Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Gender pada Sikap Etis Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana.

(1)

i

TESIS

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL,

KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

SPIRITUAL, DAN GENDER PADA SIKAP ETIS

MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS UDAYANA

A A GEDE AGUNG WISNU WARDANA NIM : 1291662002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL,

KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

SPIRITUAL, DAN GENDER PADA SIKAP ETIS

MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS UDAYANA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

A A GEDE AGUNG WISNU WARDANA NIM : 1291662002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 04 MEI 2016

Pembimbing I,

Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D,Ak,CA NIP. 19730515 199903 2 003

Pembimbing II,

Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak NIP. 19661008 199303 2 001

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak NIP. 19641224 199103 1 002

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001


(4)

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 04 Mei 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Universitas Udayana, Nomor: 1829 / UN14.4 / HK / 2016 Tanggal 21 April 2016

Ketua : Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak, CA Anggota :

1. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak 2. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak 3. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi., Ak 4. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak


(5)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : A A Gede Agung Wisnu Wardana

N I M : 1291662002

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Gender Pada Sikap Etis Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 04 Mei 2016


(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa. Atas asung wara nugraha-Nya / Karunia-Nya, tesis yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Gender Pada Sikap Etis Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak, CA, pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak, pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak. Ketua Jurusan Akuntansi. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak, Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi., Ak, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Lusiana Yap dan A A Ketut Purusa Utama, Ibu dan Ayah yang telah mengasuh dan membesarkan penulis. Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih kepada kedua adik perempuan penulis A A Dewi Adnya Swari dan A A Keyza Qiara Anjali yang selalu memberikan dorongan moral, doa, dan kasih sayang kepada penulis, serta rekan-rekan seperjuangan Made Anggia Paramita Sukma, Sri Isnatun, Kadek Muliana, dan rekan-rekan MAKSI Angkatan XI yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam penulisan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Serta melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, 24 Agustus 2015 Penulis


(7)

vii ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN GENDER PADA SIKAP

ETIS MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS UDAYANA

Perkembangan profesi akuntan memberikan tanda positif dibutuhkannya tenaga profesional di bidang akuntansi, namun pada faktanya masyarakat belum sepenuhnya percaya kepada profesi akuntan. Salah satu hal yang mengikis kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan adalah masalah etika dari para pemimpin di masa depan yang dapat dilihat dari perilaku mahasiswa sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan 111 mahasiswa yang dipilih menggunakan metode nonprobability sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil yang diperoleh adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif pada sikap etis mahasiswa akuntansi. Sedangkan gender mahasiswa tidak berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian gender mahasiswa mampu bersikap etis dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh dosen.

Kata kunci: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, gender, sikap etis


(8)

viii ABSTRACT

EFFECT OF INTELLECTUAL INTELLIGENCE, EMOTIONAL INTELLIGENCE, SPIRITUAL INTELLIGENCE AND GENDER IN THE ETHICAL ATTITUDE ACCOUNTING STUDENTS OF POSTGRADUATE

UDAYANA UNIVERSITY

The development of the accounting profession give a positive sign for professionals in the field of accounting, but in fact the public has not fully believe in the accounting profession. One of the things that erode public confidence in the accountant profession is a matter of ethics of the leaders in the future can be seen from the behavior of the students. This study aims to determine the effect of intellectual intelligence, emotional intelligence, spiritual intelligence, and gender on the ethical attitudes of accounting students.

The data was collected using questionnaire. The number of samples in this study were 111 students and selected by nonprobability sampling method. The analysis technique used is multiple linear regression.

The results are intellectual intelligence, emotional intelligence and spiritual intelligence positive influence on the ethical attitudes of accounting students. While gender students had no effect on the ethical attitudes of accounting students. The results of gender students capable of being ethical in doing any task that is given by the lecturer.

Keywords: intellectual intelligence, emotional intelligence, spiritual intelligence, gender, ethical attitudes


(9)

ix RINGKASAN

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN GENDER PADA SIKAP

ETIS MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS UDAYANA

Perkembangan profesi akuntan memberikan dampak positif akan dibutuhkannya tenaga profesional di bidang akuntansi, namun pada faktanya masyarakat belum sepenuhnya percaya kepada profesi akuntan. Salah satu hal yang mengikis kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan adalah masalah etika dari para pemimpin di masa depan yang dapat dilihat dari perilaku mahasiswa sekarang. Tujuan pendidikan tidak hanya mengenai kecerdasan intelektual saja. Pendidikan juga harus dapat mengembangkan peserta didik dari segi emosi, sikap, dan kemampuan spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program Magister Akuntansi semester I, II dan III (kelas Star BPKP angkatan IV, III, dan II serta kelas reguler angkatan XV, XIV, dan XIII). Penelitian dilakukan di Universitas Udayana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jalan Panglima Besar Sudirman Denpasar. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 111 mahasiswa dipilih menggunakan metode nonprobability sampling sebelum itu data ordinal harus ditransformasikan menjadi data interval dengan Method Successive of Internal (MSI). Uji instrumen yang digunakan terdiri dari uji validitas untuk melihat korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor dengan syarat r bernilai ≥ 0,3 dan uji reliabilitas apabila variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha ≥ 0,60. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda yang terdiri dari koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis (Uji-t).

