PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.

(1)

Anis Siti Wardani, 2013

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

Anis Siti Wardani 0906667

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

Oleh Anis Siti Wardani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anis Siti Wardani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Anis Siti Wardani, 2013

LEMBAR PENGESAHAN ANIS SITI WARDANI

(0906667)

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

JENJANG SMSLB DI SLB NEGERI CICENDO

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Dr. Sima Mulyadi, M.Pd NIP. 1960.0214.1982.03.1.003

Pembimbing II

Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 1963.0208.1987.03.2.001

Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 1956.0722.1985.03.1.001


(4)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

Oleh: ANIS SITI WARDANI (0906667)

Keterampilan tata rias merupakan salah satu keterampilan yang penting diajarkan kepada peserta didik tunarungu, karena keterampilan tata rias ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi dunia kerja. Keterampilan tata rias cocok diajarkan kepada anak tunarungu karena berbasis visual dan motorik. Keterampilan ini dapat melatih motorik tangan anak tunarungu. Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup, yang berorientasi pada keterampilan vokasional.

Fokus masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri

Cicendo kota Bandung?”.

Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru yaitu US dan empat orang peserta didik tunarungu SMALB yaitu C, Re, Ri dan U. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dalam perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias guru hanya melakukan asesmen saja, sementara RPP tidak dibuat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak mengalami banyak kendala begitupun dalam media dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi, dan latihan. Evaluasi pembelajaran keterampilan tata rias menggunakan evaluasi proses dan hasil. Sarana pembelajaran tata rias sudah memadai, namun prasarana berupa ruangan kelas khusus untuk tata rias belum tersedia. Hambatan pembelajaran keterampilan tata rias yaitu tidak dibuatnya RPP, alokasi waktu yang terbatas, guru kewalahan ketika menilai evaluasi proses dan tidak tersedianya ruangan kelas khusus tata rias. Solusi yang dilakukan adalah memberikan waktu tambahan untuk alokasi waktu yang kurang, dan dalam evaluasi guru menilai proses merias peserta didik secara bergantian.

Peneliti merekomendasikan setelah dilakukannya penelitian ini guru membuat RPP pada setiap kegiatan pembelajaran. Untuk sekolah, peneliti menyarankan agar kedepannya keterampilan tata rias memiliki ruangan khusus untuk kegiatan pembelajarannya.


(5)

vi Anis Siti Wardani, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. ... 1

B. Fokus Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Keterampilan ... 8

B. Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda ... 13

C. Konsep Dasar Anak Tunarungu ... 20

D. Program Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu ... 25

E. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Subjek Penelitian ... 33

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 34

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 35

D. Pengujian Keabsahan Data ... 37


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Perencanaan Program Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 40

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 41

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 42

4. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 43

5. Hambatan dalam Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 43

6. Solusi dalam Menanggulangi Hambatan Terkait Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 44

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 46

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Rekomendasi ... 55

C. Penutup ... 57

DAFTAR PUSTAKA... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 60 RIWAYAT HIDUP


(7)

viii Anis Siti Wardani, 2013

DAFTAR GAMBAR

2.1 Langkah-langkah Merias Wajah Pengantin Sunda ... 16 2.2 Langkah-langkah Memasang Aksesoris Rambut Pengantin Sunda ... 18


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mendewasakan anak didik dan memberi bekal pengetahuan agar mampu dan cakap dalam melakukan tugas hidupnya, hal tersebut berlaku bagi setiap anak tanpa terkecuali anak tunarungu.

Hak anak tunarungu untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semua warga negara tidak terkecuali warga negara yang tunarungu, berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang termasuk didalamnya adalah pembelajaran keterampilan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan, peserta didik keterampilan tata rias adalah mereka yang duduk di tingkat SMALB yang jumlahnya ada empat orang. Keterampilan tata rias ini diberikan bagi peserta didik di kelas besar saja. Sementara untuk keterampilan bagi kelas kecil, disediakan keterampilan modeling.

Kenyataannya di lapangan, pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo telah berjalan cukup lama namun sayangnya program pembelajarannya belum berjalan dengan baik. Pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo pelaksanaan pembelajarannya belum optimal, dimana terdapat berbagai kekurangan, seperti perencanaan pembelajaran yang belum terprogram dengan baik, belum tersedianya ruangan khusus untuk tata rias, dan tenaga pengajar keterampilan tata rias pun bukan tenaga ahli di bidang tata rias melainkan guru kelas yang merangkap sebagai guru keterampilan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dan sangat penting untuk diteliti lebih lanjut.


