KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA Kesiapsiagaan Guru Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 12 Surakarta, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR
DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA
SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

Diajukan Oleh:
ANDY TATANG HENDRAWAN
A610100046

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR
DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA
SURAKARTA
Andy Tatang Hendrawan, A610100046, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014
ABSTRAK
Banjir adalah salah satu bahaya alam yang terjadi di alam ini dimana air
menggenang lahan-lahan rendah di sekitar sungai sebagai akibat ketidakmampuan
alur sungai menampung dan mengalirkan air, sehingga meluap keluar alur
melampaui tanggul dan mengenai daerah sekitarnya.. SMP Negeri 12 Surakarta
merupakan daerah yang beresiko terjadi banjir. Tujuan Penelitian ini adalah: 1)
Mengetahui tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP
N 12 Surakarta. 2) Mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan
antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP Negeri 12 Surakarta dalam
menghadapi banjir. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
yang memberikan gambaran tingkat kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12 Surakarta
dalam menghadapi bencana banjir bencana banjir. Metode dalam penelitian ini
meliputi penyebaran angket, wawancara dan observasi. Sumber data atau
responden angket dipilih secara data populasi, sedangkan untuk data pendukung
menggunakan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP Negeri 12
Surakarta masuk dalam kategori SIAP, terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan
antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP Negeri 12 Surakarta dalam
menghadapi bencana banjir, guru laki-laki cenderung lebih siap dibandingkan

dengan guru perempuan.

Kata Kunci: Banjir, Kesiapsiagaan, Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

1

PENDAHULUAN

itu. Banjir tersebut selain merusak

A. Latar Belakang Penelitian

bangunan

SMP Negeri 12 Surakarta merupakan

mengganggu proses belajar mengajar


salah

menengah

karena tidak jarang air genangan

pertama yang lokasinya terletak di

tersebut sampai masuk ke dalam

Kelurahan

ruang kelas. Selain itu, dari hasil

satu

sekolah

Kerten,


Kecamatan

fisik

sekolah

juga

Laweyan, Kota Surakarta. Bangunan

wawancara

sekolah tersebut berada tepat di

makanan

sebelah

berbatasan


tersebut, beliau mengatakan ”pada

langsung dengan salah satu anak

bulan oktober tahun 2013 kemarin

sungai dari Kali Pepe yang pada saat

terjadi genangan air sampai lutut

musim penghujan rata-rata debit

orang

airnya

guyuran hujan deras selama beberapa

timur


atau

meningkat

cukup

tinggi,

sungai tersebut seringkali meluap
dan menggenangi permukiman di
sekitarnya, termasuk bangunan SMP
N 12 Surakarta tersebut.
Banjir

tersebut

hampir

setiap


tahunnya terjadi di daerah tersebut
termasuk juga menggenangi halaman
dan bangunan gedung SMP N 12

terhadap
di

penjual

samping

dewasa

yang

sekolah

diakibatkan

hari berturut-turut”.

Berdasarkan

latar

identifikasi

belakang

masalah

yang

dikemukakan,

maka

penulis

merumuskan


masalah

sebagai

berikut:
a. Bagaimana

kesiapsiagaan

Surkarta, sebagai salah satu alumni

guru

di sekolah tersebut peneliti pernah

bencana

mengalamainya antara tahun 2003

Negeri 12 Surakarta?


sampai 2006 terutama terjadi pada

dan

dalam

b. Apakah

banjir

ada

menghadapi
di

SMP

perbedaan


yaitu

tingkat kesiapsiagaan antara

antara bulan Januari sampai Maret,

guru laki-laki dengan guru

bahkan peneliti sering ke sekolah

perempuan di SMP N 12

dengan tidak memakai sepatu karena

Surakarta?

puncak

musim

penghujan

air menggenangi sekolah dengan
ketinggian sampai lutut pada waktu

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

2

Berdasarkan rumusan masalah di

di

atas, maka dapat ditentukan tujuan

masing-masing guru tersebut

penelitian sebagai berikut:

serta menambah pengetahuan

a. Mengetahui
guru

bencana

mengenai

kesiapsiagaan

dalam

menghadapi

banjir

di

SMP

laki-laki

dengan

perempuan di SMP Negeri 12
Surakarta.

kesiapsiagaan

dalam

menghadapi

ancaman

bencana banjir.
Istilah

geografi

berasal

dari

bahasa Yunani, geo yang artinya
bumi dan graphien yang artinya

Manfaat Teoritis
a. Bertambahnya kazanah ilmu
pengetahuan yang berkaitan
dengan

kesiapsiagaan

bencana.
b. Sebagai

alam

dan pengetahuan mengenai

guru
guru

bencana

Dapat menambah wawasan

tingkat
antara

tinggal

b. Bagi peneliti

b. Mengetahui apakah terdapat

kesiapsiagaan

tempat

banjir.

