PENDAHULUAN Kritik Interpretasi Kelompok Pemikir Liberal Terhadap Ayat Al-Qur’an Tentang Jilbab Berdasarkan Tinjauan Ulama Dalam Surah Al-AḤzâb Ayat 59.
1 A. Latar Belakang M asalah
Tant angan mendasar umat Islam bukan sekedar t ant angan ekonomi,
polit ik, sosial, dan budaya. Tant angan besar umat Islam sekarang adalah
t ant angan pemikiran yang merupakan akar t ant angan umat Islam pada bidang
lain. Pemikiran kelompok liberal misalnya, lebih banyak mengadopsi cara
pandang Barat yang kemudian diadopsi lagi oleh cendekiawan M uslim untuk
mengkrit isi Islam agar dapat memperkenalkan “ perubahan” at au “ pembaruan
pemikiran” . Hal ini berdampak besar t erhadap penerapan syariat yang sudah
baku (mutlak), diantaranya mengenai pandangan t erhadap hakikat perempuan
dan berbagai kewajiban syar‘i yang mengit arinya.
Ada pemandangan menarik untuk dicermat i dewasa ini. M akin maraknya
wanit a t ampil mengenakan jilbab, seolah mencipt akan kesan religi/ agamis.
Wanit a pemakai jilbab dianggap t elah memiliki kesadaran t inggi untuk
menjalankan syariat Islam (menutup aurat ) secara baik dan sempurna. Sayang,
fenomena ini t idak dibarengi dengan respon posit if semua pihak. Gugat an dan
argumen-argum en sinis t ent ang jilbab kian massif beredar di masyarakat .
Berpijak pada asas kebebasan pribadi dan pembebasandari st rukt ur
(2)
int erpret asi baru at as dokt rin agama Islam. M ereka berpendapat pakaian (jilbab)
yang t elah diwajibkan Allah Ta
ʻ
ala untuk dikenakan kaum muslimah adalah produk budaya warisan bangsa Arab. Jilbab dianggap bukan kewajiban agama.M uslimah yang mengenakan jilbab, hanya disebut mengikut i t radisi Arab saja,
bukan menjalankan syariat (M ulia, 2008: 2). M usdah menambahkan bahwa jilbab
adalah produk budaya Arab yang hanya wajib unt uk kaum wanit a Arab saat itu,
bahkan hanya wajib untuk wanit a masa Rasulullah saja. Bahkan pemikir liberal
lain, Asghar Ali Engineer menyat akan bahwa jilbab merupakan prakt ek yang t ak
beradab (Engineer, 2003: 103).
Permasalahan hukum pemakaian jilbab adalah persoalan lama yang selalu
digaungkan oleh kelompok pemikir liberal. M ereka m enyat akan bahwa
pemakaian jilbab/
ḥ
imâr t idak wajib, dan mengenakan pakaian cukup disesuaikan st andar dan et ika kesopanan yang berlaku. Apabilaḥ
imâr (kerudung) t idak lagi diperlukan sebagai identit as muslimah, makaḥ
imâr menjadi tidak wajib (Fayumi, 2002: 8).Kelompok pemikir liberal mendasarkan argumen mereka pada kaidah
ushûliyah, “ al-ibrah bi al-khu
ș
ûș
al-sabab lâ bi ‘umûm al-lafẓ
i” (pengambilan hukum di ambil berdasarkan kekhususan kont eks t urunnya naṣ
, bukan pada keumuman bunyi lafalnya). Asymawi misalnya, dengan t egas menyat akan bahwamaksud perint ah memanjangkan pakaian dalam ayat dan hadis t ent ang jilbab
(3)
perempuan yang kurang t erhormat at au alasan lainnya, yaitu agar perempuan
t erhormat bebas dari kejahat an at au perlakuan buruk. Jadi, jika dilihat kont eks
sekarang, ajaran t ersebut sudah t idak relevan lagi, sebab sist em perbudakan
sudah t idak ada (Shihab, 2004: 155-167). Pendapat lain bahkan menyat akan
bahwa kerudung adalah simbol yang rumit. M emakai kerudung merupakan
fenomena jamak yang memiliki berbagai macam ma’na dan fungsi dalam banyak
kont eks yang berbeda. Karena it u, masyarakat harus lebih akurat untuk
memproklamirkan kerudung sebagai t radisi Islam sebagaimana simbol
penindasan at as wanit a didalam masyarakat Islam (Sukendar, 2011: 64).
Upaya dekonst ruksi hukum-hukum syariat yang t erkait dengan
perempuan, khususnya t ent ang kewajiban pemakaian jilbab, mengandung imbas
yang sangat luar biasa t erhadap pola pikir dan tingkah laku (kebiasaan
keseharian) masyarakat . Bermula dari interpret asi kelompok pemikir liberal
inilah kemudian berkembang argumen yang bermacam-macam mengenai jilbab.
Secara umum, pemikir liberal ini mengemukakan berbagai alasan t ent ang
pemakaian jilbab –bukan sebagai syariat Islam-- yang semakin marak di
masyarakat , antara lain sebagai berikut :
Pertama, alasan filosofis, yaitu pemakaian jilbab karena kecenderungan
ke arah kerahiban dan perjuangan melawan kenikmat an nafsu manusiawi.
Kedua, alasan keamanan. Pada masa lalu, pihak yang kuat seringkali menindas
(4)
memakai pakaian t ert utup (jilbab) agar tidak diganggu. Ketiga, alasan psikologis.
Pemakaian jilbab diduga unt uk menut upi kekurangan (aib), dan meraih prest ise
yang t inggi di masyarakat, at au adanya at uran yang dipaksakan oleh kepala
keluarga at au inst it usi (M uthahari, 1990: 35). Keempat, alasan ekonomis, yaitu
t erkait dengan eksploit asi laki-laki kepada wanit a dengan menugaskannya
melakukan aneka akt ivit as untuk kepent ingan laki-laki (Shihab, 2004: 39).
Sebagai t ambahan, alasan ekonomis juga t erkait dengan t ingginya biaya
perawat an rambut sehingga mendorong wanit a untuk lebih memilih
menutupinya dengan jilbab.
