PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI SEKOLAH.

(1)

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi

Oleh

Prima Hartio Waluyo 0900107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER

TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH

Oleh

PRIMA HARTIO WALUYO 0900107

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Prima Hartio W 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PRIMA HARTIO WALUYO 0900107

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nuryadi, M.Pd. NIP. 197101171998021001

Pembimbing II

Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd. NIP. 196005181987032003

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Mujihartono, M.Pd. NIP. 196508171990011001


(4)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

Prima Hartio Waluyo

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh kegiatan pecinta alam SMA N 2 Bandung pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif perhimpunan penjelajah dan kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA N 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakaan desain one group pretest-postest design. Pada kelompok sampel diberikan tes awal, treatment (perlakuan) dan tes akhir. Treatment (perlakuan) yang diberlakukan kepada kelompok sampel sebanyak 25 orang berupa program masa bimbingan (mabim). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner/angket. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi pemimpin siswa di SMA N 2 Bandung. Selanjutnya uji t menggunakan pengolahan data SPSS 17 yang diperoleh hasil dari tabel t didapat (0,025;24) adalah 2,064. Maka nilai t output dapat digambarkan -0,768 < statistic tabel 2,064 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA N 2 Bandung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat direkomendasikan bahwa kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah dapat meningkatkan kepribadian pada potensi kepemimpinan siswa.


(5)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFFECT OF THE NATURE LOVERS ACTIVITIES Extracurricular LEADERSHIP POTENTIAL FOR THE IMPROVEMENT OF STUDENTS

IN SCHOOL

By : Prima Hartio Waluyo 0900107

ABSTRACT

This research was obtained from the data that is processed and analyzed by a computer software program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) Series 17 is known for initial tests with a sample of 25 people, middle limit (range) was 33, the minimum score is 182, the maximum score is 215 , the average is 200, 24, standard deviation is 9.9 and the variance is 98.02. Then for the final test with a sample of 25 people, middle limit (range) was 54, the minimum score is 180, the maximum score is 234, the average is 212.16, the standard deviation is 12.34 and the variance is 152.22. Further more, for the difference between the initial test and final test with a sample of 25 unknown people, middle limit (range) was 70, the minimum score is 28, the maximum score is 42, the average is 11.92, the standard deviation is 15.41 and variance is 237.41. Furthermore sig. While the t-test using SPSS 17 data processing obtained results obtained from table t (0.025; 24) is 2.064. Then the output value of t can be described -0.768 < 2.064 statistical tables means a significant difference between the nature lover in extracurricular activities to the improvement of students' leadership potential in SMA N 2 Bandung.


(6)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Penelitian ... 10

F. Batasan Istilah ... 11

G. Anggapan Dasar ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 14

A. Pengertian Ekstrakurikuler ... 14

B. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 15

C. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 16

D. Prinsip-prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ... 17

E. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19


(7)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Organisasi Pecinta Alam ... 21

H. Intepretasi Organisasi Pecinta Alam ... 21

1. Asal-usul dibentuknya Organisasi Pecinta Alam ... 24

2. Tujuan Organisasi Pecinta Alam ... 25

3. Nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam ... 26

4. Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA ... 27

5. Urutan Ketua Dewan Pengurus Sejak Awal Hingga Sekarang ... 27

6. Keanggotaan di Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakulikuler GPA ... 28

7. Tahap Pendidikan Pada Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA 28 8. Visi dan Misi Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA... 29

9. Kegiatan-kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA ... 29

I. Pengertian Kepemimpinan ... 30

J. Fungsi Kepemimpinan dan Peran Pemimpin ... 36

K. Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam pada Ekstrakurikuler terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 40

L. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 44

1. Metode Penelitian ... 44

2. Desain Penelitian ... 45

C. Definisi Operasional ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 48

E. Uji Coba Instrumen... 51

1. Uji Validitas ... 52

2. Uji Reliabilitas ... 55


(8)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

1.Menghitung Skor Rata-rata ... 56

2.Menghitung Simpangan Baku ... 57

3.Menguji Normalitas ... 57

4.Menguji Homogenitas ... 58

5.Pengujian Signifikasi ... 58

6.Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Deskipsi Data ... 60

a. Deskripsi Data Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan ... 60

2. Uji Normalitas ... 62

3. Uji Homogenitas ... 63

4. Uji Hipotesis Penelitian Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 64

a. Terdapat Pengaruh yang Signifikan Antara Kegiatan Pecinta Alam pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi kepemimpinan Siswa di Sekolah . ... 64

B. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(9)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Fungsi Kepemimpinan ... 36

3.1 Daftar Nama-nama Anggota Sampel Penelitian ... 43

3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Uji Coba ... 47

3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 50

4.1 Deskripsi Data Angket peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa .. 61

4.2 Hasil Uji Normalitas Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan.... 62

4.3 Hasil Uji Homogenitas Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 63


(10)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

2.1 Kode Etik Pecinta Alam Indonesia ... 26 3.1 Langkah-langkah Penelitian ... 45 4.1 Deskripsi Data Angket Peningkatan Potensi kepemimpinan Siswa .. 61 4.2 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Sampel ... 65


(11)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

A. Alur Penelitian ... B. Kuisioner Penelitian (Setelah Uji Coba) ... C. Uji Validitas Tes ... D. Uji Realibilitas Tes ... E. Program Mabim Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... F. Uji Normalitas Angket ... G. Uji Homogenitas ... H. Uji Hipotesis ... I. Dokumentasi Penelitian ... J. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... K. Surat Permohonan Mengadakan Penelitian ... L. Surat Keterangan dari Sekolah Telah Melaksanakan Penelitian ...


(12)

Prima Hartio Waluyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Kita membutuhkan habitus baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kehancuran bangsa ini 1-20 tahun yang akan datang. Karakter bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.

Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat. Menyangkut hal tersebut juga sebetulnya dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 telah disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan tidak lepas dari yang namanya sebuah program. Program yang sudah terencana maupun program yang baru akan dimuat terhadap tujuan dari proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yaitu ekstrakurikuler. Menurut Oteng Sutisna (1983:57), Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variansinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa, dan kemampuan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok


(13)

2

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa.

Menurut Suharsimi AK (1988:1) yang dimaksud dengan Program ialah sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Farida Yusuf (1988:123) mendeskripsikan program merupakan kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan adalah kegiatan pelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran biasa. Kegiatan ini dilakukan pada sore hari bagi sekolah-sekolah yang masuk pagi dan dilaksanakan pagi hari bagi yang masuk sore hari.

