PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI WILAYAH TEGALLEGA KOTA BANDUNG : Kajian Historis Tahun 1987 – 2005.
KOTA BANDUNG : Kajian Historis Tahun 1987 – 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia
OLEH RESTI GISTIANI
0705497
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
WILAYAH TEGALLEGA KOTA BANDUNG :
Kajian Historis Tahun 1987
–
2005
Oleh Resti Gistiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Resti Gistiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
(4)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega Kota Bandung : Kajian Historis tahun 1987-2005”, bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembangunan yang terjadi di Wilayah Tegallega, Kota Bandung beserta dampak yang dirasakan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut sejak tahun 1987-2005. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1) Bagaimana Kondisi Wilayah Tegallega sebelum perluasan wilayah tahun 1987? 2) Bagaimana proses pembangunan di Wilayah Tegallegasejak 1987-2005? 3) Bagaimanakah dampak pelaksanaan pembangunan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega selama 18 tahun?. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode historis, meliputi empat langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Pertama heuristik dengan mencari beberapa sumber yang relevan baik dari buku, arsip, dokumen-dokumen maupun dari internet dan wawancara. Sumber-sumber tersebut kemudian dikritik dengan analisis sumber dan pada langkah ketiga diberikan interpretasi. Langkah terakhir dituliskannya hasil kajian pada tahap historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner dengan memakai konsep dari sosiologi dan geografi. Hasil kajian pada tahap historiografi menunjukkan bahwa Wilayah Tegallega mengalami perkembangan pembangunan di berbagai bidang sejak terjadinya perluasan wilayah Kota Bandung di tahun 1987. Adapun pembangunan tersebut meliputi pembangunan yang bersifat fisik dan pembangunan yang bersifat non fisik. Proses pembangunan yang terjadi di Wilayah Tegallega mengakibatkan terjadinya perubahan sosial maupun ekonomi di dalam kehidupan masyarakatnya. Di bidang sosial, pembangunan tersebut meningkatkan arus urbanisasi yang tinggi dan membawa berbagai permasalahannya tersendiri. Permasalahan yang muncul akibat urbanisasi berlebih diantaranya permasalahan tingginya tingkat pengangguran di daerah tersebut, munculnya jenis pekerjaan baru di sektor informal serta munculnya permukiman kumuh “Slums Area”. Selain itu muncul juga permasalahan perubahan fungsi lahan yang berimbas pada terjadinya perubahan mata pencaharian penduduk, memudarnya kebiasaan gotong royong, dan munculnya kesenjangan sosial di masyarakat. Dalam bidang perekonomian, pembangunan yang terjadi meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Wilayah Tegallega, meskipun sebagian masyarakat tersebut tingkat kesejahteraannya masih rendah. Skripsi ini mengangkat kehidupan masyarakat di Wilayah Tegallega sejak tahun 1987-2005, dalam tahun tersebut dapat disimpulkan bahwa program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah lebih mengutamakan pembangunan yang bersifat fisik, ditandai dengan pembangunan sarana dan prasarana di berbagai sektor. Adapun pembangunan yang bersifat non-fisik masih belum terasa pengaruhnya bagi masyarakat di Wilayah Tegallega, karena dalam membangun mentalitas masyarakat dibutuhkan waktu yang lama sehingga pembangunan yang sifatnya non fisik termasuk dalam pembangunan jangka panjang. Skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar dan
(5)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
referensi serta dapat memperkaya khazanah pengetahuan dalam pembelajaran Sejarah Lokal, sebagai implementasi dari kurikulum 2013.
ABSTRACT
Essay entitled " Social Economic Change in the Regional Communities Tegallega Bandung : Historical Studies in 1987-2005 " , aims to describe the development process that occurs in Region Tegallega , Bandung city and the impact is felt for the socioeconomic life of the people in the region since 1987 -2005 . The problems of this study are 1 ) How do conditions Tegallega region before expanding the area in 1987 ? 2 ) How development process in tegallega region since 1987 to 2005 ? 3 ) What is the impact of implementation of development for social economic life of communities in the region Tegallega for 18 years ? . To answer these problems , the author uses the historical method , which includes four step heuristic , criticism , interpretation and historiography . The first heuristic by finding some good sources of relevant books , records , documents and interviews as well as from the internet . The sources are then criticized by the source analysis and interpretation given in the third step . The last step was writing the review at this stage of historiography . The approach used is an interdisciplinary approach using concepts from sociology and geography . The results of the study showed that Tegallega region experienced growth in various fields since expansion of Bandung city in 1987. The development includes construction of a physical and non physical development . The development process that occurs in Tegallega region resulted in social and economic change in the lives of its people . In the social field , development cause a high increase urbanization and carries a variety of problems of its own . The problems that arise due to excessive urbanization problems including high levels of unemployment in the region , emergence of new types jobs in the informal sector and emergence of " Slums Areas " . In addition it seems a changes in land use issues which impact on the livelihood changes , waning customs mutual help , and emergence of social inequality in society . In the field of economy , development happens improve the welfare of the people in the region Tegallega , although majority of the public welfare level is still low . This essay is lifting the lives of people in the region Tegallega since 1987-2005 , in that years show that the development programs of the government prefers physical development , marked by development of facilities and infrastructure in various sectors . but the development of non- physical is still less for the people in the region Tegallega , because in building society mentality takes a long time so that development of non-physical included in the long-term development . This essay expected can used as teaching materials and reference and can enrich the wealth of knowledge in learning local history , as implementation of the curriculum in 2013 .
(6)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
(7)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 –
2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan dan Batasan Masalah ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 8
1.5Metode Penelitian ... 8
1.6Struktur Organisasi Skripsi ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial Ekonomi ... 13
2.2 Masyarakat Perkotaan ... 17
2.3 Pembangunan ... 31
2.4 Pengembangan Wilayah ... 37
2.5 Penelitian Terdahulu ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian ... 50
3.1.1 Penentuan Tema Penelitian ... 51
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 51
3.1.3 Mengurus Perizinan ... 52
3.1.4 Mempersiapkan Persiapan Penelitian ... 53
3.1.5 Proses Bimbingan53 ... 3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 54
(8)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 –
2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 61
3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 62
BAB IV PROSES PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI WILAYAH TEGALLEGA 1987-2005 4.1 Gambaran umum Wilayah Tegallega ... 65
4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif ... 65
4.1.2 Kondisi Demografis ... 69
4.2 Upaya Pemerintah dalam Membangun Wilayah Tegallega (1987-2005) ... 77
4.2.1 Pembangunan Sentra Industri ... 77
4.2.2 Pembangunan Sentra Perdagangan ... 88
4.2.3 Pembangunan Perumahan ... 94
4.2.4 Pembangunan Terminal Angkutan ... 103
4.3 Dampak Pembangunan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega 1987-2005 ... 107
4.3.1 Urbanisasi dan permasalahannya ... 112
4.3.1.1 Sektor Informal ... 112
4.3.2.2 Pengangguran ... 119
4.3.2.3 Permukiman Kumuh ... 121
4.3.1.2 Perubahan Fungsi Lahan ... 128
4.3.2. Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Wilayah Tegallega .... 133
4.3.2.1. Pegawai Pabrik... 134
4.3.2.2. Pengusaha Industri Kecil ... 136
4.3.2.3 Pedagang ... 139
4.3.2.4 Sektor Informal ... 140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 143
(9)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 –
2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Tegallega 1989-2005 ... 65
4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Tegallega 1991-2005 ... 68
4.3 Rata-rata Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Tegallega 1989-2005 ... 70
4.4 Banyaknya Perusahaan Industri Brsar dan Sedang di Wilayah Tegallega ... 74
4.5 Sentra Industri di Wilayah Tegallega ... 77
4.6 Jumlah Pasar di Wilayah Tegallega 1989-2005... 84
4.7 Perumahan yang berada di Wilayah Tegallega ... 93
4.8 Banyaknya Tenaga Kerja yang diserap Sektor Industri Besar dan Sedang di Wilayah Tegallega ... 103
4.9 Pendaftaran, Lowongan dan Penempatan Kerja di Kota Bandung ... 114
4.10 Penggunaan Lahan di Wilayah Tegallega... 123
4.11 Harga Bahan Pokok di Kotamadya Bandung ... 128
4.12 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Bulan Pekerja Pabrik tahun 2005 ... 129
4.13 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Bulan Pengusaha Industri Kecil (2005) ... 131
4.14 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Bulan Pedagang tahun 2005 ... 133
(10)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 –
2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
4.1 Peta Wilayah Kota Bandung ... 62 4.2 Peta Persebaran Permukiman Kumuh di Wilayah Tegallega ... 119
(11)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara satu kota dengan kota yang lain. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang memiliki sejarah panjang dan berperan penting di Indonesia. Kota Bandung dengan berbagai corak masyarakat di dalamnya menjadikan kota ini memiliki ciri khas tersendiri. Kota Bandung adalah Ibukota Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Kotamadya Bandung, pernah menjadi Ibukota Keresidenan Priangan dan Kabupaten Bandung, bahkan sempat akan menjadi ibukota pemerintahan Hindia Belanda semasa Indonesia menjadi jajahan Belanda (Katam, 2006 : 2). Secara umum, Kota Bandung dibagi menjadi lima bagian yakni Bandung Utara, Bandung Barat, Bandung Selatan, Bandung Tengah dan Bandung Timur. Sebenarnya tidak ada perbedaan mendasar antara kelima wilayah ini, karena pada umumnya kota tumbuh mengikuti irama masyarakatnya. Namun, seiring dengan pertumbuhannya, masing-masing wilayah kemudian berkembang dan memiliki kekhasan maupun keistimewaannya tersendiri (Panitia Hari Buku Nasional IKAPI Jawa Barat, 2008 : 17).
