PENGELOLAAN PELATIHAN TATA RIAS WAJAH DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BAGI PESERTA DIDIK DI SANGGAR JAIPONG GONDO ART PRODUCTION (GAP).

(1)

No. Daftar FIP : 009/S/PLS/I/2015

PENGELOLAAN PELATIHAN TATA RIAS WAJAH DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BAGI PESERTA DIDIK DI

SANGGAR JAIPONG GONDO ART PRODUCTION (GAP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi PAUD

Oleh : ASIH SUKAESIH

1107577

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

No. Daftar FIP : 009/S/PLS/I/2015

PENGELOLAAN PELATIHAN TATA RIAS WAJAH DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BAGI PESERTA DIDIK DI

SANGGAR JAIPONG GONDO ART PRODUCTION (GAP)

Oleh Asih Sukaesih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Asih Sukaesih

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

No. Daftar FIP : 009/S/PLS/I/2015

LEMBAR PENGESAHAN ASIH SUKAESIH

1107577

PENGELOLAAN PELATIHAN TATA RIAS WAJAH DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK DISANGGAR

JAIPONG GONDO ART PRODUCTION (GAP)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing 1

Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd Nip. 19540402 198011 2 001

Pembimbing II

Dr. Viena Rusmiati Hasanah, S.IP., M.Pd Nip. 19760814 200604 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Univesitas Pendidikan Indonesia

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd Nip. 19590826 198603 1 003


(4)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Asih Sukaesih (2015) Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Masalah dalampenelitian ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan tata rias wajah para peserta didik sanggar jaipong Gondo Art Production (GAP)dalam mengurangi pengeluaran baik dalam biaya maupun waktu karena intensitas pagelaran atau event dan pasanggiri yang sering diikuti oleh peserta sanggar,oleh karena itu penanganan tata rias wajah yang dilakukan selama ini sangat baik dalam mendukung kebutuhan para peserta didik sanggar. Adapun menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : (1) memperoleh data dan informasi mengenai langkah-langkah penyelenggaraan program pelatihan tata rias wajah di sanggar Gondo Art Production (GAP). (2) memperoleh data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat proses pelaksanaan pelatihan tata rias wajah di sanggar Gondo Art Production (GAP). (3) memperoleh data dan informasi mengenai hasil dari program pelatihan tata rias wajah di sanggar Gondo Art Production (GAP)dalam meningkatkan kemandirian anak.

Landasan teori dalam hal ini berhubungan dengan konsep : (1) konsep pendidikan luar sekolah. (2) konsep pelatihan. (3) konseptata rias wajah. (4) konsep kemandirian anak. Metode dalam penelitian ini dengan mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan subjek penelitian berjumlah tiga orang yang terdiri dari satu orang pengelola pelatihan dandua orang peserta pelatihan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) bagaimana pelaksanaan pelatihan tata rias wajah dimulai dengan tahap identifikasi. (2) apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pelatihan. (3) bagaimana hasil dari pelaksanaan program pelatihan dalam meningkatkan kemandirian.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa program pelatihan tata rias wajah pada peserta didik sanggar telah berhasil dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tata rias wajah khususnya meningkatkan kemandirian dalam hal pembiasaan. Rekomendasi agar semua pihak yang berkepentingan dapat melaksanakan segalaketentuan dan peraturan yang telah disepakati.


(5)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Asih Sukaesih (2015) the Management of Makeup Training in Independence Improvement for Students in Jaipong Studio Gondo Art Productions (GAP)

The problem in this research is the lack of knowledge and skills makeup of learners of jaipong studio Gondo Art Productions (GAP) in reducing expenditure both in cost and time because of the intensity of the performances or events and pasanggiri which are often followed by the learners or participants, therefore makeup treatment which had been done is very important in supporting the needs of learners studio. As the goal of this research are: (1) obtaining data and information on the implementation procedure of makeup training programs in studio Gondo Art Productions (GAP). (2) Obtaining data and information regarding the factors supporting and makeup training processes in studio Gondo Art Productions (GAP). (3) Obtaining data and information on the results of the makeup training program in the studio Gondo Art Productions (GAP) to increase the child's independence.

The basic theory in this case relates to the following concepts are: (1) the concept of school education. (2) the concept of training. (3) the concept of makeup. (4) the concept of the child's independence. The method of the study is qualitative approach with descriptive methods. Techniques of collecting dataare by using interviews, observation and documentation, the research subjects were three people consisting of one training manager and the others are trainees.

The results which are obtained from this study are: (1) how the implementation of makeup training which begins with the identification phase. (2) what are supporting and resistance factors in training implementation. (3) what are the results of the implementation of the training program in improving independence.

The conclusion from this study is the makeup training program for learners have been succeeded in improving the knowledge and skills of makeup, especially increasing independence in terms of habituation. Recommendation which can be taken is it is expected for all people who take parts can implement all provisions and regulations that have been agreed.


(6)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iv

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 9

C. Rumusan Masalah……….. 9

D. Tujuan Penelitian……… 10

E. Manfaat Penelitian……….. 10

F. Struktur Organisasi……… 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 12

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah………. 12

B. Konsep Pelatihan ……… 14

C. Konsep Tata rias wajah………..…. 30

D. Konsep Kemandirian Anak………...…. 35

BAB III METODE PENELTIAN……….……. 39

A. Lokasi dan Subjek Penelitian……… 39

B. Desain Penelitian……….. 40

C. Metode Penelitian……… 41

D. Definisi Operasional………. 44

E. Instrument Penelitian………. 46

F. Tehnik Pengumpulan Data………. 48

G. Triangulasi Data………. 50


(7)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 53

A. Hasil Penelitian..……….………..…... 53

B. Pembahasan ……… 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 77

A. KESIMPULAN……… 77

B. SARAN……… 78

DAFTAR PUSTAKA……… 79

DAFTAR LAMPIRAN………..…………..………… 82 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(8)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Jadwal Wawancara………. 49

Tabel 3.2 : Jadwal Observasi……… 50

Tabel 4.1 : Istilah dalam sanggar GAP………. 60


(9)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(10)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing 2. Lembar Bimbingan Skripsi

3. Kisi-Kisi Penelitian

4. Pedoman dan Hasil Wawancara 5. Pedoman dan Hasil Observasi 6. Jadwal wawancara

7. Jadwal Observasi

8. Surat Keterangan Penelitian 9. Dokumentasi Foto Penelitian


(11)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)


(12)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemandirian harus diperkenalkan kepada anak sedini mungkin, dengan kemandirian tersebut anak akan terhindar dari sifat ketergantungan pada orang lain dan yang terpenting adalah menumbuhkan keberanian dan motivasi pada anak untuk terus mengekspresikan pengetahuan-pengetahuan baru, untuk itu perlu kiranya kita memahami apa yang mempengaruhi kemandirian anak tersebut.

