Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Stres Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit "X" Kota Bandung.

(1)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung. Terdapat tiga ciri-ciri yang menjadi indikator dalam penelitian ini, yaitu masalah fisiologis, masalah psikologis dan masalah perilaku.

Penelitian ini dilakukan pada seluruh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung (23 orang) melalui penyebaran kuesioner yang telah disusun oleh peneliti menurut teori Luthans. Kuesioner yang diberikan terdiri dari data utama yang berisi 3 bagian, yaitu masalah fisiologis, masalah psikologis dan masalah perilaku dimana masing-masing terdiri atas 8 item dan data penunjang, yang terdiri dari stresor, karakteristik tipe A dan B, Locus of Control, Learned Helplessness dan Daya Tahan Psikologis.

Perhitungan validitas item-item pada masalah fisiologis dengan uji korelasi Spearman di dalam program SPSS versi 20 berkisar antara 0,306 sampai 0,639, pada masalah psikologis berkisar antara 0,459 sampai 0,844, dan masalah perilaku antara 0,330 sampai 0,738. Perhitungan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach pada program SPSS versi 20 menunjukkan hasil 0,647 pada masalah fisiologis, 0,809 pada masalah psikologis dan 0,635 pada masalah perilaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 orang (78,26 %) perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung memiliki stres kerja yang rendah dan 5 orang (21,73 %) memiliki stres kerja yang sedang.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung pada dasarnya mampu mengelola stres kerja yang mereka miliki, sehingga masalah fisiologis, psikologis dan perilaku yang dialami kurang memberikan gangguan akan kinerja mereka sebagai perawat IGD. Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai coping stres pada setiap perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung.


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha Abstract

The purpose of this study is to find out the job stress of Emergency nurses in “X” Hospital of Bandung city. There are three characteristics that become this study’s indicators, which are physical problems, psychological problems and behavioral problems.

This study were conducted to all Emergency nurses in “X” Hospital of Bandung city (23 person) by spreading questionnaires that had been arranged by researcher according to Luthans’ theory. This questionnaires consists a primary data, which are physical problems, psychological problems and behavioral problems, and supporting data, which are stressor, Type A and B Characteristics, Locus of Control, Learned Helplessness and Psychological Hardiness.

The calculation of validity in physical problems using Spearman Correlations in 20.0 SPSS program ranges between 0,306 until 0,639, in psychological problems ranges between 0,459 until 0,844 and in behavioral problems ranges between 0,330 until 0,738. The calculation of reliability using Alpha Cronbach in 20.0 SPSS program shows 0,647 in physical problems, 0,809 in psychological problems and 0,635 in behavioral problems.

The result of this study shows that 18 person (78,26 %) of the Emergency nurses in “X” Hospital of Bandung city have a low level of job stress and 5 person (21,73 %) have a moderate level of job stress.

The conclusion of this study is the Emergency nurses in “X” Hospital of Bandung city basically have the capability to manage their job stress, so that the physical problems, psychological problems and behavioral problems doesn’t really interupt their performance as a Emergency nurses. Researcher suggest to do a further study about the coping stress of Emergency nurses in “X” Hospital of Bandung city.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah...1


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

1.4.1 Kegunaan Teoritis...8

1.4.2 Kegunaan Praktis...9

1.5Kerangka Pemikiran...9

1.6Asumsi Penelitian...16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres...17

2.1.2 Pengertian Stres Kerja...17

2.1.3 Stresor...18

2.1.4 Perbedaan Individu...22

2.1.5 Akibat Stres Kerja 2.1.5.1 Masalah Fisiologis...26

2.1.5.2 Masalah Psikologis...26

2.1.5.3 Masalah Perilaku...27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian...30

3.2.2 Definisi Operasional...30


(5)

3.3.1 Alat Ukur Stres Kerja...31

3.3.2 Prosedur Pengisian...33

3.3.3 Sistem Penilaian...33

3.3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang...35

3.3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.3.5.1 Validitas Alat Ukur...36

3.3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur...38

3.4 Populasi 3.4.1 Populasi Sasaran...40

3.4.2 Karakteristik Populasi...40

3.5 Teknik Analisis Data………..40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...42


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.1.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir...45