Hasil penelitian menunjukkan instrumen pada setiap variabel dalam penelitian valid dengan nilai pearson correlations setiap instrumen lebih besar rkritis 0,30 dan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,60. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,557 yang berarti 55,7% variabel sikap etis mahasiswa akuntansi mampu dijelaskan oleh variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender. Hasil nilai signifikansi Uji F = 0,000 ≤ α = 0,005 berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak (fit). Hasil Uji-t menunjukkan kecerdasan intelektual bernilai t = 0,009 ≤ α = 0,05, kecerdasan emosional bernilai t = 0,034 ≤α = 0,05, kecerdasan spiritual bernilai t = 0,003 ≤ α = 0,05 yang berarti berpengaruh positif pada sikap etis mahasiswa akuntansi. Sedangkan hasil Uji-t pada gender menunjukkan nilai t = 0,077  α = 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif pada sikap etis mahasiswa akuntansi, yang berarti kecerdasan yang dimiliki mahasiswa memiliki


(10)

x

peranan penting dalam membentuk sikap etis. Sedangkan gender tidak berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi, yang berarti mahasiswa laki-laki dan perempuan mendapatkan perlakuan sama dalam mengerjakan setiap tugas serta sama-sama menggunakan peranan otak kanan dan otak kiri dalam bersikap etis. Penelitian selanjutnya menambahkan kriteria pengalaman kerja dan pengalaman organisasi serta memperluas populasi pada jenjang pendidikan S1 Akuntansi dan diploma agar tidak terbatas pada jenjang Pascasarjana.


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

RINGKASAN ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior ... 9

2.2 Kecerdasan Intelektual ... 14

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual ... 14

2.2.2 Aspek – Aspek Kecerdasan Intelektual ... 15

2.3 Kecerdasan Emosional ... 16

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ... 16

2.3.2 Aspek – Aspek Kecerdasan Emosional ... 18

2.4 Kecerdasan Spiritual ... 20

2.4.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 20

2.4.2 Aspek - Aspek Kecerdasan Spiritual ... 21

2.5 Etika ... 22

2.6 Gender ... 24

2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 25

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 30

3.2 Konsep Penelitian ... 32

3.3 Hipotesis ... 33

3.3.1 Pengaruh kecerdasan intelektual pada sikap etis mahasiswa akuntansi ... 33


(12)

xii

3.3.2 Pengaruh kecerdasan emosional pada sikap etis

mahasiswa akuntansi ... 35

3.3.3 Pengaruh kecerdasan spiritual pada sikap etis mahasiswa akuntansi ... 36

3.3.4 Pengaruh gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi ... 38

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 40

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.3 Penentuan Sumber Data ... 42

4.3.1 Data Menurut Sumbernya ... 42

4.3.2 Data Menurut Jenisnya ... 42

4.3.3 Populasi dan Sampel ... 43

4.4 Variabel Penelitian ... 44

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 44

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 45

4.5 Instrumen Penelitian ... 47

4.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 47

4.5.2 Uji Instrumen Penelitian ... 48

4.5.3 Method Successive of Interval (MSI) ... 49

4.6 Prosedur Penelitian ... 50

4.7 Analisis Data ... 51

4.7.1 Statistik Deskriptif ... 51

4.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Responden ... 56

5.2 Karakteristik Responden ... 57

5.3 Analisis Data ... 57

5.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

5.3.2 Frekuensi Jawaban Responden ... 60

5.3.3 Uji Instrumen Penelitian ... 66

5.3.4 Uji Asumsi Klasik ... 67

5.3.5 Analisis Regresi Linear Berganda ... 70

5.4 Pembahasan ... 73

5.4.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi ... 74

5.4.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional pada Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi ... 75

5.4.3 Pengaruh Kecerdasan Spiritual pada Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi ... 77

5.4.4 Pengaruh Gender pada Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi ... 78


(13)

xiii BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ... 81 7.2 Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 84 Lampiran


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Mahasiswa Maksi Universitas Udayana ... 44

Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 56

Tabel 5.2 Karakteristik Responden ... 57

Tabel 5.3 Statistik Deskriptif ... 58

Tabel 5.4 Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian... 60

Tabel 5.5 Frekuensi Jawaban Responden untuk Variabel Kecerdasan Intelektual ... 61