(sumber ; Ahmad Susanto ([email protected]))

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”

Pengertian kemandirian berasal dari kata dasar diri, mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah Self (Brammer dan

Shostrom, 1982) karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Kalau

menelusuri berbagai literature, sesungguhnya banyak sekali istilah berkenaan dengan diri. Sunaryo Kartadinata (1988) berhasil menginventarisasi sejumlah istilah yang dikemukakan para ahli yang makna dasarnya relevan dengan diri, anatara lain yaitu self determinism (Emil Durkheim), autonomous morality (Jean

Piaget), self-actualization (Abraham H. Moslow), Self-efficiacy (Albert Bandura).

(http://www.fipumj.net/artikel8f14e45fceea167a5a36dedd4bea2543-MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html )diakses tgl 09sept14

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan struktur baru yaitu struktur global. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan sumber daya yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam


(13)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

persaingan global yang selama ini kita abaikan, tidak dapat dipungkiri jika aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat terutama teknologi komunikasi dan transfortasi, menyebabkan isu-isu global tersebut menjadi semakin cepat menyebar dan menerpa pada berbagai tatanan baik tatanan politik ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.

Pencapaian tujuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan cenderung akan semakin ditentukan oleh penguasaan teknologi dan informasi, walaupun kualitas sumber daya manusia (SDM) masih tetap yang utama. Globalisasi juga menyentuh pada hal-hal yang mendasar pada kehidupan manusia, antara lain adalah masalah hak asasi manusia (HAM), melestarikan lingkungan hidup serta berbagai hal yang menjanjikan kemudahan hidup yang lebih nyaman, efisien dan keamanan pribadi yang menjangkau masa depan, karena didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak yang timbul diakibatkannya ikatan-ikatan tradisional yang kaku, atau dianggap tidak atau kurang logis dan membosankan. Akibat nyata yang timbul adalah timbulnya fenomena-fenomena paradoksal yang muaranya cenderung dapat menggeser paham kebangsaan/nasionalisme. Kualitas manusia ditentukan oleh ketangguhan budaya, sehingga pembangunan manusia pada dasarnya adalah pembangunan akhlak, watak dan perilaku budaya yang mendukung kemajuan bangsa. Untuk itu, peningkatan kualitas SDM sangat diperlukan dalam membangun bangsa termasuk pengembangan SDM di bidang kebudayaan.

(sumber : http://ratih102.wordpress.com/2013/05/02/pengaruh-sumber-daya-manusia-indonesia-dalam-bidang-pendidikan-terhadap-persaingan-global//

diakses09sept14

Pendidikan nasional merupakan sistem layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jejang dan jenis pendidikan. Satuan pendidikan non formal seperti tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, meliputi lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, PKBM dan Majelis ta’lim serta pendidkan sejenis.

Satuan pendidikan sejenis diantaranya terdiri dari panti penyuluhan, magang, bimbingan belajar, kepramukaan, pondok pesantren, padepokan dan sanggar.


(14)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan pendidikan nonformal adalah untuk Pertama, melayani warga negara belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sendiri mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Kedua, membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri. Ketiga, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan formal. Pendidikan juga menjadi bagian yang tak terpisahkan seperti pola kualitas hidup manusia akan berubah dari yang tidak baik menjadi lebih baik. Jalur pendidikan non formal berfungsi sebagai : pengganti, penambah, dan atau pelengkap. Pendidikan non formal yang langsung bersinggungan dengan masyarakat ada dalam bentuk kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, PKBM dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang merata, adil dan bermutu sebagai perwujudan dari salah satu tujuan Negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan diperlukan oleh setiap orang untuk meningkatkan peranannya dimasa yang akan datang dan untuk mengaktulisasikan dirinya di lingkungan masyarakat, serta memiliki kemampuan bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat.

Menurut sudjana (2010: 185) pengertian lebih umum kebutuhan pendidikan adalah jarak atau perbedaan perolehan tingkat pendidikan seseorang atau kelompok pada saat ini dengan tingkat pendidikan yang ingin dicapai oleh orang atau kelompok tersebut. Batasan tentang kebutuhan pendidikan mengandung dua implikasi. Pertama, bahwa sesorang yang merasakan dan menyatakan keinginan untuk memiliki atau menigkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan aspirasi


(15)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya dicapai melalui kegiatan belajar yang terencana dan disengaja. Kedua, bahwa kebutuhan pendidikan dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang merupakan eskpresi dari kebutuhan diri seseorang (individual need), kebutuhan lembaga (institutional need) atau kebutuhan masyarakat (community need); bahkan mungkin merupakan manifestasi ketiga macam kebutuhan tersebut. Kebutuhan perorangan, kebutuhan lembaga dan kebutuhan masyarakat dapat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

(Knowlees, 1977:85) dalam Sudjana (2010 : 184) kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh seseorang guna kemajuan kehidupan dirinya, lembaga yang ia masuki dan atau kemajuan masyarakat. Salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdasan jamak (multiple intelegensi) dan kecerdasan spiritual.

Salah satu satuan pendidikan luar sekolah adalah pelatihan, dimana pelatihan sebagai upaya pembekalan bagi individu, masyarakat atau sekelompok orang dalam kehidupannya, dimana tujuan pelatihan dimaksudkan agar setiap orang yang telah mengikuti proses pelatihan dan pelatihan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahliannya yang disyaratkan baik melalui bimbingan, maupun mandiri.

Dalam hal ini Moekijat (1993 : 2) menjelaskan tujuan umum pelatihan sebagai berikut :

(1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk

mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan

teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).

Manfaat pelatihan beberapa ahli mengemukakan pendapatnya Robinson dalam M. Saleh Marzuki (1992 : 28) mengemukakan manfaat pelatihan sebagai berikut :

(a) pelatihan sebagai alat untuk memperbaiki penampilan/kemampuan -individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performance organisasi .... ; (b) keterampilan tertentu diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan … (c) pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap terhadap pekerjaan,


(16)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap pimpinan atau karyawan .... ; dan (d) manfaat lain dari pada

pelatihan adalah memperbaiki standar keselamatan”.

Masih terkait dengan tujuan dan manfaat pelatihan Henry Simamora (1988:346) mengatakan tujuan-tujuan utama pelatihan, pada intinya dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang diantaranya memperbaiki kinerja. Sedangkan manfaat pelatihan diantaranya meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas (1988 : 349)

Dalam pelatihan pada prinsipnya ada kegiatan proses pembelajaran baik teori maupun praktek, bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan akademik, sosial dan pribadi di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta bermanfaat bagi karyawan (peserta pelatihan) dalam meningkatkan kinerja pada tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. (sumber :

http://agrihayati.blogspot.com/2010/01/tinjauan-teoritis-konsep-pelatihan.html) diakses tgl 09sept14

Pada konteks pendidikan luar sekolah, pelatihan disanggar Gondo Art Production (GAP) diciptakan agar peserta mampu mandiri dalam menata rias wajahnya sendiri. Kemandirian merupakan tolak ukur dalam setiap pelatihan ini, sehingga kurikulum program pembelajaran pendidikan luar sekolah menjadi dasar yang mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai kemandirian bagi warga belajarnya. Tanpa hal itu, setiap program pembelajaran pendidikan luar sekolah menjadi tidak bermakna dan sama saja dengan program pembelajaran pendidikan sekolah. Asumsi ini menjadi batasan khusus yang mampu membedakan mana program pendidikan luar sekolah dan mana pendidikan program sekolah, seperti diketahui pengembangan program pendidikan luar sekolah mengacu pada kemandirian sasaran peserta didik merupakan takaran khusus yang seringkali menjadi patokan dan prinsip dasarnya, maka program pendidikan luar sekolah nampak fleksibel, hal ini terlihat dari tujuan yang ingin dicapai selalu disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan yang berkembang tepat sasarannya.

