EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUKMENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONALMAHASISWA.

(1)

INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONALMAHASISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mahasiswa Program

StudiPendidikanBahasaPerancisAngkatan 2012 Semester Enam Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia TahunAkademik 2014/2015)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memenuhi Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

.

Oleh

ASEP ROHIMAN LESMANA 1303337

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONALMAHASISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2014/2015)

oleh

Asep Rohiman Lesmana

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

© Asep Rohiman Lesmana 2015 UniversitasPendidikan Indonesia


(3)

ASEP ROHIMAN LESMANA 1303337

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUKMENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL DAN

INTERPERSONALMAHASISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing

Dr.Mubiar Agustin, M.Pd NIP 19770828 200312 002

Diketahui oleh

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Uman Suherman AS., M.Pd. NIP 19620623 198610 1 001


(4)

ABSTRAK

Asep Rohiman Lesmana. (2015). Efektivitas Program Experiential Based Counseling untuk Mengembangkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Mahasiswa (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2014/2015). Pembimbing Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd.

Penelitian dilatarbelakangi oleh kurang cakapnya kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Penelitian ditujukan untuk menguji keefektifan program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode quasi experiment, dan dengan equivalent time series design. Rancangan intervensi equivalent time series design dengan tahapan peneliti memilih partisipan dalam penelitian, melakukan pengukuran variabel dependen (pre-test), pemberian perlakuan ke 1 pada kelompok eksperimen, melakukan pengukuran variabel dependen (post-test), pemberian perlakuan ke 2 pada kelompok eksperimen, peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test) untuk melihat pengaruh perlakuan ke 2, pemberian perlakuan ke 3 pada kelompok eksperimen, dan peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test). Instrumen yang digunakan yaitu berupa skala sikap Likert. Analisa data menggunakan uji T Paired. Hasil penelitian menunjukan bahwa program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa menunjukkan hasil yang efektif dan signifikan dalam membantu meningkatkan semua aspek. Program experiential based counseling direkomendasikan untuk dipertimbangkan sebagai salah konten layanan dalam pengembangan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kompetensi pribadi sosial mahasiswa di perguruan tinggi.

Kata Kunci: Program Experiential Based Counseling, Kompetensi Intrapersonal, Kompetensi Interpersonal.


(5)

ABSTRACT

Asep Rohiman Lesmana. (2015). Effectiveness of Experiential Based Counseling Program To Develop Intrapersonal & Interpersonal Competence Students (Quasi-Experimental Research in Student French Language Study Program 2012 Semester Force Six Language and Literature Faculty of Education Indonesia University of Education Academic Year 2014/2015). Supervisor Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd.

The research is motivated by lack of intrapersonal and interpersonal competence of students. The research aimed to test the effectiveness of experiential-based counseling program to develop intrapersonal and interpersonal competencies of students, using qualitative and quantitative approach with quasi experimental methods, and with the equivalent time series design. The design of interventions equivalent time series design with stage researchers chose participants in the study, measuring the dependent variable (pre-test), giving treatment to one group of experiments, measuring the dependent variable (post-test), giving treatment to 2 in the experimental group, researchers conducted a dependent variable measurement (post-test) to see the effect of treatments to 2, giving treatment to 3 in the experimental group, and researchers remotely measured the dependent variable (post-test). The instrument used in the form of an attitude Likert scale. Data were analyzed using paired t test. The results showed that experiential-based counseling program to develop intrapersonal and interpersonal competencies students showed effective results and significant in helping to improve all aspects. Experiential-based counseling program is recommended to be considered as one of the service content in the development and implementation of the guidance and counseling to develop personal and social competencies in college.

Keywords: Experiential Based Counseling Program, Intrapersonal Competence, Interpersonal Competence.


(6)

DAFTAR ISI

Hal.

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GRAFIK xiv

DAFTAR GAMBAR xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 6

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 8

E. Struktur Organisasi Penelitian 9

BAB II KOMPETENSI INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL SERTA PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING

10

A. Konsep Dasar Kompetensi Intrapersonal & Interpersonal 10 B. Konsep Dasar Experiential Based Counseling 29 C. Program Experiential Based Counseling untuk

Mengembangkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Mahasiswa

53

D. Asumsi penelitian 60


(7)

BAB III METODE PENELITIAN 62

A. Desain Penelitian 62

B. Partisipan Penelitian 63

C. Definisi Operasional Variabel 64

D. Pengembangan Instrumen 67

E. Pengembangan Program Experiential Based Counseling 72

F. Analisis Data 77

G. Langkah-Langkah Penelitian 79

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 123

A. Hasil Penelitian 123

B. Pembahasan Penelitian 129

BAB V SIMPULAN, DAN REKOMENDASI 178

A. Simpulan 178

B. Rekomendasi 179


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel. Hal.

2.1 Efek Atraksi Interpersonal pada Kebutuhan Interpersonal 18 3.1 Rancangan Intervensi Equivalent Time Series Design 63 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kompetensi Intrapersonal

dan Interpersonal Mahasiswa

68 3.3 Pola Skor Alternatif Respon Model Summated Ratings

(Likert) pada Instrumen Pengungkap Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Mahasiswa

70

3.4 Klasifikasi Penilaian Koefisien Reliabilitas 72 3.5 Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Experiential

Based Counseling

74 3.6 Profil Umum Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Semester Enam Angkatan 2012 FPBS UPI Tahun Akademik 2014/2015

88

3.7 Tahapan Program Experiential Based Counseling untuk Mengembangkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Mahasiswa

102

4.1 Hasil Uji t Paired Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal pada Mahasiswa Kelompok Perlakuan

123 4.2 Ketercapaian Hasil Kelompok Perlakuan Variabel

Kompetensi Intrapersonal Mahasiswa

127 4.3 Ketercapaian Hasil Kelompok Perlakuan Variabel

Kompetensi Interpersonal Mahasiswa

128 4.4 Urutan Sesi Intervensi Melalui Program Experiential based

Counseling dalam Pengembangan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Mahasiswa


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik. Hal.

4.1 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Kompetensi Intrapersonal Mahasiswa Setiap Paket Sesi

125

4.2 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Setiap Paket Sesi

125

4.3 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Setiap Paket Sesi Berdasarkan Aspek Kompetensi Intrapersonal Mahasiswa

126

4.4 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Setiap Paket Sesi Berdasarkan Aspek Kompetensi Interpersonal Mahasiswa


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 The Lewinian Experiential Learning Model 29

2.2 Dewey’s Model of Experiential Learning 30

2.3 Piaget’s Model of Learning and Cognitive Development 31

2.4 Experiential Learning Cycle 32

2.5 The Experiential Learning Cycle and Basic Learning Styles 34 2.6 Tahapan dan Pengorganisasian Experiantial Based Counseling 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Izin Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data Lampiran 4 Program dan SKLBK Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Lampiran 6 Hasil Jurnal Kegiatan


(12)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penelitian

Daya psikologis dibangun oleh tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: (1) pemenuhan kebutuhan, (2) kompetensi intrapersonal, dan (3) kompetensi interpersonal. Ketiga unsur ini saling berkaitan satu sama lain, serta penting bagi berfungsinya dua unsur yang lain dan bagi unsur itu sendiri, sehingga perubahan dalam satu unsur akan diikuti oleh perubahan dalam unsur yang lain. Apabila kompetensi intrapersonal dan interpersonal meningkat, maka pemenuhan kebutuhan akan meningkat pula, yang kemudian akan meningkatkan daya psikologis, yang pada akhirnya akan menentukan kesehatan psikologis atau tingkat keberfungsian psikologis.

Semakin baik kompetensi intrapersonal dan interpersonal, maka semakin tinggi tingkat pemenuhan kebutuhan psikologis mereka, dan semakin sehat fungsi psikologis mereka. Sebaliknya, semakin buruk kompetensi intrapersonal dan interpersonal, maka semakin rendah tingkat pemenuhan kebutuhan psikologis dan abnormal fungsi psikologis mereka. Belajar untuk berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik itu penting, karena kebutuhan psikologis yang paling dasar dapat dipenuhi melalui hubungan interpersonal; manusia tidak hanya memiliki tanggung jawab pribadi untuk tumbuh, namun juga tanggung jawab sosial untuk membantu orang lain tumbuh atau sekurang-kurangnya tidak merintangi mereka untuk tumbuh.