Tabel 5.6 Frekuensi Jawaban Responden untuk Variabel Kecerdasan Emosional ... 62

Tabel 5.7 Frekuensi Jawaban Responden untuk Variabel Kecerdasan Spiritual 64 Tabel 5.8 Frekuensi Jawaban Responden untuk Variabel Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi ... 65

Tabel 5.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 67

Tabel 5.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 68

Tabel 5.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 69


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Theory Reaction Action ... 10

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior ... 11

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 3.2 Konsep Penelitian... 33

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 41


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Penelitian Sebelumnya... 1

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 5

Lampiran 3 Statistik Deskriptif ... 13

Lampiran 4 Frekuensi Jawaban Responden ... 14

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas ... 29

Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 36

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ... 37

Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 38

Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39

Lampiran 10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 40

Lampiran 11 Tabulasi Data Responden (Data Ordinal) ... 41


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkembangnya profesi akuntan telah diakui oleh berbagai kalangan dan berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Beberapa tahun yang lalu, akuntan sangat identik dengan akuntan publik. Seiring dengan adanya globalisasi, profesi akuntan mulai berkembang tidak hanya sebagai akuntan publik namun juga beberapa profesi lainnya. Secara garis besar akuntan dapat digolongkan menjadi akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik.

Perkembangan profesi akuntan memberikan dampak positif akan dibutuhkannya tenaga akuntan dari berbagai bidang, namun pada faktanya masyarakat belum sepenuhnya percaya kepada profesi akuntan. Salah satu hal yang mengikis kepercayaan masyarakat terhadap akuntan adalah masalah etika para akuntan tersebut. Problem ini berkaitan erat dengan berbagai praktek pelanggaran moral yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, dan juga akuntan pemerintah.

Skandal yang pernah terjadi di dunia maupun Indonesia adalah sebagai berikut: kasus HIH Insurance dan One Tel di Australia; Enron (2001), Health South (2003), AIG (2005), Subprime Loans (2007), WorldCom dan Global Crossing di Amerika; Parmalat di Eropa; Satyam di India (2010), kasus PT. Kimia Farma dan kasus pajak PT. Bumi Resources (2010) di Indonesia (Suryana, 2002).


(18)

2

Skandal akuntansi bukanlah hal baru di Indonesia, salah satu kasus yang ramai diberitakan adalah keterlibatan 10 Kantor Akuntan Publik di Indonesia dalam praktik kecurangan keuangan. Kantor Akuntan Publik tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan bahwa laporan keuangan bank-bank tersebut sehat. Saat krisis menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena kinerja keuangannya sangat buruk. Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang dilakukan pemerintah bahwa Kantor Akuntan Publik tersebut terlibat dalam praktik kecurangan akuntansi (Suryana, 2002).

Berdasarkan problema tersebut maka perilaku dari para pemimpin di masa depan dapat dilihat dari perilaku mahasiswa sekarang (Reiss dan Mitra, 1998). Perilaku mahasiswa perlu diteliti untuk mengetahui sejauh mana mereka akan bersikap etis atau tidak di masa yang akan datang. Masalah etika menjadi suatu isu yang penting dalam bidang akuntansi di perguruan tinggi, karena lingkungan pendidikan memiliki andil dalam membentuk perilaku mahasiswa untuk menjadi seorang yang profesional. Perguruan tinggi merupakan penghasil sumber daya manusia yang profesional, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang ada, oleh karena itu dituntut dapat menghasilkan tenaga profesional yang memiliki kualifikasi keahlian sesuai bidang ilmunya, dan juga memiliki perilaku etis yang tinggi (Hastuti, 2007).

Penelitian mengenai etika seperti yang dilakukan O’Clock dan Okleshen (1993) menyatakan bahwa mahasiswa akuntansi mempunyai sikap etis yang lebih rendah dari pada mahasiswa non akuntansi. Penemuan tersebut cukup


(19)

3

memprihatinkan karena profesi pada bidang akuntansi yang kelak akan dimiliki oleh para mahasiswa akuntansi mempunyai hubungan yang erat dengan masalah-masalah etika. Oleh karena itu hasil tersebut makin memperkuat alasan untuk mengintegrasikan masalah-masalah etika ke dalam kurikulum akuntansi.

Lopez et al. (2005) menguji efek dari tingkat pendidikan dalam sekolah bisnis dan faktor individu lain, seperti kebudayaan intranasional, spesialisasi dalam pendidikan, dan jenis kelamin pada persepsi etis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, kebudayaan intranasional, dan jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi etis. Selanjutnya, mereka menemukan bahwa perilaku etis cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada.