(9)

2

Anis Siti Wardani, 2013

Pembelajaran keterampilan bagi peserta didik tunarungu perlu diselenggarakan melalui suatu kegiatan yang berencana, bertahap dan bekelanjutan sebagai bekal untuk menjadi warga negara yang terampil, madiri, dan bertanggung jawab dalam kehidupannya.

Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga kondisi ini berdampak terhadap kehidupannya, baik sebagai individu maupun insan sosial sehingga dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus untuk menanggulangi keterbatasannya yang disesuaikan dengan karakteristik ketunaannya.

Pada hakikatnya, anak tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki fisik yang sama dengan anak normal, mereka memiliki tingkat kecerdasan sama dengan anak normal dan memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan anak normal seperti memasak, bermain musik, menari, berdagang, olah raga, dan lain-lain.

Borthroyd dalam Sadja’ah (2005:1) menyatakan bahwa, “ketunarunguan memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri yang bersangkutan. Berbagai dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketunarunguannya berpengaruh dalam hal: masalah bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan, masalah sosial ekonomi bahkan masalah vokasional”.

Tujuan penyelenggaraan layanan pendidikan bagi anak tunarungu adalah agar dapat mewujudkan penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya bagi anak tunarungu seoptimal mungkin dan dapat melayani pendidikan bagi anak didik dengan segala kekurangan ataupun kelainan yang disandangnya sehingga anak-anak tersebut dapat menerima keadaan dirinya dan menyadari bahwa ketunaannya tidak menjadi hambatan untuk belajar dan bekerja, memiliki sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja di masyarakat serta dapat menolong diri sendiri dan mengembangan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.


(10)

3

Dari tujuan pendidikan bagi anak tunarungu yang dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan proses pendidikan menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses pendidikan. Sekolah bertugas untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai tempat berkembangnya peserta didik. Setelah lulus dari sekolah luar biasa, tidak semua peserta didik tunarungu dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Dengan demikian mereka harus memiliki ketrampilan untuk memasuki dunia kerja sebagai bekal untuk hidup mandiri dan mampu berperan dalam kehidupan masyarakat.

Kegiatan pembelajaran vokasional di sekolah luar biasa untuk jenjang SMALB mencakup 60% dari keseluruhan jam mata pelajaran dan 40% untuk pembelajaran akademik. Pemebelajaran vokasional yang ada di sekolah luar biasa khususnya SLB-B sudah cukup beragam, seperti: keterampilan tata boga, komputer, otomotif, menjahit dan tata rias.

Dari berbagai macam keterampilan yang biasa diselenggarakan di SLB-B yang telah disebutkan diatas, keterampilan tata rias sangat penting untuk diajarkan sama halnya dengan pembelajaran keterampilan-keterampilan lain. Sejajar dengan keterampilan lain, keterampilan tata rias merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain. Keterampilan tata rias dapat memberikan pembelajaran kepada peserta didik untuk dapat merawat diri terutama bagi wanita dalam mempercantik diri serta penampilan.

Dalam bukunya Wahyu (1993: 10) mengatakan bahwa “tata rias wajah adalah teknik merias wajah yang dapat mengubah bagian muka yang kurang cantik menjadi cantik. Cara yang dilakukan adalah dengan mengadakan penyempurnaan, perbaikan bentuk muka, seperti menonjolkan bagian muka tertentu serta menyamarkan dan menutupi bagian muka yang kurang menarik dengan bantuan kosmetik serta cara merias yang baik”.

Selain untuk diri sendiri, keterampilan tata rias wajah juga dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus sekolah nanti. Kedepannya peserta didik yang telah lulus dari jenjang pendidikan SMALB baik yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi maupun yang tidak,


(11)

4

Anis Siti Wardani, 2013

diharapkan memiliki bekal keterampilan tata rias yang cukup sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal keterampilan kerja di bidang tata rias, seperti bekerja di salon, sanggar seni, maupun menjadi make-up artist sehingga dapat dijadikan sebagai profesi yang cukup menjanjikan untuk memperoleh penghasilan.

