PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus Pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH
KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL
TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI
GENDER (Studi Kasus Pada Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veter an” J awa Timur )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Oleh:
Yania Evitasari
0913010080/FE/EA
Kepada
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH
KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL
TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI
GENDER (Studi Kasus Pada Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veter an” J awa Timur )
SKRIPSI

Oleh:
Yania Evitasari
0913010080/FE/EA

Kepada

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH
KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL
TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI
GENDER (Studi Kasus Pada Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur)
Disusun Oleh :
Yania Evitasari
10913010080/FE/AK
telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 27 Maret 2013
Pembimbing :
Pembimbing Utama


Tim Penguji :
Ketua

Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si.

Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si.
Sekretaris

Drs. Ec. Sjafi’i, Ak, M.M.
Anggota

Drs. Ec. R. Sjarief H, M.Si.
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Drs. H. Dhani Ichsanudin Nur, M.M.
19630924 198903 1001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat
dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur dengan judul “PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI
TENTANG

PENGARUH

KECERDASAN

EMOSIONAL

DAN

KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN

DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus Pada Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur )”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka
akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal
itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, doa maupun
bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang
mendalam mengucapkan terima kasih pada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.


Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Dr. Hero Priono, SE. MSi. Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Ibu Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.

6.

Dosen-dosen Program Studi Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu
dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
i


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7.

Ayah, Ibu, Nenek, Mbak Dian, Maz Suze, Mbak Windi, Mas Dani dan semua
keluarga, terima kasih atas do’a serta dorongannya baik moril maupun materi.

8.

Keponakan tercinta, Dika, Khansa dan Davin yang setia menghibur selama
pengerjaan skripsi ini.

9.

Teman-teman seperjuangan, Florence, Desy, Meri, Resti, Intan, Vrisca, Echa,
Alda dan teman-teman yang lain yang selalu memberi saran dan bantuannya
dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Novri Irwansyah yang selalu setia menemani, membantu, memberi semangat

dan inspirasi dalam situasi apapun.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan
guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap,
penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 2 Juli 2013

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................

i


DAFTAR ISI……........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

x

BAB I

: PENDAHULUAN ....................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...................................................................

1


1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 11
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 12
BAB II

: TINJUAUAN PUSTAKA ....................................................... 13
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................ 13
2.2. Landasan Teori ................................................................. 14
2.2.1. Etika dan Etika Profesi ............................................ 14
2.2.2. Sikap Etis ................................................................ 18
2.2.3. Kecerdasan Emosional ............................................ 19
2.2.4. Kecerdasan Spiritual ................................................ 21
2.2.5. Gender .................................................................... 25
2.2.6. Persepsi ................................................................... 29
2.2.6.1. Pengertian Persepsi ..................................... 29
2.2.6.2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .......... 30

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iii
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.2.6.3. Proses Persepsi ........................................... 31
2.2.6. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Sikap Etis 32
2.2.7. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Sikap Etis .. 33
2.2.8. Hubungan Gender dengan Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual dan Sikap Etis ........................ 34
2.3. Kerangka Pikir .................................................................. 35
2.4. Hipotesis ........................................................................... 35
BAB III : METODE PENELITIAN ......................................................... 36
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................. 36
3.2. Teknik Penentuan Sampel ................................................. 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 40
3.3.1. Jenis Data ................................................................ 40
3.3.2. Sumber Data ............................................................ 40
3.3.3. Pengumpulan Data .................................................. 41
3.4. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas .......................... 41
3.4.1. Uji Validitas ............................................................ 41
3.4.2. Uji Reliabilitas ........................................................ 42
3.4.3. Uji Normalitas ......................................................... 42
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ..................................... 43
3.5.1. Uji Asumsi Klasik ................................................... 43
3.5.2. Teknik Analisis ....................................................... 44
3.5.3. Uji Hipotesis ........................................................... 45
3.5.3.1. Uji F ........................................................... 45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5.3.2. Uji Beda Independent Sample T-Test .......... 46
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 47
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................ 47
4.1.1. Sejarah Umum UPN “Veteran” Jawa Timur ............ 47
4.1.2. Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan ............................... 48
4.1.2.1. Falsafah ...................................................... 48
4.1.2.2. Visi ............................................................. 48
4.1.2.3. Misi ............................................................ 48
4.1.2.4. Tujuan ........................................................ 49
4.1.3. Riwayat Progdi Akuntansi ....................................... 49
4.1.3.1. Visi Progdi Akuntansi ................................. 50
4.1.3.2. Misi Progdi Akuntansi ................................ 50
4.1.3.3. Tujuan Progdi Akuntansi ............................ 51
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 51
4.2.1. Demografi Responden ............................................. 51
4.2.2. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Sikap Etis .... 52
4.2.3.Tabulasi

