PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM MUATAN LOKAL BERBASIS SEKOLAH MODEL : Studi Pengembangan Desain Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan hidup, Gizi dan Makanan untuk Sekolah Menengah Pertama pada Model Sekolah Sehat SMP N 3 Rangkasbitung Kabupaten Leba
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. i
UCAPAN TERIMAKASIH ……….. iv
DAFTAR ISI ……….. iiiv
DAFTAR TABEL ……….. xi
DAFTAR BAGAN ……… xii
DAFTAR GAMBAR ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A Latar Belakang Masalah ………. 1
B Batasan Masalah ………. 18
C Pertanyaan Penelitian ………. 19
D Definisi Operasional ……….. 19
E SubyekPenelitian ………. 25
F Tujuan Penelitian ……… 26
G Manfaat Penelitian ……… 27
BAB II KERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM …………. A Pengertian dan Konsep Kurikulum ………. 29
B Pengembangan Kurikulum Disentralistik ……….. 39
C Azas-azas Pengembangan Kurikulum ……….. 43
D Komponen-komponen Kurikulum ……….. 57
E Perinsip-perinsip Pengembangan Kurikulum ……….. 70
F Model-model Pengembangan Kurikulum ……….. 76
G Analisis Kebutuhan Dalam Pengembangan Kurikulum ………. 84
H Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) ……….. 94
I Penyusunan Desain Kurikulum ……….. 100
J Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ……….. 112
K Muatan Lokal Gizi, Makanan dan Lingkungan Hidup ………. 124
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. A Metoda Penelitian ………. 138
B Pengertian Penelitian Pengembangan ………. 143
C Langkah-langkah Penelitian Pengembangan ……….. 145
D Teknik Pengumpulan Data ……… 163
E Teknik analisis dan Pengolahan Data ……… 171
F Tahap-tahap Penelitian ……….. 175
G Instrumen Penelitian ……… 178
H Sampel dan Sumber Data ………. 180
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……… A Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 183
1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak ………. 183
2 Keadaan Umum Pendidikan di SMPN 3 Rangkasbitung …….. 193
a Sejarah Pendirian Sekolah ……….. 193
b Profil SMPn 3 Rangkasbitung ……… 195
c Rintisan Standar Model Sehat ……….. 205
d Kurikulum Muatan Lokal Yang Sedang Berjalan ………….. 215
(2)
B Analisis dan Identifikasi Hasil Penelitian ………. 227 1 Analisis Hasil Penelitian ……….. 243
a Kondisi dan Potensi Lokal Serta Pengembangan
Nasional dan Global ………. 243 b Kondisi Sosial dan Budaya ……… 248 c Perkembangan Ilmu Pengerahuan Teknologi dan Seni .. 252 d Ketersediaan Berbagai Sumber Daya Sekolah ……….. 253 e Perkembangan dan Kebutuhan Pendidikan Siswa ………. 255 2 Unsur-unsur Yang Terlibat, Indikator Keberhasilan dan
Strategi Pengembangan Desain Kurikulum ……… 264 C Pembahasan Analisis Hasil Penelitian ……….. 266 1 Pengembangan Draf Kurikulum Muatan Lokal ……….. 267 a Pengembangan Materi Kurikulum Muatan Lokal ……….. 271 b Penetapan SKKD Dalam Desain Kurikulum Muatan
Lokal ……… 277 c Draf Kurikulum Muatan Lokal ……….. 286 2 Pembahasan Hasil Data Penelitian ………. 295
a Validasi Draf Kurikulum Muatan Lokal dari Hasil
Wawancara dan Kuesioner ………. 298 b Pendapat Para Pakar Dalam Validasi Desain Kurikum
Mulok ………. 301 c Penetapan Standar Kompetensi Mata Pelajaran ………… 304 d Revisi Ulang Desain Kurikulum Muatan Lokal ……….. 307 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….
1 Simpulan ……… 311 2 Rekomendasi ………. 322
(3)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1 Plakat Rintisan Model Sekolah Sehat ………. 216
GAMBAR 4.3 Peta Kab. Lebak di dalam Prov. Banten ………. 398
GAMBAR 4.4 Garis Pantai Kab. Lebak Lebih Dari 90Km ………. 398
GAMBAR 4.5 Pembagian Wilayah Kab. Lebak Dalam Kecamatan ………. 399
GAMBAR 4.6 Penataan Ruang Daerah Kab. Lebak ……… 399
GAMBAR 4.7 Peta Situasi SMPN 3 Rangkasbitung ………. 400
GAMBAR 4.8 Kantin Sehat SMPN 3 Rangkasbitung dengan PT Sosro …………. 400
GAMBAR 4.9 Kantin Sehat SMPN 3 Rangkasbitung yang dibangu komite sekolah ………. 401 GAMBAR 4.10 Plang UKS SMPN 3 Rangkasbitung ……….. 401
GAMBAR 4.11 Ruang UKS SMPN 3 Rangkasbitung ………. 402
GAMBAR 4.12 Poto Plakat Rintisan Model Sekolah Sehat ………. 402
GAMBAR 4.13 WC Untuk Siswa Kelas IX ………. 403
GAMBAR 4.14 WC Untuk Siswa Kelas VIII ……….. 403
GAMBAR 4.15 Kran Untuk Cuci Tangan ……… 404
GAMBAR 4.16 Plakat Penghargaan Kantin Sekolah ………. 404
GAMBAR 4.17 Diskusi Panel Pengembangan Kurikulum Mulok ………. 405
GAMBAR 4.18 WawancaraPeneliti dengan ahli Gizi DINKES Lebak ………. 405
GAMBAR 4.19 Wawancara Peneliti Dengan Dr. Puskesmas Kec. Rangkasbitung ………. 406 GAMBAR 4.20 Wawancara Peneliti Dengan Kepala Puskesmas Pajagan ……… 406
GAMBAR 4.21 Siswa SMPN 3 Rangkasbitung Sedang Mencuci Tangan ……….. 407
(4)
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Kemungkinan Variasi dari PKBS ……… 42 TABEL 4.1 APK Jenjang Pendidikan PAUD sampai dengan SMTA ………. 193 TABEL 4.3 Perkembangan jumlah siswa dan prestasi siswa SMPN 3
Rangkasbitung 5 tahun terahir ………. 197
TABEL 4.4 Data Jumlah Guru dan Kualifikasi Akademiknya ………. 201 TABEL 4.5 Data Jumlah TU dan Kualifikasi Akademiknya ……….. 202 TABEL 4.6 Struktur Kurikulum(Standar isi / Mata Pelajaran) SMPN 3
Rangkasbitung ……….. 204
TABEL 4.7 Hasil Wawancara Dengan Berbagai Responden ……….. 230 TABEL 4.8 Kurikulum Muatan Lokal Tata Boga ……….. 218 TABEL 4.9 Draf Kurikulum Muatan Lokal ……… 286 TABEL 4.10 Kurikulum Muatan Lokal Lingkungan Hidup, Gizi dan Makanan
(Desain ahir ) ………. 329 TABEL 4.11 Alokasi Kurikulum Muatan Lokal SMPN 3 Rangkasbitung ……… 340
(5)
DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1 Model Pengembangan Kurikulum Dari Zais ……… 45
BAGAN 2.2 Model Pengembangan Kurikulum Dari Lawton ……… 46
BAGAN 2.3 Interaksi Empat Komponen Kurikulum ……….. 58
BAGAN 2.4 Anatomi Kurikulum ……….. 59
BAGAN 2.5 Kurikulum Model Skilback ……… 60
BAGAN 2.6 Tujuan Pendidikan ………. 64
BAGAN 2.7 Krucut Pengalaman Edgar Dale ……… 68
BAGAN 2.8 Model Pengembangan Kurikulum Mulok ………. 98
BAGAN 2.9 TIga Fase Pengembangan Kurikulum ……….. 102
BAGAN 2.10 Analisis dan Evaluasi Masyarakat dalam Pengembangan KTSP 104 BAGAN 2.11 Pengembangan Kurikulum Sekolah ……….. 105
BAGAN 3.1 Sepulung Langkah Penelitian dan Pengembangan ………. 147
BAGAN 3.2 Alur Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ……….. 162
BAGAN 4.1 Alur lengkap Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ………….. 270
(6)
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dekonsentrasi pendidikan digulirkan sejalan dengan kebijakan makro
pemerintah, yakni otonomi daerah (PP RI No.25 Tahun 2000) sehigga pusat-pusat
kekuasaan dilimpahkan kewenangannya kepada daerah kota dan kabupaten. Bahkan
dalam pendidikan, kewenangan ini menerobos batas-batas kota dan kabupaten
sehingga menembus satuan pendidikan / sekolah dalam berbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Misalnya perubahan kurikulum dalam era otonomi daerah dan
dekonsentrasi pendidikan tidak lagi menjadi tugas orang-orang pusat tetapi
merupakan pekerjaan setiap satuan pendidikan dan sekolah secara langsung, termasuk
dalam implementasinya, oleh karena itu dalam era dekonsentrasi pendidikan ini, akan
terjadi berbagai variasi dan jenis kurikulum pada setiap satuan pendidikan disetiap
sekolah, karena masing-masing mengembangkan kurikulum yang satu sama lain
boleh jadi berbeda. Meskipun demikian, perbedaan ini tetap berpedoman pada
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang merupakan Peraturan Pemerintah (PP)
nomer 19 Tahun 2005, sehingga kemasan kurikulum yang berbeda-beda ini tetap
memiliki kerangka yang satu dan berpangkal pada visi, misi dan tujuan pendidikan
nasional serta berpedoman pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(7)
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan
pendidikan di berbagai wilayah dan daerah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, implementasi KTSP di setiap sekolah dan satuan pendidikan akan
memiliki nuansa yang berbeda satu sama lain, sesuai dengan kebutuhan wilayah dan
daerah masing-masing; sesuai dengan karakteristik sekolah dan satuan pendidikan
tersebut; serta sesuai pula dengan kondisi, karakteristik dan kemampuan peserta
didiknya. Namun demikian, semua KTSP yang dikembangkan oleh masing masing
sekolah dan daerah itu akan memiliki warna yang sama, yakni warna yang digariskan
oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hal ini sejalan dengan falsafah Bhineka
Tunggal Ika sehingga pendidikan yang diimplementasikan secara beragam tetap dapat
digunakan sebagai alat pemersatu bangsa.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Alinea diatas adalah bunyi pasal 3 UU RI
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal ini berisi tentang
fungsi dan tujuan pendidikan nasional kita. Dalam hal yang lainnya, undang-undang
(8)
arah pengelolaan sistem pendidikan kita, sebagai mana yang termaktub dalam butir c
pertimbangannya yang berbunyi, bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan kesinambungan.