Masalah umum yang dihadapi oleh para peserta didik ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang berkenaan dengan tata rias wajah khususnya tata rias wajah panggung, oleh karena itu sanggar ini diharapkan dapat


(17)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta didik sanggar dalam hal tata rias wajah. Sasaran pelatihan dari sanggar ini adalah para peserta didik sanggar usia 8 sampai 12 tahun.

Dengan bekal pelatihan diharapkan peserta didik sanggar mampu memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka. Dari uraian tersebut mengandung makna bahwa pendidikan pelatihan merupakan hal yang penting dalam pembangunan nasional bagi terciptanya sumber daya manusia yang unggul.

Sementara Megan Northrup, dalam Research Assistant dan disunting oleh Stephen F. Duncan, guru besar dari School of Family Life Birmingham Young University menjelaskan:

As children grow, they should be given more and more independence. At a young age children can select the clothes they wear, food they eat, places to sit, and other small decisions. Older children can have more of a say in choosing appropriate time to be at home, when and where to study, and which friends to associate with. The goal is to prepare children for the day they will leave their family and live without parental control

(www.foreverfamilies.net/xml/articles/teaching_children_self_regulation).

Kemandirian yang dikemukakan oleh Northrup tersebut di atas diartikan sebagai kemampuan seorang anak untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, berani memutuskan pilihannya, dan bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut.

Dengan mengacu kepada definisi tersebut, sedikitnya ada delapan unsur yang menyertai makna kemandirian bagi seorang anak, yaitu antara lain:

1. Kemampuan untuk menentukan pilihan; 2. Berani memutuskan atas pilihannya sendiri;

3. Bertanggungjawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya; 4. Percaya diri;

5. Mengarahkan diri; 6. Mengembangkan diri;

7. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya; 8. Berani mengambil resiko atas pilihannya.


(18)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Herman Holstein kemandirian adalah sikap mandiri yang inisiatifnya sendiri mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarsa tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat, pertanggungjawaban tanpa menggantungkan orang lain.

Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut. (sumber : http://www.fipumj.net/artikel8f14e45fceea167a5a36dedd4bea2543-MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html diakses tgl 09sept14

Sanggar (http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni) merupakan tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan. Sanggar seni adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau kriya, seni peran dll. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar), sebagai contoh apabila menghasilkan karya berupa benda (patung, lukisan, kerajinan tangan dll) maka proses akhir adalah pemasaran atau pameran, apabila karya seni yang dihasilkan bersifat seni pertunjukan (teater, tari, pantomim dll) maka proses akhir adalah pementasan.

Sanggar seni termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Sanggar seni biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan, mengenai tempat dan fasilitas belajar dalam sanggar tergantung dari kondisi masing-masing sanggar ada yang kondisinya sangat terbatas namun ada juga yang memiliki fasilitas lengkap, selain itu sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni sangat fleksibel, seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat, pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi dll, mengikuti peraturan masing-masing sanggar seni, sehingga antara sanggar seni satu dengan lainnya


(19)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki peraturan yang belum tentu sama. Karena didirikan secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan untuk penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah agar bisa setara dengan hasil pendidikan formal.

Dari deskripsi diatas dapat ditarik benang merah, bahwa peran seni pertunjukan, khususnya seni tari masih memiliki peran penting dalam hubungannya dengan nilai-nilai maupun norma-norma yang dianut dimasyarakat kita. Bahkan dalam era globalisasi ini pergeseran dan fungsi seni sebagai sebuah material dagang memberi kontribusi yang tidak sedikit bagi industri pertunjukan. Peran-peran dari para praktisi seni menimbulkan kompetisi dalam kreasi dan komoditi hiburan. Tak terelakan lagi bahwa kemajuan teknologi memberi warna tersendiri dalam hubungan seni sebagai media entertainment. Tumbuhnya industri hiburan dalam berbagai format seperti tv, radio, film, internet, dan lain-lain turut melahirkan para kreator yang potensial baik dari segi ekonomi maupun dunia kreatif pada umumnya.

Namun terlepas dari adanya daya dukung bagi perkembangan seni pertunjukan khusunya seni tari, pada jenis-jenis pertunjukan yang sifatnya tradisional lambat laun tidak diminati kalangan muda. Seni tradisional menurut pandangan mereka dinilai kolot atau kuno dan ketinggalan zaman. Masuknya gempuran budaya barat telah menggeser kebudayaan tradisional yang sebenarnya memiliki nilai historis dan estetis yang tinggi. Tentu saja dari fenomena ini melahirkan konflik-konflik nilai antara keduanya. Meski pada akhirnya pemahaman akan nilai-nilai tradisi kita akan berada pada setiap individu, namun peran para tokoh dalam masyarakat akan turut menentukan kemana arah dan nilai budaya kita. Selain seni tari yang diajarkan kepada peserta didik sanggar ini juga melayani pelatihan tata rias wajah bagi peserta didik untuk memberikan keilmuan tentang tata rias panggung yang selalu diutamakan dalam setiap pertunjukan atau pasangiri. “Klinik” Jaipong Gondo Art Production merupakan sebuah jawaban dari fenomena pergeseran nilai-nilai budaya lokal oleh nilai-nilai budaya barat. Klinik Jaipong Gondo Art Production (GAP) juga merupakan wadah kreatif dan eksplorasi untuk


(20)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan karya-karya yang inovatif dengan kekuatan nilai-nilai tradisi yang dimiliki khususnya seni tari jaipongan yang merupakan icon Jawa Barat yang dimiliki Indonesia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih

lanjut mengenai : “Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Bagi Peserta Didik

Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak di Sanggar Jaipong Gondo Art

Production (GAP)”.

B.Identifikasi Masalah

Kemandirian bagi peserta didik sanggar adalah hal yang penting disamping keberanian dalam setiap penampilan di panggung/pentas, akan tetapi tidak hanya keberanian yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik, kemandirian dalam hal anak dapat menata rias wajahnya sendiri adalah salah satu faktor pendukung dalam setiap pementasan. Oleh karena itu dari uraian diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Intensitas peserta didik dalam mengikuti perlombaan sangat banyak sehingga harus sering menggunakan jasa salon dalam menata rias wajahnya walaupun harus menggeluarkan biaya yang cukup mahal.