Negeri 12 Surakarta.

perbedaan

daerah

masukan

kepada

pemerintah untuk menekankan
masyarakat

untuk

sadar

pencitraan. Geografi adalah ilmu
pengetahuan yang menggambarkan
segala

sesuatu

yang

ada

di

permukaan bumi. Beberapa definisi
geografi yang dikemukakan para ahli
geografi, antara lain sebagai berikut.
Menurut

BNPB,

(2011)

bencana dan meningkatkan

menjelaskan bahwa, Bencana adalah

kesiapsiagaan

peristiwa atau rangkaian peristiwa

masyarakat

dalam menghadapi bencana.

yang mengancam dan mengganggu
kehidupan

Manfaat Praktis

dan

penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik

a. Bagi guru
Meningkatkan kesiapsiagaan

oleh faktor alam, faktor non alam

dalam menghadapi ancaman

maupun faktor manusia sehingga

bencana

mengakibatkan

banjir

di

SMP

Negeri 12 Surakarta maupun

timbulnya

korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

3

kerugian harta benda, dan dampak

Menurut

psikologis.

menjelaskan

Menurut Krishna S. Pribadi Dkk,
(2008) banjir adalah suatu kejadian
saat air menggenangi daerah yang
biasanya tidak digenangi air dalam
selang

waktu

tertenu.

Banjir

umumnya terjadi pada saat aliran air
melebihi volume air yang dapat

Krishna,

dkk

(2008)

Kesiapsiagaan

merupakan tindakan yang dilakukan
dalam rangka mengantisipasi suatu
bencana untuk memastikan bahwa
tindakan

yang

dilakukan

dapat

dilaksanakan secara tepat dan efektif
pada saat dan setelah terjadi bencana.
Menurut

buku

PASTI

ditampung dalam sungai, danau,

(Preparedness Assessment Tools For

rawa, drainase, maupun saluran air

Indonesia)

UNESCO,

lainnya pada selang waktu tertentu.

parameter

kesiapsiagaan

Hujan lebat yang terjadi dalam waktu

sebagai berikut:

yang

cukup

lama

dapat

mengakibatkan berlebihnya jumlah
air yang dapat ditampung dalam
sungai, danau, rawa, maupun saluran
air lainnya, sehingga air meluap dan
menimbulkan

banjir

yang

menggenangi daerah di sekitarnya.
Kesiapsiagaan

merupakan

serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk

mengantisipasi

melalui

pengorganisasian

bencana
serta

melalui langkah yang tepat guna dan

a. Parameter

adalah

pembangunan

kapasitas

organisasi untuk mengawasi
dan

menjalankan

sistem

peringatan.
b. Parameter

kedua

adalah

berkaitan dengan evakuasi.
c. Parameter
berupa

ketiga

adalah

penyelamatan

dan

bantuan.
d. Parameter

2007

pelaksanaan

Bencana).

pertama

dan

pembuatan

Penanggulangan

adalah

pembentukan

berdaya guna (UU No 24 Tahun
Tentang

(2009:31)

bencana

keempat

yaitu
rencana

menangani
atau

rencana

penanganan bencana.

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

4

e. Parameter

kelima

adalah

mobilisasi langsung.
f. Parameter

kerja guru..

keenam

adalah

pengaturan stok persediaan.
g. Parameter

ketujuh

adalah

komunikasi bahaya.
h. Parameter kedelapan adalah
pelatihan relawan.
i. Parameter kesembilan adalah
latihan

dan

terkait dengan unsur manajemen

simulasi

B. Metode Penelitian
Jenis

penelitian

deskriptif

ini

kuantitatif

menggunakan
prosentase

adalah
dengan

perhitungan

yang

menggambarkan

tingkat kesiapsiagaan guru dalam
menghadapi bencana banjir.