Jawaban

Responden

Variabel

Kecerdasan

Emosional ............................................................... 58
4.2.4.Tabulasi

Jawaban

Responden

Variabel

Kecerdasan

Spiritual................................................................... 61
4.3. Uji Kualitas Data .............................................................. 66
4.3.1. Uji Validitas ............................................................ 66
4.3.2. Uji Reliabilitas ........................................................ 73

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
v
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.3. Uji Normalitas ......................................................... 73
4.4. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 74
4.5. Analisis dan Pengujian Hipotesis ...................................... 76
4.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda ............................ 76
4.5.2. Uji Beda Independent T-Test ................................... 79
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian dan Implikasi Penelitian ....... 80
4.6.1. Pembahasan Hasil Penelitian ................................... 80
4.6.2. Implikasi Penelitian ................................................. 82
4.6.3. Keterbatasan Penelitian ........................................... 82
BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 83
5.1. Kesimpulan ....................................................................... 83
5.2. Saran ................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH
KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL
TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI
GENDER (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR)
Oleh :
Yania Evitasari
Abstraksi
Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.
Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan
dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas atas jasa akuntan. Namun demikian,
masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan. Di
dunia ini begitu banyak kasus pelanggaran sikap etis para akuntan. Kasus-kasus
tersebut seharusnya tidak perlu terjadi apabila seorang akuntan dalam
melaksanakan pekerjaannya mempunyai pengetahuan, pemahaman dan
menerapkan aturan etika dengan baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur dan untuk mendapatkan bukti
empiris tentang adanya perbedaan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur antara mahasiswa pria dan wanita.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur. Analisis didasarkan pada data dari 56 responden yang pengumpulan
datanya dilakukan dengan mengumpulkan data primer berupa penyebaran
kuesioner, dimana teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
aksidental. Variabel yang digunakan adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual sebagai variabel independen, dan sikap etis sebagai variabel dependen.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda dan uji beda independent t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual secara simultan berpengaruh terhadap sikap etis akuntan menurut
persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan sikap etis akuntan dipandang dari
segi gender menurut persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Sikap Etis, Gender

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.
Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan
dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas atas jasa akuntan. Namun demikian,
masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan.
Di dunia ini begitu banyak kasus pelanggaran sikap etis para akuntan. Salah
satunya adalah tulisan dari artikel Kompas tentang Kasus Kredit Macet yang
ditulis oleh Lucky Pransiska pada Selasa, 18 Mei 2010. “JAMBI, KOMPAS.com
– Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden
Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang
Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini
terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut
pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Hasil
pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu
terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam
mengajukan pinjaman ke BRI. Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang
tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh akuntan publik, sehingga terjadilah
kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsinya.”
Dalam berita ini, akuntan publik diduga kuat tidak independen dalam kredit
macet untuk pengembangan usaha Perusahaan Raden Motor. Jika dugaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan publik,
seharusnya menjalankan tugas dengan berdasarkan pada etika profesi yang ada.
Kasus kedua terdapat pada artikel kompas, JAKARTA, KOMPAS – Dewan
Perwakilan Rakyat seharusnya tidak mempersoalkan hasil Panitia Seleksi
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang mengajukan delapan nama untuk
di uji kelayakan dan kepatutan. DPR seharusnya memilih calon pimpinan KPK
berdasarkan ranking susunan Pansel. Hal itu untuk menghindari pimpinan KPK
pada masa mendatang tersandera oleh persoalan politik. Wakil Ketua Dewan
Perwakilan Daerah La Ode Ida di Jakarta, Selasa (13/9), mengungkapkan,
pimpinan KPK saat ini selain sangat lemah kepemimpinannya juga tersandera
oleh perilaku mereka sendiri. “Saya kira KPK sedang tersandera. Dua faktor yang
seharusnya dimiliki KPK menjadi samar-samar atau bahkan tidak ada, karena
kepemimpinannya lemah, figurnya lemah dan orang-orangnya tersandera oleh
perilaku mereka sendiri. Orang tidak banyak tahu ternyata mereka terlibat dalam
berbagai gerakan konspirasi dengan para politikus,” kata La Ode. Untuk
menghindari agar pimpinan KPK tak lagi tersandera secara politik, DPR yang
akan memilih mereka, jangan melakukan intervensi terhadap hasil Pansel KPK.
“DPR jangan terlalu banyak melakukan intervensi terhadap hasil seleksi tim
Pansel Pimpinan KPK karena dari delapan orang yang diajukan misalkan enggak
usah dipersoalkan minta sepuluh orang lagi. Tetapi pilih saja berdasarkan urutan
yang diusulkan Pansel karena itu pasti lebih obyektif ketimbang dipilih secara
politik,” katanya. Menurut La Ode, jika deal politik antara calon pimpinan KPK
dengan DPR dan penguasa tak terhindarkan lagi, yang terjadi bakal seperti KPK