Kemampuan hubungan intrapersonal dan interpersonal oleh Cavanagh (1982) disebutkan sebagai sebuah kompetensi, baik kompetensi intrapersonal yang didalamnya memuat kemampuan akan pengetahuan diri (self knowledge),


(13)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

pengarahan diri (self direction), harga diri (self esteem), dan kompetensi interpersonalnya dengan indicator peka terhadap orang lain, asertif, menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, menjadi diri yang mempunyai harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta perlindungan diri dalam situasi antar pribadi. Istilah kemampuan hubungan pribadi dan sosial menurut Myrick (1993) dikategorikan sebagai personal and social skills dan menurut Gysbers (1995) menyebutnya sebagai self knowledge and interpersonal skills.

Hubungan intrapersonal dan interpersonal merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan dalam perilaku individu, bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kesuksesan hidup individu. Seperti yang diungkapkan oleh Barber (2001) tentang fungsi positif intrapersonal dan interpersonal yang mengungkapkan bahwa aspek intrapersonal secara khusus adalah self esteem, pemberian perspektif dan empati. Serta aspek interpersonal adalah inisiatif sosial, hubungan pertemanan, komunikasi dengan orang tua. Aspek kompetensi intrapersonal dan interpersonal sangat fundamental dalam kekuatan pengembangan kesuksesan dan persiapan menghadapi masa depan sebagai individu yang lebih dewasa.

Kompetensi interpersonal merupakan kecakapan yang memungkinkan seseorang berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara saling memenuhi (Surya,2010:52). Kompetensi interpersonal melengkapi kompetensi intrapersonal sebagaimana yang dikemukakan oleh Cavanagh dan Levitov (2002:217)“Interpersonal competencies complement intrapersonal competencies in that both are necessary for psychological growth and need fulfillment”.

Permasalahan yang mendasar seringkali karena mahasiswa lemah dalam daya psikologis sehingga pada saat dihadapkan pada beragam permasalahan yang dihadapi mereka dalam kehidupannya di perguruan tinggi, mereka seringkali mengambil cara yang destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Keefektifan individu dalam mengatasi permasalahan dan tekanan dipengaruhi oleh daya psikologis (Cavanagh dan Levitov, 2002: 192). Tingkat daya psikologis mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang (Cavanagh & Levitov, 2002: 191).


(14)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

Dalam konteks kehidupan di perguruan tinggi, mahasiswa yang memiliki daya psikologis rendah akan sulit untuk mengatasi hambatan dan tantangan dalam studinya. Mereka akan mengatasi permasalahannya dengan cara yang negatif dan destruktif. Sedangkan mahasiswa yang memiliki daya psikologis tinggi akan lebih mudah mengatasi hambatan dan tantangan dalam studinya. Mereka mampu mengatasi permasalahan dengan cara positif dan konstruktif. Dengan demikian, mahasiswa yang memiliki daya psikologis tinggi akan memperoleh kepuasan dan keberhasilan dalam penyelesaian studi, perkembangan karier, dan kehidupannya di masa yang datang. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki tingkat daya psikologis rendah akan merasa tertekan dan tidak akan memperoleh kepuasan dalam penyelesaian studi, karier, dan kehidupannya di masa yang akan datang.

Keberhasilan mahasiswa dalam membina hubungan dengan teman sebaya dan menjalankan peran sosialnya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimilikinya. Buhrmester, Furman, Witterberg, & Reisht (1988) mengistilahkan kemampuan ini sebagai kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal menurut Spitzberg & Cupach (DeVito,1996) merupakan kemampuan melakukan hubungan interpersonal secara efektif, seperti kemampuan berinisiatif, membuka diri, bersikap asertif, memberikan dukungan emosional, dan mengatasi konflik.

Penelitian terhadap perlunya kompetensi intrapersonal dan interpersonal diusung oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pentingnya kompetensi interpersonal bagi mahasiswa (Cohen, Sherrad & Clark, 1986; Widuri, 1995; Danardono, 1997; dan Widiastuti & Anggraini, 1998). Hal tersebut senada dengan McGaha & Fitzpatrick (2005) bahwa kompetensi interpersonal menjadi keterampilan resolusi konflik khususnya dengan teman sebaya. Kecenderungan mahasiswa yang terisolir memiliki keterampilan intrapersonal dan interpersonal yang rendah (Sunarya, 1999; Suherlan, 2005; Supriadi, 2007). Hubungan intrapersonal dan interpersonal merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan, bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kesuksesan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Barber (2001) tentang fungsi positif intrapersonal dan interpersonal yang mengungkapkan bahwa aspek


(15)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

intrapersonal secara khusus adalah self esteem, pemberian perspektif dan empati. Serta aspek interpersonal adalah inisiatif sosial, hubungan pertemanan, komunikasi dengan orang tua. Aspek kompetensi intrapersonal dan interpersonal sangat fundamental dalam kekuatan pengembangan kesuksesan dan persiapan menghadapi masa depan sebagai individu yang lebih dewasa.

Hasil penelitian yang lainnya dari (Idrus, 2007; dan Apolo, 2010) terdapat kabar yang menggembirakan, bahwa semakin baik interaksi yang terjadi antara mahasiswa dengan teman sebayanya, maka akan semakin tinggi kompetensi interpersonal yang dimiliki mahasiswa. Sedangkan kecenderungan mahasiswa masih memiliki kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang rendah (Eliasa, 2010; Hidayah, 2012 ; Firmansyah, 2013; dan Hamdi (2014).

Kompetensi intrapersonal dan interpersonal menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa, karena banyak faktor yang menghambat perkembangan hubungan interpersonal dan keterampilan sosial (Muralidharan, et al, 2011:1; Waters, et al 2010:6; dan Martin, et al, 2014:1). Hal tersebut senada dengan penelitian (Wentzel, 1991:2; Lane, et al, 2004:5; & Beiswenger dan Grolnick, 2010:6). Dimensi keterampilan intrapersonal dan interpersonal mahasiswa bukan saja dipengaruhi dari proses hubungan sosial semata tetapi perlunya kepribadian yang sehat dan komunikasi lintas budaya yang baik (Martin & Dowson, 2009:6; Twenge & Campbell, 2008:1; dan Tang & Choi, 2004:7). Stagnasi kompetensi interpersonal mahasiswa dipengaruhi oleh faktor intern yang berada dalam populasi khusus (Hun Lee, 2010:5; Paulk, et al, 2011:1; dan Lee, et al, 2012:10.

Lemahnya kompetensi intrapersonal dan interpersonal pada mahasiswa menjadi faktor penghambat dalam kegiatan akademik. Hasil penelitian Ilfiandra (2008) bahwa gejala prokrastinasi akademik mahasiswa telah menjadi fenomena umum di dunia pendidikan tinggi. Hasil ini juga turut mencerminkan bahwa kecenderungan mahasiswa tidak mampu memilih perilaku yang seharusnya dalam kapasitas sebagai mahasiswa atau lemahnya inhibisi mahasiswa.


(16)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

Hal tersebut senada dengan penelitian Mubiar Agustin (2009) bahwa mahasiswa semester lima/tingkat tiga sebagian besar mengalami kejenuhan belajar dengan kategori tinggi. Pada sisi yang lain, data ini menunjukkan bahwa kejenuhan belajar sudah sangat faktual dalam kehidupan akademik mahasiswa. Data yang dipaparkan di atas diperkuat dengan tingginya indikator area kejenuhan belajar mahasiswa pada tiap area, baik area kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan kognitif dan rendahnya motivasi. Di antara faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar pada mereka adalah stres dan banyaknya tekanan psikologis. Padahal stres dan tekanan psikologis merupakan faktor pemicu menurunnya kualitas akademik mahasiswa.

Mahasiswa dalam dinamika kehidupannya tidak hanya berhadapan dengan problema akademik, melainkan juga problema non-akademik atau yang berhubungan dengan aspek sosial-pribadi. Problema akademik dan non-akademik tersebut berimplikasi bagi upaya mahasiswa dalam mengembangkan potensi diri hingga menjadi kecakapan yang berguna untuk menjalani kehidupannya. Fenomena yang tampak adalah bahwa belum semua mahasiswa UPI menyadari arti penting kemampuan memahami diri sendiri, memahami orang lain, dan berinteraksi sosial secara bermakna dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya (Mamat Supriatna, 2010:3-4).

Fenomena dan fokus permasalahan yang telah dipaparkan memberikan gambaran bahwa kompetensi intrapersonal dan interpersonal merupakan bagian dari kehidupan mahasiswa yang akan mengakibatkan terhambatnya tugas-tugas perkembangan. Kondisi mahasiswa yang mengalami lack of competency by interpersonal and intrapersonal tidak bisa dibiarkan saja, harus segera ditangani oleh konselor agar tidak berkepanjangan sehingga mempengaruhi prestasi akademik, dan tugas perkembangannya.

