Perancangan Kampanye "You're Cool" untuk Menumbuhkan Kerukunan Antar Remaja di Kota Bandung.

(1)

vi

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE MELALUI MEDIA GRAFIS

UNTUK MENUMBUHKAN KERUKUNAN ANTAR REMAJA

SMP SMA KOTA BESAR

Oleh

Aprilia Putri Irawati

1164084

Akhir-akhir ini fenomena bullying marak terjadi di kalangan pelajar di Indonesia.

Bullying di kalangan pelajar dapat menyebabkan pertumbuhan mental korban

bullying menjadi terganggu. Tahap awal dari bullying adalah tidak adanya rasa mau

menerima perbedaan oleh para remaja. Bullying yang paling marak terjadi adalah

bullying secara mental dan verbal, yang sering kali tidak mendapat tindakan dari

para guru karena diangap tidak penting dan cenderung diabaikan. Masuknya

Indonesia kedalam tahap darurat bullying membuat bullying harus segera mendapat

tindakan preventif.

Maka dari itu perancangan ini bertujuan untuk menyadarkan remaja tentang

pentingnya menjaga kerukunan antar sesamanya dengan cara mengajak remaja untuk

tidak membeda-bedakan teman dan tidak mengejek atau melabeli mereka dengan

nama-nama yang dapat membuat mereka berkecil hati. Manfaat dari perancangan ini

adalah agar jumlah kasus bullying secara verbal dan mental antara remaja Indonesia

dapat berkurang.

Metode yang digunakan adalah dengan membuat ilustrasi yang berisikan tentang

anak-anak yang menjadi korban mental dan verbal bullying, dengan menggunakan

gaya gambar line drawing dengan cara pewarnaan watercolour yang digemari oleh

remaja. Penerapan ilustrasi dilakukan ke beberapa media seperti poster art yang

dimmasukkan ke website dan social media, motion graphic, dan gimmick seperti

phone case, kaos, dan mug sebagai pengingat pada remaja.


(2)

vii

ABSTRAK

CAMPAIGN DESIGN ”YOU’RE COOL” TO ENCOURAGE TEEN

SOLIDARITY IN BANDUNG CITY

By

Aprilia Putri Irawati

1164084

Lately, the phenomenon of bullying is becoming a thing between Indonesian

students. Bullying among students can harm the improvement of the victims’ mental.

The first step of bullying is caused by the absence of tolerating differences on

teenagers. The most common type of bullying are the mental, and verbal bullying

that often got off the hook from the teachers. The enlistment of Indonesia into a

country into an emergency stage of bullying makes further bullying have to get a

preventive act.

This design is made to make the teenagers realize how important solidarity is by

asking them not to call their unpopular peers with labels or names. The benefit from

this campaign is to push down the number of verbal and mental bullying cases in

Indonesia.

The method used is by making some illustrations about the outcasts that are victims

of mental and verbal bullying by using line drawing and watercolor that are popular

amongst teenagers. The illustration are applied n several medias such as poster art,

that would later be uploaded on the website and social medias, motion graphic, and

gimmick like phone cases, t-shirts, and mugs as a reminder for the teenagers.


(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK.. ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 3

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Media…….. ... 6

2.1.1 Kampanye ... 6

2.1.2 Ilustrasi ... 6

2.1.2.1 Line Drawing ... 6

2.1.3 Meme ... 7

2.1.4 Poster Art ... 7

2.1.5 Teori Warna ... 7

2.1.6 Tipografi ... 7

2.2 Budi Pekerti……….. ... 9

2.3 Psikologi Remaja ... 9

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 12


(4)