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

jilid kedua, bahwa pimpinannya bermasalah. “Harus menghindari deal politik
memang dengan pihak DPR dan kekuasaan. Kalau sudah dimulai dengan deal
politik, apa yang terjadi seperti yang sekarang ini, ternyata baru diketahui Chandra
Hamzah pernah melakukan pertemuan juga dengan politikus yang menentukan di
parlemen. Dicurigai juga meski belum ada kesaksian dan pembuktian hingga
sekarang, Busyro Muqoddas juga seperti itu,” katanya. Secara terpisah,
Koordinator Devisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch Abdullah Dahlan
mengatakan, politikus di DPR terjebak pada kepentingan dan agenda yang
pragmatis, yakni perilaku koruptif mereka jangan sampai terungkap penegak
hukum seperti KPK. Kondisi itu bisa berakibat pada pemilihan pimpanan KPK
bahwa hasil terbaik tak bisa diharapkan keluar dari DPR. La Ode mengatakan,
jika pimpinan KPK tersandera oleh kepentingan politik DPR dan penguasa, KPK
tak bisa diharapkan bisa memberantas korupsi di negeri ini yang makin
menggurita. “Ini adalah sebetulnya perilaku-perlaku yang menjadikan mereka
tersandera dan kita enggak bisa berharap banyak dari KPK lagi,” katanya. Secara
terpisah, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar meyatakan siap
jika diminta Komisi III DPR untuk menjelaskan delapan calon unsur pimpinan
KPK yang dikirimkan pemerintah. “Kalau kami diminta memberi penjelasan,
tentu kami siap,” kata Patrialis, Selasa di Istana Negara. “Tugas Pemerintah
sebenarnya

sudah

selesai

dengan

mengirim

delapan

calon.

Kami

menerjemahkannya sudah jelas, yang dibutuhkan cuma empat orang sehingga
calon yang dikirim dua kali lipat,” katanya. Alasan sebagian anggota Komisi III
DPR menolak delapan calon unsu pimpinan KPK, kata pengamat hukum tata

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

negara Refly Harun, mengada-ada. Alasan bertentangan dengan asas retroaktif
dinilai tidak tepat karena sebagian anggota DPR pun sebenarnya produk putusan
MK yang diberlakukan retroaktif.
Pembahasan: Pada harian kompas, rabu, 14 September 2011 di halaman 3 terdapat
artikel Jangan Sandera KPK, DPR Diminta Tak Persoalkan Hasil Panitia Seleksi
menjelaskan terjadinya beberapa pelanggaran prinsip etika profesi akuntansi.
Berikut adalah penjelasannya :
1. Prinsip pertama mengenai Tanggung Jawab Profesi
Sebagi profesional, seharusnya anggota mempunyai peran penting dimana harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan sesama anggota dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri, di mana
usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan
tradisi profesi. Tetapi justru di sini Dewan Perwakilan Rakyat malah
mempersoalkan hasil Panitia Seleksi (Pansel) Pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) yang mengajukan delapan nama untuk diuji kelayakan dan
kepatutan. Padahal seharusnya tugas DPR hanya memilih calon pimpinan KPK
berdasarkan ranking susunan Pansel saja tidak perlu ikut campur dalam
bagaimana prosesnya dan menapa diajukan demikian.
2. Prinsip Kedua mengenai Kepentingan Publik
Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Di sini
Pimpinan KPK tersandera oleh kepentingan politik DPR dan penguasa, karena
sikap kepemimpinan yang lemah, figurnya juga demikian tepandang lemah dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