Menurut Suharsimi (1988:57), Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. Program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta keunikannya meraih prestasi dan keterampilan yang bermakna bagi diri dan masa depannya. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah. Secara Yuridis, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler memiliki landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam surat Keputusan Menteri yang harus dilaksanakan oleh sekolah, salah satu keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 125/U/2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di sekolah pengaturan kegiatan ekstrakurikuler dalam keputusan ini terdapat pada Bab 5 pasal 9 ayat 2 “pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (PORSENI), karya wisata, lomba kreatifitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan seutuhnya.” Dalam bagian lampiran keputusan mendiknas ini juga dinyatakan liburan sekolah atau madrasah selama bulan ramadhan diisi dan dimanfaatkan untu melaksanakan berbagai kegiatan, yang diarahkan pada peningkatan akhlak mulia, pemahaman atau amaliah agama termasuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang bermuatan moral.

Kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan pecinta alam pada


(14)

3

Prima Hartio Waluyo, 2014

ekstrakurikuler dan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama dan terbiasa dengan kegiatan mandiri dan mampu menjadi seorang pemimpin kelak.

Ekstrakurikuler merupakan suatu wadah eksternal yang dibentuk untuk menuangkan minat dan bakat siswa di luar aktivitas belajar mengajar di sekolah yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan prestasi. Dan juga kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah atau madrasah.

Keberadaan organisasi, himpunan atau kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di masyarakat luas maupun di lingkungan dunia pendidikan formal pada awalnya sering diharapkan menjadi wadah untuk menempa diri pada lingkungan alam bebas. Sehingga kelompok pecinta alam di dalam melaksanakan kegiatannya sering disebut dengan olah raga alam bebas. Berbagai program kegiatan akan dialami oleh calon anggota, sebelum mereka berhak mendapat keanggotaan organisasi pecinta alam tertentu, di mana pada akhirnya diharapkan dapat memunculkan generasi yang tangguh sekaligus mencintai kelestarian alam. Dalam perkembangannya aktivitas kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler secara kuantitas semakin meningkat dan cukup menggembirakan, namun secara kualitas perlu pembinaan yang lebih baik dan terarah. Meskipun mencintai alam semula bersifat hobi semata, namun dengan tumbuhnya kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler memberi wadah aktivitas yang terprogram kegiatan di lapangan maupun kegiatan-kegiatan yang lain dapat meningkatkan prestasi maupun profesionalisme. Kegiatan organisasi maupun himpunan pecinta alam merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.

Makna religius yang terdapat pada aspek mencintai alam, maksudnya adalah dengan mengenal alam semesta maka manusia akan percaya adanya Yang Maha


(15)

4

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Kuasa, Maha Pencipta. Demikian juga di dalam Al-Qur‟an (QS. Al-Jatsiyah; 12-13) disebutkan bahwa :

Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar dengan seijin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian dari kesenangan dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menunjukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat dari pada-Nya.

Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir, (QS. Al-Jatsiyah; 12-13). Konsep di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan mencintai alam setiap insan pecinta alam terlibat dalam proses bersikap setia dan taat akan aturan atau tata nilai dan kaidah-kaidah organisasi pecinta alam.

Organisasi kegiatan pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam kategori olah raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa aspek yang harus terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek pendidikan jasmani dan rohani.

Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan. Nilai-nilai seperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi memberi latihan kepada generasi muda untuk memegang fungsi dan peranan dalam masyarakat.

Tujuan kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler bila mengacu kepada nilai–nilai yang tertuang dalam kode etik pecinta alam maka, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan kegiatan pecinta alam hendaknya merupakan integrasi dari kegiatan yang bersifat pendidikan jasmani dan rohani. Ada baiknya , uraian berikut ini dijadikan sebagai acuan penentuan tujuan kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler, yakni:

1. Sebagai kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler mendukung usaha-usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatannya yang bersifat fisik dan non fisik sehingga diharapkan seorang anggota himpunan pecinta alam lebih memahami dan menghayati dirinya sebagai seorang yang memiliki nilai lebih


(16)

5

Prima Hartio Waluyo, 2014

dalam memandang dirinya sebagai makhluk Al-Khaliqnya, dalam memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh Allah SWT, dalam memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan sosialnya.

2. Untuk mengungkapkan gambaran empiris tentang perubahan perilaku, tingkat internalisasi nilai-nilai dalam kode etik pecinta alam dalam sikap religius pecinta alam setelah mengikuti kegiatan pecinta alam, serta upaya dalam menemukan format pendidikan dasar kegiatan pecinta alam yang sesuai dengan peningkatan prestasi, menyangkut materi pendidikan dasar, metode, dan evaluasi.

3. Membuat “Kurikulum” Program organisasi pecinta alam, dalam format yang disesuaikan secara normatif, tergantung kepada dimana organisasi tersebut berada, misalnya; Kurikulum antara anggota pecinta alam yang profesional, seperti Skygers (pelopor kelompok panjat tebing Indonesia), ORAD (olah raga arus deras), Atau Penyelenggara Out bound, akan berbeda dengan Kurikulum organisasi pecinta alam.

4. Sudah saatnya kegiatan pecinta alam memiliki satu kurikulum dasar dalam melaksanakan pendidikan secara nasional. meskipun begitu tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing kegiatan pecinta alam memiliki kurikulum sendiri, yang diklaim mungkin terbaik menurut mereka dibandingkan kurikulum kegiatan pecinta alam yang lain. Untuk mempersatukannya memang agak sulit, namun bukan berarti tidak bisa, diperlukan ekstra kerja keras, dari semua pihak dan yang paling utama adalah adanya fasilitator yang bisa mempersatukan pecinta alam-pecinta alam ini dan fasiltator yang paling tepat adalah pemerintah.

Fungsi dari pada organisasi kegiatan pecinta alam mengikuti kaidah-kaidah pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya. Yang membedakannya terletak pada lingkup kegiatannya. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan formal, sedangkan kegiatan organisasi pecinta alam merupakan kegiatan non-formal dan bersifat ekstrakurikuler. Sedangkan proses


(17)

6

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

yang terjadi adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru atau instruktur dan peserta didik.

Telah kita ketahui bersama bahwa sebaik-baiknya kepemimpinan di dunia ini adalah kepemimpinan Nabi Muhammad saw, karena kepemimpinan Rasulullah adalah cermin kepemimpinan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Kepemimpinan Rasulullah ini yang menjadi panutan, tauladan dan harus ditauladani oleh semua muslim.

َمْوَ يْلاَو َللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةََسَح ٌةَوْسُأ ِللا ِلوُسَر ِِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل

َرَكَذَو َرِخ ْْا

اًرِثَك َللا

: بازحأا ةروس( 12

)

Niscaya sungguh ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia mulai dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.