Setiap perubahan kurikulum mesti diantisipasi dan dipahami oleh berbagai
pihak, hal ini dikarenakan dalam implementasi kurikulum sebagai rancangan
pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan
pembelajaran, yang akan menentukan proses dan hasil belajar peserta didik, bahkan
peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena dampaknya secara langsung
oleh setiap perubahan kurikulum. Di samping itu, masyarakat, orang tua, pemakai
lulusan dan para birokrat, baik dipusat maupun didaerah akan terkena dampaknya
pula dari perubahan kurikulum tersebut. Hal penting yang perlu ditekankan dan
diperhatikan disini adalah : apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara
melakukannya, serta siapa saja yang harus dilibatkan agar setiap perubahan
kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif dalam proses pembelajaran di
sekolah, serta hasilnya juga baik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pengajaran, serta cara yang dilakukan sebagai pedoman penyelenggaraan
(9)
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan kondisi perserta didik, sebagaimana yang tersurat pada pasal 38 ayat
2 UU RI No.20 yang berbunyi :
”Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah / madrasah di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten / Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan menengah”.
Oleh karena itu, kurikulum harus disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada di sekolah dan masyarakat daerah tersebut.
Sistem pendidikan nasional memberikan landasan dan kerangka kerja dalam
mengembangkan kurikulum diseluruh pelosok tanah air kita, kerangka tersebut
tersurat dalam pasal 36 ayat 3 UU RI No.20 Tahun 2003, bahwa pengembangan
kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional; kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik; kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan: a) peningkatan iman dan taqwa serta peningkatan akhlak mulia; b)
(10)
daerah dan lingkungan; d) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; e) tuntutan
dunia kerja; f) perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni; g) agama; h)
dinamika perkembangan global; i) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; dan
j) kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan ini terdiri atas standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian pendidikan. Dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
standar isi (SI), standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar proses merupakan
acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Proses pengembangan KTSP di sekolah / satuan pendidikan harus mengacu pada
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Proses serta
berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP begitu
juga kita harus memperhatikan pertimbangan komite sekolah / madrasah. Adapun
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan dan pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
(11)
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. (BNSP ,2006 : 8)
Dalam struktur kurikulum KTSP terdapat tiga komponen utama yaitu : a)
Komponen mata pelajaran, b) Komponen muatan lokal dan , c) Komponen
pengembangan diri. Dalam komponen mata pelajaran SMP terdiri dari : pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa indonesia , bahasa inggris, matetatika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya, dan pendidikan
jasmani / olahraga dan kesehatan. Komponen muatan lokal dalam penyusunan dan
pengembangannya diserahkan kepada daerah masing-masing dan disesuaikan dengan
ketersediaan guru dan sarana prasarana disekolah, sedangkan komponen
pengembangan diri sepenuhnya didesain dan dirancang oleh sekolah yang jumlah
jamnya setara dengan dua jam pelajaran.
Pengembangan kurikulum muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar secara
eksplisit dimulai sejak kurikulum 1994, karena pada kurikulum 1984 kurikulum
muatan lokal masih dititipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai, sedangkan
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang saat ini sedang digulirkan oleh
pemerintah sudah secara jelas termaktub dalam lampiran PP No. 22 Tahun 2006 pada
(12)
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu
banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran ketrampilan.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk tiap jenis muatan
lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal pada satu semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahum satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
Adapu tujuan utama pengembangan kurikulum muatan lokal sebagaimana yang
digariskan oleh BSNP, agar peserta didik dapat :
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial dan
budayanya.
2. Memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya, yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya.
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
(13)
Keberadaan muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
tidak sentralistik dan merupakan salah satu wujud dekonsentrasi bidang pendidikan.
Sebagai upaya agar penyelenggaran pendidikan pada masing-masing daerah lebih
relevan dengan kebutuhan dan kondisi daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan
dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga keberadaan
kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum pedidikan nasional.
Peningkatan relevansi merupakan satu bagian dari empat strategi pokok
pembangunan pendidikan nasional, pemerintah telah berusaha meningkatkan
relevansi pendidikan, antara lain melalui pengembangan kurikulum muatan lokal,
namun dalam pelaksanan dilapangan kenyatannya hal ini belum menunjukkan hasil
yang maksimal sebagaimana yang diharapkan, ada sekolah yang memberikan
pelajaran mulok sama persis seperti kurikulum yang telah lalu, ada sekolah yang
mengadopsi kurikulum mulok sekolah lain, sedangkan situasi dan kondisi sekolahnya
sangat jauh berbeda dengan kondisi dan situasi sekolah yang diadopsi, oleh karena itu
pengembangan kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan
secara terus menerus agar kualitasnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk
kepentingan tersebut menurut para ahli kurikulum dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain : a) menyempurnakan kurikulum mulok yang ada; b) membuat atau
mengganti kurikulum mulok yang baru yang lebih sesuai dengan potensi dan
kebutuhan sekolah, masyarakat dan daerahnya; c) menambah fasilitas sara prasarana
(14)
Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pembelajaran,
pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia generasi baru yang akan datang,
maka pengembangan, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan, tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan
hasil- hasil penelitian, pemikiran dan kajian yang baik. Hasil-hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya menunjukkan betapa perlunya dilakukan berbagai
penelitian dalam bidang kurikulum muatan lokal didaerah masing-masing, hasil-hasil
penelitian sebelumnya antara lain :
1. Mulyasa (1997), dengan judul: Karakteristik dan Implementasi Kurikulum
Muatan Lokal dalam Kaitannya dengan Perkembangan Kebutuhan
Masyarakat Setempat (Studi Kualitatif di Kabupaten Majalengka) hasil
penelitian antara lain menunjukkan bahwa implementasi kurikulum muatan
lokal belum dilakukan secara optimal, baik yang berkenaan dengan
pengembangan tujuan, pengembangan materi / isi, implementasi dalam
proses pembelajaran, maupun evaluasi kurikulum muatan lokal.
(Baharudin, 2008:4).
2. Nasir (2003), dengan judul ”Kinerja Guru dalam Mengimplementasikan
Kurikulum Muatan Lokal pada SLTP N Kabupaten Majalengka”, hasil
penelitian diantaranya bahwa kinerja guru muatan lokal dan usaha kepala
sekolah dalam menunjang implementasi kurikulum muatan lokal cukup
(15)
3. Rumli (2004), dengan judul ”Pengembangan kurikulum muatan lokal
Sekolah Dasar di Pemerintahan kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan
Riau”, hasil penelitiannya antara lain : a) input penyusunan kurikulum
mulok belum memperhatikan konsep pengembangan kurikulum,
perkembangan dan motivasi siswa, kualitas guru, ketersediaan fasilitas, dan
belum menyentuh dari aspek kebutuhan; b) proses penyusunannya belum
direncanakan secara konprehensif dan tidak melibatkan ahli dibidang
kurikulum; c) dan produknya belum mewakili seluruh budaya dan
kebutuhan daerah.
4. Baharudin (2008), dengan judul ”Pengembangan model kurikulum muatan
lokal Sekolah Menengah Pertama ” hasil penelitiannya antara lain : a.
kurikulum muatan lokal tanaman lada, relevan dengan kebutuhan
masyarakat bidang pertanian di Kabupaten Bangka Tengah, b.
materi-materi kurikulum muatan lokal antara lain : mengenal jenis-jenis tanaman
lada, membuka lahan untuk tanaman lada, pemeliharaan tanaman lada,
mengenal jenis-jenis hama serta cara mengatasinya, melakukan panen dan
cara pengolahan hasil panen, dan menghitung biaya oprasionalnya.