Pemerintah Kota Bandung membuat suatu perencanaan kota yang tertuang dalam Rencana Induk Kotamadya (RIK) Bandung. Rencana Induk ini kemudian dijadikan dasar dalam pengembangan dan pembangunan di Kota Bandung.. Dalam Rencana Induk Kotamadya Bandung tersebut dijelaskan bahwa Kota Bandung memiliki program pembangunan yang menjadikan Bandung sebagai kota dengan 5 fungsi. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, telah ditetapkan fungsi Kota Bandung sebagai berikut : 1. Pusat administrasi Pemerintahan Daerah Jawa Barat dan lokal, 2. Pusat Perdagangan lokal dan regional, 3. Pusat perindustrian,
(12)
4. Pusat pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, 5. Pusat Pariwisata dan Kebudayaan (Dinas Tata Kota Kotamadya Bandung, 1985 : III-11). Salah satu fungsi dari Kota Bandung adalah sebagai pusat perindustrian, Kebijakan-kebijakan pemerintah saat itu, kemudian merangsang tumbuhnya berbagai industri dan pabrik di Kota Bandung. Dengan kemunculan industri di Kota Bandung kemudian menyebabkan terbukanya perkembangan di berbagai bidang dan membawa perubahan bagi masyarakat Kota Bandung itu sendiri.
Berdasarkan PP No 16 tahun 1987, wilayah administratif Kota Bandung diperluas dari 8.098 Ha menjadi 17.000 Ha. Dari perluasan wilayah inilah kemudian Kota Bandung dibagi menjadi beberapa wilayah pembangunan. Pembagian wilayah pengembangan ini disesuaikan dengan keadaan dan potensi masing-masing wilayah. Dalam kurun waktu 1987-2005 banyak terjadi perubahan di Kota Bandung, dipicu oleh pertumbuhan sentra-sentra industri dan bisnis yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandung.
Salah satu wilayah yang berkembang dengan cukup pesat adalah wilayah Bandung bagian selatan yaitu Wilayah Tegallega. Wilayah Tegallega pada awalnya merupakan kawasan pertanian dan kawasan pemukiman penduduk, namun sejak munculnya industri-industri besar maupun kecil di wilayah ini kemudian membawa perubahan baik bagi lingkungan fisik maupun keadaan masyarakatnya.
Kelahiran dunia industri membutuhkan banyak tenaga kerja, baik tenaga terampil tingkat atas, menengah maupun tenaga kasar. Kebutuhan akan tenaga kerja ini kemudian diikuti dengan proses urbanisasi yang tinggi (Hariyono, 2007 : 63). Pertumbuhan industri yang menjanjikan kesempatan kerja yang lebih besar dan beragam mengakibatkan terjadinya arus urbanisasi dari daerah sekitar Kota Bandung, bahkan dari luar Provinsi Jawa Barat ke dalam Wilayah Tegallega. Migrasi penduduk dari luar daerah tersebut membuat kenaikan jumlah penduduk yang sangat pesat dan semakin menambah kepadatan penduduk di wilayah ini. Dengan pertumbuhan industri yang diikuti dengan masuknya pendatang menyebabkan daerah ini semakin terbuka. Pembangunan di berbagai bidang semakin pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
(13)
Proyek-proyek seperti pembangunan perumahan, sentra perdagangan, transportasi maupun prasarana dan fasilitas masyarakat semakin marak. Sejak 1980-an, dimulai proyek pembangunan dalam skala besar yang sebagian besar dikelola oleh para pemodal swasta. Para pemodal ini mendirikan pusat-pusat pertokoan maupun perumahan yang sebagian ditujukan kepada masyarakat golongan menengah ke-atas. Untuk kepentingan lalu lintas, dibangun pula jaringan jalan baru seperti Jl. Lingkar Selatan, Jl. Soekarno Hatta dan Jl. Jenderal Soedirman, di sepanjang jalan inilah kemudian muncul berbagai industri, usaha angkutan, ruang pajang
(showroom) mobil dan perusahaan-perusahaan lain. Pada awal 1990 dimulai
pembuatan jalan tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi) yang melingkari wilayah bandung bagian selatan (Voskuil, 1996 : 192-194).
Pembangunan di Wilayah Tegallega tersebut tidak hanya membawa pengaruh positif, akan tetapi penduduk yang semakin padat kemudian membawa problematikanya tersendiri. Misalnya masalah perkembangan kota yang ditandai dengan perluasan wilayah dan masalah permukiman. Pada saat yang sama muncul pula masalah kesejahteraan masyarakat seperti banyaknya pengangguran, munculnya sektor informal dan menjamurnya permukiman kumuh. Hal ini akibat dari laju urbanisasi yang tinggi, namun daerah tersebut belum sepenuhnya siap menampung kedatangan para urbanisan secara tertata (Hariyono, 2007 : 83).
Pembangunan yang memerlukan lahan, mengakibatkan kawasan terbangun bertambah dan kebutuhan akan lahan meningkat. Kebutuhan akan lahan tersebut mengakibatkan adanya pergeseran penggunaan lahan atau konversi. Areal-areal yang awalnya merupakan lahan pertanian kemudian berubah menjadi wilayah pemukiman atau industri. Lahan pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun dan beralih fungsi penggunaannya. Hal ini juga tentu menimbulkan dampak bagi masyarakat yang memiliki tanah di daerah ini, tanah tersebut dibeli dan dijadikan lahan komersil oleh para pemodal.
Selain masalah penggunaan lahan, permasalahan permukiman kumuh juga merupakan masalah yang muncul akibat penduduk yang semakin padat. Masyarakat yang bertambah tentu memerlukan permukiman baru, sedangkan pembangunan perumahan yang digerakkan oleh swasta lebih kearah komersil dan
(14)
ditujukan bagi masyarakat menengah ke atas. Dalam hal penyediaan permukiman penduduk, sejak tahun 1980-an pemerintah mengadakan program pengadaan perumahan yang terjangkau oleh masyarakat seperti Perumnas dan KPR-BTN. Namun pengadaan perumahan ini belum menjangkau semua kalangan masyarakat sehingga masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak mampu membelinya. Akibatnya banyak masyarakat tinggal di rumah-rumah petak dan sempit bahkan menggunakan lahan-lahan illegal, dan muncullah pemukiman-pemukiman kumuh. Banyaknya pendatang yang tidak memiliki pendidikan maupun keahlian yang cukup menambah golongan masyarakat miskin. Jumlah masyarakat tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, hal ini menyebabkan banyaknya pengangguran dan susahnya mencari pekerjaan. Penduduk yang datang dari desa, tanpa pendidikan dan keahlian, tak punya keterampilan sebagai modal kerja, apalagi punya uang untuk berdagang, akhirnya mereka semua tersuruk-suruk menggeluti sektor informal di kota. Bidang kerja yang mereka pilih berkisar pada apa yang disebut “dead-end jobs” seperti tukang beca, buruh, pedagang
asongan, pembantu, tukang sayur, pemulung, tukang semir sepatu, atau “front
-porch business” seperti warung kecil, tukang rokok, tukang jahit dan tukang cukur. Karena penghasilannya minim, maka masyarakat seperti ini tidak mampu menjangkau program perumahan rakyat seperti Perumnas atau BTN sehingga mereka terpaksa menempati lahan-lahan illegal. Hal ini mengakibatkan daerah perkampungan kumuh (slums area) tumbuh dengan pesat (Kunto, 1992 : 210). Dalam mengatasi permukiman kumuh ini pemerintah juga mencanangkan program perbaikan kampung namun program ini hanya mencakup sebagian kecil Wilayah Tegallega, sedangkan sisanya masih belum mengalami perbaikan.