orang-orangnya tersandera oleh perilaku mereka sendiri. Di mana KPK tak bisa
diharapkan untuk bisa memberantas korupsi di negeri ini yang semakin hari
semakin merajalela. Padahal seharusnya KPK menunjukan komitmen atas
profesionalismenya dimana tidak terlibat dalam berbagai gerakan konspirasi
dengan para politikus. Demikian pula seharusnya mencerminkan penerimaan
tanggung jawab kepada publik yang didedikasikan untuk kepentingan masyarakat
secara keseluruhan.
3. Prinsip Ketiga mengenai Integritas
Adanya deal politik antara calon pimpinan KPK dengan DPR dan penguasa yang
tak terhindarkan lagi, maka akan tercipta pimpinan yang bermasalah. Di sini
terjadi pelanggaran prinsip Integritas yang seharusnya tidak dapat menerima
kecurangan tetapi malah melakukan kerjasama yang mengutamakan kepentingan
pihak tertentu. Padahal seharusnya integritas sebagai patokan bagi anggota dalam
menguji semua keputusan yang diambilnya dan merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik.
4. Prinsip Keempat mengenai Obyektivitas
Obyektifitas merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota dimana diharuskan untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain. Untuk menghindari agar pimpinan KPK tak
lagi tersandera secara politik, maka DPR yang akan memilih mereka, tetapi jangan
melakukan intervensi terhadap hasil Pansel KPK, dengan cara pilih saja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

berdasarkan urutan yang diusulkan Pansel karena itu pasti lebih obyektif
ketimbang dipilih secara politik.
5. Prinsip Kelima mengenai Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Dalam semua penugasan dan tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan
upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa
kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti
yang disyaratkan oleh prinsip etika. Tetapi di sini dikatakan bahwa sebagian
anggota Komisi III DPR memiliki alasan untuk menolak delapan calon unsur
pimpinan KPK, yang dianggap mengada-ada oleh pengamat hukum tata negara.
Alasan tersebut jelas bertentangan dengan asas retroaktif yang dinilai tidak tepat,
karena sebenarnya sebagian anggota DPR pun merupakan hasil putusan MK yang
diberlakukan retroaktif. Mengapa angota DPR bersikap demikian padahal anggota
seharusnya menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan
terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa professional yang konsisten
dengan standar nasional dan internasional.
Kasus-kasus tersebut seharusnya tidak perlu terjadi apabila seorang akuntan
dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai pengetahuan, pemahaman dan
menerapkan aturan etika dengan baik dan benar.
Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika,
profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi
yang tidak hanya bertindak untuk menghasilkan informasi untuk para pengguna
laporan keuangan, tetapi juga harus bertindak sesuai dengan moral dan nilai-nilai
yang berlaku.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Berbagai penelitian tentang etika, baik etika profesi maupun etika bisnis,
memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan
perilaku etis seseorang yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 aspek, yaitu:
1. Aspek Individual
2. Aspek Organisasional
3. Aspek Lingkungan
Penelitian tentang etika yang berfokus pada aspek individual menunjukkan
berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang, antara lain:
a) religiusitas; b) kecerdasan emosional; c) gender; d) suasana etis individu; e)
sifat-sifat personal; dan f) kepercayaan bahwa orang lain lebih tidak etis.
Sementara, aspek organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis
seseorang meliputi faktor-faktor antara lain: a) suasana etis organisasi; dan b)
suasana organisasi. Sedangkan aspek lingkungan yang mempengaruhi sikap dan
perilaku etis seseorang meliputi: a) lingkungan organisasi; dan b) lingkungan
sosial atau masyarakat (Tikollah dkk, 2006).
Dalam perspektif lain Sudibyo (1995) dalam Tikollah, dkk (2006)
mengemukakan bahwa dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perilaku etika auditor, sebab pendidikan tinggi akuntansi tidak saja
bertanggung jawab pada pengajaran ilmu pengetahuan bisnis dan akuntansi
(transformasi ilmu pengetahuan) semata kepada mahasiswanya, tetapi lebih dari
itu juga bertanggung jawab mendidik mahasiswanya agar mempunyai kepribadian
(personality) yang utuh sebagai manusia. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan
perilaku etis auditor (akuntan) dapat terbentuk melalui proses pendidikan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

