PENGARUH LIMBAH PABRIK SEMEN DAN EFEKTIF MIKROORGANISME TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea (L.) Gaud.) PADA TANAH GAMBUT.

167
Stigma Volume XII No.2, April – Juni 2004

PENGARUH LIMBAH PABRIK SEMEN DAN EFEKTIF
MIKROORGANISME TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea (L.) Gaud.) PADA TANAH
GAMBUT
(The effect of cement waste and effective microorganism on the growth and yield of ramie
(Boehmeria nivea (L.) Gaud.) on peat soil)
Fevi Frizia dan Reni Mayerni *)
ABSTRACT
An experiment was carried out in a greenhouse of Faculty
of Agriculture, Andalas University Padang from March to
October 2002. The objective of the experiment was to obtain the best combination of cement waste and biofertilizer M-Bio on ramie growth and yield on peat soil. Twofactor treatments were arranged in Completely Randomized Design with three replications. The first factor was
five levels of cement waste (without cement waste (a0),
cement waste 2 ton/ha (a1), cement waste 4 ton/ha (a2),
cement waste ton/ha (a3), and cement waste 8 ton/ha (a4).
And the second was five levels of M-Bio (without M-Bio
(b0), M-Bio 2 ml/l (b1), M-Bio 4 ml/l (b2), M-Bio 6 ml/l
(b3), and M-Bio 8 ml/l (b4). Cement waste treatment significantly effect the stalk diameter. M-Bio has no effect on
all parameters. However, the result was significantly different from without cement waste treatment.

Key words: cement waste,
ramie, peat soil

effective

microorganism,

PENDAHULUAN
Tanaman rami sebagai penghasil serat yang
berasal dari batang, keberadaannya saat ini semakin dibutuhkan mengingat produksi kapas sebagai bahan baku utama tekstil di Indonesia masih jauh dari kebutuhan, bahkan impor kapas masih sangat tinggi dari kebutuhan nasional. Serat
rami memiliki banyak kesamaan dengan serat
kapas dan dapat digunakan sebagai bahan baku
tekstil (Setyo, Marjani dan Ruli, 1991). Tanaman
rami dalam kedaan optimum mampu menghasilkan serat siap pintal per tahun lebih banyak dibandingkan kapas yaitu sekitar 5,56:1 (Sumantri,
1984)
Perawatan rami tidak begitu sulit dan daerah
penanamannya tidak begitu spesifik seperti halnya kapas. Selain itu, tanaman rami menghasilkan serat yang tergolong eksklusif dan digemari
konsumen serta paling cocok dikembangkan di
daerah tropis (Sumantri, 1984).


ISSN 0853-3776

Tanah gambut saprik memiliki tingkat dekomposisi yang paling lanjut tetapi masih
dihadapkan pada beberapa masalah yaitu kemasaman tanah dan kandungan asam-asam organik
(Purwowidodo, 1991). Salah satu usaha yang
digunakan untuk mengatasi masalah gambut ini
dengan pemberian kapur. Menurut Sastrosupadi,
Santoso dan Mardjani (1992) pengapuran dapat
meningkatkan pH tanah, menetralkan Al dan
meningkatkan ketersediaan fosfor untuk tanaman
rami, dimana dengan pemberian kalsit 3 ton + 60
kg N + 40 kg P2O5 + 60 kg K2O + 10 kg CuSO4 +
5 kg ZnSO4 per ha dapat menaikkan bobot segar
tanaman, batang segar dan bobot serat kering
tanaman rami hingga tertinggi pada tanah gambut
yaitu berturut-turut 26,53 ton/ha, 14,51 ton/ha
dan 0,45 ton/ha.
Limbah pabrik semen Padang merupakan
bahan amelioran yang mengandung CaO, SiO
dan MgO yang cukup tinggi dan ion-ion logam

yang dapat menetralkan kemasaman tanah.
Pemakaian limbah pabrik semen yang berpedoman pada perhitungan kandungan CaO yang tidak berbeda jauh dengan kalsit diharapkan dapat
menetralkan ion-ion H+ di dalam tanah dan senyawa-senyawa penyebab kemasaman tanah sehingga pH tanah dapat meningkat.
Selain dengan amelioran, perbaikan lahan
bermasalah seperti lahan gambut dapat dilakukan
dengan pemberian mikroorganisme efektif seperti
M-Bio1 yang merupakan mikroba unggul. PT
Hayati Lestari Indonesia (1997) melaporkan bahwa larutan M-Bio mengandung mikroba fermentasi, mikroba penetral dan pelarut, mikroba
fiksasi hara, mikroba dekomposer, dan mikroba
pembantu penyerapan akar, serta mikroba alami
lainnya yang bekerja secara simultan.