Agaknya berbagai alasan t ersebut lah yang menjadi fakt or ut ama
penyebab hipermoralit as perempuan muslimah akhir-akhir ini. Efek domino yang
kemudian muncul adalah fenomena jilbab gaul, jilbab poni, jilbab t rendi, jilbab
sampir, jilbab cekik, jilbab t elanjang, bahkan hingga memakai jilbab untuk
melegalkan pacaran, memperoleh st atus (penghormat an) masyarakat, at au
menutupi identit as samaran. Na
ʻ
ûż
u billâh.Some w omen cover from cust om, ot hers ow ing to st at e law, ot hers in a secularizing societ y for various personal reasons. In t imes past , women w ore t he niqâb as a mark of w ealt h and stat us...(Beberapa wanit a menggunakan penut up dari (karena) kebiasaan, yang lain karena hukum negara, yang lain dalam suatu masyarakat sekuler untuk berbagai alasan pribadi. Di masa lalu, wanit a mengenakan niqâb sebagai t anda kekayaan dan st atus.…(M armorst ein, 1954: 7).
Pemikiran penafsiran al-Qur’an tokoh pemikir liberal dan sejenisnya di
(5)
pemikiran liberal ini bukan hanya berkembang di lingkungan masyarakat umum
at au akademisi. Lebih menyedihkan, ia bahkan merambah ke lingkungan
pesant ren di Indonesia. M elalui ‘permak’an yang begit u rapi, wacana
dekonst ruksi syariat semakin t ampak dengan menggunakan alasan-alasan
pembaruan dan keset araan perempuan. Penyebarannyapun bukan hanya
melalui orasi lisan at aupun t at ap muka langsung, tet api juga melalui media cet ak,
buku, art ikel, dan juga t ulisan lepas dalam dunia maya. Diant ara deret an t okoh
yang t urut menyebarkan pemikiran di at as ant ara lain Nasr Hamid Abu Zayd,
Amina Wadud, Fatima M ernissi, Riffaat Hasan.
Kebanyakan t okoh ini menganggap bahwa t erdapat indikasi ket idakadilan
dalam penafsiran ulamâ’ salaf yang harus segera diubah. It ulah sebab kelompok
ini melakukan dekonst ruksi-dekonst ruksi penafsiran yang dianggap relevan
dengan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Bermula dari kesalahan dan
dekonst ruksi konsep wahyu dan juga t afsir yang dibangun kaum liberal di at as,
maka hukum syariat pun kemudian bergeser jauh dari maqâ
ṣ
îd (t ujuan)nya. Dekonst ruksi syariat dijadikan sebagai salah satu cara untuk bisa memahamiIslam dengan menggunakan framework Barat , khususnya dokt rin Humanisme
yang t elah direncanakan. Langkah awal dalam upaya dekonst ruksi syariat adalah
dengan merubah cara menafsirkan t eks-t eks keagamaan. Berawal dari
framew ork dekonst ruksi wahyu ini kemudian berkembang menjadi dekonst ruksi
syariat yang berimbas pada dekonst ruksi akidah/ kepercayaan, bahkan
(6)
Upaya dekonst ruksi syariat jilbab sert a efek ket impangan pemikiran
kelompok pemikir liberal di at as berpot ensi mendangkalkan pemikiran bahkan
akidah umat Islam. Pandangan sepert i ini melahirkan kerancuan berpikir dan cara
pandang yang salah, sehingga pemahaman mengenai syariat Islam bergeser jauh
dari maqâ
ṣ
îd (tujuan)nya. Pengikut argumen liberal ini umumnya akan sampai pada kesimpulan bahwa jilbab adalah bagian dari t radisi/ budaya, t idak wajib,bersifat eksklusif, at au bahkan lebih t egas dinyat akan bahwa jilbab tidak selalu
berkait an dengan Islam, pemakainya dianggap sebagai kaum Fundamentalis,
kolot / kuno, bahkan di beberapa Negara hak mereka it u dilarang dan diperangi.
Jilbab di beberapa negara disebut sebagai a pot ent symbol of t he progress or
regress of a nat ion, simbol ampuh untuk menget ahui kemajuan at au
ket erbelakangan suatu bangsa (Bullock, 2002: 2).
B. Perumusan M asalah
Tesis ini mencoba unt uk menjawab beberapa perumusan masalah
berikut ini:
1. Bagaimanakah tinjauan ulama’ t erhadap ayat al-Qur’an t ent ang jilbab
dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan pandangan mereka t ent ang t afsir? 2. Bagaimanakah int erpret asi kelompok pemikir liberal t erhadap ayatal-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan pandangan mereka t ent ang tafsir?(7)
3. Bagaimana krit ik t erhadap int erpret asi kelompok pemikir liberal
t ent ang ayat jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan t ent ang aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia?C. Tujuan Dan M anfaat
Tujuan disusunnya t esis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menget ahui bagaimana tinjauan ulama’ t erhadap ayat
al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan pandangan mereka t ent ang tafsir.2. Untuk menget ahui bagaimana int erpret asi kelompok pemikir liberal
t erhadap ayat al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan pandangan mereka t ent ang t afsir.3. Untuk menganalisa dan memberikan krit ik t erhadap int erpret asi
kelompok pemikir liberal t ent ang ayat jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâbayat 59, dan t ent ang aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia.
Sedangkan manfaat penelit ian ini secara akademis adalah:
1. M enambah khazanah keilmuan t ent ang met odologi interpret asi ayat
(8)
2. M emberikan inspirasi bagi peneliti berikut nya, sehingga akan
t erbent uk wacana pemikiran Islam yang int egral melalui kontiunit as
kajian-kajian al-Qur’an dan t afsir, sesuai dengan Islamic w orldview .
Adapun manfaat penelitian secara prakt is adalah:
1. M embuka wawasan masyarakat m engenai kesalahan-kesalahan
int erpret asi ayat al-Qur’an oleh kelompok pemikir liberal t ent ang
jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dan meluruskannya berdasarkan t injauan t afsir ulama.2. M emberi jawaban dan solusi t erhadap permasalahan sosial
masyarakat, khususnya t erkait hukum pemakaian jilbab sesuai Islamic
Worldview yang dikembangkan ulama’.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan t ent ang jilbab sudah banyak dilakukan baik yang
berkait an dengan pro dan kont ra, manfaat, atau makna filosofi yang
t erkandung didalamnya. Namun pembahasan yang bersifat menyeluruh
t erkait dengan krit ik int erpret asi kelompok pemikir liberal t ent ang ayat
al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, apalagi yang mensinergikannya dengan t injauan t erhadap tafsir ulama pendahulubelum pernah peneliti t emukan hingga berakhirnya penelitian ini.
