PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN PAKU BERCINCIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON.

(1)

Penggunaan Alat Peraga Papan Paku Bercincin untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terhadap Konsep Perkalian

Bilangan Cacah di Kelas III SDN 1 Setu Wetan

Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

RANI PRABUWANTI 0803580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2014


(2)

PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON

Disusun Oleh RANI PRABUWANTI

NIM :0803580

Disetujui dan Disahkan Pembimbing I,

Maulana, M.Pd NIP. 198001252002121002

Pembimbing II,

Drs. Yedi Kurniadi NIP. 195910221989031003

Mengetahui, Ketua Prodi S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si NIP. 198011252005012002


(3)

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN PAKU BERCINCIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN

KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON Disusun Oleh

RANI PRABUWANTI NIM :0803580

Disetujui dan Disahkan

Penguji 1,

Drs. Yedi Kurniadi NIP.195910221989031003

Penguji 2,

Maulana, M.Pd NIP.198001252002121002

Penguji 3,

Ani Nur Aeni, M.Pd NIP.


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penggunaan Alat Peraga Papan Paku Bercincin untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terhadap Konsep Perkalian Bilangan Cacah di Kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Januari 2014 Yang membuat pernyataan

Rani Prabuwanti NIM. 0803580


(5)

i

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI ... i

PENGESAHAN PENGUJI ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E... Batasan Istilah ... 10


(6)

ii

A. Hakikat Matematika ... 12

B. Karakteristik Siswa SD ... 15

C. Perkembangan Siswa SD ... 16

D. Teori Pembelajaran Matematika ... 17

E. Media Pembelajaran ... 21

F. Operasi Hitung Bilangan ... 29

G. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

H. Hipotesis Tindakan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

B. Subyek Penelitian ... 36

C. Metode dan Desain Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

G. Validasi Data ... 51

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 52

B. Paparan Data Tindakan ... 55


(7)

iii

D. Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 93


(8)

iv Tabel

3.1 Klasifikasi Interpretasi ... 49

3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 49

4.1 Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa .... ………... 52

4.2 Data Awal Hasil Tes Siswa ... 53

4.3 Persentase Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 58

4.4 Persentase Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I ... 59

4.5 Data Hasil Penilaian Individu Siklus I ... 61

4.6 Analisis dan Hasil Siklus I ... 63

4.7 Persentase Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 68

4.8 Persentase Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II ... 69

4.9 Data Hasil Penilaian Individu Siklus II ... 72


(9)

v

DAFTAR DIAGRAM Diagram

4.1 Persentase Peningkatan Kinerja Guru ... 83 4.2 Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa ... 84 4.3 Persentase Peningkatan Hasil Ketuntasan Siswa ... 86


(10)

vi Gambar

1.1 Papan Paku Perkalian Satuan ... 5

1.2 Papan Paku Perkalian (0 x bil. 0-10) ... 7

1.3 Papan Paku Perkalian (bil. 0-10 x 0) ... 7

1.4 Papan Paku Perkalian Puluhan ... 8

2.1 Papan Paku Perkalian Satuan ... 26

2.2 Papan Paku Perkalian (0 x bil. 0-10) ... 27

2.3 Papan Paku Perkalian (bil. 0-10 x 0) ... 28

2.4 Papan Paku Perkalian Puluhan ... 29

3.1 Model Spiral Kemmis & Mc. Taggart ... 38

3.2 Alur Pelaksanaan tiap Siklus Pembelajaran ... 39


(11)

vii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

A.1 RPP Siklus I ... 93

A.2 RPP Siklus II ... 102

B.1 Format Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 111

B.2 Format Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 117

C.1 Format Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 123

C.2 Format Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 127

D.1 Format Catatan Lapangan Siklus I ... 131

D.2 Format Catatan Lapangan Siklus II ... 133

E.1 Pedoman Wawancara untuk Guru ... 135

E.2 Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 137

E.3 Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 138

F.1 Data Hasil Penilaian Individu Siklus I ... 139

F.2 Data Hasil Penilaian Individu Siklus II ... 141

Sampel Pengisian Tes Hasil belajar ... 143

SK Pembimbing ... 147

Izin Penelitian dari UPI Kampus Sumedang ... 148

Izin Penelitian dari SDN 1 Setu Wetan ... 149

Daftar Monitoring Bimbingan... 150

Dokumentasi ... 151


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah dasar (SD) pada umumnya merupakan lembaga pendidikan pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan menghitung. Kecapakan ini merupakan landasan dan wahana pokok yang harus dikuasai siswa untuk menggali dan menimba pengetahuan lebih lanjut. Tanpa penguasaan yang mantap terhadap kemampuan-kemampuan tersebut, sudah barang tentu siswa akan menemukan kesulitan dalam penguasaan ilmu yang lainnya.

Secara khusus, di SD pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar-mengajar yang diarahkan agar siswa memiliki keterampilan berhitung. Dalam pembelajaran matematika juga sangat membutuhkan pemahaman mengenai suatu konsep dengan tujuan untuk memperoleh suatu pengalaman belajar agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar pada hakikatnya adalah (1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan dan keadaan dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan dan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam rangka mempelajari ilmu pengetahuan lainnya (Karim, 1997).


