MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MELALUI ALAT PERAGA.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Matematika ... 7

B. Hasil Belajar ... 9

1. Faktor Internal ... 10

2. Faktor Eksternal ... 11

C. Pembelajaran Matematika ... 11


(2)

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 17

A. Metode Penelitian ... 17

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 18

C. Instrumen Penelitian ... 19

1. Instrumen Tes... 19

2. Instrumen Non tes ... 19

D. Prosedur Penelitian ... 20

1. Orientasi Lapangan ... 20

2. Tahap Persiapan ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

1. Tahap Orientasi ... 28

2. Tahap Persiapan ... 29

3. Prasiklus ... 30

4. Siklus I ... 32

5. Siklus II ... 41

6. Siklus III... 48

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 25

Tabel 4.1 ... 44

Tabel 4.2 ... 37

Tabel 4.3 ... 38

Tabel 4.4 ... 39

Tabel 4.5 ... 40

Tabel 4.6 ... 43

Tabel 4.7 ... 45

Tabel 4.8 ... 46

Tabel 4.9 ... 46

Tabel 4.10 ... 48

Tabel 4.11 ... 49

Tabel 4.12 ... 49


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 ... 18

Gambar 4.1 ... 31

Gambar 4.2 ... 51


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cita-cita Pendidikan Nasional mengandung seperangkat konsep, struktur dan operasi tentang pendidikan yang seharusnya dilaksanakan antara cita-cita dengan kondisi yang tersedia tidak selamanya cocok. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan sistem Pendidikan Nasional akan dijumpai beberapa masalah baik yang berkenan dengan lingkungan pendidikan maupun tata cara pelaksanaannya.

Untuk mencapai cita-cita Pendidikan nasional, Pemerintah selalu berupaya memperbaiki sistem pendidikan, dimana proses pendidikan merupakan rangkaian pristiwa sosial uang dinamis, yang didalamnya berlangsung proses manajerial dan operasional untuk melaksanakan perubahan kualitas tingkah laku seseorang. Dengan adanya proses pendidikan ini di harapkan dapat mempertahankan sistem dan memberikan hasil pendidikan kepada kepentingan diri sendiri dan lingkungan pada umumnya. (Afiah, 2010:1) Untuk mendukung pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan, Pemerintah melalui Kurikulum Pendidikan Nasional merekomendasikan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Beberapa alasan yang membuat matematika diwajibkan untuk dipelajari adalah sebagi berikut : (a) Matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan, (b) Semua bidang studi memerlukan kajian matematika yang sesuai, (c) Matematika dapat dipergunakan untuk memberikan informasi dengan berbagi cara, dan (d) Matematika dapat meningkatkan kemampuan


(6)

berpikir logis, ketelitan, dan memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah. (Margianti, 2008)

Berdasarkan alasan diatas, Departemen Pendidikan Nasional sebagai instalasi yang berwenang mengatur sistem pendidikan menyusun secara rinci tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Namun sampai saat ini, masih banyak kendala yang dihadapi dalam upaya merealisasikan tujuan pembelajaran tersebut. Salah satu yang menjadi kendala adalah bentuk pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru sekarang ini lebih banyak menggunakan metode pembelajaran Konvensional yang menyebabkan siswa merasa jenuh. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap prestsi belajar yang dicapai siswa. Siswa yang merasa jenuh belajar tidak akan mampu menyerap materi pembelajaran dengan baik sehingga hasil tes siswa akan sering menunjukan prestasi belajar yang rendah.

Seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat menyenangkan dan motivasi belajar siswa. Guru menyadari kelemahan dirinya dalam menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan sebaiknya mengunakan media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, terutama mengajar siswa SD yang pola pikirnya berbeda dengan orang dewasa. Penggunaan media sebagai alat bantu dalam memberikan media yang berupa bentuk aslinya, mungkin mudah pula pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

Tapi sayang penggunaan alat peraga kini sering diabaikan dengan alasan antara lain menyita waktu dalam pembentukannya, tidak tersedianya biaya dan sulitnya mencari media yang tepat. Padahal alat peraga dapat dibuat dengan cara sederhana, mudah dan murah. Yaitu dengan mengambil bahan dari lingkungan kita misalnya bambu, kayu, batu, biji-bijian, atau bahkan tanah liat.


(7)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya dibidang komputer, menjadi pemicu dan penyemangat bagi sebagian guru yang menguasai perangkat tersebut.Tapi menghantui bagi guru yang belum menguasai perangkat tersebut. Banyak guru yang memiliki kreatifitas dalam pembuatan alat peraga sederhana menjadi rendah diri karena khawatir hasil karyanya dibilang kuno, ketinggalan zaman dan kurang canggih.Akhirnya kreatifitas untuk membuat alat peraga menjadi luntur.

Pembelajaran matematika SD merupakan satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan. Dengan latar belakang dan pola pikir anak yang berbeda pada setiap siswa. Adapun pola pikir pada siswa SD di kelas rendah (KELAS I, II, dan III ) bukan tidak mungkin sebagian dari mereka masih berada pada tahapan pra konkret. Misalnya untuk memahami apa itu bola, mereka tidak bisa membayangkan seperti apa bola itu hanya melalui kata-kata . Guru harus membawa bola yang sebenarnya, dengan begitu siswa tahu bentuk bola seperti apa. Oleh karena itu alat peraga dalam pembelajaran Matematika di kelas rendah sangat di butuhkan, agar siswa lebih memahami materi yang di pelajari ( afiah, 2010:3)

Jika memperhatikan prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika, masih banyak siswa yang nilainya relatif rendah dengan melihat rata-rata kelas pada semester pertama 42,5. Namun, banyak siswa yang nilainya tinggi. Pembelajaran dikatakan berhasil jika ada timbal balik antara guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, yang ditunjukan pada nilai evaluasi yang meningkat sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan evaluasi kegiatan belajar mengajar di kelas II SD Negeri wanaherang 03 kecamatan gunung putri Kabupaten Bogor, menunjukan bahwa hasil ulangan Umum Semester I pada pelajaran Matematika kurang memuaskan, sekitar 65% dari jumlah 20 siswa mendapat nilai di bawah


(8)

KKM. Maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Permasalahan-permasalahan lain yang ditemukan di SDN Wanaherang 03 adalah:

1. Penggunaan alat peraga belum optimal karena kurangnya alat peraga yang tersedia disekolah dan guru kurang kreatif dalam menciptakan alat peraga yang dibutuhkan.

2. Dalam proses belajar mengajar guru belum terbiasa menggunakan alat peraga.

3. Siswa belum menguasai pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga tentang perkalian dan pembagian, sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan.

4. Hasil ujian semester tahun yang lalu mata pelajaran matematika lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Solusi yang dapat dilakukan untuk permasalahan diatas adalah:

1. Perlu adanya penambahan alat peraga disekolah dan guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan alat peraga yang dibutuhkan.

2. Sebaiknya guru harus terbiasa dalam menggunakan alat peraga.

3. Guru mampu menjelaskan tentang perkalian dan pembagian dengan menggunakan alat peraga agar siswa lebih memahami.

4. Pada pembelajaran matematika penggunaan alat peraga lebih ditingkatkan supaya hasil mata pelajaran matematika lebih tinggi dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memandang perlu merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(9)

1. Bagaimana penggunaan alat peraga dalam pembelajaran?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan alat peraga ?

3. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan memiliki tujuan , begitu pula dengan kegiatan penelitian ini. Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil

Belajar siswa sekolah dasar. Adapun secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. 2. Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga.

3. Mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga meningkatkan hasil belajar.

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini, ialah sebagai berikut : 1. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran matematika, meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran matematika, membuat siswa lebih aktif, dan pembelajaran matematika pun menjadi menyenangkan bagi siswa.


(10)

2. Bagi guru, penelitian ini untuk menambah wawasan, pengetahuan dan kreatifitas.Sehingga guru selalu berusaha untuk menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat mendapatkan gambaran mengenai pengaruh penggunaaan alat peraga terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

4. Bagi sekolah, dapat meningkatkan prestasi sekolah terutama pada mata pelajaran matematika, dan dapat meningkatkan kinerja sekolah melalui kompetensi mengajar guru.