(9)
1. Skripsi Diah Ulfah, mahasiswi al-a
ḥ
wâl al-syakhsiyyah jurusan syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakart a, berjudul “ Studi Krit is TerhadapPemikiran Jaringan Islam Liberal (JIL) t ent ang Pemakaian Jilbab” , t ahun
2008. Berdasarkan penelitiannya, Diah mengkrit isi penyat aan Jaringan
Islam Liberal (JIL) bahwa jilbab bukan sebuah ajaran agama Islam,
t et api hanya bent uk adat belaka. M enurut Diah, pernyat aan JIL
t ersebut t idak benar karena maqâ
ṣ
îd al-syarîah (t ujuan syariat ) yang dikemukakan adalah berdasar kacamat a Barat dan mengesampingkanhujjah al-Qur’an dan al-Sunnah.
2. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Fat khi Nur (2005) dengan judul “ Studi
Analisis Terhadap Pendapat M uhammad Syahrur t ent ang Hukum
M emakai Jilbab Bagi Wanit a” . Kesimpulan Fat khi Nur adalah perlu
unt uk mempert imbangkan aspek sosio-kult ural dalam berist inba
ṭ
masalah jilbab untuk mempert imbangkan aspek halal-haramnya. Ia
mengat akan munculnya berbagai fenomena sosial yang dipengaruhi
oleh perkembangan t eknologi sekiranya dapat menjadi alat bantu
ist inba
ṭ
hukum unt uk menentukan halal haramnya jilbab.3. Skripsi yang dit ulis oleh Qoidud Duwal (2009), mahasiswa al-a
ḥ
w âl al-syakhsiyyah, fakult as Syariah Universit as Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakart a berjudul “ Konsep Jilbab dalam Hukum Islam (Studi
(10)
kecenderungannya untuk mengikut i pendapat Husein M uhammad
yang menyatakan bahwa jilbab merupakan t radisi yang berfungsi
sebagai pembeda st at us sosial masyarakat , dan bukan pembeda st atus
agama seseorang.
4. Tesis oleh Wahyuni Eka Put ri, S. Th. I., yang berjudul “ Realit a Sosial dan Pendalaman Syariat (Pemahaman Sant riwat i Nurul Ummah
Terhadap Syariat Berjilbab dalam Al-Qur’an)” . Tesis ini dit elit i di
Program Pascasarjana Universit as Islam Negeri Yogyakart a, konsent rasi
bidang akidah dan filsafat pada t ahun 2011. Kesimpulan Wahyuni
dalam t esis ini adalah pemahaman sant riwat i Nurul Ummah t erhadap
syariat jilbab sudah t erkonst ruk sebagaimana t ahapan t eori sosiologi
Pet er L. Berger t ent ang ekst ernalisasi, objekt ivasi, dan int ernalisasi.
Berdasar t eori ini, Wahyuni menyat akan bahwa penget ahuan jilbab
sant riwati berawal dari penget ahuan mendasar bahwa jilbab secara
konsep dan prakt ek adalah syariat . Prakt ek jilbab adalah sebuah
fakt asit as objekt if yang secara bert ahap akan berimplikasi pada
t ingkah laku masyarakat .
Selain penelitian-penelitian di at as, peneliti tidak lagi menemukan
t ulisan-tulisan lain yang membahas t ent ang krit ik jilbab kecuali sekedar
kajian dalam bentuk buku, majalah at au art ikel-art ikel lepas yang
(11)
buku M . Quraish Shihab, yang berjudul “ Jilbab, Pakaian W anit a
M uslimah, Pandangan Ulama M asa Lalu dan Cendekiaw an
Kont emporer” , yang kemudian dikrit isi oleh DR. Adian Husaini melalui
art ikelnya yang berjudul “ M endiskusikan Jilbab di Pusat Studi Al-Qur’an”
dalam Cat at an Akhir Pekan(CAP) Adian Husaini ke-163 di sit us
www.hidayatullah.com. dan buku kecil DR. Ahmad Zain An-Najah yang
berjudul “ Jilbab menurut Syariat Islam, M eluruskan Pandangan Prof. Dr.
Quraish Shihab” sebagai sint esis at as pendapat Quraish Shihab yang
cenderung tidak t egas dalam menet apkan hukum jilbab.
E. Kerangka Teori
Islam adalah nama sebuah agama yang diturunkan kepada Nabi
M uhammad
Ș
alla Allâhu ‘Alaihi wa Sallam. M akna “ Islam” digambarkan dalam sabda beliau:ﱃﺎﻌﺗ ﷲا ﻲﺿر ﺮﻤﻋ ﻦﻋ
...
ﻢﻠﺳو ﻪﻟآو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر لﺎﻘﻓ
:
مﻼﺳﻹا
مﻮﺼﺗو ةﺎﻛﺰﻟا ﰐﺆﺗو ةﻼﺼﻟا ﻢﻴﻘﺗو ﷲا لﻮﺳر اﺪﻤﳏ نأو ﷲا ﻻإ ﻪﻟإ ﻻ نأ ﺪﻬﺸﺗ نأ
ﻼﻴﺒﺳ ﻪﻴﻟإ ﺖﻌﻄﺘﺳا نإ ﺖﻴﺒﻟا ﺞﲢو نﺎﻀﻣر
. . . }
ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور
{
Islam adalah engkau bersaksi bahwa sesungguhnya t iada Tuhan selain Allah swt dan bahwa sesungguhnya M uhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat , menunaikan zakat , melaksanakan puasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Bait ullah, jika engkau berkemampuan melaksanakannya. (HR. M uslîm dalam
Ḥ
adîṡ
Arbaʻ
în Naw âwî, M akt abah al-Syâmilah ).(12)
Hadis Nabi di at as t elah menggambarkan bagaimana konsep Islam
secara sederhana dan universal sesuai Islamic worldview. M enurut Syed
Naquib al-Att as, Islam merupakan sat u-satunya agama murni yang
dit urunkan oleh Allah, yang memiliki gambaran penyerahan diri seorang
hamba kepada khaliknya.
