Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Medan)

(1)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI

DIPANDANG DARI SEGI GENDER (STUDI PADA

PERGURUAN TINGGI NEGERI DI KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh

DESI IKA

087017048/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA


(2)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI

DIPANDANG DARI SEGI GENDER (STUDI PADA

PERGURUAN TINGGI NEGERI DI KOTA MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DESI IKA

087017048/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DIPANDANG DARI SEGI GENDER (STUDI PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI KOTA MEDAN)

Nama Mahasiswa : Desi Ika Nomor Pokok : 087017048 Program Studi` : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac) (Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 01 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2010 Penulis


(6)

ABSTRAK

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan). Oleh : Desi Ika, NIM : 087017048. Pembimbing : Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac. Anggota : Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi dan tentang pengaruh gender terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi tersebut.

Penelitian ini dilakukan di dua universitas negeri di kota Medan yaitu Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (UNIMED). Analisis didasarkan pada data dari 176 responden penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan mengumpulkan data primer berupa penyebaran kuesioner, di mana teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Variabel yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual sebagai variabel independen, gender sebagai variabel moderating, dan sikap etis sebagai variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan MRA (Multiple Regression Analisys).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, namun secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, sedangkan kecerdasan emosional secara parsial tidak berpengaruh. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.


(7)

ABSTRACT

This study aims to obtain empirical evidence about the effect of emotional and spiritual intelligence of accounting students and ethical attitudes about the influence of gender on the relationship between emotional intelligence and spiritual intelligence of the ethical attitudes of students in accounting.

This research was conducted at two state universities in Medan, Universitas Sumatera Utara (USU) and Universitas Negeri Medan (UNIMED). The analysis was based on data from 176 respondents which was obtained from the field by using questionnaire. Sampling technique used is purposive sampling methods. Variables in this research were emotional and spiritual intelligences as independent variables, gender as a moderating variable, and ethical attitude as the dependent variable. The tools used in the analyze is the multiple regression and MRA (Multiple Regression Analysis).

The results showed that emotional and spiritual intelligences simultaneously had significant effect on ethical attitudes of accounting students, but partially only spiritual intelligence had a significant and dominant effect to the ethical attitudes of students, whereas emotional intelligence has not affected partially. In addition, this study also showed that gender significantly influence on the relationship between emotional and spiritual intelligences on the ethical attitudes of accounting students.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta bimbingannya selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini, yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan)”.

Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, tidak mungkin tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat tulus kepada :

1. Bapak Prof.dr.Syahril Pasaribu DTM&H, (CTM), SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister.

2. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc dan Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur dan Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan kami menjadi mahasiswa Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan selaku salah seorang Dosen Pembanding dan Dosen Penguji, atas arahan dan bimbingannya. 4. Bapak Prof. Dr.Azhar Maksum, MEc, Ac dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi,

Ak, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran, perhatian dan dorongan melalui bimbingan dan saran dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dengan kasih sayang-Nya yang melimpah.


(9)

5. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak dan Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding dan Penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

6. Seluruh Dosen dan Guru Besar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

7. Sembah sujud penulis kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi. Doa dan kasih sayang penulis selalu untuk Ayahhanda dan Ibunda.

8. Adikku yang terkasih, Rina Fitria Ningsih, SPd, terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangatnya. Seseorang yang tersayang, terima kasih atas semua kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan dukungannya (Love you all).

9. Terima kasih kepada seluruh staff administrasi Sekolah Pascasarjana, Bang Ari, Kak Dory, Kak Yusna dan Kak Juli, yang telah banyak membantu dalam kelancaran studi.

10. Teristimewa untuk Kak Mery dan Rianti Barus yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini, serta semua rekan seangkatan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang pada kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan dan dukungan semangatnya bagi penulis dalam menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan penulis, maka hasil penelitian ini masih perlu disempurnakan. Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran demi perbaikan hasil penelitian ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.

Medan, April 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Ika

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan , 25 Desember 1982 Pekerjaan : Staff Accounting / Dosen

Alamat : Jl. Perwira II No. 103 Link IX P. Brayan Bengkel Medan Telepon : 0813 61031362

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Ayah : Poniman

Nama Ibu : Dami

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

1995 : Tamat dari SD Negeri 060873 Medan 1998 : Tamat dari SLTP Negeri 24 Medan 2001 : Tamat dari SMU Negeri 7 Medan

2006 : Tamat dari Universitas Negeri Medan (UNIMED) Jurusan Akuntansi Non – Dik

2010 : Tamat dari Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU)

Pendidikan Non Formal

Oktober, 2002 : Tamat dari Program Pendidikan Satu Tahun (D-1) Komputer dan Bahasa Inggris Potensi Utama, Medan


(11)

PENGALAMAN BEKERJA

April 2004 s/d Januari 2007 : Bekerja sebagai Staff Keuangan pada CV. Alam Ruang Cipta Harmonis (ARCH) di Medan

Februari 2007 s/d Oktober 2007 : Bekerja sebagai Staff Accounting pada PD. Azzuhra Medan

November 2007 s/d sekarang : Bekerja sebagai Staff Accounting pada CV. Citra Mandiri (Developer) Medan

Januari 2007 s/d sekarang : Bekerja sebagai Staff Pengajar di STMIK Potensi Utama Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...……… i

ABSTRACT…….………...……… ii

KATA PENGANTAR……… iii

RIWAYAT HIDUP ………... v

DAFTAR ISI ………..…………...………. vi

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ……….…… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

BAB I PENDAHULUAN………..………... 1

1. 1. Latar Belakang ………..……… 1

1. 2. Rumusan Masalah………..………... 6

1. 3. Tujuan Penelitian………..……….……… 7

1. 4. Manfaat Penelitian………..……... 7

1. 5. Originalitas ……….…….…. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Landasan Teori ………...………….………. 9

2.1.1. Sikap Etis ……….…………..………..…. 9

2.1.1.1. Etika………..……….. 10

2.1.2. Kecerdasan Emosional………..………. 13

2.1.3. Kecerdasan Spiritual………..……… 14

2.1.4. Gender ………..……… 17

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu………... ………... 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS...…...… 24


(13)

3.2. Hipotesis Penelitian………..………. 27

BAB IV METODE PENELITIAN ………...…... 28

4.1. Rancangan Penelitian.…………..…….……….……… 28

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian………..……… 28

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian………..……… 30

4.4. Metode Pengumpulan Data…... 31

4.4.1. Instrumen Penelitian…... 31

4.5. Defenisi Operasional Variabel Penelitian………..……… 33

4.6. Metode dan Teknik Analisis Data... 36

4.6.1. Perumusan Model …... 36

4.6.2. Pengujian Instrumen Data…... 36

4.6.2.1. Uji validitas data…... 37

4.6.2.2. Uji reliabilitas data... 37

4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik…... 38

4.6.3.1. Uji normalitas data…... 38

4.6.3.2. Uji multikolinieritas …... 39

4.6.3.3. Uji heteroskedastisitas…... 39

4.6.4. Pengujian Hipotesis…... 40

4.6.4.1. Uji F dan Uji t-statistik... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 41

5.1. Hasil Penelitian………... 41

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..…….. 41

5.1.2. Deskripsi Distribusi Kuesioner……….. 41

5.1.3. Statistik Deskriptif………....….. 42

5.1.4. Pengujian Instrumen Data... 45

5.1.6.1. Uji validitas data……….… 45

5.1.6.1. Uji reliabilitas data……….… 49


(14)

