Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi Proposal pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit "X" Bandung.

(1)

v ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai jenis motivasi prososial yang dominan pada perawat Intalasi Gawat Darurat (IGD) di Kota Bandung, berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan teori Motivasi Prososial dari Janusz Reykowski.

Sampel penelitian berjumlah 32 orang. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skenario motivasi prososial bersifat semi proyektif yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori motivasi prososial Janusz Reykowsky. Alat ukur divalidasi menggunakan ekspert validity. Alat ukur terdiri dari 15 item yang menggambarkan jenis motivasi prososial. Data yang dijaring diolah menggunakan teknik content analysis dan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Berdasarkan pengolahan data ditemukan bahwa 59,4% dari perawat IGD memiliki tipe motivasi prososial dominan Intrinsic Motivation. Sisanya sebesar 40,6% perawat IGD memiliki tipe motivasi prososial dominan Endocentric Prosocial Motivation. Aspek yang paling menonjol pada perawat IGD Intrinsic Prosocial Motivation ialah aspek kondisi yang menghambat yaitu 84,2%.. Sedangkan aspek paling menonjol pada perawat IGD Endocentric Motivation ialah aspek kondisi awal yang mendahului yaitu 90%.

Peneliti menyarankan kepada kepala perawat IGD agar memberikan bimbingan kepada perawat untuk tetap mempunyai motivasi prososial intrinsik dan untuk perawat IGD penelitian ini berguna untuk masukan agar mengembangkan motivasi prososial intrinsik dengan fokus kepada kebutuhan pasien atau rekan perawat. Selain itu, disarankan kepada peniliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara pola asuh dan jenis kelamin dengan motivasi prososial agar memperjelas pengaruh faktor pola asuh orang tua dan jenis kelamin terhadap jenis motivasi prososial.


(2)

vi ABSTRACT

This research was conducted to gain an overview the types of dominant Prosocial Motivation to nurses at Instalasi Gawat Darurat (IGD) in Bandung, following by factors that influence it. This research uses the Prosocial motivation theory by Janusz Reykowski.

These samples included 32 people. The sampling technique in this research is purposive sampling. Measuring instrument used is the scenario prosocial motivations that are semi projective made by the writers based on prosocial motivation theory by Janusz Reykowsky. Measuring instrument has validated using expert validity. Measuring instrument consists of 15 items that describe the type of prosocial motivation. The data is processed using analysis content techniques and presented in the form of frequency distributions and cross-tabulations.

Based on processing the data was found that 59.4% of nurses IGD has a dominant type of prosocial Intrinsic Motivation. The remaining 40.6% of nurses IGD has a dominant type of prosocial Endocentric Prosocial Motivation. The most outstanding aspect, Prosocial Intrinsic Motivation found in IGD nurse is 84.2% of aspects conditions which inhibit. While the most prominent aspect, Endocentric Motivation in IGD nurse is the aspect that precedes the initial conditions of 90%.

The writers suggest the head of IGD nurse to provide guidance to nurses to remain intrinsic prosocial motivation, because the research is useful for feedback in order to develop prosocial intrinsic motivation by focusing on the needs of the patient or a fellow nurse. In addition, the next writers suggested do further investigate the relationship between parenting and gender with prosocial motivation in order to clarify the influence of parents' parenting and gender of the prosocial motivation.


(3)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS………. iii

PERNYATAAN PUBLIKASI……… iv

ABSTRAK………... v

ABSTRACT……….. vi

KATA PENGANTAR……….. vii

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR BAGAN……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah………... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………... 7

1.3.1 Maksud Penelitian……….. 7

1.3.2 Tujuan Penelitian………... 8

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….. 8


(4)

x

1.5 Kerangka Pikir……… 9

1.6 Asumsi……… 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Motivasi Prososial……… 19

2.1.1 Definsi Perilaku Prososial………... 19

2.1.2 Definisi Motivasi Prososial………. 20

2.1.3 Mekanisme Motivasi Prososial ……….. 20

2.1.4 Aspek-aspek Motivasi Prososial ………. 22

2.1.5 Jenis-jenis Motivasi Prososial……….. 24

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Dapat Menmpengaruhi Motivasi Prososial…………. 27

2.2 Karakteristik Perkembangan Pada Masa Dewasa……….. 32

2.2.1 Pengertian Pada Masa Dewasa Awal……… 32

2.2.2 Batasan Masa Dewasa Awal……….. 32

2.2.3 Tugas Perkembangan Dewasa Awal………. 33

2.2.4 Karakteristik Kognisi Pada Dewasa Awal……… 35

2.2.5 Karakteristik Sosio Emosional pada Masa Dewasa Awal……… 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan prosedur Penelitian………. 37


(5)

xi

3.2 Bagan Rancangan Penelitian……… 37

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….. 38

3.3.1 Variabel Penelitian ………. 38

3.3.2 Definisi Operasional ……….. 38

3.4 Alat Ukur ………. 42

3.4.1 Alat Ukur Motivasi Prososial ………... 42

3.4.2 Prosedur Pengisian Kusioner………. 48

3.4.3 Sistem Penilaian ….………. 48

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang………. 48

3.4.5 Validitas Alat Ukur……… 49

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ……… 49

3.5.1 Populasi Sasaran………. 49

3.5.2 Karakteristik Populasi………. 49

3.5.3 Teknik Analisis Sampel……… 50

3.6 Teknik Analisis Data……….. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden……… 51

4.2 Hasil Penelitian……….. 51

4.2.1 Motivasi Prososial Perawat IGD rumah sakit ”X” di kota Bandung 52

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….. 58


(6)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………. 68

5.2 Saran……… 68

5.2.1 Saran Teoritis……….………... 69

5.2.2 Saran Praktis.………. 69

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN


(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur

Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2.1 Hasil Penelitian Jenis Motivasi Pada Perawat IGD