(13)

2

Di sekolah dasar, masih banyak siswa yang kurang menyenangi matematika, bahkan mayoritas siswa memvonis matematika sebagai pelajaran yang menyeramkan dan menakutkan. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran matematika yang didominasi oleh guru dengan metode ceramah sehingga bersifat verbal dan diktator yang membuat siswa kurang berminat untuk mempelajari matematika. Dengan demikian, seharusnya pembelajaran matematika selain bersifat verbal juga harus bersifat visual agar mudah dipahami siswa baik secara konsep maupun praktiknya.

Jika ditinjau dari sudut pandang siswa, maka siswa SD masih berada pada tahap operasi konkret. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget (Muhsetyo, 2008: 19) bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertahap, yaitu (a) sensori motor (0-2 tahun), (b) pra-operasional (2-7 tahun), (c) operasional konkret (7-11 tahun), (d) operasional formal (≥ 11 tahun). Jelas bahwa anak usia SD berada di rentang umur 7-11 tahun yang menunjukkan siswa tersebut berada pada tahap operasional konkret. Ciri utama anak yang berada pada tahap operasional konkret adalah berpikir logisnya didasarkan pada manipulasi fisik objek-objek konkret dan untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi objek-objek konkret atau pengalaman-pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini bertentangan dengan karakteristik matematika yang bersifat abstrak, formal, dan merupakan bahasa simbolik yang padat arti, sehingga hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika tidak memuaskan.

Pada pembelajaran matematika di kelas III terdapat pokok bahasan perkalian. Dalam proses pembelajarannya diajarkan secara abstrak sehingga siswa tidak paham dan menjadikan pembelajaran tersebut tidak bermakna bagi siswa.


(14)

Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung perkalian. Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang perkalian diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Strategi yang digunakan berdasarkan hasil musyawarah dengan kepala sekolah diputuskan bahwa perlunya penggunaan alat peraga yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep perkalian bilangan cacah.

Berdasarkan hasil data awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Agustus 2012 terhadap siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, dapat diketahui dari jumlah 40 siswa, 35 siswa tidak bisa menyelesaikan operasi hitung perkalian. Hal ini dilihat dari KKM yang belum tercapai secara tuntas.

Selain fakta di atas, ditemukan juga penyebab ketidakberhasilan pembelajaran matematika pada pokok bahasan operasi hitung perkalian di kelas III SDN I Setu Wetan. Salah satunya karena guru banyak menjelaskan konsep operasi hitung perkalian secara abstrak, artinya guru kurang menggunakan alat peraga yang dapat dimanipulasi secara langsung oleh siswa yang berpengaruh besar terhadap kurangnya keaktifan dan minat siswa dalam pembelajaran yang berlangsung. Banyak siswa yang lebih memilih diam, karena peran guru yang lebih mendominasi pembelajaran. Dengan demikian, akan coba digunakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep perkalian bilangan cacah dengan cara menggunakan alat peraga papan paku bercincin.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu kiranya dilakukan perbaikan praktik pembelajaran melalui suatu penelitian yang berjudul “Penggunaan Alat Peraga Papan Paku Bercincin untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terhadap


(15)

4

Konsep Perkalian Bilangan Cacah di Kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon”.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap pokok bahasan operasi hitung perkalian, disebabkan belum tepatnya strategi yang digunakan pada proses belajar mengajar matematika untuk pokok bahasan operasi hitung perkalian. Selain itu, masalah muncul karena tidak digunakannya alat peraga yang tepat dalam proses pembelajarannya.

Dari permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran konsep perkalian dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran perkalian dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon?

c. Bagaimana hasil pembelajaran perkalian dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon?

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan, diperlukan suatu pengembangan strategi pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah


(16)

tersebut melalui kajian penelitian. Dalam penelitian ini masalah yang timbul berkaitan dengan kemampuan siswa terhadap materi konsep perkalian. Mengacu pada akar permasalahan yang muncul, maka diyakini bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut, lebih tepat menggunakan alat peraga papan paku bercincin, karena alat peraga paku bercincin dianggap dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.

Penggunaan alat peraga paku bercincin untuk mengatasi masalah konsep perkalian bilangan cacah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menyiapkan papan paku dengan ukuran 60 cm x 60 cm yang terdiri dari 100 persegi yang dari masing-masing persegi tersebut bagian tengahnya ditancapkan satu buah paku, kecuali untuk 10 persegi bagian sebelah kanan lambang (x) dan 10 persegi bagian bawah lambang (x) akan ditancapkan paku dibagian tengah garis paling atas disetiap perseginya yang akan berfungsi sebagai tempat bilangan pengali dan yang dikali.

Gambar 1.1

Papan Paku Perkalian Satuan

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 . . . . . . . . . .

2 . . . . . . . . . .

3 . . . . . . . . . .

4 . . . . . . . . . .

5 . . . . . . . . . .

6 . . . . . . . . . .

7 . . . . . . . . . .

8 . . . . . . . . . .

9 . . . . . . . . . .