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Seluruh Responden...45

4.2.2 Tabulasi Silang Antara Aspek dan Tingkat Stres Kerja...46

4.3 Pembahasan...48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...49

5.2 Saran 5.2.1 Saran Teoritis...52

5.2.2 Saran Praktis...52

DAFTAR PUSTAKA...53

DAFTAR RUJUKAN...54


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...15


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Profil kepribadian Tipe A dan Tipe B...23

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Stres Kerja...31

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Stres Kerja...33

Tabel 3.3 Rentang Skor Kategori Tingkat Stres Kerja Perawat IGD...34

Tabel 3.4 Rentang Skor Aspek...35

Tabel 3.5 Validitas Item Gejala Fisiologis...37

Tabel 3.5 Validitas Item Gejala Psikologis...38

Tabel 3.5 Validitas Item Gejala Perilaku...38

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas...39

Tabel 4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...42

Tabel 4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia...43

Tabel 4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Marital...43

Tabel 4.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Bekerja...44

Tabel 4.1.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir...45


(9)

(10)

xvii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 ALAT UKUR...57

A.2 DATA DEMOGRAFIS...58

A.3 DATA PENUNJANG A.3.1 Stresor...59

A.3.2 Kepribadian Tipe A dan Tipe B...60

A.3.3 Locus of Control, Learned Helplessness, Daya Tahan Psikologis.61 LAMPIRAN B B.1 HASIL UJI VALIDITAS...63

B.2 HASIL UJI RELIABILITAS...64

B.3 OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS B.3.1 Gejala Fisiologis...65

B.3.2 Gejala Psikologis...68

B.3.3 Gejala Perilaku...71

LAMPIRAN C C.1 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Data Demografis C.1.1 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin...76

C.2.2 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Usia...76

C.2.3 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Status Marital...77

C.2.4 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Lama Bekerja...77

C.2.5 Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Pendidikan Terakhir...78

C.2 TABULASI SILANG C.2.1 Tabulasi Silang Antara Stresor dan Stres Kerja...78


(11)

C.2.2 Tabulasi Silang antara Kepribadian Tipe A dan B dengan Stres

Kerja...80

C.2.3 Tabulasi Silang antara Locus of Control dengan Stres Kerja...80

C.2.4 Tabulasi Silang antara Learned Helplessness dengan Stres Kerja...81

C.2.5. Tabulasi Silang antara Daya Tahan Psikologis dengan Stres Kerja...81

C.3 OUTPUT C.3.1 Output Tingkat Stres Kerja...82

C.3.2 Output Tabulasi Silang antara Data Demografis dengan Tingkat Stres Kerja C.3.2.1 Jenis Kelamin dengan Tingkat Stres Kerja...82

C.3.2.2 Usia dengan Tingkat Stres Kerja...83

C.3.2.3 Status Marital dengan Tingkat Stres Kerja...83

C.3.2.4 Lama Bekerja dengan Tingkat Stres Kerja...84

C.3.2.5 Pendidikan dengan Tingkat Stres Kerja...84

C.3.3 Output Tabulasi Silang antara Data Penunjang dengan Tingkat Stres Kerja C.3.3.1 Stresor dengan Tingkat Stres Kerja...85

C.3.3.2 Kepribadian Tipe A dan B dengan Tingkat Stres Kerja...88

C.3.3.3 Learned Helplessness dengan Tingkat Stres Kerja...88

C.3.3.4 Daya Tahan Psikologis dengan Tingkat Stres Kerja...89

C.3.3.5 Locus of Control dengan Tingkat Stres Kerja...89

LAMPIRAN D Perawat...90


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit memiliki fungsi umum yaitu sebagai penyelenggara layanan pengobatan dan pemulihan kesehatan masyarakat sesuai standar pelayanan rumah sakit dan kebutuhan medis (UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Rumah Sakit “X” merupakan rumah sakit swasta yang berada di bagian selatan kota Bandung. Rumah sakit ini memiliki beberapa pelayanan medis, diantaranya Instalasi Gawat Darurat, Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan Rawat Jalan, Kamar Bedah dan Instalasi Perawatan Intensif. Kelima pelayanan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda namun memiliki satu tujuan, yaitu memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Bagian terdepan yang memiliki peran vital bagi keberadaan rumah sakit adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan layanan yang disediakan rumah sakit untuk kebutuhan pasien yang membutuhkan penanganan darurat dengan cepat dan merupakan tujuan pertama pasien yang memiliki kondisi darurat atau yang membutuhkan pelayanan segera. Pelayanan pasien di IGD