Tujuan pendidikan tidak hanya mengenai kecerdasan intelektual saja. Pendidikan juga harus dapat mengembangkan peserta didik dari segi emosi, sikap, dan kemampuan spiritual. Dengan kata lain, pendidikan harus dapat mengembangkan kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar peserta didik dapat menjadi insan yang tidak hanya berilmu namun juga memiliki sikap etis (Fadli, 2014).

Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual muncul karena adanya kesadaran untuk bertindak dari mahasiswa akuntansi. Theory of Planned Behavior (TPB) menyatakan bahwa manusia cenderung bertindak sesuai dengan intensi dan persepsi pengendalian melalui perilaku


(20)

4

tertentu, dimana intensi dipengaruhi oleh tingkah laku, norma subjektif serta pengendalian perilaku (Ajzen, 1988).

Aspek-aspek yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi didasarkan pada ungkapan bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, sehingga individu mampu untuk berpikir rasional atas tindakan yang akan dilakukan (Robins dan Judge 2008:57). Svyantek (2003) menyatakan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh mahasiswa mampu mengetahui perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut untuk menuntun pikiran dan perilaku seseorang agar tidak mengecewakan orang lain. Sedangkan, kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2007) individu dituntut untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya sehingga bersikap sesuai dengan keyakinan (agama) yang di pegang.

Berdasarkan ungkapan di atas memberikan gambaran bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual memiliki peranan pada sikap etis mahasiswa. Hal ini sejalan dengan apa yang ditegaskan oleh Tikollah, dkk (2006) bahwa etika bukanlah sekedar masalah kecerdasan intelektual, tetapi lebih dari itu adalah masalah yang menyangkut dimensi emosional dan spiritual seorang mahasiswa.

Pada penelitian lain mengenai hubungan sikap etis dan gender menurut Ameen et al. (1996) diperlukan karena jumlah mahasiswa akuntansi wanita meningkat dengan pesat. Selama periode tersebut makin banyak mahasiswa


(21)

5

akuntansi wanita yang menjadi top performer di dalam kelas dan lebih terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akuntansi (organisasi akuntansi, graduate assistaniships, internships, dan sebagainya). Hasil penelitian Ameen et al. (1996) menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi wanita lebih sensitif terhadap isu-isu etis dan lebih tidak toleran dibanding mahasiswa akuntansi pria terhadap perilaku tidak etis.

Penelitian sebelumnya menemukan beberapa hasil yang berbeda dalam meneliti pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi diantaranya pada kecerdasan intelektual yaitu penelitian Tikollah, dkk (2006), Jamaluddin (2011), dan Agustini (2013) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi. Namun, hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian Lucyanda (2013). Sedangkan, untuk kecerdasan emosional hasil yang berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi dalam penelitian Ika (2011), Jamaluddin (2011), Agustini (2013), Lucyanda (2013) dan Fadli (2014). Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Tikollah, dkk (2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika (2011), Jamaluddin (2011), Agustini (2013), dan Rochmah (2013) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi, penelitian ini mendukung hasil penelitian Ramly, Chai, dan Lung (2008). Namun, hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tikollah, dkk (2006) dan Lucyanda (2013). Beberapa penelitian mengenai hubungan gender dengan sikap etis selain Ameen et al. (1996), Ruegger dan King


(22)

6

(1992), dan Khazanchi (1995) menyatakan bahwa gender dengan sikap etis terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan, Sikula dan Costa (1994), Martadi dan Suranta (2006) dan Lucyanda (2013) menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gender dengan sikap etis.

Berdasarkan uraian tersebut, terdapat inkonsistensi hasil penelitian pengaruh langsung kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender. Maka, peneliti ingin menguji kembali pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender pada sikap etis mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana. Peneliti memilih Universitas Udayana, karena sistem pendidikan di program pascasarjana memiliki visi dan misi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni, sehingga dapat menghasilkan alumni yang unggul, mandiri, dan berbudaya. Selain itu, merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang memiliki potensi besar dalam mencetak tenaga profesional di bidang akuntansi dimana terlihat setiap tahun terjadi peningkatan jumlah mahasiswa yang diterima di program pascasarjana Universitas Udayana khususnya pada bidang Akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi ?


(23)

7

2) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi ?

3) Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi ?

4) Apakah gender berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

2) Untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

3) Untuk menguji pengaruh kecerdasan spiritual pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

4) Untuk menguji pengaruh gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:

1) Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi


(24)

8

keperilakuan dan memberikan tambahan bukti empiris pada Theory of Planned Behavior serta konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya, sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian mengenai pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

2) Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dan gender pada sikap etis mahasiswa akuntansi sebagai lahirnya lulusan yang memiliki karakter dan pengetahuan sesuai visi dan misi program Pascasarjana Universitas Udayana.