Tabel 4.3.1 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi Awal yang Mendahului Tabel 4.3.2 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi Akhir Yang Diharapkan Tabel 4.3.3 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi yang Memfasilitasi Tabel 4.3.4 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi yang Menghambat Tabel 4.3.5 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kualitas Tindakan

Tabel 6.1 Tabulasi Silang Jenis Motivasi Pada Faktor Pola Asuh Orang Tua Tabel 6.2 Tabulasi Silang Jenis Motivasi Pada Faktor Lingkungan Pekerjaan Tabel 6.3 Tabulasi Silang Jenis Motivasi Pada Usia


(8)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ………... 17


(9)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : LEMBAR PERSETUJUAN

LAMPIRAN II : KUESIONER DATA PENUNJANG LAMPIRAN III : KUESIONER DATA PRIMER

LAMPIRAN IV : TABULASI SILANG JENIS MOTIVASI PROSOSIAL PADA DATA PENUNJANG

LAMPIRAN V : INFORMASI DATA PRIBADI RESPONDEN LAMPIRAN VI : DATA PENUNJANG


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, manusia akan berarti jika dapat hidup bersama dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya. Semenjak kecil manusia sudah melakukan tindakan sosial. Semakin dewasa, kebutuhan manusia semakin beragam, sehingga tindakan sosialnya semakin besar. Tindakan sosial manusia diperoleh melalui proses pengalaman dan proses belajar dari orang lain. Tindakan sosial yang dianggap baik dan bermanfaat bagi orang lain atau lingkungannya lama kelamaan akan dianggap sebagai sesuatu kebiasaan di masyarakat

Tindakan sosial bisa terjadi didalam masyarakat atau sebuah instasi. Instansi yang paling banyak ditemukan dalam melakukan tindakan sosial adalah rumah sakit. Rumah sakit selaku salah satu sarana kesehatan dan tempat penyelenggaraan upaya kesehatan berusaha untuk meningkatkan mutu yang optimal bagi masyarakat. Setiap rumah sakit memiliki kewajiban untuk melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan pelayanan kepada pasien tidak mampu atau miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana, dan lain sebagainya (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 f).

Fungsi sosial dari rumah sakit yang membuat peneliti tertarik adalah pelayanan gawat darurat. Gawat darurat itu sendiri adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.


(11)

2 Pemeriksaan medis dirumah sakit diserahkan kepada Instlasi Gawat Darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar (Neufert, 1999). Upaya pelayanan di Rumah sakit diselenggarakan dengan berbagai macam pendekatan. Pendekatan itu terdiri atas, pendekatan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Undang-undang kesehatan No.23 Tahun 1992). Selain dokter yang berperan penting dalam upaya pelayanan gawat darurat terdapat suatu profesi yang mendukung penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan yaitu perawat.

Orientasi seorang perawat adalah pasien, walaupun sebenarnya seorang perawat juga berada dalam suatu lingkungan kerja yang meliputi beberapa rekan perawat serta dokter. Pada keperawatan gawat darurat terbagi empat peran perawat yang berwenang dan mempunyai tugas-tugasnya masing-masing. Keempat peran perawat tersebut adalah perawat kepala ruang gawat darurat, perawat pembimbing, ketua grup perawat dan perawat pelaksana. Perawat kepala ruang gawat darurat adalah seorang tenaga profesional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat darurat. Tugas-tugas seorang kepala ruang gawat darurat adalah Melaksanakan Fungsi Perencanaan (P1), melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2), melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3). Perawat pembimbing adalah seorang tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dan berwenang dalam memberikan bimbingan kepada tenaga keperawatan serta peserta didik keperawatan di ruang rawat darurat. Tugas- tugas perawat pembimbing antara lain melaksanakan bimbingan dan pengawasan tenaga keperawatan dan peserta didik sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan, berperan serta dalam kegiatan penelitian bidang kesehatan / keperawatan, bersama kepala ruang rawat


(12)

3 darurat menyusun program pendidikan mengenai askep di IGD, menciptakan kerja sama serta koordinasi yang harmonis antara sesama perawat & tim keperawatan lain, melakukan evaluasi hasil bimbingan, mengikuti pertemuan ilmiah baik dibidang kesehatan maupun keperawatan, dan mentaati peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan rumah sakit. Ketua grup adalah seorang tenaga keperawatan profesional yang bertanggung jawab dan berwenang untuk mengetuai sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien keperawatan di ruang rawat darurat. Tugas-tugas ketua grup bersama kepala ruangan melakukan serah terima tugas pada setiap pergantian dinas, selain itu mengkoordinir kegiatan pelayanan keperawatan di kelompoknya, melaksanakan asuhan keperawatan, menganalisa masalah dan melakukan tindak lanjut, membuat laporan, mengawasi kinerja perawat anggota kelompoknya, menjaga dan memelihara lingkungan kerja agar tetap bersih dan rapih, menciptakan kerjasama serta koordinasi yang harmonis antara sesama perawat dan tim kesehatan lain dan mentaati peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan rumah sakit. Perawat pelaksana adalah Seorang tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dan diberi wewenang memberikan pelayanan keperawatan di instalasi rawat darurat. Tugas-tugas perawat pelaksana sebagai berikut mengkaji keadaan pasien, membuat rencana keperawatan, melakukan evaluasi dan melakukan pencatatan atau dokumentasi, menyiapkan, memelihara dan menyimpan peralatan agar selalu siap pakai, melakukan dinas rotasi sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh kepala ruangan, memelihara lingkungan IGD untuk kelancaran pelayanan, melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang IGD dan lingkungannya, peraturan / tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan penggunaannya, menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya maupun dengan anggota tim kesehatan, membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan lain yang lebih mampu untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dapat ditanggulangi, mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter penanggung jawab IGD atau