ix

3.1.1 Lembaga Terkait ... 12

3.1.2 Data tentang Fenomena Yang Terjadi ... 13

3.1.2.1 Studi Literatur ... 13

3.1.2.2 Wawancara ... 16

3.1.2.3 Survey ... 17

3.1.3 Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis ... 25

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 35

3.2.1 Analisis SWOT Topik ... 35

3.2.1 Analisis SWOT Media ... 36

3.2.2 Analisis STP ... 36

BAB IV PEMECAHAN MASALAH... 38

4.1 Konsep Komunikasi ... 38

4.2 Konsep Kreatif ... 39

4.3 Konsep Media ... 41

4.3.1 Timeline. ... 42

4.3.2 Budgeting ... 42

4.4 Karya…. ... 44

4.4.1 Logo. ... 44

4.4.2 Poster Art ... 45

4.4.2.1 Karakter ... 45

4.4.2.2 Awareness ... 49

4.4.2.3 Informing ... 52

4.4.2.4 Reminding ... 54

4.4.3 Web... ... 56

4.4.4 Motion ... 58

4.4.5 Gimmick. ... 59

4.4.5.1 Awareness ... 59

4.4.5.2 Reminding ... 60

BAB V PENUTUP ... 63

5.1 Simpulan ... 63


(5)

x DAFTAR PUSTAKA ... 65 Lampiran….. ... 66


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.1.1 ... 12

Gambar 3.1.2.3.1 ... 18

Gambar 3.1.2.3.2 ... 18

Gambar 3.1.2.3.3 ... 19

Gambar 3.1.2.3.4 ... 19

Gambar 3.1.2.3.5 ... 20

Gambar 3.1.2.3.6 ... 21

Gambar 3.1.2.3.7 ... 21

Gambar 3.1.2.3.8 ... 22

Gambar 3.1.2.3.9 ... 22

Gambar 3.1.2.3.10 ... 23

Gambar 3.1.2.3.11 ... 23

Gambar 3.1.2.3.12 ... 24

Gambar 3.1.2.3.13 ... 24

Gambar 3.1.3.1 ... 26

Gambar 3.1.3.2 ... 27

Gambar 3.1.3.3 ... 27

Gambar 3.1.3.4 ... 28

Gambar 3.1.3.5 ... 29

Gambar 3.1.3.6 ... 29

Gambar 3.1.3.7 ... 30

Gambar 3.1.3.8 ... 31

Gambar 3.1.3.9 ... 32

Gambar 3.1.3.10 ... 32

Gambar 3.1.3.11 ... 33

Gambar 3.1.3.12 ... 34

Gambar 3.1.3.13 ... 34

Gambar 4.4.1.1 ... 44

Gambar 4.4.2.1.1 ... 45

Gambar 4.4.2.1.2 ... 45


(7)

xii

Gambar 4.4.2.1.4 ... 47

Gambar 4.4.2.1.5 ... 47

Gambar 4.4.2.2.1 ... 48

Gambar 4.4.2.2.2 ... 49

Gambar 4.4.2.2.3 ... 50

Gambar 4.4.2.2.4 ... 50

Gambar 4.4.2.2.5 ... 51

Gambar 4.4.2.3.1 ... 52

Gambar 4.4.2.3.2 ... 52

Gambar 4.4.2.3.3 ... 53

Gambar 4.4.2.3.4 ... 53

Gambar 4.4.2.3.5 ... 53

Gambar 4.4.2.4.1 ... 54

Gambar 4.4.2.4.2 ... 55

Gambar 4.4.2.4.3 ... 55

Gambar 4.4.2.4.4 ... 55

Gambar 4.4.2.4.5 ... 55

Gambar 4.4.3.1 ... 56

Gambar 4.4.3.2 ... 57

Gambar 4.4.3.3 ... 57

Gambar 4.4.3.4 ... 57

Gambar 4.4.3.5 ... 57

Gambar 4.4.4.1 ... 58

Gambar 4.4.5.1.1 ... 59

Gambar 4.4.5.2.1 ... 60

Gambar 4.4.5.2.2.1 ... 61


(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.3.1… ... 42 Tabel 4.3.2.1 ... 42 Tabel 4.3.2.2 ... 43


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: SKETSA ... 66 LAMPIRAN B: HASIL KUESIONER ... 67


(10)

Universitas Kristen Maranatha

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun terakhir kasus bullying mulai marak di kalangan anak-anak remaja di