(13)

2

dilakukan berdasarkan triage (kedaruratan kondisi pasien) dan bukan berdasarkan antrian. Kondisi pasien dikategorikan ke dalam 4 triage, yaitu triage hijau untuk kasus pasien yang mengalami luka ringan, triage kuning untuk kasus pasien yang mengalami pendarahan/patah tulang, triage merah untuk kasus pasien yang diutamakan karena mengancam nyawa, serta triage hitam untuk kasus pasien yang telah meninggal sebelum ditangani.

Kelancaran pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) tidak terlepas dari pekerjaan seorang perawat. Perawat di IGD merupakan perawat yang telah memiliki keahlian khusus dengan sertifikasi dasar sebagai perawat gawat darurat. Perawat IGD berperan sebagai pemberi layanan gawat darurat selama dua puluh empat jam kepada pasien, sehingga ditunjang dengan pembagian waktu kerja (shift). Perawat IGD di Rumah Sakit “X” kota Bandung yang berjumlah 23 orang dibagi ke dalam 3 shift, yaitu shift pagi, bekerja dari pukul 07.00-14.00, shift sore bekerja dari pukul 14.00-21.00 dan shift malam bekerja dari pukul 21.00-07.00. Dalam satu shift, Instalasi Gawat Darurat Rumah

Sakit “X” dapat menerima 30 sampai 40 orang pasien dengan perawat yang

bertugas berjumlah 6 sampai dengan 8 orang perawat. Begitu banyaknya kemungkinan pasien yang akan datang membuat para perawat senantiasa siap siaga dan siap untuk bekerja di saat pasien masuk ke ruangan.


(14)

3

Universitas Kristen Maranatha pihak medis juga harus bekerja dengan mengemban 5R, yaitu Rawat, Ramah, Rapi, Rajin dan Ringkas.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 5 orang perawat, motto 5R masih dapat dijalankan dengan cukup baik oleh setiap perawat. Berbeda dengan

motto “Zero Complaint” yang sangat sulit untuk dicapai. Hal ini terjadi

dikarenakan sebagian besar pasien beserta keluarga biasanya tidak sabar untuk ditangani dan selalu beranggapan bahwa pasien yang bersangkutan memiliki kondisi paling parah, sementara perawat atau dokter telah melihat dan menilai bahwa kasusnya tidak mendesak dan memintanya menunggu untuk ditangani. Pasien dan keluarganya tersebut tidak terima & sering mengajukan keluhan kepada perawat apabila mereka menangani pasien lain meskipun dengan kasus yang lebih gawat. Pihak pasien atau keluarganya juga pernah mengancam untuk menuntut untuk memberitakan hal tersebut ke media sosial bila mereka tidak segera ditangani.

Pengajuan keluhan sering terjadi meskipun para tenaga medis sudah bekerja berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP) yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator perawat IGD, tahun 2015 IGD menerima banyak keluhan. Hal ini dikarenakan diberlakukannya BPJS yang berasal dari pemerintah dimana memiliki prosedur yang cukup panjang sehingga pasien/keluarganya menolak untuk menyelesaikan prosedur tersebut. Pasien/keluarganya tersebut meminta dilayani secara maksimal namun belum dapat ditangani oleh perawat IGD dikarenakan prosedur yang belum dilakukan yang akhirnya menimbulkan keluhan. Keluhan baik lisan maupun


(15)

4

tulisan harus dimasukkan ke dalam laporan untuk diproses agar dapat ditindak lanjut ke perawat yang diberikan keluhan. Perawat IGD yang terkena surat keluhan akan diberikan teguran oleh koordinator perawat IGD.

Koordinator Perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung

menambahkan bahwa para perawat IGD yang sering menerima keluhan akan mengalami dua dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif yang biasanya dialami yaitu perawat IGD yang menerima keluhan akan lebih berhati-hati dalam bekerja. Dampak negatif yang biasanya dialami ketika diberikan keluhan yaitu hilangnya semangat dalam bekerja, yang mengakibatkan perlunya diberikan motivasi kepada perawat IGD tersebut.