masyarakat.
j. Parameter kesepuluh adalah
pendidikan

dan

kesadaran

masyarakat.
Menurut Oemar Hamalik, (2008)
pendidikan

merupakan

pengubahan

sikap

seseorang

atau

proses

dan

perilaku

kelompok

orang

No Nilai indeks
Katagori
1
80-100
Sangat siap
2
65-79
Siap
3
55-64
Hampir Siap
4
40-54
Kurang Siap
5
< 40 (0-39)
Belum Siap
Tabel 3.5. Indeks Kesiapsiagaan
Sumber : buku lippi UNESCO
(2006)

melalui upaya pengajaran dengan
menitikberatkan pada pembentukan

Penelitian dilakukan di SMP

kepribadian.

Negeri 12 Surakarta, Kecamatan

Dalam upaya pengajaran, perumusan

Laweyan, Kota Surakarta. Penelitian

tujuan menjadi utama dan setiap

dilakukan selama 6 bulan dari bulan

proses

Oktober sampai bulan Maret.

dan

pengembangan

pengajaran

senantiasa

diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

seluruh

Menurut Munif Chatib, (2011)
guru

adalah

sebuah

Populasi dalam penelitian ini

profesi.

Profesionalitas guru tentunya sangat

guru

SMP

Negeri

12

Surakarta sebanyak 50 orang.
Variabel
digunakan

penelitian
adalah

yang

kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana banjir,

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

5

kesiapsiagaan ini dibagi menjadi

berupa gambar/foto dan video

beberapa variabel yang meliputi

saat penelitian berlangsung di

pembangunan dan sistem peringatan,

SMP N 12 Surakarta.

evakuasi, penyelamatan dan bantuan,
rencana

penanganan

c. Angket

bencana,

Angket

mobilisasi langsung, pengaturan stok

pengambilan

persediaan,

dilakukan

komunikasi

bahaya,

merupakan
data

yang

dengan

cara

pelatihan relawan, pelatihan dan

memberi

simulasi, pendidikan dan kesadaran.

pertanyaan atau pernyataan
tertulus kepada

C. Teknik Pengumpulan data

merupakan

suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis
dan
yang

psikologis.

Observasi

dilakukan

peneliti

adalah observasi secara tidak
langsung karena observasi
dilakukan pada saat tidak
terjadi banjir tetapi beberapa
bulan

yang

terjadinya

lalu

setelah

bencana

banjir.

Observasi dilakukan dengan
mengamati keadaan sarana
dan prasarana sekolah.

penelitian
memperkuat

ini

penelitian

ini

di

berikan

kepada seluruh guru untuk
mengetahui

dan

menilai

tingkat kesiapsiagaan guru
dalam menghadapi bencana
banjir dengan 10 indikator
kesiapsiagaan.
d. Wawancara
Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan
untuk

menemukan

permasalahn
dan

yang

diteliti,

juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari

b. Dokumentasi
Dokumentasi

responden

untuk dijawab. Angket pada

a. Observasi
Observasi

seperangkat

dalam
untuk
penelitian

responden

yang

mendalam

dan

respondennya
kecil.

jumlah

sedikit

Wawancara

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

lebih

atau
dalam

6

penelitian

ini

ditujukan

bencana

banjir

masuk

dalam

kepada guru, bertujuan untuk

kategori “siap”.

mendapatkan

informasi

2) Perbedaan tingkat kesiapsiagaan

pendukung

mengenai

antara guru laki-laki dengan

bagaimana

kesiapsiagaan

guru perempuan di SMP Negeri

guru

dalam

menghadapi

12 Surakarta.

bencana banjir di SMP N 12

Untuk menentukan rumus t-test, akan

Surakarta.

dipilih untuk pengujian hipotesis,
maka perlu diuji dulu varians ke dua
sampel

D. Hasil dan Pembahasan
1) Tingkat
dalam

kesiapsiagaan
menghadapi

guru

bencana

banjir di SMP N 12 Surakarta.

homogen

Pengujian

total skor 682 untuk jawaban 20

�1 2

Surakarta yang menjawab dengan
pilihan “IYA” sebanyak 68,20 %

pertanyaan

dengan

jawaban

�2 2

“TIDAK” sebanyak 31,80 %. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat

yang terdiri dari 10 parameter
masuk kedalam kategori siap (80%100%),

artinya

bahwa

tingkat

kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12
Surakarta

dalam

menghadapi

=

� )�
( �� −�

=

204,6669

21

(Rumus 4.2)