Indonesia. Akibatnya, Indonesia menjadi negara darurat bullying dikarenakan oleh

banyaknya kasus bullying di sekolah-sekolah. Banyak orang awam yang

menyalahartikan bullying sebagai kekerasan yang melibatkan kontak fisik. Padahal

selain kontak fisik, bullying juga ada yang bersifat verbal dan mental yang tidak

dapat dilihat oleh mata. Karena tidak terlihat, bullying secara mental dan verbal

banyak yang tidak ditanggapi dengan serius karena sulit untuk dideteksi. Selain

karena dilakukan tanpa sepengetahuan guru, pelakunya juga tidak merasa melakukan

bullying karena tidak adanya kontak fisik. Kenyataannya, jika dibandingkan,

bullying secara verbal dan mental memiliki dampak yang sama dengan bullying

secara fisik. Kedua jenis bullying ini adalah yang paling banyak terjadi di jenjang

pendidikan di Indonesia.

Usia remaja adalah usia saat anak-anak mulai meninggalkan fase kekanak-kanakan

dan menjajaki fase trasisi menuju kedewasaan. Seluruh informasi yang didapat

dengan mudah diserap pada usia remaja. Kemudahan untuk mendapatkan

informasi-informasi juga didukung oleh kemajuan teknologi. Mayoritas anak remaja adalah

pengguna aktif smartphone, dimana informasi dapat diakses dengan mudah tanpa

adanya pengawasan orang yang lebih tua. Karena orang tua tidak mengawasi anak

remajanya, maka mereka terlalu bebas untuk mengakses informasi tanpa disaring

terlebih dahulu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak

boleh dilakukan. Dan banyak media-media yang memperlihatkan tentang bullying

yang diserap dengan salah oleh kebanyakan remaja


(11)

Universitas Kristen Maranatha

2

Perlu adanya sosialisasi untuk menerapkan nilai-nilai budi pekerti agar jumlah kasus

bullying dapat berkurang. Tapi kebanyakan remaja menganggap nilai-nilai budi

pekerti itu kuno dan tidak trendi. Dalam perancangan media ini akan diambil satu

nilai budi pekerti yang paling dasar dan sering dianggap sepele yaitu tidak boleh

membeda bedakan atau menyepelekan teman. Nilai ini dipilih karena bentuk

bullying yang paling dasar adalah diskriminasi.

Media yang akan dirancang adalah penggabungan dari dua media yang dianggap

menarik oleh remaja yaitu poster art dan meme. Menurut www.visual-art-cork.com,

poster art adalah sebuah poster yang berisikan gambar, kadang berisikan sedikit

tulisan, yang memiliki makna didalam gambarnya. Poster art mengkomunikasikan

maksud dan informasi yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada targetnya

melalui gambar. Poster art banyak dipakai belakangan ini untuk menyampaikan

pesan yang penting karena lebih menarik minat anak-anak muda jika dibandingkan

dengan kampanye.

Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu

maksud atau tujuan secara visual. Ilustrasi berfungsi untuk menarik perhatian publik

guna mendorong dan mengembangkan gagasan dalam bentuk cerita realistis.

Poster art dan ilustrasi merupakan bagian dari DKV karena poster art adalah suatu

desain yang berkomunikasi dengan orang yang melihatnya dan ilustrasi adalah

penyampaian yang ada dalam poster art. DKV dapat membantu sosialisasi tentang

pentingnya menjaga keharmonisan antar remaja dengan membuatnya menjadi

sebuah visual yang menarik untuk mereka.


(12)

Universitas Kristen Maranatha

3

1.2 Permasalahan dan Ruang lingkup

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian

ini adalah:

Bagaimana cara memilih dan merancang media yang tepat untuk mengajak

remaja menumbuhkan kerukunan antar sesamanya?

Visual yang akan ditampilkan mengandung pesan untuk menjaga keharmonisan

antara remaja dan sesamanya yang dipraktikkan di kehidupan sehari-hari. Sosialisasi

akan dilakukan online di social media yang digemari oleh remaja kota besar.

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan dirancangnya karya ini adalah untuk membuat media yang tepat dan menarik

untuk menerapkan kerukunan di kalangan remaja di kota-kota besar untuk

mengurangi jumlah bullying.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Wawancara:

Wawancara mengenai gaya hidup remaja di kota-kota besar dan wawancara ke

psikolog tentang psikologi remaja.