1 Merupakan merek dagang; menyebut dan menggunakan
produk itu semata-mata hanya untuk kegitan penelitian
bukan merupakan anjuran.

AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

168
Stigma Volume XII No.2, April – Juni 2004

*)

Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang

Pada lahan yang kaya bahan organik seperti
lahan gambut, M-Bio sangat berguna untuk
mempercepat terbentuknya tanah subur yang siap
tanam melalui dekomposisi yang seimbang. MBio dapat digunakan secara langsung pada tanaman, tanah atau bahan organik dengan konsentrasi 1 – 5 ml/l air. Aplikasi M-Bio di lahan
gambut masih merupakan studi awal namun
dapat memberikan harapan yang baik. Dengan
perannya yang penting, pemberian M-Bio bersama-sama dengan amelioran berupa limbah pabrik semen akan lebih meningkatkan produktivitas lahan gambut karena keduanya diharapkan
dapat bekerja secara sinergistik dalam memperbaiki kondisi tanah gambut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
peranan limbah pabrik semen sebagai bahan amelioran dan M-Bio sebagai pupuk hayati dalam
memperbaiki kesuburan tanah dalam sistem
budidaya tanaman rami pada tanah gambut.
BAHAN DAN METODE
Percobaan telah dilaksanakan di rumah kaca
Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang,
dari bulan Maret sampai Oktober 2002. Faktor

yang dikaji yaitu Faktor I: variasi dosis limbah
pabrik semen (A) : tanpa limbah pabrik semen
(a0), limbah pabrik semen 2 ton/ha (a1), limbah
pabrik semen 4 ton/ha (a2), limbah pabrik semen
6 ton/ha (a3), dan limbah pabrik semen 8 ton/ha
(a4). Faktor II variasi konsentrasi M-Bio (B): tanpa pemberian M-Bio (b0), M-Bio 2 ml/l (b1), MBio 4 ml/l (b2), M-Bio 6 ml/l (b3), dan M-Bio 8
ml/l (b4). Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) berpola faktorial 5 x 5 dengan tiga ulangan. Data dianalisis
dengan sidik ragam pada taraf signifikansi 5%.
Bila uji F dalam analisis ragam nyata maka dilakukan Duncan’s New Multiple Range Test taraf
signifikansi 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinggi Tanaman
Pada Tabel 1 tampak bahwa pemberian limbah pabrik semen 8 ton/ha tinggi tanaman rami
yaitu 100,79 cm, sedangkan pada pemberian MBio 4 ml/L memberikan pertumbuhan tinggi
tanaman 94,21 cm. Ini menunjukkan bahwa tanaman rami masih pada stadia awal dan pengaruh
lingkungan masih belum begitu besar.
Sastrosupadi, Soenardi dan Santoso (1991) me-

ISSN 0853-3776


nyatakan bahwa tanaman rami mulai dari tanam
sampai dengan masa degenerasi pertumbuhan
membutuhkan wakru 5 –6 tahun. Pertumbuhan
akan terus meningkat dan mencapai puncaknya
pada tahun ke tiga dan keempat.

Tabel 1. Tinggi tanaman rami pada
panen ke dua yang diberi limbah
pabrik semen dan M-Bio
Perlakuan
Dosis limbah pabrik semen
0,0 (a0)
2,0 (a1)
4,0 (a2)
6,0 (a3)
8,0 (a4)

Tinggi Tanaman (cm)
82,71

90,52
82,26
91,93
100,79

Konsentrasi M-Bio
0,0 (b0)
84,41
2,0 (b1)
92,18
4,0 (b2)
94,21
6,0 (b3)
85,08
8,0 (b4)
92,34
KK =
25,80%
Angka-angka pada kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %.


2. Diameter Batang
Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap peningkatan pemberian limbah pabrik semen dapat
meningkatkan diameter batang rami. Dimana
pemberian limbah pabrik semen sebanyak 8
ton/ha menyebabkan diameter batang membesar
menjadi 8,27 mm dibanding tanpa pemberian
limbah pabrik semen.