Perkembangan yang terjadi di Wilayah Tegallega menjadi permasalahan tersendiri bagi masyarakat dan pemerintah. Di satu sisi pembangunan diperlukan demi kemajuan kehidupan masyarakat, tapi di sisi lain mengakibatkan permasalahan baru. Keadaan Wilayah Tegallega yang berubah menyebabkan masyarakat daerah tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi, karenanya perubahan diperlukan dalam masyarakat sebagai upaya untuk bertahan terhadap keadaan yang baru. Masyarakat yang tidak
(15)
memiliki daya saing dan kemampuan, akan sulit untuk bertahan dalam keadaan daerahnya yang dinamis. Karenanya, muncul golongan masyarakat yang termarjinalkan, mereka yang tidak mampu beradaptasi kemudian menjadi terpinggirkan. Masyarakat yang terpinggirkan tersebut sebagian menjalani pekerjaan di bidang sektor informal. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan nampaknya belum mampu menangani urbanisasi dan permasalahan yang timbul karenanya. Permasalahan-permasalahan tersebut membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung.
Penelitian mengenai Kota Bandung secara umum sudah banyak dilakukan, akan tetapi kajian yang menyoroti Wilayah Tegallega masih sangat terbatas. Kebanyakan tulisan-tulisan tentang daerah ini mengkaji sejarah dan pemerintahan, adapun mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat masih sulit ditemui. Wilayah Tegallega sendiri merupakan salah satu wilayah pembangunan di Kota Bandung yang sangat terlihat perkembangannya dalam berbagai bidang. Dalam beberapa tahun, wilayah ini berubah yang pada awalnya daerah pertanian dan pemukiman, sejak dekade 1970-an berkembang menjadi kawasan industri dan komersial yang berperan penting bagi Kota Bandung. Akan tetapi, perkembangan ini juga membawa dampak negatif bagi masyarakat sekitar akibat terjadinya urbanisasi berlebih. Permasalahan seperti pergeseran lahan, pengangguran, dan pemukiman kumuh muncul seiring dengan perkembangan yang terjadi. Pemerintah sendiri sudah banyak berupaya untuk menangani masalah-masalah tersebut, akan tetapi masih belum mampu menangani hal tersebut dengan baik (Voskuil, 1996 : 192). Karenanya, penulis merasa tertarik untuk mengkaji mengenai Perubahan Sosial Ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega 1987-2005.
Batasan waktu yang diambil dalam skripsi ini adalah tahun 1987 hingga tahun 2005. Tahun 1987 diambil sebagai batas awal kajian skripsi ini, dikarenakan pada tahun tersebut Kota Bandung mengalami perluasan wilayah yang tadinya 8.098 Ha menjadi 17.000 Ha. Perluasan ini mencakup wilayah Bandung bagian
(16)
Selatan, khususnya Wilayah Tegallega. Hal ini menunjukan adanya perubahan yang terjadi pada masyarakat daerah tersebut karena adanya perluasan wilayah. Adapun tahun 2005 diambil sebagai batas akhir kajian ini, karena penulis menganggap untuk mengkaji kehidupan sosial ekonomi dirasa cukup mengalami perubahan selama 18 tahun. Di tahun 2005 pula merupakan akhir Rencana Induk Kota Bandung yang dimulai sejak 1985 untuk kemudian disusun kembali. Hal ini juga menunjukan adanya perubahan pola pembangunan Kota Bandung setelah 2005 karena perencanaannya yang juga berubah. Jadi tahun 1987-2005 merupakan tahun yang sesuai dengan kajian yang dibahas karena corak pembangunan yang masih mempergunakan Rencana Induk yang sama.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji mengenai perubahan sosial ekonomi Kota Bandung untuk kemudian direalisasikan dalam skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Ekonomi di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama yang akan dikaji adalah
Bagaimana perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega 1987-2005. Agar pembahasan lebih terfokus, maka penulis mengembangkannya dalam
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega Kota Bandung sebelum tahun 1987 ?
2. Bagaimanakah proses pembangunan di Wilayah Tegallega sejak 1987-2005 ?
3. Bagaimanakah dampak pembangunan terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega selama 18 tahun (1987-2005) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, menjawab dan memecahkan rumusan masalah yang ada merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan
(17)
pelajaran berharga dari peristiwa sejarah di masa lampau agar menjadi pijakan dalam melangkah ke depan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memaparkan perubahan sosial ekonomi masyarakat Wilayah Tegallega dari tahun 1987-2005. Selain itu penulisan skripsi ini bertujuan untuk :
1. Mendeksripsikan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega sebelum terjadinya perluasan wilayah. Gambaran umum Wilayah Tegallega ini meliputi : kondisi geografis, keadaan administratif serta keadaan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega Kota Bandung sebelum terjadinya perluasan wilayah pada tahun 1987.
2. Menjelaskan mengenai pembangunan dan perkembangan yang terjadi di Wilayah Tegallega secara fisik. Hal ini meliputi perkembangan industri, perkembangan sentra-sentra bisnis, pembangunan sarana transportasi dan perkembangan permukiman di Wilayah Tegallega.
3. Mendeskripsikan mengenai dampak pembangunan yang dilakukan di Wilayah Tegallega dan menyebabkan terjadinya perubahan baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat didalamnya. Hal ini meliputi permasalahan urbanisasi, perubahan fungsi lahan, serta tingkat kesejahteraan masyarakat di Wilayah Tegallega.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian mengenai Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega pada tahun 1987-2005 ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi penulis, dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah sebagai aplikasi teori yang didapat selama perkuliahan untuk menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan yang ditemukan, serta dapat dipertanggungjawabkan secara objektif dan ilmiah dalam kehidupan praktis. Selain itu menjadi sebuah motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Wilayah Tegallega, dan Kota Bandung umumnya.
(18)
2. Bagi Sekolah-sekolah, dapat dijadikan bahan ajar kajian Sejarah Lokal dalam pembelajaran Sejarah. Dapat dijadikan sumber rujukan bagi penulisan karya ilmiah lainnya.
3. Bagi Pemerintahan Kota Bandung, dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan Kota Bandung dan memperkaya penulisan Sejarah Kota Bandung. 4. Bagi Masyarakat, dapat dijadikan suatu referensi dan bahan bacaan. Memberikan pengetahuan mengenai Kota Bandung, khususnya mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung dari tahun 1987 hingga tahun 2005. Selain itu, dapat memberikan gambaran bagi generasi muda mengenai kotanya.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Metode Historis, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode ini merupakan sebuah cara bagaimana mengetahui sejarah dengan tahapan tertentu (Sjamsuddin, 2007 : 14). Adapun tahapan-tahapan tersebut diwujudkan dalam suatu prosedur penelitian Sejarah yang dikemukakan Louis Gottschalk (1975 : 32), yang terdiri dari empat langkah kegiatan yang saling berurutan sehingga yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Keempat langkah tersebut yaitu Heuristik (pencarian atau penemuan sumber), Kritik sumber, Interpretasi (penafsiran) dan Historiografi (penyajian dalam bentuk cerita sejarah).
1.5.1 Heuristik (pencarian atau penemuan sumber)
Sebagai langkah pertama dalam penelitian sejarah ini adalah Heuristik. Heuristik merupakan kegiatan untuk mencari atau menghimpun data dan sumber-sumber sejarah atau bahan untuk bukti sejarah seperti dokumen, naskah atau arsip, surat kabar, maupun buku-buku referensi lain yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.
Pada tahap Heuristik ini penulis mencari literatur-literatur kepustakaan yaitu buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai perubahan sosial-ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega 1987-2005. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari sumber yang relevan
(19)
dengan permasalahan yang diangkat, dengan mengunjungi berbagai perpustakaan dan toko buku. Selain itu juga peneliti mencari sumber yang berhubungan langsung dengan permasalahan yaitu dengan mengunjungi Lembaga-lembaga pemerintahan dan Lembaga-lembaga pemerhati Kota Bandung, seperti Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Badan Pusat Statistik, Arsip dan Perpustakaan Daerah serta Kantor-kantor Kecamatan yang berada di Wilayah Tegallega. Langkah ketiga adalah mencari beberapa narasumber untuk diwawancarai mengenai keadaan Wilayah Tegallega pada tahun 1987 hingga 2005.