Kepemimpinan merupakan fitrah bagi setiap manusia yang sekaligus memotivasi pemimpin yang Islami. Manusia diamanahi Allah untuk menjadi

Khalifah (wakil Allah) di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta sekaligus sebagai hamba Allah yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Menurut Sabda Rasulullah saw :

ثيدحا ... ِِتيِعَر ْنَع ٌلْوُ ئْسَم ْمُكلُكَو ٍعاَر ْمُكلُك

)حاك لا باتك ِ يراخبلا اور(

Masing-masing dari kalian adalah penggembala (kepemimpinan), dan masing-masing dari kalian akan ditanya (mempertanggungjawabkan) tentang apa yang digembalanya (dipimpinnya).


(18)

7

Prima Hartio Waluyo, 2014

Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi (fitrah), serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Kepemimpinan berarti proses mempengaruhi anggota atau bawahannya untuk menuju pada sebuah visi misi. Menurut (Numbery, 2010: 5) Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris lead) yang berarti tuntun.

Berarti, di dalamnya ada dua pihak, yaitu dipimpin (anggota organisasi) dan yang memimpin (pimpinan). Setelah ditambah awalan “pe-“ menjadi “pemimpin” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Talbot (Numbery, 2010: 2) Pengertian kepemimpinan adalah panduan seorang pemimpin … kemampuan untuk memimpin. Bila dilihat dari sisi arti kata saja, jelas ada perbedaan. Namun, dalam dunia nyata dan praktis pun terasa sekali perbedaan. Bila lebih disederhanakan lagi kepemimpinan menurut John adalah cara memberi arah terhadap proses yang sedang berjalan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Stephen Covey (Numbery, 2010: 2) dalam buku 7 Habbits Of Hightly Effective People yang menjadi best seller, ia menuliskan bahwa kepemimpinan adalah tindakan yang memastikan bahwa penempatan anak tangga tersebut pada dinding yang tepat Untuk menjadi seorang pemimpin harus tahu kapan harus memberikan peran sebagai pemimpin yang memberi arahan terhadap tim yang dipimpinnya, kapan harus membahas tata kelola satu proses agar berjalan efisien dan efektif dan kapan ia mesti memperhatikan bahwa suatu proses berjalan sesuai yang telah disepakati

Dengan adanya kekuatan saling mempengaruhi di antara semua anggota kelompok dan kepemimpinannya, maka timbullah dinamika kelompok dalam wujud bermacam-macam usaha dan tingkah laku yang kompleks di dalam suatu wadah organisasi maupun kegiatan ekstrakurikuler, hal ini jelas diperlukan pemimpin dan kepemimpinan.


(19)

8

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Kepemimpinan di sekolah pada siswa, khususnya di dalam suatu kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler dibentuk agar potensi siswa pada pendidikan nilai adalah situasi yang berpengaruh tehadap pekembangan pengalaman dan kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman, harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana bermusuhan, semrawut, acuh tak acuh, dan sebagainya yang mengacu kepada etika peserta didik. Semua situasi pendidikan tersebut berpengaruh terhadap pengembangan kesadaran moral siswa, karena hal itu melibatkan pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka. Dalam mencapai peningkatan potensi kepemimpinan siswa banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya kualitas sumber daya manusia, metode kerja, lingkungan sekolah, gaya kepemimpinan dan fasilitas-fasilitas di sekolah yang menunjang tercapainya tujuan peningkatan potensi kepemimpinan melalui kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut dalam penelitian ini hanya akan membahas kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa. Salah satu bagian dari muatan ekstrakurikuler di sekolah (point 6) menjelaskan pada Program Perkemahan.

Kegiatan ini mendekatkan peserta didik dengan alam, karena itu agar kegiatan ini tidak hanya sekedar hiburan atau menginap di alam terbuka, sejumlah kegiatan seperti keorganisasian, pendidikan dan latihan dasar, perlombaan olahraga alam terbuka, kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberanian dan penyadaran spiritual merupakan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan selama program perkemahan ini berlangsung.

Suasana dalam yang dinamis akan tercipta manakala di salah satu wadah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah mampu meningkatkan potensi kepemimpinan peserta didik maupun anggotanya. Hal-hal yang dapat mengembangkan sikap peserta didik untuk dapat terlibat aktif dalam pengembangan potensi minat dan bakat melalui banyak hal.


(20)

9

Prima Hartio Waluyo, 2014

Dari tujuan ekstrakurikuler diatas penulis menghubungkan dengan suatu permasalahan yang terjadi di sekolah telah menyelenggarakan kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler yang regenerasinya dilakukan secara rutin disetiap tahun diselenggarakan. Dari hasil pengamatan penulis berdasarkan informasi yang diterima bahwa adanya pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, tersusun pertanyaan penelitian yaitu apakah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler memberikan pengaruh terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMAN 2 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Dalam hal ini penulis ingin membuat sebuah penelitian kepada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandung pada saat pelaksanaan kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler berlangsung. Kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang dan pengalaman organisasi pecinta alam tingkat pelajar yang umurnya cukup lama di kota Bandung.

Menurut (Nasution, 1988: 24) mengemukakan bahwa: “Tiap penelitian harus mempunyai tujuan yang akan dicapai”. Tujuan harus bertalian erat dengan masalah yang akan dipilih serta dianalisa masalah-masalah itu. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang penulis ajukan, maka penulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :


(21)

10

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

a. Untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuan siswa yang mengikuti kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan.

b. Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

c. Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler dan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama dan terbiasa dengan kegiatan mandiri juga mampu menjadi seorang kepemimpinan kelak.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengalaman baru untuk lebih meningkatkan semangat penelitian yang lainnya dan sebagai bahan untuk mempelajari ilmu yang lainnya.

b. Bagi para penggiat pada kegiatan pecinta alam adalah sebagai bahan rekomendasi untuk menentukan standar perekrutan calon anggota kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah.

E. Batasan Penelitian

Batasan masalah bukan batasan pengertian. Menurut (Arikunto, 2006: 14) menjelaskan bahwa batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan.


(22)

11

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam penelitian agar masalah yang akan diteliti lebih terarah dan dimaksudkan untuk memperjelas masalah-masalah apa saja yang akan menjadi batasan dalam penelitian. Menurut (Surakhmad, 1990: 36) menjelaskan sebagai berikut: “Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut”.

Selain itu juga batasan penelitian diperlukan agar permasalahan berada dalam jangkauan kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian. Maka permasalahan peneliti dibatasi sebagai berikut, dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan variabel:

1. Meneliti tentang pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa.

2. Lokasi pada penelitian ini adalah Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 2 Bandung.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif yang mengikuti kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMAN 2 Bandung. Penulis akan mengambil sampel sebanyak 25 orang.

F. Batasan Istilah

Untuk memperjelas masalah yang akan dikaji dan agar tidak terjadi salah paham terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai beberapa istilah menurut para ahli. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh menurut (Arikunto, 2002: 139) “Adalah suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antar dua variabel atau lebih.”