E. Definisi Operasional

1. Tahapan pra konkret atau pra operasional menurut teori piaget adalah prosedur melakuan tindakan secara mentalterhadap objek-objek cirri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai (Wikipedia bahasa Indonesia,2010).

2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih banyak berpusat kepada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada konsep-konsep bukan pada kompetensi (http://xpresiriau.com/artikel - tulisan-pendidikan /pembelajaran-konvensional/).

Alat peraga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: alat untuk membantu proses belajar mengajar agar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pegalaman pembelajaran.


(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Matematika

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia.Matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi.Carl Friedrich Gauss(http://id.wikipedia.org/wiki/matematika) mengatakan matematika

sebagai ” Ratunya Ilmu Pengetahuan”.Di dalam bahasa aslinya, Latin

Regina scientiarum, juga di dalam bahasa jerman konigin der wissenschaften, kata yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan

berarti(lapangan) pengetahuan. Jelas inipun arti asli di dalam bahasa inggris, dan tiada keraguan bahwa matematika di dalam konteks ini adalah sebuah ilmu pengetahuan.

Apakah matematika itu ? Hingga saat ini belum ada kesempatan bulat di antara para matematikawan tentang apa yang di sebut matematika itu.Banyaknya definsi dan beragamnya depkripsiyang berbeda dikemukakan oleh para ahli, mungkin disebabkan oleh ilmu matematika itu sendiri, dimana matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang pengalamannya masing-masing.

Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli berikut: diantaranya, Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertamapara sosiolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disiplinnya yang ketat.Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri.


(12)

Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? Bagaimana cara kerja para matematikawan? Dan bagaimana mempopulerkan matematika?Selainitu, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual.

Selanjutnya, pendapat para ahli mengenai matematika yang lain. Mereka mempunyai pendapat yang berlainan.Plato (http://id.wikipedia.org/wiki/matematika).berpendapat, bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal.Ia mengadakan perbedaan antara aritmatika (teori bilangan) dan logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang.Belajar aritmatika berpengaruh positif karena memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak.Dengan demikian matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas mental abstrak pada objek-objek yang ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika ; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. (www.wikipedia.org) sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.


(13)

B. Hasil Belajar

Dilihat dari beberapa pengertian matematika yang diungkapkan para ahli di atas ,jelas bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup manusia di dunia. Akan tetapi, bila kita melihat pada kenyataan masih banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari matematika.Masalah ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada umumnya masih di bawah rata-rata.Sebelum kita membahas masalah yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran matematika, kita lihat definisi hasil belajar itu sendiri.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis jenis kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru , hasil belajar merupakan saat terselesaikan bahan pelajaran.(Dimyati dan Mudjiono

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan

-definsi.html)

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkat laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada efektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun dari hasil belajar psikomotor dan efektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah (Oemar Hamalik http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-beljar-pengertian-dan-definisi.html).


(14)

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa Setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard kingsley membagi 3 macam hasil belajar:

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertia 3. Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Howard kingsley ini menunjukan hasil perubahan dari Semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang –ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu mencapai hasil yang lebih lagi, sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan/hasil belajar dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar)

1. Faktor Internal

1. Faktor biologis (jasmaniah)Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan , pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua, kondisi kesehatan fisik.


(15)

2. Faktor psikologis.Faktor psikologis ini meliputi hal-hal seperti

intelegensi atau kecerdasan, kemauan, dan bakat.

2. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan Rumah. Suasana lingkungan rumah yang cukup

tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar.

2. Faktor Lingkungan sekolah.Hal yang paling mempengaruhi

keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan mata pelajaran, waktu sekolah tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara kondusif dan konsisten.

3. Faktor Lingkungan Masyarakat. Lingkungan masyarakat yang

menunjang keberhasilan belajar di antara adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja, dan lain-lain.

C. Pembelajaran Matematika

Dari beberapa pengertian hasil belajar diatas jelas dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil penelitian akhir. Penilaian akhir ini maksudnya penilaian akhir dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini mempengaruhi hasil belajar siswa. Karna jika proses pembelajaran yang terjadi itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan begitu juga sebaliknya.

Untuk mengetahui pembelajaran seperti apa, terlebih dahulu kita lihat beberapa pengertian pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada


(16)

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Menurut Oemar Hamalik

(http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajaran/)dalam

bukunya Kurikulum dan Pembelajaran mengatakan bahwa: “Pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran”.

Gagne dan Briggs mengatakan bahwa: ”Intruction atau pembelajaran

adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang

bersifat internal”.

Eggen dan Kauchak (1998) menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran

yang efektif, yaitu:

1. Siswa menjadi pengaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta bentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditentukan

2. Guru meyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam pelajaran

3. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhya didasarkan pada pengkajian

4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntutan kepada siswa dalam menganalisis informasi

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pembelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta

6. Guru menggunakan tehnik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.


(17)

Dari pengertian-pengertian pembelajaran diatas menunjukan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika (Syarifudin,2008: http://syarifartikel.blogspot.com).

Selanjutnya Syarifudin (2009) menjabarkan tentang pembelajaran yang ditentukan pada konsep-konsep matematika:

1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.Penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkrit dengan konsep baru matematika yang abstrak.Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

3. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunkan berbagai konsep matematika.

Dalam pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak, tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar masih dalam tahap oprasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman memalui objek konkrit (Syarifudin, 2008:


(18)

http://syarifartikel.blogspot.com). Suatu konsep melalui manipulasi dan observasi terhadap objek kongkrit, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi, dalam proses pembelajaran matematika di SD, peranan media/alat peragas sangat penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip.

D. Alat peraga

Mengingat pentingnya alat peraga dalam pembelajaran matematika di SD, maka guru SD harus lebih kreatif lagi dalam mengajar.Akan tetapi, adabeberapa faktor yang membuat guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.Diantaranya masalah biaya, masih banyak guru yang berpikir membuat alat peraga itu membutuhkan biaya yang besar.Selain itu, banyak juga guru yang mengatakan bahwa membuat alat peraga itu merepotkan dan menghabiskan banyak waktu.Padahal, membuat alat peraga itu tidak perlu menggunakan biaya yang besar.Kita dapat memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar kita, dan juga dapat membuat alat sederhana tanpa harus menghabiskan biaya yang besar dan waktu yang banyak. Agar kita dapat membuat alat peraga sederhana, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu alat peraga.

Menurut Nasution (1985) ”Alat peraga adalah pembantu dalam mengajar

agar efektif”. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan

adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat dengan baik dan efektif. Sedangkan yang dimaksud

dengan alat peraga menurut Nasution (1985) adalah ”Alat bantu dalam

mengajar lebih efektif”. (

http://simpuldemokrasi.com/info-pendidikan/1134-alat-peraga-membuat-matematika-mudah.html)

Menurut Estianingsih (1994), ”Alat peraga merupakan media pembelajaran


(19)

Dari uraian-uraian diatas, jelas bahwa media atau alat bantu mengajar adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan unuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Adapun fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut.Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek/alat peraga, maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.

Menurut kurikulum (Anonim, 1991) peranan alat peraga disebutkan sebagai berikut: (a) alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa, (b) alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, di mana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu, (c) alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara di dalam kelas dan diluar kelas, (d) alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.

Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar sehingga belajar akan lebih mantap. (Hamalik, 1997).

Adapun Agus Lithanta (http://www.google.com) dalam artikelnya yang

berjudul ”Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Pembelajaran

Matematika Yang Menyenangkan”. menuliskan beberapa fungsi dan

manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran Matematika, diantaranya:


(20)

1. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya mempelajari matematika semakin besar. Anak akan terangsang, senang, tertarik, dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.

2. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

3. Alat Peraga dapat membantu daya titik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.

4. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

5. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

Dengan melihat pengertian, fungsi dan peranan alat peraga dalam pengajaran, maka pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga, karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan diterjemahkan ke sesuatu yang konkrit.

Dalam proses pembelajaran, alat peraga sangat penting membantu siswa memahami materi. Sebab, siswa akan senang, tidak tegang dan akan selalu ingat dengan apa yang diterangkan guru melalui alat peraga. Jika siswa sudah senang, maka pemahaman siswa terhadap konsep matematika pun akan meningkat, yang dapat dilihat dari hasil belajarnya.


(21)

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action Research) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru yang mengajar suatu kelas dan setelah kegiatan mengajar guru melakukan refleksi diri dengan tujuan untuk meningkatkan, memperbaiki kinerjanya, sehingga hasil belajar siswanya meningkat.

Carr dan Kemmis (McNiff, 1991) mendefinisikan PTK sebagai berikut: ”Action research is a form of self-reflective enqury undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situations (and institutions) in which the practices are carried out” . Menurut Arikunto (2006), ”Penelitian Tindakan Kelas tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal sehingga membentuk suatu siklus.” (Manurung, 2008).

Oleh karena itu, model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang dikenal dengan sistem spiral refleksi diri yang terdiri dari beberapa siklus, dimulai dengan rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali merupakan dasar untuk ancang-ancang pemecahan permasalahan. Setiap tahapan tersebut berfungsi saling menguraikan karena pada masing-masing tahapan meliputi proses penyempurnaan yang harus dilaksanakan secara terus menerus sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan tiga siklus.


(23)

Secara skematis, siklus pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seperti pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 : Model Desain Kemmis dan Taggart (Hermawan, Mujono & Ayi Suherman, 2007 : 128) B. Subyek dan Lokasi Penelitian

Yang menjadi subyek dalam penelitian adalah siswa kelas II SDN wanaherang 03 kecamatan gunung putri Kabupaten Bogor. Dikarenakan Kelas II ada dua kelas maka yang diambil adalah kelas II.b dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.


(24)

SDN Wanaherang 03 ini berlokasi di Kampung Cikuda Desa WanaherangRT 05RW02 Kecamatankecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor.

C. Instrument Penelitian

Ada dua jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah: 1). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didalamnya terdapat LKS (Lembar Kerja Siswa) 2). Silabus, yang didalamnya mencakup gambaran dari kegiatan yang akan dilakukan dari siklus I sampai Siklus II, dalam instrumen pembelajaran ini mengacu pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen Tes

Instrumen Tes yang digunakan adalah tes uraian. Tujuan menggunakan tes uraian adalah untuk mengetahui proses berpikir matematika siswa dalam mengerjakan evaluasi secara individu, serta untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa meningkat jika menggunakan alat peraga.

2. Instrumen Non Tes a. Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan untuk mengetahui aktifitas siswa dan guru selama kegiatan belajar berlangsung. Lembar observasi diisi oleh observer pada setiap proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklus. Data yang diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer dijadikan masukan bagi peneliti untuk melakukan refleksi pada kegiatan berikutnya.


(25)

b. Jurnal Harian

Jurnal harian berisi pertanyaan mengenai apa yang siswa peroleh selama proses pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran. Dalam jurnal harian ini terdapat tiga pertanyaan yang harus dijawab siswa, untuk memberikan tanggapan secara tertulis terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan peneliti pada setiap siklus.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Orientasi Lapangan (penelitian awal)

1. Observasi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika selama ini.

2. Wawan cara dengan Guru kelas II. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran dan kendala yang dihadapi dalam pemelajaran matematika.

3. Mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terdapat disekolah tempat penelitian.

2. Tahap Persiapan

1. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penelitian dalam menyusun instrumen penelitian.

2. Merancang dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan sehingga proses pembelajaran dapat lebih terarah untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.


(26)

3. Menyusun instrumen penelitian.Instrument penelitian berfungsi untuk merekam semua data-data yang dibutuhkan, sehingga instrumen penelitian harus disusun dengan baik.

4. Konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing.Hal ini dilakukan agar instrumen yang dibuat memiliki kualitas yang baik.

5. Merevisi instrumen yang diperlukan.

Selama perbaikan pembelajaran dilaksanankan , peneliti selalu didampingi oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer selalu mengamati dan merekam segala perubahan tindakan atau prilaku yang peneliti lakukan, kemudian dipindahkan kedalam lembar observasi yang telah disediakan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran matematika ini antara lain :

1. Siklus I

a. Perencanaan

1. Peneliti melakukan analisis standar isi pada kurikulum pembelajaran untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dikelas dengan menggunakan alat peraga dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II.

2. Membuat rencana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

3. Membuat alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

4. Menyiapkan dan membuat lembar kerja siswa. 5. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.


(27)

b. Tindakan

1. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta menyampaikan informasi tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.

2. Menyajikan materi dengan menggunakan alat peraga yang sesuai.

3. Melakukan evaluasi pembelajaran.

4. Menutup pembelajaran dengan memberi penguatan materi.

c. Observasi

1. Penggunaan alat peraga sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Mengamati respon siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga.

3. Mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. 4. Pemberian evaluasi dan penguatan materi.

d. Refleksi

1. Harapan guru agar siswa lebih memperhatikan penjelasan guru. 2. Kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai dengan yang

diharapkan oleh guru.

3. Siswa menyelesaikan evaluasi sesuai dengan petunjuk dari guru.

2. Siklus II

a. Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

2. Membuat alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan


(28)

4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran. b. Tindakan

1. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta mnyampaikan informasi tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.

2. Menyajikan materi dengan menggunakan alat peraga yang sesuai.

3. Melakukan evaluasi pembelajaran.

4. Menutup pembelajaran dengan memberi penguatan materi. c. Observasi

1. Penggunaan alat peraga sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Mengamati respon siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga.

3. Mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. 4. Pemberian evaluasi dan penguatan materi. d. Refleksi

1. Harapan guru agar siswa lebih memperhatikan penjelasan guru 2. Terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif sesuai yang

diharapkan.

3. Siswa diharapkan untuk aktif bertanya

4. Siswa menyelesaikan evaluasi sesuai dengan petunjuk dari guru

3. Siklus III

a. Perencanaan

1. Memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar. 2. Membimbing siswa untuk aktif bertanya.

3. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa tegang.


(29)

b. Tindakan

1. Siswa dikondisikan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Guru menyajikan materi dengan menggunakan alat peraga. 3. Siswa diajak untuk menggunakan alat peraga dalam

mengerjakan contoh soal yang diberikan guru di papan tulis. 4. Siswa mengerjakan latihan soal pada lembar tes yang diberikan

oleh guru.

5. Dalam proses pembelajaran, teman sejawat melakukan pengamatan dan observasi sesuai dengan format yang telah disediakan.

c. Observasi

1. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.

2. Penggunaan alat peraga, pemberian tes, dan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari.

3. Seluruh siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

d. Refleksi

1. Diharapkan 75% dari jumlah siswa memahami materi pembelajaran.

2. Diharapkan 75% dari jumlah siswa mampu mengerjakan soal matematika yang diberikan guru.

3. Diharapkan 80% dari jumlah siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika.

4. Tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu yang akan dilihat dari hasil tes siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber data, jenis data, dan instrumen penelitian. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini disajikan dalam table 3.1.


(30)

Table 3.1

Teknik pengumpulan data

No Sumber Data Jenis Data Instrumen

1 Observer Aktivitas siswa dan guru selama KBM dengan menggunakan alat

peraga

Lembar Observasi

2 Siswa Respon siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

Jurnal Harian

3 Siswa Kemampuan berpikir siswa Tes

Evaluasi 4 Guru dan siswa Materi dan alat peraga yang

digunakan

F. Pengolahan/Analisis Data

1. Data aktivitas siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.

2. Data nilai hasil tes siswa diperoleh setelah proses pembelajaran, yaitu di akhir pembelajaran.

3. Pencatatan dilakukan oleh guru yang berhubungan dengan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Semua hasil observasi, pencatatan dan hasil tes siswa pada siklus pertama dibandingkan dengan siklus kedua.