5. Sugito (2008), dengan judul ” Implementasi kurikulum muatan lokal
pendidikan lingkungan hidup di SMA N 11 Kota Bandung ”, hasil
penelitiannya antara lain : a) proses perencanaan dalam implementasi
kurikulum mulok PLH dilaksanakan bukan hanya oleh guru dan kepala
(16)
pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi kurikulum mulok PLH di
sekolah didukung oleh seluruh komponen sekolah dan pembelajarannya
dengan mengembangkan dan memberdayakan potensi lokal serta
kegiatannya dengan mensinergikan tiga lingkungan pendidikan yaitu
lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya; c) Proses
pelaksanaan evaluasi dalam implementasi kurikulum mulok dilaksanakan
baik terhadap materi yang diajarkan maupun evaluasi program PLH dan
evaluasi program dilaksanakan melalui kegiatan audit internal maupun
eksternal yang dilaksanakan pihak sekolah dan dinas pendidikan; d) Faktor
yang berpengaruh dalam implementasi kurikulum mulok PLH antara lain:
guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan lingkungan sosial masyarakat.
Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, terlihat penelitian yang
pernah dilakukan mengenai masalah-masalah sekitar karakteristik dan implementasi
kurikulum muatan lokal, kinerja guru dan kepala sekolah dalam
mengimplementasikan kurikulum muatan lokal, pengembangan kurikulum muatan
lokal sekolah dasar, pengembangan model kurikulum muatan lokal sekolah
menengah pertama dan implementasi kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan
hidup. Penelitian-penelitian diatas belum ada yang membahas mengenai
pengembangan kurikulum mulok yang berbasis potensi dan keunggulan sekolah, oleh
karena itu judul tesis yang saya tulis adalah ”Pengembangan Desain Kurikulum
(17)
Muatan Lokal Gizi Boga dan Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Pada Rintisan
Model Sekolah Sehat (MSS) SMP N 3 Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi
Banten), yang diharapkan dapat menunjang dan meningkatkan mutu sekolah ini
khususnya dan daerah kabupaten Lebak pada umumnya.
Kabupaten Lebak adalah salah satu kabupaten yang Kepala Daerahnya mendapat
piagam penghargaan Wana Lestari tahun 2009 kategori Bupati / Kepala Daerah yang
sangat peduli kehutanan dan lingkungan hidup, dalam rangka lomba penghijauan dan
konservasi alam dari Kementrian Kehutanan dan Perkebunan pada tanggal 14
Oktober tahun 2009, dan sejalan dengan itu pada hari rabu tanggal 9 Desember 2009
Beliau juga melakukan gerakan pencanangan penghijauan melalui program ”satu
orang menanam satu pohon (one man one trees)” dan pencanangan kegiatan tersebut
dilakukan di SMA N 2 Rangkasbitung. Begitu juga potensi kehutanan di Kabupaten
Lebak yang cukup luas karena kabupaten Lebak adalah kabupaten terluas dari tujuh
kabupaten / kota yang ada di provinsi Banten yang mana sangat perlu dijaga
kelestarian hutannya, begitu juga perkebunan di Kabupaten Lebak yang cukup
potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya hayati untuk keberlangsungan
kehidupan generasi yang akan datang.
Melihat secara umum pengamatan penulis terhadap pelaksanaan rintisan model
sekolah sehat di SMP N 3 Rangkasbitung yang sudah menginjak tahun ketiga tetapi
masih banyak yang belum berjalan sebagaimana mestinya, diantaranya masih banyak
(18)
lingkungan serta yang berhubungan dengan pola makan sehari-hari yang kurang
mempedulikan gizi, higienis dan zat pewarna / zat aditip lainnya yang berbahaya bagi
kesehatan dirinya serta kurang peduli menjaga kebersihan (membuang sampah tidak
pada tempatnya) dan kurang peduli terhadap kebersihan dan keindahan
lingkungannya, serta kurang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup dan
penjagaan hal-hal yang berkenaan dengan potensi sumber daya alam yang ada
disekitar sekolah khususnya dan di daerah Kabupaten Lebak umumnya yang perlu
dijaga dan dipelihara keberadaannya.
Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dikemukakan diatas tadi, maka
timbul rasa tertarik akan masalah dan tantangan ini untuk meneliti bidang yang ada
kaitan erat dengan masalah pendidikan dan pengajaran setiap hari yaitu kurikulum,
khususnya kurikulum muatan lokal tata boga yang diterapkan disekolah yang masih
perlu direvisi dan diperbaiki sesuai kebutuhan siswa, lingkungan sekolah,
masyarakat dan daerah dimana sekolah itu berada. Karena sekolah merupakan
bagian dari masyarakat, maka dari itu sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian
nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitar sekolah atau daerah dimana sekolah itu
berada baik lingkungan sosial, budaya, adat istiadat yang baik, religi, maupun
lingkungan alamnya. Agar dapat merealisasikan usaha ini, maka sekolah harus
menyiapkan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan atau pengetahuan,
ketrampilan, nilai-nila serta pembiasaan sikap hidup keseharian (prilaku) kepada
(19)
dan daerahnya, baik yang berkenaan dengan kondisi geografi alamnya, keragaman
sumber hayatinya, lingkungan sosial dan lingkungan budayanya serta kebutuhan
siswa kedepan ketika dia berada di dalam masyarakat daerah tersebut, kebutuhan
tuntutan pembangunan nasional maupun pengaru arus global.
Untuk menjawab tantangan ini tentu tidak semudah bibir berucap atau membalik
telapak tangan, tetapi sekolah dengan seluruh perangkatnya mesti bekerja keras,
bekerja cerdas dan tuntas untuk menerapkan pendidikan yang baik dalam keseharian
kepada mereka / siswa-siswi di sekolah, kepala sekolah dan guru-guru dengan
kewenangannya harus serius mendesain dan mengembangkan kurikulum, dan lebih
khusus kurikulum muatan lokal, mengimplementasikan dengan sebaik-baiknya serta
mengevaluasi secara berkala dan menyempurnakan kurikulum tersebut. Menurut
petunjuk BSNP bahwa kurikulum mutan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah termasuk keunggulan daerah, dimana materi / isi kurikulum muatan lokal
tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga
harus menjadi mata pelajaran tersendiri, sedangkan substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan, tidak terbatas hanya pada mata pelajaran ketrampilan, serta
muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
(20)
Untuk mengembangkan suatu muatan lokal sesuai dengan tuntutan tersebut
diatas sangat diperlukan orang-orang profesional dan bekerja dengan serius mulai
dari merencanakan, mendesainnya, mengelola dan melaksanakan / implementasinya
disekolah, serta membuat evaluasi yang baik. Kemampuan manajerial kepala sekolah,
mutu guru-gurunya, semua siswa yang ikhlas memperoleh didikan serta tersedianya
sarana prasarana pendukung dalam implementasinya sangat mempengaruhi capaian
muatan lokal yang dihasilkannya. Oleh karena itu dengan penangan yang baik dan
profesional ketika mendesainnya dan konsekwen serta kontinyu dalam
implementasinya mesti akan didapatkan materi-materi muatan lokal sesuai dengan
situasi kondisi sekolah dan kebutuhan serta karakteristik daerah itu, yang pada
akhirnya akan memberikan bekal kemampuan tertentu dan watak pembiasaan yang
baik pada peserta didik yang kelak akan hidup dimasyarakat lingkungan mereka
sendiri.
Pendidikan Kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang
kesehatan, dilihat dari segi pendidikan, sebagaimana pendapat Sukidjo. N, (2007)
dalam bukunya Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, mengatakan bahwa:
Pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan dalam bidang kesehatan, konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan prilaku ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada individu, kelompok, atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai- nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan dari orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok, atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
(21)
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh
siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan,
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat
mengerjakan sesuatu. Namun demikian, tidak semua itu terjadi karena belajar saja,
misalnya, perkembangan anak terjadi bukan karena hasil belajar, tetapi karena proses
kematangan. jadi bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat yang sedang belajar baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil
belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga bahwa perubahan itu terjadi karena
usaha yang disadari bukan karena kebetulan.
Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan
kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak
tahu tentang nilai nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan sebagainya.
Sukidjo juga mengatakan bahwa: pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai
”usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok, atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan perilakunya untuk mencapai kesehatan mereka secara
optimal”. Sehubungan dengan pendapat diatas, H.S Blum dalam Siti Khadijah
(22)
” Ada empat (4) faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat / perorangan yaitu keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan prilaku. Aspek prilaku adalah faktor yang paling dominan dan menentukan dalam mencapai derajat
kesehatan msyarakat/ perorangan yang tinggi”
(http/espository.usu.ac.id/123456789/3761/1/fkm siti%20khodijah.pdf)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua
yaitu intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, presepsi,
emosi, motivasi dan sebagainya berfungsi mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti: sosial
ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan
masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatan masyarakat,
tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari segi-segi
yang ada pengaruhnya terhadap masalah ’sehat-sakit’ atau kesehatan tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan perilaku maupun
kesehatan masyarakat.
Keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan di samping
berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya.
Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut
secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja
berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan
(23)
B. Batasan Masalah
Setelah melakukan pengamatan dengan cermat dan menyeluruh pada studi
pendahuluan, secara umum situasi dan kondisi di SMPN 3 Rangkasbitung dan
berdasarkan latar belakang dalam pendahuluan yang telah dikemukakan diatas, serta
melihat dan memperhatikan secara cermat potensi dan budaya yang ada di daerah
Kabupaten Lebak, maka situasi sosial yang dianggap paling penting untuk diteliti
serta dapat ditetapkan sebagai objek penelitian diarahkan pada ” bagaimana
menganalisis dan mengembangankan desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan dalam seting kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang relevan dengan basis model sekolah sehat (MSS) di SMP negeri 3 rangkasbitung ” dari hal tersebut diatas yang kami fokuskan terutama pada masalah-masalah: a) Analisis kebutuhan akan kurikulum muatan lokal yang tepat di
SMP N 3 Rangkasbitung dengan model sekolah sehat (MSS); b) Analisis keadaan /
ketersediaan sumber daya, waktu dan dana yang tersedia di sekolah; c) analisis dan
identifikasi perkembangan dan kebutuhan pendidikan siswa; d) analisis dan
identifikasi keadaan dan kebutuhan masyarakat daerah itu; e) Pengembangan desain
kurikulum muatan lokal dalam seting KTSP yang berbasis model sekolah sehat di
SMP N 3 Rangkasbitung; f) Relevansi desain kurikulum muatan lokal hasil
pengembangan dengan kegiatan - kegiatan model sekolah sehat yang sedang
(24)
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang akan diarahkan oleh peneliti, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana menganalisis dan mengidentifikasi kebutuhan pendidikan siswa,
lingkungan sekolah, masyarakat dan potensi daerah sekitar SMP N 3
Rangkasbitung saat ini ?
2. Bagaimana cara implementasi dan evaluasi model sekolah sehat (MSS) yang
sedang diterapkan di SMP N 3 Rangkasbitung saat ini ?
3. Pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang mana yang dipilih (dari
kegiatan no 1 dan 2) menjadi ” tujuan ” kurikulum muatan lokal yang sesuai
sekolah sehat ?
4. Bagaimana mengembangkan dan merancang ”bahan kajian / materi” muatan
lokal sehingga menjadi kurikulum muatan lokal yang sesuai sekolah sehat ?
5. Bagaimana rancangan kurikulum muatan lokal dalam kontek ”sekolah sehat”
untuk SMP N 3 rangkasbitung?
6. Bagaimana relevansi kurikulum mulok dengan implementasi model sekolah
sehat di SMP N 3 Rangkasbitung?
D. Definisi Oprasional
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu
didefinisikan secara tepat agar tidak menimbulkan kerancuan pemahaman baik bagi
(25)
Hal ini sesuai dengan pendapat Tuckman (1978:13) yang mengemukakan:
“Operationalizing variables means stating them in an observable and measurable form, making them available for manipulation, control, and examination”.
Adapun variabel-variabel yang paling mendasar itu yang akan didefinisikan
secara oprasional yaitu, kurikulum mulok dan sekolah sehat adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum : Jantungnya Pendidikan. Mengacu pada kegiatan pendidikan yang berbentuk interaksi akademik. Interaksi akademik merupakan jiwa dari
pendidikan; dan kurikulum merupakan desain dari interaksi tersebut (Hamid
Hasan ,dalam Artikel 2008)
Kurikulum : diartikan yang lebih luas yaitu sebagai ”semua rancangan yang berfungsi mengoptimalkan perkembangan siswa dan. semua pengalaman belajar
yang diperoleh siswa berkat arahan, bimbingan dan dipertanggungjawabkan oleh
sekolah” ( Nana Syaodih S, 2009:2 ).
Kurikulum : suatu rencana pendidikan atau pengajaran (Beauchamp, dalam Nana Syaodih. S, 2004: 5)
Kurikulum : seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (SISDIKNAS,
(26)
Kurikulum : as a program, a plan, content, and learning experiences (Oliva, 1992: 18). Curriculum makes a continuous impact on instruction, and vice versa,
instruction impacts on curriculum. (Oliva, 1992: 12)
Jadi kurikulum merupakan inti dari pendidikan, sebab selain berisi rumusan
tentang tujuan yang menentukan ke mana siswa akan dibawa dan diarahkan, juga
berisi rumusan tentang isi / materi dan kegiatan belajar, yang akan membekali
siswa dengan pengetahuan, kecakapan, keterampilan serta nilai-nilai yang mereka
perlukan dalam kehidupan dan pelaksanaan tugas pekerjaan di masa yang akan
datang. Kurikulum memberikan dasar-dasar bagi pengembangan kepribadian
dan kemampuan professional siswa, yang akan menentukan kualitas insan dan
sumber daya manusia suatu bangsa dimasa depan.
2. Kurikulum muatan lokal : adalah seperangkat rencana dan pengaturan Mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud dalam E.
Mulyasa 1999 :5)
Muatan Lokal : merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata
(27)
Muatan lokal yang dimaksud untuk mengembangkan potensi daerah sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah / madrasah
sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif. Muatan lokal bisa berbentuk
ketrampilan bahasa baik bahasa asing maupun bahasa daerah, ketrampilan dalam
bidang teknologi informasi, atau bentuk ketrampilan tepat guna yang lain. Muatan
lokal disajikan dalam bentuk mata pelajaran yang harus dipelajari oleh setiap
peserta didik, sehingga harus memiliki kompetensi mata pelajaran, standar
kompetensi dan kompetensi dasar ( Muhaimin dkk 2008: 94 )
3. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal: yang dimaksud langkah-langkah pengembangan kurikulum muatan lokal dalam studi ini
menggunakan “Penelitian dan Pengembangan dengan Teknik Delphi”, adapun
kegiatan mendesain kurikulum yang mencakup langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut :
a. Studi Pendahuluan
Dalam Studi Pendahuluan dilakukan berbagai kegiatan
1) Survei Awal yaitu mengadakan studi awal tentang kebutuhan siswa, sekolah
dan masyarakat di daerah tersebut, serta perkembangan regional, nasional
dan global yang berkaitan dengan penyusunan kurikulum muatan lokal.
2) Evaluasi kurikulum yaitu kegiatan untuk mengumpulkan atau menemukan
kekuatan dan kelemahan kurikulum muatan lokal yang ada dan sudah
(28)
b. Perencanaan dan pengembangan model
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun rencana pengembangan model
desain kurikulum muatan lokal dengan kegiatan:
1) Menganalisis dan mengidentifikasi ketersediaan sumber daya, waktu dan
kebutuhan biaya dan daya dukung sekolah itu.
2) Menganalisis dan mengidentifikasi kebutuhan dan perkembangan
pendidikan siswa dalam sekolah itu (MSS).
3) Analisis dan identifikasi kondisi dan kebutuhan masyarakat lingkungan
sekolah .
4) Menganalisis dan mengidentifikasi keunggulan dan potensi daerah dimana
sekolah itu berada.
5) Menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam pengembangan model
kurikulum
6) Menetapkan indikator / Kriteria yang berkaitan dengan pengembangan
model dan strategi desain kurikulum muatan lokal
7) Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta
mengembangkan silabusnya
8) Menyusun dan mengenbangkan Draf kurikulum muatan lokal.
9) Mengkonsultasikan dan mendiskusikan dengan Nara Sumber / Pakar Akhli
dibidangnya masing-masing (teknik Delphi)
10) Merevisi draf kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan.