2. Batasan istilah menurut (Arikunto, 2006: 12), “Adalah bagian dari proposal maupun laporan penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan penelitiannya.”


(23)

12

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

3. Program menurut (Suharsimi AK, 1988: 1) „Program ialah sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.‟

4. Ekstrakurikuler menurut (Suharsimi AK, 1988: 57), “Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.”

5. Pecinta Alam menurut (Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam se-Bandung Raya, 2002) pecinta alam yaitu “Sekelompok manusia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdidik, bertanggung jawab, dan bertujuan untuk menjaga serta memelihara alam.”

6. Kepemimpinan menurut Kouzes dan Posner (Harbani Pasolong, 2008: 5), mengatakan „kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa.‟

7. Kepemimpinan menurut Talbot (Numbery, 2010: 2) “Kepemimpinan adalah panduan seorang kepemimpinan … kemampuan untuk memimpin, bila lebih disederhanakan lagi kepemimpinan menurut John adalah cara memberi arah terhadap proses yang sedang berjalan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.”

8. Menurut (Numbery, 2010: 5) “Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris lead) yang berarti tuntun. Berarti, di dalamnya ada dua pihak, yaitu dipimpin (anggota organisasi) dan yang memimpin (pimpinan). Setelah ditambah awalan “pe-" menjadi “pemimpin” (leadership) berarti “kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.”

9. Menurut Peter Senge (Numbery, 2010: 178) “mengemukakan 5 hal yang membedakan antara organisasi pembelajar dengan organisasi berpola tradisional pada pembentukan kepemimpinan, 5 hal tersebut adalah: (1) berfikir sistem, (2) keahlian pribadi, (3) model mental, (4) membangun visi bersama, (5) pembelajaran kelompok.”

Pentingnya peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian ini agar pihak lain yang berkepentingan dengan peneliti tersebut mempunyai persepsi yang sama


(24)

13

Prima Hartio Waluyo, 2014

dengan peneliti. Sehingga agar tidak terdapat kesalahpahaman dan salah penafsiran terhadap ruang lingkup penelitian ini maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar diperlukan penulis sebagai pegangan dalam proses penelitian dan sebagai titik tolak dari semua proses yang akan dikerjakan. Surakhmad (Arikunto, 2005: 58) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggapan dasar atau postulat adalah „Sebuah titik tolak pemikiran yang keberadaannya diterima oleh penyelidik‟. Hal ini berarti bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda.

Adapun anggapan dasar yang dipakai sebagai titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa dapat memberi pengaruh yang nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. Sebagaimana diungkapkan dalam buku Proses Belajar Mengajar di Sekolah Kurikulum SMK (Depdikbud, 1984: 6) menjelaskan “Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.”

Dengan demikian sejalan dengan adanya kepentingan pada pendidikan di luar jam sekolah yaitu dari pengembangan potensi minat dan bakat siswa serta peningkatan potensi kepemimpinan pada siswa-siswi anggota GPA di SMA Negeri 2 Bandung, maka dari itu dengan penelitian ini akan tergambar Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa di Sekolah.


(25)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam menyusun suatu penelitian hingga menganalisis data untuk mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data pada penelitian disebut populasi dan sampel. Menurut (Sugiyono, 2008: 67) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D menyatakan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk mempelajari dan kemudian tarik kesimpulannya.”

Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan individu atau data yang akan disajikan sebagai sumber penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi anggota aktif GPA SMA Negeri 2 Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014. (Sugiyono, 2011: 81) menjelaskan bahwa „Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.‟ Dalam melakukan penelitian semua individu dalam populasi tidak perlu diteliti mengingat membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar. Lebih lanjut (Arikunto, 2002: 104) menjelaskan bahwa „Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti.‟

Menurut (Sugiyono, 2001: 77) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya melalui teknik pengambilan sampel atau teknik sampling tertentu. Untuk menghitung teknik pengambilan sampel akurat yang diperlukan dalam penelitian, maka penulis bersandar pada acuan yang telah ditawarkan oleh para ahli. Misalnya, menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 134) besarnya sampel dalam

penelitian ditentukan dengan cara prosentase, “… apabila subjeknya kurang dari


(26)

43

Prima Hartio Waluyo, 2014

populasi. Selanjutnya apabila subjeknya besar lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih … .”. Mengacu pada pendapat para ahli tersebut di atas, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang.

Untuk lebih jelas karakteristik sampel bisa dilihat pada tabel, yakni nama-nama anggota kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA Negeri 2 Bandung.

Tabel 3.1.

Daftar Nama-nama Anggota Sampel Penelitian

No Nama Kelas

1. Azis Hezan Triyono XI

2. Firdaus Adi Nugroho XI

3. M. Ismail Sabilillah XI

4. M Hazail K. XI

5. Aristyo K. H. X

6. Ananda Budi Subagja X

7. Nisa Faradhila XI

8. Ranestari Sastriani XI

9. Mariam Kemalarani XI

10. Miranda Dewi P. XI

11. M. Nizar S. XII

12. Ilham Fajar XII

13. Rijal Wrisaba R. X

14. Dhiya A. S. XII

15. Zaki Luqman X

16. Emile Nuraida Erawan X

17. Ristia Agiska X

18. Fakhri Muhammad X

19. Sintia Tri Yuliani X

20. Arkan Novendri XI

21. Andi Gustian X


(27)

44

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

23. Hanifah Harudini XII

24. Putri XII

25. Geraldy X

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Oleh karena itu diperlukan suatu metode tertentu agar data dapat terkumpul untuk keberhasilan penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut.

Metode Penelitian Pendidikan menurut (Sugiyono, 2012: 6) merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang sesuai dengan prosedur penelitian. Dalam penelitiannya ini penulis menggunakan metode eksperimen. Mengenai metode eksperimen ini (Surakhman, 1980: 149) menjelaskan, ‟Metode penelitian eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk meihat suatu hasil.‟ Hasil yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kasual antara variabel-variabel yang diselidiki. Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan deskripsi data melainkan pada penemuan faktor penyebab dan faktor akibat.

Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan suatu metode dalam penelitian yang dapat digunakan untuk menentukan pengaruh, baik kualitas maupun kualitas pada suatu peristiwa atau untuk menentukan pengaruh beberapa variabel. Dalam penelitian ini, penulis


(28)

45

Prima Hartio Waluyo, 2014

menggunakan metode eksperimen dalam pembuatannya, karena penulis ingin melihat bahwa ada pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.

2. Desain Penelitian

Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, penggunaan desain dalam penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yakni suatu desain yang membandingkan dengan keadaan sampel sebelum diberikan perlakuan (treatment). Untuk lebih jelas langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1. Langkah-langkah Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah kegiatan penelitian yang penulis susun dapat di deskripsikan sebagai berikut:

a. Persiapan, yang meliputi pengumpulan proposal penelitian dengan studi pustaka dan informasi dari berbagai pihak.