There is only one genuine revealed religion, and it s name is given as Islam, and the people who follow t his religion are praised by God as t he best among mankid...Islam, t hen, is not merely a verbal noun signifying ‘submission’: it is also t he name of part icular religion descript ive of t rue submission, as w ell as t he definit ion of religion: submission t o God. (Hanya ada sat u agama murni yang dit urunkan dan namanya Islam. Dan orang-orang yang mengikut i agama ini dipuji oleh Tuhan sebagai manusia yang t erbaik. M aka itu bukan hanya kat a benda yang mengindikasikan penyerahan, itu juga bisa diart ikan sebuah nama agama tert ent u yang menggambarkan penyerahan sejat i sebagaimana definisi agama (penyerahan kepada Tuhan). (Al-Att as, 1995: 3-7) Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pert ama dan
ut ama. Secara t egas al-Qur’an menyat akan bahwa Nabi M uhammad
adalah Nabi t erakhir (QS. Al-A
ḥ
zâb: 45), sehingga syariat Islam yang dit urunkan kepada Nabi M uhammad t ersebutpun sudah purna (QS.Al-M â’idah: 3). Namun, seiring dengan perkembangan zaman, berkembang
pemikiran bahwa ijtihad merupakan suatu keniscayaan guna merespon
fenomena dan problemat ika hukum Islam agar tet ap
ṣ
aḥ
Îh fî kulli zamân w a makân. Diant ara fenomena problemat ika at au isu kont roversial yangmasih selalu menjadi perdebat an adalah permasalahan jilbab. Landasan
pokok dari hukum pemakaian jilbab dalam al-Qur’an adalah Surat
(13)
ﺎ َﻬﱡـﻳَأﺎ َ ﻳ
ﱡ ِ ﱯﱠﻨﻟا
ْ ﻞُﻗ
َﻚ ِﺟا َ وْزﻷ
ِﺗﺎَﻨ َ ـﺑ َ و
َﻚ
ِءﺎ َ ﺴِﻧ َ و
َﲔِﻨ ِﻣْﺆ ُ ﻤْﻟا
َﲔِﻧْﺪُ ﻳ
ﱠﻦِﻬْﻴَﻠ َﻋ
ْ ﻦِﻣ
ﱠﻦِﻬِﺒﻴِﺑﻼ َ ﺟ
َﻚِﻟَذ
َﱏْدَأ
ْنَأ
َ ﻦْﻓ َ ﺮْﻌ ُـﻳ
ﻼَﻓ
َ ﻦْﻳَذْﺆ ُـﻳ
َنﺎَﻛَ و
ُﻪﱠﻠﻟا
ا ً رﻮُﻔَﻏ
ﺎ ً ﻤﻴ ِﺣَ ر
.
Wahai Nabi, kat akanlah kepada ist eri-ist erimu, anak-anak perempuanmu dan ist eri-ist eri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka t idak diganggu. Dan Allah adalah M aha Pengampun lagi M aha Penyayang (Depart emen Agama, 2004: 427). Kat a “ Jilbâb” dalam al-Qur’an dit ulis dalam bent uk jamak, yait u
“ Jalâbîb” (jilbab-jilbab). Jilbab secara bahasa berma’na pakaian at au baju
kurung yang longgar (Âbâdy, 2004: 96). Secara ist ilah, jilbab adalah
pakaian wanit a yang dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka dan
t elapak t angan. Jenis kain dan potongan pakaian t ersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga t idak t ampak bentuk dan lekuk-lekuk t ubuhnya
yang menimbulkan rangsangan (Ist adiyant a, 1984: 13).
M enurut Ibnu ‘Abbas dan Qatâdah sebagaimana dikut ip Baidan,
jilbâb adalah pakaian yang menut up pelipis dan hidung meskipun kedua
mat a pemakainya t erlihat namun t et ap menutup dada dan bagian
mukanya (Baidan, 1999: 118). Imam Ibnu Rajab dalam kit abnya Fat
ḥ
ul Bârî, menjelaskan bahwa jilbab adalah mulâ’ah yang menut upi seluruhbadan, dirangkap di at as al-
ṡ
aub (baju rumah), yang biasa disebut ‘izâr.Quraish Shihab, mengart ikan jilbab sebagai baju kurung yang longgar
(14)
Intinya, jilbab adalah pakaian syar`i berupa baju kurung (bisa
milhafah, mulâ’ah, izâr at au gamis), yang dirangkapkan di at as pakaian
keseharian di rumah (Siauw, 2013: 80-81). Sejauh ini, perbedaan
pendapat ulama t erkait wacana jilbab adalah mengenai batas aurat
wanit a. Pendapat pert ama menyat akan bahwa seluruh tubuh wanit a
adalah aurat (Burhanuddin, 2003: 308-310). Kemudian pendapat kedua
menyat akan bahwa aurat wanit a adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan
t elapak t angan (asy-Syâfi’î, 1972: 89). Pendapat kedua ini adalah
pendapat yang banyak diikuti oleh mayorit as ulama. Tet api, ke
ṣ
arîḥ
an (kejelasan) dasar hukum jilbab ini diint erpret asi at au dit anggapi berbedaoleh mayorit as masyarakat Indonesia, dan para pemikir liberal pada
khususnya. M akna jilbab di Indonesia kini bergeser, bahkan mengalami
evolusi. M ayorit as masyarakat masih menganggap bahwa jilbab adalah
set iap kain at au sejenisnya yang digunakan sebagai penutup kepala.