Observasi:

Observasi terhadap gaya hidup remaja kota besar zaman sekarang, blog-blog

tempat mereka bercerita, serta akun-akun social media remaja dimana dia

mengekspresikan diri.


(13)

Universitas Kristen Maranatha

4

Studi literatur:

Studi literatur terhadap buku-buku yang membahas tentang psikologi remaja.

Survey:

Survey dilakukan secara online dan manual terhadap responden anak remaja kota

besar.


(14)

Universitas Kristen Maranatha

63

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Jadi kesimpulannya adalah, pemberian nama atau label pada remaja merupakan

langkah awal menuju bullying secara mental dan merupakan bullying secara

verbal. Pemberian nama biasanya diawali oleh anak-anak popular yang mengejek

atau menjuluki anak-anak yang tidak popular dengan berbagai julukan aneh. Hal

ini sering diabaikan oleh guru karena dianggap tidak penting untuk

dipermasalahkan dan bersifat tidak merusak. Padahal hal ini dapat membuat

remaja yang menjadi korban merasa minder dan menghalangi potensinya untuk

berkembang.

Karena itu dibuatlah kampanye ini yang memiliki tujuan agar anak-anak popular

tidak lagi mengejek anak-anak yang mereka anggap tidak keren. Kampanye ini

juga bertujuan untuk menimbulkan kerukunan yang baru dapat tercapai ketika

pemberian julukan atau label itu dihentikan oleh anak-anak popular. Untuk itu

kampanye ini engincar anak-anak popular sebagai target utama dan anak-anak

yang tidak popular sebagai target sekunder.

Karena remaja tidak suka merasa digurui, oleh karena itu kampanye ini dikemas

tidak seperti kampanye secara general. Penggunaan ilustrasi dan warna-warna

pastel yang digemari remaja membuat kampanye ini terlihat lebih menarik, selain

itu gimmick yang dikeluarkan juga merupakan barang-barang yang digemari oleh

remaja sehingga membuat kampanye ini lebih efektif dibandingkan kampanye

biasa yang biasanya membuat remaja bosan.

Digunakan beberapa karakter dalam kampanye yang menggambarkan beberapa

anak yang paling sering merasa dikucilkan dan minder karena pemberian label


(15)

Universitas Kristen Maranatha

64

agar remaja dapat relate kepada karakter karakter tersebut, yang memang diambil

dari lingkungan pergaulan mereka sehari-hari di sekolah.

Warna yang ringan, fun dan menarik juga cipratan watercolour digunakan karena

warna-warna tersebut sedang trend di kalangan remaja, dan watercolour

mendukung kesan fun yang ingin diberikan. Selain itu, warna-warna dan aksen ini

diberikan agar remaja merasa tertarik dan tidak merasa bahwa sebenarnya mereka

sedang diarahkan untuk tidak memanggil panggilan yang aneh-aneh kepada

teman-teman sekolahnya sehingga teman-temannya tersebut merasa minder.

Media yang digunakan adalah media digital yaitu social media karena menurut

hasil penelitian, mayoritas remaja masa kini adalah pengguna aktif internet.

Diharapkan dengan adanya kampanye ini maka jumlah kasus verbal dan mental

bullying di Indonesia dapat berkurang.

5.2 Saran

Saran untuk permasalahan yang diangkat adalah agar para guru menanggapi

masalah ini dengan lebih serius dan tidak menyepelekan pemberian label atau

julukan kepada anak-anak yang kurang dominan di sekolah. Dan untuk para

remaja sebaiknya tidak memilih-milih teman dan merasa lebih ekslusif dibanding

yang lainnya.

Saran dari dosen untuk penulis adalah agar penulis bisa memperdalam lagi

kampanye ini karena kampanye ini masih terlihat di permukaan saja dan belum

bermakna terlalu dalam. Ilustrasi yang digunakan sudah bagus, tetapi orang haus

melihat dan membacanya dengan lama dan seksama sebelum akhirnya

menangkap maksud yang ingin diungkapkan sebenarnya oleh penulis.


(16)

50

DAFTAR PUSTAKA

Hasali, Rhenald. 2005. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Hurlock, Elizabeth. 1998. Adolescent Development. United States: McGraw Hill.