5.1.6.1. Uji Normalitas data dan model penelitian……….... 50

5.1.6.1. Uji multikolinieritas………... 51

5.1.6.1. Uji heteroskedastisitas………... 52

5.1.6. Pengujian Hipotesis... 54

5.2. Pembahasan……….…… 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..………....….. 68

6.1. Kesimpulan………. 68

6.2. Keterbatasan……… 70

6.3. Saran……… 71

6.4. Implikasi…………...………. 72


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu………...………... 23

4.1. Komposisi Penyebaran Kuesioner……….. 30

4.2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian………... 35

5.1. Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi……… 42

5.2. Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi dan Jenis Kelamin………. 42

5.3. Statistik Deskriptif Kecerdasan Emosional, Spiritual, Gender dan Sikap Etis……….... 43

5.4. Ringkasan Hasil Uji Validitas……… 46

5.5. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas……… 50

5.6. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data……… 51

5.7. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Model Penelitian………... 51

5.8. Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Model 1………. 52

5.9. Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Model 2…... 52

5.10. Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Model 3………. 52

5.11. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1……….. 53

5.12. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 2……….. 53

5.13. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 3……….. 53

5.14. Pengujian Goodness Of Fit Model 1... 54

5.15. Uji F Model 1... 55

5.16. Uji t – Statistik Model 1... 55

5.17. Pengujian Goodness Of Fit Model 2………...……… 57

5.18. Uji F Model 2... 58


(16)

5.20. Pengujian Goodness Of Fit Model 3………... 59

5.21. Uji F Model 3……….. 60


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 3.1. Kerangka Konseptual………..……….24


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ……….………. 77

2. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Data Kecerdasan Emosional …... 83

3. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Data Kecerdasan Spiritual …... 101

4. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Data Gender …... 104

5. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Data Sikap Etis ……... 107

6. Uji Normalitas Model Penelitian……….…... 110

7. Uji Heteroskedastisitas Model 1………... 111

8. Uji Heteroskedastisitas Model 2……….…….…….... 114

9. Uji Heteroskedastisitas Model 3………... 117

10. Hasil Analisis Regresi Linier dan Moderasi Model 1 ……… 121

11. Hasil Analisis Regresi Linier dan Moderasi Model 2……….. 126

12. Hasil Analisis Regresi Linier dan Moderasi Model 3……….. 131

13. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ………..…… 140

14. Rekapitulasi Data Penelitian ………... 141


(19)

ABSTRAK

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan). Oleh : Desi Ika, NIM : 087017048. Pembimbing : Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac. Anggota : Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi dan tentang pengaruh gender terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi tersebut.

Penelitian ini dilakukan di dua universitas negeri di kota Medan yaitu Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (UNIMED). Analisis didasarkan pada data dari 176 responden penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan mengumpulkan data primer berupa penyebaran kuesioner, di mana teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Variabel yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual sebagai variabel independen, gender sebagai variabel moderating, dan sikap etis sebagai variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan MRA (Multiple Regression Analisys).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, namun secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, sedangkan kecerdasan emosional secara parsial tidak berpengaruh. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.


(20)

ABSTRACT

This study aims to obtain empirical evidence about the effect of emotional and spiritual intelligence of accounting students and ethical attitudes about the influence of gender on the relationship between emotional intelligence and spiritual intelligence of the ethical attitudes of students in accounting.

This research was conducted at two state universities in Medan, Universitas Sumatera Utara (USU) and Universitas Negeri Medan (UNIMED). The analysis was based on data from 176 respondents which was obtained from the field by using questionnaire. Sampling technique used is purposive sampling methods. Variables in this research were emotional and spiritual intelligences as independent variables, gender as a moderating variable, and ethical attitude as the dependent variable. The tools used in the analyze is the multiple regression and MRA (Multiple Regression Analysis).

The results showed that emotional and spiritual intelligences simultaneously had significant effect on ethical attitudes of accounting students, but partially only spiritual intelligence had a significant and dominant effect to the ethical attitudes of students, whereas emotional intelligence has not affected partially. In addition, this study also showed that gender significantly influence on the relationship between emotional and spiritual intelligences on the ethical attitudes of accounting students.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas atas jasa akuntan. Namun demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan. Krisis kepercayaan yang dialami oleh para akuntan di Indonesia semakin terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada sekitar tahun 1997 yang lalu. Masalah utama yang paling sering dipersoalkan dalam ketidakpercayaan ini adalah etika profesi dari para akuntan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Problema ini berkaitan erat dengan berbagai praktek pelanggaran moral yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Praktek pelanggaran etika ini dapat ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan IAI dan Pengurus Pusat IAI pada tiap-tiap laporan pertanggung- jawaban pengurus.

Untuk kasus akuntan publik, beberapa pelanggaran etika ini, seperti yang dilaporkan pada laporan pertanggungjawaban pengurus IAI periode 1990 – 1994 yang menyebutkan adanya 21 kasus pelanggaran etika yang melibatkan 53 KAP. Selain itu menurut GATRA terdapat pula pelanggaran yang dilakukan oleh sembilan KAP yang terjadi di Jakarta pada tahun 2001, yaitu hasil laporan KAP itu bukan sekedar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi


(22)

kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi untuk melakukan rekayasa akuntansi.

Kasus-kasus tersebut seharusnya tidak perlu terjadi apabila seorang akuntan dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya, mempunyai pengetahuan, pemahaman dan menerapkan aturan etika secara baik dan benar. Pekerjaan seorang profesional harus dikerjakan dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan etika tertentu. Dengan sikap profesionalnya dan memahami aturan etika, seorang akuntan akan mampu menghadapi berbagai tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak luar. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Dalam hal ini, Sudibyo menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan (Sudibyo dalam Khomsiyah dan Indriantoro, 1997).

Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi yang tidak hanya bertindak untuk menghasilkan “informasi” yang berguna bagi pengambil keputusan, tetapi juga bertindak harus sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum.

Berbagai penelitian tentang etika, baik etika profesi akuntan maupun etika bisnis–memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan


(23)

perilaku etis seseorang (dalam hal ini akuntan, mahasiswa, manajer, karyawan, dan salesman) yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu: 1) Aspek individual; 2) Aspek organisasional; dan 3) Aspek lingkungan. Penelitian tentang etika yang berfokus pada aspek individual menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang antara lain: a) religiusitas, b) kecerdasan emosional

(emotional quotient), c) gender, d) suasana etis (ethical climate) individu, e) sifat-sifat personal, dan f) kepercayaan bahwa orang lain lebih tidak etis. Sementara, aspek organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang meliputi faktor-faktor antara lain: a) Suasana etis organisasi, dan b) Suasana organisasi. Sedangkan aspek lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang meliputi: a) Lingkungan organisasi, dan b) Lingkungan sosial atau masyarakat (Tikollah dkk, 2006).

Penekanan penelitian ini adalah pada dimensi kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sebagai bagian dari aspek individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang (Salovey dan Mayer dalam Svyantek, 2003). Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain (Zohar dan Marshall, 2002). Wujud dari kecerdasan spiritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku (Ummah dkk, 2003).


(24)

Berbagai ungkapan di atas memberikan gambaran bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis seseorang. Hal ini sejalan dengan apa yang ditegaskan oleh Ludigdo (2005) bahwa etika bukanlah sekedar masalah rasionalitas (kecerdasan intelektual), tetapi lebih dari itu adalah masalah yang menyangkut dimensi emosional dan spiritual diri manusia.