5. Data yang terkumpul sebagian besar adalah kuantitatif.

Perhitungan data kualitatif dalam penelitian ini meliputi:


(31)

Jurnal harian digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.Jurnal harian ini dikelompokan menjadi 2, yaitu respon positif dan negatif. Dan untuk menghitung persentase respon siswa ini adalah sebagai berikut:

� �

� � �� �100%

� � �

� � �� �100%

Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi: Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus

x= ∑� n

Keterangan:

N = nilai yang diperoleh siswa N = jumlah siswa

x = nilai rata-rata kelas

Menghitung presentase nilai sesuai dengan kemampuan siswa dengan rumus:

Persentase berkemampuan tinggi = �� � −�� � �

� � �� �100%

Persentase berkemampuan sedang = �� � −�� � � �

� � �� �100%

Persentase berkemampuan rendah = �� � −�� � � �


(32)

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Tahap Orientasi

Berdasarkan pengalaman mengajar peneliti selama 5 tahun, diperolaeh informasi sebagai berikut :

Metode yang digunakan oleh Guru di SDN Wanaherang 03 masih menggunakan metode satu arah, seperti metode ceramah sehingga tidak memunculkan kreativitas berpikir siswa, siswa hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Siswa belum berani bertanya kepada guru atau mengungkapkan pendapatnya karna malu atau juga takut salah.

Guru tidak pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika ataupun mata pelajaran yang lain dengan alasan tidak ada dana dan waktu untuk membuat alat peraga, selain itu alat peraga yang tersedia disekolahpun kurang lengkap bahkan telah rusak.

Nilai mata pelajaran matematika yang diperoleh siswa masih rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain.

Dari informasi-informasi yang telah didapatkan, dijadikan bahan bagi peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan penelitian tindakan kelas. Sebelum melakukan penelitian, peneliti berkonsultasi dengan guru kelas II yang lain mengenai alat peraga yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran diharapkan dapat merubah pembelajaran yang membosankan bagi siswa menjadi pembelajran yang menyenangkan, dengan begitu siswa bisa lebih aktip dan berani sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.


(34)

Dalam penelitian ini diterapkan penelitian tindakan kelas (PTK).Dalam PTK ini akan dilakukan 3 Siklus. Pada setiap siklus dilakukan dua pertemuan, setiap pertemuan dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti apa yang disampaikan peneliti dengan menggunakan alat peraga. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes formatif, untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian sekaligus sebagai alat untuk menentukan perbaikan yang harus dilakukan pada siklus berikutnya.Dan pada akhir semua siklus atau pada akhir penelitian, dilakukan tes sumatif untuk mengetahui hasil dari penelitian ini.

2. Tahap Persiapan

Berdasarkan pengalaman peneliti mengetahui permaslahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika, peneliti melakukan berbagai persiapan. Persiapan tersebut diantaranya menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian, merancang dan menyusun RPP, menyusun instrument penelitian yang akan digunakan, konsultasi instrumen pada dosen pembimbing, dan merivisi instrumen yang diperlukan.

Dalam menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti mengobservasi pokok bahasan yang belum dikuasai oleh siswa atau pokok bahasan yang belum dimengerti oleh siswa. Pokok bahasan yang dipilih oleh peneliti yaitu tentang perkalian dan pembagian, karena pada pokok bahasan inilah masih banyak siswa yang belum mengerti,

Setelah menentukan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti merancang dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat lebih terarah untuk mencapai tujuan dari pembelajaran karena kelas yang akan diteliti adalah kelas II, maka peneliti menyusun RPP tematik dengan mata pelajaran matematika yang lebih ditonjolkan.


(35)

Jika rencana pelaksanaan pembelajaran telah dirancang dan disusun, maka langkah selanjutnya yaitu menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis instrumen, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya, dan silabus. Sedangkan instrumen pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes ( Tes uraian ), dan instrumen non tes.

Instrumen non tes yang digunakan antara lain lembar observasi yang diisi oleh observer ketika pembelajaran sedang berlangsung, jurnal harian yang diisi oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran.

3. Pra Siklus

Sebelum siklus I dilaksanakan terlebih dahulu diadakan prasiklus untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pelajaran matematika berikut Grafik prasiklus :


(36)

Gambar 4.1 Grafik Prasiklus

Dari Grafik diatas dapat dilihat siswa yang berkemampuan sangat rendah dibawah KKM Sebanyak 50 % , dan siswa yang berkemampuan rendah 25 %, sedangkan siswa yang berkemampuan sedang 25 %, jadi dari grafik tersebut dapat terlihat kemamuan siswa dalam pelajaran matematika sebelum siklus I dilaksanakan.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SDN 03 Wanaherang Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.Pertemuan pertama dalam

Siswa berkema mpuan sangat rendah

50%

Siswa berkemam puan rendah

25%

Siswa berkemam puan sedang


(37)

siklus I dilaksanakan pada hari rabu tanggal 7 November 2012 dan pertemuan kedua hari kamis, tanggal 8 November 2012.

Sebelum dilaksanakan PTK, terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan alat peraga, dimana peneliti sebagi guru dalam kelas. Materi pembelajaran yang dipilih sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan ovserver, yaitu dengan standar kompetensi mata pelajaran matematika melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka yang terdiri dua kompetensi dasar yaitu melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka yang diajarkan pada siklus I, dan kompetensi dasar yang kedua melakukan pembagian bilangan dua angka yang diajarkan pada siklus II, dan pada siklus III diajarkan perkalian dan pembagian.

Soal–soal yang diberikan pada setiap siklus berbentuk soal uraian yaitu soal tematik dengan lebih menonjolkan mata pelajaran matematika.

Soal–soal yang diberikan menggambarkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran perkalian dan pembagian dengan menggunakan alat peraga.Melalui soal-soal tersebut diharapkan siswa lebih mengerti dan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan tidak menggunakan alat peraga.

Selain menyusun RPP tindakan 1, disusun pula lembar evaluasi yang diberikan kepada siswa dalam setiap pertemuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga, Untuk mengukur kemampuan siswa, dilakukan penilaian dengan sekala penilaian 0 – 4 pada tahap repleksi, hasil data tes evaluasi tersebut dianalisa dan diolah untuk mengetahui gambaran tahapan-tahapan pembelajaran yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus berikutnya.

Selain itu disusun pula jurnal harian yang diberikan pada siswa pada akhir pembelajaran pada setiap pertemuan.Jurnal harian ini diberikan


(38)

untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga. Serta lembar observasi yang diisi oleh observer pada saat proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan.

b. Pelaksanaan siklus I 1. Pertemuan I

Pembelajaran pada siklus I, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari rabu 07 November 2012 dengan alokasi waktu 5 jam pelajaran ( 5 x 35 menit ) dengan kompetensi dasar yaitu melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. Pada pertemuan pertama ini siswa yang hadir 20 orang siswa. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu : a. Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang operasi

hitung penjumlahan dan tentang macam-macam pekerjaan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. b. Melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pada

siswa tentang penjumlahan dan ciri-ciri pekerjaan, karna penjumlahan merupakan dasar untuk melakukan perkalian, serta menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh siswa.

c. Guru bercerita tentang sebuah keluarga yang ayahnya bekerja sebagai pedagang buah-buahan.

d. Guru memberikan pertanyaan tentang penjualan buah sang ayah, dan salah satu siswa menghitungnya dengan menggunakan kelereng yang sudah disediakan oleh guru. e. Guru memberikan contoh soal cerita yang lain untuk member

kesempatan siswa yang lain untuk menggunakan alat peraga. f. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari. g. Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru berupa


(39)

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ini, banyak kejadian-kejadian yang terjadi.Adapun hal-hal yang terjadi, yaitu respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga cukup baik. Mereka cukup senang melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang respon terhadap pembelajaran, mungkin hal ini disebabkan mereka tidak dilibatkan dalam penggunaan alat peraga tersebut. Selain itu ada beberapa siswa yang belum mengerti dengan materi yang diberikan, mungkin ini disebabkan anak belum terbiasa belajar dengan menggunakan alat peraga.