(13)

4 perawat kepala ruang rawat darurat, menyiapkan pasien yang akan keluar meliputi menyediakan formulir untuk penyelesaian administrasi seperti : Surat izin pulang, surat keterangan sakit, resep obat untuk dirumah jika diperlukan. Tugas-tugas perawat dalam melayani menuntut perawat mengeluarkan tenaga dan terkadang melebihi jam kerja dan terkadang membutuhkan perhatian lebih terhadap situasi darurat yang bisa saja muncul secara tiba-tiba. Peristiwa darurat diantisipasi perawat dengan metode koordinasi antara perawat IGD agar lingkungan di ruangan IGD terkontrol. Usaha untuk mengontrol keseimbangan lingkungan didalam ruangan IGD tersebut membutuhkan suatu proses pengamatan, dimana seseorang perawat harus mampu menyadari bahwa pasien membutuhkan pertolongan walaupun diluar jam kerja atau kewajiban perawat. Mengetahui dasar tingkah laku seorang perawat menolong pasien yang membutuhkan pertolongan diluar jam kerja atau kewajiban perawat maka yang utama yang harus dilihat adalah motivasi prososial perawat tersebut.

Motivasi prososial adalah sesuatu yang ada dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku demi kepentingan orang lain (Hoffman dalam Eisenberg, 1982). Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah membantu orang lain, bukan untuk tujuan yang lain seperti pemenuhan kebutuhan diri atau tujuan untuk perolehan imbalan dalam bentuk apa pun. Bila perawat melihat rekannya dalam keadaan kesulitan menangani pasien, perawat yang sudah tidak berada dalam jam kerjanya tetap saling membantu untuk mencapai tujuan kesejahteraan pasien. Instalasi Gawat darurat rumah sakit “X”di kota Bandung memberikan pelayanan medis kepada setiap pasien dengan ancaman kematian tetapi perlu pertolongan segera dan pelayanan pasien tidak gawat tidak darurat yang datang ke IGD selama 24 jam terus menerus. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit “X” ini melayani 43,348 orang per tahun. Rumah Sakit “X” lebih sibuk dibandingkan dengan rumah sakit lainnya di Jawa Barat karena memang rumah sakit yang ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai rumah sakit rujukan. Pemerintah menunjuk rumah sakit “X” bukan tanpa alasan, alasan utama


(14)

5 karena memang bangunan fisik yang memadai untuk menampung banyaknya pasien selain itu juga tersedianya fasilitas yang mendukung baik itu peralatan kesehatan atau pelayanan kesehatan yang bermutu dibandingkan dengan rumah sakit yang ada di Jawa Barat.

Peneliti tertarik dengan fenomena keadaan IGD rumah sakit “X” di kota Bandung. Pelayanan yang diberikan oleh perawat tersebut tergolong dipercaya oleh pasien yang datang. Tenaga keperawatan IGD rumah sakit “X” bisa melayani sesuai dengan keadaan pasien yang datang ke IGD baik gawat darurat atau tidak gawat darurat. Hasil wawancara peneliti terhadap kepala ruangan perawat IGD dari rumah sakit “X” juga mengatakan bahwa beban kerja yang terlalu berat dan tenaga keperawatan yang dimiliki rumah sakit tidak seimbang. Masalah kekurangan tenaga keperawatan tidak sejalan dengan harapan masyarakat terhadap rumah sakit “X” yang sudah begitu baik terlihat dari banyak jumlah pasien yang datang per tahunnya.

Kekurangan tenaga keperawatan diantisipasi rumah sakit “X” di kota Bandung dengan cara kerja tim disetiap unit, khususnya Instalasi Gawat Darurat. Perawat tersebut menambahkan bahwa tim perawat diatur oleh kepala perawat menurut ruangan dan bagian keahlian masing-masing perawat. Metode kerja tim ternyata tidak membuat para perawat menunjukan sikap peduli terhadap pasien. Perawat tersebut mengatakan bahwa, dalam situasi pekerjaan tidak sedikit perawat yang masih kurang “caring” terhadap pasiennya walaupun setiap perawat sudah mendapat pelatihan dalam memperhatikan pasien yang baik dan sesuai standar rumah sakit “X” tersebut. Pelatihan wajib yang dijalankan oleh rumah sakit “X” terhadap para perawat IGD yaitu BHD, PPGD, BCLS, dan ATLS. Pelatihan tersebut mengarahkan perawat terhadap situasi garurat yang akan ditemukan pada pasien yang datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit “X” Bandung. Pelatihan itu juga membentuk proses berpikir perawat untuk menolong atau membantu pasien dalam keadaan gawat darurat.


(15)

6 Prososial mengatakan bahwa sistem kognisi membuat para perawat termotivasi untuk mempertahankan keadaan atau situasi pasien menjadi baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyebutkan orientasi kognitif dianggap lebih karena mempunyai potensi motivasi yang bertujuan untuk memelihara suatu keadaan equilibrium (Abelson dan Roseberg, 1958, Heider, 1946, Piaget, 1967. dalam Eisenberg, 1982). Mekanisme pembentukan motivasi itu ditentukan struktur kognitif seseorang. Terdapat dua macam standar yang akan mempengaruhi struktur kognitif seseorang sebelum melakukan tingkah laku prososial. Standar pertama adalah Standart of Well Being yaitu, standar yang berhubungan dengan kesejahteraan individu yang didasari oleh status pribadi. Standar kedua adalah Standart of Social Behavior yaitu, standar yang prosesnya didasari oleh keinginan untuk memberikan kesejahteraan bagi orang yang membutuhkan pertolongan. Kedua standar yang ada didalam sistem kognisi seseorang akan memengaruhi bagaimana motivasi seseorang dalam melakukan tingkah laku prososial. Motivasi prososial merupakan suatu proses yang dimulai dengan kondisi yang mendahului, kondisi yang memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, perkiraan hasil yang diharapkan, dan berakhir pada kualitas tindakan yang dilakukan.