Serangkaian tugas yang dimiliki oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung antara lain melakukan tindakan medis/intervensi kepada pasien sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, membantu dokter dalam memberikan pelayanan/pertolongan kepada pasien dalam keadaan gawat dan darurat, menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya serta sesama perawat, mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien, melaksanakan anamnesa, menyiapkan penyelesaian administrasi, memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, melakukan pengecekan alat setiap pergantian shift, melakukan pengecekan obat, dan membuat laporan harian pasien.


(16)

5

Universitas Kristen Maranatha keluhan yang diberikan serta dengan sabar menjelaskan kepada pasien atau keluarganya yang mengeluh dan meminta penjelasan mengenai alasan tindakan yang para perawat lakukan. Tuntutan pekerjaan yang harus dipenuhi oleh para perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung dirasakan cukup berat mengingat begitu banyaknya tugas yang mereka miliki dan pasien yang mereka tangani memiliki bermacam-macam karakter. Para perawat IGD

Rumah Sakit “X” juga memiliki risiko karena bekerja di lingkungan rumah

sakit seperti penularan penyakit dari pasien yang belum diketahui jelas penyakitnya.

Banyaknya tuntutan kerja dan resiko pekerjaan yang dimiliki setiap perawat IGD Rumah Sakit “X” membuat peneliti bertanya alasan untuk tetap bertahan bekerja di IGD. Koordinator perawat menjelaskan bahwa

kekeluargaan sesama perawat IGD Rumah Sakit “X” sangat erat dan sulitnya

beradaptasi di lingkungan yang baru akan menjadi kendala bila perawat memutuskan untuk pindah unit atau berhenti dari IGD. Jumlah mantan

perawat yang keluar dari IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung hanya tiga

orang pada 5 tahun terakhir.

Pekerjaan perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung yang memiliki risiko tinggi seperti memberikan pertolongan darurat kepada pasien dengan kasus gawat (triage merah), harus memberikan penanganan yang tepat agar tidak membahayakan nyawa pasien dan selalu berpacu dengan waktu membuat perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung rentan mengalami stres kerja. Stres kerja merupakan respon adaptif atas kejadian eksternal yang


(17)

6

menghasilkan penyimpangan fisiologis, psikologis dan/atau perilaku kepada peserta organisasi (Luthans, 2002).

Masalah Fisiologis yang dialami oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung berdasarkan hasil wawancara kepada lima orang perawat, dua orang diantaranya mengaku mengalami sakit kepala, detak jantung yang meningkat dan sakit tulang belakang. Sakit kepala dialami karena para perawat IGD tidak memiliki waktu untuk beristirahat dikarenakan banyaknya pasien yang harus dilayani. Detak jantung meningkat dialami karena para

perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung harus berpacu dengan waktu,

terutama bila menangani pasien triage merah yang sedang meregang nyawa atau akan mengakibatkan kecacatan. Sakit tulang belakang dialami karena

para perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung sering berdiri dan jongkok

bila sedang menangani luka atau salah memposisikan badan saat mengangkat pasien.

Masalah Psikologis yang dialami oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung berdasarkan hasil wawancara kepada lima orang perawat yaitu kecemasan. Kecemasan ini dialami karena berbagai faktor, seperti harus berpacu dengan waktu saat menangani pasien triage merah, perasaan takut bila pasien yang ditangani tidak berhasil ditolong dan berusaha untuk menjaga nama baik rumah sakit dari isu malpraktik bila pasien yang ditangani tidak


(18)

7

Universitas Kristen Maranatha tersebut juga seringkali dehidrasi/kurang minum air putih sehingga tidak fokus dalam bekerja.

Masalah Perilaku yang dialami oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung berdasarkan hasil wawancara kepada lima orang perawat, tiga diantaranya menjawab mereka mengalami insomnia (tidak bisa tidur). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perasaan bersalah karena pasien tidak tertolong dan meragukan benar/tidaknya tindakan yang dilakukan oleh perawat ketika menangani pasien, terutama pasien yang tidak tertolong.