1.5.2 Kritik Sumber
Kritik sumber adalah tahap penilaian atau pengujian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan dilihat dari sudut pandang nilai kebenarannya. Kebenaran dari sumber-sumber sejarah ini dapat diteliti secara otensitas maupun kredibilitasnya, sehingga benar-benar dapat teruji keasliannya. Dalam kritik sumber peneliti melakukan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik intern.
1.5.2.1. Kritik ekstern
Kritik ekstern dapat digunakan untuk menentukan keaslian dan keontetikan suatu sumber sejarah. Dalam penulisan skripsi ini peneliti melakukan kritik ekstern terhadap sumber yang berupa dokumen, arsip dan laporan lembaga. Hal ini berusaha menjawab pertanyaan keaslian sumber sejarah misalnya : kapan dan dimana serta dari bahan apa sumber tersebut ditulis, sumber utamanya merupakan sumber-sumber sejarah yang sejaman.
1.5.2.2. Kritik intern
Penulis melakukan kritik intern dengan tujuan untuk mencari nilai pembuktian yang sebenarnya dari isi sumber sejarah. Kritik intern dilakukan terutama untuk menentukan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya atau tidak (Notosusanto, 1972 : 21). Kritik intern ini dilakukan setelah peneliti selesai membuat kritik ekstern, setelah diketahui otensitas sumber, maka dilakukan kritik intern untuk melakukan pembuktian apakah sumber-sumber tersebut benar-benar merupakan fakta historis.
(20)
Kritik intern ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana nilai pembuktian yang sebenarnya dari sumber itu berhubungan dengan hasil yang diperoleh. Untuk itu diperlukan dua cara yaitu : pertama, penilaian intrinsik sumber yaitu proses yang dimulai dengan menentukan sifat dari sumber-sumber itu, apakah sumber tersebut cocok dengan kajian penelitian atau tidak agar peneliti tidak terjebak dalam pemakaian sumber yang asal-asalan. Kedua, membandingkan kesaksian-kesaksian berbagai sumber yaitu dimana proses ini dilakukan dengan cara menjelaskan kesaksian dari sumber yang ada sehingga mirip, mana yang sesuai dengan kajian penulis dan mana yang tidak perlu diambil sehingga akan mendapatkan sumber-sumber yang saling berkaitan dan berbobot. Kritik intern dilakukan dengan membandingkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, yang merupakan hasil studi kepustakaan. Tujuan dari kritik intern ini adalah untuk menetapkan kebenaran dan dapat dipercaya isi dari sumber tersebut. 1.5.3 Interpretasi
Langkah selanjutnya adalah interpretasi, yaitu usaha untuk mewujudkan rangkaian fakta yang bersesuaian satu dengan yang lain dan menetapkan artinya. Atau usaha untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta yang satu dengan fakta yang lain. Proses menyusun, merangkaikan antara satu fakta sejarah dengan fakta sejarah yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat dimengerti dan bermakna. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam proses interpretasi tidak semua fakta dapat dimasukkan tetapi harus dipilih mana yang relevan dengan gambaran cerita yang hendak disusun.
1.5.4 Historiografi
Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah yang penulis lakukan. Tahap ini merupakan langkah penulisan sejarah yang disusun secara logis, menurut urutan kronologis dan tema yang jelas serta mudah dimengerti yang dilengkapi dengan pengaturan bab atau bagian-bagian yang dapat membangun urutan kronologis dan tematis. Penelitian ini berdasarkan fakta-fakta yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lain menjadi satu rangkaian cerita yang masuk akal dan mendekati kebenaran. Dalam upaya mengumpulkan data dan
(21)
informasi mengenai penulisan skripsi ini, dilakukan beberapa teknik penelitian sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Di dalam studi kepustakaan akan diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulkan sumber dari buku-buku, arsip tertulis, majalah, koran, jurnal dan internet. Tentunya sumber-sumber tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Penulis juga mengadakan penelitian lapangan untuk mendapatkan bukti-bukti sejarah, baik primer maupun sekunder yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, gambar, suara, tulisan dan sebagainya. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Studi dokumentasi ini dilakukan pada lembaga-lembaga yang diperkirakan memiliki data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, yang berupa hasil foto, film, sensus atau statistik, laporan penelitian, brosur dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
3. Teknik Wawancara
Peneliti juga mencari sumber lisan yaitu melakukan wawancara dengan penduduk yang hidup dan tinggal di kawasan Bandung bagian Selatan pada tahun 1987-2005. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang dijawab secara lisan oleh narasumber. Dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur, yang didalamnya terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Hasil yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara dikumpulkan kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut :
(22)
Bab I, merupakan pendahuluan dari penulisan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang didalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II, Kajian kepustakaan. Bab ini berisi tentang berbagai pendapat bersumber pada literature yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu mengenai Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005.
Bab III, Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Bab IV, Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. Dalam hal ini uraian dibagi ke dalam beberapa bagian, yang pertama yaitu gambaran umum Bandung bagian selatan atau Wilayah Tegallega, kemudian mengenai pembangunan yang terjadi di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005, ketiga mengenai kondisi masyarakat setelah terjadinya perluasan wilayah dan pembangunan di Wilayah Tegallega 1987, dan keempat mengenai perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di Wilayah Tegallega sebagai dampak dari proses pembangunan yang terjadi.
Bab V, Kesimpulan. Pada bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberapa pihak yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang dibahas.
(23)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam mengkaji mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan permasalahan dalam judul skripsi “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”.
A. Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penggunaan metode historis ini merupakan cara dalam menjawab permasalahan tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega. Menurut Helius Sjamsuddin, metode historis ini merupakan sebuah cara bagaimana mengetahui sejarah dengan tahapan-tahapan tertentu (Sjamsuddin, 2007: 14). Adapun langkah-langkah yang diambil dalam menyusun skripsi dengan mempergunakan metode historis ini yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Sedangkan dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang menjadi kajian dalam skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan yang dilakukan dalam proses pemecahan suatu masalah dengan menggunakan pendekatan ilmu yang masih satu rumpun dan masih berkaitan..
Dalam penelitian yang membahas mengenai perubahan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega ini penulis menggunakan berbagai konsep dari bidang studi lain seperti sosiologi, konsep yang digunakan di antaranya : perubahan sosial, masyarakat perkotaan, konsep dari geografi yaitu migrasi dan urbanisasi. Penggunaan berbagai konsep dari disiplin ilmu lain ini memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah yang akan dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas
(24)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sjamsuddin, 2007: 304). Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, teknik wawancara dan studi dokumentasi. Teknik studi literature dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji berbagai buku yang dapat membantu penulis dalam meneliti permasalahan yang diangkat. Berkaitan dengan ini, dilakukan kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan yang berada di wilayah Bandung. Setelah literatur terkumpul dan cukup relevan sebagai acuan penelitian, maka penulis mulai mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasi serta memilih sumber yang dapat dipergunakan.
Untuk teknik wawancara dilakukan sebagai cara untuk memperoleh data, hal ini diperlukan karena sumber tertulis yang didapat belum cukup dalam mengkaji permasalahan mengenai Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005 sehingga wawancara dijadikan sebagai upaya untuk mengumpulkan lebih banyak data. Wawancara dilakukan penulis di sekitar Wilayah Tegallega yang meliputi 5 Kecamatan yaitu Bandung Kulon, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Babakan Ciparay dan Astana Anyar. Wawancara ini dilakukan kepada warga sekitar daerah tersebut, yaitu warga pribumi, warga pendatang (kaum migran), para pengusaha dan pemerintah daerah setempat. Teknik wawancara yang dilakukan yaitu dengan wawancara formal dan informal yang diawali dengan membuat daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh narasumber. Dalam wawancara ini, studi literatur juga diperlukan untuk mendukung informasi-informasi yang didapat dari wawancara dengan merajuk pada buku-buku referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Studi dokumentasi juga dilakukan dalam proses penelitian ini, hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi yang diabadikan dalam rekaman, foto/gambar, serta tulisan.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mencoba memaparkan beberapa langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai dengan tuntutan keilmuan. Langkah langkah yang dilakukan diantaranya:
(25)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1 Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa tahap yang harus penulis lakukan. Tahap persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan tahap selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain: menentukan tema penelitian, menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan proses bimbingan.