Tipe motivasi prososial secara umum ada 3 macam yaitu Ipsocentric Motivation, Endocentric Motivation, dan Intrinsic Motivation. Setiap perawat memiliki ketiga jenis motivasi ini didalam dirinya, namun hanya satu tipe motivasi dominan yang lebih memengaruhi perilaku mereka. Perawat yang melakukan tindakan membantu pasien diluar jam kerjanya untuk mendapatkan pujian atau upah tambahan, atau menghindari hukuman sosial dari anggota tim keperawatan seperti diasingkan, atau dijadikan bahan pembicaraan merupakan ciri dari perawat dengan Ipsocentric Motivation. Perawat yang melakukan tindakan membantu pasien diluar jam kerjanya untuk memenuhi tuntutan aturan dan norma tim keperawatan yang berlaku di rumah sakit “X” dan merasa diri kompeten sebagai perawat setelah melakukan tindakan menolong, merupakan ciri dari perawat dengan Endocentric


(16)

7 Motivation. Perawat yang melakukan tindakan membantu pasien diluar jam berkerjanya karena sukarela serta saling mengawasi kerja rekan perawat untuk mengusahakan keadaan pasien kembali sehat tanpa memerhatikan reward setelah melakukan tindakan membantu hal ini merupakan ciri dari perawat dengan Intrinsic Prosocial Motivaton.

Secara fenomena yang terjadi pada Instalasi Gawat Darurat rumah sakit “X” di kota Bandung tidak diragukan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh unit tersebut, namun keluhan dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap salah satu perawat membuat peneliti ingin tahu motivasi prososial apa yang dominan dan gambaran motivasi prososial perawat IGD rumah sakit “X” di kota Bandung. Berdasarkan hasil pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai tipe motivasi prososial pada perawat rumah sakit “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui jenis motivasi prososial apa yang terdapat pada perawat rumah sakit “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan gambaran jenis motivasi prososial yang terdapat pada perawat rumah sakit “X” Bandung berdasarkan proses yang terjadi melalui kondisi awal yang mendahului, kondisi yang memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, perkiraan hasil yang diharapkan dan kualitas tindakan yang dilakukan oleh perawat rumah sakit “X” Bandung.


(17)

8

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran jenis motivasi prososial dominan yang terdapat pada perawat rumah sakit “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan pada ilmu Psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Sosial guna memperkaya pembahasan mengenai motivasi prososial.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan penelitian lain agar dapat menambahkan informasi dalam penelitian lainnya

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan untuk kepala perawat rumah sakit “X” guna mengetahui motvasi prososial yang dominan pada perawat rumah sakit “X” Bandung.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi perawat rumah sakit “X” mengenai tipe motivasi prososial yang mereka miliki untuk menambah wawasan para perawat mengenai motivasi prososial yang mereka miliki agar mutu pelayanan kesehatan optimal

1.5 Kerangka Pikir

Perawat adalah seorang individu professional yang bertugas untuk membantu, menolong dan memerhatikan pasien untuk kembali sehat. Syarat tenaga keperawatan menjadi professional harus menempuh bidang pendidikan keperawatan agar tenaga untuk


(18)

9 membantu para pasien optimal dan menaikan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memerlihatkan sikap peduli kepada pasien. Orientasi seorang perawat adalah pasien, walaupun sebenarnya seorang perawat juga berada dalam suatu lingkungan kerja yang meliputi beberapa rekan perawat serta dokter. Seorang perawat bertanggung jawab atas keadaan pasien di rumah sakit, Tugas-tugas perawat ialah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pasien antara lain memberi makan, obat, mengontrol dan mengganti infus, mengobservasi pasien dan memandikan pasien atau membantunya ke kamar mandi. Beban kerja perawat sering kali melebih tenaga dan waktu yang dimiliki perawat saat bertugas. Demi tercapainya kesejahteraan pasien, perawat harus mengorbankan kepentingan mereka. Membantu sesama rekan perawat diluar jam kerjanya merupakan bentuk dari tindakan pelayanan juga dan tindakan tersebut merupakan suatu motivasi prososial.

Motivasi prososial lebih luas dijelaskan Reykowski (1982) merupakan suatu fenomena luas yaitu, menolong, membagi, mengorbankan diri dan penghormatan terhadap norma yang berlaku atau dapat dikatakan bahwa tingkah laku seseorang berorientasi pada perlindungan, pemeliharaan atau memertinggi kesejahteraan dari objek eksternal (pasien). Perawat apabila mendengar rekannya belum datang untuk menggantikan shift kerjanya, secara sukarela akan mengisi kekosongan posisi tersebut hingga rekannya datang menggantikannya. Tindakan perawat tersebut merupakan hasil cerminan untuk memertahankan keadaan keseimbangan. Tindakan itu ada karena dorongan yang terbentuk dari regulasi kognitif antara individu dan lingkungan.

Tindakan yang membeda-bedakan itu berasal dari dalam diri perawat yang nantinya menimbulkan semacam kekuatan agar tingkah laku tersebut mencapai tujuan. Tujuan perawat melakukan tindakan tersebut untuk memberi perlindungan, memberi perawatan dan meningkatkan atau membuat kembali keadaan pasien agar kembali sejahtera. Hal itu bisa


(19)

10 dikatakan sebagai motivasi prososial. Motivasi prososial yang teregulasi dalam struktur kognitif perawat terjadi karena adanya pengaruh fungsi sistem standar dalam kognitif. Terdapat dua jenis standar yang dapat dibedakan yaitu, Standard of Well-Being dan Standard of Social Behavior. Kedua standar tersebut akan memengaruhi bagaimana motivasi seseorang dalam melakukan tindakan prososial.