Dalam situasi dunia kerja seperti sekarang, dimana jumlah pencari kerja yang sangat besar berbanding terbalik dengan lapangan pekerjaan yang terbatas serta masih rendahnya mutu keterampilan yang dimiliki oleh para lulusan pendidikan formal maupun non formal. Ini menyulitkan para lulusan sekolah luar biasa untuk memperolah pekerjaan. Akibatnya, sebagian besar anak berkebutuhan khusus akan menjadi pengangguran dan hidup mereka akan bergantung pada orang lain. Jika keadaan tersebut terus dibiarkan sementara laju pertumbuhan penduduk tetap tinggi, maka akan berakibat jumlah pengangguran bertambah banyak. Sehingga akan berakibat timbulnya berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan kriminalitas. Untuk itu harus ada suatu upaya agar permasalahan di atas dapat ditanggulangi, salah satunya dengan pengayaan pembelajaran keterampilan tata rias di sekolah luar biasa.

Anak berkebutuhan khusus harus diberikan pendidikan atau latihan agar menjadi tenaga kerja yang mandiri dan berdaya saing, terlebih mengingat kondisi mereka dalam meraih kesempatan kerja selalu mendapat tantangan yang lebih besar seperti persaingan yang tidak seimbang, asumsi masyarakat yang negatif bahwa anak berkebutuhan khusus kurang potensial dan efektif dalam bekerja sehingga perusahaan pun enggan memperkerjakan mereka. Kalaupun ada, hanya sebagian kecil perusahaan yang mau atau bersedia menerima mereka untuk bekerja.

Dalam Pembukaan Undang-Undang 1945 pasal 27 ayat 2 bahwa “Tiap -tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan layak bagi kemanusiaan”. Dari pasal tersebut saja dapat disimpulkan bahwa semua warga negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh proporsi atau kesempatan kerja yang sama dengan orang normal.


(12)

5

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu Jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung”.

B. Fokus Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan permasalahannya dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terfokus. Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah tertuju pada “Bagaimana pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?”, dengan subfokus sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?

3. Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 4. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 5. Hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran

keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?

6. Solusi apakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah


(13)

6

Anis Siti Wardani, 2013

pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tujuan dan kegunaan, sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

a. Mendapatkan gambaran bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata

rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.

c. Mengetahui bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.

d. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.

e. Mengetahui apa saja hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.


(14)

7

f. Mendapatkan solusi untuk menanggulangi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teorotis maupun secara praktis. Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu:

a. Secara teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam ilmu pendidikan luar biasa, khususnya tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu.

b. Secara praktis

Bagi SLB B, khususnya SLB Negeri Cicendo kota Bandung hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan pembelajaran keterampilan tata rias wajah.


(15)

33

Anis Siti Wardani, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menyediakan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, pendekatan penelitian, tempat penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang bertujuan untuk memperoleh hasil data penelitian yang memiliki keabsahan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).

A. Tempat dan Subjek Penelitian

Tempat diadakannya penelitian ini adalah SLB Negeri Cicendo yang beralamat di Jalan Cicendo No. 2 Kota Bandung. Adapun subjek yang diteliti, yaitu:

1. Guru (US)

Guru yang mengajar keterampilan tata rias wajah di SLB Negeri Cicendo ini berinisial US. Beliau berusia 47 tahun, sudah mengabdi sebagai pengajar selama 29 tahun dan telah memiliki banyak pengalaman dalam menangani pembelajaran berbagai macam keterampilan seperti menjahit dan memasak. Namun setelah mengikuti penataran tentang tata rias, barulah pada tahun 2011 beliau betranggung jawab sebagai pengajar di bidang keterampilan tata rias. Beliau adalah guru yang memiliki tugas rangkap, karena selain sebagai tenaga pengajar keterampilan tata rias guru berinisial US ini bertanggung jawab pula sebagai guru kelas dan ketua pembina Pramuka putri gugus Cicendo.


(16)

34

2. Peserta didik (U)

Peserta didik berinisial U ini berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas X SMALB. Peserta didik U ini memang berparas cantik dan sangat menyenangi bidang keterampilan tata rias. Parasnya cantik dan didukung dengan tubuh yang proporsional. Badannya tinggi berisi dan tidak gemuk. Tak heran, peserta didik U ini sering dijadikan photo model dan pernah pula menjadi juara di bidang keterampilan tata rias sebagai juara pertama tingkat provinsi.

3. Peserta didik (C)

Peserta didik berinisal C ini berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas X SMALB. Peserta didik C merupakan pindahan dari SLB di Cimahi.