Kusmiati.r, Artini.dkk. 1999. Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta:

Djambatan.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Jogjakarta: Andi.

Sedyawati, Edi. 2014. Kebudayaan di Nusantara. Depok: Komunitas Bambu.

Suratno, Pardi. 2013. Masyarakat Jawa & Budaya Barat. Jogjakarta: Adi Wacana.

Belajar Psikologi. Perkembangan Psikologis Remaja.

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/ (diakses pada

14.03.2015 pukul 21.30)

Kampanye. http://kbbi.web.id/kampanye (diakses pada 03.06.2015 pukul 12.44)

Kampanye. http://id.wikipedia.org/wiki/Kampanye (diakses pada 03.06.2015 pukul

12.44)

Kompas. Survey Pemakaian Internet pada Remaja.

http://tekno.kompas.com/read/2014/02/19/1623250/Hasil.Survei.Pemakaian.Internet.

Remaja.Indonesia (diakses pada 14.03.2015 pukul 22.03)

Line Art. http://en.wikipedia.org/wiki/Line_art (diakses pada 03.06.2015 pukul

12.44)

Wikipedia. Hedonisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme (diakses pada

14.03.2015 pukul 22.03)


(1)

Perlu adanya sosialisasi untuk menerapkan nilai-nilai budi pekerti agar jumlah kasus bullying dapat berkurang. Tapi kebanyakan remaja menganggap nilai-nilai budi pekerti itu kuno dan tidak trendi. Dalam perancangan media ini akan diambil satu nilai budi pekerti yang paling dasar dan sering dianggap sepele yaitu tidak boleh membeda bedakan atau menyepelekan teman. Nilai ini dipilih karena bentuk bullying yang paling dasar adalah diskriminasi.

Media yang akan dirancang adalah penggabungan dari dua media yang dianggap menarik oleh remaja yaitu poster art dan meme. Menurut www.visual-art-cork.com, poster art adalah sebuah poster yang berisikan gambar, kadang berisikan sedikit tulisan, yang memiliki makna didalam gambarnya. Poster art mengkomunikasikan maksud dan informasi yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada targetnya melalui gambar. Poster art banyak dipakai belakangan ini untuk menyampaikan pesan yang penting karena lebih menarik minat anak-anak muda jika dibandingkan dengan kampanye.

Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Ilustrasi berfungsi untuk menarik perhatian publik guna mendorong dan mengembangkan gagasan dalam bentuk cerita realistis.

Poster art dan ilustrasi merupakan bagian dari DKV karena poster art adalah suatu desain yang berkomunikasi dengan orang yang melihatnya dan ilustrasi adalah penyampaian yang ada dalam poster art. DKV dapat membantu sosialisasi tentang pentingnya menjaga keharmonisan antar remaja dengan membuatnya menjadi sebuah visual yang menarik untuk mereka.


(2)

1.2Permasalahan dan Ruang lingkup

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

• Bagaimana cara memilih dan merancang media yang tepat untuk mengajak remaja menumbuhkan kerukunan antar sesamanya?

Visual yang akan ditampilkan mengandung pesan untuk menjaga keharmonisan antara remaja dan sesamanya yang dipraktikkan di kehidupan sehari-hari. Sosialisasi akan dilakukan online di social media yang digemari oleh remaja kota besar.

1.3Tujuan Perancangan

Tujuan dirancangnya karya ini adalah untuk membuat media yang tepat dan menarik untuk menerapkan kerukunan di kalangan remaja di kota-kota besar untuk mengurangi jumlah bullying.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

• Wawancara:

Wawancara mengenai gaya hidup remaja di kota-kota besar dan wawancara ke psikolog tentang psikologi remaja.


(3)

• Studi literatur:

Studi literatur terhadap buku-buku yang membahas tentang psikologi remaja. • Survey:

Survey dilakukan secara online dan manual terhadap responden anak remaja kota besar.


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Jadi kesimpulannya adalah, pemberian nama atau label pada remaja merupakan langkah awal menuju bullying secara mental dan merupakan bullying secara verbal. Pemberian nama biasanya diawali oleh anak-anak popular yang mengejek atau menjuluki anak-anak yang tidak popular dengan berbagai julukan aneh. Hal ini sering diabaikan oleh guru karena dianggap tidak penting untuk dipermasalahkan dan bersifat tidak merusak. Padahal hal ini dapat membuat remaja yang menjadi korban merasa minder dan menghalangi potensinya untuk berkembang.