Standard of Well-Being merupakan standar yang pada umumnya memiliki nilai mencari keuntungan pribadi atau kesejahteraan diri sendiri atau untuk menghindari hilangnya keuntungan pribadi. Perawat yang didalam struktur kognitifnya tertanam nilai-nilai standard of well being cenderung merepresentasikan perilaku menolong pasien diluar jam kerjanya didasari motivasi bertipe ipsocentric prosocial atau endocentric prosocial, yang mana dua tipe motivasi tersebut hanya memperhatikan kesejahteraan diri (perawat) . Perawat memberikan bantuan terhadap pasien diluar jam kerjanya, ingin mendapat penilaian indeks kinerja yang baik atau sekedar mendapat pujian dari rekan perawat tersebut. Standar kedua adalah Standard of Social Behavior, seorang perawat yang tertanam nilai-nilai standar jenis ini dalam sistem kognitifnya merepresentasikan perilaku membantu pasien diluar jam kerjanya didasari motivasi bertipe intrinsic prosocial. Intrinsic prosocial merupakan motivasi yang prosesnya didasari oleh keinginan untuk memberikan kesejahteraan bagi orang yang membutuhkan pertolongan. Perawat yang membantu rekan sesama perawat diluar jam kerjanya rela menunggu rekannya yang belum datang untuk menangani pasien yang datang ke IGD karena merasa pasien merupakan hal yang lebih penting.

Terdapat tiga tipe motivasi yang berbeda dalam tingkah laku prososial. Pertama, perilaku prososial yang dikontrol oleh harapan untuk mendapatkan keuntungan (atau menghindari kehilangan) atau disebut juga dengan Ipsocentric Motivation. Tindakan perawat yang membantu pasien diluar jam kerjanya karena ingin mendapat pujian dari rekan perawat atau naik jabatan. Kedua, Tingkah laku prososial yang dikontrol oleh harapan untuk


(20)

11 mendapatkan perubahan dalam Self-Esteem yang dipengaruhi oleh norma sosial, disebut juga Endocentric Motivation. Tindakan perawat yang membantu pasien diluar jam kerjanya karena ingin terlihat bahwa ia merupakan perawat yang punya kemampuan kerja sama dalam tim keperawatan. Motivasi juga dapat berorientasi pada kepuasan objek sosial eksternal dan dorongan dalam diri untuk melakukan perilaku prososial dan kita dapat menyebutnya Intrinsic Prosocial Motivation. Perawat yang membantu pasien diluar jam kerjanya karena merasa empati dan simpati melihat kondisi pasien yang masih banyak belum ditanganin oleh rekan-rekan perawat lainnya.

Ketiga tipe motivasi prososial tersebut dibentuk melalui 5 kondisi yang menjadi pertimbangan dalam proses kognitif. Perawat yang mempunyai motivasi prososial ipsocentric dibentuk oleh kondisi-kondisi yang akhirnya menjadi motivasi prososial. Kondisi pertama adalah kondisi yang mendahului. Perawat yang mempunyai motivasi ipsocentric, kondisi yang mendahuluinya adalah adanya harapan perawat akan reward dari tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya, hadiah yang diharapkan bisa berbentuk, penilaian baik dalam indeks perawatan, pujian dari rekan perawat atau naik jabatan. Sejak itu, perawat yang mempunyai motivasi ipsocentric akan melalui kondisi kedua, kondisi perkiraan hasil yang diharapkan. Kondisi itu ialah kondisi yang menjadi harapan untuk bertingkah laku prososial. Perawat yang melakukan tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar kerjanya berharap tindakannya tersebut akan menghasilkan suatu yang bermanfaat untuk dirinya seperti penilaian yang baik dimata rekan perawat atau kepala perawat maupun upah tambahan. Kondisi selanjutnya adalah kondisi yang memfasilitasi, pada kondisi ini perawat yang mempunyai motivasi ipsocentric akan menampilkan tindakan menolong serta memerhatikan pasien diluar jam kerjanya untuk memenuhi harapan awal dalam membantu, menolong dan memerhatikan rekannya tersebut diluar jam kerjanya. Bila perawat tidak melakukan tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya maka harapan


(21)

12 awal tersebut akan tidak terpenuhi. Kondisi selanjutnya perawat akan memasuki kondisi yang menghambat, kondisi ini sebagai antisipasi dari pemikiran rugi atau untung dalam melakukan tindakan menolong dan memerhatikan diluar jam kerjanya. Kondisi yang menghambat perawat bermotivasi ipsocentric adalah perasaan lelah bila melakukan tindakan membantu, menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya. Terakhir perawat akan memasuki kondisi kualitas dari tindakan. perawat yang bermotivasi ipsocentric dalam kondisi ini hanya bertindak membantu, menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya sesuai keuntungan yang perawat tersebut akan peroleh.

Perawat yang mempunyai motivasi Endocentric juga akan melewati 5 kondisi-kondisi. Kondisi yang mendahului perawat yang mempunyai motivasi Endocentric adalah perawat yang mengaktualisasikan norma pribadi sebagai perawat. Perawat menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya karena perawat merasa bantuan yang diberikan merupakan suatu kewajaran dalam nilai kerja tim. Tindakan yang dilakukan oleh perawat yang mempunyai motivasi endocentric tersebut di sebabkan oleh kondisi yang diharapkan perawat yang membuat rasa berharga sebagai perawat meningkat. Perawat melakukan tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya untuk menghindari penilaian yang buruk terhadap kemampuan dan keahliannya sebagai perawat baik dalam keahlian atau bekerja sama dengan perawat lainnya demi kesejahteraan pasien. Proses selanjutnya bagi perawat yang mempunyai motivasi endocentric adalah kondisi yang memfasilitasi, perawat IGD yang melakukan tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya untuk memenuhi aspek moral pribadi yang sesuai dengan nilai kerja sama dan perannya sebagai seorang perawat. Bantuan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien diluar jam kerjanya sesuai dengan pandangan perawat terhadap situasi yang dialami dan disertai dengan keahlian perawat untuk bertindak. kondisi yang menghambat munculnya tindakan prososial pada perawat yang mempunyai motivasi


(22)

13 endocentric adalah perawat terlalu berpikir bila tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya akan membawanya pada pemuasan self esteem sebagai perawat yang kompeten. Karakteristik kualitas tindakan yang diperlihatkan perawat yang mempunyai motivasi endocentric, perawat hanya bertindak menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya berdasarkan penilaian aspek subjektif perawat.