4. Peserta didik (Re)

Peserta didik berinisial Re berusia 18 tahun dan duduk di bangku kelas XI SMALB. Re merupakan peserta didik yang cukup berpotensi di bidang keterampilan tata rias. Terbukti dengan prestasinya yang pernah menjuarai lomba tata rias sebagai juara kedua tingkat gugus.

5. Peserta didik (Ri)

Peserta didik berinisial Ri berusia 18 tahun dan duduk di bangku kelas XI SMALB. Ri merupakan peserta didik yang cukup pendiam namun cepat tanggap dan mengerti apabila diberi intruksi atau arahan.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran keterampilan tata rias, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif digunakan karena data yang diperoleh bersifat apa adanya dan diinterpretasikan dengan penjelasan berupa kalimat. Hal ini


(17)

35

Anis Siti Wardani, 2013

didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini bermaksud untuk memahami, mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Ali (1984:120) bahwa; metode deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:63).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dalam penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini teknik pegumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong

(2012:157), “sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. 1. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua imlu pengetahuan. Dalam teknik pengumpulan data ini, peneliti melakukan pengamatan yang disebut observasi partisipatif. Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Adapun jenis yang dilakukan peneliti dalam obeservasi partisipatif ini adalah observasi partisipasi pasif. Dalam observasi partipasi pasif, peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan


(18)

36

tersebut sehingga data yang yang diperoleh bersifat murni tanpa campur tangan dari luar.

2. Wawancara

Moleong dalam bukunya (2012:186) mendefinisikan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara adalah teknik wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaraya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2012:190).

Saat melakukan wawancara selain harus membawa instrumen pedoman wawancara, pewawancara juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder untuk merekam hasil wawancara untuk mempermudah peneliti dalam mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh sehingga membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Jadi, dengan wawncara peneliti akan memperoleh data-data yang lebih mendalam yang terjadi yang tidak terungkap melalui obervasi.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2012:82). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, maupun karya misalnya karya seni berupa patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari obeservasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2012:222), “peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya”.


(19)

37

Anis Siti Wardani, 2013

D. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data diperlukan untuk menilai kevalidan data yang diperoleh dalam proses pengumpulan data. Pengujian keabsahan data yang dilakukan peneliti adalah dengan penggunaan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan bermaksud untuk mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh melalui observasi pada latar penelitian.

Berkaitan dengan keabsaha data Moleong (2012:330) menyatakan bahwa: “teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan data sebagai perbandingan terhadap data itu.”.

E. Teknik Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono (2012:88) menyatakan bahwa, “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang didapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. (Sugiyono, 2012:89)

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Apabila dalam menganalisis peneliti merasa belum puas, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai data yang diperoleh dianggap kredibel. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:91) mengemukakan bahwa,


(20)

38

“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Adapun aktifitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (reduksi data), data

display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification (menarik

kesimpulan/ verifikasi). 1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2012:247). Melalui reduksi data akan diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Merupakan tahap kedua setelah mereduksi data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2012:249). Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:249) menyatakan bahwa, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada tahap ini, sekumpulan data informasi yang telah diperoleh kemudian disusun sehingga memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Verifikasi

Verifikasi adalah langkah ketiga sekaligus terakhir dalam teknik analisis data. Kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan di awal, masih bersifat sementara sehingga ada kemungkinana akan berubah jika bukti-bukti yang diperoleh tidak kuat. Sebaliknya, jika kesimpulan di awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.


(21)

39

Anis Siti Wardani, 2013

Dengan demikian, seperti yang dikatakan oleh Sugiyono dalam bukunya (2012:252) yang menyataka bahwa, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirimuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.


(22)

BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat memaparkan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tersebut sebagai jawaban dari fokus penelitian, sebagai berikut:

1. Perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda di SLB Negeri Cicendo perencanaannya belum terprogram dengan baik. Asesmen sudah dilakukan, namun silabus sebagai acuan untuk dibuatnya RPP tidak ada, sehingga RPP pun tidak dibuat karena guru sulit menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Akibatnya, kegiatan pembelajaran keterampilan tata rias tidak terencana dengan baik karena tidak dibuatnya RPP sebagai pedoman kegiatan pembelajaran sehingga dalam setiap pembelajaran, tidak diketahui tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun komponen-komponen lainnya. Guru hanya menentukan materi pelajaran, media, dan metode yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias sudah terstruktur dengan baik. Dalam setiap kegiatan pembelajaran terdapat tiga tahapan, yaitu dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru selalu melakukan apersepsi terlebih dahulu. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, metode pembelajaran yang biasa digunakan ada tiga, yaitu: metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode latihan. Pada kegiatan akhir, guru selalu memberikan kesimpulan dari materi pelajaran yang telah diberikan.

3. Pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo lebih mengutamakan latihan praktek daripada teori, sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan lebih menitik beratkan pada penilaian


(23)

54

Anis Siti Wardani, 2013

kinerja yang dilakukan oleh peserta didik. Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan ada dua, yaitu: evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan ketika proses merias yang dilaksanakan peserta didik berlangsung. Sementara evaluasi hasil dilakukan untuk menilai hasil akhir riasan peserta didik.

4. Sarana dan prasarana pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo belum memadai. Untuk sarana berupa peralatan kosmetik juga alat-alat rias sudah tersedia, namun keadaannya kurang terawat dengan baik. Sementara untuk prasarananya sendiri belum terpenuhi. Pembelajaran keterampilan tata rias belum meiliki ruangan kelas khusus untuk tata rias, sehingga untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias biasanya dilakukan di ruang BKPBI atau ruang kelas lain yang tidak dipakai.

5. Hambatan dalam pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo yang penulis temukan yaitu, sebagai berikut:

a. Guru tidak membuat RPP,

b. Saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung, mood peserta didik cukup berpengaruh. Karena apabila peserta didik sedang tidak mood untuk belajar, maka guru akan kesulitan untuk mengarahkan dan menyampaikan materi pelajaran,

c. Waktu yang terbatas dimana alokasi yang diberikan hanya dua jam, terkadang masih kurang. Apalagi jika dalam kegitan pembelajarannya terdapat kegiatan latihan praktek merias yang membutuhkan waktu lebih lama,

d. Minimnya jumlah guru yang mengajar keterampilan tata rias yang hanya satu orang cukup menyulitkan guru ketika pelaksanaan evaluasi proses,

e. Belum tersedianya ruangan khusus untuk keterampilan tata rias, terkadang dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Terlebih ketika ruangan yang biasa digunakan, juga digunakan pula oleh kegiatan pembelajaran lain.


(24)

55

6. Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo adalah, sebagai berikut:

a. Dalam menghadapi peserta didik yang moodnya kurang baik, guru memberikan motivasi dan membujuk peserta didik hingga mau untuk ikut belajar,

b. Guru akan memberikan waktu tambahan apabila alokasi waktu yang diberikan dirasa masih kurang,

c. Ketika evaluasi proses, guru menilainya secara bergantian sehingga semua peserta didik dapat terakomodasi.

B. Rekomendasi

Merujuk dari hasil kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengajukan rekomendasi dengan harapan melalui dibuatnya karya tulis ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Cicendo kota Bandung ke arah yang lebih baik. Berikut rekomendasi yang penulis kemukakan, kepada:

1. Guru

Guru untuk kegiatan pembelajarannya sudah baik. Interaksi dengan peserta didiknya pun sudah baik. Namun, untuk lebih memperkaya wawasan di bidang tata rias sebaiknya guru tidak hanya mengikuti pelatihan yang diselenggaran oleh dinas saja. Sebaiknya guru lebih aktif lagi dalam mencari sumber pembelajaran baik dengan cara bekerjasama kepada sekolah dengan pihak sekolah lain maupun melalui sumber lain seperti buku-buku maupun majalah tentang tata rias, sehingga materi pembelajaran yang diberikan dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Begitupun dalam menentukan acuan yang dapat digunakan dalam pembelajaran terutama dalam menentukan perencanaan program pembelajaran. Diharapakan kedepannya guru mampu melakukan asesmen yang lebih terstruktur sesuai dengan tahapan-tahapan asesmennya. Juga dalam RPP, semoga kedepannya guru mampu membuat RPP


(25)

56

Anis Siti Wardani, 2013

keterampilan tata rias sebagai pedoman disetiap pembelajarannya sehingga kegiatan pembelajaran lebih terprogram dengan baik, diketahui secara jelas tujuan dilakukannya pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, juga komponen-komponen penting lainnya yang ada dalam RPP.