Besarnya tantangan dalam bekerja, perhatian yang fokus tanpa membuat kesalahan sedikitpun, situasi kerja yang berisiko, dan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan mengakibatkan perawat IGD Rumah Sakit “X” menghadapi stres kerja dengan caranya dan kemampuannya sendiri, sehingga tingkat stres kerja yang dialami masing-masing perawat IGD Rumah

Sakit “X” berbeda-beda, yaitu stres rendah, stres sedang dan stres tinggi.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui gambaran tingkat stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah

Sakit “X” kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui tingkat stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit “X” kota Bandung.


(19)

8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud diadakan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai tingkat stress kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat di

Rumah Sakit “X” kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai perbedaan tingkat stres kerja dan masalah fisiologis, masalah psikologis dan masalah perilaku pada perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit “X” kota Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Memberikan informasi mengenai gambaran tingkat stress kerja

pada perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit “X” kota

Bandung ke dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.  Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian lanjutan mengenai gambaran tingkat stress kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit yang berbeda.


(20)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada manajemen Instalasi Gawat Darurat

Rumah Sakit “X” kota Bandung mengenai gambaran tingkat stress

kerja pada perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat. Informasi ini dapat digunakan oleh rumah sakit untuk mencari alternatif dalam mengurangi stres kerja yang dialami oleh perawat IGD, misalnya membuat ruang relaksasi yang berisi berbagai hiburan seperti TV, karaoke, atau alat musik sebagai sarana pelampiasan stres atau kepenatan yang dimiliki oleh karyawan rumah sakit.

 Memberikan informasi dan pemahaman kepada perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit “X” kota Bandung mengenai tingkat stress kerja yang mereka miliki.

1.5Kerangka Pemikiran

Perawat IGD adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di unit gawat darurat (Protap RS Bhayangkari, 2008). Perawat IGD di seluruh Indonesia memiliki serangkaian tugas yang harus dilaksanakan, sama halnya dengan perawat di Rumah Sakit “X” di kota Bandung.

Serangkaian tugas yang dimiliki oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung antara lain melakukan tindakan medis/intervensi kepada pasien sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, membantu dokter dalam memberikan


(21)

10

pelayanan/pertolongan kepada pasien dalam keadaan gawat dan darurat, menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya serta sesama perawat, mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien, melaksanakan anamnesa, menyiapkan penyelesaian administrasi, memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, melakukan pengecekan alat setiap pergantian shift, melakukan pengecekan obat, dan membuat laporan harian pasien.

Perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung menangani pasien berdasarkan triage (kedaruratan kondisi pasien) yang terbagi ke dalam 4 bagian, yaitu triage hijau untuk kasus pasien yang mengalami luka ringan, triage kuning untuk kasus pasien yang mengalami pendarahan/patah tulang, triage merah untuk kasus pasien yang diutamakan karena mengancam nyawa dan triage hitam untuk kasus pasien yang telah meninggal sebelum ditangani.

Para perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung selalu dituntut untuk menerapkan Rawat, Ramah, Rapi, Rajin, dan Ringkas (5R) dan menjunjung tinggi motto Zero Complaint ketika bekerja. Rawat, Ramah, Rapi, Rajin, dan Ringkas merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam melayani pasien agar pasien dan keluarganya memiliki pengalaman yang berkesan ketika berada di rumah sakit. Zero Complaint merupakan motto IGD dimana pekerjaan yang dilakukan hendaknya tidak menuai keluhan atau kritik dari pasien/keluarga


(22)

11

Universitas Kristen Maranatha Besarnya tuntutan dan tugas yang dimiliki oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung menimbulkan resiko yang cukup besar bagi mereka untuk mengalami stres kerja. Stres kerja merupakan respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisiologis, psikologis dan/atau perilaku pada anggota organisasi. (Luthans, 2002).

Stres kerja dapat bersumber dari berbagai penyebab. Luthans (2002) mengkategorikan stresor stres kerja ke dalam empat bagian. Stresor Ekstraorganisasional, dimana situasi kehidupan yang dialami karyawan diluar organisasi dapat menimbulkan stres kerja, seperti situasi keluarga yang sedang bermasalah, tidak memiliki jadwal liburan dengan keluarga dan kematian pasangan.