Berdasarkan studi pendahuluan peneliti yang melibatkan sebanyak 92 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis angkatan 2012 semester enam tahun akandemk 2014/2015, dengan pengkategorian kompetensi diantaranya kategori cakap, cukup cakap, dan kurang cakap. Profil kompetensi


(17)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

intrapersonal mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Perancis berada pada kategori kurang cakap. Ditinjau dari capaian per-aspek kompetensi intrapersonal. Aspek pertama yaitu pemahaman diri secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 48,91 %, aspek kedua yaitu pengarahan diri secara keseluruhunan mahasiswa memperoleh proporsi 53,26 %, dan aspek ketiga yaitu penghargaan diri secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 76,09 %. Terlihat bahwa aspek-aspek kompetensi intrapersonal mahasiswa yang masih kurang efektif yaitu kurangnya pengarahan diri dan penghargaan diri. Dengan kata lain, mahasiswa hanya dapat memahami potensi dirinya sendiri dan belum menunjukan kemampuan untuk mengaktualisasikan diri secara optimal, sehingga dua aspek kompetensi intrapersonal belum berkembang.

Sementara profil kompetensi interpersonal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis berada pada kategori cukup cakap. Ditinjau dari capaian per-aspek kompetensi interpersonal. Aspek pertama yaitu nyaman dengan diri sendiri dan orang lain secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 69,57%, aspek kedua yaitu membiarkan orang lain bebas secara keseluruhunan mahasiswa memperoleh proporsi 82,61 %, aspek ketiga ekspektasi yang realistis tentang diri sendiri dan orang lainyaitu secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 75,00%, aspek keempat yaitu perlindungan diri dalam situasi interpersonal yang secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 64,13 %, aspek kelima yaitu peka terhadap diri sendiri dan orang lain yang secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 57,61 %, dan aspek keenam yiatu asertif yang secara keseluruhan mahasiswa memperoleh proporsi 33,70 %. Terlihat bahwa aspek-aspek kompetensi interpersonal mahasiswa yang masih kurang efektif yaitu kurangnya kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, tidak membiarkan orang lain bebas dalam suasana nyaman dan santai, merasa terkekang dengan harapan orang lain, dan terdapat hubungan yang didasarkan ancaman orang lain. Dapat diartikan, mahasiswa sudah mulai menunjukan kemampuan untuk mengaktulisasikan potensi kompetensi interpersonal pada


(18)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

setiap aspeknya, namun belum konsisten dengan sikap yang ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pandangan yang telah dipaparkan dan bukti empirik, peneliti bermaksud melakukan studi kuasi eksperimen mengenai pengembangan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa melalui program experiential based counseling.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Kesenjangan yang muncul akibat ketidakefektifan kompetensi intrapersonal dan interpersonal. Seperti yang dikemukakan oleh David Riesman

(2002) bahwa “ketika seseorang tidak memiliki hubungan yang baik dengan diri

sendiri atau orang lain, kesepian dapat terjadi bahkan ditengah-tengah keramaian

sekalipun.” Permasalahan keluarga, tekananan psikologis, penyakit fisik, frustasi

pribadi, dan sakit hati, tidak puas dalam kehidupan sosialnya, serta adanya pertentangan diri dengan lingkungan. Hubungan hanya berazaskan “content”, sementara itu azas ini bertentangan dengan apa yang dikemukakan oleh Rahmat

(2011:117) bahwa “hubungan interpersonal bukan hanya menyampaikan isi pesan

namun juga menentukan kadar hubungan interpersonal bukan hanya menentukan

content” tetapi juga “relationship”. Kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa perlu diperhatikan secara serius dengan mempertimbangkan aspek pribadi sosial menjadi faktor penentu dalam kesuksesan akademik.

Sesungguhnya telah banyak upaya untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa, di antaranya dengan pendekatan humanistik, Mamat Supriatna (2010) meneliti model konseling aktualisasi diri untuk mengembangkan kecakapan pribadi mahasiswa UPI, Selanjutnya dengan pendekatan post-modern, Tina Dahlan (2011) meneliti daya psikologis mahasiswa UPI melalui model konseling singkat berfokus solusi dalam setting kelompok, Agung Nugraha (2012) meneliti program experiential based group counseling untuk meningkatkan kepekaan multibudaya mahasiswa PPB calon konselor, Firmansyah (2013) meneliti kompetensi interpersonal melalui program konseling kelompok dengan teknik latihan asertif, dan Purnami & Rohayat (2013) meneliti


(19)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

implementasi program experiential learning untuk mengembangkan softskills mahasiswa.

Berdasarkan hasil identifikasi, peneliti bermaksud meneliti efektivitas program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Keefektifan program experiential based counseling harus di uji coba kembali sebagai upaya dalam mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. experiential based counseling bermanfaat dalam meningkatkan persepsi peserta terhadap kohesivitas kelompok. Kohesivitas kelompok salah satu faktor kunci dan variabel penting untuk mengembangkan kelompok dengan berbagai jenis dan tipenya, sebab kohesi menjadi mediator dalam membentuk serta mempertahankan produktivitas kelompok (Glass, 2004).

Dengan demikian, konseling berbasis pengalaman merupakan aktivitas dan pengalaman terstruktur yang didesain untuk mengembangkan kohesi kelompok melalui kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Meskipun kohesivitas menjadi hal yang penting dalam kelompok tetapi itu saja tidak cukup untuk mengembangkan kerja kelompok (Yalom, 1988). Perkembangan kohesi pada kelompok lebih luas maknanya daripada makna kohesi dalam konseling individual. Keluasaan tersebut karena pada konseling kelompok penekanannya tidak hanya pada hubungan anggota kelompok dengan pimpinannya, tetapi juga sesama anggota kelompok . untuk itu, dalam memahami esensi kelompok perlu diawali dengan permahaman terhadap kohesi kelompok tersebut.

Secara operasional rumusan masalah penelitian adalah mengkaji efektivitas program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Tahun Akademik 2014/2015 FPBS UPI.


(20)

Asep Rohiman Lesmana, 2015

EFEKTIVITAS PROGRAM EXPERIENTIAL BASED COUNSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Tahun Akademik 2014/2015 FPBS UPI.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian bermanfaat dalam memperkaya dan mengembangan khasanah keilmuan BK yaitu experiential based counseling serta kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa.

Secara praktis, hasil penelitian sekiranya dapat bermanfaat untuk memperoleh profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam FPBS UPI Tahun Akademik 2014/2015. Menjadikan pertimbangan bagi dosen pembimbing akademik (PA), UPT LBK (Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling) UPI dalam mengembangkan pelatihan kompetensi pribadi sosial mahasiswa salah satunya melalui program experiential based counseling.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis meliputi: (1) Bab I pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organsisasi tesis; (2) Bab II kajian pustaka/ landasan teoritis; (3) Bab III metode penelitian, meliputi desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data; (4) Bab IV Temuan dan pembahasan; dan (5) Bab V simpulan, dan rekomendasi.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah desain penelitian, partisipan penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrumen, pengembangan program, langkah-langkah penelitian, dan teknik analisis data.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dirancang untuk menjawab asumsi dan hipotesis penelitian secara spesifik dengan penggunaan analisis statistik. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik mengenai tingkat efektivitas program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Data utama dari hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif didukung dengan data berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari pendekatan kualitatif. Laporan akhir untuk pendekatan ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen disebut juga sebagai post-hoc research yang artinya peneliti dapat melihat efek yang terjadi dari sebuah variabel setelah mengalami kejadian tertentu serta peneliti menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak secara acak (nonrandom assignment)


(22)

memasukan para partisipan (mahasiswa) ke dalam dua kelompok tersebut (Creswell, W. Jhon, 2008).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah equivalent series design. Desain penelitian equivalent time series yaitu sebuah penelitian antarwaktu dengan memberikan perlakuan berulang kali pada sebuah kelompok eksperimen yang didahului dengan pengkuran variabel dependen atau pre-test (Creswell, 2012:314). Analisis data pada desain penelitian equivalent time series terdiri dari perbandingan pengukuran post-test dari waktu ke waktu.

Berikut tahapan dari desain penelitian equivalent time series terdiri dari: Tabel 3.1

Rancangan Intervensi Equivalent Time Series Design (Creswell, 2012:314)

Keterangan:

1. Peneliti memilih partisipan dalam penelitian.

2. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (pre-test). 3. Pemberian perlakuan ke 1 pada kelompok eksperimen.

4. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test). 5. Pemberian perlakuan ke 2 pada kelompok eksperimen.

6. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test) untuk melihat pengaruh perlakuan ke 2.