2. Pihak Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan menyediakan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang lebih menunjang dan layak, khususnya untuk pengayaan ruangan kelas khusus untuk pembelajaran keterampilan tata rias sehingga pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias dapat terselenggara dengan lebih optimal dalam mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki peserta didik di SLB Negeri Cicendo khususnya. Selain itu, kerjasama dengan pihak sekolah lain maupun pihak luar yang bergerak di bidang tata rias juga sangat penting untuk dilakukan. Baik itu sebagai rujukan dalam menentukan materi pembelajaran, maupun sebagai wadah yang dapat dimanfaatkan untuk lapangan pekerjaan para lulusan SLB Negeri Cicendo.

3. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diarapkan dapat melakukan penelitian yang sama tentang pembelajaran keterampilan tata rias di SLB dengan jenis yang berbeda, seperti: tata rias modern, pesta, karakter, dll. Penulis berharap di masa yang akan datang peneliti selanjutnya dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan melengkapi kekurangan karya tulis ini apabila terdapat kekurangan di dalamnya.


(26)

57

C. Penutup

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Alhamdulillaah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak kata yang lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang begitu besar kepada Sang Maha Memudahkan atas berjalannya setiap proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis sangat terbatas. Namun, walaupun demikian penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi pihak-pihan terkait khususnya, maupun masyarakat pada umumnya. Dan semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

Terimakasih penulis ucapkan sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua pihak yang telah membantu mendapat balasan yang jauh lebih besar dari Allah SWT.


(27)

58

Anis Siti Wardani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: ALFABETA.

Dalimunthe, E. (2007). Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://effendi-dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UQ-7vx102LN. [1 Februari 2013]

Djamarah S. B. Dan Zain A. (1995). Strategi Belajar Mngajar. Jakarta: Rineka Cipta

Marno, M. dan Idris, M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Martha, P. (2012). Make Up 101 Basic Personal Make Up. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Sudjana, N. dan Rivai A. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP PRESS.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

ALFABETA

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tilaar, M. (1995). Indonesia Bersolek. Jakarta: Grasindo

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran (2002). Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan


(28)

59

Tjoa, E. (2012). Instant Beauty Panduan Make Up Sehari-hari. Jakarta: Puspa Populer

Universita Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno, H. B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Wahyu, L. (1993). Teknologi Rias Panggung. FPBS IKIP Semarang

Wintoro, S. (2008). Kecakapan Hidup (Life Skill). [Online]. Tersedia: http://swintoro.wordpress.com/2008/04/07/life-skill/. [1 Februari 2013] Zakaria,L. (2011). Tata Rias Pengantin Sunda Tradisional dan Modifikasi.


(1)

kinerja yang dilakukan oleh peserta didik. Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan ada dua, yaitu: evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan ketika proses merias yang dilaksanakan peserta didik berlangsung. Sementara evaluasi hasil dilakukan untuk menilai hasil akhir riasan peserta didik.

4. Sarana dan prasarana pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo belum memadai. Untuk sarana berupa peralatan kosmetik juga alat-alat rias sudah tersedia, namun keadaannya kurang terawat dengan baik. Sementara untuk prasarananya sendiri belum terpenuhi. Pembelajaran keterampilan tata rias belum meiliki ruangan kelas khusus untuk tata rias, sehingga untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias biasanya dilakukan di ruang BKPBI atau ruang kelas lain yang tidak dipakai.

5. Hambatan dalam pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo yang penulis temukan yaitu, sebagai berikut:

a. Guru tidak membuat RPP,

b. Saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung, mood peserta didik cukup berpengaruh. Karena apabila peserta didik sedang tidak mood untuk belajar, maka guru akan kesulitan untuk mengarahkan dan menyampaikan materi pelajaran,

c. Waktu yang terbatas dimana alokasi yang diberikan hanya dua jam, terkadang masih kurang. Apalagi jika dalam kegitan pembelajarannya terdapat kegiatan latihan praktek merias yang membutuhkan waktu lebih lama,

d. Minimnya jumlah guru yang mengajar keterampilan tata rias yang hanya satu orang cukup menyulitkan guru ketika pelaksanaan evaluasi proses,

e. Belum tersedianya ruangan khusus untuk keterampilan tata rias, terkadang dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Terlebih ketika ruangan yang biasa digunakan, juga digunakan pula oleh kegiatan pembelajaran lain.