Stresor Organisasional, dimana lingkungan, kebijakan, strategi administratif, struktur, desain organisasi dan kondisi kerja sebagai seorang karyawan dapat menimbulkan stres kerja, misalnya ketakutan akan kehilangan pekerjaan, kehilangan teman kerja dan memiliki konflik dengan teman kerja.

Stresor Kelompok, dimana kurangnya kohesivitas kelompok dan dukungan sosial dapat menimbulkan stres kerja. Seorang karyawan yang dilarang untuk melakukan suatu hal bersama-sama dengan kelompoknya atau tidak memiliki kesempatan bersama-sama dengan kelompoknya karena pekerjaan, akan mengakibatkan karyawan tersebut merasa kurang memiliki kohesivitas kelompok yang akhirnya dapat menimbulkan stres kerja. Sama halnya apabila karyawan merasa kurang memiliki dukungan dari orang lain ketika memiliki suatu permasalahan, hal ini akan menimbulkan stres kerja.


(23)

12

Stresor Individual, dimana karyawan yang tidak mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, atau memiliki konflik peran ketika bekerja dapat menjadi stresor yang menimbulkan stres kerja. Pada stresor individual, Luthans (2002) menyebutkan di dalam bukunya bahwa terdapat empat variabel yang memengaruhi perbedaan individu. Perbedaan pertama adalah Kepribadian Tipe A. Secara singkat, seseorang dengan Kepribadian Tipe A merupakan seseorang yang membawa pekerjaan ke rumah, tidak mampu bersantai, menetapkan standar tinggi pada dirinya sendiri dan cenderung mengalami frustrasi akibat pekerjaan. Sebaliknya, seseorang dengan Kepribadian Tipe B dapat bersantai tanpa merasa bersalah, tidak memiliki target yang membebani dirinya dan tidak pernah tergesa-gesa. Perawat dengan Kepribadian Tipe A akan lebih berpotensi mengalami tingkat stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan perawat dengan Kepribadian Tipe B.

Perbedaan kedua adalah Locus of Control, dimana karyawan yang merasa memiliki sedikit kontrol terhadap lingkungan kerjanya dan terhadap pekerjaannya, akan lebih berpotensi mengalami tingkat stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang merasa memiliki kontrol terhadap pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang diberikan kesempatan untuk diikutsertakan di dalam proses pengambilan keputusan yang akan memengaruhi mereka, dapat mengurangi stres kerja yang mereka miliki.


(24)

13

Universitas Kristen Maranatha membantu orang menahan stres dengan memberikan buffer (penahan) pada diri sendiri dan stresor. Berdasarkan hasil wawancara, contoh learned helplessness yang terjadi pada perawat IGD Rumah Sakit “X” adalah perawat yang mendapatkan pasien dengan kasus triage merah merasa tidak mampu menangani, sehingga perawat tersebut akan merujuk kepada perawat yang lain yang lebih berpengalaman daripada dirinya. Hal ini dilakukan juga untuk mengurangi dampak negatif atau isu malpraktik apabila perawat tersebut bersikeras untuk tetap menangani pasien triage merah.

Perbedaan yang terakhir adalah daya tahan psikologis. Seseorang tampak memiliki daya tahan psikologis apabila mampu menghadapi stresor dengan sukses. Karyawan yang memiliki daya tahan psikologis akan dapat bertahan bahkan dapat berkembang di dalam lingkungannya, namun karyawan yang tidak memiliki daya tahan psikologis mungkin mengalami stres kerja. Misalnya dua orang perawat IGD Rumah Sakit “X” yang menerima keluhan yang sama dari pasien atau keluarga pasien, akan menanggapinya dengan berbeda-beda. Satu orang perawat dapat menjadikan keluhan tersebut sebagai motivasi untuk bekerja dengan lebih baik, namun perawat lain dapat menjadi hilang semangat akibat keluhan yang didapatkan.