2. Pertemuan II

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan yang ke dua dilaksanakn pada hari kamistanggal 08 November 2012 dengan alokasi waktu 4 jam pembelajaran ( 4 x 35 menit ) dengan materi perkalian yang merupakan lanjutan dari pertemuan yang pertama. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua ini antara lain :

a. Guru memberitahu hasil evaluasi pertemuan yang pertama kepada siswa.

b. Guru melakukan apersepsi tentang nomer-nomer dalam bahasa Inggris dan mengulang sedikit materi matematika yang dipelajari sebelumnya.

c. Siswa membaca bilangan dari 20-40 dalam bahasa inggris yang ditulis oleh guru dipapan tulis.

d. Guru memberikan contoh soal matematika kemudian angka-angkanya ditulis dalam bahasa inggris.


(40)

e. Beberapa siswa mengerjakan contoh soal dengan menggunakan alat peraga yang telah disediakan oleh guru berupa kelereng dan stik es krim.

f. Setelah mendapatkan hasilnya, siswa menuliskan angka-angkanya dalam bahasa inggris. Contohnya :

2 x 4 = 8

Two x four = eight

g. Siswa mengerjakan evaluasi berupa latihan soal yang diberikan oleh guru, serta mengisi jurnal harian.

Setelah melaksanakan kegiatan pada pertemuan ke dua masih ada beberapa masalah yang ditemukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, antara lain masih ada siswa yang belum mengerti dengan perkalian, respon siswa terhadap alat peraga yang digunakan masih kurang, siswa masih malu-malu jika disuruh menggunakan alat peraga didepan kelas serta waktu yang digunakan untuk mengerjakan evaluasipun masih kurang.

3. Data Hasil Penelitian Siklus I

Proses pengumpulan data hasil penelitian siklus I, mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua diperoleh melalui hasil observasi, hasil evaluasi, serta hasil jurnal harian. a. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi, pada tindakan pembelajransiklus I, diketahui masih banyak siswa yang belum memahami materi yang disampaikan.Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa yang bertanya tentang maksud dari soal-soal dalam lembar kerja siswa.Banyak siswa yang mengeluh karna tidak kebagian menggunakan alat peraga didepan kelas. b. Hasil Evaluasi.


(41)

Soal yang dicantumkan dalam evaluasi pada pertemuan pertama berbentuk soal cerita dan pada pertemuan yang ke dua berbentuk uraian yang masing-masing berjumlah 5 butir soal. Nilai rata-rata evaluasi pada siklus I yang menggambarkan kemampuan siswa telah mengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga adalah 6,6. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari jumlah nilai tes formatif I dibagi jumlah siswa.

Tabel 4.2

Hasil Tes formatif siswa pada siklus I

No Nama Siswa Nilai formatif

1 A1 8

2 A2 6,2

3 A3 4

4 A4 7,5

5 A5 6,5

6 A6 6,5

7 A7 6,7

8 A8 8,5

9 A9 7,5

10 A10 4,5

11 A11 6

12 A12 7,5

13 A13 9

14 A14 7,5

15 A15 5,5

16 A16 6,5

17 A17 7


(42)

19 A19 5

20 A20 6,5

Jumlah Nilai 131,9

Dari hasil tes formatif pada siklus I tersebut terdapat 3 orang siswa ( 15% ) yang berkemampuan tinggi, 11 orang siswa (55% ) yang berkemampuan sedang, dan 6 orang siswa ( 30% ) yang berkemampuan rendah.

Berikut adalah table hasil belajar yang dilihat dari hasil evaluasi pada siklus I :

Tabel 4.3

Tingkat Perkembangan hasil belajar berdasarkan hasil tes formatif siklus I

No Tingkat Kemampuan Persentase (%) 1

2 3

Tinggi

Sedang Rendah

15 % 55 % 30 %

Kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah diatas berdasarkan atas kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) mata pelajaran matematika yaitu 6,2. Tingkat kemampuan tersebut dikelompokkan dalam skala :

8,0- 10,0 = Berkemampuan tinggi 6,2 - 7,5 = Berkemampuan sedang 0 - 6,2 = Berkemampuan rendah

Sedangkan yang menentukan siswa mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah adalah berdasarkan hasil jawabandari soal evaluasi yang diberikan oleh guru pada saat


(43)

pembelajaran sedang berlangsung.Dari data diatas, hasil belajar yang diperoleh siswa pada kegiatan siklus I masih banyak kekurangan dan belum menunjukkan peningkatan yang sesuai dengan yang diharapkan.

c. Jurnal Harian

Jurnal harian berisi tentang kesan-kesan dan hal-hal yang perlu dipeerbaiki oleh peneliti dalam proses belajar mengajar. Jurnal harian ini diisi oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal harian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga, serta untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan respon siswa terhadap pembelajaran dengan meggunakan alat peraga pada siklus I, yang diperoleh dari jurnal harian siswa.

Tabel 4.4

Respon siswa terhadap pembelajaran siklus I berdasarkan jurnal harian siswa

Respon Positif Respon Negatif 1. Saya sangat senang

belajar hari ini.

2. Belajar hari ini sangat menyenangkan dan mudah dimengerti. 3. Saya lebih suka belajar

yang seperti tadi.

4. Sangat senang karena belajarnya memakai kelereng.

1. Contoh soalnya kurang banyak.

2. Kurang senang soalnya saya tidak kebagian kedepan.

3. Soalnya kurang dimengerti.


(44)

pelajaran hari ini.

Dari jurnal harian siswa secara keseluruhan, diperoleh data jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5

Jumlah respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus I

Respon Siswa Jumlah Siswa Persentase(%) Positif

Negatif

13 Orang

7 Orang

65 35

4. Analisis dan refleksi siklus I

Berdasarkan kegiatan belajar mengajar pada siklus I dari pertemuan yang pertama dan pertemuan yang kedua, peneliti dan observer melakukan analisis dan refleksi kegiatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam pelaksanaan siklus I ini ada beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya: a. Contoh soal yang digunakan untuk menggunakan alat peraga

harus lebih banyak lagi agar siswa tidak merasa iri terhadap temannya yang menggunakan alat peraga, serta membuat siswa lebih mengerti terhadap materi yang disampaikan.


(45)

b. Kalimat yang digunakan dalam soal harus menggunakan kalimat yang meudah dipahami oleh siswa sehingga dapat mengerti dan bisa menyelesaikan soal dengan baik.

c. Memberi motivasi kepada siswa untuk berani maju kedepan kelas untuk menggunakan alat peraga.

d. Waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar ini belum efektif, sehingga perlu dilakukan pengaturan waktu yang tepat dan maksimal agar dapat berjalan dengan efektif.

e. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu hanya 6,4, sehingga harus mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I dan juga memperbaiki kekurangan siklus I pada kegiatan siklus II.

5. Siklus II

1. Perencanaan

Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan kompetensi dasar tentang melakukan pembagian bilangan dua angka.Pertemuan pertama hari senen tanggal 12 November 2012, dan pertemuan yang kedua hari selasa 13 November 2012.

2. Pelaksanaan siklus II a. Pertemuan Pertama

Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senen tanggal 12 november 2012, dengan waktu 5 jam pelajaran ( 5 x 35 menit), dengan pembahasan tentang pembagian. Pada pertemuan pertama ini, siswa diajak untuk mengingat kembali tentang pengurangan, karena untuk memahami konsep pembagian siswa harus menguasai tentang konsep pengurangan.