Di sisi lain meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender. Isu tentang perbedaan gender dalam judgment etis relevan dalam bisnis, apalagi semakin banyaknya wanita masuk dalam bisnis dan menempati posisi-posisi penting dalam perusahaan sebagai para pembuat keputusan. Pada sebagian besar organisasi ternyata perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan

(opportunity) dan kekuasaan (power) dalam suatu organisasi (Radtke dalam Rianto, 2008).

Selama ini mungkin kaum perempuan diidentikkan dengan urusan domestik rumah tangga dan memiliki kesempatan terbatas untuk berkecimpung di dunia kerja. Namun bersamaan dengan profesional lainnya di bidang bisnis, dalam praktik akuntansi jumlah kaum perempuan yang memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastic (Trapp dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003). Sejarah perkembangan perempuan di bidang akuntansi merefleksikan suatu perjuangan yang panjang untuk mengatasi penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku, diskriminasi, pembedaaan gender, ketidakpastian konsep, dan konflik antara rumah tangga dan karir (Reid dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003).


(25)

Ameen & Millanl dalam Rianto (2008) menyatakan ada dua alternatif penjelasan mengenai perbedaan gender tentang perilaku tidak etis dalam bisnis. Pendekatan tersebut adalah pendekatan sosialisasi gender (gender socialization approach) dan pendekatan struktural (structural approach).

Pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang peminatan, keputusan dan praktik yang berbeda yang berhubungan dengan pekerjaannya. Pria dan wanita merespon secara berbeda tentang reward dan cost. Pria akan mencari kesuksesan kompetitif dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapainya. Sedangkan wanita lebih menekankan pada melakukan tugasnya dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi pekerjaan. Wanita lebih memiliki kecenderungan taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan. (Rustiana, 2003).

Dalam pendekatan struktural, perbedaan antara pria dan wanita lebih disebabkan karena sosialisasi awal dan persyaratan peran. Sosialisasi awal diatasi dengan reward

dan cost yang berhubungan dengan peran. Pada situasi ini pria dan wanita merespon secara sama. Pendekatan ini memprediksi bahwa pria dan wanita dalam kesempatan atau pelatihan akan menunjukkan prioritas etika yang sama (Rustiana, 2003).

Dari penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan). Penelitian ini difokuskan pada aspek


(26)

individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa S-1 Jurusan Akuntansi (selanjutnya disebut mahasiswa akuntansi) di universitas negeri yang ada di kota Medan yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dipandang dari segi gender.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, baik secara simultan maupun secara parsial?

2. Apakah gender berpengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa, baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh gender terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.


(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Masyarakat khususnya di lingkungan perguruan tinggi

Memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk mengembangkan sikap etis mahasiswa akuntansi sebagai cikal bakal lahirnya seorang akuntan yang akan terjun ke masyarakat.

2. Penulis

Menambah pengetahuan penulis mengenai perbandingan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual antara mahasiswa dan mahasiswi akuntansi. 3. Peneliti berikutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keperilakuan dan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya serta sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tikollah dkk (2006) yang meneliti mengenai. pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar


(28)

Provinsi Sulawesi Selatan). Namun demikian ada beberapa perbedaan antar penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini tidak mengikut-sertakan variabel kecerdasan intelektual sebagai faktor yang mempengaruhi sikap etis karena dalam penelitian sebelumnya sudah diperoleh hasil yang positif dimana variabel ini terbukti mempengaruhi sikap etis sedangkan untuk dua variabel lainnya yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual ada beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten. Namun demikian penelitian ini menambah variabel penelitian yaitu variabel gender sebagai salah satu faktor yang nantinya akan memperkuat atau memperlemah pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi. Selain itu terdapat perbedaan waktu dan lokasi dimana penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2006 di kota Makasar, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di kota Medan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sikap Etis

Ditinjau dari sudut bahasa, sikap dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian, pendapat atau keyakinan (Dani, 2002). Sementara definisi sikap menurut para ahli hingga saat ini masih berbeda pandangan, yang secara umum pandangan tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama yang diwakili oleh Thurstone, Likert, dan Osgood dalam Azwar (2005) memandang sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek, yang dapat berupa mendukung atau memihak maupun tidak mendukung atau tidak memihak. Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave, Bogardus, LaPieree, Mead, dan Allport dalam Azwar (2005) memandang sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Kelompok ketiga yang diwakili oleh Secord & Backman dalam Azwar (2005) memandang sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek.

Berdasarkan ketiga pandangan di atas, sikap dapat didefinisikan sebagai reaksi individu terhadap suatu obyek yang merupakan konstelasi kognitif, afektif, dan konatif yang disebabkan oleh suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (pendirian).


(30)

Sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan (Griffin dan Ebert dalam Maryani dan Ludigdo, 2001). Dengan demikian dalam kaitan dengan etika profesi, sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan etika profesi tersebut.

Dunia pendidikan tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap etis akuntan. Dunia pendidikan yang baik akan mencetak mahasiswa menjadi calon akuntan yang mempunyai sikap profesional dan berlandaskan pada standar moral dan etika. Sebagai pemasok tenaga profesional ke dunia usaha dan bisnis, perguruan tinggi mempunyai peran yang sangat strategis untuk mengantarkan dan mempersiapkan para mahasiswa menjadi calon-calon profesional yang mempunyai nilai- nilai etis yang baik.

2.1.1.1. Etika

Pengertian etika, dalam bahasa latin "ethica", berarti falsafah moral. Ia merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta agama. Sedangkan menurut Keraf (1998), etika secara harfiah berasal dari kata Yunani ethos (jamaknya: ta etha), yang artinya sama persis dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan yang baik. Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), memiliki tiga arti, yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan


(31)

yang dianut oleh sekelompok/ segolongan manusia/ masyarakat/ profesi. Menurut Keraf dan Imam (1995), etika dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Etika umum.

Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

2. Etika khusus.

Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. b. Etika sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan

manusia lainnya salah satu bagian dari etika sosial adalah etika profesi, termasuk etika profesi akuntan.

Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari pembahasan mengenai moral. Suseno (2005) mengungkapkan bahwa etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Sedangkan Karl Barth dalam Madjid (1992) mengungkapkan bahwa etika (ethos) adalah sebanding dengan moral (mos), dimana keduanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan (sitten). Sitte dalam perkataan Jerman menunjukkan arti moda (mode) tingkah laku manusia, suatu konstansi tindakan manusia. Karenanya secara umum etika atau


(32)

moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang moda-moda tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia.

Dengan mengkritik terlalu sederhananya persepsi umum atas pengertian etika yang hanya dianggap sebagai pernyataan benar dan. salah atau baik dan buruk. Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Proses itu sendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing masing individu.

Kemudian Chua dkk (1994), dalam konteks etika profesi, mengungkapkan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Perilaku moral di sini lebih terbatas pada pengertian yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu. Pada riset tentang isu-isu etika dalam akuntansi, secara umum menghindari diskusi filosofi tentang benar atau salah dan pilihan baik atau buruk. Namun lebih difokuskan pada perilaku etis atau tidak etis para akuntan yang didasarkan pada apakah mereka mematuhi kode etik profesinya atau tidak (Adams dalam Rianto, 1994).