terjadi dalam lembaga pendidikan akuntasi, dimana mahasiswa sebagai input
sedikit banyak akan memiliki keterkaitan dengan akuntan yang dihasilkan sebagai
output.
Diskriminasi tentang gender masih saja terjadi. Seperti yang dikutip dari
tulisan Evy Rachmawati pada Kamis, 29 Januari 2009 yang berjudul Negara
Wajib Penuhi Hak Perempuan. “J AKARTA, KAMIS - Dalam kehidupan seharihari diskriminasi yang luas dan kekerasan terhadap perempuan masih tetap
berlangsung. Di bidang politik, ekonomi, sosial, publik, serta lingkup keluarga,
diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi.”
(Kompas.com).
Di sisi lain meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam
beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas
yang berkaitan dengan gender. Isu tentang perbedaan gender dalam judgment etis
relevan dalam bisnis, apalagi semakin banyaknya wanita masuk dalam bisnis dan
menempati posisi-posisi penting dalam perusahaan sebagai para pembuat
keputusan. Pada sebagian besar organisasi ternyata perbedaan gender masih
mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power) dalam suatu
organisasi (Radtke dalam Rianto, 2008 dalam Desi Ika, 2010).
Selama ini mungkin kaum perempuan diidentikkan dengan urusan domestik
rumah tangga dan memiliki kesempatan terbatas untuk berkecimpung di dunia
kerja (Desi Ika, 2010)
Namun bersamaan dengan profesional lainnya di bidang bisnis, dalam praktik
akuntansi jumlah kaum perempuan yang memasuki

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

profesi sebagai akuntan

9

publik telah meningkat secara drastis (Trapp dkk dalam Murtanto dan Marini,
2003 dalam Desi Ika, 2010). Sejarah perkembangan perempuan di bidang
akuntansi merefleksikan suatu perjuangan yang panjang untuk mengatasi
penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku,
diskriminasi, pembedaaan gender, ketidakpastian konsep, dan konflik antara
rumah tangga dan karir (Reid dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003 dalam Desi
Ika, 2010).
Penekanan penelitian ini adalah pada dimensi kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual sebagai bagian dari aspek individual yang mempengaruhi
sikap etis akuntan menurut persepsi mahasiswa akuntansi. Penelitian ini juga
membandingkan antara kecerdasan emosional dan spriritual yang mempengaruhi
sikap etis antara akuntan pria dan wanita. Sikap etis akuntan pun ditekankan pada
penelitian ini karena mahasiswa akuntasi harus menjadi seorang akuntan yang
mempunyai etika.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan
perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan
perilaku seseorang (Salovey dan Mayer dalam Svyantek, 2003 dalam Tikollah,
dkk 2006). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup
manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan seseorang
untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta
menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain (Zohar dan Marshall,
2002 dalam Tikollah, dkk 2006).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Dalam penelitian terdahulu oleh Tikollah dkk (2006) yang berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi Negerti
di Kota Makassar), dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis
mahasiswa akuntansi.
Menurut Desi Ika dalam Tesis tahun 2010 yang berjudul, “Pengaruh
Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota
Medan)” bahwa Kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diberi judul Persepsi
Mahasiswa Akuntansi Tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Akuntan Dipandang dari Segi
Gender (Studi Kasus Pada Universitas Pembangunan Nasional Veteran J awa
Timur).
Telah diketahui dari dua penelitian sebelumnya pada pulau Sumatera yang
diwakilkan oleh Desi Ika (2010) dan pulau Sulawesi yang diwakilkan oleh
Tikollah dkk (2006), maka alasan pengambilan lokasi penelitian di Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur karena untuk mengetahui persepsi
mahasiswa akuntansi tentang sikap etis akuntan di Pulau Jawa. Telah diketahui
bahwa sikap, perilaku, kebiasaan masyarakat di berbagai pulau pun berbeda.
Seperti yang ditulis oleh Ratna Widihastuti pada tanggal 6 Agustus 2012 bahwa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

perbedaan satu tempat dengan tempat yang lainnya berkaitan dengan perbedaan
tingkah laku masyarakatnya. Sebagai contoh masyarakat yang tinggal di
pegunungan lebih menyukai pakaian tebal, sedangkan masyarakat yang tinggal di
pantai lebih menyukai pakaian tipis (kompasiana.com).