(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior pada awalnya bernama Theory of Reasoned Action (TRA) dikembangkan tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA, Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orang tersebut. Lebih lanjut, Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen dan Fishbein (1980) melengkapi TRA ini dengan keyakinan (beliefs), mereka menyatakan bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs). Secara historis, TRA dapat digambarkan sebagai berikut:


(26)

10

Sumber: Jogiyanto (2007)

Gambar 2.1 Theory Reaction Action

Penelitian di bidang sosial yang sudah membuktikan bahwa TRA ini adalah teori yang cukup memadai dalam memprediksi tingkah laku. Namun, seiring dengan perjalanan waktu TRA dikembangkan menjadi Theory of Planned Behavior (TPB). Pada TRA menjelaskan hanya berlaku pada tingkah laku yang berada pada kontrol penuh individu, namun tidak sesuai untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya dibawah kontrol individu. Karena, ada faktor yang dapat menghambat atau memfasilitasi realisasi intensi ke dalam tingkah laku.

Berdasarkan analisis tersebut Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yang berkaitan dengan kontrol individu yaitu perceived behavioral control (PBC). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2002)

Behavioral Belief

Attitude towards Behavior

Normative Belief

Subjective Norms

Intention


(27)

11

menambahkan faktor latar belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga secara historis perceived behavioral control di gambarkan sebagai berikut:

Sumber: Jogiyanto (2007)

Gambar 2.2

Theory of Planned Behavior

Model teoritik dari TPB (Theory of Planned Behavior) mengandung berbagai variabel yaitu :

1) Latar belakang (background factors)

Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam kategori ini Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap


(28)

12

umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan publikasi pada media.

2) Keyakinan perilaku (behavioral belief)

Hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara efektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.

3) Keyakinan normatif (normative beliefs)

Berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui perceived behavioral control. Menurut Ajzen (2005), faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan individu.

4) Norma subjektif (subjective norm)

Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan


(29)

13

dilakukannya. Ajzen dan Fishbein (1980), menggunakan istilah ”motivation to comply” untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

5) Keyakinan dari dalam diri individu bahwa suatu perilaku yang dilaksanakan (control beliefs) dapat diperoleh dari berbagai hal.

Pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain misalnya, teman, keluarga dekat dalam melaksanakan perilaku itu sehingga memiliki keyakinan bahwa merekapun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku.

6) Persepsi kemampuan dalam mengontrol tingkah laku (perceived behavioral control)

Keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku tersebut.


(30)

14

Ajzen (2005) menamakan kondisi ini dengan perceived behavioral control. Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

Berdasarkan TPB, intensi merupakan fungsi dari tiga determinan, yang satu yang bersifat personal, kedua merefleksikan pengaruh sosial dan ketiga berhubungan dengan masalah kontrol (Ajzen, 2005).

2.2 Kecerdasan Intelektual

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual

Menurut Purwanto (2003:52) kecerdasan intelektual adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuan. Pratiwi (2011) merumuskan kecerdasan intelektual sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengelola dan meguasai lingkungan secara efektif.


(31)

15

Menurut Dwijayanti (2009) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu:

1) Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan. 2) Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah

dilakukan.

Menurut Robins dan Judge (2008:57) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Kecerdasan intelektual menurut Yani (2011) adalah sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berpikir menggunakan proses meta kognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara, kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika.

2.2.2 Aspek – Aspek Kecerdasan Intelektual

Dwijayanti (2009) menyatakan bahwa aspek-aspek dalam kecerdasan intelektual sebagai berikut:

1) Kemampuan memecahkan masalah

Kemampuan menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, membuat keputusan secara tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, dan menunjukkan pikiran jernih.


(32)

16

2) Intelegensi verbal

Kemampuan dalam memahami kosa kata yang baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual, dan menunjukkan keingintahuan.

3) Intelegensi praktis

Kemampuan mengetahui situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, dan menujukkan minat terhadap dunia luar.

2.3 Kecerdasan Emosional

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional muncul secara luas pada pertengahan tahun 1990-an. Goleman (2009:50) menyatakan bahwa kecerdasan majemuk adalah manisfestasi dari penolakan akan pandangan intelektual. Goleman (2009:57), menempatkan kecerdasan pribadi dari Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan emosional dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik.

Goleman (2009:45) menyatakan bahwa:

“Kecerdasan emosional merupakan kemampuan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan emosi, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain”


(33)

17

Kecerdasan emosional dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

Mubayidh (2006:15) menyatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam memantau baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dan juga kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain, dimana kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya. Sejalan dengan itu, Agustian (2001:44) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, emosi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Individu yang mampu memahami emosi individu lain, dapat bersikap dan mengambil keputusan dengan tepat tanpa menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak.