(17)

6

b. Setelah papan paku siap, sediakan pula kelengkapannya yaitu cincin yang dalam hal ini terbuat dari besi dengan bentuk gamping melingkar dengan ketentuan untuk cincin yang bernilai satuan berwarna putih, cincin yang bernilai puluhan berwarna merah dan cincin yang bernilai ribuan berwarna hitam.

c. Kemudian angka-angka yang ditulis dengan spidol di atas papan triplek ukuran 4 cm x 4 cm yang dilubangi bagian atasnya agar bisa dimasukkan pada papan paku di bagian pengali dan yang dikali sebanyak 20 buah dimana terdiri dari angka 1 – 10 masing-masing sebanyak 2 buah.

c. Setelah semuanya siap, pasangkan papan paku di depan kelas dan guru sudah dapat menggunakan papan paku bercincin tersebut.

d. Misalnya ada soal 1 x 6 = …

Angka 1 adalah bilangan pengali dan angka 6 adalah bilangan yang dikali. Penyelesaian soal tersebut adalah pasang angka 1 pada bagian pengali yaitu di bawah lambang (x) dan pasang angka 6 pada bagian yang dikali yaitu di sebelah kanan lambang (x). Kemudian ambil cincin sejumlah angka pada bagian yang dikali lalu pasangkan sejumlah cincin tersebut pada paku yang ada di bawah angka 6. Pasangkan sejumlah cincin yang sama apabila belum sampai pada batas angka pengalinya. Hitung semua jumlah cincin yang ada di bawah angka yang dikali, maka itu adalah hasilnya.

e. Apabila terdapat perkalian dengan bilangan nol, maka bentuk papan pakunya adalah sebagai berikut.


(18)

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 . . . . . . . . . .

Gambar 1.2

Papan Paku Perkalian (0 x Bilangan 0-10)

Papan paku di atas digunakan apabila terdapat soal dengan angka nol sebagai pengalinya dan angka 0 – 10 sebagai yang dikalinya.

X 0

1 .

2 .

3 .

4 .

5 .

6 .

7 .

8 .

9 .

10 .

Gambar 1.3

Papan Paku Perkalian (Bilangan 0-10 x 0)

Papan paku di atas digunakan apabila soalnya, dimana angka 0 – 10 sebagai pengalinya dan angka 0 sebagai yang dikalinya.


(19)

8

f. Perkalian dua bilangan yang hasilnya bilangan tiga angka

Gambar 1.4

Papan Paku Perkalian Puluhan

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi konsep operasi hitung perkalian bilangan cacah dan memperbaiki pembelajaran dilakukan oleh guru di kelas, adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

X 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 . . . . . . . . . .

2 . . . . . . . . . .

3 . . . . . . . . . .

4 . . . . . . . . . .

5 . . . . . . . . . .

6 . . . . . . . . . .

7 . . . . . . . . . .

8 . . . . . . . . . .

9 . . . . . . . . . .


(20)

3. Mengetahui hasil pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Memudahkan proses pembelajaran dengan adanya penggunaan alat peraga.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan adanya penggunaan alat peraga.

c. Memberikan motivasi baru untuk siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.

d. Memberikan alternatif solusi bagi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan konsep perkalian.

e. Terciptanya suatu kegiatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan menggunakan alat peraga papan paku bercincin.

2. Bagi Guru

a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar di kelas.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan guru dalam menyampaikan materi pokok bahasan konsep perkalian.


(21)

10

c. Mengembangkan kemampuan dalam menciptakan alat peraga yang bermakna dan bermanfaat untuk kegiatan pembelajaran matematika. d. Memperkaya variasi dalam pembelajaran matematika yang dilakukakan

oleh guru dengan penggunaan alat peraga papan paku bercincin.

e. Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman guru akan pentingnya penggunaan alat peraga.

3. Bagi Sekolah

a. Untuk meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar sebagai sarana dan prasarana pendidikan.

b. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. 4. Bagi Peneliti

a. Dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut.

b. Menambah pengetahuan bagi peneliti yang berguna sebagai seorang guru.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut ini.

1. Alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa (Natawidjaja, R. 1978 : 28).

2. Alat peraga papan paku bercincin adalah alat peraga visual berupa papan berpaku yang digunakan dengan memanipulasi jumlah cincin sesuai dengan angka yang diminta untuk menyelesaikan soal operasi hitung perkalian dari 0 x 0 sampai 10 x 10.


(22)

3. Perkalian adalah penjumlahan berulang (Subarinah, 2006 : 31). 4. Konsep adalah rancangan (Poerwadarminta, 1993 : 520).

5. Hasil belajar adalah tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Bundu, 2006: 17). Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Indikatornya adalah siswa mampu mengalikan perkalian satuan dengan satuan antara 1 – 5.

6. Himpunan bilangan cacah adalah gabungan himpunan bilangan asli dan nol (Herman, T. 2006:29). Himpunan bilangan cacah terdiri dari {0, 1, 2, 3, 4, 5, …}.


(23)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 1 Setu Wetan yang terletak di Desa Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Alasan dipilihnya lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut ini.

a. Peneliti merupakan salah seorang guru di SDN 1 Setu Wetan sehingga peneliti memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa, termasuk proses pembelajaran yang berlangsung dan dapat mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.

b. Masih terdapat masalah yang dihadapi oleh praktisi di sekolah tersebut dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, khususnya dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan cacah sehingga menimbulkan keinginan peneliti untuk mencari solusi terbaik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran perkalian bilangan cacah.

1) Kondisi Sekolah

Sekolah Dasar Negeri 1 Setu Wetan yang terletak di Jalan K.H. Asror No. 502 Desa Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, dijabat oleh seorang kepala sekolah yaitu Ibu Nuraeni, S.Pd. SDN 1 Setu Wetan ini memiliki 9 ruangan yang terdiri dari 1 ruang guru, 6 ruang kelas untuk


(24)

kegiatan proses kegiatan belajar mengajar, 1 ruang perpustakaan, dan 1 ruang mushola.