Perawat yang mempunyai motivasi prososial intrinsic juga akan melalui mekanisme kondisi-kondisi yang sama. Kondisi yang mendahului untuk perawat yang mempunyai motivasi intinsic adalah meringankan beban pasien disertai adanya harapan perawat tersebut melihat pasien akan lebih baik dengan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya, Sejak itu, perawat yang mempunyai motivasi intinsic akan mempunyai kondisi yang menjadi harapan. Perawat yang melakukan tindakan menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerja berharap tindakannya akan menghasilkan suatu yang bermanfaat untuk pasien. Kondisi selanjutnya adalah kondisi yang memfasilitasi tindakan prososial. Pada kondisi ini perawat yang mempunyai motivasi intrinsic akan menampilkan tindakan prososial untuk menjaga minat dalam menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerja. Pasien yang ditolong dan diperhatikan oleh perawat tersebut didasari keinginan perawat agar pasiennya kembali dalam keadaan sejahtera. Kondisi selanjutnya perawat akan memasuki kondisi yang menghalangi, perawat yang mempunyai motivasi intrinsic merasa tindakan prososialnya dihambat oleh pemikiran yang cenderung egosentris dan mengabaikan kondisi lingkungan. Kualitas dari tindakan perawat yang bermotivasi intrinsic, perawat bertindak menolong dan memerhatikan pasien diluar jam kerjanya cenderung mempunyai inisiatif yang berlebih dalam membantu memperbaiki kondisi pasien yang mengalami keadaan yang berbeda-beda.

Ketiga jenis motivasi prososial akan memiliki derajat yang berbeda-beda pada setiap orang (Molenska & Reykowsky,1984). Perkembangan motivasi prososial seseorang tersebut


(23)

14 dipengaruhi oleh 2 macam faktor. Faktor pertama adalah faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi pola asuh dalam keluarga dan lingkungan pekerjaan. Faktor Pola asuh keluarga menjelaskan bahwa perawat yang diajarkan oleh orang tuanya untuk menolong orang lain dengan mengharapkan reward atau materi akan menimbulkan ipsocentric motivation, sedangkan perawat yang diajarkan oleh orang tuanya dengan memberikan informasi mengenai efek sosial dari tindakan mereka dalam menolong meskipun tanpa adanya reward akan berkembang motivasi prososial intrinsic. Faktor lingkungan sosial juga memiliki pengaruh yaitu bila perawat melakukan kontak atau feedback berkali-kali terhadap rekannya yang dibantu selepas waktu tugas selesai maka perkembangan kognitif perawat tersebut meningkat karena menghasilkan emosi positif. Emosi positif ini merupakan bukti dari perkembangan kognitif sehingga perawat yang melakukan kontak berkali-kali memiliki kesempatan memiliki perkembangan kognitif lebih baik dan ditambah dengan reaksi-reaksi (feedback) dari rekan perawat mengenai pertolongan tersebut akan membuat perawat memiliki pengetahuan informasi yang cukup untuk mengenali kebutuhan rekannya. (Janusz

Reykowsky dalam Eisenberg, 1982) Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh dalam

perkembangan motivasi prososial dalam diri perawat, dengan adanya rasa konformitas perawat dengan kelompoknya. H. Paspalanowa (1979) dalam penelitiannya menemukan bahwa subyek yang diklasifikasikan dengan menggunakan teknik peer-nomination sebagai kelompok prososial pada faktanya bergantung pada ekspektasi dari lingkungan sosial. Perawat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok tersebut. perawat dapat berperilaku menolong jika hal ini diharapkan oleh kelompok atau rekan perawat lainnya dan dapat juga sangat tidak menolong jika kelompok atau rekan perawat tidak saling menolong. Oleh karena itu, motivasi prososial dapat berkembang melalui interaksi dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya. (Einsenberg, 1982)


(24)

15 Faktor internal yang turut memengaruhi perkembangan motivasi ialah Jenis kelamin. Mengenai Jenis kelamin, terdapatnya signifikansi pada laki-laki dan perempuan dalam generousity (suka memberi, penyayang, pengasih, suka menolong, dan suka beramal) dan perilaku helpfulness & comforting (suka menolong, memberikan bantuan, dan memberikan ketenangan atau penghiburan) dan menemukan bahwa perempuan lebih generousity, lebih helpfulness & lebih comforting. Juga ditemukan keterkaitan yang signifikan antara moral judgment dengan perilaku generousit & helpfulness, dimana tingkat/ level moral judgment yang tinggi ini akan merujuk kepada Intrinrinc Prosocial Motivation yaitu perilaku menolong untuk memberikan kondisi yang positif kepada obyek sosial. Keterangan diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap motivasi prososial (Darlev & Latane

dalam Einsenberg, 1982 ).