(29)
c. Uji Coba Model
Yang dimaksud dengan uji coba model dalam penelitian ini adalah kegiatan
yang mengujicobakan model desain kurikulum muatan lokal yang telah
ditetapkan dalam tahap uji ahli atau validasi. Uji ahli atau validasi dilakukan
dengan responden para ahli perancang model atau produk. Kegiatan ini
dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk
perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Jugement atau Teknik
Delphi
4. Sekolah sehat : sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang, memiliki sarana sarana prasarana untuk melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS) dan
pendidikan jasmani peserta didiknya memiliki tingkat kebugaran jasmani dan
memiliki kesehatan yang baik serta senantiasa berprilaku hidup bersih dan sehat
dalam kehidupannya sehari-hari. (Tim pengembang sekolah model, Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas, 2009)
5. Sepuluh Indikator Kunci ” sekolah sehat ” :
a) Kepadatan ruang kelas minimal 1,75 meter persegi per anak
b) Tingkat kebisingan di sekolah itu kurang dari 45 db
c) Memiliki lapangan / halaman / aula untuk pendidikan jasmani dan olah raga
d) Memiliki lingkungan sekolah yang bersih, rindang dan nyaman
e) Memiliki sumber air bersih yang memadai (jarak sumber air bersih dan
(30)
f) Ventilasi kelas yang memadai (baik untuk cahaya masuk maupun pertukaran
/ sirkulasi udara)
g) Pencahayaan kelas yang memadai ( terang )
h) Memiliki kantin sekolah yang memenuhi syarat kesehatan
i) Memiliki kamar mandi / WC yang cukup jumlahnya (memenuhi rasio WC
terhadap siswa laki-laki = 1:40 dan perempuan 1: 25)
j) Menerapkan kawasan tanpa roko.( PUSJASKES DEPDIKNAS, 2009 )
E. Subyek Penelitian / Populasi dan Sampel
Adapun tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah SMP N 3 Rangkasbitung
dan lingkungannya yang beralamat di Jl Jendral Sudirman no.47 km 2 desa
Jatimulya kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak provinsi Banten. Adapun
letak geografi sekolah ini dipinggir jalan Rangkasbitung - Bogor, disebelah kanan
nya terdapat komplek AKPER milik Yayasan Yatna Yuana Rangkasbitung, di
sebelah kirinya terdapat kantor Koramil Rangkasbitung dan disebelah belakangnya
adalah komplek perumahan pemda kabupaten Lebak, sekolah ini memiliki luas lahan
kurang lebih 10.500 meter persegi.
Sebagai populasi penelitian kami adalah semua siswa kelas7, kelas 8, dan kelas 9
disekolah ini yang jumlahnya 756 siswa, yang terbagi kedalam 19 rombongan belajar
(31)
F. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model kurikulum
muatan lokal yang pas, tepat dan serasi dengan kegiatan-kegiatan implementasi /
penerapan model sekolah sehat (MSS) di SMP N 3 Rangkasbitung. Namun secara
spesific tujuan dari penelitian ini untuk :
1. Menganalisis dan mengidentifikasi kebutuhan pendidikan siswa, sekolah,
masyarakat dan potensi daerah yang ada di SMP N 3 Rangkasbitung
2. Memotret / melihat cara pelaksanaan dan evaluasi model sekolah
sehat (MSS) di SMP N 3 Rangkasbitung saat ini yang sudah berjalan selama
tiga tahun.
3. Menganalisis dan mengidentifikasi ”pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai-nilai yang relevan yang akan dikembangkaan dan ditetapkan menjadi
tujuan kurikulum muatan lokal”
4. Mengembangkan bahan kajian / materi-materi muatan lokal sehingga menjadi
”materi kurikulum muatan lokal”
5. Merancang kurikulum muatan lokal dalam konteks sekolah sehat untuk SMP
N 3 Rangkasbitung
6. Mengetahui kesesuaian / relevansi rancangan kurikulum muatan lokal
dengan kegiatan model sekolah sehat yang saat ini berjalan di SMP N 3
(32)
H. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian dapat dicapai, maka hasil penelitian insyaAlloh akan
memberikan manfaat baik praktis maupun teoritis kepada :
1. Guru dan Kepala Sekolah pada sekolah lain yang kondisinya hampir sama
(dengan SMP N 3 Rangkasbitung) yang akan menjadikan sekolahnya sebagai
rintisan model sekolah sehat
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak yang menetapkan beberapa sekolah di
daerahnya menjadi model sekolah sehat.
3. Peneliti lainnya yang akan melakukan penelitin lanjutan sejenis .
4. Bila pola pengembangan kurikulum mulok yang di desain cocok pada model
sekolah sehat maka hal ini akan menjadi model yang dapat dipakai pada
sekolah-sekolah lain yang sejenis dan setara yang juga mengembangkan model sekolah-sekolah
sehat.
5. Bila pola pengembangan kurikulum mulok yang di desain cocok dengan model
sekolah sehat maka pola ini dapat digunakan untuk seterusnya di SMP N 3
Rangkasbitung.
Manfaat teoritis :
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh masukan berupa sumbangan
(33)
lokal yang memadukan landasan teoritis dan kebijakan pemerintah (BNSP) sehingga
akan mendapatkan kurikulum mulok sekolah menengah pertama yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, sekolah, masyarakat daerah itu serta sesuai dengan potensi dan
kondisi daerah. Selain itu juga bermanfaat untuk mengembangkan ilmu menejemen
pendidikan terutama pada aspek menejemen pengembangan kurikulum mulok dan
(34)
138 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda Penelitian
Metoda penelitian secara umum adalah merupakan suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dalam penelitian dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metoda
penelitian dalam bidang pendidikan yang dikemukakan Sugiyono (2006:6):
Metoda penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan , dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami , memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan ( reasearch and development ) yang menghasilkan produk tertentu
dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah dimana obyek yang diteliti adalah sebagai instrumen kunci, adapun
langkah-langkah penelitian dan pengembangan mulai dari melihat adanya potensi dan
masalah, dilanjutkan dengan pengumpulan data, lalu membuat desain suatu produk,
dan validasi desain, serta revisi desain tersebut, diteruskan kepada uji coba produk
tersebut, dan revisi produknya, dilanjutkan dengan uji coba pemakaian dan seterusnya
bila masih ditemukan kekurangan revisi produk kembali, setelah produk dirasa cukup
baik dan pas barulah langkah terahir dilakukan produksi secara masal atau dipakai
secara luas, begitulah tahapan-tahapan metoda penelitian dan pengembangan (R and
(35)
dan Gall tersebut diatas dalam penelitian ini kami hanya mengadopsi langkah pertama
sampai langkah ketujuh dengan alasan sesuai keperluan penelitian ini serta
keterbatasan waktu yang tersedia dan hal-hal lain yang tidak mungkin dapat kami
lakukan.
Syaodih (2005:167) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan
pengembangan (R & D), ada beberapa ”metoda” yang digunakan, yaitu metoda
deskriptif, metoda evaluatif dan metoda eksperimen. Metoda penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada.
Kondisi yang ada mencakup: (1) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai
bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) untuk produk-produk yang akan
dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru, kepala sekolah,
siswa, serta pengguna yang lainnya, (3) kondisi faktor-faktor pendukung dan
penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan,
mencakup unsur manusia, sarana prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan.
Metoda evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba, dan setiap
kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses.
Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba diadakan
penyempurnaan-penyempurnaan. Metoda eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari
produk yang dihasilkan, walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi
(36)
belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran
selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok
kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara
acak atau random. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk menghasilkan desain kurikulum muatan lokal "Gizi, Hygienis dan
dasar-dasar Kesehatan untuk tingkatan siswa kls 7, Boga dan Ragam Masakan untuk
tingkatan siswa kls 8, serta Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) untuk tingkatan siswa kls
9"(disingkat muatan lokal gizi boga dan lingkungan) pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama di SMP N 3 Rangkasbitung, desain kurikulum mulok ini diharapkan sejalan dan
saling sinergi dengan program-program Rintisan Model Sekolah Sehat di sekolah tersebut,
yang telah ditetapkan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Departemen Pendidikan
Nasional dan Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak. Untuk mengembangkan desain
kurikulum mulok ini, sangat dibutuhkan data-data dan bahan informasi yang lengkap
sebagai bahan analisis dari objek yang diteliti baik data dari internal maupun data dari
eksternal, serta sebagai dasar pembuatan rancangan dan pengembangan desain kurikulum
mulok yang sesuai dengan tujuan / kompetensi yang diharapkan. Metode yang digunakan
disusun secara sistematis yang dikembangkan dari metode kualitatif dengan pendekatan
Educational Research Based Development. Sebagai upaya menjawab kebutuhan pendidikan siswa, kebutuhan pengembangan sekolah, menjawab / mengatasi kondisi
lingkungan masyarakat dan mengembangkan potensi daerah, pengembangan kurikulum
muatan lokal ini sesuai dengan perkembangan tuntutan kurikulum KTSP yang sudah
(37)
and Development (R & D) ini merupakan penelitian yang dapat menfasilitasi pelaksanaan pengembangan untuk menghasilkan desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan
harapan, sebagaimana pendapat Borg and Gall (1983 :772) dalam Aisa Abas (2009:52)
mengatakan bahwa:
Educational research and development R and D is a process used to develop and validate educational product. The steps of this process are usually referred to use the R and D sycle which consists of studyng research findings fertinent to the product to be developed, developing the product based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the fill-testing stage.