2.1.2. Kecerdasan Emosional

Cooper dan Sawaf dalam Tikollah dkk (2006) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai


(33)

perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Goleman (2005) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Lebih lanjut Goleman (2005) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

Goleman (2005) yang mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi kecerdasan emosional ke dalam lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: a) Kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta b) Kecakapan sosial; yang meliputi empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2005).

Kecerdasan emosional dapat berpengaruh terhadap sikap etis seorang mahasiswa akuntansi karena dengan memiliki kecerdasan emosional yang memadai maka ia dapat mengelola emosinya dengan lebih baik. Dengan demikian ia akan lebih dapat mempertimbangkan apakah suatu tindakan etis atau tidak untuk dilakukan. Kecerdasan


(34)

emosional juga memperluas gagasan seseorang tentang sikap etis dan pemikiran strategis, sebab jelas bahwa di samping menjalankan strategi rasional, seseorang juga menjalankan strategi emosional, atau setidaknya bahwa sering terdapat suatu kontribusi emosional pada strategi-strategi disusunnya.

2.1.3. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2002). Kecerdasan spiritual melampaui kekinian dan pengalaman manusia, serta merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia (Pasiak, 2002).

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membuat seseorang menjadi utuh, sehingga dapat mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktifitas dan keberadaannya. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang dapat mengetahui apa sesungguhnya dirinya dan organisasinya. Kecerdasan spiritual membuat persentuhan dengan sisi dalam keberadaan seseorang dan dengan mata air potensialitasnya. Kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam itu ke permukaan keberadaan seseorang, tempat seseorang bertindak, berpikir, dan merasa. Kecerdasan spiritual juga menolong seseorang untuk berkembang. Lebih dari sekedar melestarikan apa yang diketahui atau yang telah ada, kecerdasan spiritual membawa seseorang pada


(35)

apa yang tidak diketahui dan pada apa yang mungkin. Kecerdasan spiritual membuat seseorang menghasratkan motivasi-motivasi yang lebih tinggi dan membuatnya bertindak dengan motivasi-motivasi ini. Dalam evolusi manusia, pencarian akan maknalah yang menggerakkan otak seseorang untuk mengembangkan bahasa. Dalam evolusi masyarakat, pencarian akan makna dan nilai-nilai mendalamlah yang menyebabkan seseorang menyeleksi para pemimpin terbaik bagi kelompoknya. Pencarian kecerdasan spiritual akan makna, tujuan, dan nilai-nilai yang lebih agung membuat seseorang tidak puas dengan apa yang telah tersedia, dan mengilhaminya untuk mencipta lebih banyak lagi. Kecerdasan spiritual juga mendorong seseorang untuk tumbuh dan berkembang sebagai sebuah budaya. Kecerdasan spiritual menyediakan satu jenis wawasan dan pemahaman nirbatas mengenai keseluruhan sebuah situasi, sebuah masalah, atau mengenai keseluruhan eksistensi itu sendiri. Kecerdasan spiritual membuat seseorang mengetahui atau menemukan kedalaman atau arti penting dari segala sesuatu. (Zohar dan Marshall, 2002).

Menurut Zohar dan Marshall (2002), ada beberapa indikasi dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik yang mencakup:

a) Kemampuan untuk bersikap fleksibel, b) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi,

c) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, d) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit, e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai,


(36)

g) Kecenderungan untuk berpandangan holistik,

h) Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar,

i) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu (Zohar dan Marshall, 2002).

Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri dan orang lain. (Zohar dan Marshall, 2002). Wujud dari kecerdasan spiritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku (Ummah dkk, 2003). Matinya etika lama dan seluruh kerangkan pikiran yang mendasarinya, memberi kesempatan yang berharga untuk menciptakan ajaran etika baru berdasarkan kecerdasan spiritual (Zohar dan Marshall, 2002).

Kecerdasan spiritual dapat memberi pengaruh terhadap sikap etis seorang mahasiswa akuntansi karena melalui kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk menemukan makna akan keberadaan seseorang, tempat bertindak, berpikir, dan merasa. Hal ini dapat terjadi karena selaku mahkluk Tuhan seseorang berkewajiban melakukan tindakan – tindakan yang benar dan baik berdasarkan nurani sehingga fungsi dari kecerdasan ini adalah sebagai dasar untuk


(37)

mempertimbangkan suatu tindakan etis atau tidak untuk dilakukan karena wujud dari kecerdaan spiritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku, dalam hal ini adalah mahasiswa akuntansi.

2.1.4. Gender

Gender adalah penggolongan gramatikal terhadap kata benda yang secara garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin serta ketiadaan jenis kelamin atau kenetralan. Kata “gender” berasal dari bahasa Inggris, gender berarti “jenis kelamin”, dimana sebenarnya artinya kurang tepat, karena dengan demikian gender disamakan pengertiannya dengan sex yang berarti jenis kelamin. Dalam Webster’s New World

Dictionary gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan

perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Neudfeldt dalam Umar, 1999). Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Tierney dalam Umar, 1999).

Meskipun kata gender belum masuk dalam pembendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan ejaan “jender”. Jender diartikan sebagai interprestasi mental dan kultural terhada perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan.


(38)

Pengertian gender menurut Fakih (2001) adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan, sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lain. Pengertian tersebut sejalan dengan kesimpulan yang diambil oleh Umar (1995) yang mendefinisikan gender sebagai suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi-budaya, sehingga gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut pandang non-biologis.

Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Secara umum, konsep gender berbeda dengan konsep sex (jenis kelamin). Gender yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Gender berarti perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat dari Tuhan. Sedang sex merupakan kodrat dari Tuhan sehingga secara permanen berbeda. Pengetahuan jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu. Manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki alat kelamin yang memproduksi sperma, memiliki jakala. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti: rahim, dan saluran untuk melahirkan, memproduksi


(39)

telur, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis tidak dapat dipertukarkan menurut fungsinya antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan (kodrat).

Gender adalah perbedaan perilaku antara pria dan wanita yang dikontruksi secara sosial, yaitu perbedaan yang bukan ketentuan dari Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Mosse dalam Wijaya (2005) mendefinisikan gender sebagai seperangkat peran yang dimainkan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang tersebut feminim atau maskulin. Penampilan, sikap, kepribadian, tanggung jawab keluarga adalah perilaku yang akan membentuk peran gender. Peran gender ini akan berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur yang lainnya. Peran ini juga berpengaruh oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis.

Perbedaan gender di antara pria dan wanita dibentuk oleh suatu proses yang sangat panjang. Pembentukan perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya, melalui sosialisasi, budaya yang berlaku serta kebiasaan-kebiasaan yang ada. Perbedaan gender ini sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Dalam kenyataannya, perbedaan gender telah menyebabkan berbagai ketidakadilan baik bagi pria maupun wanita. Ketidakadilan gender tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya marginalisasi, proses pemiskinan ekonomi, subordinasi pengambilan keputusan, stereotyping dan diskriminasi, pelabelan negatif, kekerasan, bekerja untuk waktu yang lebih lama dan


(40)

memikul beban ganda (Glover dkk dalam Rianto, 2008).

Ameen & Millanl dalam Rianto (2008) menyatakan ada dua alternatif penjelasan mengenai perbedaan gender tentang perilaku tidak etis dalam bisnis. Pendekatan tersebut adalah pendekatan sosialisasi gender (gender socialization approach) dan pendekatan struktural (structural approach).

Pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang peminatan, keputusan dan praktik yang berbeda yang berhubungan dengan pekerjaannya. Pria dan wanita merespon secara berbeda tentang reward dan cost. Pria akan mencari kesuksesan kompetitif dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapainya. Sedangkan wanita lebih menekankan pada melakukan tugasnya dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi pekerjaan. Wanita lebih memiliki kecenderungan taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan (Rustiana, 2008).

Dalam pendekatan struktural, perbedaan antara pria dan wanita lebih disebabkan karena sosialisasi awal dan persyaratan peran. Sosialisasi awal diatasi dengan reward

dan cost yang berhubungan dengan peran. Pada situasi ini pria dan wanita merespon secara sama. Pada pendekatan ini memprediksi bahwa pria dan wanita dalam kesempatan atau pelatihan akan menunjukkan prioritas etika yang sama (Rustiana, 2003).


(41)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas mengenai kecerdasan. Penelitian Tikollah dkk (2006) yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi menunjukkan bahwa Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, tetapi secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan serta berpengaruh dominan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

Penelitian Chrismastuti & Purnamasari (2004) meneliti tentang hubungan sifat Machiavellian, pembelajaran etika dalam mata kuliah etika, dan sikap etis akuntan yang dilakukan terhadap 54 akuntan dan 99 mahasiswa akuntansi.Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat Machiavellian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku etis akuntan dan mahasiswa akuntansi demikian pula halnya dengan pembelajaran etika dalam mata kuliah etika.

Penelitian yang dilakukan Maryani dan Ludigdo (2001) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap paling dominan pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan. Hasil yang diperoleh dari kuesioner tertutup menunjukkan bahwa terdapat sepuluh faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Sepuluh faktor tersebut adalah religiusitas, pendidikan, organisasional, emotional quotient, lingkungan keluarga, pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau kedudukan. Sedangkan hasil yang diperoleh dari


(42)

kuesioner terbuka menunjukkan bahwa terdapat 24 faktor tambahan yang juga dianggap berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis akuntan dimana faktor religiusitas tetap merupakan faktor yang dominan.

Penelitian lain tentang etika yang berhubungan dengan gender adalah penelitian yang dilakukan oleh Martadi dan Suranta (2006) yang meneliti tentang persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pria dan wanita serta mahasiswa akuntansi pria dan wanita, tetapi terdapat perbedaan persepsi antara karyawan bagian akuntansi pria dan wanita. Ringkasan dari hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:


(43)

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Tikollah, Triyuwono dan Ludigdo (2006) Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

Sikap etis (variabel dependen). Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual (variabel independen). Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, tetapi secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan serta berpengaruh dominan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Chrismastuti dan Purnamasari (2004) Hubungan sifat Machiavellian, pembelajaran etika dalam mata kuliah etika, dan sikap etis akuntan: suatu analisis perilaku etis akuntan dan mahasiswa akuntansi.

Perilaku etis, tingkat kecenderungan sifat Machiavellian (variabel dependen). Gender, status, pendidikan, usia dan mata kuliah etika (variabel independen).

Sifat Machiavellian

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku etis akuntan dan mahasiswa akuntansi.

Maryani dan Ludigdo (2001)

Survei atas faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan.

Sikap dan perilaku etis (variabel dependen). Religiusitas, pendidikan, organisasional, emotional quotient, lingkungan keluarga, pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau kedudukan (variabel independen).

Religiusitas adalah faktor yang berpengaruh dominan terhadap perilaku etis akuntan, kecerdasan emosional juga berpengaruh terhadap sikap etis akuntan.

Martadi dan Suranta (2006) Persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi

dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi.

Persepsi etika bisnis dan etika profesi dan gender.

Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pria dan wanita serta mahasiswa akuntansi pria dan wanita. Terdapat perbedaan persepsi antara karyawan bagian akuntansi pria dan wanita.


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar kerangka konseptual di atas terlihat bahwa kecerdasan emosional (KE) dan kecerdasan spiritual (KS) merupakan faktor yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual seorang mahasiswa akuntansi maka akan semakin tinggi pula sikap etisnya dalam menghadapi permasalahan yang serba dilematis. Kemampuan seorang mahasiswa mengendalikan emosi sesuai dengan keinginan dan kemampuan untuk

KECERDASAN EMOSIONAL

(KE)

KECERDASAN SPIRITUAL

(KS)

SIKAP ETIS (SE) GENDER

(G)

H1


(45)

mengendalikan emosi akan memberikan dampak yang positif. Mahasiswa dituntut mampu mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual serta bertindak sesuai dengan nilai moral yang dianutnya. Dampak dari pengendalian tersebut maka seorang mahasiswa mampu bersikap etis terhadap segala keputusan atas pilihan yang dilakukannya dan penyelesaian permasalahan yang dihadapinya, di mana nantinya gender dijadikan sebagai variabel moderating yang akan memperkuat atau memperlemah pengaruh dua variabel independen tersebut terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi (variabel dependen).

Kecerdasan emosional dapat berpengaruh terhadap sikap etis seorang mahasiswa akuntansi karena dengan memiliki kecerdasan emosional yang memadai maka ia dapat mengelola emosinya dengan lebih baik. Dengan demikian ia akan lebih dapat mempertimbangkan apakah suatu tindakan etis atau tidak untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan ada dasarnya kecerdasan emosional dapat memperluas gagasan seseorang tentang pemikiran strategis, sebab jelas bahwa di samping menjalankan strategi rasional, seorang mahasiswa akuntansi juga menjalankan strategi emosional, atau setidaknya bahwa sering terdapat suatu kontribusi emosional pada strategi-strategi yang disusunnya.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang mencerminkan kemampuan seorang mahasiswa akuntansi dalam memaknai berbagai peristiwa dalam kehidupan dengan memberi makna positif pada setiap masalah, bahkan penderitaan yang


(46)

dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, maka seseorang mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Dengan demikian jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang baik maka dia dapat lebih mempertimbangkan apakah tindakan yang dilakukannya etis atau tidak, karena melalui kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk menemukan makna akan keberadaan seseorang, tempat bertindak, berpikir, dan merasa.

Pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang peminatan, keputusan dan praktik yang berbeda yang berhubungan dengan pekerjaannya. Kaum pria dan wanita memiliki merespon yang berbeda mengenai reward dan cost. Pria berusaha mencari kesuksesan kompetisi dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapai kesuksesan, hal ini menunjukkan kecenderungan sikap dan perilaku tidak etis, sedangkan wanita lebih menekankan pada pelaksanaan tugas serta cenderung taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan. Di sinilah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pria dan wanita tersebut akan berperan dalam menilai apakah suatu tindakan etis atau tidak etis untuk dilakukan. Dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki antara pria dan wanita akan terlihat bagaimana kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual tersebut memberi pengaruh pada tindakan-tindakan yang mereka lakukan.


(47)

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap

sikap etis mahasiswa akuntansi baik secara simultan maupun secara parsial.

H2: Gender memiliki pengaruh signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional


(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain asosiatif, yaitu untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam hal ini desain asosiatif kausal yaitu hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh variabel independen yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap variabel dependennya yaitu sikap etis yang kemudian mungkin akan diperkuat atau diperlemah oleh variabel moderating yaitu gender.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S-1 jurusan akuntansi di universitas negeri yang ada di kota Medan yaitu Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (UNIMED). Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian kemahasiswaan di masing-masing universitas tersebut, berikut ini disajikan rincian populasi dalam penelitian ini:

1. Universitas Sumatera Utara (USU), yang dijadikan populasi adalah mahasiswa S-1 jurusan akuntansi program reguler dan ekstensi, angkatan tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 yang seluruhnya berjumlah 1516 orang.