1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan:
1.

Menurut persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jawa Timur, apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
berpengaruh terhadap sikap etis akuntan?

2.

Menurut persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jawa Timur, apakah ada perbedaan kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual dan sikap etis akuntan dipandang dari segi gender?

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

2.

Untuk mendapatkan bukti empiris tentang adanya perbedaan pengaruh
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur antara
mahasiswa pria dan wanita.

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1.

Bagi Universitas
Memberikan informasi sebagai bahan studi lebih lanjut kepada peneliti yang
ingin melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan topik ini, serta
memberikan sumbangan bagi perbendaharaan penulis ilmiah di perpustakaan.

2.

Bagi Obyek yang Diteliti
Dari penelitian ini dimaksudkan agar dapat menjadi maska bagi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur jurusan Akuntansi untuk
melakukan pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
anak didik guna pembentukan manusia (akuntan) yang memiliki sikap dan
perilaku etis yang baik.

3.

Bagi Penulis
Penulis dapat mengiplementasikan pengetahuan teoritis yag telah diperoleh
selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut M. Ridwan Tikollah, Iwan Triyuwono, dan H. Unti Ludigdo dalam
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang tahun 2006 yang berjudul, “Pengaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan)” menunjukkan bahwa IQ, EQ dan
SQ secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa
akuntansi. Walaupun demikian, secara parsial hanya IQ yang berpengaruh
signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, sedangkan EQ maupun
SQ secara parsial tidak berpengaruh.
Menurut Desi Ika dalam Tesis tahun 2010 yang berjudul, “Pengaruh
Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota
Medan)” bahwa Kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Secara parsial
hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap
sikap etis mahasiswa, sedangkan kecerdasan emosional secara parsial tidak
berpengaruh.

Gender

berpengaruh

signifikan

terhadap

hubungan

antara

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa
akuntansi.

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Menurut Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si dalam Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis
tahun 2007 yang berjudul, “Perilaku Etis Mahasiswa dan Dosen Ditinjau dari
Faktor Individual Gender dan Locus of Control” bahwa terdapat perbedaan
perilaku etis antara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan.
Menurut Frida Oktavia dalam Skripsi tahun 2008 yang berjudul, “Pengaruh
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa
Akuntansi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur” bahwa
hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh signifikan terhadap sikap etis
mahasiswa akuntansi.
Menurut Lauw Tjun Tjun, Santy Setiawan dan Sinta Setiana dalam Jurnal
Akuntansi Vol.1 No.2 November 2009:101-118 yang berjudul,”Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat dari Perspektif
Gender” bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan emosional antara mahasiswa pria
dan mahasiswa wanita.

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Etika dan Etika Profesi
Menurut Keraf (1998:14) pengertian harfiahnya, etika dan moralitas, samasama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai
manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang
kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun
waktu lama sebagaimana layaknya suatu kebiasaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Sedangkan dalam pengertian yang kedua, etika dapat dirumuskan sebagai
refleksi kritis dan rasional mengenai:
a.

Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik
sebagaimana manusia.

b.

Mengenai masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai
dan norma moral yang umumnya diterima.
Menurut Rindjin (2004:9) etika dalam bentuk jamak: ta etha, yang berarti adat

istiadat yaitu: norma yang dianut oleh kelompok, golongan, masyarakat tertentu
mengenai perbuatan yang baik dan buruk, seperti etika ekonomi dan bisnis, etika
politik dan pemerintahan, dan seterusnya.
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaranajaran dan pandangan-pandangan moral (Magnis-Suseno dalam Tikollah,
Triyuwono dan Ludigdo, 2006). Etika meliputi suatu proses penentuan yang
kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu yang
disifati oleh kombinasi dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing
individu.
Menurut Keraf dan Imam (1995) dalam Desi Ika (2010), etika dapat dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Etika umum.
Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak, serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika khusus.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.

Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.

b.

Etika sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
dengan manusia lainnya salah satu bagian dari etika sosial adalah etika
profesi, termasuk etika profesi akuntan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi di bidang

akuntansi di Indonesia memiliki Kode Etik yang mengikat para anggotanya. Kode
etik IAI sebagaimana ditetapkan dalam Kongres IAI terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a.