Mengapa kita gunakan metode Penelitian dan pengembangan (Research and
Development) dalam penelitian ini?. Alasan pertama, seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pendekatan dengan penelitian Research and Development (R & D) ini
merupakan penelitian yang dapat menfasilitasi pelaksanaan pengembangan untuk
menghasilkan desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan harapan dan sesuai
dengan tuntutan pengembangan KTSP. Alasan kedua, saat ini pihak pengelola
sekolah SMP N 3 Rangkasbitung belum mengetahui relevansi antara desain
kurikulum muatan lokal yang dipakai saat ini (yaitu muatan lokal tata boga) dengan
pola kegiatan yang menunjang model rintisan sekolah sehat, maka dengan R&D
diharapkan kurikulum muatan lokal yang dihasilkan, mulai dari desain tujuan
(38)
Model sekolah sehat SMP N 3 Rangkasbitung, didalam dokumennya sejak
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak dan Pusat Pengembangan
Kualitas Jasmani Kementrian Pendidikan Nasional sampai dengan saat ini sudah
berjalan selama tiga tahun, dan masih dalam taraf pengembangan dan mencari bentuk
untuk menjadi model yang tepat dan sesuai dengan kondisi situasi sekolah, kondisi
siswa-siswi yang bersekolah, kondisi masyarakat lingkungannya dimana sekolah itu
berada serta sesuai dengan kondisi dan potensi daerah Kabuten Lebak yang mayoritas
penghasilan penduduknya yang utama dari sektor pertanian, perkebunana, hasil
hutan dan galian hasil tambang (emas, batu bara, bahan kramik dan pasir) dan
penghasilan terbesar kedua setelah itu adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran,
serta yang terbesar ketiga adalah sektor jasa-jasa, industri dan angkutan dan
komunikasi.
Langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan ini mengarah
pada tahapan yang berdasarkan kajian dan temuan peneliti, kemudian dikembangkan
suatu produk desain kurikulum muatan lokal. Pengembangan produk yang didasarkan
dari hasil temuan dan kajian pada studi pendahuluan, diuji dalam situasi tertentu
dengan mengkonsultasikan dengan para ahli dibidangnya masing-masing, dengan
menggunakan Teknik Delphi (untuk gizi higienis dan kesehatan dikonsultasikan
dengan ahli gizi dan dokter, boga dan ragam masakan/ragam pangan dikonsultasikan
dengan ahli memasak dan guru mulok tata boga serta pendidikan lingkungan hidup
(39)
kurikulumnya dikonsultasikan kepada ahli kurikulum/ahli pendidikan/TPK daerah)
dan dilakukan revisi desain kurikulum ini dari hasil pendapat dan saran para ahli
tersebut, dilakukan berulang-ulang sampai ahirnya diperoleh suatu produk desain
kurikulum muatan lokal Gizi, boga dan lingkungan yang dapat digunakan di
lingkungan SMP N 3 Rangkasbitung atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) lainnya
di Kabupaten Lebak yang akan menerapkan Rintisan Model Sekolah Sehat.
B. Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Nana Syaodih (2005:164-165) dalam bukunya yang berjudul “Metoda
Penelitian Pendidikan” berpendapat sebagai berikut:
Penelitian dan Pengembangan (research and development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolah data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.
Syaodih mengatakan lebih lanjut bahwa langkah-langkah proses penelitian dan
pengembangan menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan,
permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk
tertentu. Umpamanya untuk meningkatkan kemampuan guru-guru yang tersebar
dalam suatu daerah yang sangat luas membutuhkan bahan latihan atau penataran yang
disusun dalam bentuk modul. Langkah selanjutnya adalah menentukan karakteristik
(40)
diberikan dan bagaimana proses pembelajarannya. Materi dan proses pembelajaran
tersebut harus disesuaikan dengan kondisi, latar belakang dan kemampuan guru yang
akan mempelajarinya, serta sumber-sumber belajar yang ada didaerh mereka
masing-masing. Setelah itu barulah dibuat draf produk, atau produk awal yang masih kasar,
kemudian produk tersebut diuji cobakan dilapangan dengan sampel secara terbatas
dan sampel lebih luas secara berulang-ulang. Selama kegiatan uji coba dilakukan
pengamatan dan evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi diadakan
penyempurnaan-penyempurnaan. Kegiatan evaluasi dan penyempurnaan dilakukan
secara terus menerus sampai dihasilkan produk yang terbaik atau produk standar.
Untuk menguji keampuhan produk yang dihasilkan diadakan pengujian mutu hasil
dengan metoda eksperimen.
Sementara itu, Sugiyono (2006:407) berpendapat tentang penelitian dan
pengembangan sebagai upaya untuk dapat menghasilkan produk tertentu, digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk
tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka itu diperlukan penelitian
untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi, penelitian dan pengembangan
bersifat longitudinal (bertahap bisa multi years). Metoda penelitian dan
pengembangan telah banyak digunakan pada bidang ilmu alam dan teknik, namun
demikian metoda ini juga bisa digunakan dalam bidang sosial seperti psikologi,
(41)
Sejalan dengan pendapat dua ahli diatas, Suharsimi Arikunto (2006:7) juga
berpendapat bahwa penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan, sebagai
satu contoh dalam bidang pendidikan sebagai berikut:
Semua kejadian yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dicatat dan diteliti, dan diadakan penyempurnaan seperlunya sehingga akhirnya diharapkan ditemukan prototype metode penelitian dengan menggunakan ”Buku Berprograma” (hasil produknya). Mengadakan percobaan dan penyempurnaan inilah digolongkan sebagai Penelitian Developmental atau penelitian pengembangan. Hampir semua pabrik terdapat sebuah seksi yang bertugas mengadakan penelitian tentang hasil , mencoba meningkatkan mutu dalam skala kecil. Seksi ini disebut Research and Development (R&D). Pada saat in hampir di semua departemen terdapat bagian Reseach and Development yang dikenal dengan bagian Litbang (Penelitian dan Pengembangan).
Sedangkan khusus dalam bidang pembelajaran, metoda penelitian
pengembangan dapat dilakukan melalui tiga (3) cara, yaitu : 1) penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research), 2) penelitian eksperimen semu
(Quasi-Experiment), 3) penelitian pengembangan (Design Research). Ketiga hal ini dikemukakan oleh tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi (Puslitjaknov)
Pendidikan Balitbang Depdiknas (2008:1) dalam buku pedoman “Metodologi
Penelitian Pengembangan.
C. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan
Secara garis besar ada tiga langkah penelitian dan pengembangan menurut
Nana Syaodih. Pertama, Studi Pendahuluan, pada tahapan ini kegiatan yang
dilakukan adalah mengkaji teori dan mengamati (observasi) produk atau kegiatan
yang telah ada. Kedua, melakukan pengembangan produk atau program kegiatan
(42)
bagian-bagian yang masih mengandung kelemahan. Ketiga, Pengujian atau
memvalidasi suatu produk atau program kegiatan baru. Kegiatan pengujian dilakukan
melalui beberapa kali uji coba, dengan sampel terbatas dan sampel yang lebih luas,
fungsi utama pengujian adalah menilai efektifitas produk secara internal maupun
eksternal. Pengujian produk dilakukan melalui prosedur yang berlaku dalam
eksperimen.
Lebih rincinya Syaodih (2005:169-170) dalam bukunya Metoda Penelitian
Pendidikan menuliskan sepuluh langkah prosedur penelitian pengembangan sebagai
berikut dibawah ini :
Mengacu kepada percobaan-percobaan yang telah dilakukan pada FarWest Laboratory tersebut, secara lengkap menurut Borg dan Gall (1989) ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan:
1) Penelitian dan pengumpulan data/informasi (reasearch and impormation collekting). Pengukuran kebutuhan, studi literature, penelitian dalam sekala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain penelitian atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3) Pengembangan draf awal produk (develop preliminary form of product ). Pengembangan bahan pengajaran, proses pembelajaran dan instrument evaluasi.
4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing) uji coba dilapangan pada satu sekolah sampai tiga sekolah dengan 6 sampai 12 sabyek uji coba (guru). Selama uji coba, diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.
5) Merevisi hasil uji coba (main product revision ) memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba. (tujuan pada kegiatan ini dalam rangka menghasilkan produk utama)
(43)
Potensi dan Masalah Revisi Desain Desain Produk Pengumpul an Data Revisi Produk Ujicoba Produk Validasi Desain Ujicoba Pemakaian Revisi Produk Produksi Masal
6) Uji coba lapangan (main field testing) melakukan uji coba yang lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai 100 orang sabyek uji coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang diuji cobakan dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkandengan kelompok pembanding.
7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision) menyempurnakan produk hasil uji lapangan.
8) Uji lapangan oprasional. (operational field testing) dilaksanakan pada 10 sampai 30 sekolah dan melibatkan 40 sampai 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi serta analisis hasilnya. Tujuan utama pada kegiatan dalam rangka menghasilkan produk oprasional.
9) Penyempurnaan produk ahir (final product revisien) penyempurnaan berdasarkan masukan dari hasil uji pelaksanaan lapangan .
10)Desiminasi dan implementasi (Dissemination and implementasion), melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerjasama dengan penerbit untuk diterbitkan. Memonitor penyebaran untuk pengontrolan kualitas.