3.1.1 Penentuan Tema Penelitian
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam memulai pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. kemudian penulis melakukan pencarian sumber atau melaksanakan pra penelitian mengenai masalah yang akan dikaji baik melalui observasi ke lapangan atau dengan mencari dan membaca berbagai sumber literature yang berhubungan dengan tema yang dikaji.
Penulis pada awalnya mengajukan tema mengenai sejarah lokal yang kemudian dijabarkan dalam judul “Perkembangan Kota Bandung : Kajian Historis tentang Perubahan Sosial Ekonomi di Kota Bandung tahun 1917-1945”. Judul tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Langkah selanjutnya setelah judul tersebut disetujui TPPS, penulis mulai menyusun suatu rancangan penelitian yang kemudian dituangkan dalam bentuk proposal skripsi.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Pada tahapan ini penulis mulai mengumpulkan berbagai data mengenai permasalahan yang akan dikaji. Penulis mencari sumber-sumber baik berupa dokumen, arsip, dan buku-buku yang berhubungan dengan tema yang penulis angkat. Selanjutnya, setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan kajian yang dibahas, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam proposal
(26)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skripsi. Pada dasarnya sistematika dari rancangan proposal skripsi ini didalamnya memuat :
1. Judul Penelitian
2. Latar Belakang Masalah dalam bentuk deskriptif 3. Rumusan dan Pembatasan Masalah
4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian
6. Tinjauan Kepustakaan yang berisi mengenai daftar literature yang digunakan
7. Metodologi penelitian yang dipaparkan secara singkat 8. Sistematika Penelitian
9. Daftar Pustaka
Proposal penelitian yang dibuat penulis kemudian diajukan dan dipertimbangkan dalam seminar pra-rancangan penelitian skripsi/karya ilmiah melalui surat keputusan yang dikeluarkan TPPS dengan No. 008/TPPS/JPS/2011 serta penunjukan calon pembimbing I dan pembimbing II. Seminar dilaksanakan tanggal 25 Januari 2011. Dan selanjutnya dikeluarkan Surat Keputusan dari TPPS untuk penunjukan Pembimbing I dan II. Rancangan tersebut kemudian disetujui dengan adanya beberapa perubahan dan perbaikan baik dari judul maupun isi dari proposal. Setelah dilaksanakan proses bimbingan, dengan beberapa pertimbangan kemudian judul skripsi mengalami beberapa perubahan yang akhirnya diputuskanlah judul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”.
3.1.3 Mengurus Perizinan
Tahapan ini merupakan tahapan yang dilakukan penulis untuk mempermudah dan memperlancar penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Pada tahap ini, penulis meminta surat pengantar dari
(27)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jurusan Pendidikan Sejarah untuk mengajukan permohonan melaksanakan pra-penelitian dan pra-penelitian ke Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) untu memperoleh izin dari Dekan FPIPS yang kemudian diajukan lagi ke Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun surat-surat perijinan itu diajukan kepada :
1. Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.
2. Badan Pusat Statistik Kota Bandung 3. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
4. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung 5. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung
6. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
7. Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayan Kota Bandung bagian selatan
3.1.4 Mempersiapkan Peralatan Penelitian
Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksaan penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian, diantaranya :
1. Surat Perijinan
2. Instrumen Wawancara 3. Catatan Lapangan 4. Alat Perekam 5. Kamera foto
3.1.5 Proses Bimbingan
Proses bimbingan merupakan salah satu langkah dalam penulisan laporan penelitian yang dilakukan dengan pembimbing I dan pembimbing II yang telah
(28)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditetapkan oleh TPPS melalui surat keputusan dari TPPS dengan No. 008/TPPS/JPS/2011 ditetapkan bahwa dosen pembimbing I ialah Dra. Murdiyah Winarti, M,Hum dan pembimbing II ialah Drs. Ayi Budi Santosa, M,Si. Bimbingan ini sangat diperlukan untuk membantu penulis dalam menentukan langkah yang tepat dalam proses penyusunan laporan penelitian yang dilakukan secara bertahap. Pada tahap ini penulis diberikan arahan dan masukan yang dapat membantu serta memudahkan dalam proses penelitian oleh para dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga diberikan kritik dan saran serta masukan agar skripsi ini menjadi terarah dan tepat sasaran. Dalam proses bimbingan pula, judul skripsi mengalami perubahan dalam kurun waktu (tahun) kajian yang tadinya tahun 1917-1945 menjadi 1987-2005. Hal ini diperlukan mengingat berbagai pertimbangan seperti ketersediaan dokumen, kurangnya narasumber dan beberapa hal lain yang akan menghambat apabila kurun waktu (tahun) yang ada tidak diganti.
Dalam proses bimbingan ini, pembimbing I sangat berkontribusi besar dalam penyelesaian penulisan laporan penelitian ini, beliau telah membantu penulis dalam penentuan kajian yang akan dibahas. Proses bimbingan dapat berjalan antara penulis dengan pembimbing I setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian membuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dan pembimbing.
Proses bimbingan juga dilakukan dengan pembimbing II, dalam hal ini pembimbing II lebih memberikan arahan kepada sistematika penulisan dan segi tata bahasa dari skripsi yang dibuat. Selain itu pembimbing juga memberikan beberapa pendapat dan saran bagi isi pembahasan skripsi. Selama proses bimbingan, penulis mendapatkan banyak masukan dari kedua pembimbing yang harus dilakukan dalam penulisan laporan. Proses bimbingan ini telah membantu penulis dalam penelitian yang dilakukan dan penulisan laporannya.
(29)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan penelitian merupakan faktor yang penting dalam rangkaian proses penelitian. Tahapan awal yang harus dilakukan adalah terlebih dahulu menentukan topik yang akan dikaji. Adapun pelaksaan penelitian terbagi kedalam beberapa tahapan yang sesuai dengan metode sejarah, yaitu :
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Heuristik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam proses penelitian. Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan dan berkaitan dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang Perubahan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega, sumber sejarah yang digunakan berupa sumber tertulis dan sumber lisan.
a. Pengumpulan Sumber Tertulis
Dalam pengumpulan sumber tertulis, penulis berusaha mencari berbagai dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut berupa buku, arsip dan dokumen, artikel, surat kabar maupun karya tulis ilmiah yang relevan. Untuk memperoleh sumber tersebut, penulis mengunjungi beberapa tempat, sebagai berikut :
1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Daerah Jawa Barat, Perpustakaan Angkatan Darat, Perpustakaan Museum Asia Afrika, dan Rumah Buku Kineruku.
2. Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat 3. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung
4. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan 5. Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung
Cara lain yang dilakukan penulis adalah dengan mengunjungi beberapa toko buku, seperti Gramedia, Palasari dan sentra buku bekas di Jl.Banceuy dan Jl. Dewi Sartika. Dalam proses pengumpulan literature ini penulis berhasil mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data statistik penduduk yang didapat dari BPS Kota Bandung dan BPS Provinsi Jawa Barat, dari berbagai dinas dan instansi pemerintah, penulis mendapat data-data berupa buku RIK (Rencana
(30)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Induk Kota), data-data industri serta profil kota dan kecamatan. Adapun hasil yang didapat dari Perpustakaan dan toko-toko buku yang dikunjungi, penulis menemukan buku-buku yang membahas mengenai Kota Bandung di Rumah Buku Kineruku, Perpustakaan Daerah Jawa Barat dan Perpustakaan Angkatan Darat, buku lainnya yang penulis cari adalah tentang metode penelitian sejarah dan buku-buku yang menjelaskan konsep-konsep yang diangkat dalam penelitian seperti konsep migrasi, perubahan sosial maupun masyarakat perkotaan, buku buku ini penulis temukan di perpustakaan UPI, Perpustakaan Museum KAA dan toko-toko buku yang berada di wilayah Bandung.
b. Pengumpulan Sumber Lisan
Penggunaan sumber lisan dalam penelitian tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005 merupakan aspek yang sangat penting. Disamping masih sangat terbatasnya sumber buku yang khusus menjelaskan tentang kawasan Wilayah Tegallega, penggunaan sumber lisan ini sangat membantu penulis dalam mengumpulkan data dan fakta tentang keadaan masyarakat di daerah tersebut pada masa 1987-2005.