1) Orientasi lapangan, yaitu menghubungi institusi atau lembaga terkait yaitu SMA Negeri 2 Bandung

POPULASI

SAMPEL

PERLKUAN (TREATMENT)

Pretest / Tes Awal

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

KESIMPULAN Posttest / Tes Akhir


(29)

46

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

2) Menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta memperoleh data banyaknya sampel yang akan dijadikan sampel dengan melihat jumlah anggota yang aktif.

3) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan, berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

4) Menentukan sampel dalam penelitian.

Sampel penelitian ini diambil dari anggota aktif GPA SMAN 2 Bandung. 5) Menyusun instrumen penelitian.

6) Dilaksanakannya uji coba instrumen penelitian untuk melihat seberapa jauh tingkat validitas dan reliabilitas masing-masing item tes pada instrument uji coba instrumen penelitian.

7) Melaksanakan pengumpulan data dan menyebarkan kuisioner/angket penelitian kepada sampel kelompok kemudian diberikan treatment yakni program peningkatan potensi kepemimpinan berupa kurikulum Mabim (Masa Bimbingan), dan menjelang akhir sampel melaksanakan tes akhir. Untuk data program masa bimbingan secara lengkap, penulis uraikan pada bagian lampiran.

8) Menganalisa data dengan menggunakan teknik analisis data yang tepat dan menguji hipotesis penelitiannya.

9) Mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai sebuah karya ilmiah.

10) Adapun jumlah yang menjadi populasi dalam penelitian ini dari seluruh anggota aktif kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA Negeri 2 Bandung sebanyak 150 orang yang diambil sampel menjadi 25 orang.

C. Definisi Operasional

Pengungkapan variabel kepemimpinan siswa didasarkan pada item-item yang diangkat dari indikator-indikator dalam penelitian ini. Adapun indikator tersebut yakni mengemukakan lima hal yang membedakan antara organisasi pembelajar dengan organisasi berpola tradisional pada peningkatan potensi kepemimpinan dan lima hal tersebut adalah Agar memudah penulis dalam menyusun setiap butir


(30)

47

Prima Hartio Waluyo, 2014

pertanyaaan dalam kuesioner atau angket, penulis membuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Kisi-kisi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Peter Senge dalam (Numbery, 2010: 178) menjelaskan bahwa “lima hal yang membedakan antara organisasi berpola tradisional pada pembentukan kekepemimpinanan yaitu: (1) berfikir sistem (system thinking), (2) keahlian pribadi (personal mastery), (3) model mental (mental models), (4) membangun visi bersama (building shared vision), (5) pembelajaran kelompok (team learning).

Pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel penelitian agar alat pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti mengembangkan berdasarkan batasan dari variabel penelitian, selanjutnya ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel, sub variabel tersebut. Kriteria masing-masing variabel penelitian dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Uji Coba

Variabel Sub Variabel Jumlah Item No. Item Pernyataan No. Item Pernyataan di Acak Peningkatan Potensi Kepemimpin an

1. berfikir sistem

(System Thinking), 2. keahlian pribadi (personal

mastery),

3. model mental

(mental models), 4 12 5 1,2,3,4,32,33, 34,35 5,6,7,8,9,10, 11,12,13,14, 15,16,36,37, 38,39,40,41, 42,43,44,45, 46,47 17,18,19,20, 21,48,49,50, 51,52 43,19,25,46, 26,36,10,52 12,42,11,13, 50,4,47,5,57, 44,39,61, 45,28,15,24,17 ,16,2,48,49, 34,14,58 8,51,40,22,53, 41,38,29,60, 31


(31)

48

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

4. membangun visi bersama

(building shared vision), dan

5. pembelajaran kelompok (team

learning)

5

5

22,23,24,25, 26,53,54,55,

56,57

27,28,29,30, 31,58,59,60,

61,62

21,59,6,37,23, 35,20,55,62,

30

3,18,9,54,32, 33,56,27,1,7

Atas dasar uraian di atas, maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan acuan pembuatan pernyataan pada kisi-kisi mengenai peningkatan potensi kepemimpinan dalam mengikuti kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah berdasarkan pendapat di atas, antara lain: berfikir sistem, keahlian pribadi, model mental, membangun visi bersama, pembelajaran kelompok.

D. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka diperlukan instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data digunakan agar dapat menggali keterangan dan memperoleh data mengenai variabel dalam penelitian ini, yaitu instrumen peningkatan potensi kepemimpinan maka disusun instrumen pengumpul data berupa kuisioner (angket) sebagai teknik utama. Sedangkan untuk memperoleh data peningkatan potensi kepemimpinan siswa diperoleh dari kuisioner/angket, juga diperoleh dari hasil observasi ke lapangan dan studi dokumentasi. Angket (kuisioner), (Kartono, 1996: 217) “Angket atau kuisioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan atau pernyataan yang diajukan secara tertulis pada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respon) tertulis seperlunya.” Angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan agar semua jawaban yang diberikan oleh sampel lebih mudah untuk dinilai karena semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.

Menurut (Arikunto, 2002: 28), “Angket tertutup yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap, sehingga pengisi hanya tinggal


(32)

49

Prima Hartio Waluyo, 2014

memberi tanda pada jawaban yang dipilih.” Adapun beberapa alasan yang menyebabkan penulis menggunakan angket tertutup yaitu sebagai berikut:

1) Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif. 2) Sampel akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.

3) Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.

Penggunaan kuisioner sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini dilandasi oleh kenyataan yang dihadapi peneliti, seperti yang dikemukakan (Arikunto, 2002: 124) sebagai berikut:

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sampel dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

Selain itu, pertimbangan lain yang dijadikan dasar dalam penggunaan kuisioner menurut (Arif, 1982: 70) yaitu:

a. agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

b. dengan alat pengumpul data (kuisioner) tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang objektif.

c. dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.

Berdasarkan landasan tersebut, maka dalam penelitian ini untuk mengungkapkan pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa menggunakan angket pada skala yang dapat mengungkapkan data yang diperoleh dari sampel dengan data nominal tak sebenarnya. Hal ini seperti skala yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Menurut (Sukardi, 2003: 146) menjelaskan Skala Likert adalah sebagai berikut:

Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada sampel. Kemudian sampel diminta memberikan pilihan jawaban atau


(33)

50

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setujun setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 132), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial.” Untuk alternatif jawaban dibuat dari yang sangat positif sampai

sangat negatif. Dalam altenatif jawaban terdapat rentang nomor dari angka lima sampai dengan angka satu. Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam angket melekat dalam diri sampel, semakin rendah nomor yang sampel pilih maka pernyataan tersebut semakin terisolasi jauh dari diri sampel.