7. Pemberian perlakuan ke 3 pada kelompok eksperimen.

8. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test). B. Partisipan

Partisipan penelitian yakni seluruh mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Angkatan 2012 Semester Enam Tahun Akademik 2014/2015 dengan kriteria yakni sebagai berikut.

Select participants for group

Measure or observation

intervention Measure or observation

intervention Measure or observation

intervention Measure or observation


(23)

a. Terdaftar secara administratif sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis ;

b. Masih aktif mengikuti perkuliahan;

c. Mahasiswa semester enam yang sedang mengalami suatu perpindahan menuju struktur akademik yang lebih besar, bertambahnya tekanan akademik untuk mencapai prestasi, interaksi sosial tinggi, dinamika kelompok yang kurang kohesif, dan tekanan sosial.

d. Mahasiswa yang teridentifikasi memiliki kompetensi intrapersonal dan interpersonal dengan tingkatan rendah dan sedang berdasarkan hasil pengukuran menggunakan instrumen pengumpulan data kompetensi interpersonal berupa skala pengukuran likerts.

e. Mahasiswa yang belum cakap dalam mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal.

Teknik pengambilan sampel ditentukan secara non-random sampling. Pengambilan sampel penelitian menggunakan non-random sampling (Creswell, 2012).

C. Definisi Operasional Variabel 1. Kompetensi Intrapersonal

Secara konseptual, Cavanagh & Levitov (2002:215) menjelaskan kompetensi intrapersonal adalah kemampuan yang dipelajari yang membantu seseorang berelasi dengan baik dengan diri mereka sendiri. Tujuan dari kompetensi intrapersonal adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari pemenuhan kebutuhan seseorang. Orang yang berelasi dengan orang lain sama halnya dengan berelasi dengan diri mereka sendiri. Ketika seseorang berelasi dengan diri mereka sendiri secara nyaman, maka mereka cenderung bereleasi dengan nyaman dengan orang lain. Ketika mereka berelasi dengan diri sendiri dengan cara bertentangan maka mereka cenderung berleasi dengan orang lain dengan cara yang serupa.

Secara operasional, kompetensi intrapersonal yang dimaksud dalam penelitian adalah kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan


(24)

Indonesia (UPI) Semester 6 Tahun Akademik 2014/2015 yang mengacu pada tiga aspek pembentuk kompetensi intrapersonal, yaitu:

a. Pemahaman diri, yaitu memahami kekuatan, kelemahan, kebutuhan, perasaan, dan motif diri sendiri.

b. Pengarahan diri, yaitu mengarahkan kehidupan diri sendiri dan bertangungjawab sepenuhnya atas konsekuensi dari perilaku diri sendiri, yang terdiri atas:

1) Kepercayaan diri, yaitu mampu mempercayai kemampuan, persepsi, motif, dan penilaian diri sendiri.

2) Keandalan diri, yaitu mampu menciptakan situasi untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri,

3) Pengendalian diri, yaitu mampu menyalurkan energi dan memungkinkan mereka untuk mengarahkan kehidupan mereka.

c. Pengahargaan diri, yaitu menerima diri sendiri sebagai individu yang cakap, penuh kebajikan, dan berharga.

2. Kompetensi Interpersonal

Secara konseptual, Cavanagh & Levitov (2002:217) menjelaskan kompetensi interpersonal adalah kemampuan yang memungkinkan orang untuk berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara yang saling memuaskan. Kompetensi Interpersonal melengkapi kompetensi intrapersonal dalam bahwa keduanya diperlukan untuk pertumbuhan psikologis dan pemenuhan kebutuhan. Ketika orang berhubungan baik dengan diri mereka sendiri dan orang lain, mereka akan mengalami kebutuhan pemenuhan positif. Kesulitan dalam satu atau kedua kompetensi akan mengganggu pemenuhan kebutuhan dan dapat menyebabkan disfungsi psikologis.

Secara operasional, kompetensi interpersonal yang dimaksud dalam penelitian adalah kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Semester 6 Tahun Akademik 2014/2015 yang mengacu pada enam aspek pembentuk kompetensi interpersonal, yaitu:


(25)

a. Peka terhadap diri sendiri dan orang lain, yaitu sadar akan pemikiran dan perasaan diri sendiri dan melibatkan kesadaran tersebut dalam membuat respon yang tepat kepada orang lain. Sedangkan peka terhadap orang lain berarti bahwa seseorang itu merasa pemikiran dan perasaan yang lebih dalam yang tersembunyi dibalik kata dan tindakan orang lain.

b. Asertif, yaitu mengkomunikasikan apa yang menjadi hal mereka secara jujur dan konstruktif.

c. Nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, yaitu terbuka dalam menunjukkan diri sendiri yang sebenarnya. Orang tersebut bereaksi secara spontan karena mereka tidak menggunakan mekanisme sensor untuk menahan reaksi dan menghapus bagian mereka yang tidak diinginkan diperlihatkan kepada orang lain.

d. Membiarkan orang lain bebas, yaitu membiarkan orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri. Orang yang membiarkan orang lain untuk bebas, memungkinkan orang lain untuk berinteraksi dengan mereka secara santai, saling menguntungkan dan memuaskan.

e. Ekspektasi yang realistis tentang diri sendiri dan orang lain, yaitu menyadari bahwa dirinya dan orang lain tidak sempurna. Meskipun mereka menyadari bahwa kualitas-kualitas tertentu merupakan suatu kebaikan, namun mereka mengakui bahwa dalam waktu dan situasi tertentu mereka akan gagal untuk menunjukkan kualitas tersebut.

f. Perlindungan diri dalam situasi interpersonal, yaitu kemampuan untuk mengatasi apapun yang terjadi di dalam hubungan interpersonal tanpa terpengaruh secara pribadi.

3. Program Experiential Based Counseling

Secara konseptual, Glass & Gillis (2004:1) menjelaskan program experiential based counseling yaitu suatu cara membentuk kepribadian individu yang dilakukan dengan mengombinasikan aktivitas atau pengalaman yang menantang dengan pendekatan konseling yang telah ada secara tradisional. Konseling ini difokuskan pada cara membantu yang mengintegrasikan proses kelompok dengan psikoterapi individual sehingga merupakan bagian dari


(26)

lingkungan terapeutik seacara keseluruhan (Newes, 2001). Konseling berbasis pengalaman merupakan aktivitas terstruktur yang didesain untuk mengembangkan kohesi kelompok (group cohesion) melalui komunikasi dan kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan. Teknik ini digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang kompetitif dan mengandalkan interaksi kelompok sebagai teknik penyelesaian masalah. Permainan yang berisi tugas-tugas dirancang untuk diselesaikan dalam setting kelompok, mulai dari latihan-latihan ringan dan mudah sampai pada tantangan yang rumit secara fisik dan mental.

Program experiential based counseling dalam penelitian, secara operasional didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas konseling kelompok pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Semester 6 Tahun Akademik 2014/2015 yang memiliki skor kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang rendah ataupun sedang, dimana dalam kegiatan tersebut terdapat transformasi pengalaman dari kegiatan ilustratif yang diikuti mahasiswa, melibatkan aktivitas kognitif, afektif dan konasi dalam suasana yang menyenangkan sebagai sumber belajar dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal.

Materi program experiential based counseling yang diaplikasikan, disusun berdasarkan aspek-aspek kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang akan dikembangkan dan berdasarkan hasil penilaian kebutuhan dasar penelitian (need assessment). Program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal, secara operasional dilakukan dengan proses dinamika kelompok. Program experiential based counseling dilaksanakan dalam seting konseling kelompok meliputi sesi pembentukan (forming stage), sesi pancaroba (storming stage), sesi pembentukan norma (norming stage), sesi kerja (performing stage), dan sesi terminasi (adjourning stage).

D. Pengembangan Instrumen

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala pengungkap kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa, digunakan untuk memperoleh


(27)

gambaran tentang kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti proses perlakuan dalam program experiential based counseling.

1) Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Penelitian merujuk kepada konsep dan konstruk kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang dituangkan oleh Cavanagh dan Levitov (2002:215-226) dengan asumsi terdapat kecocokan dari setiap aspek-aspek kompetensinya dengan kebutuhan mahasiswa saat sekarang. Instrumen kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa dikembangkan dari definisi operasional variabel. Instrumen ini berupa angket yang berisi pernyataan-pernyataan tentang indikator yang diturunkan dari aspek kompetensi intrapersonal dan interpersonal. Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekolompok orang terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Kisi-kisi instrumen pengungkap kompetensi intrapersonal dan interpersonal dapat dilihat pada Tabel 3.2, yakni sebagai berikut. Secara lebih rinci kisi-kisi instrumen kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa, dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Mahasiswa

Variabel Aspek Indikator Nomer

Item

Kompetensi Intrapersonal

Pemahahaman diri

Mahasiswa mengetahui kelebihan dirinya sendiri.