Karena itu dibuatlah kampanye ini yang memiliki tujuan agar anak-anak popular tidak lagi mengejek anak-anak yang mereka anggap tidak keren. Kampanye ini juga bertujuan untuk menimbulkan kerukunan yang baru dapat tercapai ketika pemberian julukan atau label itu dihentikan oleh anak-anak popular. Untuk itu kampanye ini engincar anak-anak popular sebagai target utama dan anak-anak yang tidak popular sebagai target sekunder.

Karena remaja tidak suka merasa digurui, oleh karena itu kampanye ini dikemas tidak seperti kampanye secara general. Penggunaan ilustrasi dan warna-warna pastel yang digemari remaja membuat kampanye ini terlihat lebih menarik, selain itu gimmick yang dikeluarkan juga merupakan barang-barang yang digemari oleh remaja sehingga membuat kampanye ini lebih efektif dibandingkan kampanye


(5)

agar remaja dapat relate kepada karakter karakter tersebut, yang memang diambil dari lingkungan pergaulan mereka sehari-hari di sekolah.

Warna yang ringan, fun dan menarik juga cipratan watercolour digunakan karena warna-warna tersebut sedang trend di kalangan remaja, dan watercolour mendukung kesan fun yang ingin diberikan. Selain itu, warna-warna dan aksen ini diberikan agar remaja merasa tertarik dan tidak merasa bahwa sebenarnya mereka sedang diarahkan untuk tidak memanggil panggilan yang aneh-aneh kepada teman-teman sekolahnya sehingga teman-temannya tersebut merasa minder.

Media yang digunakan adalah media digital yaitu social media karena menurut hasil penelitian, mayoritas remaja masa kini adalah pengguna aktif internet.

Diharapkan dengan adanya kampanye ini maka jumlah kasus verbal dan mental bullying di Indonesia dapat berkurang.

5.2 Saran

Saran untuk permasalahan yang diangkat adalah agar para guru menanggapi masalah ini dengan lebih serius dan tidak menyepelekan pemberian label atau julukan kepada anak-anak yang kurang dominan di sekolah. Dan untuk para remaja sebaiknya tidak memilih-milih teman dan merasa lebih ekslusif dibanding yang lainnya.

Saran dari dosen untuk penulis adalah agar penulis bisa memperdalam lagi kampanye ini karena kampanye ini masih terlihat di permukaan saja dan belum bermakna terlalu dalam. Ilustrasi yang digunakan sudah bagus, tetapi orang haus melihat dan membacanya dengan lama dan seksama sebelum akhirnya menangkap maksud yang ingin diungkapkan sebenarnya oleh penulis.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hasali, Rhenald. 2005. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, Elizabeth. 1998. Adolescent Development. United States: McGraw Hill. Kusmiati.r, Artini.dkk. 1999. Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Jogjakarta: Andi. Sedyawati, Edi. 2014. Kebudayaan di Nusantara. Depok: Komunitas Bambu. Suratno, Pardi. 2013. Masyarakat Jawa & Budaya Barat. Jogjakarta: Adi Wacana. Belajar Psikologi. Perkembangan Psikologis Remaja.

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/ (diakses pada 14.03.2015 pukul 21.30)

Kampanye. http://kbbi.web.id/kampanye (diakses pada 03.06.2015 pukul 12.44) Kampanye. http://id.wikipedia.org/wiki/Kampanye (diakses pada 03.06.2015 pukul 12.44)

Kompas. Survey Pemakaian Internet pada Remaja.

http://tekno.kompas.com/read/2014/02/19/1623250/Hasil.Survei.Pemakaian.Internet. Remaja.Indonesia (diakses pada 14.03.2015 pukul 22.03)

Line Art. http://en.wikipedia.org/wiki/Line_art (diakses pada 03.06.2015 pukul 12.44)

Wikipedia. Hedonisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme (diakses pada 14.03.2015 pukul 22.03)