Tabel 2. Diameter batang tanaman rami
pada panen ke dua yang diberi
limbah pabrik semen dan M-Bio
Perlakuan
Dosis limbah pabrik semen
0,0 (a0)
2,0 (a1)
4,0 (a2)
6,0 (a3)
8,0 (a4)

Diameter batang (mm)

6,49 c
7,03 b c
7,16 b
7,24 b
8,27 a

Konsentrasi M-Bio
0,0 (b0)
7,28
2,0 (b1)
7,38
4,0 (b2)
7,53
6,0 (b3)
7,05
8,0 (b4)
6,96
KK =
14,27%
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf

kecil yang adalah berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT pada taraf nyata 5 %.

AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

169
Stigma Volume XII No.2, April – Juni 2004
Pertumbuhan diameter batang juga dipengaruhi oleh dan seirama dengan pertumbuhan tinggi
tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prawiranata, Haran dan Tjondronegoro (1981)
bahwa tanaman dikotil memiliki 2 macam pertumbuhan yaitu pertumbuhan primer dan
sekunder. Pertumbuhan primer memperpanjang
sumbu utama dan membentuk percabangan, setelah bagian membentuk ukuran tertentu maka pertumbuhan selanjutnya merupakan pertumbuhan
sekunder yang ditandai dengan meningkatnya
pertumbuhan kambium yang berhubungan dengan peningkatan diameter batang..
Setyo, Marjani, dan Rulli (1991) berpendapat
bahwa diameter batang 8-11 mm pada tahun pertama menunjukkan tanaman rami mampu tumbuh
dan berkembang dengan baik di lahan gambut,
meskipun berdasarkan deskripsi tanaman rami
nilai diameter batang rami dalam keadaan optimum adalah 12 mm.

3. Bobot Segar Batang Saat Panen.

Tabel 3. Bobot segar batang saat panen
tanaman rami pada panen ke dua
yang diberi limbah pabrik semen
dan M-Bio
Bobot segar batang saat
panen (g)

Perlakuan
Dosis limbah pabrik semen
0,0 (a0)
2,0 (a1)
4,0 (a2)
6,0 (a3)
8,0 (a4)

63,24
63,73
56,01
65,31
82,43

Konsentrasi M-Bio
0,0 (b0)
60,64
2,0 (b1)
72,13
4,0 (b2)
76,15
6,0 (b3)
66,16
8,0 (b4)
55,65
KK =
60,25%
Angka-angka pada kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian limbah pabrik semen dan M-Bio masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang bermakna pada bobot segar batang. Hal ini diduga
berkaitan dengan berbeda tidak nyatanya tinggi
tanaman. Menurut Sastrosupadi, Santoso, dan
Mardjani (1992) pada tanaman rami terdapat korelasi positif antara tinggi tanaman dan diameter
batang terhadap bobot segar tanaman meliputi
bobot segar batang, brangkasan dan serat, sehingga semakin meningkat pertumbuhan tinggi
dan diameter batang maka akan meningkatkan
bobot segar tanaman.

ISSN 0853-3776

4. Bobot segar brangkasan saat panen
Pemberian limbah pabrik semen dan M-Bio
pada masing-masing perlakuan menunjukkan
tidak memberikan pengaruh yang bermakna pada
bobot segar batang. Hal ini diduga berkaitan
dengan berbeda tidak nyatanya tinggi tanaman,
diameter batang dan jumlah batang. Menurut
Sastrosupadi, Santoso, dan Mardjani (1992) pada
tanaman rami terdapat korelasi positif antara
tinggi tanaman dan diameter batang terhadap bobot segar tanaman meliputi bobot segar batang,
brangkasan dan serat, sehingga semakin meningkat pertumbuhan tinggi dan diameter batang
maka akan meningkatkan bobot segar tanaman.

Tabel 4. Bobot segar brangkasan saat
panen tanaman rami pada panen
ke dua yang diberi limbah pabrik
semen dan M-Bio
Perlakuan
Dosis limbah pabrik semen
0,0 (a0)
2,0 (a1)
4,0 (a2)
6,0 (a3)
8,0 (a4)

Bobot segar brangkasan
saat panen (g)
179,25
181,54
172,31
194,24
226,88

Konsentrasi M-Bio
0,0 (b0)
182,09
2,0 (b1)
204,32
4,0 (b2)
200,03
6,0 (b3)
193,59
8,0 (b4)
173,99
KK =
32,90%
Angka-angka pada kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %.