Kelompok pemikir liberal beranggapan bahwa jilbab dipandang
sebagai bent uk t radisi Arab pat riarki lokal, bersifat prevent if, dan tidak
relevan untuk dit erapkan dalam budaya sekarang (khususnya kont eks
keIndonesiaan). Jilbab bukan kewajiban muslimah, perint ah t ersebut
kedudukannya sebagai adat kebiasaan orang Arab, bahkan dipengaruhi
adat -istiadat sebelum Arab (Rahman, 2001: 25). M et ode ini jelas berbeda
(15)
berbagai penget ahuan dan keahlian khusus dalam menafsirkan ayat
al-Qur’an. (al-Qa
ṭṭ
ân, 1973: 244-245).Langkah bijak menghadapi permasalahan-permasalahan
kont emporer umat , sepert i permasalahan jilbab hendaknya dilakukan
penelitian dan pengkajian yang lebih det ail. Art inya, dalam menet apkan
dalil hujjah t erhadap kasus baru, perlu ada kecermat an dalam penelit ian,
t ermasuk dalam menent ukan maqâ
ṣ
îd al-syarîʻ
ah (t ujuan syariat / hukum) t ersebut untuk mem elihara kepent ingan umat at as dasar keadilan dankeseimbangan agar t idak melewat i bat as at aupun merugikan (Qar
ḍ
awi, 1987: 53-54). Konsep wahyu yang ot ent ik, lafẓ
an w a maʻ
nan min Allâh,jelas t idak memungkinkan al-Quran menerima model penafsiran
hermeunet ik ala bible yang menghasilkan kerelat ivan hukum Islam. Al
Qur’an t erjaga lafal, makna, dan bacaannya dari masa ke masa (lihat QS.
Al-
Ḥ
ijr: 9). Ini akan sangat berbeda dengan orang yang m elihat agama – t ermasuk Islam– sebagai ‘gejala budaya’. Kewajiban jilbab bersumber darial-Qur’an yang bersifat ot ent ik dan final, maka pelaksanaan (kewajiban
jilbab) t ersebut juga ot entik dan final –Qa
ṭ
‘î--, t idak perlu dit afsirkan ulang at au dicari relevansinya t erlebih dahulu. Kesimpangsiuran t ent angperint ah (syariat) jilbab yang t ersebar di masyarakat dapat dipahami
karena berawal dari kesalahan cara pikir at au pola pandang t ent ang
(16)
F. M etode Penelitian
M et ode penelit ian adalah langkah-langkah yang berkait an dengan
apa yang akan dibahas. Sebuah penelit ian harus dapat
dipert anggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena it u diperlukan
met ode-met ode yang t epat dan dapat digunakan selama penelit ian
berlangsung, sehingga diperoleh dat a yang valid. Uraian mengenai
pert anggungjawaban yang dibahas meliputi:
1. Jenis Penelitian
Kajian ini murni berdasarkan kajian perpust akaan/library
research dengan menggunakan dat a-dat a yang berupa
naskah-naskah dan t ulisan dari buku yang bersumber dari khazanah
kepust akaan. Terkait dengan penelitian ini, karya at au kajian yang di
maksud adalah buku, art ikel, at au majalah t ent ang int erpret asi jilbab
kelompok pemikir liberal dan kit ab-kit ab t afsir yang dit ulis oleh para
ulama. Sumber referensi lain adalah dat a dari media int ernet dan
perpust akaan digit al sepert i al-M akt abah al-syâmilah, al-Qur’an
digit al, dan berbagai sumber referensi online lain.
2. Pendekatan Penelitian
Penelit ian ini berupaya menyelidiki krit ik int erpret asi
(17)
itu pendekat an yang digunakan adalah hist oris-filosofis (Arikunto,
1992: 25). Pendekat an historis berart i penelit ian yang digunakan
adalah penyelidikan krit is t erhadap keadaan-keadaan, perkembangan
sert a pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup t elit i
dan hati-hati t erhadap bukt i validit as dari sumber sejarah sert a
int erpret asi dari sumber ket erangan t ersebut. Pendekat an ini
digunakan untuk menggambarkan kenyat aan-kenyat aan sejarah yang
berkait an dengan pemikiran kelompok pemikir Liberal, sehingga
dapat dipelajari fakt or historis int ernal-ekst ernal yang mempengaruhi
pemikirannya. Sedangkan pemikiran filosofis digunakan untuk
mengkaji dan menganalisis keseluruhan dat a yang diperoleh dari
pendekat an hist oris.
Sifat penelit ian yang digunakan untuk membahas polemik
jilbab ini yaitu deskript if-analitik. M et ode deskript if digunakan untuk
mengumpulkan dan memaparkan dat a-dat a yang berkait an dengan
t afsir ulama dan int erpret asi kelompok pemikir liberal. Sedangkan
met ode analisis digunakan dalam rangka uraian analisa dat a untuk
melemahkan at au menguat kan argumen mereka.
3. Sumber Penelitian
Bahan-bahan yang dijadikan sumber dat a adalah
(18)
macam yait u sumber primer dan sekunder (M uhajir, 1999: 15).
Sumber referensi primer adalah dat a yang diperoleh dari sumber asli
at au langsung. Termasuk sumber primer disini adalah t erkait
pemikiran kelompok pemikir liberal, sepert i buku Islam Liberal
(Varian-varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002) karya Dr.
Zuly Qodir, Women and Islam an Hist orical and Theological Enquiry
dan Women’s Rebellion and Islamic M emory karya Fat ima M ernissi;
buku Fat ima M ernissi dan Riffat Hassan, Set ara di Hadapan Allah:
Relasi Laki-Laki dan Perempuan dalam Tradisi Islam Pat riarkhi, yang
dit erbit kan oleh LSPA Yayasan Prakarsa-Yogyakart a; buku DR. IR.
M uhammad Shahrur, “M et odologi Fiqih Islam Kont emporer” , t erbit an
eLSAQ Press, Yogyakart a t ahun 2004; buku Husein M uhammad yang
berjudul Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kiai Pesant ren,
Fiqh Perempuan: Refleksi Kiyai at as Wacana Agama dan Gender,
yang dit erbit kan oleh LKiS Jogjakart a pada t ahun 2008, dan buku
karya Abdul M ust aqim, Paradigma Tafsir Feminis, M embaca
al-Qur’an dengan Optik Perempuan, St udi Pemikiran Riffat Hasan
t ent ang Isu Gender dalam Islam.
Selain buku-buku, referensi primer juga penulis dapat kan
melalui tulisan-t ulisan berupa art ikel-art ikel di jejaring sosial sepert i
t ulisan Siti M usdah M ulia berjudul “ M emaknai Jilbab: M emahami
(19)
akses pada Rabu, 16 M aret 2011; art ikel berjudul “ M enyoal Agama di
Balik Jilbab,” dalam ht tp:/ / musdahmulia.blogspot .com. t ert anggal 4
Juli 2010, yang peneliti akses pada 1 M aret 2011; art ikel berjudul
“ Saya Keberat an Kalau Jilbab Dipaksakan,” yang juga ditulis langsung
oleh Sit i M usdah M ulia dalam situs ht tp:/ / islamlib.com. Kemudian
t ulisan Nong Darol M ahmada yang merupakan resensi dari judul
buku yang sama yait u “ Kritik at as Jilbab” karya Sa
ʻ
id al-Asymâwi pada 4 Juni 2003 dalam situs www.islamlib.com., dan tulisan Abd. M oqsithGhazali, bert ajuk “ Syahrur” dalam situs sama.