Menurut Shapiro (2001:5) menyatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai himpunan suatu fungsi jiwa yang melibatkan kemampuan memantau intensitas perasaan atau emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Individu memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki keyakinan tentang dirinya sendiri, penuh antusias, pandai memilah semuanya dan menggunakan informasi sehingga dapat membimbing pikiran dan tindakan.


(34)

18

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan oranglain dengan efektif, dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.

2.3.2 Aspek – Aspek Kecerdasan Emosional

Goleman (2009:58) merinci aspek-aspek kecerdasan emosional secara khusus sebagai berikut:

1) Mengenali emosi diri

Kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasaan yang muncul, ketidak mampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi, dan kemampuan mengenali diri sendiri meliputi kesadaran diri.

2) Mengelola emosi

Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau tersinggung dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan keterampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam keterampilan ini akan terus menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan dapat bangkit


(35)

19

kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali. 3) Memotivasi diri sendiri

Kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berpikir positif dan optimis.

4) Mengenali emosi orang lain, kemampuan ini disebut empati

Kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosialisasi. Orang empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.

5) Membina hubungan

Seni membina hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, meliputi ketrampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi.


(36)

20

2.4 Kecerdasan Spiritual

2.4.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan individu tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektualnya saja akan tetapi juga dari kecerdasan emosionalnya dan kecerdasan spiritualnya. Setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional maka ditemukan kecerdasan yang ketiga yaitu kecerdasan spiritual yang diyakini sebagai kecerdasan yang mampu mengoptimalkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi secara efektif dan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi (Sukidi 2004:36).

Zohar dan Marshal (2007:4) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Sedangkan menurut Buzan (2003:21) kecerdasan spiritual adalah aktualisasi diri (tahap spiritual) yaitu ketika individu dapat mencurahkan kreativitasnya dengan santai, senang, toleran dan merasa terpanggil untuk membantu orang lain mencapai tingkat kebijaksanaan dan kepuasan seperti yang telah dialaminya.

Buzan (2003:21) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emosi dan spiritual sehingga bisa dikatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh. Hal ini harus diraih dalam suatu lingkungan yang sarat dengan cinta dan kepedulian.


(37)

21

2.4.2 Aspek - Aspek Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall (2007:14), aspek-aspek kecerdasan spiritual mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu kemampuan individu untuk bersikap adaptif secara spontan dan aktif, memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan di saat menghadapi beberapa pilihan.

2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi, yaitu kemampuan individu untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk dirinya, yang mendorong individu untuk merenungkan apa yang dipercayai dan apa yang dianggap bernilai, berusaha untuk memperhatikan segala macam kejadian dan peristiwa dengan berpegang pada agama yang diyakininya.

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, yaitu kemampuan individu dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kemudian hari.

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, yaitu kemampuan individu dimana di saat dia mengalami sakit, ia akan menyadari keterbatasan dirinya, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan yakin bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan.


(38)

22

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, yaitu kualitas hidup individu yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan tersebut.

6) Kemampuan untuk tidak menyebabkan kerugian yang tidak perlu, yaitu individu yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi mengetahui bahwa ketika dia merugikan orang lain, maka berarti dia merugikan dirinya sendiri sehingga mereka enggan untuk melakukan kerugian yang tidak perlu.

7) Kemampuan berpikir secara holistik, yaitu kecenderungan individu untuk melihat keterkaitan berbagai hal.

8) Kemampuan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.

9) Kemampuan untuk menjadi pribadi mandiri, yaitu kemampuan individu yang memiliki keinginan untuk bekerja dan tidak tergantung dengan orang lain.

2.5 Etika

Etika dalam bahasa latin adalah "ethica" yang berarti falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta agama. Sedangkan menurut Keraf (1998), etika secara harfiah berasal dari kata Yunani ethos (jamaknya ta etha), yang artinya sama dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan yang baik. Etika merupakan suatu prinsip moral dan


(39)

23

perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang (Marwanto, 2007).

Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan kepada perilaku moral. Makna kata etika dan moral memang sinonim, namun menurut Marwanto (2007) antara keduanya mempunyai nuansa konsep yang berbeda. Moral atau moralitas biasanya dikaitkan dengan tindakan seseorang yang benar atau salah. Sedangkan etika ialah studi tentang tindakan moral atau sistem atau kode berperilaku yang mengikutinya. Etika juga bisa dimaksudkan sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk (Bertens, 2002).