1-4 4

Mahasiswa mengetahui kekurangan dirinya sendiri.

5-7 3

Mahasiswa memahami kebutuhan yang ingin dipenuhi.

8-13 6

Mahasiswa merasakan suasana hati dalam diri sendiri.

14-18 5

Mahasiswa memahami konsekuensi dari setiap tindakan.

19-24 6

Pengarahan diri

Mahasiswa dapat memiliki cara pandang yang mendalam.

25-28 4


(28)

kebutuhan diri sesuai dengan kriteria tertentu.

Mahasiswa dapat menyalurkan energi sesuai tujuan.

31-40 10 Penghargaan

diri

Mahasiswa menyadari sebagai orang cakap.

41-50 10 Mahasiswa dapat melakukan

kebaikan atas dorongan diri sendiri.

51-56 6

Mahasiswa merasakan menjadi orang yang berharga.

57-60 4

Jumlah 60

Variabel Aspek Indikator Nomer

Item

Kompetensi Interpersonal

Peka terhadap diri sendiri dan

orang lain

Mahasiswa memiliki pemikiran yang akurat.

61-66 6

Mahasiswa memiliki perasaan yang stabil.

67-70 4

Mahasiswa memahami pemikiran orang lain.

71-74 4

Mahasiswa memahami perasaan orang lain.

75-79 5

Mahasiswa dapat menimbang dan memperkirakan waktu yang tepat saat berinterkasi.

80-83 4

Asertif Mahasiswa tegas terhadap perilakunya.

84-86 3

Mahasiswa dapat berperilaku jujur. 87-88 2 Nyaman

dengan diri sendiri dan orang lain

Mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik terhadap orang lain.

89-92 4

Mahasiswa dapat merespon interaksi dari orang lain secara komunikatif.

93-97 5

Membiarkan orang lain

bebas

Mahasiswa dapat memberikan keleluasaan diri kepada orang lain dalam berekspresi.

98-101 4

Mahasiswa dapat berinteraksi dengan orang lain secara bermakna.

102-105 4 Ekspektasi

yang realistis tentang diri sendiri dan orang lain

Mahasiswa memiliki harapan yang menjanjikan bagi diri sendiri dan orang lain.

106-110 5

Mahasiswa dapat bertindak berdasarkan harapan diri sendiri.

111-115 5 Perlindungan

diri dalam situasi interpersonal

Mahasiswa dapat memberikan perlindungan ketika terjalin hubungan interpersonal.

116-118 3


(29)

2) Pedoman Skoring

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Instrumen pengumpul data berbentuk Skala Likert dengan empat alternatif jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Pola Skor Alternatif Respon Model Summated Ratings (Likert) pada Skala Sikap Pengungkap Kompetensi Intrapersonal

dan Interpersonal Mahasiswa

Pernyataan

Alternatif Respon

SS S TS STS

Favorable (+) 4 3 2 1

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot tertentu sebagai berikut.

1) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif.

2) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif. 3) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan

positif.

4) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif.

lingkungan yang mendukung hubungan interpersonal.


(30)

3) Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Sebelum angket digunakan untuk kegiatan penelitian lapangan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Pada penelitian ini uji coba angket melalui dua tahap. Tahap pertama dengan menggunakan logical validity atau dikenal juga dengan uji kelayakan konstruksi, redaksi dan konten setiap item melalui penimbangan (judgment) oleh pakar terkait sebayak dua atau tiga orang pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para penimbang, dilakukan revisi sehingga jumlah item yang layak digunakan untuk diujicobakan. Pada aspek konstruk, instrumen divalidasi dari sisi kesesuaiannya dengan teori-teori kuantifikasi psikologis. Adapun aspek redaksional menyangkut struktur bahasa dalam item-item pernyataan instrumen. Kelompok panel penilai terdiri dari dua dosen pakar bimbingan dan konseling, dan satu dosen pakar assessment psikologis. Hasil penimbang untuk instrumen kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa yang semula berjumlah 128 item oleh penimbang menyarankan diperbaiki lima item.

Selanjutnya tahap kedua, angket diujicobakan dengan menggunakan face validity atau diuji cobakan secara terbatas dengan memberikan kepada seluruh mahasiswa program studi pendidikan bahasa perancis angkatan 2012 semester enam. Uji keterbacaan angket dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahasa dari item pernyataan dipahami oleh mahasiswa, menerima terhadap item-item pernyataan sesuai dengan kondisi yang ada, dan menyatukan interpretasi peneliti dan responden terhadap item-item pernyataan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas melalui pengolahan komputer program SPSS 20,0 dan Microsoft excel 2007 ditemukan sebanyak 43 jumlah yang valid pada instrumen kompetensi intrapersonal mahasiswa, dan sebanyak 39 jumlah yang valid pada instrumen kompetensi interpersonal mahasiswa.

Tahap berikutnya uji reliabilitas instrumen, untuk mengetahui kriteria penilaian koefisien reliabilitas digunakan klasifikasi dari Drummod & Jones (2010,hlm 94) yang dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut.


(31)

Tabel 3.4

Klasifikasi Penilaian Koefisien Reliabilitas

No. Koefisien Reabilitas Tafsiran

1 >.90 Sangat Tinggi

2 .80 - .89 Tinggi

3 .70 - .79 Dapat diterima

4 .60 - .69 Sedang/dapat diterima 5 <.59 Rendah/tidak dapat diterima

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasinya digunakan distribusi (Tabel r) untuk α= 0,05 atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk= n-2). Kemudian dengan membuat keputusan membandingkan r11 dengan rtabel, yaitu :

Kaidah keputusan : Jika r11 > rtabel berarti reliabel, dan Jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap masing-masing instrumen, maka di dapat: (a) Reliabilitas instrumen kompetensi intrapersonal r11 = 0,85, dengan N= 92 mahasiswa dengan rtabel = 0,210, dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki derajat keterandalan tinggi; dan (b) Reliabilitas instrumen kompetensi interpersonal r11 = 0,73, dengan N= 92 mahasiswa dengan rtabel = 0,210, dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki derajat keterandalan dapat diterima.

E. Pengembangan Program Experiential Based Counseling

Proses pengembangan program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa sebagai berikut; a) perencanaan program meliputi need assessment beradasarkan profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal, rancangan program, validasi program, dan revisi program; b) pelaksanaan program meliputi pelaksanaan intervensi atau treatment sesuai dengan tahapan penelitian equivalent time series serta pelaksanaan post-test; dan c) evaluasi program meliputi ruang lingkup komponen proses dan komponen hasil.


(32)

Kerangka teoritik program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa yakni meliputi rasional, tujuan konseling, prinsip pelaksanaan, khalayak sasaran, kompetensi konselor, penunjang teknis layanan, struktur dan tahapan layanan, serta evaluasi.

Pengembangan program experiential based counseling harus divalidasi terdahulu, yang menjadi penilaiannya yaitu rasional, kompetensi yang dikembangkan, landasan operasional, deskripsi kebutuhan, visi dan misi program, tujuan program, personel, sasaran program, mekanisme program, rancana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan layanan, dan evaluasi. Penilaian dalam satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok (SKLBK) diantaranya yaitu tema/topik, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan, strategi/teknik,, media, waktu, langkah layanan meliputi (eksperientasi, identifikasi, analisis, generalisasi, evaluasi dan tindak lanjut), materi layanan, dan sumber rujukan.

Program experiential based counseling secara teoritik diadaptasi dari konstruk teori experiential learning yang dikembangkan oleh David Kolb (1984) selanjutnya Agung Nugraha (2012) menyempurnakan kerangka program experiential based group counseling. Pengembangan program experiential based counseling dilakukan melalui proses penyesuaian baik dari isi, materi, dan tahapan layanan. Pengembangan disesuaikan dengan hasik studi pendahuluan mengenai profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa Program Studi Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Tahun Akademik 2014/2015.

Program experiential based counseling didefinisikan sebagai layanan fasilitasi dari dosen konselor kepada konseli (mahasiswa) melalui proses hubungan bantuan berkesinambungan, yang berisi tahapan aktivitas pemahaman

dan pengungkapan tentang diri sendiri, pemahaman dan penela’ahan tentang diri

orang lain, penghargaan atas pengalaman, pengambilan keputusan yang tepat, baik dalam berinteraksi dengan diri sendiri maupun lingkungan sosial, sehingga


(33)

konseli mampu berperan serta secara produktif dan bermakna, baik dalam proses pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.