2) Keadaan Guru

Guru merupakan pendidik yang memiliki fungsi untuk mencerdaskan siswa serta memiliki kewajiban sebagai fasilitator dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam mewujudkan kedewasaannya. SDN 1 Setu Wetan mempunyai 11 orang tenaga pengajar yang terdiri dari Kepala Sekolah dan 10 guru. Kesebelas tenaga pengajar tersebut terdiri dari 9 PNS dan 2 honorer. 3)Keadaan Siswa

Jumlah keseluruhan siswa SDN 1 Setu Wetan yaitu 256 orang siswa yang terdiri dari 148 siswa laki-laki dan 108 siswa perempuan, dengan keseluruhan siswa berdomisili di Desa SetuWetan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2012-2013, sedangkan waktu yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama semester genap tahun 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Alasan dipilihnya subjek tersebut karena berdasarkan hasil observasi awal pada proses pembelajaran perkalian bilangan


(25)

37

cacah dan hasil tes yang diberikan ternyata kemampuan siswa untuk memahami materi tersebut masih terlalu rendah sehingga diperlukan perbaikan pada proses maupun hasil pembelajaran.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif. Tujuan utama penelitian tidakan kelas adalah memperbaiki praktik (proses dan hasil) pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan ketika proses belajar-mengajar berlangsung bersifat reflektif-kolaboratif dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dengan subjek yang diteliti adalah guru dan siswa (Wiriaatmadja, 2006: 27). Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menekankan pada perhitungan, angka atau kuantitas.

Dasar peneliti menggunakan metode tersebut berdasarkan pendapat yang dikemukakan Moleong (2002: 3) yaitu :

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika berhadapan dengan kenyataan ganda.

b. Menyajikan secara langsung hakikat hubungan penelitian dengan responden.

c. Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Sementara itu menurut Moleong (2002: 6) “Data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya


(26)

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yaitu model spiral (Wiriaatmadja, 2006: 66), yang dimulai dari perencanaan (Planing), tindakan (Action), observasi (Observation) dan refleksi (Reflection) yang kemudian melaksanakan perencanaan kembali.

Siklus pelaksanaan tidakan dalam PTK digambarkan sebagai berikut :

PLAN

RESIVED

PLAN

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 66)

Sebelum dilakukan tindakan, terlebih dulu dibuat rencana tindakan, setelah rencana tersusun dengan matang, barulah tindakan dilakukan. Dengan melakukan tindakan, maka mengamati proses pelaksanaan tindakan dan akibat yang ditimbulkan dapat diamati melalui lembar observasi. Berdasarkan pengamatan

REFLECT

OBSERVE

REFLECT

OBSERVE

ACT ACT


(27)

39

tersebut, lalu dilakukan refleksi. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlu dilakukannya perbaikan tindakan, maka rencana tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak mengurangi dari sebelumnya. Adapun alur pelaksanaan tiap siklus pada pembelajaran perkalian sebagai berikut :

Gambar 3.2

Alur Pelaksanaan Tiap Siklus Pembelajaran

Pelaksanaan tindakan tiap siklus akan dihentikan apabila tujuan pembelajaran yang diukur telah mencapai keberhasilan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal.

Secara lebih rinci, prosedur penelitian tindakan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini.

Perencanaan

Siklus I

Pelaksanaan

Siklus I

Refleksi Observasi

Perencanaan

Siklus II

Pelaksanaan

Siklus II

Refleksi Observasi

dst.


(28)

a. Perencanaan Tindakan

Sesuai pendapat Hasan, dkk. (Kasbolah, 1999), menyatakan bahwa dalam perencanaan tindakan hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Penetapan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.

2) Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.

3) Pemilihan metode dan alat yang akan digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendemonstrasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.

4) Perencanaan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian.

b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan (Action)

Menurut Sumarno (Kasbolah, 1999: 87), bahwa dalam konteks PTK, istilah tindakan dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas tertentu.

Berdasarkan pendapat Sudarsono (Kasbolah, 1999: 88-89) bahwa sebelum melakukan tindakan perlu melakukan langkah-langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut :

1) Memberikan informasi pada guru mengenai cara melakukan tindakan atau melatih guru melakukan tindakan sesuai dengan rencana.


(29)

41

3) Menyiapkan contoh-contoh perintah atau suruhan melakukan tindakan secara jelas.

4) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap hasil yang dicapai dan mempersiapkan segala alat yang diperlukan.

5) Menyusun skenario mengenai segala hal yang akan dilakukan oleh guru, peneliti dan apa yang akan dikerjakan oleh siswa dalam pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan.

c. Observasi

Sejalan dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas, peneliti pun melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang telah

dilakukan. Kasbolah (1999: 91) berpendapat bahwa observasi yaitu “Semua

kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik

yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya”.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan.

Refleksi menurut Kasbolah (1999: 100) yaitu “Refleksi seyogyanya dilakukan

pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan, ketika tindakan sedang


(30)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas berbentuk siklus yang dibuat dalam bentuk rancana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada desain yang digunakan yaitu model spiral Kemmis Mc. Taggart. Dalam model spiral ini, setiap siklus dilakukan dalam sekali pertemuan yang terjadi dari 2 jam pelajaran. Pada akhir pembelajaran diharapkan dapat tercapainya tujuan yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi hitung perkalian bilangan cacah. Adapun prosedur penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan ini peneliti mengidentifikasi masalah dari pelaksanaan tindakan sebelumnya dan menetapkan alternatif pemecahan masalah, serta menyusun tindakan yang akan dilaksanakan dalam operasi hitung perkalian bilangan cacah dengan menggunakan media papan paku bercincin.