(49)

2. Universitas Negeri Medan (UNIMED), yang dijadikan populasi adalah mahasiswa S-1 jurusan akuntansi Non - Dik, angkatan tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 yang seluruhnya berjumlah 620 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1 jurusan akuntansi di dua perguruan tinggi negeri tersebut di atas yang ditetapkan dengan metode purposive

sampling. Alasan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling adalah

karena tidak setiap mahasiswa akuntansi telah mempelajari masalah etika profesi. Oleh sebab itu sampel akan dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Mahasiswa tersebut telah selesai menempuh mata kuliah auditing atau pemeriksaan akuntansi.

2. Mahasiswa tersebut telah selesai menempuh mata kuliah praktek auditing atau praktek pemeriksaan akuntansi.

Dengan demikian maka mahasiswa yang dijadikan sampel adalah mahasiswa yang telah duduk di semester tujuh atau delapan yaitu mahasiswa angkatan tahun 2003 sampai dengan angkatan tahun 2006. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari bagian kemahasiswaan pada masing-masing universitas maka diperoleh data bahwa keseluruhan populasi dalam penelitian ini sebanyak 2136 orang.

Data yang diperolah dari bagian kemahasiswaan pada masing-masing universitas menunjukkan bahwa mahasiswa yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 184 orang. Jumlah sampel ini sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan populasi penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada sekitar pertengahan bulan Januari sampai dengan Maret 2010 sehingga sebagian besar


(50)

mahasiswa telah mengikuti wisuda pada bulan Januari (USU) dan pada bulan Nopember (UNIMED) sehingga tidak lagi tercatat sebagai mahasiswa yang aktif. Selain itu sampel mahasiswa juga semakin kecil bila dibandingkan dengan keseluruhan populasi dalam penelitian juga disebabkan karena mata kuliah yang ditentukan dalam kriteria purposive sampling adalah merupakan salah satu mata kuliah bersyarat sehingga ada beberapa mahasiswa yang walaupun telah duduk di semester delapan (genap) tetapi masih menempuh mata kuliah tersebut sehingga tidak dapat dijadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian maka jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 184 eksemplar, sehingga komposisi penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Komposisi Penyebaran Kuesioner

No. Perguruan Tinggi Sampel Kegiatan Penelitian 1. Universitas Sumatera Utara (USU) 128 org Januari s/d Maret 2010 2. Universitas Negeri Medan

(UNIMED)

56 org Januari s/d Maret 2010

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perguruan tinggi negeri yang ada di kota Medan. Adapun dua perguruan tinggi negeri tersebut adalah Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitian ini akan dilaksanakan pada sekitar pertengahan Januari sampai dengan Maret 2010.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik kuesioner dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan. Teknik kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara


(51)

menyebarkan daftar pertanyaan yang terdiri pertanyaan tentang kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, gender dan sikap etis kepada responden. Pertanyaan yang digunakan adalah daftar yang bersifat tertutup karena telah disediakan alternatif jawaban yang mungkin dipilih sehingga responden merasa mudah dalam mengisi kuesioner.

Kuesioner didistribusikan dilakukan secara langsung kepada mahasiswa yang bersangkutan, dan sebagian dititipkan pada Ketua Jurusan Akuntansi perguruan tinggi yang bersangkutan untuk didistribusikan pada mahasiswa akuntansi di lingkungan perguruan tinggi masing-masing.

4.4.1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 5 bagian. Bagian pertama dari kuesioner ini berisi pertanyaan tentang data diri responden yang berisikan nama responden, nama perguruan tinggi almamater, dan jenis kelamin responden. Bagian kedua dari kuesioner berisi pertanyaan mengenai kecerdasan emosional yang berisi 30 pertanyaan tentang pengenalan diri, pengendalian diri, empati dan keterampilan sosial yang diadaptasi dari Bulo dalam Tikollah dkk (2006). Bagian ketiga dari kuesioner berisi pertanyaan mengenai kecerdasan spiritual yang terdiri dari 20 item tentang pemahaman nilai kehidupan, dan pemaknaan spiritual yang dikembangkan oleh Daly Planet Communications dan dipublikasikan oleh International Institute for Reformation (2001) sebagaimana digunakan oleh Darwis dalam Tikollah dkk (2006). Bagian keempat dari kuesioner berisi pertanyaan mengenai gender yang terdiri dari 12 item pertanyaan tentang peran kesetaraan gender, dan perbedaan nilai dan


(52)

perlakuan serta perilaku dalam pekerjaan. Sedangkan bagian kelima dari kuesioner berisi pertanyaan mengenai sikap etis mahasiswa akuntansi yang terdiri dari 20 item pertanyaan tentang moralitas dan perilaku etis yang dikembangkan oleh Ratdke dan telah dimodifikasi oleh Rustiana (2003)

Pertanyaan-pertanyaan ini bersifat tertutup karena telah disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Untuk pertanyaan bagian dua dan tiga yaitu mengenai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, alternatif jawaban dikembangkan dengan menggunakan skala likert yang berupa jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), ragu-ragu (RR), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Adapun ketentuan dalam hal skala likert tersebut untuk mengindikasikan tingkat untuk masing-masing aktivitas adalah sebagai berikut:

a. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai b. Skor 2 untuk jawaban tidak sesuai

c. Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu d. Skor 4 untuk jawaban sesuai e. Skor 5 untuk jawaban sangat sesuai

Sedangkan untuk pertanyaan mengenai gender dan sikap etis alternatif jawaban juga dikembangkan dengan menggunakan skala likert namun jawaban yang disediakan berupa sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Adapun ketentuan dalam hal skala likert tersebut untuk mengindikasikan tingkat untuk masing-masing aktivitas adalah sebagai berikut:


(53)

b. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju c. Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu d. Skor 4 untuk jawaban setuju e. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju

4.5. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memberikan pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabel penelitian ini maka variabel-variabel tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Variabel dependen yaitu sikap etis (SE)

Sikap etis adalah persepsi mahasiswa akuntansi mengenai sikap dan perilakunya yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 23 item pertanyaan tentang moralitas dan perilaku etis yang dikembangkan oleh Ratdke dan telah dimodifikasi oleh Rustiana (2003) dengan menggunakan skala interval. Masing-masing butir pertanyaan berisi mengenai moralitas dan perilaku etis.

2. Variabel independen pertama yaitu kecerdasan emosional (KE)

Kecerdasan emosional adalah persepsi mahasiswa akuntansi mengenai kemampuannya untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional ini terdiri dari 30 item pertanyaan tentang pengenalan


(54)

diri, pengendalian diri, empati dan keterampilan sosial dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Bulo (2002) dengan menggunakan skala interval.

3. Variabel independen kedua yaitu kecerdasan spiritual (KS)

Kecerdasan spiritual adalah persepsi mahasiswa akuntansi mengenai kemampuannya untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai dengan menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan spiritual ini terdiri dari 20 item pertanyaan tentang pemahaman nilai kehidupan, dan pemaknaan spiritual yang dikembangkan oleh Daly Planet Communications dan dipublikasikan oleh International Institute for Reformation (2001) sebagaimana digunakan oleh Darwis (2004) dan menggunakan skala interval.