Adapun kategori penyekoran untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 5. Kategori penyekoran setiap alternatif jawaban tampak dalam tabel.

Tabel 3.4.

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, (Arikunto, 2002: 138) menerangkan sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.


(34)

51

Prima Hartio Waluyo, 2014

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Dengan berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, maka yang menjadi instrumen penelitian adalah kuesioner atau angket, hal ini dikarenakan sampel dapat meluapkan apa yang dirasakannya secara mandiri dengan obyektif dan cepat tanpa ada tekanan dan rasa takut dari siapapun.

Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan untuk mengolahnya, angket dalam penelitian yaitu untuk anggota yang dalam penelitian ini diminta sebagai sampel diberikan pernyatan dan sampel diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom 1, 2, 3, 4, 5 dengan tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS).

E. Uji Coba Instrumen

Setelah angket tersusun dengan bentuk yang telah direncakan sebelumnya, maka selanjutnya harus diuji cobakan kepada sampel untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir soal yang diajukan menjadi instrumen penelitian.

Hal ini selaras dengan pernyataan dari (Arikunto, 2002: 211) yang menyatakan bahwa „instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.‟ Artinya suatu instrumen atau alat pengumpul data yang tidak baku maka harus mengukur kesahihan dan tingkat kepercayaan untuk mengungkap data dari variabel yang tepat agar dapat diterima sebagai alat ukur dalam penelitian yang dilakukan. Karena apabila kita melakukan sebuah penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.

Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian dilakukan penulis, sebelum melaksanakan penelitian sesungguhnya. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 25 orang anggota aktif GPA SMA Negeri 2 Bandung sebanyak 25 orang.


(35)

52

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Angket peningkatan potensi kepemimpinan siswa ini di uji cobakan kepada seluruh anggota kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA pada tanggal 12 bulan Desember 2013 dengan jumlah 25 orang.

1. Uji Validitas

Menurut (Arikunto, 1999: 160) „Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.‟ Uji validitas item dalam penelitian dimaksudkan agar item-item tes sesuai dengan indikator setiap variabel. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir item dengan skor total.

Apabila kita telah mengetahui hasil dari uji coba angket dan telah melakukan pengujian mengenai angket sementara, maka langkah selanjutnya yaitu pengadaan mengenai uji coba pengolahan data. Adapun sebelum melakukan uji coba pengolahan data yang harus diperhatikan adalah metode mengenai pengadaan instrumen.

Menurut (Arikunto, 2002: 142-143) mengenai metode pengadaan instrumen yaitu sebagai berikut.

a. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menetukan variabel, kategorisasi variabel.

b. Penulisan butir soal atau item kuesioner, penyusunan skala.

c. Penyutingan yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang diperlukan.

d. Uji coba angket.

e. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran.

f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada yang diperoleh.

Sesuai dengan pernyataan di atas maka angket yang telah disusun kemudian diuji cobakan kepada sampel untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian


(36)

53

Prima Hartio Waluyo, 2014

ini. Karena apabila kita melakukan sebuah penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.

Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2008: 173) bahwa dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Pelaksanaan Uji coba angket penulis dilaksanakan setelah disetujui oleh dosen pembimbing. Setelah pelaksanaan uji coba angket, selanjutnya penulis menentukan tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari sampel. Mengenai validitas ini (Arikunto, 2002: 145) mengemukakan bahwa:

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.

b. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.

c. Merangking skor sampel dari skor yang tertinggi sampai yang terendah. d. Menetapkan 50% sampel kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor

tinggi).

e. Menetapkan 50% sampel kelompok bawah (kelompok yang memperoleh skor rendah).

f. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X =

n X


(37)

54

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Keterangan: X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah

Σ X = Jumlah skor

n = Jumlah sampel

g. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan baik untuk kelompok atas maupun untuk kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: S = Simpangan baku

X = Skor rata-rata n = Jumlah sampel

h. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Sgab = Simpangan baku gabungan n1 = Banyaknya sampel kelompok atas

n2 = Banyaknya sampel kelompok bawah

S1 = Simpangan baku kelompok atas

S2 = Simpangan baku kelompok bawah

i. Mencari nilai t-hitung untuk tiap butir pernyataan dengan menggunakan rumus:

Keterangan: t = Nilai t-hitung setiap butir tes

1

X = Nilai rata-rata kelompok atas S =

1 ) ( 2    n X Xi 2 ) ( ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1       n n s n s n Sgab t = 2 1 2 1 1 1 n n Sgab X X  


(38)

55

Prima Hartio Waluyo, 2014 2

X = Nilai rata-rata kelompok bawah Sgab = Simpangan baku gabungan n1 = Banyaknya sampel kelompok atas

n2 = Banyaknya sampel kelompok bawah

j. Penentuan nilai t tabel dalam taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2

k. Menetukan kriteria yaitu t hitung lebih besar dari pada t tabel maka valid.

2. Uji Reliabilitas

Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil dan soal yang bernomor genap.

b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.

Keterangan:

rxy = Koefisien yang dicari

XY = Jumlah perkalian skor X dan Y X2 = Jumlah skor X2

Y2 = Jumlah skor Y2 n = Jumlah sampel

d. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

rxy =

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n          


(39)

56

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

r

ii

=

xy xy

r

r

1

)

(

2

Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen

rxy = Koefisien korelasi

e. Menentukan r-tabel dengan pendekatan product moment sehingga diketahui kriteria penentuan kesimpulan r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukan instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan, merupakan data yang masih mentah. Agar data tersebut mempunyai arti, maka diperlukan pengolahan dan analisis data secara statistik. Prosedur pengolahan data yang dipergunakan pada umumnya bersumber pada buku statistik dari Nurhasan, 1999. Adapun data-data yang ditempuh untuk pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata

Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok dengan dengan rumus :

Keterangan :

= skor rata-rata = skor mentah = jumlah

= banyanknya sampel

2. Menghitung Simpangan Baku

Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut :

S=

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari n = jumlah sampel


(40)

57

Prima Hartio Waluyo, 2014

∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji Normalitas

Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan lilliefors. Prosedur yang digunakan sebagai berikut :

a. Pengamatan , , ... dijadikan bilangan baku , , ... dengan menggunakan rumus :

=

( dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F( ) = P(z ).

c. Selanjutnya menggunakan porsi hitung , , .... ∑ . jika proporsi ini dinyatakan S( ), maka :

S( ) =

-d. Menghitung selisih F( ) – S ( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Untuk menolak atau menerima hypotesis, kita bandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya nol diterima.