Adapun kegiatan perencanaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut ini.

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan langkah-langkah yang menggunakan media papan paku bercincin.

b. Membuat dan menyediakan media papan paku bercincin.


(31)

43

d. Merancang alat evaluasi yang akan digunakan dalam

pelaksanaan tindakan praktek pembelajaran sebenarnya berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.

e. Menyusun alat pengumpul data yaitu lembar obsevasi, lembar skala penilaian dan format wawancara.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan pelaksanaan praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti. a. Kegiatan Awal (±10 menit)

1) Guru mengucapkan salam.

2) Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif dengan cara sebagai berikut ini.

a) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a.

b) Guru memeriksa kehadiran siswa.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya seperti

berikut ini.

a) Apakah kalian pernah menerima sebagian atau

sedikit makanan dari teman dan kakak kalian?

b) Jika kalian menerima 4 buah apel dari salah satu

temanmu, lalu menerima 4 buah apel lagi dari kakakmu, berapakah apel yang akan kalian terima?


(32)

b. Kegiatan Inti (±50 menit)

1) Guru menuliskan bahasan yang akan dipelajari di papan

tulis dan menanyakan kepada siswa apa yang siswa ketahui mengenai materi tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang akan dilakukan.

2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep dasar

perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal yang kurang dipahami.

4) Siswa mendengar penjelasan guru tentang fakta dasar perkalian sampai dengan 100.

5) Guru mendemonstrasikan penggunaan papan paku

bercincin di depan kelas.

6) Jika ada soal 6 x 2 maka guru menandai kotak berpaku

mana saja yang diisi cincin.

7) Guru meletakkan cincin pada papan tepatnya pada

kotak paku secara vertikal di bawah angka 1 dan 2 sampai dengan batas secara horisontal di samping angka 6.

8) Guru dan siswa menemukan jawaban soal tersebut

berdasarkan demonstrasi papan paku bercincin.

9) Siswa juga malakukan demonstrasi dengan

kelompoknya


(33)

45

11) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan kelompoknya.

12) Guru melakukan evaluasi berupa soal.

13) Siswa mengerjakan soal secara individu.

c. Kegiatan Akhir (±10 menit) 1) Siswa mengumpulkan jawaban latihan.

2) Guru dan siswa membahasnya secara bersama-sama.

3) Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

4) Guru memberikan pengumuman mengenai kelompok yang terbaik dalam diskusi dan memberi penghargaan kepada pemenang.

5) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan karena kegiatan observasi adalah kegiatan mengamati segala kegiatan yang sedang berlangsung ketika melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada sebelumnya.

Dengan kegiatan observasi dapat diketahui hal-hal yang harus dilakukan agar kegiatan pelaksanaan tindakan tidak terganggu serta tidak menyimpang dari fokus penelitian, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa.


(34)

Pada tahap refleksi ini peneliti menganalisis semua informasi yang terekam pada proses pembelajaran melalui format observasi, hasil evaluasi yang telah dilakukan. Setelah itu memperbaiki proses pembelajaran dan penyusunan tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya.

Tahap refleksi ini merupakan kegiatan untuk analisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang telah diperoleh selama pelaksanaan tindakan (Kasbolah, 1998: 74).

Tahap refleksi sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan menggunakan media papan paku bercincin.

Dalam kegiatan refleksi semua unsur penelitian terjalin dan terkoordinasi dengan baik sehingga semua yang terlihat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan dan mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan profesionalnya yang berkaitan dengan tugas kesehariannya di kelas.

Adapun langkah-langkah dari kegiatan refleksi adalah sebagai berikut ini. 1) Analisis-sintesis dan interpretasi terhadap semua informasi selama

pelaksanaan tindakan.

2) Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan siswa dan pencapaian tujuan tindakan.

3) Mendiskusikan dan pemaknaan data yang dilakukan antara guru, peneliti dan pihak lain yang terlibat.


(35)

47

4) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan berdasarkan pada analisa data dari proses dalam tindakan yang sudah dilakukan.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang objektif dalam pengumpulan data diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang akan diteliti terekam lebih baik. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah suatu alat yang digunakan dalam pengumpulan data tentang aktivitas dalam proses pembelajaran, sikap guru, serta interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi aktivitas siswa dirangkum dalam bentuk skala penilaian. Skala penilaian digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam proses pembelajaran.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yaitu suatu alat pengumpul data dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa dan guru. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kemudahan yang dirasakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, pedoman wawancara merupakan pendukung data yang terkumpul dan sebagai validasi data yang telah dikumpulkan. Hasil wawancara ini untuk mengetahui kemudahan yang dirasakan oleh guru dan siswa


(36)

dalam proses pembelajaran sehingga jawaban yang diperoleh dapat disajikan dalam penguat dalam kesimpulan.

3. Soal

Soal merupakan alat pengumpul data untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami suatu materi. Soal digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Dalam penelitian ini, terdiri dari sepuluh soal berupa isian untuk meningkatkan pemahaman materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat kejadian yang muncul dan tak diduga sebelumnya yang tidak direncanakan pada pedoman observasi. Agar data yang diperlukan utuh maka kejadian harus dicatat pada saat kejadian itu berlangsung dan jangan ditunda (Wiriaatmadja, 2006).