(46)

Setelah guru yakin bahwa siswa telah menguasai konsep pengurangan, siswa diberikan contoh-contoh soal tentang pembagian.Pada sterofom dengan menggunakan kartu angka yang diberikan perekat.Dalam menjawab, siswa menghitung dengan menggunakan alat peraga yang disediakan oleh guru berupa kelereng, stik ice cream dan permen.Setelah mendapatkan jawabannya, siswa menempelkan kartu angka yang sesuai dengan jawabannya di sterofom.Setelah mengerjakan contoh soal yang diberikan oleh guru, siswa mengerjakan soal evaluasi yang telah disediakan oleh guru.Kemudian siswa diberikan jurnal harian untuk diisi.Setelah selesai guru memberikan penguatan pada materi yang telah disampaikan.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 13 november 2012 dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran ( 4 x 35 menit ), dengan materi pembagian yang merupakan lanjutan dari pertemuan yang pertama. Dalam pertemuan yang kedua ini, guru melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan bertanya jawab tentang pembagian.Setelah melakukan apersepsi, guru menjelaskan kembali tentang konsep dasar pembagian untuk mengingatkan kembali siswa pada pembagian, serta bertanya jawab tentang bilangan 40-70 dalam bahasa inggris kemudian guru memberikan beberapa contoh soal pada sterefom seperti pada pertemuan yang pertama. Dalam mengerjakan contoh soal ini, siswa diminta untuk menghitung soal pembagian dengan menggunakan alat peraga yang disediakan oleh guru ( klereng, permen dan stik ice cream ), kemudian hasilnya ditempel di sterefom


(47)

kemudian siswa lain diminta untuk mencarikan tulisan angka-angkanya dalam bahasa inggris dengan menggunakan kartu hurup dan ditempelkan disterefom sesuai dengan angkanya setelah mengerjakan beberapa contoh soal, siswa mengerjakan soal evaluasi yang disediakan oleh guru, serta mengisi jurnal harian.

c. Data Hasil Penelitian Siklus II

Proses pengumpulan data hasil penelitian siklus II, mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua diperoleh melalui hasil observasi, hasil evaluasi, dan hasil jurnal harian.

1. Hasil Observasi.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan lembar observasi yang diisi oleh observer bahwa pembelajaran pada siklus yang kedua ini mengalami peningkatan walaupun masih ada beberapa orang siswa terlihat jenuh dengan pembelajaran menggunakan alat peraga.Akan tetapi, secara keseluruhan siswa sangat tertarik dan senang belajar dengan menggunakan alat peraga.

2. Hasil Evaluasi

Nilai rata-rata evaluasi pada siklus dua yang menggambarkan kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga adalah 7,3 Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari jumlah nilai tes formatif II dibagi jumlah siswa.


(48)

Tabel 4.6

Hasil Tes formatif siswa pada siklus II

No Nama Siswa Nilai Siklus

1 A1 8

2 A2 6,7

3 A3 6

4 A4 7,5

5 A5 8,5

6 A6 6,2

7 A7 7

8 A8 7

9 A9 7,5

10 A10 7,5

11 A11 6

12 A12 7

13 A13 9

14 A14 6,5

15 A15 7,5

16 A16 8

17 A17 7

18 A18 7,5

19 A19 7

20 A20 8,5

Jumlah Nilai 145,9

Dari hasil tes formatif pada siklus II tersebut terdapat 5 orang siswa ( 25% ) yang berkemampuan tinggi, 13 orang siswa (65% ) yang berkemampuan sedang, dan 2 orang siswa ( 10% ) yang berkemampuan rendah.


(49)

Berikut adalah table hasil belajar yang dilihat dari hasil evaluasi pada siklus II :

Tabel 4.7

Tingkat Perkembangan hasil belajar berdasarkan hasil tes formatif siklus II

No Tingkat Kemampuan Persentase (%) 1

2 3

Tinggi Sedang Rendah

25 % 65 % 10 %

Kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah diatas berdasarkan atas kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) mata pelajaran matematika yaitu 6,2. Tingkat kemampuan tersebut dikelompokkan dalam skala :

8,0 - 10,0 = Berkemampuan tinggi 6,2 - 7,5 = Berkemampuan sedang 0 - 6,2 = Berkemampuan rendah

Yang menentukan siswa mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah adalah berdasarkan hasil jawaban dari soal evaluasi yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung.Dari data diatas, hasil belajar yang diperoleh siswa pada kegiatan siklus II masih ada kekurangan dan perlu ditingkatkan. 3. Jurnal harian.


(50)

Hasil jurnal harian pada siklus II dikelompokkan dalam dua respon yaitu respon positif dan respon negatif.Hasil jurnal harian ini dinyatakan dalam tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8

Respon siswa terhadap pembelajaran siklus II berdasarkan jurnal harian siswa

Respon Positif Respon Negatif 1. Pelajaran hari ini

sangat menyenangkan. 2. Sangat senang, kaena

hari ini saya dapat giliran kedepan.

3. Menyenangkan karena gurunya baik.

1. Masih ada yang

belum saya

mengerti. 2. Sedikit sulit.

Dari jurnal harian secara keseluruhan diperoleh data jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang disajikan dalam tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9

Jumlah respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus II

Respon Siswa Jumlah Siswa Persentase(%) Positif

Negatif

18 2

90% 10%


(51)

3. Analisis dan Refleksi Siklus II

Berdasarkan pembahasan pada siklus II baik pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua ada beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar siswa masih kurang diantaranya: a. Kurang teliti dalam membaca dan memahami soal yang

diberikan

b. Masih ada siswa yang belum memahami dan mengerti terhadap materi yang diajarkan.

c. Masih ada siswa yang malu untuk bertanya atau menjawab pertanyaan.

d. Ada siswa yang jenuh dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga yang sama, walaupun alat peraganya ditambah.

Selain kekurangan yang disebutkan diatas, respon siswa terhadap pembelajaran dengan alat peraga ini sangat positif walaupun ada dua orang siswa yang merespon negatif.Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat perga ini serta ada peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa.

Sebagai kegiatan refleksi akhir pembelajaranbahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga baik untuik diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari.Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh kita semua agar pembelajaran itu berjalan efektif dan supaya hasil belajar siswa sesuai dengan yang kita harapkan, yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang melibatkan siswa agar mereka tidak jenuh dalam belajar.Salah satunya dengan cara menghubungkan materi


(52)

dengan yang dialami atau dilihat siswa sehari-hari dengan menggunakan alat peraga.

6. Siklus III

Setelah melakukan tes siklus I dan II, kemudian siswa melaksanakan tes siklus III yang merupakan tes gabungan dari materi siklus I dan siklus II, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa selama penelitian ini. Tes siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 14 November 2012 .Adapun hasil tes siklus 111 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil tes siklus III

No Nama Siswa Nilai Siklus III

1 A1 7,5

2 A2 8

3 A3 8

4 A4 8

5 A5 7,5

6 A6 9

7 A7 8

8 A8 8,5

9 A9 9

10 A10 9

11 A11 7,5

12 A12 8

13 A13 9

14 A14 8,5

15 A15 8

16 A16 8

17 A17 8

18 A18 8,5

19 A19 8

20 A20 9


(53)

Dari hasil siklus III tersebut terdapat 17 orang siswa (85%) yang berkemampuan tinggi, 3 orang siswa (15%) yang berkemampuan sedang.dan 0 orang siswa (0%) yang berkemampuan rendah.

Berikut adalah tabel hasil belajar yang dilihat dari siklus III : Tabel 4.11

Tingkat perkembangan hasil belajar berdasarkan hasil siklus III

No Tingkat Kemampuan Persentase(%) 1

2 3

Tinggi Sedang Rendah

85 % 15 % 0 %

Jika dilihat dari data diatas, terdapat peningkatan yang cukup memuaskan, walaupun ada beberapa siswa yang nilainya turun.Tapi ada juga siswa yang nilainya meningkat dari tes sebelumnya.Dari sini kita dapat melihat bahwa suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.Salah satunya pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Untuk melihat perkembangan peningkatan hasil belajar siswa agar lebih jelas, dapat kita lihat dari tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12

Perkembangan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I, II, dan Siklus III

No Nama Siswa Nilai SK I Nilai SK II Nilai SK III

1 A1 8 8 7,5

2 A2 6,2 6,7 8

3 A3 4 6 8

4 A4 7,5 7,5 8

5 A5 6,5 8,5 7,5

6 A6 6,5 6,2 9


(54)

8 A8 8,5 7 8,5

9 A9 7,5 7,5 9

10 A10 4,5 7,5 9

11 A11 6 6 7,5

12 A12 7,5 7 8

13 A13 9 9 9

14 A14 7,5 6,5 8,5

15 A15 5,5 7,5 8

16 A16 6,5 8 8

17 A17 7 7 8

18 A18 5,5 7,5 8,5

19 A19 5 7 8

20 A20 6,5 8,5 9

131,9 145,9 165 B. Pembahasan hasil penelitian

Pembahasan hasil penelitian tindakan kelas ini ditujukan untuk menjawab semua pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui aktipitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sisiwa dengan menggunakan alat peraga, serta untuk mengetahui sikap atau respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.