Sedangkan menurut Sugiyono(2006:409) juga ada 10 langkah metode
Penelitian dan Pengembangan seperti yang terlihat dalam bangan berikut ini :
(44)
Sedangkan menurut tim di Puslitjaknov Balitbang Depdiknas mengatakan bahwa
metoda penelitian dan pengembangan memuat tiga (3) komponen utama yaitu : (1)
Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Dan
deskripsi dari komponen nomer satu dan nomer dua adalah sebagai berikut :
1) Model Pengembangan
Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangakan produk yang
akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model procedural, model
konseptual, dan model teoritik. Model procedural adalah model yang bersifat
deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilakn
produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan
komponen-komponen produk, mengananlisis komponen-komponen produk,
mengananlisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar
komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah adalah model yang
menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan
didukung oleh data empiric.
2) Prosedur penelitian dan pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh
oleh peneliti / pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan
berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan
produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat
komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis
(45)
hubungan antar komponen dalam sistem. Sebagai contoh Prosedur
Pengembangan yang dilakukan Borg dan Gall (1983) mengembangkan
pembelajaran mini (mini Course) melalui 10 langkah, sebagaiman yang dituliskan
dalam “Metoda Penelitian Pengembangan” dari Pusat Penelitian Kebijakan dan
Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas (2008) sebagai berikut :
a) Melakuakn penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas, dan lainnya), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan.
b) Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi ketrampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan Uji Ahli atau uji coba pada sekala kecil, atau Expert Judgement.
c) Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
d) Melakukan uji coba lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 2-3 sekolah menggunakan 6-10 subyek ahli. Pengumpulan informasi / data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.
e) Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.
f) Melakukan uji coba lapangan utama dilakukan terhadap 3-5 sekolah, dengan 30-80 subyek. Test / penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah proses belajar.
g) Melakukan revisi terhadap produk oprasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan utama.
h) Melakukan uji lapangan oprasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah, melibatkan 40-200 subyek) data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan kuesioner.
i) Melakukan revisi terhadap produk ahair, berdasarkan saran dan uji coba lapangan.
(46)
j) Mendeseminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasiproduk untuk komersial, dan memantau distribusi dan control kualitas.
Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan
lebih sederhana, hanya melibatkan lima langkah utama yaitu :
a. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
b. Mengmbangkan produk awal
c. Validasi ahli dan revisi
d. Uji coba lapangan sekala kecil dan revisi produk
e. Uji coba lapangan sekala besar dan produksi ahir.
Dengan adanya faktor-faktor penghambat yang sulit dihindari dalam
penelitian ini maka peneliti menggunakan penelitian dan pengembangan yang
dimodipikasi, dan tidak semua langkah strategi R&D yang dituliskan diatas dapat
peneliti lakukan yaitu tiga langkah /tahapan yang terahir (dari sepuluh langkah utama)
pada kesempatan penelitian kini, hal ini berarti hanya menggunakan langkah kesatu
sampai dengan langkah ketujuh sesuai dengan keperluan penelitian ini, serta validasi
dan evaluasi produk melalui cara mengkonsultasikan dan diskusi panel dengan para
ahli/ pakar pada bidangnya masing-masing. Proses memberikan masukan untuk
perbaikan produk (proses Validasi) yang peneliti lakukan dengan menggunakan
Expert Judgement atau Teknik Delphi sebagai mana yang dijelaskan dalam Metode
Penelitian Pengembangan(Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
(47)
Kesepuluh langkah yang sudah dijelaskan diatas tersebut peneliti
mengelompokkan pelaksanaannya menjadi tiga kelompok / fase yang insyaAlloh
akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Studi Pendahuluan, (2) Penyusunan
draf desain kurikulum mulok gizi, boga dan lingkungan (3) Uji coba/uji ahli dan
perbaikan desain kurikulum muatan local, sebagaimana yang dikemukakan
Syaodih.N (2005:189) dalam Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang
dimodifikasi, sebagaimana yang kami adopsi dari Aisa Abbas (2009 : 58)
1. Studi Pendahuluan
Kegiatan-kegiatan yang dilakuakn pada studi pendahuluan dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penyusunan model desain
kurikulum muatan lokal Gizi higienis dan kesehatan, Boga dan ragam masakan, serta
Pendidikan Lingkungan Hidup yang akan dikembangkan. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam studi pendahuluan ini adalah:
a. Studi Literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber dan dokumen yang berkaitan
dengan desain kurikulum, materi-materi muatan lokal gizi higienis dan
kesehatan, boga dan ragam masakan, serta hal-hal yang berkenaan dengan
persoalan lingkungan hidup yang dianggap relevan dengan model sekolah sehat,
studi literatur yang dilakukan berupa menelaah teori-teori yang sudah ada dan
hasil-hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan desain kurikulum
(48)
b. Studi Lapangan, yaitu survey awal di SMP Negeri 3 Rangkasbitung Kabupaten
Lebak, mengevaluasi kurikulum muatan lokal Tata Boga yang sedang berlaku di
sekolah saat ini, mengevaluasi kegiatan-kegiatan penerepan Model Sekolah Sehat
dan pengkajian relevansi antara kurikulum mulok yang sedang berjalan dengan
kegiatan-kegiatan pada model sekolah sehat.
Survey awal dilakukan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan konsep
desain pengembangan kurikulum muatan lokal gizi, boga dan lingkungan yang
lebih relevan dengan kebutuhan pendidikan siswa, kebutuhan pengembangan
sekolah, kebutuhan masyarakat dan pengembangan potensi daerah yang dimiliki.
Hasil survey juga akan digunakan sebagai masukan dalam merancang
instrumen-instrumen penelitian, pada saat observasi peneliti melakukan studi dokumentasi
kurikulum muatan lokal yang sedang berjalan disekolah ini yaitu pelajaran mulok
tata boga, wawancara dengan kepala sekolah dan para wakilnya, guru-guru,
pengawas sekolah, komite sekolah, tokoh masyarakat serta observasi terhadap
kondisi aktual dan faktual kehidupan masyarakat dan lingkungan sekolah saat ini
untuk bahan pertimbangan menyusun desain materi kurikulum muatan lokal
tersebut diatas.
Evaluasi kurikulum mulok yang sedang berjalan dimaksukkan untuk menemukan
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam kurikulum muatan lokal
yang selama ini diterapkan (yakni tata boga yang diperuntukkan bagi semua
(49)
pertama dalam pengembangan model desain kurikulum muatan lokal gizi, boga
dan lingkungan.
”Penilaian kebutuhan” merupakan masukan yang digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan model desain kurikulum muatan lokal yang akan dikembangkan
disekolah ini yang sesuai / relevan dengan pola kegiatan rintisan ”model sekolah
sehat” (MSS) di SMP N 3 rangkasbitung yang juga menjadi fokus penelitian ini.
Penilaian kebutuhan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat
tentang standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang benar-benar
dibutuhkan untuk perkembangan pendidikan siswa, kebutuhan pengembangan
model sekolah sehat (MSS), kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah dan
kebutuhan pengembangan potensi daerah Kabupaten Lebak.
2. Perencanaan Pengembangan Desain Kurikulum Muatan Lokal.
Usai mengidentifikasi produk pendidikan yang akan dikembangkan dan
mengevaluasi produk pendidikan yang sedang berjalan, langkah selanjutnya adalah
menyusun rencana pengembangan desain kurikulum muatan lokal gizi, higienis dan
kesehatan (untuk siswa kls 7), boga dan ragam masakan / ragam panganan (untuk
siswa kls 8) serta pendidikan lingkungan hidup (untuk siswa kls 9) atau kita sebut
dengan nama kurikulum muatan lokal ”gizi boga dan lingkungan”, formula desain
kurikulum muatan lokal ini dipilih berdasarkan hasil analisis pada studi pendahuluan
yaitu antara lain mempertimbangkan kesesuaian (relevansi) nya dengan pola rintisan
model sekolah sehat (MSS), mempertimbangkan kebutuhan masyarakat lingkungan
(50)
(tata boga untuk semua tingkatan siswa), mempertimbangkan kebutuhan pendidikan
siswa saat ini dan kehidupan mendatang (hasil kuesioner siswa), dan juga
mempertimbangkan potensi dan pengembangan daerah Kabupaten Lebak (studi
literatur dan dokumen di Kabupaten Lebak), serta mempertimbangan aspek
kepentingan nasional dan global seperti masalah lingkungan hidup, berbagai
pencemaran dan isu-isu pemanasan global.
Hal yang paling penting dalam merencanakan penelitian produk dalam
bidang pendidikan adalah merumuskan tujuan spesifik yang akan dicapai dari hasi
pengembangan pendidikan (dalam hal ini pengembangan desain kurikulum muatan
lokal), serta mengestimasi dan merencanakan kebutuhan-kebutuhan ketika
implementasinya, baik waktu, dana, sarana prasarana dan media serta sumber daya
manusia yang akan terlibat dalam pengembangan produk pendidikan tersebut. Agar
perencanaan pengembangan model kurikulum muatan lokal gizi, boga dan
lingkungan dapat dilakukan secara cermat, teliti dan baik, pada tahap ini ada
beberapa kegiatan yang perlu dilakukan antara lain: (1) analisis dan identifikasi
ketersediaan sumber daya, baik waktu, dana dan daya dukung sekolah (2) analisis
dan identifikasi kebutuhan dan perkembangan pendidikan siswa disekolah ini, (3)
analisis dan identifikasi kondisi kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah kini dan
yang akan datang, (4) menganalisis dan identifikasi keunggulan dan potensi daerah
dimana sekolah ini berada (dalam hal ini adalah potensi daerah Kabupaten Lebak)
(5) menentukan unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan desain kurikulum
(1)
Rekomondasi untuk Guru
3. Guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas mesti memahami dan
mengembangkan silabus untuk kurikulum muatan lokal gizi dan makanan pada
kelas delapan dan Sembilan serta silabus untuk kurikulum pendidikan lingkungan
hidup di kelas tujuh.