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengelolaan Data

Pemerolehan data terjadi pada proses pembelajaran dan akhir pembelajaran. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan analisis data deduktif dan hasil penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Data kuantitatif didapat dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada tiap siklus, observasi dan wawancara (instrumen penelitian). Hasil wawancara dan catatan lapangan diolah dengan cara dianalisis yang dideskripsikan berupa uraian


(37)

49

atau pembahasan. Hal ini dilakukan karena dalam metode penelitian tindakan, peneliti harus benar-benar mencermati selama proses dan akibat tindakan, sehingga diperoleh informasi yang jelas tentang dampak yang diperbuat. Hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa diolah dengan teknik persentase (%) terhadap indikator yang dilaksanakan dan diinterpretasikan serta dideskripsikan. Menurut Kuntjaraningrat (Maulana, 2009: 29) dalam melakukan interpretasi digunakan kategori persentasi sebagai berikut.

Tabel 3.1

Klasifikasi Interpretasi

Besar persentase Interpretasi

0% Tidak Ada

1 – 25 % Sebagian Kecil

26 – 49 % Hampir Setengahnya

50 % Setengahnya

51 – 75 % Sebagian Besar

76 – 99 % Hampir Seluruhnya

100 % Seluruhnya

Data pelaksanaan dikatakan telah mencapai hasil yang diharapkan apabila indikator yang dilaksanakan mencapai seluruhnya antara 76% - 99%.

Hasil tes individu diolah berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh Sekolah tersebut mengenai KKM pelajaran matematika khususnya kelas III tahun pelajaran 2012-2013 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

No Macam Tingkatan Nominal

1 Kompleksitas

Tinggi 50 – 64

Sedang 65 – 80


(38)

2 Daya Dukung

Tinggi 81 – 100

Sedang 65 – 80

Rendah 50 – 64

3 Intake Siswa

Tinggi 81 – 100

Sedang 65 – 80

Rendah 50 – 64

KKM =

=

Pembelajaran matematika khususnya perkalian bilangan cacah tak berhasil pada kelas tersebut apabila 63,33% dari materi yang dikuasai oleh siswa dengan nilai minimal yang harus diperoleh siswa yaitu 63. Untuk pencapaian KKM secara klasikal peneliti membatasi sampai 80%.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian tindakan kelas. Analisis data yang dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data serta menyimpulkan, seperti pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008:337), “Aktivitas dalam analisis data yaitu reduction, data display dan conclusion drawing/verification.”

Periode pengumpulan Reduksi data

Antisipasi selama setelah Display data

ANALISIS Selama setelah


(39)

51

Selama setelah

Gambar 3.3

Komponen dalam Analisis Data (Sugiyono, 2008: 337)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola serta membuang yang tidak perlu. Pada tahap reduksi peneliti memilih hal-hal yang penting/pokok sehingga mendapat gambaran data yang jelas dan terfokus kemudian memformulasikan data hasil reduksi untuk disajikan sehingga menghasilkan data yang lengkap. Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap kesulitan informasi data yang dikumpulkan dengan target yang ditentukan, sehingga dapat menentukan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan menghasilkan kesimpulan.

G. Validasi Data

Untuk memeriksa keabsahan/kevalidan suatu data, maka digunakan alat validasi data menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2006) sebagai berikut berikut ini. 1. Member check adalah memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi. 2. Triangulasi adalah memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan

membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan yang maksimal.


(40)

3. Expert opinion dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan hasil penemuan peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.


(41)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran dengan penggunaan media papan paku bercincin untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep perkalian bilangan cacah di kelas IIII SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan sebagai berikut.

Tahap perencanaan pembelajaran guru mempersiapkan materi yang akan disajikan yaitu mengenai perkalian bilangan cacah dan menentukan tujuan yang akan dicapai dalam mengajarkan konsep perkalian bilangan cacah. Menyiapkan LKS dan media, dalam mengajarkan perkalian bilangan cacah dengan penggunaan media papan paku bercincin yang terbuat dari papan kayu. Metode pengajaran yang digunakan adalah tanya-jawab, penjelasan demonstrasi, penugasan. Pembagian kelompok dalam kelas dimana seluruh siswa dibagi menjadi lima kelompok yang terdiri dari delapan orang siswa. Menjelaskan tugas yang akan dilakukan dengan membacakan cara menggunakan papan paku bercincin. Menjelaskan cara permainan dan menyusun aturan permainan dengan menggunakan media papan paku bercincin dengan menyiapkan alat permainan yaitu papan paku dan cincin yang terbuat dari besi pipih.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, kegiatan guru telah melakukan tahap-tahap yang ada pada pembelajaran menggunakan media papan paku