Pengumpulan sumber lisan ini penulis lakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Penggunaan teknik ini dilakukan kepada narasumber yang benar-benar mengalami peristiwa dan mengetahui dengan jelas kajian yang diangkat dalam skripsi ini. Wawancara merupakan alat untuk mengumpulkan data dan informasi yang berkenaan dengan pengalaman dan perbuatan, pendapat, pandangan dan pemikiran tentang sesuatu, fakta-fakta apa yang dilihat, dan didengar yang diuraikan secara deskriptif. Oleh karena itu, pedoman wawancara merupakan hal yang penting untuk memudahkan penulis dalam mencari informasi agar wawancara dapat tersusun dan berjalan dengan efektif. Sebelum melakukan wawancara, penulis membuat instrument wawancara terlebih dahulu berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden/narasumber. Selain itu, penulis
(31)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga menyiapkan berbagai perlengkapan untuk merekam dan mencatat semua informasi yang dijelaskan oleh narasumber.
Pada saat melakukan wawancara, narasumber dibagi kedalam beberapa kategori yaitu masyarakat yang bermukim di Wilayah Tegallega baik pribumi maupun pendatang. Penulis juga melakukan wawancara kepada pihak pemerintah, tokoh masyarakat dan pengusaha. Dengan mewawancarai masyarakat, dapat diketahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi dan tantangan apa saja yang dialami masyarakat dalam menghadapi perkembangan di daerahnya. Dengan mewawancarai pendatang kita juga dapat melihat alasan-alasan para pendatang untuk datang ke kota dan bagaimana kehidupan mereka setelah tiba di kota. Dengan mewawancarai pribumi, kita dapat melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat setelah banyaknya pendatang dari luar kota serta persaingan dan upaya mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Dari pihak pemerintah dapat diketahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menanggapi permasalahan yang timbul dalam masyarakat menghadapi perkembangan yang terjadi di daerahnya. Narasumber yang diwawancarai penulis diantaranya :
1. Warga pribumi / warga asli Wilayah Tegallega, dalam mewawancarai pribumi ini penulis menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan Bandung bagian selatan, dampak yang dirasakan dari adanya perkembangan tersebut, dan bagaimana upaya masyarakat pribumi menanggapi perkembangan tersebut. Hal ini juga dikaitkan dengan keberadaan kaum pendatang/migran yang tinggal di daerah sekitar, serta bagaimana pengaruh positif dan negative keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat pribumi. Diantaranya Bapak Lili Saepulloh yang tinggal di daerah Bandung Kidul dan berprofesi sebagai wiraswasta, wawancara tanggal 28 November 2012. H. Dede Rahmat seorang pengusaha konveksi di daerah inhoftank, wawancara tanggal 23 November 2012. Ibu Siti Rohmah yang merupakan warga RT 02 Kecamatan
(32)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bandung Kidul dan berprofesi sebagai pedagang, wawancara tanggal 29 November 2012.
2. Warga pendatang, dalam melakukan wawancara terhadap warga pendatang ini penulis mencoba menggali alasan-alasan yang mengakibatkan pendatang tersebut memilih datang ke kota, permasalahan-permasalahan apa saja yang dialami setelah mereka bermukim di kota dan bagaimana upaya mereka dalam menjalani dan mempertahankan kehidupan mereka di kota. Diantaranya Bapak Salman, seorang mantan pegawai pabrik di Jalan Holis, wawancara tanggal 2 Desember 2012. Ibu Sri Rahayu merupakan seorang pedagang kaki lima, tinggal di daerah Astana Anyar, wawancara tanggal 24 November 2012. Nur Sona merupakan seorang wiraswasta di bidang konveksi yang tinggal di Melong Green, wawancara tanggal 30 November 2012.
3. Pemerintah, dalam melakukan wawancara terhadap pihak pemerintah penulis melakukan dialog dengan staf-staf pemerintahan dari beberapa dinas, seperti Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan dan juga Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, serta berdialog dengan staf di Kantor-kantor kecamatan setempat. Wawancara ini dilakukan untuk mendapat informasi tentang kebijakan apa saja yang dikeluarkan pemerintah dalam menghadapi perkembangan sosial-ekonomi di Kota Bandung, khususnya Wilayah Tegallega. Diantaranya wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan Info Rencana Kota yaitu Ir. Drs. Muhammad Djen, wawancara tanggal 10 Agustus 2012 dan Bapak Iwa Kawari selaku Sekertaris Camat Babakan Ciparay pada tanggal 30 Oktober 2012.
4. Tokoh Masyarakat dan Pengusaha, dalam hal ini penulis mencoba memperoleh informasi dari tokoh masyarakat seperti Ketua RT/RW, maupun pengusaha yang dianggap sukses di masyarakat setempat. Tokoh masyarakat tersebut memiliki pengetahuan lebih dalam tentang daerah setempat dan memiliki pengaruh yang cukup besar serta mampu
(33)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membawa perubahan dalam masyarakat, oleh karena itu wawancara terhadap tokoh masyarakat ini diperlukan dalam mengkaji permasalahan sosial-ekonomi masyarakat. Dalam melakukan wawancara, penulis berupaya memperoleh informasi tentang seluk-beluk daerah-daerah yang ada di Wilayah Tegallega dan perubahan apa saja yang dibawa oleh tokoh tersebut. Seperti wawancara kepada H. Bunyamin Syaefurrohman yang merupakan pengusaha konveksi ALBIS tanggal 28 November 2012, Ibu Neneng Rukmini sebagai Ketua PKK RW 01 Nyengseret pada tanggal 28 November 2012 dan Bapak Dadang Sutisna, ketua RW 07, Kelurahan Cibaduyut pada tanggal 29 November 2012.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut merupakan data yang penting bagi penulis dalam melakukan penelitian tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005. Informasi yang diperoleh dari sumber lisan tersebut dapat melengkapi sumber-sumber tertulis, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
3.2.2 Kritik Sumber
Kritik sumber merupakan tahap kedua dari penelitian skripsi ini. Kritik sumber merupakan proses yang sangat penting dalam penyusunan karya sejarah yang baik. Dalam tahap ini data-data yang telah didapatkan baik tertulis, lisan maupun dokumen kemudian disaring dan dipilih untuk menilai dan menyelidiki keobjektifannya. Fungsi kritik sumber ini erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (truth) (Sjamsuddin, 2007 : 131). Dengan kritik ini akan memudahkan dalam penulisan karya ilmiah yang objektif dan dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Lucey dalam (Sjamsuddin, 2007 : 133) menjelaskan, terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, diantaranya :
1. Siapa yang mengatakan itu ?
(34)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?
4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?
5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu ? (Sjamsuddin, 2007 : 133). Adapun kritik yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini terbagi kedalam dua tahap, yaitu Kritik Eksternal dan Kritik Internal.
a. Kritik Eksternal
Kritik eksternal merupakan cara untuk melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, baik sumber tertulis maupun sumber lisan. Sebelum semua kesaksian yang berhasil dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu, maka terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan yang ketat. Yang dimaksud dengan kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007 : 134).
Dalam melakukan kritik eksternal, penulis melakukannya baik pada sumber tertulis maupun sumber lisan. Penulis melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu dengan melakukan uji kelayakan dengan cara verifikasi dan pengklasifikasian buku. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa identitas buku seperti siapa pengarangnya, dimana dan tahun berapa buku tersebut di terbitkan dan penerbit mana yang menerbitkan buku tersebut. Selain itu juga apakah buku tersebut merupakan buku yang dikarang penulis tunggal, hasil editor atau berupa kumpulan artikel.
Dalam melakukan kritik sumber, penulis melakukan pengkajian terhadap buku yang telah didapat. Penulis melakukan perbandingan diantara buku-buku yang telah didapatkan antara buku-buku yang satu dengan yang lainnya. Selain itu
(35)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga proses kritik eksternal terhadap sumber tertulis ini diharapkan sebagai salah satu cara yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan informasi yang didapat oleh penulis.