Comunale et al. (2006) menyatakan bahwa terdapat beragam filsafat moral pribadi yang dimiliki seorang individu, terutama pada relativisme dan idealisme, yaitu:

1) Idealisme

Merupakan tingkat dimana nilai-nilai yang diyakini individu berkaitan dengan kesejahteraan orang lain. Individu yang idealismenya tinggi merasakan mengganggu orang lain selalu dapat dihindarkan. Seseorang yang idealis tidak akan memilih perilaku negatif yang dapat mengganggu orang lain. Hal yang sebaliknya terjadi jika idealisnya rendah.


(40)

24

2) Relativisme

Merupakan penolakan aturan moral yang absolut dalam memandu perilaku. Individu yang relativismenya tinggi mengadopsi falsafah moral pribadi yang didasarkan pada skeptis. Mereka umumnya merasa bahwa tindakan moral tergantung pada sifat situasi dan individu yang terlibat. Ketika menilai sesuatu, mereka menekan aspek keadaan daripada prinsip etika yang dilanggar. Orang yang memiliki relativisme rendah berargumen bahwa moralitas memerlukan tindakan yang konsisten dengan prinsip moral, norma, atau hukum.

2.6 Gender

Gender adalah konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan diihat dari non-biologis yaitu aspek sosial budaya atau psikologis (Nugroho, 2008). Betz (1989) mengemukakan dua pendekatan dalam perbedaan gender untuk menentukan pemikiran etis dalam perempuan maupun laki-laki:

1) Pendekatan Struktural

Pendekatan Struktural menyatakan bahwa perbedaan antara seorang yang bergender laki-laki dan perempuan disebabkan oleh sosialisasi sebelumnya dan persyaratan peran lainnya. Sosialisasi sebelumnya yang dimaksud dibentuk oleh reward dan cost sehubungan peran jabatan karena pekerjaan membentuk perilaku melalui struktur reward.


(41)

25

Jadi dalam pendekatan struktural laki-laki dan perempuan akan memberi respon yang sama dalam lingkungan jabatan yang sama. 2) Pendekatan Sosialisasi Gender

Pada pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa laki – laki dan perempuan membawa nilai – nilai dan norma yang berbeda ke tempat mereka bekerja, yang mengakibatkan perbedaan nilai dan norma ini didasarkan pada perbedaan gender antara laki – laki dan perempuan dalam hal membangun kepentingan pekerjaan, keputusan dan praktik. Maka dari itu, laki–laki dan perempuan akan merespon secara berbeda dan terhadap reward dan cost jabatan yang sama.

2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya telah menguji dan mengaitkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, gender maupun sikap etis, dengan berbagai variabel antara lain Chakraborty (2004) penelitian dengan judul The Transformed Leader and Spiritual Psychology: a Few Insight. Variabel dependen yang digunakan adalah kepemimpinan, sedangkan variabel independen kecerdasan spiritual. Tenik analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan Spiritual berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bersikap sebagai pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinannya.


(42)

26

Trihandini (2005) penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan. Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja karyawan, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual memiliki peran yang sama penting baik secara individu atau secara bersama-sama dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Tikollah, dkk (2006) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi. Variabel dependen yang digunakan adalah sikap etis mahasiswa akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. . Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Walaupun, secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa.

Vittel et al. (2006) penelitian dengan judul The Impact of Corporate Ethical Values and Enforcement of Ethical Codes on the Perceived Importance of Ethics in Business: A Comparison of U.S. and Spanish Managers. Variabel dependen yang digunakan adalah etika bisnis, sedangkan variabel independen


(43)

27

yang digunakan adalah nilai-nilai etika dan penerapan etika. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa nilai etika dan penerapan etika berpengaruh signifikan terhadap etika bisnis.

Rachmi (2010) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan, spiritual, dan perilaku belajar. Tenik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Ika (2011) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender. Variabel dependen yang digunakan adalah sikap etis, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan gender. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

Jamaluddin (2011) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Etika Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Variabel


(44)

28

dependen yang digunakan adalah etika mahasiswa akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara signifian berpengaruh simultan terhadap etika mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.

Agustini (2013) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Variabel dependen yang digunakan adalah sikap etis mahasiswa S1 Akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan, spiritual. Tenik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa S1 Akuntansi.

Julianto (2013) penelitian dengan judul The Ethical Perception of Accounting Student: Review of Gender, Religiosity and The Love of Money. Variabel dependen yang digunakan adalah persepsi etis, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah gender, religiosity, dan love of money. Tenik analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa gender, religiosity, dan love of money berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis.


(45)

29

Rochmah (2013) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Keetisan Praktek Earnings Management. Variabel dependen yang digunakan adalah keetisan praktek earning management, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap keetisan praktek earning management.

Fadli (2014) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Sosial Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi. Variabel dependen yang digunakan adalah Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa hanya kecerdasan emosional yang berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, sedangkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Ringkasan hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran 1.