4. Upaya guru untuk membangun pembelajaran kurikulum muatan lokal bukan
hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotornya dengan
pendekatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
5. Mengadakan penelitian lanjutan, baik PTK atau PTS untuk melihat keefektifan
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Abas,A. (2009). Pengembangan Desain Materi Kurikulum Muatan Lokal
”Siwalima”Pada Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Ambon, Tesis.
Bandung. Publikasi SPS UPI Bandung.
Astuti.S. (2009). 301 Tip Anti Gagal Memasak Untuk Pemula, Jakarta : Kriya Pustaka.
BNSP .(2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : BNSP
Baharudin. (2008 ) Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Menengah
Pertama .Tesis. Bandung. Publikasi SPS UPI Bandung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak (2009) Produk Domestik Regional
Bruto(PDRB) Kabupaten Lebak 2008
Cahyadi, W.(2008). Bahan Tambahan Pangan ,Jakarta : PT Bumi Aksara Departemen Pendidikan Nasional (2007) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional,
a. Nomer 22 tahun 2006, tentang Standar Isi.
b. Nomer 23 tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan c. Nomer 24 tahun 2006, tentang Pelaksanaan peraturan Mendiknas
nomer 22 dan 23
Direktorat Pembinaan SMP DEPDIKNAS (2009 ) Panduan Teknis UKS SMP.
DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama Islam ( 2000) Islam Dan Lingkungan
Hidup, Jakarta
Dinas Informasi Komunikasi Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak (2004)
Lebak Dalam Arus Perubahan (Kado Ulang Tahun ke-176 Kabupaten Lebak)
Departeman Agama RI (2000) Islam dan Lingkungan Hidup, Jakarta
Ema. S (2007) 148 Resep Jus untuk Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Anda, Jakarta : Penebar Plus
Erliany.S dan Sukmadinata, N.S (2009) Optimalisasi Pengembangan KTSP, Makalah Seminar . Bandung : HIPKIN
(3)
Gichara Jenny (2009) Jalan Sehat, Jakarta Selatan : Jagakarsa
Ganjar. A (1997) Pedoman Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup di
Sekolah, Jakarta :DEPDIKNAS DIRJEN DIKDASMEN (Proyek
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Hamzah B.H ( 2007) Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif, Jakarta : PT Bumi Aksara
Hergenthahn,B.R & Olson, M.H. (2008).Theories Of Learning, Jakarta : Kencana
Humas dan Komunikasi Setda Lebak (2008) Swaraloka Persada Lebak
(Demokrasi dan Dinamika Pembangunan Kabupaten Lebak pada ulang tahun ke-180, 1828-2008)
HIPKIN (2009) Kumpulan Makalah Seminar Nasional (Otimalisasi Daerah
dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berkualitas Nasional dan Global, Bandung.
Johnson Elaine B ( 2009) Contextual Teaching and Learning, Bandung : Mizan Learning Center
Hamalik, O. (1994) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik, O. (2007) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Hamalik, O. ( 2008) Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Kerjasama SPS UPI dan Remaja Rosdakarya
Hasan, H.S (2008) Evaluasi Kurikulum, Bandung : Kerjasama SPS UPI dengan REMAJA ROSDAKARYA
Hasan, H.S (2007) Pengembangan Kurikulum Sekolah, dalam Ali, M., Ibrahim, R. ,Sukmadinata, N. S., Sujana,D., Rasyidin, W (Penyunting). Ilmu dan
Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. IMTIMA(Halaman 133-150)
Hasan, H.S ( tidak bertahun ) Artikel ” Kurikulum dan Tujuan Pendidikan” diambil dari internet
(4)
Muslich. M (2007 ) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual (panduan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas) , Jakarta: Bumi Aksara
Muhaimin.H,Sutiah Hj & Listyo Prabowo Sugeng (2008) Pengembangan Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah & Madrasah, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
Mulyasa E.H (2008) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan
Praktis, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E (2008) - Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta : PT Bumi Aksara
Mulyasa, E (2006) - Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Munandar, A (1996) Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup untuk Guru SLTP. Jakarta : DEPDIKBUD DIRJEN
DIKDASMEN ( Proyek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan hidup) Murray Turroff and Harrold A. Linstone (2002). The Delphi Method Techniques
and Application
Nasir. (2003). Kerja guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Muatan Lokal
pada SLTP Negeri Kabupaten Majalengka. Tesis, Publikasi SPS UPI
Bandung
Nasution, S. (1989) Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara
Nasution, S. ( 2001 Cetakan ke Empat ) Asas- Asas Kurikulum. Jakarta; Bumi Aksara
Nuraida, L (2008) Menuju Kantin Sehat di Sekolah, Jakarta : PUSJAS DEPDIKNAS dan SEAFAST LPPM IPB (2009)
Nurheti Yuliarti (2008) Racun disekitar kita, Jogjakarta : Andi Offset Nurdin Syafruddin H (2005) Model Pembelajaran yang Memperhatikan
Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat
: PT Ciputat Press
Notoatmojo Soekidjo ( 2007) Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cipta
(5)
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, BALITBANG DEPDIKNAS (2008) Metode Penelitian Pengembangan.
Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani DEPDIKNAS (2009)
- Panduan Pengembangan Model Sekolah Sehat di Indonesia - Panduan Menuju Kantin sehat di Sekolah
- Pedoman Pembinaan Pelatihan Pembina dan Pelaksana UKS di SMP dan
MTs ( 2006 )
- Program Pengembangan Model Sekolah Sehat.
- Pedoman Dana Bantuan Imbalan Swadaya Pengembangan Model Sekolah Sehat
Print, M (1993) Curriculum Development and Design, Second edition, Sedney Qurniadi (2009) Pengembangan Seni Budaya Melayu Sebagai Pelajaran Pada
Kurikulum Muatan Lokal, Tesis. Bandung Pulikasi SPS UPI Bandung
Ridwan (2009) Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: ALFABETA
Rusman (2009) Manajemen Kurikulum, Jakarta : Rajawali Pers
Ridwan (2004 ) Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : ALFABETA R. Borg. Walter (2002) Educational Research : an Introduction, USA
Rubin Louis (1977) Curriculum Handbook, United States
Sanjaya, W (2007)Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung SPS UPI 2007. Sanjaya, W (2008) Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Media Group. Sanjaya, W (2008) Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sugiono (2009) Statistika untuk Penelitian, Bandung : ALFABETA Sujana (1988) Metoda Statistika, Bandung : TARSITO
Susilana. R. (2006) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung. Publikasi Jurusan Kurikulum dan teknologi pendidikan UPI
Supriadi,Dedi. (1999) Problematika dan Perspektif Muatan Lokal dalam
(6)
Sukardi (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta : PT Bumi Aksara
Sutomo. B (2008) Sukses Wirausaha Jajan Pasar Favorit, Jakarta : Kriya Pustaka Sukmadinata, N.S (2005) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, N. S (2004) Pengembangan Kurikulum (teori dan praktek) Bandung : Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, N.S (2007) Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, N.S ( 2007) Kurikulum dan Pembelajaran dalam Ali,M.,
Ibrahim,R. , Sukmadinata, N.S., Sujana, D., dan Rasyidin, W ( Penyunting)
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung, PT. IMTIMA (Halaman 97-132).
Sukmadinata, N.S., dan Ibrahim, R., (2007)Teori Kurikulum. Dalam Ali,M., Ibrahim,R. , Sukmadinata, N.S., Sujana, D., dan Rasyidin, W ( Penyunting)
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung, PT. IMTIMA (Halaman 85-102 )
Sukmadinata, N.S (2009) Landasan Teoritis KTSP, makalah seminar. Bandung : HIPKIN
Tarwotjo,C. S (1998) Dasar-dasar Gizi Kuliner, Jakarta : Grasindo Tim Pengembang Kurikulum (2007) Dokumen Kurikulum SMP N 3
Rangkasbitung.Kabupten Lebak Provinsi Banten.
Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi pendidikan Balitbang Depdiknas (2008) Metoda Penelitian Pengembangan.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995)
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Edisi Kedua). Jakarta, Balai Pustaka
Tuckman, Bruce.1978. Conducting Education Research. New York : Harcout Brace Jovanovich Inc.
Wena Made (2009) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : Bumi Aksara
Zais, R. S (1976) Curriculum Prinsiple and Foundation. New York: Haper & Row Publishers