4. Menguji Homogenitas

Menguji homogenitas. Menggunakan rumus sebagai berikut :

F =

Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari F tabel distribusi dengan derajat kebebasan


(41)

58

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

5. Pengujian Signifikansi

Pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Uji dua rata-rata (uji satu pihak) dengan menggunakan rumus :

t=

dimana

S² =

keterangan :

t = nilai t yang dicari (t hitung) = nilai rata-rata kelompok 1 = nilai rata-rata kelompok 2 = simpangan baku gabungan

= banyaknya sampel kelompok 1 = banyaknya sampel kelompok 2 S = variansi kelompok 1

S = variansi kelompok 2

6. Uji Hipotesis

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (skor berpasangan) dengan melalui pendekatan statistik uji t, dengan rumus sebagai berikut :

B

t =

Sb

√n

Arti tanda-tanda dalam rumus :


(42)

59

Prima Hartio Waluyo, 2014

B = Rata-rata beda

Sb = Simpangan baku beda n = Jumlah sampel

√ = Akar dari

Adapun langkah-langkah yang ditempuh ialah sebagai berikut : a. Menghitung rata-rata beda.

b. Menghitung simpangan baku beda. c. Mencari nilai t hitung.

d. Mencari batas penerimaan hipotesis pada tabel t pada tp=0,95 dengan dkn-1.

e. Membandingkan t hitung dengan t tabel

Jika

t

hitung

> t

tabel maka hipotesis DITERIMA H1.

Jika

t

hitun

g < t

tabel maka hipotesis DITOLAK. H0.

f. Kriteria terima hipotesis

Jika - t ( 1 - 1/2 α ) < t < t ( 1 - 1/2 α )

g. Kesimpulan


(43)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada BAB IV, dapat dijabarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMAN 2 Bandung.”

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Pemegang kebijakan (pemerintah)

Pemerintah sebagai pembuat atau perumus kebijakan agar dapat memasukan beberapa ranah atau indikator pemimpin dalam kebijakan sebuah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler karena sudah terbukti melalui kegiatan tersebut dapat membentuk kepribadian siswa terutama peningkatan potensi kepemimpinan siswa di sekolah.

2. Bagi Pihak Sekolah

Sekolah merupakan rumah atau tempat untuk menggali beberapa ilmu dan sekolah juga merupakan tempat pendidikan bagi siswa sehingga dapat mengetahui atau memahami beberapa pengetahuan sebagai bekal nanti disuatu saat, maka bagi pihak sekolah lebih memandang bukan hanya pendidikan formal yang diutamakan tetapi pendidikan informal salah satunya kegiatan ekstrakurikuler sangat penting untuk memperkuat mental siswa karena dalam sesungguhnya kepribadian merupakan hal terpenting yang harus dimiliki siswa, sehingga sungguh penting siswa mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler disekolah terutama kegiatan pecinta alam karena melalui kegiatan itu dapat meningkatkan potensi kepemimpinan bagi siswa.


(44)

69

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi 3. Bagi Siswa dan Penggiat Alam

Diharapakan untuk siswa-siswi yang belum pernah mengikuti kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah diharapkan dapat mengikuti kegiatan tersebut karena sudah terbukti dapat meningkatkan potensi kepemimpinan pada siswa. Bagi para penggiat pada kegiatan pecinta alam adalah sebagai bahan rekomendasi untuk menentukan standar perekrutan calon anggota kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Keterbatasan penulis dalam penggunaan metode dan sampel yang digunakan, maka dari itu diharapakan peneliti selanjutnya lebih mengungkapkan beberapa indikator kepribadian yang lain agar manfaat dari kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah-sekolah lebih dapat terungkap lagi.


(45)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, dan Jajat Darajat Kusumah. 2010. Aplikasi Statistika Dalam Penjas.

Bandung: FPOK UPI.

Arif, Zainudin. 1982. Suatu Petunjuk dalam Pendekatan Andradogi. “Konsep

Pengalaman dan Aplikasi.” Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

(BPKB). Jayagiri: Unit Sumber Pendayagunaan Inovasi (USPI).

Arikunto, Suharsimi. 1988. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: CV Rajawali. Arikunto, Suharsini. 1999. Manajemen Penelitian. Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdikbud. 1985. Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengejar.

Kurikulum SMTA 1984. Jakarta: Dikmenum. ---.1989. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. ---. 1984. Paket Bimbingan Karier. Jakarta: BP3K.

---. 1981. Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pembangunan Institusi Pendidikan Tinggi.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 1987. Ekstrakurikuler Sebagai Wahana Pembentukan Karakter (Online). Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132313281/semornas%20fik%20uny %20%28Faidillah%201%29.pdf

Farida Yusuf. 1980. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta, Depdikbud.

Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam se-Bandung Raya. 2002. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(46)

71

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Hadari Nawawi. 1986. Administrasi Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. ---. 1983. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

---. 1985. Organisasi dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Kartono, Kartini. 2005. Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan itu Abnormal?.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Numbery, Freddy. 2010. Kepemimpinan Sepanjang Zaman. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Menteri Pendidikan Nasional RI No. 125/U/2002 Bab 5 Pasal 9 Ayat 2 Tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Efektif di Sekolah Pengaturan Kegiatan Ekstrakurikuler.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: CV Alfabeta. Percy E. Burrep. 1962. Modern High School Administration. New York: Harper

& Brothers Publisher.

Q.S. Al-Jatsiyah Ayat 12-13 Tentang Aspek Mencintai Alam Semesta.

Q.S. Al-Ahzab Ayat 21 Tentang Tauladan Kepemimpinan Rosulullah yang Menjadi Panutan oleh Semua Muslim.

Rivai, Veitzhal. 2006. Kiat Kepemimpinan Dalam Abad ke 2. Jakarta: Murai Kencana.

Rosulullah, SAW Tentang Manusia yang diberi Amanah oleh Allah Sebagai Pembawa Rahmat Bagi Alam Semesta.


(47)

72

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudriamunawar, Haryono. 2006. Kepemimpinan Peran Serta dan Produktivitas.

Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono, Winarno. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatuf dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, Winarno. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatuf dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara. Surakhmand, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta: Tarsito. Surakhmand, Winarno. 1990. Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta: Galamedia

Pustaka Utama.

Sutisna, Oteng. 1983. Administrasi Pendidikan Dasar Teoretika untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa.

Visimedia. 2007. Undang-Undang SISDIKNAS dan Undang-Undang Guru & Dosen. Jakarta.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI Press.