Dalam rangka menghasilkan program yang teruji secara efektif, maka langkah awal yang dilakukan adalah menguji kelaiakan layanan secara rasional. Uji kelaikan program dilakukan oleh pakar bimbingan dan konseling yang terdiri dari tiga orang yang memiliki latar belakang Doktor (S3) dalam bidang bimbingan dan konseling.

Validasi rasional dilakukan dengan menggunakan teknik respon terinci.Peneliti menyampaikan model yang disertai dengan lembaran penimbangan berbentuk catatan ungkapan saran/masukan.Secara garis besar, terdapat dua dimensi yang dipertimbangkan oleh pakar, yaitu struktur dan isi layanan. Dimensi struktur layanan berkenaan dengan judul, penggunaan istilah, sistematika, keterbacaan, kelengkapan dan kesesuaian antar komponen layanan.

Dimensi isi program berkenaan dengan orientasi layanan, rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, prinsip pelaksanaan program, khalayak sasaran, sistem sosial, kompetensi konselor, penunjang teknis pelaksanaan, struktur dan tahapan pelaksanaan, isi program serta evaluasi dan indikator pelaksanaan. Deskripsi hasil penimbangan pakar terhadap dimensi layanan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Experiential Based Counseling

ASPEK PROGRAM HASIL PENIMBANGAN PAKAR

a. Rasional Rasional program experiential based counseling merupakan dasar pemikiran dan asumsi program yang menjadi landasan teoritis dan empiris serta pertimbangan rujukan ilmiah yang menjadi dasar pengembangan program untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Hasil penimbangan pakar menyatakan sudah memadai dan sesuai dengan fokus penelitian.

b. Deskripsi Kebutuhan Deskripsi kebutuhan merupakan hasil studi pendahuluan berupa penyebaran angket kompetensi intrapersonal dan interpersonal kepada mahasiswa.


(34)

ASPEK PROGRAM HASIL PENIMBANGAN PAKAR Deskripsi kebutuhan ini disajikan dalam bentuk profil berupa gambaran umum, gambaran aspek dan gambaran indikator. Deskripsi kebutuhan menjadi unsur urgensi dalam pengembangan program experiential based counselinguntuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Hasil penimbangan pakar menyatakan sudah memadai dan sangat menggambarkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa.

c. Tujuan Program Tujuan program merupakan gambaran perilaku yang diharapkan setelah mahasiswa mengikuti program experiential based counseling. Hasil penimbangan pakar menyatakan bahwa tujuan program sudah memadai.

d. Prinsip Pelaksanaan Program

Prinsip Pelaksanaan Program merupakan prinsip yang dijadikan landasan dalam melaksanakan program sebagai fungsi dan asas memberikan layanan experiential based counselingkepada mahasiswa. Hasil penimbangan pakar menyatakan bahwa prinsip pelaksanaan program sudah memadai.

e. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran merupakan target dan subjek penelitian dalam pengembangan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Angkatan 2012 Semester Enam Tahun Akademik 2014/2015. Hasil penimbangan pakar menyatakan bahwa khalayak sasaran sudah memadai sesuai dengan konteks dan fokus penelitian dengan mempertimbangkan kepada penelitian terdahulu yang relevan.

f. Sistem Sosial Sistem sosial merupakan peranan norma konselor-konseli dalam proses layananexperiential based counseling. Hasil penimbangan pakar menyatakan bahwa sistem sosial yang dikembangkan dalam program ini cukup tepat dan dapat digunakan dalam melaksanakan program experiential based counseling.

g. Kompetensi Konselor Kompetensi konselor merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh konselor untuk melaksanakan program experiential based counseling. Hasil penimbangan pakar menunjukan bahwa kompetensi konselor dapat menunjangdan menjadi rujukan dalam pelaksanaan program.


(35)

ASPEK PROGRAM HASIL PENIMBANGAN PAKAR h. Penunjang Teknis

Pelaksanan

Penunjang teknis pelaksanan merupakan seperangkat pedoman yang menjadikan petunjuk pelaksanaaan dan petunjuk teknis dalam program experiential based counseling. Penunjang tekniks pelaksanaan menjadi gambaran dalam melaksanan program intervensi secara sistematis dan terstruktur. Hasil penimbangan pakar untuk aspek penunjang teknis dipandang sesuai untuk pelaksanaan program, namun masukan untuk aspek ini adalah memperjelas secara operasional target perubahan perilaku pada setiap sesi pelaksanaan program.

i. Struktur dan Tahapan Pelaksanaan

Aspek struktur dan tahapan layanan berisi gambaran singkat tentang langkah kerja dan aktivitas yang ada dalam setiap sesi layanan.Hasil penimbangan pakar menunjukan bahwa struktur layanan sudah memadai, namun ada catatan mengenai kesesuaian isi layanan dengan aktivitas dalam setiap sesi, sehingga menunjang pencapaian tujuan pada setiap sesi layanan.

j. Isi Program Isi program merupakan komponen urgent yang menjadi fokus intervensi yakni layanan experiential based counselinguntuk mengambangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa dengan memperhatikan kesesuaian dan kecocokan antara kompetensi yang dikembangkan, materi kegiatan dan metode yang digunakan. Hasil penimbangan pakar menunjukan bahwa sudah cukup relevan dengan kebutuhan mahasiswa berdasarkan pada deskripsi kebutuhan. k. Evaluasi dan Indikator

Keberhasilan

Rumusan evaluasi keberhasilan dilakukan dalam setiap aktivitas layanan, jadi setiap sesi layanan disiapkan lembar kerja mahasiswa atau jurnal kegiatan intervensi berupa refleksi kegiatan. Selain itu evaluasi keberhasilan juga dilaksanakan dengan mengukur kembali kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa setelah mendapatkan layanan. Hasil penimbangan pakar menunjukan bahwa sudah cukup memadai.

l. SKLBK SKLBK merupakan satuan kegiatan layanan

bimbingan dan konseling atau dalam strategi intervensi menjadi satuan kegiatan program experiential based counselinguntuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Satuan kegiatan sebagai


(36)

ASPEK PROGRAM HASIL PENIMBANGAN PAKAR langkah kerja dan panduan dalam melaksanakan setiap sesi layanan dengan memperhatikan aspek-aspek diantaranya: nomor kegiatan, materi kegiatan, jenis kegiatan, standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan, indikator, metode, peserta kegiatan, alat dan bahan, durasi kegiatan, proses kegiatan (eksperientasi, identifikasi, analisis, generalisasi), dan evaluasi serta refleksi. Hasil penimbangan pakar menunjukan bahwa sudah cukup memadai, namun perlu dikembangkan kembali mengenai indikator kegiatan yang dirumuskan meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan, maka uji coba progam experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa, disusun berdasarkan persentase aspek terendah yakni mahasiswa yang memiliki kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang rendah atau sedang. Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan tahapan penelitian equivalent time series yakni Select Participants for Group, Pelaksanaan Pre-Test, Intervention 1A, Intervention 1B, Posttest 1, Intervention 2A, Intervention 2B, Posttest 2, Intervention 3A, Intervention 3B, dan Posttest 3. Pelaksanaan intervensi atau program coba progam experiential based counseling dengan pertimbangan bahwa kebutuhan yang paling diutamakan untuk ditangani meliputi aspek dan indikator yang akan dikembangkan berdasarkan data profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa.

Uji coba progam experiential based counseling dapat berubah dan mengalami perbaikan berdasarkan hasil dari intervensi dan pelaksanaan post-test sebelumnya. Rancangan progam experiential based counseling yang disusun tidak terlepas dari tahapan serta langkah-langkah pelaksanaan kegiatan konseling kelompok yang dijadikan strategi intervensi.

F. Analisis Data

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas program experiential based counseling dalam mengembangkan kompetensi intrapersonal


(37)

dan interpersonal mahasiswa, sebelumnya harus diketahui gambaran yang jelas mengenai profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Angkatan 2012 Semester Enam Tahun Akademik 2014/2015. Data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan dalam rancangan program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa. Penelitian mengungkap tentang profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis yang dijawab dengan menggunakan persentase jawaban mahasiswa dalam instrumen pengungkap kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang dilakukan dengan menjumlahkan jawaban setiap mahasiswa kemudian mencari rata-rata dan standar deviasi untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Data yang diperoleh setelah melakukan penyekoran maka diperoleh data berupa skor mentah. Skor mentah yang diolah menjadi skor baku (Z) untuk di hitung dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20.0.