21

= 9,746043, �1 = 21

=

� )�
( �� −�

=

���,�����

(Rumus 4.2)

29

29

= 6,18787, �2 = 29

kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12
Surakarta dalam menghadapi banjir

varians

berikut:

soal. Guru di SMP Negeri 12

dan jumlah guru yang menjawab

homogenitas

tidak.

digunakan uji F dengan cara sebagai

Guru di SMP Negeri 12 Surakarta
yang berjumlah 50 orang mendapat

atau

Sumber: Sugiyono (2010)

Dalam perhitungan di atas dapat
dilihat

varians

(

kuadrat

dari

simpangan baku ) terbesar = 9,74604
dan terkecil = 6,18787. Jadi �ℎ�����

= 9,74604 : 6,18787 = 1,57502.

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

7

�ℎ�����

perlu

pedoman yang telah dikemukakan

dibandingkan dengan F tabel (Tabel

digunakan rumus Polled Varians

XII Lampiran), dengan dk pembilang

yaitu:

= (21-1) dan dk penyebut = (29-1).

�ℎ����� =

Harga

tersebut

Berdasarkan dk pembilang = 20 dan
penyebut 28, dengan taraf kesalahan
ditetapkan = 5%, maka harga F tabel
= 1,96. (harga antara pebilang dan
penyebut 20 dan 28).
Rumus mencari �ℎ�����
�ℎ����� =

������� ��������
������� ��������

�̅ 1 −�̅ 2

2
2
�( �1 − �2 ) S1 + ( �2 − 1 ) S2 ( 1 + 1 )
�1 + �2 − 2

�ℎ����� =

�1 �2

14,333−13,137

(21−29 )9,746+(29− 1 )6,18787 1 1
( + )
21 29
21+29−2



(Rumus 4.3)

9,74604

�ℎ����� =6,18787

�ℎ����� = 1,57502

Sumber: Sugiyono (2010)

Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila
harga F hitung lebih kecil atau sama
dengan F tabel ( Fh ≤ Ft ), maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Ho diterima
berarti varians homogens.
Ternyata harga F hitung lebih kecil
dari F tabel (1,57502 < 1,96).
Dengan demikian Ho diterima. Hal

ini berarti varians homogen. Setelah
diketahui varians homogen (�1 =
�2 ) dan jumlah populasi kelompok 1

tidak sama dengan jumlah kelompok
2 (�1 ≠ �2 ), maka sesuai dengan

�ℎ����� =

1,196

(−8 )9,746+(28 ) 6,18787

(0,0476+0,0344)
48

�ℎ����� =

1,196

−77,968+ 173,260
(0,082)
48



�ℎ����� =

1,196

95,29236

(0,082)
48

�ℎ����� =

1,196

√1,9853 (0,082)

�ℎ����� =

�ℎ����� =

1,196

√0,1628
1,196

0,1628

�ℎ����� = 2,96

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

8

Harga �ℎ����� tersebut, selanjutnya

SMP Negeri 12 Surakarta yang

dibandingkan dengan harga t-tabel. t-

menjawab

tabel dengan digunakan t - �1 + �2

“IYA” sebanyak 68,20 % dan

– 2 yaitu t 21+29-2 = t 48

dengan

jumlah guru yang menjawab
pertanyaan

Berdasarkan perhitungan tersebut,
ternyata �ℎ����� lebih besar dari t
tabel (2,96 > 2,01063). Dengan
demikian
diterima.

Ho

ditolak

Jadi

dan

Ha

kesimpulannya

terdapat perbedaan secara signifikan
tingkat kesiapsiagaan antara guru
laki-laki dengan guru perempuan di
SMP

N

12

Surakarta

dalam

menghadapi banjir). Guru laki-laki
cenderung

lebih

dibandingkan

siap

bila

dengan

guru

perempuan.

pilihan

dengan

jawaban

“TIDAK” sebanyak 31,80 %.
Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat
SMP

kesiapsiagaan
Negeri

12

guru

Surakarta

dalam menghadapi banjir yang
terdiri dari 10 parameter masuk
kedalam kategori siap (80%100%), artinya bahwa tingkat
kesiapsiagaan
Negeri

guru

SMP

12 Surakarta dalam

menghadapi

bencana

banjir

masuk dalam kategori “SIAP”.
b. Terdapat

perbedaan

tingkat

kesiapsiagaan antar guru lakiB. PENUTUP

laki dengan guru perempuan di

a. Kesimpulan

SMP N 12 Surakarta dalam

Berdasarkan penelitian mengenai

menghadapi bencana banjir,

dalam

guru laki-laki cenderung lebih

menghadapi bencana banjir di SMP

siap dibandingkan dengan guru

N

perempuan.