2. Dalam setiap pementasan para peserta didik harus meluangkan waktu untuk menata rias wajahnya pada saat ke salon dengan menunggu giliran.

3. Para peserta sanggar masih belum memiliki keahlian dalam tata rias wajah panggung.

4. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peserta didik lebih suka ketika pelaksanaan praktek tata rias wajah dari pada materinya.

5. Tingkat usia dari para peserta didik yang bervariasi dari usia 7 tahun sampai 12 tahun.

6. Adanya motivasi yang besar dari para peserta didik dan orang tua untuk melakukan pelatihan karena akan mengurangi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.


(21)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Bagi Peserta Didik Dalam Meningkatkan kemandirian Anak di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP).

Untuk memperjelas rumusan tersebut maka disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana langkah-langkah penyelenggaraan program pelatihan tatarias wajah yang dilaksanakan di sanggar Gondo Art Production (GAP) ?

2. Apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan tatarias wajah yang dilaksanakan di sanggar Gondo Art Production (GAP) ?

3. Bagaimana hasil dari pelaksanaan program pelatihan tatarias wajah yang dilaksanakan disanggar Gondo Art Production (GAP) dalam meningkatkan kemandirian peserta didik ?

D.Tujuan Penelitian

Berasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui langkah-langkah penyelenggaraan program pelatihan tatarias wajah yang dilaksanakan di sanggar Gondo Art Production (GAP).

2. Mengetahui yang menjadi faktor pendorong dan penghambat proses pelaksanaan program pelatihan tatarias wajah yang dilaksanakan disanggar Gondo Art Production (GAP).

3. Mengetahui hasil dari pelaksanaan program pelatihan tatarias wajah yang dilaksanakan di sanggar Gondo Art Production (GAP) dalam meningkatkan kemandirian peserta didik.

E.Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang penting dan menambah informasi pada pengembangan keilmuan, khususnya


(22)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada pihak-pihak yang ada kaitannya dengan masalah pendidikan Nonformal terutama sanggar dalam pengelolaan program pelatihan dalam meningkatkan kemandirian. Sehingga mengerti, paham dan dapat dijadikan rujukan untuk penegembangan kemandirian pada masa yang akan datang.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapakan sebagai bahan untuk pengembangan lebih lanjut tentang pengelolaan pelatihan yang dilaksanakan oleh sanggar Gondo Art Production (GAP) untuk memperkaya metode pengelolaan program guna meningkatkan kemandirian peserta didik sanggar.

F. Struktur Organisasi

Merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI (2013, hlm 20) bahwa struktur organisasi skripsi yaitu:

BAB I Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional serta Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, yang didalamnya membahas beberapa Teori- teori yang akan digunakan guna membahas masalah yang ditemukan dilapangan

BAB III Metode Penelitian, berisi tentang uraian aspek-aspek yang berkaitan dengan cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian serta cara menganalisis data.

BAB IV Pembahasan, menguraikan tentang temuan data yang ditemukan dilapangan serta deskripsi dari rumusan permasalahan yang diambil.

BAB V Kesimpulan dan Saran, yang merupakan bab penutup menguraikan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan serta rekomendasi.


(23)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jl. Martanegara (Laswi) No. 04 Kota Bandung, dengan fokus penelitian pada sanggar Gondo Art Production (GAP). Pertimbangan mengenai dipilihnya lokasi penelitian ini yaitu dengan melakukan penelitian di lokasi ini penulis dapat memperoleh data yang lengkap, akurat dan memadai sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang obyektif dan berkaitan dengan obyek penelitian.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan salah satu komponen utama yang mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dalam subjek penelitian terhadap variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti.

Subjek dalam penelitian ini diambil secara purposive (sampel bertujuan). Menurut Margono (2004:128) disebutkan bahwa pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit subjek yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Subjek dalam penelitian ini ditekankan pada informan yang dapat memberikan informasi tentang bagaimana meningkatkan mutu pendidikan keterampilan melalui pembelajaran efektif dan upaya-upaya apa saja dilakukan oleh tutor, pengelola dalam meningkatkan kemandirian peserta didik.

Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah sumber informasi yaitu pengelola Gondo Art Production (GAP) sebagai informan kunci dan penyelenggara, dua orang peserta didik yang berperan dalam pembelajaran anak di sanggar Gondo Art Production (GAP).

Dari tiga orang sumber data ini diharapkan akan diperoleh informasi berkenaan dengan tujuan penelitian mengenai peningkatan kemandirian anak. Mengingat


(24)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber data dipandang oleh penulis memiliki kedudukan yang sama dalam penelitian ini, antara satu dengan yang lainnya saling melengkapi dalam upaya pemberian data atau informasi yang dibutuhkan.

A.Desain Penelitian

Desain penelitian yang dimaksud adalah aktivitas penulis secara berurut dari awal sampai akhir penelitian yang nantinya akan memberikan gambaran penelitian tentang keseluruhan dari perencanaan, pelaksanaan, penulisan data, analisis dan penafsiran data samapai dengan pelaporan. Secara umum penelitian yang dilakukan dalam penelitian ada empat tahap sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2007, hlm 127) pelaporan :

1. Tahap Pralapangan

Pada kegiatan pertama penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di Jl. Martanegara No. 4 Kota Bandung. Hal ini dilakukan supaya peneliti sendiri mendapatkan pandangan awal tentang pokok permasalahan yang ada di lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian. Pada tahapan ini peneliti melakukan perizinan kepada pihak yang terkait, mulai dari sanggar Gondo Art Production (GAP) diawali dan pengelola program dengan menjelaskan tujuan dilakukan penelitian ini. Selanjutnya melakukan wawancara awal terhadap pihak lembaga dan pengelola program. Pada tahap ini juga penulis menganalisis apakah fokus permasalahan yang akan dikaji.

2. Tahap Rancangan dan Pelaksanaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti akan mempertimbangkan fokus kajian serta metode dan pendekatan pada pemilihan narasumber. Apa yang akan di lakukan dalam penelitian serta siapa saja yang akan menjadi subjek penelitian dan siapa saja yang akan menjadi narasumber dalam penelitian ini. Setelah rancangan penelitian dibuat maka pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti menyusun instrumen penelitian, mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, mengadakan penyimpulan hasil temuan penelitian di lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Data yang telah diperoleh baik data primer dan data sekunder diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah diterapkan sehingga


(25)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang simpulan atau hasil penelitian yang dicapai. Kemudian disajikan secara deskriptif, yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini guna memberikan pemahaman yang jelas dan terarah yang diperoleh dari hasil penelitian nantinya. Model analisis yang dipakai adalah teknik analisa deskriptif karena sasaran penelitiaan ini adalah fenomena yang terus berlangsung. Kegiatan analisis data dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan, tahapan kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul. Tahap ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun dibuat sesuai dengan outline yang berlaku di lingkungan Universitas.