Pada perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung, stres kerja yang mereka alami dapat terlihat dari masalah fisiologis, psikologis dan perilaku. Berdasarkan wawancara kepada lima orang perawat IGD, masalah fisiologis yang mereka alami antara lain sakit kepala karena kurang istirahat, detak jantung yang meningkat karena selalu berpacu dengan waktu dan sakit tulang


(25)

14

belakang karena sering melakukan posisi berdiri atau jongkok dalam menangani pasien. Masalah psikologis yang dialami oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung antara lain kecemasan akan kesalahan dalam menangani pasien yang dapat berakibat fatal dan kehilangan konsentrasi dalam bekerja yang diakibatkan kurangnya cairan dalam tubuh (dehidrasi) akibat terlalu sibuk menangani pasien. Masalah perilaku yang dialami oleh

perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung yaitu insomnia/tidak bisa tidur

akibat memikirkan benar tidaknya penanganan yang telah diberikannya kepada pasien, terlebih bila pasien tersebut meninggal.

Masalah fisiologis, psikologis dan perilaku yang dialami oleh perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung dapat memunculkan stres kerja yang berbeda-beda dalam tingkatannya, yaitu stres kerja rendah, stres kerja sedang dan stres kerja tinggi. Stres kerja ringan merupakan stres kerja yang diakibatkan oleh masalah fisiologis, masalah psikologis dan masalah perilaku yang rendah. Stres kerja sedang merupakan stres kerja yang diakibatkan oleh masalah fisiologis, masalah psikologis dan masalah perilaku yang moderat. Stres kerja sedang merupakan stres kerja yang ideal dimiliki karena dapat memicu meningkatnya performance kerja (Luthans). Stres kerja tinggi merupakan stres kerja yang diakibatkan oleh masalah fisiologis, masalah psikologis dan masalah perilaku yang tinggi.


(26)

15

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Perawat IGD Rumah Sakit

“X” Stress Kerja

Masalah Fisik Masalah Psikologis Masalah Perilaku Perbedaan Individu

1. Kepribadian Tipe A 2. Kontrol Individu 3. Learned Helplessness 4. Daya Tahan Psikologis

Stressor

1. Ekstraorganisasional 2. Organisasional 3. Kelompok 4. Individual

Tinggi Sedang Rendah


(27)

16

1.6 Asumsi Penelitian

1. Tuntutan pekerjaan yang dimiliki oleh perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung menimbulkan respon adaptif. 2. Respon adaptif yang ditunjukkan oleh perawat Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung seperti sakit kepala, detak jantung

yang meningkat dan sakit tulang belakang merupakan masalah fisiologis akibat stres kerja.

3. Respon adaptif yang ditunjukkan oleh perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung seperti mengalami kecemasan, kehilangan konsentrasi merupakan masalah psikologis akibat stres kerja. 4. Respon adaptif yang ditunjukkan oleh perawat Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung seperti insomnia (tidak bisa tidur), kehilangan nafsu makan merupakan masalah perilaku akibat stres kerja.


(28)

51 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan mengenai gambaran tingkat stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit “X” kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung memiliki tingkat stres kerja yang rendah dan hanya beberapa yang memiliki tingkat stres kerja yang sedang.

2. Perawat IGD Rumah Sakit “X” yang memiliki tingkat stres kerja yang rendah, sebagian besar juga memiliki masalah fisiologis, psikologis dan perilaku yang rendah.

3. Perawat IGD Rumah Sakit “X” yang memiliki tingkat stres kerja yang sedang, hampir seluruhnya juga memiliki masalah fisiologis, psikologis dan perilaku yang sedang.


(29)

52

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian yang membahas coping stres pada perawat Instalasi Gawat Darurat. 2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian perbandingan stres kerja antara perawat Instalasi Gawat Darurat dengan perawat unit lainnya agar memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai tingkat stres kerja di rumah sakit.

5.2.2 Saran Praktis

Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit “X” kota Bandung agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna untuk memahami tingkat stres kerja yang dimiliki oleh perawat IGD sehingga pihak Rumah Sakit “X” kota Bandung disarankan untuk membuka ruang relaksasi yang berisi hiburan bagi para karyawan, seperti TV, karaoke, alat musik atau beberapa permainan yang dapat membantu karyawan rumah


(30)

53 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, S., Prasetya, P. H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior 9th Edition. New York: McGrow Hill

Rifiani, N., & Sulihandari, H. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas.