kesiapsiagaan

12

Laweyan,

guru

Surakarta,
Kota

Kecamatan

Surakarta

dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

b. Saran
a) Sekolah

diharapkan

dapat

12

memberikan materi disalah

Surakarta yang berjumlah 50

satu mata pelajaran tentang

orang mendapat total skor 682

kebencanaan

untuk jawaban 20 soal. Guru di

materi

a. Guru

di

SMP

Negeri

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

khususnya
kesiapsiagaan

9

UMS. Surakarta. BP-FKIP
UMS

menghadapi bencana banjir
yang

bertujuan

meningkatkan

agar

kesiapsiagaan

guru dan siswa sehingga dapat
meminimalisir
kerugian

banyaknya

dan

korban

dikalangan warga sekolah.
b) Sekolah

diharapkan

mengikutsertakan
siswa

dalam

dapat

guru dan

berpartisipasi

melakukan tindakan pelatihan
atau simulasi bencana banjir
di sekolah agar guru dan siswa
lebih mengetahui bagaimana
cara

penyelamatan

apabila

bencana banjir melanda.

Edy Wibowo, Agung. 2012. Aplikasi
Praktis
SPSS
Dalam
Penelitian.
Yogyakarta:
GAVA MEDIA.
Endarto, Danang. 2007. Geografi
Untuk SMA/MA Kelas X.
Surakarta. DEPDIKNAS
Kharisma, Nugroho, dkk. PASTI
(Preparedness Assassment
Tools For Indonesia).
Jakarta Pusat. UNESCO
Office dan Humanitarian
Forum Indonesia.
Lakitan, Benyamin. 1997. Dasar
Dasar Klimatologi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Pribadi,

Krisna S, dkk. 2008.
Pendidikan
Mitigasi
Bencana. Bandung. ITB
1997.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta. PT Rineka Cipta.
Badan

Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Tahun
2011.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi
Penelitian
Kuantitatif.
Jakarta. Kencana Prenada
Media Group.
Chatib,

Munif. 2011. Gurunya
Manusia. Bandung. PT
Mizan Pustaka

Priyana, Yuli. 2008. Dasar-Dasar
Meteorologi
dan
Klimatologi. Surakarta
Siregar, Syofian. 2010. Statistika
Deskriptif
untuk
Penelitian. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk
Penelitian.Bandung.
Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan.
Bandung.
Alfabeta.
Supranto. 2010. Statistik Teori dan
Aplikasi. Jakarta. Erlangga

Darsinah, dkk. 2013. Pedoman
Penulisan Skripsi FKIP
Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

10

Triehendradi, C. 2012. Step by Step
SPSS 20 Analisis Data
Statistik. Yogyakarta:
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007
tentang
Penanggulangan
Bencana.
Wijaya, Cece. 1991. Kemampuan
Dasar Guru Dalam Proses

Belajar
Mengajar.
Bandung.
Remaja
Rosdakarya Offset.
Yunus,

Hadi
Sabari.
2010.
Metodologi
Penelitian
Wilayah
Kontemporer.
Yogyakarta.
PUSTAKA
PELAJAR.

Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010

11

Dokumen yang terkait

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 2 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR KELURAHAN SUMBER KECAMATAN BANJARSARI KOTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 3 16

KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA Kesiapsiagaan Guru Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 12 Surakarta, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Kesiapsiagaan Guru Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 12 Surakarta, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

0 1 6

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Dikelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 14

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VIII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA KELURAHAN SEMANGGI Kesiapsiagaan Siswa Kelas Viii Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 6 Surakarta Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

0 2 13

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VIII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA KELURAHAN SEMANGGI Kesiapsiagaan Siswa Kelas Viii Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 6 Surakarta Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

0 1 14

PERAN GURU TERHADAP KESIAPSIAGAAN SEKOLAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN SEWU KECAMATAN Peran Guru Terhadap Kesiapsiagaan Sekolah dalam Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 2 15

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 13