Salah satu contohnya adalah kritik terhadap buku yang berjudul Riwayat
Kota di Tatar Sunda : Penelitian Sejarah Perkembangan Kota karya Haryoto
Kunto. Hal pertama yang penulis lihat dari buku ini adalah pengarangnya, yang merupakan tokoh yang menulis terntang sejarah perkembangan kota, khususnya mengenai Kota Bandung. Melalui buku ini, penulis mendapatkan gambaran mengenai masalah-masalah yang terdapat di perkotaan, salah satunya di Kota Bandung. Dengan mengkaji buku ini diharapkan semua data yang diperoleh dari sumber tertulis dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun dalam melakukan kritik terhadap sumber lisan, dilakukan dengan mempertimbangkan usia narasumber, kedudukan, pekerjaan, pendidikan, agama, tempat tinggal dan keberadaannya pada tahun 1987-2005. Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh baik dari sumber lisan maupun tertulis tingkat kebenarannya tidak sama. Sehingga dengan mengetahui kedudukan, pekerjaan, pendidikan dan agama seorang narasumber, penulis dapat mengerti jika ada subjektifitas yang kemudian terdapat dalam pernyataannya. Selain itu juga, kritik yang dilakukan terhadap sumber lisan, penulis dari aspek usia narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan jika mereka benar-benar mengetahui tentang permasalahan yang dikaji. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang dialami olehnya dan apa benar-benar terjadi pada perkembangan Wilayah Tegallega tersebut. Dilihat pula kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting untuk diperhatikan.
b. Kritik Internal
Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal menekankan kepada aspek dalam yaitu isi dari sumber. Kritik ini diperlukan untuk memutuskan apakah
(36)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sumber tersebut dapat diandalkan (reliable) atau tidak. Kritik internal terhadap sumber tertulis berupa buku-buku dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sumber lain. Adapun terhadap sumber berupa data arsip maupun dokumen dari pemerintah tidak dilakukan kritik karena dianggap sudah ada lembaga yang berwenang melakukannya.
Terhadap sumber lisan, penulis melakukan kritik dengan cara melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi. Kredibilitas narasumber tersebut dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti usia, watak, pendidikan dan kedudukan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2007 :115). Cara lainnya adalah dengan melihat perbandingan antara hasil wawancara narasumber satu sama lain dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yang ada. Selain itu, dilakukan pula kaji banding antara sumber lisan dengan sumber tertulis untuk mendapatkan kebenaran dari fakta-fakta yang telah didapat.
Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut mengalami pengujian, maka penulis menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Langkah selanjutnya, penulis melakukan kaji banding terhadap narasumber dengan sumber tertulis yang lainnya. Kaji banding ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran dan fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun lisan yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Setelah melalui tahapan kritik sumber, tahapan selanjutnya adalah melakukan interpretasi (penafsiran). Interpretasi merupakan tahap pemberian makna terhadap fakta atau informasi yang diperoleh. Fakta disusun sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji sehingga dapat terlihat dengan jelas bahwa antara fakta satu dengan yang lainnya terdapat rangkaian yang logis dan terbentuk rekonstruksi yang memuat tentang penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian sehingga penulis menemukan sebuah kebenaran. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya menjadi sebuah satu kesatuan yang
(37)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibantu dengan “Historical Thinking”, yaitu dengan cara penulis memikirkan dan mencoba memposisikan diri seakan-akan menjadi pelaku peristiwa di masa lalu itu sehingga penulis akan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.
Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam penulisan skripsi ini agar mempermudah dalam merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu pendekatan yang menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun yaitu ilmu sosial. Pendekatan interdisipliner maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya (Ismaun, 2005 : 198). Dalam hal ini, ilmu sejarah merupakan disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan, namun juga dibantu dengan disiplin ilmu sosial lainnya yang serumpun seperti ilmu sosiologi, ilmu geografi dan ilmu ekonomi. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat membantu penulis memperoleh gambaran lebih jelas mengenai permasalahan yang dikaji.
3.3 Laporan Hasil Penelitian
Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penulisan laporan hasil penelitian (Historiografi). Tahap ini merupakan kegiatan akhir dalam penelitian setelah penulis mengumpulkan sumber, melakukan kritik sumber serta melakukan penafsiran sumber. Penulisan hasil penelitian ini dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah yaitu skripsi dengan judul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Tegallega, Kota Bandung : Kajian Historis Tahun 1987-2005”. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Dalam penulisan ini penulis menggunakan kerangka tulisan sesuai dengan buku pedoman karya ilmiah UPI, sehingga penyusunannya dilakukan secara sistematis yang terbagi ke dalam beberapa bab.
(38)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penulisan laporan ini, setiap bab memiliki fungsi yang saling berkaitan dengan bab lainnya. Bab I merupakan Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, yang disertai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Dalam bab II yang merupakan Kajian Pustaka, diuraikan mengenai sumber-sumber literature yang digunakan sebagai acuan penelitian ini yang terbagi ke dalam beberapa konsep. Kemudian bab III merupakan Metodologi Penelitian, dalam bab ini diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian mulai dari persiapan penelitian hingga pelaksanaan penelitian yang terbagi ke dalam empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Selanjutnya adalah bab IV yang merupakan isi dari penelitian yang dilakukan, didalamnya berisi uraian dan penjelasan mengenai kajian penelitian yang mengacu kepada perumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Uraian ini didapatkan setelah penulis melakukan pengumpulan sumber, kritik dan penafsiran terhadap informasi yang diperoleh baik dari sumber tertulis maupun sumber lisan. Adapun bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang menggambarkan mengenai perubahan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah Tegallega tahun 1987-2005. Adapun saran yang muncul diajukan kepada semua pihak sebagai upaya memajukan kehidupan masyarakat di Kota Bandung, khususnya Wilayah Tegallega.
(39)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang memiliki cirri khas dan corak perkembangan pembangunan tersendiri. Setelah perluasan wilayah 1987, Wilayah Kotamadya Bandung terbagi ke dalam 6 Pemerintah Wilayah yang masing-masing dikepalai oleh seorang Patih (PembantuWalikotamadya). Salah satu wilayah yang mengalami perkembangan dengan cepat adalah Wilayah Tegallega. Sesuai dengan yang tertuang dalam Rencana Induk Kota Bandung, Wilayah Tegallega diperuntukkan sebagai kawasan yang memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai Kawasan Perdagangan, Perkantoran, Permukiman dan Industri, karenanya perkembangan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut sangatlah dinamis.
Proses pembangunan yang terjadi di Wilayah Tegallega meliputi berbagai bidang, salah satunya adalah pembangunan di sektor industri. Pembangunan industri besar di Wilayah Tegallega sejak tahun 1970-an membawa dampak bagi wilayah tersebut yaitu menjadikan wilayah ini semakin terbuka. Kemunculan berbagai pabrik dan sentra industri membuka peluang kerja yang kemudian menarik para pendatang dari berbagai daerah.Selain berdirinya pabrik-pabrik besar, di Wilayah Tegallega juga berkembang sentra industri rumahan dengan berbagai produk yang dihasilkan.
Seiring dengan perkembangan industri, proses pembangunan di Wilayah Tegallega juga meliputi berbagai sektor lain yang menunjang semakin maju dan ramainya wilayah tersebut. Pembangunan sentra perdagangan, baik pasar maupun pertokoan dan pusat perbelanjaan semakin marak memasuki era 1990-an. Hal ini ditandai dengan dibukanya pasar induk terbesar di Kota Bandung yaitu Pasar Caringin, ditambah dengan munculnya berbagai pasar modern dan pasar khusus di
(40)
beberapa wilayah. Adapun pembangunan perumahan di Wilayah Tegallega juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Disamping bertujuan memenuhi kebutuhan akan rumah, pembangunan beberapa perumahan di beberapa daerah pinggiran kota dan perbatasan juga ditujukan untuk membuka wilayah tersebut sehingga bisa muncul pusat ekonomi baru di daerah tersebut dan membuka peluang usaha bagi masyarakat di wilayah yang dibangun tersebut.
Pembangunan yang tidak kalah pentingnya yaitu pembangunan infrastruktur dan terminal angkutan. Infrastruktur dan jaringan jalan yang baikdiperlukan untuk menunjang mobilitas dan lalu lintas masyarakat di daerah tersebut. Wilayah Tegallega memiliki infrastruktur yang sudah cukup baik dengan wilayah yang dilalui jalan arteri primer Kota Bandung dan dilintasi Jalan Tol Padaleunyi. Pembangunan terminal angkutan yaitu Terminal LeuwiPanjang juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembangunan dan perkembangan wilayah tersebut.
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengembangkan Wilayah Tegallega nampaknya hanya mengutamakan pembangunan yang bersifat fisik saja, seperti berdirinya berbagai bangunan baik yang diperuntukan sebagai pertokoan, kantor, pabrik maupun perumahan. Hal ini tidak sebanding dengan upaya pembangunan yang bersifat non fisik, pemerintah memang merencanakan beberapa upaya dalam rangka mempersiapkan mentalitas masyarakat dalam menghadapi perkembangan wilayahnya diantaranya dengan mengadakan pelatihan kerja guna mempersiapkan tenaga kerja terdidik dan terampil, maupun mengadakan kursus dan seminar-seminar. Akan tetapi upaya ini dirasakan kurang efektif bagi masyarakat di Wilayah Tegallega. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui program-program pemerintah tersebut, sehingga hanya beberapa golongan saja yang mengikuti program tersebut. Permasalahan ini menunjukan“ObsesiMembangun”pemerintah daerah hanya diutamakan dalam pembangunan fisik saja, sedangkan mental dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi permbangunan masih kurang
(1)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mansyur, C. (1978). Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional.