Selain itu, perkembangan usia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan moral dan kognitif individu, dimana para ahli menemukan bahwa pada orang dewasa memiliki tingkat moral judgment yang lebih tinggi dibanding orang dengan usia lebih muda (Eisenberg,

1982). Pembagian dewasa dini terbagi menjadi dua berdasarkan persepsi dirinya bahwa ia

berada di masa dewasa. (Santrock, 2002) Pada peawat yang berusia 19-25 tahun merupakan masa transisi menuju dewasa. Masa ini disebut Emerging Adulthood. Dimana perawat mengalami kesulitan mengembangkan relasi yang intim dan kesulitan mengambil tanggung jawab. Dalam hal situasi kerja sama tim keperawatan, perawat sulit membangun relasi dengan rekannya yang berakibat kurang memahami rekannya. Kesulitan dalam mengambil tanggung jawab sebagai seorang perawat mengakibatkan secara mental perawat tersebut memusatkan perhatiannya untuk menyelesaikan tanggung jawab yang dipegangnya. Pada perawat yang berusia 26-35 tahun merupakan masa dewasa, dimana mentalnya lebih baik dibanding Emerging Adulthood. Perawat lebih mampu mengembangkan relasi yang intim dan kesiapan mengambil tanggung jawab (Santrock, 2002). Dalam hal situasi kerja sama tim


(25)

16 keperawatan, perawat mampu mengembangkan relasi dengan rekan perawat lainnya yang mengakibatkan perawat memahami kebutuhan sesama rekannya. Kesiapan mengambil tanggung jawab akan mendukungnya untuk menolong.

Berdasarkan uraian diatas, maka skema dari kerangka pikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :


(26)

17

1.1 Skema Kerangka Pikir

Faktor yang berpengaruh 1. Faktor Eksternal : Pola asuh Orang tua & Lingkungan Pekerjaan

2. Faktor Internal : Jenis kelamin & Usia

MOTIVASI PROSOSIAL

Perawat IGD Rumah Sakit

“X”

Aspek –aspek

1. kondisi yang mendahului 2. kondisi yang diharapkan 3. kondisi yang memfasilitasi 4. kondisi yang menghambat 5. karakteristik kualitas

Ipsocentric motivation

Endocentric motivation Intrinsic Motivation Standar kognitif

1. Standard of well being. 2. Standard of social behavior


(27)

1.6 Asumsi Penelitian

1. Kualitas tindakan perawat IGD di rumah sakit “X” Bandung dilandasi motivasi prososial

2. Motivasi prososial perawat IGD rumah sakit “X” Bandung dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu, Ipsocentric motivation, Endocentric motivation dan Intrinsic motivation.

3. Ketiga jenis motivasi prososial ada dalam tiap diri perawat IGD rumah sakit “X” Bandung tetapi hanya satu motivasi yang paling dominan didalam diri perawat.

4. Ada faktor-faktor eksternal dan internal yang memengaruhi perkembangan motivasi prososial perawat IGD rumah sakit “X” Bandung.


(28)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 59,4% Perawat di rumah sakit “X” di kota Bandung memiliki Intrinsic Prosocial Motivation, dan 40,6% perawat memiliki Endocentric Motivation.

2. Pada kondisi yang memfasilitasi terdapat ketidaksejalanan antara motivasi prososial perawat yang intrinsic dengan kondisi yang memfasilitasi. Sebagian besar perawat yang memiliki prososial intrinsic menghayati kondisi yang memfasilitasi secara endocentric.

3. Terdapat faktor mempengaruhi yang mempunyai kecenderungan keterkaitan terhadap pembentukan motivasi prososial perawat IGD rumah sakit “X” di kota Bandung. Faktor tersebut adalah faktor internal yaitu, lingkungan pekerjaan dan usia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :


(29)

69

5.2.1 Saran Teoritis

1.Bagi peneliti lanjutan mengenai motivasi prososial dengan memperbanyak jumlah sampel agar mendapatkan hasil yang lebih representatif.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti lebih lanjut dengan mencari keterkaitan pengaruh faktor pola asuh orang tua dan jenis kelamin terhadap pembentukan motivasi prososial dengan melibatkan

5.2.2 Saran Praktis

1.Bagi kepala perawat atau kepala ruangan IGD rumah sakit “X” hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengarahkan perawat agar motivasi prososial tetap pada intrinsic dengan memberikan bimbingan dan mentoring berkesinambungan kepada perawat yang berorientasi kepada kebutuhan objek sosial di lingkugan IGD

2.Bagi perawat IGD rumah sakit “X” di kota Bandung yang memiliki motivasi prososial Endocentric kiranya penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengembangkan motivasi prososial perawat IGD rumah sakit “X” di kota Bandung agar menuju motivasi prososial Intrinsic dengan lebih sering mengadakan kegiatan bersama terhadap sesama perawat agar timbul suatu kepekaan terhadap perawat satu sama lain.


(30)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI JENIS MOTIVASI

PROSOSIAL PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT

DARURAT RUMAH SAKIT

“X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh: ANDREAS NRP: 0830130

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(31)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

2383/SN/F.Psi/UKM/SOS/2016

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI JENIS MOTIVASI PROSOSIAL PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT “X” BANDUNG

Dengan ini, saya menyatakan bahwa

isi CD-ROM Laporan Penelitian sama dengan hasil revisi akhir.

Menyetujui, Bandung, Juli 2016

Pembimbing I

(Cindy Maria, M.Psi., Psikolog) (Andreas)

NIK : 310358 0830130

Menyetujui, Menyetujui,

Pembimbing II Ketua Program S1

(Tery Setiawan, M.Si., Psikolog) (Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog) NIK : 310719 NIK : 310095

Mengetahui,

Dekan Fakultas Psikologi

(Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog) NIK: 310033


(32)

iii

PERYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANDREAS

NRP : 0830130 Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa akan datang diketahui bahwa peryataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Juni 2016 Yang memberi pernyataan,

ANDREAS Nrp. 0830130


(33)

vi

PERYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ANDREAS

NRP : 0830130 Fakultas : Psikologi menyatakan bahwa :

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi Prososial pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit “X” di Kota Bandung”.