Dalam penelitian ini, jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 20 orang siswa dan semuanya aktif dalam mengikuti kegiatan dari siklus I sampai siklus III.

1. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga lebih banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa diajak untuk menggunakan alat peraga dan menumbuhkan keberanian dalam diri siswa.

Pada siklus I, hamper semua siswa belum memahami materi yang dipelajari, hal itu disebabkan mereka tidak terbiasa belajar dengan menggunakan alat peraga, akan tetapi siswa cukup senang dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga walaupun ada


(55)

beberapa orang siswa yang mengeluh karena tidak diberi kesempatan untuk menggunakan alat peraga.

Kekurangan pada siklus I ini akan diperbaiki pada kegiatan siklus II Pada siklus II, semakin banyak siswa yang antusias dalam pembelajaran menggunakan alat peraga.Tetapi ada beberapa siswa mengeluh bosan.

Karena alat peraga yang digunakan selalu sama walaupun ada yang ditambahkan. Dikelas guru bukan hanya sebagai pendidik ataupun pengajar, tapi juga sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.Gurupun harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Dalam mengerjakan soal evaluasi pada setiap pertemuan, siswa sangat antusias karena soal telah disediakan oleh guru dan mereka tidak perlu menulis soal kembali.Soal evaluasi ini dibuat untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.Berikut adalah grafik peningkatan kemampuan siswa dari siklus I sampai siklus III.

70

60

50

40

30

20

10

0

Siklus I, Siklus II, Siklus III

Gambar 4.2 Grafik tingkat perkembangan hasil belajar siswa Berdasarkan hasil lembar evaluasi siswa pada siklus I sampai siklus III

Dari Grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pada setiap pertemuan pada siklus I sampai dengan siklus III, menunjukkan adanya peningkatan yang

Kemampuan tinggi Kemampuan sedang Kemampuan rendah


(56)

cukup signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang diukur dari setiap siklus.

Siswa yang berkemampuan tinggi pada siklus I ada 15 % dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 25 %, pada siklus III meningkat menjadi 85 %.Siswa yang berkemampuan sedang pada siklus I 55 % dan pada siklus II, mengalami peningkatan menjadi 65 %, dan pada siklus III menurun lagi menjadi 15 %.

Siswa yang berkemampuan rendah pada silus I ada 50 % dan pada siklus II 10 % sedangkan pada siklus III menurun menjadi 0%.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat apabila pembelajaran itu menyenangkan, salah satunya dengan menggunakan alat peraga.

Berdasarkan pemaparan kegiatan belajar mengajar diatas, peneliti dalam melakukan penelitian menemui beberapa kendala diantaranya:

a. Kesulitan dalam menyusun administrasi pembelajaran seperti RPP dan alat evaluasi, karena peneliti melakukan penelitian terhadap siswa kelas II dimana pembelejarannya menggunakan tematik, sehingga sedikit kesulitan dalam menyusun administrasi pembelajaran tersebut terutama menyusun alat evaluasi.

b. Sulitnya mengatur waktu dalam pembelajaran, karena semua siswa ingin menggunakan alat peraga sedangkan waktu yang tersedia tidak cukup.

c. Sulit untuk membuat siswa memahami apa yang disampaikan guru dengan alat peraga, karena siswa lebih terpaku pada alat peraga saja tanpa memperhatikan materi yang dimaksudkan dalam penggunaan alat peraga.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga berdasarkan jurnal harian yang didisi siswa setiap pertemuan. Jurnal harian merupakan media bagi siswa untuk mengemukakan kesan


(57)

dan pendapat mereka terhadap pembelajaran matematika. Jurnal harian ini diisi oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran disetiap pertemuan. Jurnal harian ini terdiri dari tiga pertanyaan yaitu tentang apa yang dipelajari hari ini, perasaan siswa pada pembelajaran ini, dan apa saja yang kurang pada pembelajaran hari ini.

Dalam jurnal harian, respon siswa dikelompokkan kedalam respon positif dan respon negatif, kemudian data tersebut dihitung persentasenya. Berikut ini adalah diagram respon siswa pada setiap

siklus.

Tabel 4.13

Persentasi Hasil Jurnal harian Tiap Siklus

Kategori Komentar

Jumlah Tiap

Siklus Persentase Tiap Siklus

I II III I II III

Positif 8 11 20 40% 55% 100

%

Negatif 12 9 0 60% 45% 0%

Berdasarkan table 4.13 diatas terlihat bahwa komentar Positif mengalami peningkatan. Dan tidak ada komentar negatif dan dapat digambarkan pada diagram berikut ini.


(58)

Gambar 4.3Diagram Persentase Jurnal Harian Siswa

Pada umumnya siswa sangat menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga, karena mereka bisa terlibat langsung dalam pembelajaran dengan cara menggunakan alat peraga. Mereka bisa belajar sambil bermain.

Demikianlah pembahasan yang dapat disampaikan dalam penelitian yang berjudul “ Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II melalui penggunaan alat peraga di SDN Wanaherang 03 Kecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor ”. Semoga apa yang disampaikan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dalam menghadapi era Globalisasi saat ini.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Siklus I Siklus II Siklus III

Positif Negatif


(59)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika telah dilaksanakan dengan baik, walaupun masih ada kekurangan tetapi membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan dan siswapun lebih aktif dibandingkan dengan sebelum menggunakan alat peraga.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga sangat baik. Siswa sangat antusias dalam belajar, siswapun menjadi lebih berani bila ditunjuk kedepan oleh guru. Masih ada beberapa siswa yang merasa bosan, mungkin karena mereka tidak mendapatkan giliran untuk menggunakan alat peraga tersebut.

3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan. Meningkatnya hasil belajar siswa ini dipicu dari suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan, diantaranya :

1. Bagi siswa apabila mempunyai ide untuk mencipatakan alat peraga selain alat peraga yang dimiliki oleh guru untuk menyampaikan ide yang dimilikinya kepada guru.

2. Bagi guru yang akan menggunakan alat peraga, sebaiknya menggunakan alat peraga yang mudah didapat, yang ada dilingkungan sekitar, atau dapat memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak dipakai. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan guru untuk membuat alat peraga dan


(60)

2

lebih ekonomis. Selain itu alat peraga yang digunakan harus yang merangsang kemampuan berpikir siswa dan harus sesuai dengan materi yang diajarkan.

3. Untuk sekolah dianjurkan memberikan kemudahan dan memfasilitasi apabila seorang guru mempunyai ide untuk menciptakan alat peraga supaya dapat terealisasi.

4. Dianjurkan kepada para peneliti generasi yang akan datang supaya lebih inovatif dan kreatif dalam menuangkan ide-ide yang dimiliki untuk meciptakan alat peraga dalam pembelajaran matematika selanjutnya sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Afiah, Evy.(2010). Meningkatkan pemahaman siswa Kelas III SD dalam mata

pelajaran Matematika Melalui Metode STAD. Syarat memperoleh gelar

sarjana pada FKIP Universitas Pakuan Bogor:tidak diterbitkan.

Hermawan, R. Mujono, dan Ayi, S (2007). Metode Penelitian pendidikan Sekolah

Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Jawa Pos. 2008. Alat Peraga Membuat Matematika Mudah.(Online).