Prinsip Etika. Terdiri dari delapan prinsip etika profesi, yang merupakan
landasan perilaku etika profesional, memberikan kerangka dasar bagi Aturan
Etika, yang meliputi: 1) tanggung jawab profesi, 2) kepentingan publik, 3)
integritas, 4) obyektivitas, 5) kompetensi dan kehati-hatian, 6) kerahasiaan, 7)
perilaku profesional, 8) standar teknis.

b.

Aturan Etika. Aturan etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan
hanya mengikat anggota kompartemen yang bersangkutan.

c.

Interpretasi Aturan Etika. Interpretasi Aturan Etika merupakan Interpretasi
yang dikeluarkan oleh Pengurus Kompartemen setelah memperhatikan
tanggapan dari anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya sebagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

panduan penerapan Aturan Eika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya (Maryani dan Ludigdo, 2001:51-52)
Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari
pembahasan mengenai moral. Suseno
mengungkapkan

(2005) dalam Desi Ika (2010)

bahwa etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan

mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Sedangkan Karl
Barth dalam Madjid (1992) dalam Desi Ika (2010) mengungkapkan bahwa etika
(ethos) adalah sebanding dengan moral (mos), dimana keduanya merupakan
filsafat tentang adat kebiasaan (sitten). Sitte dalam perkataan Jerman
menunjukkan arti moda (mode) tingkah laku manusia, suatu konstansi tindakan
manusia. Karenanya secara umum etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau
disiplin

tentang moda-moda tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi

tindakan manusia.
Dengan mengkritik terlalu sederhananya persepsi umum atas pengertian etika
yang hanya dianggap sebagai pernyataan benar dan. salah atau baik dan buruk.
Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa
yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Proses itu sendiri meliputi
penyeimbangan pertimbangan sisi dalam

(inner) dan sisi luar

(outer) yang

disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing masing
individu.
Kemudian Chua dkk (1994) dalam Desi Ika (2010), dalam konteks etika
profesi, mengungkapkan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku
moral. Perilaku moral di sini lebih terbatas pada pengertian yang meliputi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu. Pada riset tentang isuisu etika dalam akuntansi, secara umum menghindari diskusi filosofi tentang
benar atau salah dan pilihan baik atau buruk. Namun lebih difokuskan pada
perilaku etis atau tidak etis para akuntan yang didasarkan pada apakah mereka
mematuhi kode etik profesinya atau tidak (Adams dalam Rianto, 1994 dalam Desi
Ika, 2010).
2.2.2. Sikap Etis
Ditinjau dari sudut bahasa, sikap dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian,
pendapat atau keyakinan (Dani, 2002:525). Sementara definisi sikap menurut para
ahli hingga saat ini masih berbeda pandangan, yang secara umum pandangan
tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok.
1.

Kelompok pertama yang diwakili oleh Thurstone, Likert, dan Osgood dalam
Frida Oktavia (2008) memandang sikap merupakan bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan terhadap suatu obyek, yang dapat berupa mendukung atau
memihak maupun tidak mendukung atau tidak memihak.

2.

Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave, Bogardus, LaPieree, Mead, dan
Allport dalam Frida Oktavia (2008) memandang sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3.

Kelompok ketiga yang diwakili oleh Secord & Backman dalam Desi Ika
(2010) memandang sikap merupakan konstelasi komponen-komponen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,
merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek.
Berdasarkan ketiga pandangan di atas, sikap dapat didefinisikan sebagai reaksi
individu terhadap suatu obyek yang merupakan konstelasi kognitif, afektif, dan
konatif yang disebabkan oleh suatu stimulus yang menghendaki adanya respon
(pendirian).
Sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakantindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan (Griffin dan Ebert dalam
Maryani dan Ludigdo, 2001). Dengan demikian dalam kaitan dengan etika
profesi, sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
etika profesi tersebut.
Dunia pendidikan tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap etis
akuntan. Dunia pendidikan yang baik akan mencetak mahasiswa menjadi calon
akuntan yang mempunyai sikap profesional dan berlandaskan pada standar moral
dan etika. Sebagai pemasok tenaga profesional ke

dunia usaha dan bisnis,

perguruan tinggi mempunyai peran yang sangat strategis untuk mengantarkan dan
mempersiapkan