(1)

2) Relativisme

Merupakan penolakan aturan moral yang absolut dalam memandu perilaku. Individu yang relativismenya tinggi mengadopsi falsafah moral pribadi yang didasarkan pada skeptis. Mereka umumnya merasa bahwa tindakan moral tergantung pada sifat situasi dan individu yang terlibat. Ketika menilai sesuatu, mereka menekan aspek keadaan daripada prinsip etika yang dilanggar. Orang yang memiliki relativisme rendah berargumen bahwa moralitas memerlukan tindakan yang konsisten dengan prinsip moral, norma, atau hukum.

2.6 Gender

Gender adalah konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan diihat dari non-biologis yaitu aspek sosial budaya atau psikologis (Nugroho, 2008). Betz (1989) mengemukakan dua pendekatan dalam perbedaan gender untuk menentukan pemikiran etis dalam perempuan maupun laki-laki:

1) Pendekatan Struktural

Pendekatan Struktural menyatakan bahwa perbedaan antara seorang yang bergender laki-laki dan perempuan disebabkan oleh sosialisasi sebelumnya dan persyaratan peran lainnya. Sosialisasi sebelumnya yang dimaksud dibentuk oleh reward dan cost sehubungan peran jabatan karena pekerjaan membentuk perilaku melalui struktur reward.


(2)

Jadi dalam pendekatan struktural laki-laki dan perempuan akan memberi respon yang sama dalam lingkungan jabatan yang sama. 2) Pendekatan Sosialisasi Gender

Pada pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa laki – laki dan perempuan membawa nilai – nilai dan norma yang berbeda ke tempat mereka bekerja, yang mengakibatkan perbedaan nilai dan norma ini didasarkan pada perbedaan gender antara laki – laki dan perempuan dalam hal membangun kepentingan pekerjaan, keputusan dan praktik. Maka dari itu, laki–laki dan perempuan akan merespon secara berbeda dan terhadap reward dan cost jabatan yang sama.

2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya telah menguji dan mengaitkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, gender maupun sikap etis, dengan berbagai variabel antara lain Chakraborty (2004) penelitian dengan judul The Transformed Leader and Spiritual Psychology: a Few Insight. Variabel dependen yang digunakan adalah kepemimpinan, sedangkan variabel independen kecerdasan spiritual. Tenik analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan Spiritual berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bersikap sebagai pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinannya.


(3)

Trihandini (2005) penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan. Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja karyawan, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual memiliki peran yang sama penting baik secara individu atau secara bersama-sama dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Tikollah, dkk (2006) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi. Variabel dependen yang digunakan adalah sikap etis mahasiswa akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. . Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Walaupun, secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa.

Vittel et al. (2006) penelitian dengan judul The Impact of Corporate Ethical Values and Enforcement of Ethical Codes on the Perceived Importance of Ethics in Business: A Comparison of U.S. and Spanish Managers. Variabel dependen yang digunakan adalah etika bisnis, sedangkan variabel independen


(4)

yang digunakan adalah nilai-nilai etika dan penerapan etika. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa nilai etika dan penerapan etika berpengaruh signifikan terhadap etika bisnis.

Rachmi (2010) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan, spiritual, dan perilaku belajar. Tenik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Ika (2011) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender. Variabel dependen yang digunakan adalah sikap etis, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan gender. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan gender berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

Jamaluddin (2011) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Etika Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Variabel


(5)

dependen yang digunakan adalah etika mahasiswa akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara signifian berpengaruh simultan terhadap etika mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.

Agustini (2013) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Variabel dependen yang digunakan adalah sikap etis mahasiswa S1 Akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan, spiritual. Tenik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa S1 Akuntansi.

Julianto (2013) penelitian dengan judul The Ethical Perception of Accounting Student: Review of Gender, Religiosity and The Love of Money. Variabel dependen yang digunakan adalah persepsi etis, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah gender, religiosity, dan love of money. Tenik analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa gender, religiosity, dan love of money berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis.


(6)

Rochmah (2013) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Keetisan Praktek Earnings Management. Variabel dependen yang digunakan adalah keetisan praktek earning management, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap keetisan praktek earning management.

Fadli (2014) penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Sosial Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi. Variabel dependen yang digunakan adalah Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa hanya kecerdasan emosional yang berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, sedangkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Ringkasan hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran 1.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3 69 15

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 19

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI.

0 0 87

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI MENGENAI PRAKTIK AKUNTANSI KREATIF DI PERUSAHAAN (Studi pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta).

0 4 178

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

0 4 15

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI

0 0 16

PENGARUH GENDER, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS AKUNTAN MASA DEPAN (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi di wilayah Purwokerto)

0 0 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 15