Sumber referensi sekunder adalah sumber yang sudah
t ersedia sehingga kit a t inggal mencari at au mengumpulkan. Sumber
sekunder yang penelit i gunakan ant ara lain kit ab-kit ab t afsir ulama
otorit atif, sepert i: kit ab Tafsîr Ibnu
ʻ
Abbâs, Tafsîr Al-Qur’an al-‘Aẓ
îm, karya ’Ibnu Kaṡ
îr, Tafsîr al-M arâgî karya Imam al-M arâgî, Tafsîr asy-Syaʻ
râw î karya Imam asy-Syaʻ
râwî, M arâḥ
Labîd Tafsîr al-Naw âwî, Tafsîr al-Baḥ
ru al-M uḥ
îṭ
, Tafsîr Âyât al-Aḥ
kâm min al-Qur’an, karya M uhammad ‘Alî aṣ
-Ș
âbûnî, Aisâr Tafâsîr li Kalâmi ‘Aliyyî al-Kabîr karya asy-Syaikh al-Jazâirî, Tafsîr al-Kasyâf karya Imamaz-Zamakhsyârî, Tafsîr al-Jalâlain karya Imam Jalaluddin al-Suyu
ṭ
î,Ṣ
aḥ
îḥ
al-Bukhârî,Ṣ
aḥ
îḥ
al-M uslîm, Syaraḥ
Ḥ
adîṡ
Arbaʻ
în karya Imam Nawawi, buku Asbabun Nuzul: Lat ar Belakang Historis Turunnya Ayat(20)
dkk., sert a kit ab-kit ab t afsir, hadis, dan kaidah-kaidah fiq
ḥ
iyah lain yang relevan.Termasuk dat a sekunder adalah art ikel-art ikel khusus t ent ang
gerakan feminisme yang dit ulis oleh pakar-pakar pemikiran Islam,
sepert i DR. Adian Husaini dengan art ikelnya yang berjudul
“ Keset araan Gender: Konsep dan Dampaknya t erhadap Islam” ,
kemudian art ikel “ M enelusuri Paham Keset araan Gender dalam St udi
Islam: Tantangan t erhadap Konsep Wahyu dan Ilmu dalam Islam
Indonesia” oleh Henri Shalahuddin, M A., art ikel “ St udi Krit is
Terhadap Tafsir Feminis: Studi Pemikiran Amina Wadud at as
Keset araan Gender dalam Al-Qur’an” oleh Kart ika Pemilia Lest ari dan
Rica Noviyanti, sert a berbagai art ikel-art ikel t erkait krit ik jilbab at au
wacana liberal lain.
4. M etode Analisis
Analisis dat a adalah proses m engat ur urut an dat a,
mengorganisasikan ke dalam suatu rumusan kat egori dan uraian
dasar, sehingga dapat dit emukan t ema dan dapat dirumuskan
hipot esis kerja yang disarankan untuk menganalisis dat a (M oleong,
1995: 112). Untuk t esis ini, peneliti menggunakan analisa berpikir
dedukt if, yait u suatu met ode penarikan kesimpulan yang dimulai dari
(21)
(Hadi, 1993:97). Pernyat aan khusus dimaksud adalah perint ah jilbab
kepada ist ri Nabi, put ri Nabi, dan wanit a Arab masa Rasulullah saw.
Sedangkan pernyat aan umum mengacu pada kewajiban jilbab
kepada seluruh wanit a mukminat di berbagai penjuru dunia.
Set elah dilakukan analisa dengan met ode di at as, kemudian
dat a dianalisis lagi dengan menggunakan perspektif Islamic
worldview yakni melalui lima (5) t ahapan met ode. Pert ama, t a
ṣ
w îr,yait u melakukan deskripsi analit is berdasarkan met odologi ilmiah
dengan pandangan Islam. Pada t ahap ini peminjaman (borrow ing
process) m et ode-met ode yang di bangun oleh perkembangan ilmu
penget ahuan perlu dikaji secara krit is selekt if dengan menjadikan
Islam sebagai basic of know ledge and science.
Kedua, t a’
ṣ
il, yaitu mengembalikan dan mendasarkan segala masalah pada sumber ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Sunnahdengan pemahaman yang benar sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah Saw dan generasi al-sâbiqûn al-awwalûn (orang-orang
yang pert ama kali masuk Islam), sehingga Islam dalam kont eks ini
merupakan basic of know ledge and science. Ket iga, t arsyîd, yait u
mempert aut kan ant ara al-a
ṣ
lah (orisinalit as) dengan al-mu’aṣ
arah(realit as kekinian) dengan komit men t erhadap nilai-nilai dan
(22)
dasarnya, sehingga realit as dapat diarahkan menuju idealisme Islam,
bukan kont ekst ualisasi yang mengarah kepada deislamisasi at au
sekularisasi dan liberalisasi.
Keempat , t a
ṭ
wîr, yaitu melakukan pengembangan at as perkembangan pemikiran dan peradaban Islam dan t emuan-t emuankajian at au penelitian sebagai peradaban alt ernatif (al-badîl al-
ṡ
aqâfî,
ﻰـﻓﺎﻘـﺜﻟا ﻞـﻳﺪـﺒﻟا
) yang selalu solutif t erhadap problemat ika kehidupan dan memberikan arah pada perkembangan jaman dengan bingkaiparadigma Islam. M et ode kelima adalah t an
ẓ
ir, yaitu krit ik t erhadap t eori-t eori penget ahuan yang ada dengan pandangan Islam,reformulasi at as t eori yang ada, at au membangun teori baru dalam
pemikiran dan peradaban Islam dengan pandangan dunia Islam at au
Islamic w orldview. (Hidayat , 2009: 3-7)
G. Sistematika Penulisan
Tesis ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab pertama m erupakan
bab pendahuluan yang berisi t ent ang Lat ar Belakang M asalah; Rumusan
M asalah; Tujuan dan M anfaat Penelitian; Tinjauan Pust aka; Kerangka
(23)
Bab kedua, berkait an dengan konsep jilbab perspekt if ulama dan
t ant angan t afsir kont emporer, meliputi t a
ʻrif surat
al-Aḥ
zâb ayat 59 (meliput i asbâbun nuzûl dan kandungan makna harfiah ayat ), konsepjilbab dalam perspekt if Islamic w orldview yang meliputi pengert ian
Islamic w orldview , jilbab dalam t erminologi Islam (t erma jilbab, dasar
hukum dan sabab nuzûl pemakaian jilbab, dan syarat -syarat jilbab), sert a
konsep t afsir al-Qur’an dan met odenya (meliputi karakt erist ik t afsir dan
mufassir, sert a met ode t afsir al-Qur’an).