Marbun, BN. (1979). Kota Masa Depan : Masalah dan Prospek. Jakarta : Erlangga.
Margana. S & Nursam. M. (2010). Kota-kota di Jawa : Identitas, Gaya hidup dan
Permasalahan Sosial. Yogyakarta : Ombak.
Marzali, A. (2005). Antropologi dan Pembangunan. Jakarta : Prenada Media. Nas, P.J.M. (1979). Kota di Dunia Ketiga. Jakarta : Bhratara.
Nazsir, N. (2008). Sosiologi : Konsep dan Teori Sosiologi sebagai Ilmu Sosial. Bandung : Widya Padjadjaran.
Notosusanto, N. (1972). Tiga Kota. Jakarta : Balai Pustaka.
Panitia Hari Buku Nasional. (2008). Sekilas Bandung. Bandung : IKAPI Jawa Barat
Pemerintah Kabupaten DT II Bandung. (1997). Memperkenalkan Kabupaten
Bandung Pusat Parahiangan. Bandung : Pemerintah DT II Bandung.
Pontoh, NK. & Kustiwan, I. (2009). Perencanaan Perkotaan. Bandung: ITB. Proyek Pembinaan dan pelestarian kepurbakalaan Jawa Barat. (1989/1990).
Inventarisasi dan Dokumentasi Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Barat. Bandung : Proyek pembinaan dan pelestarian kepurbaklaan jawa
barat.
Rangga, B. (2011). Pembangunan Fisik dan Pembangunan Non Fisik. Surakarta : FKIP Universitas Sebelas Maret.
Rusli, S. (1983). Kepadatan Penduduk dan Peledakannya. Jakarta : Balai Pustaka. Rusli, S. (1996). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3S.
Sairin, S. (2002). Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia : Perspektif
Antropologi. Jakarta: Pustaka Pelajar
(2)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sajogyo, P. (1985). Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta kerja sama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Sajogyo, P. (1985). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Santoso, J. (2006). Menyiasati Kota tanpa Warga. Jakarta : KPG & Centropolis. Santoso, P. (1993). Birokrasi Pemerintahan Orde Baru : Perspektif Kultural dan
Struktural. Jakarta : Grafindo.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.
Soekanto, S (1983). Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial Jakarta : Ghalia Indonesia.
Soekanto, S (1997). Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta : Raja Grapindo Persada. Soemardjan, S. (1981). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Suharso, dkk. (1976). Rural-Urban Migration in Indonesia. Jakarta : Leknas LIPI Sumaatmadja, N. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumantri, L dkk (2009). Perkembangan Pemerintahan Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung dari Masa ke Masa. Bandung : Pemerintah Kabupaten
Dati II Bandung.
Sumardi, M & Evers, H. (1979). Urbanisasi : Masalah Kota Jakarta. Jakarta : Pusat Pembinaan Sumber Daya Manusia.
Sunarto. (1985). Penduduk Indonesia dalam Dinamika Migrasi 1971-1980. Yogyakarta: Dua Dimensi
Suradinata. E (1996). Ekologi Pemerintahan dalam Pembangunan. Bandung : Ramadan.
Susanto, A. (1979). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.
(3)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suwarsono & Alvin, Y.SO. (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta : LP3ES.
Todaro, M. P. (2000). Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga. Voskuil, R (1996). Bandung : Citra Sebuah Kota. Bandung : Departemen
Planologi ITB.
Sumber Dokumen :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kotamadya DT II Bandung. (1995).
Monografy Kotamadya Bandung 1995. Tidak diterbitkan.
Badan Pusat Statistik (1989). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1989. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (1991). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1991. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (1992). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1992. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (1994). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1994. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (1995). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1995. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (1996). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1996. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (1997). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 1997. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (2000). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 2000. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (2001). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 2001. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
(4)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Badan Pusat Statistik (2002). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 2002. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (2003). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 2003. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (2004). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 2004. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Badan Pusat Statistik (2005). Kotamadya Bandung dalam Angka tahun 2005. Bandung : BPS Kotamadya Bandung.
Bagian Pemerintahan. (1989). Sejarah Kota Bandung di Bidang Pemerintahan. Bandung : Kotamadya DT II Bandung.
Dinas Tata Kota Kotamadya DT II Bandung. (1980). Struktur Rencana Terperinci
Kota Kotamadya Bandung Tahun 1980. Tidak diterbitkan.
Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya Kotamadya Bandung. (2003). Rencana Detail
Tata Ruang Wilayah Kotamadya Bandung. Tidak diterbitkan.
Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya Kotamadya Bandung. (2005). Rencana Detail
Tata Ruang Wilayah Kotamadya Bandung. Tidak diterbitkan.
Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya Kotamadya Bandung. (2008). Rencana Detail
Tata Ruang Wilayah Kotamadya Bandung. Tidak diterbitkan.
Kantor Statistik Kotamadya Bandung. (_____). Statistik Kotamadya Bandung. Tidak diterbitkan
Pemerintah Kotamadya DT II Bandung. (1989). Pola Dasar Pembangunan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung. Tidak diterbitkan
Pemerintah Kotamadya DT II Bandung. (_____). Rencana Pembangunan Lima
Tahun Ke-Lima 1989/1990 – 1993/1994 : Buku 1 Kebijaksanaan
Pembangunan. Tidak diterbitkan
Pemerintah Kotamadya DT II Bandung. (1997). Rencana Pembangunan Lima
(5)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemerintah Kotamadya DT II Bandung. (1991). Rencana Umum Tata Ruang Kota
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung. Tidak diterbitkan.
Tim Penyusun Data / Bahan Penulisan Sejarah Pemerintahan Kotamadya DT II Bandung. (1990). Data Sejarah Perkembangan Pemerintah Kotamadya
DT II Bandung. Tidak diterbitkan.
Sumber Surat Kabar :
Budiharjo, E. “ Urbanisasi dan Permukiman Kumuh”. Majalah Cipta, 1987.
Kamal Alamsyah. “Mengupayakan Permukiman Yang Berkelanjutan”. Tajuk
Rencana. Harian Bandung Pos, 2 Agustus 1997.
_________.“Sampai Sekarang Belum Ada Keputusan Tuntas Dari Pusat, Pembangunan Bale Endah Dianggap Terlalu Cepat.”. Harian Pikiran Rakyat. Bandung, 29 April 1979.
____________. “Wilayah Kota Bandung Diperluas Sampai Bale Endah?”.
Pikiran Rakyat. Bandung, 13 Mei 1979.
____________.“ Meski Kepandaian Kaum Wanita Indonesia Maju Pesat, Tingkat
Pengangguran Lebih Tinggi Dari Pria” Harian Pikiran Rakyat. Bandung, 23 Desember 1979.
____________. “Pemda Segera Razia Para Pendatang. Harian Bandung Pos, 23
Agustus 1997.
Sukherman, M.R. “Tingkat Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawa Barat”. Tajuk
Rencana. Harian Bandung Pos, 1 Februari 2001.
Yayan Sofyan. “Lulusan PT dan Pasar Kerja. Tajuk Rencana. Harian Bandung
Pos, 30 Agustus 1997.
Sumber Skripsi :
Indriyani. (2011). Perkembangan Industri Kerajinan Boneka Kain di Kecamatan
(6)
Resti Gistiani, 2014
Perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tegallega Kota Bandung: kajian historis tahun 1987 – 2005
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lestari, A. S. (2012). Dampak Perkembangan Industri Tekstil terhadap
Perubahan Sosial dan Lingkungan Fisik Kecamatan Dayeuh Kolot : Suatu Kajian Historis tahun 1970-1997. Tidak Diterbitkan.
Octavia, K. (2011). Perkembangan Industri Rajutan Binong Jati di Kota Bandung
tahun 1975-2004 (Pendekatan Sosial Ekonomi. Tidak Diterbitkan.
Riyanto, T. P. (2010). Perkembangan Industri Konveksi di Desa Padasuka
Kabupaten Bandung tahun 1997-2005. Tidak Diterbitkan.
Widyanti, T. (2010). Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Kecamatan
Bandung Kulon : Suatu Kajian Tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Cigondewah Tahun 1989-2004. Tidak Diterbitkan.