(42)

bercincin yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam mengajarkan perkalian bilangan cacah, mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, guru menyajikan dan menyampaikan informasi atau materi kepada siswa yang disertai dengan demonstrasi penggunaan media papan paku bercincin, membimbing dalam permainan papan paku bercincin. Pada tahap membimbing siswa dalam permainan, guru telah mampu sepenuhnya untuk membimbing siswa secara merata dan telah memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa keberanian siswa dalam melakukan permainan serta mengerjakan soal atas dasar inisiatif diri dan selalu berusaha memberikan penekanan bahwa dalam kelompok perlu adanya kerjasama dalam mengerjakan soal. Tahap penilaian dan penghargaan, guru telah memberikan penghargaan kepada seluruh siswa dengan memberikan hadiah. Hal ini dilakukan sebagai penguatan agar siswa semakin termotivasi dan semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Pada tahap evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media papan paku bercincin dilakukan dua tahap yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Pada penilaian hasil belajar menggunakan tes kepada siswa. dalam aktivitas siswa, penggunaan media papan paku bercincin memberikan hasil yang positif selama proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama, dan motivasi. Pada aspek keaktifan meningkat sebesar 37,5%, aspek kerjasama meningkat sebesar 52,5% dan motivasi sebesar 57,5%. Dalam pembelajaran penggunaan media papan paku bercincin telah meningkatkan interaksi siswa dari siswa yang tidak mau mengalah dan mau menang sendiri menjadi terjalin kerjasama yang baik dalam kelompok tanpa adanya rasa menang sendiri.


(43)

89

Kemampuan siswa dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah telah mengalami peningkatan berdasarkan hasil secara keseluruhan dari data awal sampai siklus I kemudian dari siklus I sampai siklus II selalu mengalami peningkatan. Dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh mengalami peningkatan yakni dari data awal 29,6 menjadi 60 pada siklus I, kemudian 73,1 pada siklus II. Persentase ketuntasan pun mengalami peningkatan yakni dari data awal 12,5% menjadi 50% pada siklus I, kemudian 82,5% pada siklus II.

Dari gambaran tersebut, memperhatikan hipotesis tindakan “Jika pembelajaran dengan menggunakan media papan paku bercincin, maka kinerja guru yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada aktivitas siswa meliputi aspek keaktifan, kerjasama dan motivasi, serta hasil belajar siswa meningkat”, dapat diterima secara logis.

Dengan demikian penggunaan media papan paku bercincin dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi perkalian bilangan cacah pada siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penggunaan papan paku bercincin dalam pembelajaran konsep perkalian bilangan cacah di kelas III SDN 1 Setu Wetan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini.

1. Untuk Guru

a. Dalam menyampaikan materi pelajaran sebaiknya guru menggunakan media yang relevan sehingga dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan.


(44)

b. Dalam belajar matematika sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif melalui kegiatan diskusi kelompok. Selain itu juga kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus secara aktif, kreatif, bermakna dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dan takut akan pelajaran matematika.

c. Pada pembelajaran menggunakan media papan paku bercincin sebaiknya guru pun berperan aktif dan memiliki tanggung jawab. Karena dalam pembelajaran itu, guru sebagai motivator, fasilitator dan mediator.

2. Untuk Sekolah

a. Sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana pembelajaran yang sesuai dengan tiap-tiap pokok bahasan materi pelajaran matematika khususnya dan pada umumnya di semua mata pelajaran pun perlu memberikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dasar.

b. Sekolah hendaknya mampu membuka diri dalam inovasi pembelajaran. Penggunaan media papan paku bercincin dapat digunakan lebih lanjut untuk pembelajaran pembagian.

3. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini sebaiknya dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjut yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran pada pelajaran matematika khususnya materi konsep perkalian bilangan cacah.


(45)

91

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Ajang, dkk. (1994). Kamus Bahasa Indonesia. (Bergambar). Bandung: Djatnika Bandung.

Karim, Muchtar. A., dkk. (1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depbikbud. Kasbolah, Kashani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Khasfid, M danSuyati. (2006). Pelajaran Matematika Kelas 3 SD. Jakarta: Erlangga. KTSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Maulana. (2009). Memahami Variabel dan Instrumen Penelitian dengan Benar Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Tidak diterbitkan. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Natawidjaja, Rochman. (1978). Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta:

Depdikbud.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas. Russefendi, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka. Sadiman, A. S., dkk. (2005). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Mulyani dan Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.

Sutawidjaja. A, dkk. (1992). Pendidikan Matematika II. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, PPTK.

Wardani, IGAK. (1997). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani, IGAK, dkk.(2008). Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta :Universitas Terbuka.


(46)

Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran dengan penggunaan media papan paku bercincin untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep perkalian bilangan cacah di kelas IIII SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan sebagai berikut.

Tahap perencanaan pembelajaran guru mempersiapkan materi yang akan disajikan yaitu mengenai perkalian bilangan cacah dan menentukan tujuan yang akan dicapai dalam mengajarkan konsep perkalian bilangan cacah. Menyiapkan LKS dan media, dalam mengajarkan perkalian bilangan cacah dengan penggunaan media papan paku bercincin yang terbuat dari papan kayu. Metode pengajaran yang digunakan adalah tanya-jawab, penjelasan demonstrasi, penugasan. Pembagian kelompok dalam kelas dimana seluruh siswa dibagi menjadi lima kelompok yang terdiri dari delapan orang siswa. Menjelaskan tugas yang akan dilakukan dengan membacakan cara menggunakan papan paku bercincin. Menjelaskan cara permainan dan menyusun aturan permainan dengan menggunakan media papan paku bercincin dengan menyiapkan alat permainan yaitu papan paku dan cincin yang terbuat dari besi pipih.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, kegiatan guru telah melakukan tahap-tahap yang ada pada pembelajaran menggunakan media papan paku