B.Metode Penelitian

Metode Penelitian menurut Surakhmad (1998;131) merupakan cara yang utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan tehnik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan. Kerena, pengertian metode penyelidikan adalah pengejaan yang luas, yang biasannya perlu dijelaskan lebih eksplisit didalam setiap penyelidikan”. Surakhmad (1998;131). Penelitian adalah suatu sebutan yang diberikan kepada suatu prosedur umum untuk


(26)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyelidiki dan mempelajari suatu masalah.dengan tujuan untuk mendapatkan fakta dan prinsip.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Subjek pada penelitian ini terdiri dari satu orang penyelenggara/pengelola, satu orang instruktur/tutor, dan dua orang peserta didik.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2009) adalah sebagai berikut : “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Sedangkan menurut Moh. Nazir (2003) “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlagsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gamabaran secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki tehnik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu penelitian yang dilakukan, jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi kasus.

Metode studi kasus (Case Study) bertujuan mengembangkan pengetahuan secara mendalam mengenai objek yang bersangkutan seperti yang dikemukakan oleh Breg (1984:38) sebagai berikut :

“Data yang dikumpulkan dalam rangka “studi kasus” dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, tujuannya adalah mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan”.


(27)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode studi kasus (Case Study) digunakan dalam bidang penelitian sosial dan dikumpulkan dan dipelajari yang menggambarkan suatu fase atau keseluruhan proses kehidupan menjadi sebuah kesatuan dari beraneka ragaman hubungan dalam rangka kulturnya, dalam penelitian naturalisasi, pendekatan yang digunakan ditekankan bersifat alamiah, spontan, wajar daya (data yang dapat sesuai dengan data yang didapatkan dilapangan) yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan terjun kelapangan yang akan diteliti sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, yaitu memperoleh gambaran berdasarkan data-data empirik tentang permasalahan yang terjadi di lapangan, maka dari itu dalam penelitian tidaklah menggunakan perhitungan angka/statistik.

Menurut Surakhman (1990:143) metode studi kasus adalah “studi kasus memusatkan perhatian kepada suatu kasus secara intensif dan mendetail”. Dengan demikian melalui studi kasus, peneliti secara langsung dapat memahami dan mengungkap unsur-unsur kehidupan dan keberadaan subjek penelitian.

Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic (naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif.

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.


(28)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti itu sendiri (humane instrument). Untuk dapat menjadi instrumen maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Definisi lain tentang penelitian kualitatif yaitu Bogdan dan Taylor dalam Rochayat Harun (2007:15) yaitu “metode kualitatif sebgai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertlis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara hiistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengalokasikan individu atau organisasi kedalam variable atau hipotesis. Tetapi, perlu memandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. (http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/)

Metode penelitian yang dilakukan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif karena penulis ingin mendeskripsikan “Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Bagi Peserta Didik dalam meningkatkan kemandirian di sanngar Gondho Art Production (GAP).

C. Definisi operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-stilah dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Pengelolan Pelatihan

Menurut Edwin Flippo dalam Kamil (2010, hlm 6) Goldstein dan Gressner mengemukakan bahwa pelatihan merupakan usaha sistematis untuk menguasai keterampilan peraturan, konsep ataupun cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan kinerja. Dengan demikian jelas bahwa pelatihan merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan perubahan sikap individu guna meningkatkan taraf kehidupannya.

Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas


(29)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. (Rosalia, 2005:2). Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktifitas yang bagaimana yang dilakukan disanggar Gondo Art production (GAP) ini sehingga dapat meningkatkan kemandirian pada anak. (sumber : http://tugasskuu.blogspot.com/2014/02/smt-3-konsep-dasar-pengelolaan.html)

b. Tata rias wajah

Tata rias wajah panggung adalah riasan wajah yang dipakai untuk kesempatan pementasan atau pertunjukan di atas panggung sesuai tujuan pertunjukan tersebut. Rias wajah panggung merupakan rias wajah dengan penekanan efek-efek tertentu seperti pada mata, hidung, bibir, dan alis supaya perhatian secara khusus tertuju pada wajah. Rias wajah ini untuk dilihat dari jarak jauh di bawah sinar lampu yang terang (spot light), maka kosmetika yang diaplikasikan cukup tebal dan mengkilat, dengan garis-garis wajah yang nyata, dan menimbulkan kontras yang menarik perhatian.

Pelatihan tata rias wajah merupakan suatu kegiatan untuk merubah penampilan atau mempercantik wajah yang pada umumnya dilakukan oleh wanita walaupun sebenarnya ada tata rias wajah atau make up untuk pria yang umumnya di pakai di dunia modeling, fotography dan untuk kepentingan dunia entertainment. Tata rias rambut adalah meliputi pekerjaan dengan rambut yang hidup dan tumbuh serta terdiri atas: membersihkan, memangkas, mengeriting, memberi dan menghilangkan warna, menata dan memelihara rambut. (sumber :

http://tugasskuu.blogspot.com/2014/02/smt-3-konsep-dasar-pengelolaan.html)


(30)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Bacharuddin Mustafa (2008: 75) kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekwensi yang menyertainya. Kemandirian pada anak-anak mewujud ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan konsekwensi-konsekwensi tertentu yang lebih serius. Selanjutnya Bacharuddin (2008: 75) menjelaskan bahwa tumbuhnya kemandirian pada anak-anak bersamaan dengan munculnya rasa takut (kekuatiran) dalam berbagai bentuk dan intensitasnya yang berbeda-beda. Rasa takut dalam takarannya yang wajar dapat berfungsi sebagai ‘emosi perlindungan’ (protective emotion) bagi anak-anak, yang memungkinkannya mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan kepada orang dewasa atau orang tuanya.

Sedangkan menurut Syamsu Yusuf (2008: 130) kemandirian merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy personality). Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya. (sumber http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/04/22/resume-perkembangan-konsep-diri-dan-kemandirian-remaja/

d. Sanggar

Sanggar (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni) adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau kriya, seni peran dll. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar), sebagai contoh apabila menghasilkan karya berupa benda (patung, lukisan, kerajinan tangan dll) maka proses akhir adalah pemasaran atau pameran,apabila karya seni yang dihasilkan bersifat seni pertunjukan (teater, tari, pantomim dll) maka proses akhir adalah pementasan. Yang dimaksud disini adalah bahwa Klinik Gondo Art Production


(31)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(GAP) ini merupakan salah satu sanggar yang melaksanakan pelatihan tata rias wajah.

E. Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara yang digunakan sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data. Disamping itu penelitian kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang ada di tempat penelitian. Hal ini dilakukan karena jasa menggunakan alat bukan manusia, maka akan sangat tidak mungkin jika mengadakan penyesuain terhadap situasi yang berubah-ubah dilapangan tempat penelitian.

Dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri merupakan pengumpulan data utama yang terjun kelokasi penelitian untuk mengumpulkan data dan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan dapat memahami dan menyesuaikan keadaan yang terjadi pada waktu penelitian, maka data yang didapatkan oleh peneliti dapat diperoleh secara akurat. Berikut adalah instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara yang digunakan sebagai tehnik pengumpulan data karena peneliti ingin mengetahui hal-hal dari subjek penelitian lebih mendalam. Sudjana (2008:194) mengemukakan bahwa “Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).” Tujuan wawancara adalah unuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia yaitu hal-hal yang tidak diketahui melalui observasi.Dilihat dari pelaksaannya, wawancara dibedakan atas :

1) Interviu bebas, dimana pewawancara menanyakan apa saja tetapi merujuk pada data apa yang akan dikumpulkan.

2) Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dlam interviu terstruktur


(32)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Interviu bebas terpimpin, gabungan antara interviu babas dan onterviu terpimpin. Dalam pelaksanaannya pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan

Secara sederhana bahwa wawancara adalah sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan Tanya jawab antar pencari informasi dan sumber informasi. Penulis menggunakan teknik wawancara sebagai alat pengumpulan data yang tidak biasa diketahui hanya melalui observasi saja. Untuk mempermudah penulis dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan instrument/alat pengumpul data berupa pedoman wawancara.

b. Observasi

Teknik penumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang atau tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, tetapi juga melakukan observasi terstruktur dan sumber data untuk mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Pengumpulan data melalui observasi, data dikumpulkan lebih objektif sesuai dengan setting yang sesungguhnya, yaitu data dan informasi yang dibutuhkan yang berkenaan dengan tujuan penelitian. Menurut Arikunto (2004, hlm 156) observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra, baik menggunakan indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah-masalah penelitian yang berkenan dengan penggunaan instrument sebagai alat pengumpul data yang akan digunakan kerena bertujuan untuk mendapatkan data. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada satu orang pengelola dan dua orang peserta didik dengan tujuan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana pengelolaan pelatihan tatarias wajah dalam meningkatkan


(33)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemandirian anak disanggar Gondo Art Production (GAP). Adapun jadwal wawancara yang dilakukan peneliti sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Wawancara

N O

Tanggal /waktu Wawancara

Subjek Tempat Aspek yang diwawancara

1 15 Desember 2014 20.00-21.00

Pengelola Sanggar GAP Kondisi Lingkungan Sanggar

2 21 Desmber 2014 20.00-21.00

Pelatih Sanggar GAP Perencanaan pelatihan

3 23 Desember 2014 20-00-21.00

Peserta Sanggar

Jl. Bbk Andir Keadaan peserta didik

4 28 Desember 2014 21.00-22.00

Peserta Sanggar

Sanggar GAP Kesiapan menerima materi

5 03 Januari 2014 20.00-21.00

Pengelola Sanggar GAP Faktor pendorong dan penghambat dan hasil pelatihan

Sumber : wawancara disanggar GAP

Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan wawancara dengan pengelola pelatihan dan dua orang peserta didik yang dijadikan responden untuk mendapatkan data dan informasi dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan tatap muka yang bertempat diruang pelaksanaan pelatihan dan tempat peserta didik melaksanakan private dan dilaksnakan pada saat berlatih dan dikantin sanggar.

Alat yang digunakan pada saat melakukan wawancara dengan alat tulis dan pedoman wawancara/ draf wawancara, kemudian peneliti memahami dan dijadikan bahan oleh peneliti. Lamanya wawancara disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dari peneliti.

1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipasif yaitu bentuk observasi khusus dimana peneliti hanya mengamatti saja hanya berpartisipasi dalam peristiwa yang diteliti. Hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah


(34)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mempermudah penulis dalam melakukan observasi, penulis menggunakan instrumen atau alat pengumpulan data berupa pedoman observasi.

Adapun pelaksanaan peneliti mengobservasi dilapangan dilaksanakan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Observasi

N O

Tanggal /waktu Wawancara

Subjek Tempat Aspek yang diwawancara

1 15 Desember 2014 21.00-22.00

Pengelola Sanggar GAP Kondisi Lingkungan Sanggar

2 21 Desmber 2014 21.00-22.00

Pelatih Sanggar GAP Perencanaan pelatihan

3 23 Desember 2014 16.00-19.00

Peserta Sanggar

Jl. Bbk Andir Keadaan peserta didik

4 28 Desember 2014 20.00-21.00

Peserta Sanggar

Sanggar GAP Kesiapan menerima materi

5 03 Januari 2014 20.00-21.00

Pengelola Sanggar GAP Faktor pendorong dan penghambat dan hasil pelatihan

Sumber : Observasi disanggar GAP

Observasi yang dilakukan peneliti dengan datang langsung ke sanggar Gondo Art Production (GAP) selama dua minggu dalam setiap pertemuan disanggar. Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pelatihan, adapun alat yang digunakan dengan pedoman observasi dan dokumentasi.

2. Study Dokumentasi

Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, dengan menggunakan rekaman dan foto. Dimana tujuan penggunaan studi dokumentasi ini adalah untuk memperoleh data tertulis yang diperlukan untuk melengkapi data penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan pelatihan tata rias ajah dalam meningkatkan kemandirian.

G. Triangulasi Data

Sugiyono (2013, hlm 83) dalam cendani (2014:56) mengungkapkan, pada teknik pengumpulan data, triangulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan


(35)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Penelitian penggunakan teknik triangulasi data, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif dan teknik wawancara dengan beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari satu subjek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian yang lainnya yaitu membandingkan hasil wawancara, dokumentasi dan obervasi pengelola penyelenggara program, dan warga belajar dari program pelatihan keterampilan tatarias wajah dalam meningkatkan kemandirian.

H. Analisis Data

Analisa adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna pada anlisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpreasi menggambarkan perpektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Analisa data kualitatif menurut Sugiyono (2013, hlm 88) adalah sebagai berikut :

“Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm 92-93) adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri atas catatan deskripsi yang merupakan catatan apa yang dilihat, diamati, disaksikan, didengar sendiri oleh penulis. Pengumpulan data ini menyangkut semua hal yang berhubungan dengan pengelolaan pelatihan tata rias


(36)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wajah bagi peserta didik dalam meningatkan kemandirian anak disanggar Gondo Art Production (GAP)

Dalam pengumpulan data mengenai gambaran peningkatan mutu kemandirian, alat pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan alat berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi di sanggar Gondo Art Production (GAP) oleh peneliti. Hal ini dilakukan peneliti agar peneliti mengetahui lebih pasti mengenai kesesuaian data yang akurat dalam penelitian.

2. Reduksi Data

Reduksi data artinya: pemusatan perhatian, penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Proses reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung khususnya menyangkut hal-hal yang berkaitan langsung dengan tujuan penelitian, sehingga laporan tersebut lebih terfokus dan sistematis.

3. Penyajian Data

Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk tes naratif dari catatan lapangan. Agar peneliti tidak tergelincir dalam pengambilan keputusan yang memihak dan tidak mendasar, maka peneliti akan mengadakan koding data dan klarifikasi data serta memberikan penggolongan-penggolongan kembali sesuai dengan fokus masalah berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan.