Bab ketiga, dijelaskan t ent ang int erpret asi kelompok pemikir
liberal t erhadap ayat al-Qur’an dan pandangan mereka t ent ang t afsir
jilbab dalam Surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, t erdiri dari kilas pandang Islam liberal, krit ik kelompok pemikir liberal at as penafsiran ulama t erhadapsurat al-A
ḥ
zâb ayat 59 (meliput i krit ik jilbab sebagai t radisi bangsa Arab; t idak ada dalil yang menunjukkan kewajiban jilbab, bentuk, dan bat asaurat yang jelas; sumber hukum jilbab dari hadis Â
ḥ
âd t idak sah dijadikanhujjah; penafsiran ulama harus dit afsir ulang (reint erpret asi), jilbab
merupakan bent uk pengekangan dan penindasan perempuan; jilbab
bukan t anda ket akwaan at au kemuliaan perem puan), sert a pandangan
kelompok pemikir liberal t ent ang t afsir al-Qur’an, meliputi t afsir itu
empiris-relat if, aplikasi paham relat ivisme dalam bat asan aurat , dan
(24)
Bab keempat, berisi t elaah krit is t erhadap int erpret asi kelompok
pemikir liberal t ent ang perint ah jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dan krit ik t ent ang aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia, meliputianalisis krit ik int erpret asi kelompok pemikir liberal t ent ang perint ah jilbab
dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dengan sub kajian analisis sabab nuzûl,bat as-bat as aurat wanit a (dalil-dalil al-Qur’ân al-Karîm, dan dalil-dalil
al-Ḥ
adîṡ
), sert a analisis diskursus t erma jilbab dan kritik relevansi ayat . Pembahasan krit ik t erhadap aplikasi penerapan syariat jilbab diIndonesia, meliputi argument asi hist orisit as jilbab, argument asi maqâ
ṣ
îd al-syarîah, dan argument asi penegakan hak asasi manusia.Bab kelima, merupakan bab penut up yang t erdiri dari simpulan
(1)
akses pada Rabu, 16 M aret 2011; art ikel berjudul “ M enyoal Agama di Balik Jilbab,” dalam ht tp:/ / musdahmulia.blogspot .com. t ert anggal 4 Juli 2010, yang peneliti akses pada 1 M aret 2011; art ikel berjudul “ Saya Keberat an Kalau Jilbab Dipaksakan,” yang juga ditulis langsung oleh Sit i M usdah M ulia dalam situs ht tp:/ / islamlib.com. Kemudian t ulisan Nong Darol M ahmada yang merupakan resensi dari judul buku yang sama yait u “ Kritik at as Jilbab” karya Sa
ʻ
id al-Asymâwi pada 4 Juni 2003 dalam situs www.islamlib.com., dan tulisan Abd. M oqsith Ghazali, bert ajuk “ Syahrur” dalam situs sama.Sumber referensi sekunder adalah sumber yang sudah t ersedia sehingga kit a t inggal mencari at au mengumpulkan. Sumber sekunder yang penelit i gunakan ant ara lain kit ab-kit ab t afsir ulama otorit atif, sepert i: kit ab Tafsîr Ibnu
ʻ
Abbâs, Tafsîr Al-Qur’an al-‘Aẓ
îm, karya ’Ibnu Kaṡ
îr, Tafsîr al-M arâgî karya Imam al-M arâgî, Tafsîr asy-Syaʻ
râw î karya Imam asy-Syaʻ
râwî, M arâḥ
Labîd Tafsîr al-Naw âwî, Tafsîr al-Baḥ
ru al-M uḥ
îṭ
, Tafsîr Âyât al-Aḥ
kâm min al-Qur’an, karya M uhammad ‘Alî aṣ
-Ș
âbûnî, Aisâr Tafâsîr li Kalâmi ‘Aliyyî al-Kabîr karya asy-Syaikh al-Jazâirî, Tafsîr al-Kasyâf karya Imam az-Zamakhsyârî, Tafsîr al-Jalâlain karya Imam Jalaluddin al-Suyuṭ
î,Ṣ
aḥ
îḥ
al-Bukhârî,Ṣ
aḥ
îḥ
al-M uslîm, Syaraḥ
Ḥ
adîṡ
Arbaʻ
în karya Imam Nawawi, buku Asbabun Nuzul: Lat ar Belakang Historis Turunnya Ayat -Ayat Al-Qur’an, yang ditulis oleh K. H. Q. Shaleh dan H. A. A. Dahlan(2)
dkk., sert a kit ab-kit ab t afsir, hadis, dan kaidah-kaidah fiq
ḥ
iyah lain yang relevan.Termasuk dat a sekunder adalah art ikel-art ikel khusus t ent ang gerakan feminisme yang dit ulis oleh pakar-pakar pemikiran Islam, sepert i DR. Adian Husaini dengan art ikelnya yang berjudul “ Keset araan Gender: Konsep dan Dampaknya t erhadap Islam” , kemudian art ikel “ M enelusuri Paham Keset araan Gender dalam St udi Islam: Tantangan t erhadap Konsep Wahyu dan Ilmu dalam Islam Indonesia” oleh Henri Shalahuddin, M A., art ikel “ St udi Krit is Terhadap Tafsir Feminis: Studi Pemikiran Amina Wadud at as Keset araan Gender dalam Al-Qur’an” oleh Kart ika Pemilia Lest ari dan Rica Noviyanti, sert a berbagai art ikel-art ikel t erkait krit ik jilbab at au wacana liberal lain.