Tersedia:http://www.simpuldemokrasi.com/info-pendidikan/1134-alat-peraga-membuat-matematika-mudah.html.(27 November 2008). Lia. 2009. Pengertian Pembelajaran. (Online) Tersedia

http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajran/.(25 Maret 2009)

Manurung, M.(2008). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:PT Gramiedia. Margiati. (2008). Upaya meningkatkan kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Melalui Pembelajran Matematika dengan pendekatan Konteksual. Syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi PGSD UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Munawar, Indra.2009.Pengertian dan Definisi Hasil Belajar.(Online). Tersedia http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html.(10 Juni 2009).

Sudrajat, Akhmad.2008. Let’ Talk about Education.

(Online).Teresedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilai an-hasil-belajar/.(01 Mei 2008).

Wikipedia. 2010. Matematika. (Online).

Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/matematika.(24 maret 2010). P. Riska. 2010. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

cukup signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang diukur dari setiap siklus.

Siswa yang berkemampuan tinggi pada siklus I ada 15 % dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 25 %, pada siklus III meningkat menjadi 85 %.Siswa yang berkemampuan sedang pada siklus I 55 % dan pada siklus II, mengalami peningkatan menjadi 65 %, dan pada siklus III menurun lagi menjadi 15 %.

Siswa yang berkemampuan rendah pada silus I ada 50 % dan pada siklus II 10 % sedangkan pada siklus III menurun menjadi 0%.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat apabila pembelajaran itu menyenangkan, salah satunya dengan menggunakan alat peraga.

Berdasarkan pemaparan kegiatan belajar mengajar diatas, peneliti dalam melakukan penelitian menemui beberapa kendala diantaranya:

a. Kesulitan dalam menyusun administrasi pembelajaran seperti RPP dan alat evaluasi, karena peneliti melakukan penelitian terhadap siswa kelas II dimana pembelejarannya menggunakan tematik, sehingga sedikit kesulitan dalam menyusun administrasi pembelajaran tersebut terutama menyusun alat evaluasi.

b. Sulitnya mengatur waktu dalam pembelajaran, karena semua siswa ingin menggunakan alat peraga sedangkan waktu yang tersedia tidak cukup.

c. Sulit untuk membuat siswa memahami apa yang disampaikan guru dengan alat peraga, karena siswa lebih terpaku pada alat peraga saja tanpa memperhatikan materi yang dimaksudkan dalam penggunaan alat peraga.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga berdasarkan jurnal harian yang didisi siswa setiap pertemuan. Jurnal harian merupakan media bagi siswa untuk mengemukakan kesan


(2)

dan pendapat mereka terhadap pembelajaran matematika. Jurnal harian ini diisi oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran disetiap pertemuan. Jurnal harian ini terdiri dari tiga pertanyaan yaitu tentang apa yang dipelajari hari ini, perasaan siswa pada pembelajaran ini, dan apa saja yang kurang pada pembelajaran hari ini.

Dalam jurnal harian, respon siswa dikelompokkan kedalam respon positif dan respon negatif, kemudian data tersebut dihitung persentasenya. Berikut ini adalah diagram respon siswa pada setiap

siklus.

Tabel 4.13

Persentasi Hasil Jurnal harian Tiap Siklus

Kategori Komentar

Jumlah Tiap

Siklus Persentase Tiap Siklus

I II III I II III

Positif 8 11 20 40% 55% 100

%

Negatif 12 9 0 60% 45% 0%

Berdasarkan table 4.13 diatas terlihat bahwa komentar Positif mengalami peningkatan. Dan tidak ada komentar negatif dan dapat digambarkan pada diagram berikut ini.


(3)

Gambar 4.3Diagram Persentase Jurnal Harian Siswa

Pada umumnya siswa sangat menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga, karena mereka bisa terlibat langsung dalam pembelajaran dengan cara menggunakan alat peraga. Mereka bisa belajar sambil bermain.

Demikianlah pembahasan yang dapat disampaikan dalam penelitian yang berjudul “ Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II melalui penggunaan alat peraga di SDN Wanaherang 03 Kecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor ”. Semoga apa yang disampaikan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dalam menghadapi era Globalisasi saat ini.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Siklus I Siklus II Siklus III

Positif Negatif


(4)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika telah dilaksanakan dengan baik, walaupun masih ada kekurangan tetapi membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan dan siswapun lebih aktif dibandingkan dengan sebelum menggunakan alat peraga.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga sangat baik. Siswa sangat antusias dalam belajar, siswapun menjadi lebih berani bila ditunjuk kedepan oleh guru. Masih ada beberapa siswa yang merasa bosan, mungkin karena mereka tidak mendapatkan giliran untuk menggunakan alat peraga tersebut.

3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan. Meningkatnya hasil belajar siswa ini dipicu dari suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan, diantaranya :

1. Bagi siswa apabila mempunyai ide untuk mencipatakan alat peraga selain alat peraga yang dimiliki oleh guru untuk menyampaikan ide yang


(5)

2

lebih ekonomis. Selain itu alat peraga yang digunakan harus yang merangsang kemampuan berpikir siswa dan harus sesuai dengan materi yang diajarkan.

3. Untuk sekolah dianjurkan memberikan kemudahan dan memfasilitasi apabila seorang guru mempunyai ide untuk menciptakan alat peraga supaya dapat terealisasi.

4. Dianjurkan kepada para peneliti generasi yang akan datang supaya lebih inovatif dan kreatif dalam menuangkan ide-ide yang dimiliki untuk meciptakan alat peraga dalam pembelajaran matematika selanjutnya sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Afiah, Evy.(2010). Meningkatkan pemahaman siswa Kelas III SD dalam mata

pelajaran Matematika Melalui Metode STAD. Syarat memperoleh gelar

sarjana pada FKIP Universitas Pakuan Bogor:tidak diterbitkan.

Hermawan, R. Mujono, dan Ayi, S (2007). Metode Penelitian pendidikan Sekolah

Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Jawa Pos. 2008. Alat Peraga Membuat Matematika Mudah.(Online).

Tersedia:http://www.simpuldemokrasi.com/info-pendidikan/1134-alat-peraga-membuat-matematika-mudah.html.(27 November 2008). Lia. 2009. Pengertian Pembelajaran. (Online) Tersedia

http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajran/.(25 Maret

2009)

Manurung, M.(2008). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:PT Gramiedia. Margiati. (2008). Upaya meningkatkan kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Melalui Pembelajran Matematika dengan pendekatan Konteksual. Syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi PGSD UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Munawar, Indra.2009.Pengertian dan Definisi Hasil Belajar.(Online). Tersedia http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html.(10 Juni 2009).

Sudrajat, Akhmad.2008. Let’ Talk about Education.

(Online).Teresedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilai an-hasil-belajar/.(01 Mei 2008).

Wikipedia. 2010. Matematika. (Online).

Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/matematika.(24 maret 2010). P. Riska. 2010. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan alat peraga kartu kotif (Koin Positif Negatif) terhadap hasil belajar Matematika Siswa ( Sebuah studi eksperimen di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta)

1 7 182

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Pengerjaan Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah dengan Alat Peraga Kelereng dan Diskusi Kelompok bagi Siswa Kelas II SD Negeri

0 9 148

5 PENGGUNAAN MEDIA TIMBANGAN BILANGAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PADA SISWA KELAS II SD

4 50 108

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Tentang Perkalian Dan Pembagian Bilangan Bulat Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kela

0 0 16

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI MENCARI PASANGAN PADA

0 0 15

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN PAKU BERCINCIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON.

1 1 46

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MELALUI ALAT PERAGA : Penelitian Tindakan kelas Pada Siswa Kelas II SDN Wanaherang 03 Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

0 1 32

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II Sekolah Dasar Negeri Cikawung Kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat.

0 1 37

PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH DI SD

0 6 96

PEMANFAATAN ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DALAM MATERI BILANGAN CACAH PADA SISWA KELAS II SD 3 WATES UNDAAN KUDUS SKRIPSI

0 0 23