para

mahasiswa

menjadi

calon-calon

profesional

yang

mempunyai nilai- nilai etis yang baik.
2.2.3. Kecerdasan Emosional
Cooper dan Sawaf dalam Tikollah dkk (2006) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan seharihari.
Sedangkan Goleman (2005) dalam Desi Ika (2010) mendefinisikan kecerdasan
emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi
diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut
seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan
dan mengatur suasana hati. Lebih lanjut Goleman (2005) dalam Desi Ika (2010)
mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang
baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu
yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat
emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam
pergaulan sosial serta lingkungannya.
Goleman (2005) dalam Desi Ika (2010) yang mengadaptasi model SaloveyMayer membagi kecerdasan emosional ke dalam lima unsur yang meliputi:
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua
kecakapan, yaitu:
a.

Kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan
motivasi.

b.

Kecakapan sosial; yang meliputi empati dan keterampilan sosial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Kecerdasan emosional dapat berpengaruh terhadap sikap etis seorang
mahasiswa akuntansi karena dengan memiliki kecerdasan emosional yang
memadai maka ia dapat mengelola emosinya dengan lebih baik. Dengan demikian
ia akan lebih dapat mempertimbangkan apakah suatu tindakan etis atau tidak
untuk dilakukan. Kecerdasan emosional juga memperluas gagasan seseorang
tentang sikap etis dan pemikiran strategis, sebab jelas bahwa di samping
menjalankan strategi rasional, seseorang juga menjalankan strategi emosional,
atau setidaknya bahwa sering terdapat suatu kontribusi emosional pada strategistrategi disusunnya (Desi Ika, 2010).
Kecerdasan Emosional dapat dilatih secara berulang-ulang sehingga menjadi
sebuah sebuah kebiasaan dan kemudian menjadi suatu karakter yang diharapkan.
Kecerdasan emosional dapat menumbuhkan integritas, komitmen, visi serta
kemandirian (Agustian, 2005:51) sehingga semakin tinggi kecerdasan emosional
kita, semakin besar sukses sebagai pekerja, manajer, ataupun calon untuk posisi
jabatan (Stein dan Book dalam Frida Oktavia, 2008).
2.2.4. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan
Marshall, 2002:4). Kecerdasan spiritual melampaui keyakinan dan pengalaman
manusia, serta merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia (Pasiak,
2002 dalam Desi Ika, 2010).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Menurut Sukidi (2002) dalam Frida Oktavia (2008) keunggulan kecerdasan
spiritual dibandingkan dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
yaitu:
a.

Kecerdasan spiritual mampu mengungkapkan aspek yang bersifat fitrah
(perenial) pada struktur kecerdasan manusia, sehingga kecerdasan spiritual
merupakan pondasi yang diperlukan untuk mengefektifkan fungsi kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional.

b.

Dengan kecerdasan spiritual, aspek kecerdasan manusia menjadi lengkap,
sebab kecerdasan intelektual pada dasarnya hanya terkait dengan fikiran,
sementara kecerdasan emosional terkait dengan tubuh dan kecerdasan
spiritual terkait dengan kawasan jiwa atau spirit diakses mengembangkan
kemampuan manusia.

c.

Dengan kecerdasan spiritual dapat dicapai kesehatan jiwa dan dibangkitkan
spirit hidup manusia.

d.

Jika kesehatan spiritual telah tercapai, manusia dalam peran hidupnya secara
sosial perlu menumbuhkan kedamaian spiritual yang pencapaiannya dapat
dilakukan melalui peningkatan kecerdasan spiritual.

e.

Kedamaian yang tercapai akan menumbuhkan kebahagiaan spiritual sebagai
kebutuhan asasi manusia.

f.

Pada tatanan tertinggi, manusia akan mencapai kearifan sosial, dengannya
menjadikan hidup lebih bermakna.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Kecerdasan spiritual adalah

kecerdasan

yang

membuat

seseorang

menjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Medan)

8 82 161

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Gender pada Sikap Etis Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana.

0 1 45

PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPRITUAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus: Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

2 3 123

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

0 2 107

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

0 0 107

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR.

0 1 90

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus Pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)

1 2 22

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)

0 0 27

PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPRITUAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus: Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)

0 0 23

PENGARUH GENDER, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS AKUNTAN MASA DEPAN (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi di wilayah Purwokerto)

0 0 17