Sinambela, Lijan. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Bidang Ilmu Administrasi, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Graha Ilmu


(31)

DAFTAR RUJUKAN

Laili, Wardatul. “Instalasi Gawat Darurat”. (2015, 2 Mei).

www.catatanwarda.blogspot.com/

Martina, Anggra. (2012). Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Perdana, Julian Anugrah. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Penyiar Stasiun Radio “X” di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Putri, Mutiara Ibrahim. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap Rumah Sakit “X” Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Winarsunu, Tulus. (2009). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Keperawatan.. (2015, 25 Mei). www.hukumonline.com

Wordpress. “Definisi, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut WHO”. (2015, 18 Februari).


(1)

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Perawat IGD Rumah Sakit

“X” Stress Kerja

Masalah Fisik Masalah Psikologis Masalah Perilaku Perbedaan Individu

1. Kepribadian Tipe A 2. Kontrol Individu 3. Learned Helplessness 4. Daya Tahan Psikologis

Stressor

1. Ekstraorganisasional 2. Organisasional 3. Kelompok 4. Individual

Tinggi Sedang Rendah


(2)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

1. Tuntutan pekerjaan yang dimiliki oleh perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung menimbulkan respon adaptif. 2. Respon adaptif yang ditunjukkan oleh perawat Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung seperti sakit kepala, detak jantung yang meningkat dan sakit tulang belakang merupakan masalah fisiologis akibat stres kerja.

3. Respon adaptif yang ditunjukkan oleh perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung seperti mengalami kecemasan, kehilangan konsentrasi merupakan masalah psikologis akibat stres kerja. 4. Respon adaptif yang ditunjukkan oleh perawat Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit “X” kota Bandung seperti insomnia (tidak bisa tidur), kehilangan nafsu makan merupakan masalah perilaku akibat stres kerja.


(3)

51 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan mengenai gambaran tingkat stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit “X” kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar perawat IGD Rumah Sakit “X” kota Bandung memiliki tingkat stres kerja yang rendah dan hanya beberapa yang memiliki tingkat stres kerja yang sedang.

2. Perawat IGD Rumah Sakit “X” yang memiliki tingkat stres kerja yang rendah, sebagian besar juga memiliki masalah fisiologis, psikologis dan perilaku yang rendah.

3. Perawat IGD Rumah Sakit “X” yang memiliki tingkat stres kerja yang sedang, hampir seluruhnya juga memiliki masalah fisiologis, psikologis dan perilaku yang sedang.


(4)

52

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian yang membahas coping stres pada perawat Instalasi Gawat Darurat. 2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian perbandingan stres kerja antara perawat Instalasi Gawat Darurat dengan perawat unit lainnya agar memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai tingkat stres kerja di rumah sakit.

5.2.2 Saran Praktis

Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit “X” kota Bandung agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna untuk memahami tingkat stres kerja yang dimiliki oleh perawat IGD sehingga pihak Rumah Sakit “X” kota Bandung disarankan untuk membuka ruang relaksasi yang berisi hiburan bagi para karyawan, seperti TV, karaoke, alat musik atau beberapa permainan yang dapat membantu karyawan rumah sakit melampiaskan stres atau kepenatan yang sedang dirasakan. Hal ini diharapkan dapat membantu karyawan mengelola stres kerja yang dimiliki.


(5)

53 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, S., Prasetya, P. H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior 9th Edition. New York: McGrow Hill

Rifiani, N., & Sulihandari, H. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas.

Sinambela, Lijan. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Bidang Ilmu Administrasi, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Graha Ilmu


(6)

54 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Laili, Wardatul. “Instalasi Gawat Darurat”. (2015, 2 Mei).

www.catatanwarda.blogspot.com/

Martina, Anggra. (2012). Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Perdana, Julian Anugrah. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Penyiar Stasiun Radio “X” di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Putri, Mutiara Ibrahim. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja

Pada Perawat Bagian Rawat Inap Rumah Sakit “X” Kota Bandung.

Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Winarsunu, Tulus. (2009). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Keperawatan.. (2015, 25 Mei). www.hukumonline.com

Wordpress. “Definisi, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut WHO”. (2015, 18 Februari). https://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/definisi-tugas-dan-fungsi-rumah-sakit-menurut-who/