(2)

bercincin yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam mengajarkan perkalian bilangan cacah, mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, guru menyajikan dan menyampaikan informasi atau materi kepada siswa yang disertai dengan demonstrasi penggunaan media papan paku bercincin, membimbing dalam permainan papan paku bercincin. Pada tahap membimbing siswa dalam permainan, guru telah mampu sepenuhnya untuk membimbing siswa secara merata dan telah memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa keberanian siswa dalam melakukan permainan serta mengerjakan soal atas dasar inisiatif diri dan selalu berusaha memberikan penekanan bahwa dalam kelompok perlu adanya kerjasama dalam mengerjakan soal. Tahap penilaian dan penghargaan, guru telah memberikan penghargaan kepada seluruh siswa dengan memberikan hadiah. Hal ini dilakukan sebagai penguatan agar siswa semakin termotivasi dan semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Pada tahap evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media papan paku bercincin dilakukan dua tahap yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Pada penilaian hasil belajar menggunakan tes kepada siswa. dalam aktivitas siswa, penggunaan media papan paku bercincin memberikan hasil yang positif selama proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama, dan motivasi. Pada aspek keaktifan meningkat sebesar 37,5%, aspek kerjasama meningkat sebesar 52,5% dan motivasi sebesar 57,5%. Dalam pembelajaran penggunaan media papan paku bercincin telah meningkatkan interaksi siswa dari siswa yang tidak mau mengalah dan mau menang sendiri menjadi terjalin kerjasama yang baik dalam kelompok tanpa adanya rasa menang sendiri.


(3)

Kemampuan siswa dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah telah mengalami peningkatan berdasarkan hasil secara keseluruhan dari data awal sampai siklus I kemudian dari siklus I sampai siklus II selalu mengalami peningkatan. Dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh mengalami peningkatan yakni dari data awal 29,6 menjadi 60 pada siklus I, kemudian 73,1 pada siklus II. Persentase ketuntasan pun mengalami peningkatan yakni dari data awal 12,5% menjadi 50% pada siklus I, kemudian 82,5% pada siklus II.

Dari gambaran tersebut, memperhatikan hipotesis tindakan “Jika pembelajaran dengan menggunakan media papan paku bercincin, maka kinerja guru yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada aktivitas siswa meliputi aspek keaktifan, kerjasama dan motivasi, serta hasil belajar siswa meningkat”, dapat diterima secara logis.

Dengan demikian penggunaan media papan paku bercincin dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi perkalian bilangan cacah pada siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penggunaan papan paku bercincin dalam pembelajaran konsep perkalian bilangan cacah di kelas III SDN 1 Setu Wetan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini.

1. Untuk Guru

a. Dalam menyampaikan materi pelajaran sebaiknya guru menggunakan media yang relevan sehingga dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan.


(4)

b. Dalam belajar matematika sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif melalui kegiatan diskusi kelompok. Selain itu juga kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus secara aktif, kreatif, bermakna dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dan takut akan pelajaran matematika.

c. Pada pembelajaran menggunakan media papan paku bercincin sebaiknya guru pun berperan aktif dan memiliki tanggung jawab. Karena dalam pembelajaran itu, guru sebagai motivator, fasilitator dan mediator.

2. Untuk Sekolah

a. Sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana pembelajaran yang sesuai dengan tiap-tiap pokok bahasan materi pelajaran matematika khususnya dan pada umumnya di semua mata pelajaran pun perlu memberikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dasar.

b. Sekolah hendaknya mampu membuka diri dalam inovasi pembelajaran. Penggunaan media papan paku bercincin dapat digunakan lebih lanjut untuk pembelajaran pembagian.

3. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini sebaiknya dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjut yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran pada pelajaran matematika khususnya materi konsep perkalian bilangan cacah.


(5)

Budiman, Ajang, dkk. (1994). Kamus Bahasa Indonesia. (Bergambar). Bandung: Djatnika Bandung.

Karim, Muchtar. A., dkk. (1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depbikbud. Kasbolah, Kashani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Khasfid, M danSuyati. (2006). Pelajaran Matematika Kelas 3 SD. Jakarta: Erlangga. KTSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Maulana. (2009). Memahami Variabel dan Instrumen Penelitian dengan Benar Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Tidak diterbitkan. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Natawidjaja, Rochman. (1978). Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta:

Depdikbud.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas. Russefendi, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka. Sadiman, A. S., dkk. (2005). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Mulyani dan Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.

Sutawidjaja. A, dkk. (1992). Pendidikan Matematika II. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, PPTK.

Wardani, IGAK. (1997). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani, IGAK, dkk.(2008). Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta :Universitas Terbuka.


(6)

Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Pengerjaan Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah dengan Alat Peraga Kelereng dan Diskusi Kelompok bagi Siswa Kelas II SD Negeri

0 9 148

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

23 350 42

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MELALUI ALAT PERAGA.

0 0 61

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MELALUI ALAT PERAGA : Penelitian Tindakan kelas Pada Siswa Kelas II SDN Wanaherang 03 Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

0 1 32

MENINGKATKAN GERAK DASAR LARI ESTAFET MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PUNGUT PUNTUNG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SETU WETAN KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON.

1 2 44

PENGGUNAAN MEDIA STIK ES CREAM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN BILANGAN CACAH.

0 3 26

PENGGUNAAN MEDIA STIK ES CREAM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN BILANGAN CACAH.

7 30 32

PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS III SDN KARTODIPURAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS POKOK BAHASAN SHAPES KELAS V SDN 1 SETU WETAN KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 23

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN 4 SURANADI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Repository UNRAM

0 0 15