Penyajian data merupakan tahapan yang dimaksud untuk memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya, kemudian menganalisis kembali atau mengambil tindakan yang dianggap perlu. Penyajian data ini semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam hal apa yang sedang terjadi dan menentukan langkah, apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah melakukan analisis lebih lanjut.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus semenjak kegiatan penelitian ini dimulai. Dalam penarikan kesimpulan dan verifikasi dicari arti komponen-komponen yang disajikan,


(37)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keteraturan, penjelasan, konfigurasi yang mungkin ada sebab akibat dan proposisi dalam penelitian.


(38)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada proses pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyelengaraan program pelatihan tata rias wajah di sanggar Gondo Art Production (GAP).

Pelaksanaan pelatihan tatarias wajah dalam meingkatkan kemandirian anak dilakukan dengan baik, hal ini dilihat dari langkah-langkah perencanaan pelatihan dengan melakukan identifikasi kebutuhan oleh fasilitator dan penyelenggara. Selain itu program pelatihan ini merupakan salah satu program dari sanggar Gondo Art Production (GAP) sejak sanggar ini berdiri. Hasil identifikasi kebutuhan tersebut diintegrasikan dengan kurikulum dan kemampuan potensi yang ada pada fasilitator. Dalam pemberian materi ini bahasa dan kebiasaan disesuaikan dengan peserta didik yang berusia anak-anak (7-12 tahun) sehingga peserta pelatihan dapat mudah memahami maksud dari pembelajaran. Adapun waktu pelaksanaan ditentukan oleh penyelenggara. Evaluasi dilakukan dengan tes tulis dan praktek. Tujuan dari para peserta sanggar untuk mengikuti pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta rasa ingin tahu tentang cara merias wajah dengan baik.

2. Faktor yang mendorong dan mengahambat proses pelaksanaan pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian bagi peserta didik disanggar Gondo Art Production (GAP)

Faktor pendukung dalam pelatihan ini adalah antusias orang tua dalam mengikutsertakan anaknya dalam megikuti program pelatihan ini, Sarana dan prasrana yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran cukup mendukung mulai dari bahan/alat tata rias wajah sebagai bahan praktek yang utama. Tempat pembelajaran dalam hal ini adalah sanggar itu sendiri dimana para peserta pelatihan belajar menari sehingga ruangan yang cukup luas dan besar peserta dapat melakukan aktifitas pembelajaran dengan maksimal baik dalam pemberian


(39)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi, diskusi ataupun praktek. Dan yang menjadi faktor penghambat dalam pelatihan ini dengan padatnya kegiatan pengelola sehingga terkadang pelaksaaan menjadi tidak sesuai dengan jadwal.

3. Hasil dari pelaksanaan program pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian bagi peserta didik sanggar Gondo Art Production (GAP)

Hasil pelaksanaan pelatihan yang dilakukan, dapat dilihat dengan adanya perubahan aspek afektif, kognitif dan psikomotor pada peserta pelatihan. Aspek afektif dengan adanya perubahan pada peserta dengan tumbuhnya rasa percaya diri dan tanggung jawab sehingga mampu mengembangkan dan berbagi keterempilan yang sudah dimilikinya. Pada aspek kognitif terlihat dari meningkatnya pengetahuan umum dan keterampilan. Sedangkan pada asfek psikomotor dengan adanya peningkatan keterampilan yang pada awalnya tidak bisa merias wajah sehingga menjadi bisa dengan melakukan sendiri.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan penelitian mengenai pelaksanaan pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian anak disanggar Gondo Art Production (GAP), penulis ingin menyampaikan saran guna perbaikan selanjutnya. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah :

1. Kepada pengelola sanggar Gondo Art Production (GAP), pelatihan tata rias wajah ini hendaknya tidak terhenti walaupun banyak rencana atau kegiatan yang dilakukan oleh pengelola karena pelatihan ini sangat diperlukan sekali oleh peserta didik sanggar, guna meningkatkan keterampilan dan kemandirian peserta sanggar.

2. Kepada Kadisbudpar, hendaknya lebih memperhatikan lembaga-lembaga yang aktif dalam melaksanakan program-program kerjanya sehingga dapat berkesinambungan.

3. Untuk peserta didik/pelatihan, diharapkan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelatihan karena pelatihan ini sangat bermanfaat bagi masa yang akan datang.


(40)

81

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

(2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Lwin, Khoo, Lyen, Sim. (2010:167). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen

Kecerdasan, Jakarta: Indeks

Panduan/profil Klinik Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Program Kerja Klinik Jaipong Gondo Art Prduction (GAP)

Sudjana. (2000). Manajemen Program Pendidikan. Bandung. Falah Production (2001).Metode dan Pembelajaran Partisipatif. Bandung. Falah

Production

(2007). Sistem dan manajemen Pelatihan. Bandung. Falah Production (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung. Rosda

Karya

(2010). Pendidikan Nonformal. Bandung. Falah Production

Sadulloh, U dkk. (2010). Pedagogik. Bandung. Alfabeta

Sugandhi dan Yusuf S. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian PendidikanPendekatanKuantitatif,Kualitatif. Bandung. Alfabeta

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Tidak Diterbitkan

Sumber Skripsi :

Cendani. (2014). Dampak Program Pelatihan Salon Dan kecantikan Korban

Humman trafficking di P2TP2A Istri Binangkit Kab Cianjur.Bandung :

Skripsi Program Studi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakutas Ilmu Pendidikan UPI. Tidak Diterbitkan


(41)

81

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lidianingsih. (2009). Pengelolaan Pelatihan Pada Sekolah Lapang Pengendalian

Hama Terpadu Tanaman Hias Garbera. Bandung : Skripisi Program Studi

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Tidak Diterbitkan.

Supriatin, Dian. (2013). Pengelolaan Program Pendidikan Karakter Dengan Pola

Kemitraan Dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini.

Bandung : Skripsi Program Studi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Tidak Diterbitkan.

Sumber Undang-Undang :

Permendiknas No 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Undang-Undng RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sumber dari Internet :

http://agrihayati.blogspot.com/2010/01/tinjauan-teoritis-konsep-pelatihan.html

https://adi2012.wordpress.com/2013/09/21/pengetahuan-dasar-tata-rias-untuk ketrampilan-guru-guru-seni-tari/

http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/04/22/resume-perkembangan-konsep diri-dan-kemandirian-remaja/

http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/

http://bukanmilikandini.blogspot.com/2012/11/konsep-dasar-pedagogik.html

http://coretanpenasihijau.blogspot.com/2013/09/tugas-kuliah-makalah kemandirian-dalam.html

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-orang-tua.html

http://hasnapati.blogspot.com/2013/01/jdjfjffjkflflrfltjlgtjgtkjg.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni

http://ratih102.wordpress.com/2013/05/02/pengaruh-sumber-daya manusia-indonesia-dalam-bidang-pendidikan-terhadap-persaingan-global/


(1)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keteraturan, penjelasan, konfigurasi yang mungkin ada sebab akibat dan proposisi dalam penelitian.