Utomo, Warsito. 2008. Kepemimpinan Profesional. Yogjakarta: Gava Media. Yukl, Gary. 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi (terjemahan). Jakarta:


(1)

59

B = Rata-rata beda

Sb = Simpangan baku beda n = Jumlah sampel

√ = Akar dari

Adapun langkah-langkah yang ditempuh ialah sebagai berikut : a. Menghitung rata-rata beda.

b. Menghitung simpangan baku beda. c. Mencari nilai t hitung.

d. Mencari batas penerimaan hipotesis pada tabel t pada tp=0,95 dengan dkn-1.

e. Membandingkan t hitung dengan t tabel

Jika thitung

> t

tabel

maka hipotesis DITERIMA H

1.

Jika thitun

g < t

tabel

maka hipotesis DITOLAK. H

0.

f. Kriteria terima hipotesis

Jika - t ( 1 - 1/2 α ) < t < t ( 1 - 1/2 α )

g. Kesimpulan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada BAB IV, dapat dijabarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMAN 2 Bandung.”

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Pemegang kebijakan (pemerintah)

Pemerintah sebagai pembuat atau perumus kebijakan agar dapat memasukan beberapa ranah atau indikator pemimpin dalam kebijakan sebuah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler karena sudah terbukti melalui kegiatan tersebut dapat membentuk kepribadian siswa terutama peningkatan potensi kepemimpinan siswa di sekolah.

2. Bagi Pihak Sekolah

Sekolah merupakan rumah atau tempat untuk menggali beberapa ilmu dan sekolah juga merupakan tempat pendidikan bagi siswa sehingga dapat mengetahui atau memahami beberapa pengetahuan sebagai bekal nanti disuatu saat, maka bagi pihak sekolah lebih memandang bukan hanya pendidikan formal yang diutamakan tetapi pendidikan informal salah satunya kegiatan ekstrakurikuler sangat penting untuk memperkuat mental siswa karena dalam sesungguhnya kepribadian merupakan hal terpenting yang harus dimiliki siswa, sehingga sungguh penting siswa mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler disekolah terutama kegiatan pecinta alam karena melalui kegiatan itu dapat meningkatkan potensi kepemimpinan bagi siswa.


(3)

69

3. Bagi Siswa dan Penggiat Alam

Diharapakan untuk siswa-siswi yang belum pernah mengikuti kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah diharapkan dapat mengikuti kegiatan tersebut karena sudah terbukti dapat meningkatkan potensi kepemimpinan pada siswa. Bagi para penggiat pada kegiatan pecinta alam adalah sebagai bahan rekomendasi untuk menentukan standar perekrutan calon anggota kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Keterbatasan penulis dalam penggunaan metode dan sampel yang digunakan, maka dari itu diharapakan peneliti selanjutnya lebih mengungkapkan beberapa indikator kepribadian yang lain agar manfaat dari kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah-sekolah lebih dapat terungkap lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, dan Jajat Darajat Kusumah. 2010. Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Arif, Zainudin. 1982. Suatu Petunjuk dalam Pendekatan Andradogi. “Konsep Pengalaman dan Aplikasi.” Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB). Jayagiri: Unit Sumber Pendayagunaan Inovasi (USPI).

Arikunto, Suharsimi. 1988. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: CV Rajawali. Arikunto, Suharsini. 1999. Manajemen Penelitian. Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdikbud. 1985. Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengejar. Kurikulum SMTA 1984. Jakarta: Dikmenum.

---.1989. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. ---. 1984. Paket Bimbingan Karier. Jakarta: BP3K.

---. 1981. Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pembangunan Institusi Pendidikan Tinggi.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 1987. Ekstrakurikuler Sebagai Wahana Pembentukan Karakter (Online). Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132313281/semornas%20fik%20uny %20%28Faidillah%201%29.pdf

Farida Yusuf. 1980. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta, Depdikbud.


(5)

71

Hadari Nawawi. 1986. Administrasi Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. ---. 1983. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

---. 1985. Organisasi dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Kartono, Kartini. 2005. Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan itu Abnormal?. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Numbery, Freddy. 2010. Kepemimpinan Sepanjang Zaman. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Menteri Pendidikan Nasional RI No. 125/U/2002 Bab 5 Pasal 9 Ayat 2 Tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Efektif di Sekolah Pengaturan Kegiatan Ekstrakurikuler.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: CV Alfabeta. Percy E. Burrep. 1962. Modern High School Administration. New York: Harper

& Brothers Publisher.

Q.S. Al-Jatsiyah Ayat 12-13 Tentang Aspek Mencintai Alam Semesta.

Q.S. Al-Ahzab Ayat 21 Tentang Tauladan Kepemimpinan Rosulullah yang Menjadi Panutan oleh Semua Muslim.

Rivai, Veitzhal. 2006. Kiat Kepemimpinan Dalam Abad ke 2. Jakarta: Murai Kencana.

Rosulullah, SAW Tentang Manusia yang diberi Amanah oleh Allah Sebagai Pembawa Rahmat Bagi Alam Semesta.


(6)

Sudriamunawar, Haryono. 2006. Kepemimpinan Peran Serta dan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono, Winarno. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatuf dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, Winarno. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatuf dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara. Surakhmand, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta: Tarsito. Surakhmand, Winarno. 1990. Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta: Galamedia

Pustaka Utama.

Sutisna, Oteng. 1983. Administrasi Pendidikan Dasar Teoretika untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa.

Visimedia. 2007. Undang-Undang SISDIKNAS dan Undang-Undang Guru & Dosen. Jakarta.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Utomo, Warsito. 2008. Kepemimpinan Profesional. Yogjakarta: Gava Media. Yukl, Gary. 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi (terjemahan). Jakarta:


Dokumen yang terkait

Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta

0 8 126

Pengaruh metode qutbound terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa sekolah alam indonesia

1 4 119

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Dan Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Bawah Sd Muhammadiyah 4 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 14

PENGARUH EKSTRAKURIKULER SISWA PECINTA ALAM (SISPALA) TERHADAP PRESTASI SISWA DALAM MATA PELAJARAN Pengaruh Ekstrakurikuler Siswa Pecinta Alam (Sispala) Terhadap Prestasi Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika(Pada Siswa Kelas X Dan Xi Semester Genap Smk

0 2 15

PENGARUH EKSTRAKURIKULER SISWA PECINTA ALAM (SISPALA) TERHADAP PRESTASI SISWA DALAM MATA PELAJARAN Pengaruh Ekstrakurikuler Siswa Pecinta Alam (Sispala) Terhadap Prestasi Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika(Pada Siswa Kelas X Dan Xi Semester Genap Smk

0 1 15

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA.

1 2 54

PENGARUH PENDIDIKAN DASAR PECINTA ALAM TERHADAP PENINGKATAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA DI KOTA CIREBON.

2 14 57

PENGEMBANGAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI SEKOLAH ALAM : Studi Kasus di Sekolah Alam Bandung.

0 1 44

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PENGURUS ORGANISASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 176

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG BIMBINGAN KONSELING DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA TERHADAP KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA.

0 0 166