4. Variabel moderating yaitu gender.

Gender adalah persepsi mahasiswa akuntansi mengenai perbedaan perilaku antara pria dan wanita yang dikontruksi secara sosial, yaitu perbedaan yang bukan ketentuan dari Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel gender ini terdiri dari 12 item pertanyaan pertanyaan tentang peran kesetaraan gender, dan perbedaan nilai dan perlakuan serta perilaku dalam pekerjaan dan menggunakan skala interval. Adapun metode pengukuran variabel penelitian sebagai berikut :


(55)

Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Jenis

Variabel

Nama

Variabel Defenisi Parameter Ukuran Skala

Variabel Dependen

Sikap Etis (SE)

Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai sikap dan perilakunya yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan.

1. Moralitas

2. Perilaku etis

Interval Variabel Independen Kecerdasan Emosional (KE)

Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai kemampuannya untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

1. Pengenalan diri

2. Pengendalian diri

3. Empati

4. Keterampilan sosial

Interval

Variabel Independen

Kecerdasan Spiritual (KS)

Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai kemampuannya untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai dengan menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya.

1. Pemahaman

Nilai kehidupan

2. Pemaknaan spiritual Interval Variabel Moderating Gender (G)

Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai perbedaan perilaku antara pria dan wanita yang dikontruksi secara sosial, yaitu perbedaan yang bukan ketentuan dari Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang.

1. Peran kesetaraan gender

2. Perbedaan nilai dan perlakuan serta perilaku dalam pekerjaan

Interval

4.6. Metode dan Teknik Analisis Data 4.6.1. Perumusan Model

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier berganda dan Multiple Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linier berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan metode Ordinary Least Square


(56)

(OLS) sebagai berikut (Gujarati, 2004) : Persamaan untuk menguji hipotesis I

SE = α + β1 KE + β2 KS + e………...………..(1)

Persamaan untuk menguji hipotesis II

SE = α + β1 KE + β2 KS + β3 G + e………....…..(2)

SE = α + β1 KE + β2 KS + β3 G + β4 (KE . G) + β5 (KS . G) + e ……...(3)

Keterangan :

SE = Sikap Etis α = Konstanta

β = Koefisien regresi KE = Kecerdasan Emosional

KS = Kecerdasan Spiritual G = Gender

e = Error Term

4.6.2. Pengujian Instrumen Data

Sebelum data diolah untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen dengan uji validitas dan reliabilitas untuk melihat apakah data yang diperoleh dari responden dapat menggambarkan secara tepat konsep yang diuji.

4.6.2.1. Uji validitas data

Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah item dinyatakan valid/sahih apabila r-hitung lebih besar dari r-tabel (Sugiyono, 2006). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya


(57)

dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur apa yang seharusnya diukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (construct validity) yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Skor total sendiri adalah skor yang didapat dari penjumlahan skor butir untuk instrument tersebut (Sekaran, 2003). Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson’s Correlation Product Moment untuk pengujian dua sisi yang terdapat pada program komputer SPSS (Statistical Package For Social Science) dengan ketentuan dinyatakan valid jika r-hitung > r-tabel (Sugiyono, 2006).

4.6.2.2. Uji reliabilitas data

Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama. Pengujian reliabilitas dianalisis dengan menggunakan Cronbach’s Alpha yang terdapat pada program komputer SPSS (Statistical Package For Social Science). Sekaran (2000) menyatakan bahwa semakin dekat koefisien alpha pada nilai 1 berarti butir-butir pernyataan dalam koefisien semakin reliabel dimana nilai cronbach alpha yang digunakan adalah 0,6.

4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package For Social Science). Sebelum data


(58)

diolah untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Asumsi-asumsi klasik tersebut meliputi sebagai berikut (Gujarati, 2004):

1. Data terdistribusi secara normal (normalitas data).

2. Tidak terdapat multikolinieritas diantara atau semua variabel independen.

3. Tidak terdapat heteroskedastisitas, yaitu ragam error yang tidak konstan pada setiap variabel.

4.6.3.1. Uji normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Normalitas data dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Test, di mana apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal dan sebaliknya (Santoso dalam Tikollah dkk, 2006).

4.6.3.2. Uji multikoliniearitas

Multikolinieritas adalah gejala terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti (sempurna), di mana suatu keadaan yang satu atau lebih variabel bebasnya terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Dengan ketentuan bahwa apabila : tolerance value < 0,01 atau VIF > 10 = terjadi multikolinieritas, sedangkan tolerance value >


(59)

0,01 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinieritas (Aliman dalam Tikollah dkk, 2006).

4.6.3.3. Uji heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi atau terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Perubahan yang tergambarkan dalam spesifikasi model regresi disebut

Homoskedastisitas. Asumsi ini akan di uji dengan uji Glesjer yaitu dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya untuk menentukan koefesien kemiringan yang signifikan dan melakukan pengujian t, dengan ketentuan sebagaiberikut: Apabila t hitung > t tabel = terjadi heteroskedastisitas t hitung≤ t tabel = tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2004). Sebagai pengertian dasar,

residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi dan absolut adalah nilai mutlaknya.

4.6.4. Pengujian Hipotesis 4.6.4.1. Uji F dan Uji t-Statistik

Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 maka digunakan alat uji sebagai berikut (Sugiyono, 2006) :

1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % (α=0,05).


(60)

2. Uji Koefesien Determinasi (R2), melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas.

3. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05) dengan kriteria pengujian :


(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.3. Hasil Penelitian

5.3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua universitas negeri yang ada di kota Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1 jurusan akuntansi program reguler dan ekstensi Universitas Sumatera Utara (USU) dan mahasiswa S-1 jurusan akuntansi Non-Dik Universitas Negeri Medan (UNIMED).

5.3.2. Deskripsi Distribusi Kuesioner

Kuesioner didistribusikan sejak tanggal 8 – 13 Februari 2010. Adapun jumlah kuesioner yang didistribusikan kepada mahasiswa pada dua perguruan tinggi tersebut adalah sebanyak 184 eksemplar dengan jumlah kuesioner yang berbeda untuk masing-masing universitas. Dari jumlah 184 eksemplar yang disebar, kuesioner yang kembali adalah sebanyak 182 eksemplar atau sekitar 98,91 % dari jumlah seluruh kuesioner yang didistribusikan kepada responden dan dari jumlah tersebut terdapat 6 atau sekitar 3,30 % kuesioner yang gugur karena tidak diisi lengkap sehingga kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 176 eksemplar atau sekitar 96,70 % dari kuesioner yang dikembalikan. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan dalam Tabel 5.1 berikut ini :


(62)

Tabel 5.1 Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi

No Perguruan

Tinggi

Kuesioner Disebar

Kuesioner Kembali

% Kuesioner

Gugur

% Kuesioner

Terpakai

% Total

%

1. USU 128 128 100% 3 2,34% 125 97,66% 100,00% 2. UNIMED 56 54 96,43% 3 5,56% 51 94,44% 100,00%

Jumlah 184 182 98,91% 6 3,30% 176 96,70% 100,00%

Dari kuesioner yang dapat diolah yang berjumlah 176 eksemplar memperlihatkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 145 orang atau 82,39 % dan sisanya sebanyak 31 atau 17,61 % orang berjenis kelamin pria. Hal ini disebabkan karena mahasiswa yang mengambil kuliah di jurusan akuntansi lebih banyak wanita dibandingkan dengan pria. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan dalam Tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi dan Jenis Kelamin