4. M etode Analisis
Analisis dat a adalah proses m engat ur urut an dat a, mengorganisasikan ke dalam suatu rumusan kat egori dan uraian dasar, sehingga dapat dit emukan t ema dan dapat dirumuskan hipot esis kerja yang disarankan untuk menganalisis dat a (M oleong, 1995: 112). Untuk t esis ini, peneliti menggunakan analisa berpikir dedukt if, yait u suatu met ode penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyat aan khusus menuju pada pernyat aan yang sifat nya umum.
(3)
(Hadi, 1993:97). Pernyat aan khusus dimaksud adalah perint ah jilbab kepada ist ri Nabi, put ri Nabi, dan wanit a Arab masa Rasulullah saw. Sedangkan pernyat aan umum mengacu pada kewajiban jilbab kepada seluruh wanit a mukminat di berbagai penjuru dunia.
Set elah dilakukan analisa dengan met ode di at as, kemudian dat a dianalisis lagi dengan menggunakan perspektif Islamic worldview yakni melalui lima (5) t ahapan met ode. Pert ama, t a
ṣ
w îr, yait u melakukan deskripsi analit is berdasarkan met odologi ilmiah dengan pandangan Islam. Pada t ahap ini peminjaman (borrow ing process) m et ode-met ode yang di bangun oleh perkembangan ilmu penget ahuan perlu dikaji secara krit is selekt if dengan menjadikan Islam sebagai basic of know ledge and science.Kedua, t a’
ṣ
il, yaitu mengembalikan dan mendasarkan segala masalah pada sumber ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Sunnah dengan pemahaman yang benar sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan generasi al-sâbiqûn al-awwalûn (orang-orang yang pert ama kali masuk Islam), sehingga Islam dalam kont eks ini merupakan basic of know ledge and science. Ket iga, t arsyîd, yait u mempert aut kan ant ara al-aṣ
lah (orisinalit as) dengan al-mu’aṣ
arah (realit as kekinian) dengan komit men t erhadap nilai-nilai dan pandangan hidup Islam (t aṣ
aww ur al-Islamî) sebagai kerangka(4)
dasarnya, sehingga realit as dapat diarahkan menuju idealisme Islam, bukan kont ekst ualisasi yang mengarah kepada deislamisasi at au sekularisasi dan liberalisasi.
Keempat , t a
ṭ
wîr, yaitu melakukan pengembangan at as perkembangan pemikiran dan peradaban Islam dan t emuan-t emuan kajian at au penelitian sebagai peradaban alt ernatif (al-badîl al-ṡ
aqâfî,
ﻰـﻓﺎﻘـﺜﻟا ﻞـﻳﺪـﺒﻟا
) yang selalu solutif t erhadap problemat ika kehidupan dan memberikan arah pada perkembangan jaman dengan bingkai paradigma Islam. M et ode kelima adalah t anẓ
ir, yaitu krit ik t erhadap t eori-t eori penget ahuan yang ada dengan pandangan Islam, reformulasi at as t eori yang ada, at au membangun teori baru dalam pemikiran dan peradaban Islam dengan pandangan dunia Islam at au Islamic w orldview. (Hidayat , 2009: 3-7)G. Sistematika Penulisan
Tesis ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab pertama m erupakan bab pendahuluan yang berisi t ent ang Lat ar Belakang M asalah; Rumusan M asalah; Tujuan dan M anfaat Penelitian; Tinjauan Pust aka; Kerangka Teori; M et ode Penelitian dan sist emat ika penulisan.
(5)
Bab kedua, berkait an dengan konsep jilbab perspekt if ulama dan t ant angan t afsir kont emporer, meliputi t a
ʻrif surat
al-Aḥ
zâb ayat 59 (meliput i asbâbun nuzûl dan kandungan makna harfiah ayat ), konsep jilbab dalam perspekt if Islamic w orldview yang meliputi pengert ian Islamic w orldview , jilbab dalam t erminologi Islam (t erma jilbab, dasar hukum dan sabab nuzûl pemakaian jilbab, dan syarat -syarat jilbab), sert a konsep t afsir al-Qur’an dan met odenya (meliputi karakt erist ik t afsir dan mufassir, sert a met ode t afsir al-Qur’an).Bab ketiga, dijelaskan t ent ang int erpret asi kelompok pemikir liberal t erhadap ayat al-Qur’an dan pandangan mereka t ent ang t afsir jilbab dalam Surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, t erdiri dari kilas pandang Islam liberal, krit ik kelompok pemikir liberal at as penafsiran ulama t erhadap surat al-Aḥ
zâb ayat 59 (meliput i krit ik jilbab sebagai t radisi bangsa Arab; t idak ada dalil yang menunjukkan kewajiban jilbab, bentuk, dan bat as aurat yang jelas; sumber hukum jilbab dari hadis Âḥ
âd t idak sah dijadikan hujjah; penafsiran ulama harus dit afsir ulang (reint erpret asi), jilbab merupakan bent uk pengekangan dan penindasan perempuan; jilbab bukan t anda ket akwaan at au kemuliaan perem puan), sert a pandangan kelompok pemikir liberal t ent ang t afsir al-Qur’an, meliputi t afsir itu empiris-relat if, aplikasi paham relat ivisme dalam bat asan aurat , dan dampak relat ivisme pada al-Qur’an dan ilmu t afsir.(6)
Bab keempat, berisi t elaah krit is t erhadap int erpret asi kelompok pemikir liberal t ent ang perint ah jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dan krit ik t ent ang aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia, meliputi analisis krit ik int erpret asi kelompok pemikir liberal t ent ang perint ah jilbab dalam surat al-Aḥ
zâb ayat 59 dengan sub kajian analisis sabab nuzûl, bat as-bat as aurat wanit a (dalil-dalil al-Qur’ân al-Karîm, dan dalil-dalilal-Ḥ
adîṡ
), sert a analisis diskursus t erma jilbab dan kritik relevansi ayat . Pembahasan krit ik t erhadap aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia, meliputi argument asi hist orisit as jilbab, argument asi maqâṣ
îd al-syarîah, dan argument asi penegakan hak asasi manusia.Bab kelima, merupakan bab penut up yang t erdiri dari simpulan dan saran-saran.