(2)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada proses pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyelengaraan program pelatihan tata rias wajah di sanggar Gondo Art Production (GAP).

Pelaksanaan pelatihan tatarias wajah dalam meingkatkan kemandirian anak dilakukan dengan baik, hal ini dilihat dari langkah-langkah perencanaan pelatihan dengan melakukan identifikasi kebutuhan oleh fasilitator dan penyelenggara. Selain itu program pelatihan ini merupakan salah satu program dari sanggar Gondo Art Production (GAP) sejak sanggar ini berdiri. Hasil identifikasi kebutuhan tersebut diintegrasikan dengan kurikulum dan kemampuan potensi yang ada pada fasilitator. Dalam pemberian materi ini bahasa dan kebiasaan disesuaikan dengan peserta didik yang berusia anak-anak (7-12 tahun) sehingga peserta pelatihan dapat mudah memahami maksud dari pembelajaran. Adapun waktu pelaksanaan ditentukan oleh penyelenggara. Evaluasi dilakukan dengan tes tulis dan praktek. Tujuan dari para peserta sanggar untuk mengikuti pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta rasa ingin tahu tentang cara merias wajah dengan baik.

2. Faktor yang mendorong dan mengahambat proses pelaksanaan pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian bagi peserta didik disanggar Gondo Art Production (GAP)

Faktor pendukung dalam pelatihan ini adalah antusias orang tua dalam mengikutsertakan anaknya dalam megikuti program pelatihan ini, Sarana dan prasrana yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran cukup mendukung mulai dari bahan/alat tata rias wajah sebagai bahan praktek yang utama. Tempat pembelajaran dalam hal ini adalah sanggar itu sendiri dimana para peserta pelatihan belajar menari sehingga ruangan yang cukup luas dan besar peserta dapat melakukan aktifitas pembelajaran dengan maksimal baik dalam pemberian


(3)

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi, diskusi ataupun praktek. Dan yang menjadi faktor penghambat dalam pelatihan ini dengan padatnya kegiatan pengelola sehingga terkadang pelaksaaan menjadi tidak sesuai dengan jadwal.

3. Hasil dari pelaksanaan program pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian bagi peserta didik sanggar Gondo Art Production (GAP)

Hasil pelaksanaan pelatihan yang dilakukan, dapat dilihat dengan adanya perubahan aspek afektif, kognitif dan psikomotor pada peserta pelatihan. Aspek afektif dengan adanya perubahan pada peserta dengan tumbuhnya rasa percaya diri dan tanggung jawab sehingga mampu mengembangkan dan berbagi keterempilan yang sudah dimilikinya. Pada aspek kognitif terlihat dari meningkatnya pengetahuan umum dan keterampilan. Sedangkan pada asfek psikomotor dengan adanya peningkatan keterampilan yang pada awalnya tidak bisa merias wajah sehingga menjadi bisa dengan melakukan sendiri.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan penelitian mengenai pelaksanaan pelatihan tata rias wajah dalam meningkatkan kemandirian anak disanggar Gondo Art Production (GAP), penulis ingin menyampaikan saran guna perbaikan selanjutnya. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah :

1. Kepada pengelola sanggar Gondo Art Production (GAP), pelatihan tata rias wajah ini hendaknya tidak terhenti walaupun banyak rencana atau kegiatan yang dilakukan oleh pengelola karena pelatihan ini sangat diperlukan sekali oleh peserta didik sanggar, guna meningkatkan keterampilan dan kemandirian peserta sanggar.

2. Kepada Kadisbudpar, hendaknya lebih memperhatikan lembaga-lembaga yang aktif dalam melaksanakan program-program kerjanya sehingga dapat berkesinambungan.

3. Untuk peserta didik/pelatihan, diharapkan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelatihan karena pelatihan ini sangat bermanfaat bagi masa yang akan datang.


(4)

81

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

(2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Lwin, Khoo, Lyen, Sim. (2010:167). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Jakarta: Indeks

Panduan/profil Klinik Jaipong Gondo Art Production (GAP) Program Kerja Klinik Jaipong Gondo Art Prduction (GAP)

Sudjana. (2000). Manajemen Program Pendidikan. Bandung. Falah Production (2001).Metode dan Pembelajaran Partisipatif. Bandung. Falah

Production

(2007). Sistem dan manajemen Pelatihan. Bandung. Falah Production (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung. Rosda

Karya

(2010). Pendidikan Nonformal. Bandung. Falah Production Sadulloh, U dkk. (2010). Pedagogik. Bandung. Alfabeta

Sugandhi dan Yusuf S. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian PendidikanPendekatanKuantitatif,Kualitatif. Bandung. Alfabeta

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Tidak Diterbitkan

Sumber Skripsi :

Cendani. (2014). Dampak Program Pelatihan Salon Dan kecantikan Korban Humman trafficking di P2TP2A Istri Binangkit Kab Cianjur.Bandung : Skripsi Program Studi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakutas Ilmu Pendidikan UPI. Tidak Diterbitkan


(5)

81

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lidianingsih. (2009). Pengelolaan Pelatihan Pada Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Hias Garbera. Bandung : Skripisi Program Studi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Tidak Diterbitkan.

Supriatin, Dian. (2013). Pengelolaan Program Pendidikan Karakter Dengan Pola Kemitraan Dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini. Bandung : Skripsi Program Studi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Tidak Diterbitkan.

Sumber Undang-Undang :

Permendiknas No 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Undang-Undng RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sumber dari Internet :

http://agrihayati.blogspot.com/2010/01/tinjauan-teoritis-konsep-pelatihan.html https://adi2012.wordpress.com/2013/09/21/pengetahuan-dasar-tata-rias-untuk

ketrampilan-guru-guru-seni-tari/

http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/04/22/resume-perkembangan-konsep diri-dan-kemandirian-remaja/

http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/

http://bukanmilikandini.blogspot.com/2012/11/konsep-dasar-pedagogik.html http://coretanpenasihijau.blogspot.com/2013/09/tugas-kuliah-makalah

kemandirian-dalam.html

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-orang-tua.html http://hasnapati.blogspot.com/2013/01/jdjfjffjkflflrfltjlgtjgtkjg.html http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni

http://ratih102.wordpress.com/2013/05/02/pengaruh-sumber-daya manusia-indonesia-dalam-bidang-pendidikan-terhadap-persaingan-global/


(6)

81

Asih Sukaesih, 2014

Pengelolaan Pelatihan Tata Rias Wajah Dalam Meningkatkan Kemandirian Bagi Peserta Didik Di Sanggar Jaipong Gondo Art Production (GAP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://tepus.org/2012/02/pengertian-kerjasama/

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/10/mutiara-di-selatan-bandung.html http://www.pusattesis.com/kompetensi-pedagogik/

http://www.fipumj.net/artikel.MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html. Ahmad Susanto([email protected])