No. Perguruan

Tinggi

Pria Persentase

Pria

Wanita Persentase

Wanita

1. USU 24 19,20 % 101 80,80 %

2. UNIMED 7 13,73 % 44 86,27 %

Jumlah 31 17,61 % 145 82,39 %

5.3.3. Statistik Deskriptif

Penjelasan statistik deskritif menjelaskan mengenai statistik deskriptif variabel penelitian yang menunjukkan nilai mean, standar deviasi, nilai kisaran teoritis dan kisaran aktual tentang skor jawaban responden atas variabel-variabel yang diuji. Hal ini


(63)

dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi variabel kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual , gender dan sikap etis. Statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat dalam Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Kecerdasan Emosional, Spiritual, Gender dan Sikap Etis

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Kecerdasan

Emosional

176 72.00 78.00 150.00 112.3750 19.38589 375.813

Kecerdasan Spiritual

176 24.00 62.00 86.00 71.6477 4.20894 17.715

Gender 176 18.00 36.00 54.00 44.2045 3.89332 15.158 Sikap Etis 176 25.00 58.00 83.00 70.2841 4.19646 17.610 Valid N (listwise) 176

Sumber: lampiran 13

Dari tabel di atas, hasil uji statistik deskriptif dari 176 responden untuk variabel kecerdasan emosional yang diukur dengan 30 item pertanyaan menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata kecerdasan emosional adalah 112,38 dengan standar deviasi adalah 19,39, nilai terendah kecerdasan emosional adalah 78 dan nilai tertinggi adalah 150, maka nilai netralnya adalah 3 x 30 = 90, sehingga jika nilai rata-ratanya > 90 maka hal ini dapat berarti bahwa tingkat kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi adalah tinggi. Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi adalah tinggi karena memiliki mean > 90 yaitu sebesar 112,38 dengan ukuran penyebaran data sebesar 19,39 dari 176 responden berarti bahwa ukuran penyebaran data kecerdasan emosional ini cukup besar, hal ini didukung oleh


(64)

rentang nilai minimum dan maksimum yang cukup jauh.

Variabel kecerdasan spiritual yang diukur dengan 19 item pertanyaan menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata kecerdasan spiritual adalah 71,65 dengan standar deviasi adalah 4,21, nilai terendah kecerdasan spiritual adalah 62 dan nilai tertinggi adalah 86, maka nilai netralnya adalah 3 x 19 = 57, sehingga jika nilai rata-ratanya > 57, maka hal ini dapat berarti bahwa tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi adalah tinggi. Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi adalah tinggi karena memiliki mean > 57 yaitu sebesar 71,65 dengan ukuran penyebaran yang homogen (di bawah nilai rata-rata) yaitu sebesar 4,21 dari 176 responden. Ukuran penyebaran data kecerdasan spiritual ini cukup besar, hal ini didukung oleh rentang nilai minimum dan maksimum yang cukup jauh.

Untuk variabel gender yang diukur dengan 12 item pertanyaan memperlihatkan hasil bahwa nilai rata-rata gender adalah 44,20 dengan standar deviasi adalah 3,89, nilai terendah gender adalah 36 dan nilai tertinggi adalah 54, maka nilai netralnya adalah 3 x 12 = 36, sehingga jika nilai rata-ratanya > 36 maka hal ini dapat berarti pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai pemaknaan konsep gender adalah baik. Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai gender adalah baik karena memiliki mean > 36 yaitu sebesar 44,20 dengan ukuran penyebaran yang homogen (di bawah nilai rata-rata) yaitu sebesar 3,89 dari 176 responden. Ukuran penyebaran data gender ini cukup besar, hal ini didukung oleh rentang nilai minimum dan maksimum yang cukup jauh.


(1)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 403.137 5 80.627 5.117 .000a

Residual 2678.659 170 15.757 1

Total 3081.795 175

a. Predictors: (Constant), KS_G, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Gender, KE_G b. Dependent Variable: Sikap Etis

Coefficientsa Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Correlations Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF

(Constant) -48.594 52.265 -.930 .354

Kecerdasan Emosional -.177 .207 -.816 -.853 .395 .098 -.065 -.061 .436 2.203 Kecerdasan Spiritual 1.775 .809 1.780 2.194 .030 .267 .166 .157 .528 2.744 Gender 2.360 1.168 2.189 2.021 .045 .274 .153 .145 .714 2.487 KE_G .004 .005 .962 .776 .439 .181 .059 .055 .603 2.854 1

KS_G -.035 .018 -3.238 -1.953 .052 .321 -.148 -.140 .542 2.467 a. Dependent Variable: Sikap Etis


(2)

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant)

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan

Spiritual Gender KE_G KS_G

1 5.949 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .038 12.432 .00 .00 .00 .00 .00 .00

3 .010 24.748 .00 .00 .00 .00 .00 .00

4 .003 45.535 .00 .00 .00 .00 .00 .00

5 5.847E-5 318.979 .06 .90 .03 .07 .91 .02

1

6 7.741E-6 876.631 .93 .09 .97 .93 .08 .97


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 64.6416 73.3729 70.2841 1.51777 176 Std. Predicted Value -3.718 2.035 .000 1.000 176 Standard Error of Predicted

Value

.329 1.915 .667 .304 176

Adjusted Predicted Value 63.8900 73.5774 70.2956 1.54988 176 Residual -11.18262 11.35052 .00000 3.91237 176 Std. Residual -2.817 2.859 .000 .986 176 Stud. Residual -2.828 2.884 -.001 1.004 176 Deleted Residual -11.26535 11.62906 -.01150 4.06223 176 Stud. Deleted Residual -2.888 2.948 -.002 1.013 176 Mahal. Distance .211 39.722 4.972 6.241 176 Cook's Distance .000 .120 .006 .015 176 Centered Leverage Value .001 .227 .028 .036 176

a. Dependent Variable: Sikap Etis


(4)

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance Kecerdasan Emosional 176 72.00 78.00 150.00 112.3750 19.38589 375.813

Kecerdasan Spiritual 176 24.00 62.00 86.00 71.6477 4.20894 17.715 Gender 176 18.00 36.00 54.00 44.2045 3.89332 15.158 Sikap Etis 176 25.00 58.00 83.00 70.2841 4.19646 17.610 Valid N (listwise) 176


(5)

(6)

LAMPIRAN 13

HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN

Descriptive Statistics

Statistik Deskriptif Kecerdasan Emosional, Spiritual, Gender dan Sikap Etis

N

Range

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Variance

Kecerdasan Emosional

176

72.00

78.00

150.00

112.3750

19.38589

375.813

Kecerdasan Spiritual

176

24.00

62.00

86.00

71.6477

4.20894

17.715

Gender

176

18.00

36.00

54.00

44.2045

3.89332

15.158

Sikap Etis

176

25.00

58.00

83.00

70.2841

4.19646

17.610


Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3 69 15

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA)

0 4 23

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA)

7 28 111

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Gender pada Sikap Etis Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana.

0 1 45

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus Pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

0 0 97

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI MENGENAI PRAKTIK AKUNTANSI KREATIF DI PERUSAHAAN (Studi pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta).

0 4 178

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI

0 0 16

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus Pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)

1 2 22

PENGARUH GENDER, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS AKUNTAN MASA DEPAN (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi di wilayah Purwokerto)

0 0 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 15