IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN OTOMOTIF DASAR PENYETELAN PELK SEPEDA MOTOR DI SMALB.

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin

Oleh

FADHLILLAH RAKHMAN GUSTIAN NIM 0806640

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Halaman Hak Cipta

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN OTOMOTIF DASAR PENYETELAN PELK SEPEDA MOTOR DI SMALB

Oleh

Fadhlillah Rakhman Gustian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Fadhlillah Rakhman Gustian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SEPEDA MOTOR DENGAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA SMP NEGERI 2 CIWIDEY

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Wahid Munawar, M.Pd. NIP. 19630520 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. Tatang Permana, M.Pd NIP. 19651110 199203 1 007

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Wahid Munawar, M.Pd. NIP. 19630520 198901 1 001


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi. ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

A. Metode Pembelajaran Demontrasi ... 8

B. Pendidikan Difabel ... 15

C. Pembelajaran Otomotif ... 19

D. Penelitian Terdahulu ... 29

E. Kerangka Berfikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 32

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37


(5)

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Analisis Data. ... 55

D. Pembahasan Analisis Dalam Kondisi, Analisis Antar Kondisi dan Analisis Waktu Rata-Rata ... 78

BAB V KESIMPULAN ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor... 35

3.2 Instrumen Penelitian Kegiatan ... 36

3.3 Instrumen Penelitian Ketepatan Waktu Pengerjaan ... 38

3.4 Panjang Kondisi ... 42

3.5 Estimasi Kecenderungan Arah ... 42

4.1 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Baseline 1 (A-1) ...57

4.2 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Baseline 1 (A-2) ... 57

4.3 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Intervensi B ...58

4.4 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Intervensi B ...59

4.5 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Baseline 2 (A-2) ...60

4.6 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Baseline 2 (A-2) ...61

4.7 Rekapitulasi Skor Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 ... 62

4.8 Rekapitulasi Skor Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 ... 63

4.9 Panjang Kondisi ... 65

4.10 Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 1 ...66

4.11 Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 2 ... 67

4.12 Persentase Stabilitas Siswa 1 ... 74

4.13 Persentase Stabilitas Siswa 2 ... 74

4.14 Kecenderungan Jejak Data Siswa 1... 75

4.15 Kecenderungan Jejak Data Siswa 2 ... 75

4.16 Level Stabilitas dan Rentang Siswa 1 ... 76

4.17 Level Stabilitas dan Rentang Siswa 2 ... 76

4.18 Level Perubahan Siswa 1 ... 75


(7)

4.22 Jumlah Variabel yang Diubah ... 78

4.23 Perubahan Kecenderungan Arah ... 79

4.24 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya ... 79

4.25 Level Perubahan Siswa ... 79

4.26 Tabel Overlap ... 83

4.27 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Siswa 1 ... 83

4.28 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Siswa 2 ... 84

4.29 Waktu Rata-Rata Kemampuan Tiap Siswa Dalam Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Pada Anal Tunarungu Pada Fase A1-BA2 ... 84


(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

4.1 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi baseline 1 (A-1) 57 4.2 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi baseline 1 (A-1) 58 4.3 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi Intervensi (B) 59 4.4 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi Intervensi (B) 59 4.5 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi baseline 2 (A-2) 60 4.6 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi baseline 2 (A-1) 61

4.7 Rekapitulasi Skor Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 ... 62

4.8 Rekapitulasi Skor Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 ... 63

4.9 Estimasi Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 1 ... 66

4.10 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi A1-B-A2 Siswa 2 ... 67

4.11 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Siswa 1 ... 69

4.12 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Siswa 2 ... 70

4.13 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi A1 Siswa 1 ... 71

4.14 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi A1 Siswa 2 ... 72

4.15 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Siswa 1 ... 73

4.16 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Siswa 2 ... 74

4.17 Data Overlap Kondisi Baseline A1 ke Intervensi B Siswa 1 ... 81

4.18 Data Overlap Kondisi Intervensi B ke Baseline A2 Siswa 1 ... 81

4.19 Data Overlap Kondisi Baseline A1 ke Intervensi B Siswa 2 ... 82


(9)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Hal

4.1 Waktu rata-rata kemampuas siswa 1 dalam keterampilan menyetel pelk sepeda motor pada fase A1-B-A2 ... 85 4.2 Waktu rata-rata kemampuas siswa 2 dalam keterampilan menyetel pelk sepeda motor

pada fase A1-B-A2 ... 86 4.3 Waktu Tiap Kegiatan Siswa 1 ... 87 4.4 Waktu Tiap Kegiatan Siswa 2... 87


