a motivated chemistry lab?: a self-regulated learning approach”.


(2)

Bird,L. (2010).” Logical Reasoning Ability and Student Performance in General Chemistry”.Journal of Chemical Education”. 87 (5), pp 541–546

Brady, J E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur (Edisi kelima). Jakarta: Binapura Aksara

Brickman,P., Gormally, C., Armstrong, N.,& Hallar, B. (2009). “Effects of Inquiry

-based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence”. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning . 3, (2), 1931-4744.

BSNP. (2006). Silabus Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.

Campbell, D.T, & Stanley, J.C. (1963). Experimental and Quasi-Experimental Design For Research. London: Houghton Mifflin Company Boston

Carol. (2007). Guided Inquiry: Learning in the 21st Century.

[Online]. Tersedia: http://cissl.scils.rutgers.edu/guided_inquiry/introduction.ht ml. [20 Februari 2010].

Corder, G. & Slykhuis, J. (2011). Shifting To an Inquiry-Based Experience. Virginia : Madison University

Costa. (1985). Developing Minds : A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia : ASCD Publication.

Dana, P. (2012). Efektivitas Penggunaan Video Based Laboratory Pada pembelajaran Konseptual, Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep, Pemahaman Grafik dan Keterampilan Berpikir Logis. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Departemen Pendidikan Nasional.( 2006). Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan SMA. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional.(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(3)

Dukalang, M. (2012). Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Facione. (1998). Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus for Purposes of Educational Assessment and Instruction. Santa Clara University . [online]. Tersedia. http://assessment.aas.duke.edu/documents/Delphi_Report.pdf [14 Januari 2013]

Fauziah, MR. (2009). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Larutan Penyangga. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fathurrohman. (2007). Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD dalam Pembelajaran PKN. Makalah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Firgiawan, D. (2010). Kegiatan Labolatorium Guided dan semi Guided Untuk

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep sistem Respirasi. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Bandung

Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Ginting, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana [05 Desember 2012]

Hidayat, W. (2004). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Kegiatan Laboratorium Pada Pokok Bahasan Koloid. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(4)

Kirschner.(1988). The laboratory in higher science education Problems, premises and objectives . Netherlands: Open University, Valkenburgerweg.

Ketpichainarong. (2010). Enhanced Learning of Biotechnology Students by An Inquiry-Based Cellulose Laboratory. International Journal of Environmental & Science Education, vol 5

Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koray, O., & Koskal, S. M. (2009). “The Effect Of Creative and Critical Thnking

based Labolatory application on Creative and Logical Thinking Abbilities of prospective Teachers”. Dalam Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol 10(2),13 halaman.

Liliasari, (2009). Berpikir kritis dalam pembelejaran sains kimia menuju profesionalitas guru. Makalah Program Studi IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Liliasari. (2011). “Pengembangan Keterampilan Generik Sains untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik”. Makalah Joint SEM UiTM.

Bandung.

Longo. (2011). “ Designing Inquiry-Oriented Science Lab Activities”. Middle School Journal. 6-15.

Matlin, M. W. (2011). Cognitive Psychology (Seventh ed). Hoboken: John Willey and sons.

Mohrig, J,R. (2009). “On the Successful Use of Inquiry-Driven Experiments in the

Organic Chemistry Laboratory” .Journal of Chemical Education. 84, (6).

Mundiri. (1994). Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

National Research Council. (2001). Inquiry and the National Science Education Standard: A guided for Teaching and Learning. Washington, DC: National

Academy Press. Tersedia:


(5)

Qing, Z., Jing, G., & Yan, W. (2009). “Developing critical thinking disposition by

task-based learning in chemistry experiment teaching”. Elsevier Ltd. 3, (2),

4561-4570

Rustaman, N Y. (1994). Pengembangan dan validasi Alat Ukur Keterampilan Proses Sains Pada Pendidikan Dasar 9 Tahun Sebagai Persiapan Pelaksanaan Kurikulum 1994. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Rustaman, N Y . (2005). “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri

dalam Pendidikan Sains”. Makalah dipresentasikan pada seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia di FPMIPA UPI, Bandung.

Rustaman, N Y . (2005). “Kebiasaan Berpikir Dalam Pembelajaran Sains dan

Asesmennya”. Ringkasan Makalah FPMIPA UPI, Bandung.

Saliman. (2009). Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran. Tesis UNY Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.

Santrock, J. (2003). Adolesence. Jakarta:Erlangga

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta:Gramedia. Setiono, K. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Pajajaran

Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan


(6)

Sriwattanarothai, et al.(2009). “ From Research on Local Materials to The Learning of Science; An-Inquiry-Based Laboratory For Undergraduates”. The International Journal of Learning 16 (2), 459-473.

Suhartono, S. (2005). Sejarah Pemikiran Filsafat Modern. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Suma. (2005). “Efektivitas kegiatan Laboratorium Konstruktivis dalam meningkatkan

Penguasaan Konsep-Konsep Arus Searah Mahasiswa Calon Guru”. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 2, ISSN 0215-8250 Sumantri, S. (1982). ilmu dalam perspektif. Jakarta: PT Gramedia.

Susanti, N. (2005). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbingan dan Inkuiri Tidak Terbimbing terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Struktur Tumbuhan. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Susanto, P. (2002). Keterampilan Dasar Mengajar Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang.

Taraban. (2007). “Effects of Active-Learning Experiences An Achievement, Attitudes,

and Behaviours in High School Biology”. Journal of Research in Science

Teaching, Vol 44

Tawil, M. (2006). “ Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa kelas II SLTP Negeri 1 Sungguminasa kabupaten gowa”. tersedia:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh%20kemampuan%20penal

aran%20formal%20terhadap%20hasil%20%20belajar%20fisika%20siswa%20k elas. [23 Maret 2013].

Witarsa, R. (2011). “Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi

dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD”. Jurnal Nasional. 2,