Selanjutnya menguji efektivitas program experiential based counseling. Hipotesisis penelitian program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa.

Sebelum menguji keefektifan program experiential based counseling, terlebih dahulu data yang disajikan pada tiap post-test 1 sampai dengan post-test 3 yakni melakukan uji normalitas dan uji homegenitas. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji hipotesis sebagai berikut: a) menentukan pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji yaitu Ho: 1 = 2 dan H1 :  1 > 2. Kriteria pengujiannya adalah |thitung | > ttabel yaitu Ho ditolak (Shaevelson J. R, 1988, P. 325), b) menentukan harga t’ , dan c) membandingkan harga t’ dengan harga t tabel dengan derajat kebebasan 21 dan taraf kepercayaan 95%.

Secara operasional, pengujian hipotesis dilakukan melalui uji T Paired. Pengujian efektivitas dilakukan pada setiap sesi intervensi, yakni membandingkan data pretest dengan data posttest di sesi mana yang paling tinggi.


(38)

G. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian equivalent time series adalah sebagai berikut :

1) Langkah-langkah Program Intervensi Experiential Based Counseling Intervensi dikatakan berhasil apabila mahasiswa mampu: (1) mahasiswa menerima diri sebagai orang yang berharga; (2) mahasiswa dapat menyalurkan energi sesuai tujuan; (3) mahasiswa menerima diri sebagai orang cakap; (4) mahasiswa memiliki pemikiran yang akurat; (5) mahasiswa memahami perasaan orang lain; (6) mahasiswa dapat merespon interaksi dari orang lain secara komunikatif; (7) mahasiswa memiliki harapan yang realistis; (8) mahasiswa dapat memberikan perlindungan diri dalam hubungan interpersonal; dan (9) mahasiswa nyaman dengan diri sendiri dan orang lain. Indikator keberhasilan intervensi secara keseluruhan yakni dengan meningkatnya skor kompetensi intrapersonal dan interpersonal mahasiswa.

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yakni sebagai berikut:

a) Pelaksanaan pre-test pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI untuk mengetahui tingkat kompetensi intrapersonal dan interpersonal. Pre-test dilaksanakan pada hari senin tanggal 7 april 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

b) Penentuan sampel mahasiswa yang memiliki tingkat kompetensi intrapersonal dan interpersonal pada kategori kurang cakap.

c) Pelaksanaan intervensi sesi 1A program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal pada aspek pengarahan diri dalam indikator mahasiswa dapat menyalurkan energi sesuai tujuan. Intervensi sesi 1A dilaksanakan pada hari kamis tanggal 9 april 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

d) Pelaksanaan intervensi sesi 1B program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal pada aspek penghargaan diri dalam indikator mahasiswa merasakan menjadi orang yang berharga,


(39)

dan indikator mahasiswa menyadari sebagai orang cakap. Intervensi sesi 1B dilaksanakan pada hari rabu tanggal 15 april 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

e) Pelaksanaan post-test pertama setelah intervensi sesi 1A dan 1B selesai dilaksanakan. Post-test dilaksanakan hari senin tanggal 27 april 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

f) Pelaksanaan intervensi sesi 2A program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi interpersonal pada aspek peka terhadap diri sendiri dan orang lain dalam indikator mahasiswa memiliki pemikiran yang akurat. Intervensi sesi 2A dilaksanakan pada hari selasa tanggal 28 april 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

g) Pelaksanaan intervensi sesi 2B program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi interpersonal pada aspek nyaman dengan diri sendiri dan orang lain dalam indikator mahasiswa dapat merespon interaksi dari orang lain secara komunikatif. Intervensi sesi 2A dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 mei 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

h) Pelaksanaan post-test kedua setelah intervensi sesi 2A dan 2B dilaksanakan. Post-test kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 mei 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

i) Pelaksanaan intervensi sesi 3A program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi interpersonal pada aspek ekspektasi yang realistis tentang diri sendiir dan orang lain. Intervensi sesi 3A dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 mei 2015 di ruang kelas 07.04.019 Gedung FPBS.

j) Pelaksanaan intervensi sesi 3B program experiential based counseling untuk mengembangkan kompetensi interpersonal pada aspek perlindungan diri dalam situasi interpersonal. Intervensi sesi 3B dilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 mei 2015.


(1)

Cohen, Sherrad, & Clark. (1986). Special Skill and the Stress Protective Role of Social Support. Journal of Personality and Social Psychology, 30: 963-973.

Creswell, W. Jhon. (2008). Educational Research: Planning, Conducting,and Quantitative and Qualitative Researh (third edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Creswell, W. Jhon. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, And Evaluating Quantitave and Qualitative Research Fourth Edition. Boston: Pearson Educationa, Inc.

Dahlan, Tina, H. (2011). Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counseling) dalam Setting Kelompok untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Danardono. (1997). Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Ditinjau dari Keikutsertaan pada Kegiatan Pencinta Alam. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Darmiany. (2011). Penerapan Belajar Eksperiensial untuk Mengembangkan Self-Regulated Learning Mahasiswa.

Deardorff. (2006). The Sense of School Belonging and Implementation of a Prevention Program: Toward Healthier Interpersonal Relationships Among Early Adolescents. Journal of Studies in International Education, 2006 10: 241. DOI: 10.1177/1028315306287002.

Delamater, John. (2006). Handbook of Social Psychology. University of Wisconsin Madison, Wisconsin. Springer.

DeVito. (1996). The Interpersonal Communication Book. (7th ed). New York: Harper Collins College Publishers.

Drolet, et al. (2013). The Sense of School Belonging and Implementation of a Prevention Program: Toward Healthier Interpersonal Relationships Among Early Adolescents. Child Adolesc Social Work Journal Springer, (2013) 30:535–551. DOI 10.1007/s10560-013-0305-5.

Drumond, J. Robert.,& Jones, D.Katryn. (2010). Assessment Procedeures for Counselor And Helping Profesionals. 7th Edition. USA: Pearson, The Merril Counseling Series.

Durkin, Kevin. (1995). Developmental Social Psychology: from Infancy to Old Age. Wiley-Blackwell. ISBN. 978-0-631-14829-6.

Eliasa, Eva Imania. (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Elsayed-Elkhouly, Sayed M. (2001). Core Competency as a Competitive Advantage in Service Operations Management: A Comparative Study. Source: Global Competitiveness American Society for Competitiveness. Http// www.accessmyalibarary. com/com2/browse_JJ_G07.

Farmer, et al. (2008). Interpersonal Competence Configurations, Behavior Problems, and Social Adjustment in Preadolescence. Journal of Emotional


(2)

and Behavioral Disorders. 2008 16: 195. DOI: 10.1177/1063426608320355.

Firmansyah. (2013). Program Konseling Kelompok dengan Teknik Latihan Asertif untuk Meningkatkan Keterampilan Interpersonal Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Gillis, H.L., & Gass, Michael A. (2004). Adventure Therapy With Groups.

Special Topic Groups.

Gysbers, Norman C. (1995). Evaluating School Guidance Program, Eric Digest: ED 388887 .

Hamdi, Muhamad. (2014). Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hayes, John. (2002). Interpersonal Skills: Goal-Directed Behaviour at Work.

London and New York: by Routledge.

Hun Lee, Chang. (2010). Personal and Interpersonal Correlates of Bullying Behaviors Among Korean Middle School Students. Journal of Interpersonal Violence, 2010 25: 152. DOI: 10.1177/0886260508329124. Idrus, Muhammad. (2007). Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi

Interpersonal Mahasiswa. Jurnal Penelitian Universitas Islam Indonesia. Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kognitif Peilaku untuk Mengurangi

Prokrastinasi Akademik Mahasiswa (Studi Pengembangan Model Konseling di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2006/2007). Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak dierbitkan.

Jackson, Paul. & Mc.Kergow, Mark. (2007). The Solusion Focus (Second Edition). London: Nicholas Brealey International.

Janosik, S. M., Creamer, D.G., & Kowalski, G.J. (2004). Intelectual and Interpersonal Competence Between Sibling: The College Years Kyle Felps Draucker. (Thesis). Departemend of Educational Leadership & Policy Studies, Virginia Polytechnic Institute and State University, Virginia.

Kartadinata, Sunaryo. (1996). Kerangka Kerja Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan; Pendekatan Ekologis Sebagai Suatu Alternatif. (Pidato Pengukuhan Guru Besar). Bandung:IKIP.

Kartadinata, Sunaryo. (2000). “Pendidikan Untuk Mengembangkan Sumber Daya

Manusia Bermutu Memasui Abad XXI: Implikasi Bimbingannya”.