5. Bobot kering kulit

Tabel 5. Bobot kering kulit tanaman
rami pada panen ke dua yang
diberi limbah pabrik semen dan
M-Bio
Perlakuan

Bobot kering kulit saat
panen (g)

Dosis limbah pabrik semen
0,0 (a0)
2,0 (a1)
4,0 (a2)
6,0 (a3)
8,0 (a4)

3,78
3,81
3,67
4,22
4,81

Konsentrasi M-Bio
0,0 (b0)
2,0 (b1)
4,0 (b2)
6,0 (b3)

3,89
4
4,35
4,23

AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

170
Stigma Volume XII No.2, April – Juni 2004
8,0 (b4)
3,82
KK =
60,25%
Angka-angka pada kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %.

Bobot kering kulit selain dipengaruhi oleh
bobot segar juga dipengaruhi oleh luas daun. Hal
ini sesuai dengan pendapat Jumin (1988) bahwa
peningkatan berat kering tanaman sejalan dengan
meningkatnya luas daun karena luas daun dapat
mempengaruhi metabolisme tanaman terutama
fotosintesis yang dapat meningkatkan translokasi
karbohidrat dalam jaringan tanaman dan 90%
dari berat kering tanaman hijau dibentuk dari hasil fotosintesis tanaman. Dimana tingginya
kandungan karbohidrat dan unsur hara dalam tubuh tanaman akan tercermin dari bahan keringnya (Harjadi, 1991).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Interaksi pemberian limbah pabrik semen dan
M-Bio tidak terjadi pada semua parameter tanaman. Tetapi pemberian limbah pabrik semen saja berpengaruh terhadap diameter batang, dimana pada pemberian 8 ton/ha limbah
pabrik semen meningkat dari 6,49 mm menjadi 8,27 mm.
2. Peranan M-Bio belum efektif dalam mendekomposisikan tanah gambut dengan tingkat
dekomposisi saprik pada umur tanaman 2
bulan.

B. Saran
Tanah gambut Anai memiliki tingkat dekomposisi saprik (tanah gambut yang tingkat pelapukan sudah lanjut dengan kandungan serat kurang dari 1/3 volume) dan tingkat kemasaman
yang tergolong sangat tinggi disarankan untuk
melakukan pengapuran yang cukup tinggi bila
memakai limbah pabrik semen sebagai alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, S.S. 1991. Pengantar agronomi. Gramedia. Jakarta.
125 hal.
Jumin,H.B. 1988. Dasar-dasar agronomi. Rajawali Pers.
Jakarta. 140 hal.
Prawiranata,W., S. Harran, dan P. Tjondronegoro. 1981.
Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Departemen Botani
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 313 hal.
PT Hayati Lestari Indonesia. 1997. M-Bio dari petani-oleh
petani-untuk petani. Tasikmalaya.
Purwowidodo. 1991. Gatra tanah dalam pengembangan hutan
tanaman di Indonesia. Rajawali Press, Jakarta.
Sastrosupadi, A., B. Santoso, dan Marjani. 1992. Pengaruh
pemberian N, P, K, Cu, Zn, dan kapur terhadap pertumbuhan dan produksi rami di lahan gambut Bengkulu.
Jurnal Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
Malang 7(1): 284-292.
Sastrosupadi, A., Soenardi, dan B. Santoso. 1992. Pengaruh
paket pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan tanaman rami (Boehmeria nivea (L). Gaud) pada
tanah Latosol Sukabumi. Jurnal Balai Penelitian
Tembakau dan Tanaman Serat Malang: 6(1); 63-76.
Setyo-Budi,U.,Marjani, dan Ruli.D.P. 1991. Evaluasi daya
hasil beberapa klon rami di lahan gambut. Laporan Hasil
Penelitian Proyek ARM. Balai Penelitian Tembakau dan
Tanaman Serat. Malang. 6 hal.
Sumantri, R.H.L. 1984. Haramay (Ramie), Penanaman, Pemeliharaan dan Kegunaan. Team Proyek Pengembangan
Haramai Jawa Barat, Bandung. 54 hal.

------------------------------oo0oo------------------------------

ISSN 0853-3776

AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002