(2)

55

6. Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo adalah, sebagai berikut:

a. Dalam menghadapi peserta didik yang moodnya kurang baik, guru memberikan motivasi dan membujuk peserta didik hingga mau untuk ikut belajar,

b. Guru akan memberikan waktu tambahan apabila alokasi waktu yang diberikan dirasa masih kurang,

c. Ketika evaluasi proses, guru menilainya secara bergantian sehingga semua peserta didik dapat terakomodasi.

B. Rekomendasi

Merujuk dari hasil kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengajukan rekomendasi dengan harapan melalui dibuatnya karya tulis ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Cicendo kota Bandung ke arah yang lebih baik. Berikut rekomendasi yang penulis kemukakan, kepada:

1. Guru

Guru untuk kegiatan pembelajarannya sudah baik. Interaksi dengan peserta didiknya pun sudah baik. Namun, untuk lebih memperkaya wawasan di bidang tata rias sebaiknya guru tidak hanya mengikuti pelatihan yang diselenggaran oleh dinas saja. Sebaiknya guru lebih aktif lagi dalam mencari sumber pembelajaran baik dengan cara bekerjasama kepada sekolah dengan pihak sekolah lain maupun melalui sumber lain seperti buku-buku maupun majalah tentang tata rias, sehingga materi pembelajaran yang diberikan dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Begitupun dalam menentukan acuan yang dapat digunakan dalam pembelajaran terutama dalam menentukan perencanaan program pembelajaran. Diharapakan kedepannya guru mampu melakukan asesmen yang lebih terstruktur sesuai dengan tahapan-tahapan asesmennya. Juga


(3)

keterampilan tata rias sebagai pedoman disetiap pembelajarannya sehingga kegiatan pembelajaran lebih terprogram dengan baik, diketahui secara jelas tujuan dilakukannya pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, juga komponen-komponen penting lainnya yang ada dalam RPP.

2. Pihak Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan menyediakan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang lebih menunjang dan layak, khususnya untuk pengayaan ruangan kelas khusus untuk pembelajaran keterampilan tata rias sehingga pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias dapat terselenggara dengan lebih optimal dalam mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki peserta didik di SLB Negeri Cicendo khususnya. Selain itu, kerjasama dengan pihak sekolah lain maupun pihak luar yang bergerak di bidang tata rias juga sangat penting untuk dilakukan. Baik itu sebagai rujukan dalam menentukan materi pembelajaran, maupun sebagai wadah yang dapat dimanfaatkan untuk lapangan pekerjaan para lulusan SLB Negeri Cicendo.

3. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diarapkan dapat melakukan penelitian yang sama tentang pembelajaran keterampilan tata rias di SLB dengan jenis yang berbeda, seperti: tata rias modern, pesta, karakter, dll. Penulis berharap di masa yang akan datang peneliti selanjutnya dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan melengkapi kekurangan karya tulis ini apabila terdapat kekurangan di dalamnya.


(4)

57

C. Penutup

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Alhamdulillaah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak kata yang lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang begitu besar kepada Sang Maha Memudahkan atas berjalannya setiap proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis sangat terbatas. Namun, walaupun demikian penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi pihak-pihan terkait khususnya, maupun masyarakat pada umumnya. Dan semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

Terimakasih penulis ucapkan sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua pihak yang telah membantu mendapat balasan yang jauh lebih besar dari Allah SWT.


(5)

58

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: ALFABETA.

Dalimunthe, E. (2007). Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://effendi-dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UQ-7vx102LN. [1 Februari 2013]

Djamarah S. B. Dan Zain A. (1995). Strategi Belajar Mngajar. Jakarta: Rineka Cipta

Marno, M. dan Idris, M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Martha, P. (2012). Make Up 101 Basic Personal Make Up. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Sudjana, N. dan Rivai A. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP PRESS.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

ALFABETA

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tilaar, M. (1995). Indonesia Bersolek. Jakarta: Grasindo

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia


(6)

Tjoa, E. (2012). Instant Beauty Panduan Make Up Sehari-hari. Jakarta: Puspa Populer

Universita Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno, H. B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Wahyu, L. (1993). Teknologi Rias Panggung. FPBS IKIP Semarang

Wintoro, S. (2008). Kecakapan Hidup (Life Skill). [Online]. Tersedia: http://swintoro.wordpress.com/2008/04/07/life-skill/. [1 Februari 2013] Zakaria,L. (2011). Tata Rias Pengantin Sunda Tradisional dan Modifikasi.