Psikopedagogia, 1, (1), 1-12.

Kartadinata, Sunaryo. (2001). Reaktualisasi Paradigma Bimbingan dan Konseling

dan Profesional Konselor”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. No. 7,3-17.

Kerpelman & White. (2006). Interpersonal Identity and Social Capital: The Importance of Commitment for Low Income, Rural, African American Adolescents. Journal of Black Psychology, 2006 32: 219. DOI: 10.1177/0095798406286844.


(3)

Kiuru, et al. (2014). Task-Focused Behavior Mediates the Associations Between Supportive Interpersonal Environments and Students' Academic Performance. Psychological Science 2014 25: 1018. DOI: 10.1177/0956797613519111.

Klein, Emily J. & Riordan, Meg. (2011). Wearing the “Student Hat”: Experiential Professional Development in Expeditionary Learning Schools. Journal of Experiential Education. Volume 34, No. 1 pp. 35–54. 10.5193/JEE34.1.35. SAGE Publications.

Knecht, & Sabres. (2013). Experiential Learning in Occupational Therapy: Can It Enhance Readiness for Clinical Practice. Journal of Experiential Education. 36(1) 22–36. SAGE Publications.

Kolb, David, & Alice Y. Kolb. (2005). Learning Style and Learning Spaces : Enhancing Experiential Learning in Higher Education. Journal of Academy of Management Learning and Education. Vol. 4 No. 2 , 193-212.

Kolb, David, (1984). Experiential Learning : Experience as The Source of Learning and Development. New Jersey: Englewood Clifts.

Kolb, David. A. (1984). Experiential Learning. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Lane, Pierson, & Givner. (2004). Secondary Teachers' Views on Social Competence: Skills Essential for Success. The Journal of Special Education. 2004 38: 174. DOI: 10.1177/00224669040380030401.

Laux, et al. (2007). The Effect of Type of Screening on the Satisfaction of Students in Experiential Counseling Training Groups. Small Group Research. Volume 38 Number 2. April 2007 289-300. Sage Publications. http://sgr.sagepub.com.

Lee, Kubilius, & Thomson. (2012). Academically Gifted Students' Perceived Interpersonal Competence and Peer Relationships. Gifted Child Quarterly 2012 56: 90. DOI: 10.1177/0016986212442568.

Mahoney, Cairns, & Farmer. (2003). Promoting Interpersonal Competence and Educational Success Through Extracurricular Activity Participation. Journal of Educational Psychology, 2003, Vol. 95, No. 2, 409–418. Copyright 2003 by the American Psychological Association, Inc. DOI: 10.1037/0022-0663.95.2.409.

Martin, & Dowson. (2009). Interpersonal Relationships, Motivation, Engagement, and Achievement: Yields for Theory, Current Issues, and Educational Practice. Review of Educational Research. 2009 79: 327. DOI: 10.3102/0034654308325583.

Martin, Papworth, Ginns, & Liem. (2014). Boarding School, Academic Motivation and Engagement, & Psychological Well-Being: A Large-Scale Investigation. American Educational Research Journal. 25 April 2014. DOI: 10.3102/0002831214532164.

McGaha, V. & Fitzpatrick, J. (2005). Personal and Social Contributors to Dropout Risk for Undergraduate Students. College Student Journal.


(4)

Miller & Winstanley. (2002). The Role of Interpersonal Competence in Memory for Conversation. Personality Social Psychology Bulletin, 2002 28: 78. DOI: 10.1177/0146167202281007.

Moon, J.A. (2004). A Handbook of Reflective and Experiential Learning: Theory and Practice. London: Routledge Falmer.

Mughal, Farooq., & Zafar, Aneesa. (2011). Experiential Learning from a Constructivist Perspective: Reconceptualizing the Kolbian Cycle. International Journal of Learning & Development. ISSN 2164-4063 2011, Vol. 1, No. 2.

Muralidharan, et al. (2011). Interpersonal Competence Across Domains: Relevance To Personality Pathology. Journal of Personality Disorders, 25(1), 16–27, 2010. The Guilford Press.

Myrick, Robert D. (1993). Developmental Guidance and Counseling: A Practical Approach. Madison: Brown and Benchmark.

Nelson-Jones. (2006). Human Relationship Skills: Coaching And Self-Coaching. 4th edition. Routledge 27 Church Road, Hove, East Sussex BN3 2FA. Nugraha, Agung. (2012). Program Experiential Based Group Counseling Untuk

Meningkatkan Kepekaan Multibudaya Calon Konselor. Tesis SPs Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurikhsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Nuryoto, S. (1992). Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap perkembangan, Jenis Kelamin dan Peran Jenis. (Disertasi). Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Paulk, Pittman, Kerpelman, & Baeder (2011). Associations between dimensions of security in romantic relationships and interpersonal competence among dating and non-dating high school adolescents. Journal of Social and Personal Relationships 2011 28: 1027. DOI: 10.1177/0265407510397985.

Petrin, et al. (2011). Interpersonal Competence Configurations, Attachment to Community, and Residential Aspirations of Rural Adolescents. Springer Science Business Media, LLC.

Purnami, & Rohayati. (2013). Implementasi Metode Experiential Learning dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen dan Bisnis. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013. ISSN 1412-565 X.

Richmond, & Cummings, R. (2005). Implementing Kolb’s Learning Styles Into Online Distance Education. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 1(1), 45-54.

Sahl, Cohen & Dasch. (2009). Hostility, Interpersonal Competence, and Daily Dependent Stress: A Daily Model of Stress Generation. Springer Science+Business Media, LLC.

Schoel, Jim., Prouty, Dick., & Radcliffe, Paul. (1988). Islands of Healing: Guide to Adventure Based Counseling. USA: Project Adventure. Inc.


(5)

Seaman, J. & Rheingold, Alison. (2013). Circle Talks As Situated Experiential Learning: Context, Identity, and Knowledgeability in “Learning From

Reflection”. Journal of Experiential Education. 36(2) 155–174. SAGE

Publications.

Seligman,L. (2006). Theories of Counseling and Psychotherapy. Columbus, Ohio: Pearson Merril Prentice Hall.

Steinberg, L. (1993). Adolescence (Sixth Ed). New York: McGraw-Hill.

Stephenmarks. (2006). Interpersonal Competence. http://www.stephenmarks. com/interpersonal-competence.htm

Supriatna, Mamat. (2010). Model Konseling Aktualisasi Diri untuk Mengembangkan Kecakapan Pribadi Mahasiswa. Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Tang, & Choi. (2004). Pengembangan Pribadi, Intercultural dan Kompetensi Profesional International dalam Pengalaman Lapangan Mahasiswa di awal Pendidikan Guru. Asia Pacific Education Review, 2004, Vol. 5, No. 1, 50-63.

Twenge & Campbell. (2008). Increases in Positive Self-Views Among High School Students: Birth-Cohort Changes in Anticipated Performance, Self-Satisfaction, Self-Liking, and Self-Competence. Psychological Science. 2008 19: 1082. DOI: 10.1111/j.1467-9280.2008.02204.

Usmawati, E. & Hanurawan, T.F. (2014). Keefektifan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Kesadaran Multikultural Siswa Kelompok Multikultur (Etnik Jawa & Cina). Educationist Jurnal. Vol.VII No. 1/Januari 2014. ISSN 1907-8838.

Waters, Cross, & Shaw. (2010). How Important are School and Interpersonal Student Characteristics in Determining Later Adolescent School Connectedness, by School Sector?. Australian Journal of Education, 2010 54: 223. DOI: 10.1177/000494411005400207.

Wentzel, Kathryn R. (1991). Kompetensi Sosial di Sekolah: Hubungan Antara Tanggung Jawab Sosial dan Prestasi Akademik. Jurnal Penelitian Pendidikan, Volume. 61, 1: hlm 1-24.

Widiastuti, A., & Anggraini, Z. (1998). Perbedaan Kompetensi Interpersonal antara Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa Bukan Aktivis. Laporan Penelitian. Fakultas Psikologi Univesitas Gajah Mada, Yogyakarta. Widuri, N.F. (1995). Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Fakultas Teknik

dan Mahasiswa Fisifol. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Wilson, Thomas C. (1981). Schools and Moral Development: Interpersonal Relations, Behavior, and Organizational Change. Group & Organization Management. September 1981 6: 323-333.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Yalom, L.D. (1995). The Theory and Practice of Group Psychotherapy (4th Edn). New York: Basic Books.


(6)

Young, et al. (2012). Interpersonal Psychotherapy-Adolescent Skills Training: Effects on School and Social Functioning. Springer Science + Business Media, LLC.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan Juntika. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.