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menyimpan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelangggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016 Yang menyatakan,

ANDREAS Nrp. 0830130


(34)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih-Nya yang besar, peneliti mampu menyelesaikan mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari Skripsi ini

adalah “Studi Deskriptif mengenai Jenis Motivasi Prososial pada Perawat IGD Rumah Sakit “X” di Kota Bandung”

Peneliti menyadari bahwa skripsi yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh karena itu, besar harapan peneliti kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, peneliti menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:

1. Dr.Irene P. Edwina, M.Si., psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Missiliana R., M.Si., Psik, selaku dosen wali yang selalu memberikan dorongan dalam studi penulisan.

3. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psik, selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Usulan Penelitian.

4. Cindy Maria, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama dan Terry Setiawan, MSi, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktunya banyak untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, dukungan, dan selama menyusun Usulan Penelitian ini.


(35)

viii

5. Rumah Sakit “X” yang memberikan Izin serta membantu kelancaran

penelitian kepada peneliti.

6. Kepala Perawat dan seluruh perawat IGD Rumah Sakit “X” selaku

narasumber, yang memberikan informasi mengenai sampel dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

7. Kepada karyawan Tata usaha dan TKT Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha terima kasih atas bantuan, dan kerja sama kepada peneliti 8. Orang tua yang selalu memberikan semangat, masukan dan dukungan kepeda

peneliti.

9. Anggara Desta, Ari Widhi, Anna Tambun, Ghea Laraswati, Putri Annissa, dan Wantus Nainggolan, dan teman-teman “taman”, terimakasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Ste, Cecil, Gery, Cakra, Jenggo, Ari, Egi, Intan, Angger, Andre, Hud dan anak kostan Miyana yang turut memberikan dukungan dan membagi waktunya kepada penulis untuk membagi kecerian kepada penulis.

11. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2008 dan dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha terimakasih atas bantuan, saran, dan dorongannya kepada peneliti

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bandung, Juni 2016


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, John W. 1964. An Introduction To Motivation. Canada: D. Van Nostrand Company.

Bar-Tal, Daniel. 1976, Prosocial Behavior Theory & Research. Washinton: Hemisphere Publishing Coorporation.

Eisenberg, Nancy, 1982. The Development of Prosocial Behavior, New York : Academic Press Inc.

Guio, W. 2002. Metodologi Penelitian , Jakarta : Grasindo

Lumenta, dr. Benyamin, 1989, Perawat Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta : Kanisius.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santrock, John, 2003. Life Span Development 6 th edition, Jakarta : Erlangga


(37)

DAFTAR RUJUKAN

http://www.slideshare.net/srijadi/uu-tahun-2009-rumah-sakit

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2049%20ttg%20 Komite%20Keperawatan%20RS.pdf


(1)

iii

PERYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ANDREAS

NRP : 0830130 Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa akan datang diketahui bahwa peryataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Juni 2016 Yang memberi pernyataan,

ANDREAS Nrp. 0830130


(2)

vi

PERYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ANDREAS

NRP : 0830130 Fakultas : Psikologi menyatakan bahwa :

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif

(Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi Prososial pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit “X” di Kota Bandung”.

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menyimpan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelangggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016 Yang menyatakan,

ANDREAS Nrp. 0830130


(3)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih-Nya yang besar, peneliti mampu menyelesaikan mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Studi Deskriptif mengenai Jenis Motivasi Prososial pada Perawat IGD Rumah Sakit “X” di Kota Bandung”

Peneliti menyadari bahwa skripsi yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh karena itu, besar harapan peneliti kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, peneliti menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:

1. Dr.Irene P. Edwina, M.Si., psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Missiliana R., M.Si., Psik, selaku dosen wali yang selalu memberikan dorongan dalam studi penulisan.

3. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psik, selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Usulan Penelitian.

4. Cindy Maria, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama dan Terry Setiawan, MSi, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktunya banyak untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, dukungan, dan selama menyusun Usulan Penelitian ini.


(4)

viii

5. Rumah Sakit “X” yang memberikan Izin serta membantu kelancaran

penelitian kepada peneliti.

6. Kepala Perawat dan seluruh perawat IGD Rumah Sakit “X” selaku

narasumber, yang memberikan informasi mengenai sampel dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

7. Kepada karyawan Tata usaha dan TKT Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha terima kasih atas bantuan, dan kerja sama kepada peneliti 8. Orang tua yang selalu memberikan semangat, masukan dan dukungan kepeda

peneliti.

9. Anggara Desta, Ari Widhi, Anna Tambun, Ghea Laraswati, Putri Annissa, dan Wantus Nainggolan, dan teman-teman “taman”, terimakasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Ste, Cecil, Gery, Cakra, Jenggo, Ari, Egi, Intan, Angger, Andre, Hud dan anak kostan Miyana yang turut memberikan dukungan dan membagi waktunya kepada penulis untuk membagi kecerian kepada penulis.

11. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2008 dan dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha terimakasih atas bantuan, saran, dan dorongannya kepada peneliti

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bandung, Juni 2016


(5)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, John W. 1964. An Introduction To Motivation. Canada: D. Van Nostrand Company.

Bar-Tal, Daniel. 1976, Prosocial Behavior Theory & Research. Washinton: Hemisphere Publishing Coorporation.

Eisenberg, Nancy, 1982. The Development of Prosocial Behavior, New York : Academic Press Inc.

Guio, W. 2002. Metodologi Penelitian , Jakarta : Grasindo

Lumenta, dr. Benyamin, 1989, Perawat Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta : Kanisius.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santrock, John, 2003. Life Span Development 6 th edition, Jakarta : Erlangga


(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://www.slideshare.net/srijadi/uu-tahun-2009-rumah-sakit

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2049%20ttg%20 Komite%20Keperawatan%20RS.pdf