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Alat Penyetel Pelk Sepeda Motor ... 21

2.2 Kunci Penyetel Jari-Jari ... 21

2.3 Kunci Pembuka Ban ... 22

2.4 Kunci Ring dan Kunci Pas ... 22

2.5Pompa Ban Manual ... 22

2.6 Menyiapkan Alat penyetelan pelk sepeda motor ... 23

2.7 Membuka roda dari sepeda motor ... 23

2.8 Membuka ban dari pelk sepeda motor ... 23

2.9 Melepaskan ban dalam ... 24

2.10 Memasang pelk pada alat stel ... 24

2.11 Memutar pelk untuk melihat keolengan ... 24

2.12 Menyetel pelk sepeda motor ... 25

2.13 Mengecek keolengan pelk sepeda motor ... 25

2.14 Memasang ban dalam dan ban luar pada pelk yang telah di stel ... 25

2.15 Memompa ban ... 26

2.16 Memasang roda pada sepeda motor ... 26

2.17 Pelk sepeda motor tidak oleng ... 26

2.18 Kerangka berfikir ... 29

3.1 SLB-B Sukapura ... 30

3.2 Desain A-B-A ... 32

4.1 Guru mendemonstrasikan alat penyetelan pelk ... 47

4.2 Guru mendemonstrasikan roses melepaskan roda sepeda motor ... 48

4.3 Siswa mempraktekan proses melepaskan roda sepeda motor ... 48

4.4 Guru mendemonstrasikan cara melepas ban ... 49

4.5 Siswa mempraktekan cara melepas ban ... 49

4.6 Guru mendemonstrasikan cara memasang pelk pada alat penyetelan ... 49


(11)

4.10 Guru mendemonstrasikan cara menyetel pelk ... 51

4.11 Siswa mempraktekan cara menyetel pelk ... 52

4.12 Guru mendemonstrasikan cara pengecekan keolengan pelk ... 52

4.13 Siswa mempraktekan cara pengecekan keolengan pelk ... 53

4.14 Guru mendemonstrasikan cara memasang ban pada pelk ... 53

4.15 Siswa mempraktekan cara memasang kembali ban pada pelk ... 54

4.16 Guru mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban ... 54

4.17 Siswa mempraktekan cara mengisi angin pada ban ... 55

4.18 Guru mendemonstrasikan cara memasang kembali roda ... 55


(12)

i

Fadhlillah Rakhman Gustian, 2014

ABSTRAK

Fadhlillah Rakhman Gustian (2014). Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor Di SMALB ”.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh sebuah permasalahan yaitu tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan. Harapannya siswa SMALB-B SLB Sukapura bisa lebih terampil sehingga dengan modal keterampilan mereka bisa hidup mandiri di masyarakat. Kenyataannya proses pembelajaran keterampilan di SMALB-B SLB Sukapura masih belum optimal. Komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran sehingga diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunarungu. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor di SMALB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian subjek tunggal atau Single Subject Research (SRR), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh atau perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek, secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini adalah desain reversal tipe A-B-A, yaitu merupakan pengembangan dari disain dasar A-B, dimana pengukuran fase baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah pengukuran pada fase baseline (A1) sebanyak 4 kali, kemudian pada kondisi intervensi (B) 6 kali, dan pengukuran kembali pada fase baseline (A2) 4 kali. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 2 subjek tunarungu di SMALB, implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada analisis dalam kondisi maupun antar kondisi. Kesimpulannya bahwa metode pembelajaran demonstrasi dapat membatu siswa dalam meningkatakan kemampuan pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi Pembelajaran Otomotif Dasar, Penyetelan Pelk Sepeda Motor,


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan yang fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Peserta didik dengan kemampuan fisik dan mental yang mengalami kekurangan atau berkebutuhan khusus (difabel), mereka juga memerlukan pendidikan khusus untuk dapat hidup wajar dan mendapat hak-haknya dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam Undang-Undang Dasar Nomer 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 2 yaitu warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Anak luar biasa atau berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalami penyimpangan rata-rata normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik, neuromotor atau fisik, perilaku sosial, kemampuan sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan dari berbagai variabel tersebut. Pemerintah menaruh perhatian dalam hal pendidikan mereka. ,sebagaimana dikemukakan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008: 4-5)bahwa :

Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, sosial, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Standar proses pendidikan khusus ini berlaku untuk peserta didik seperti: tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, tuna laras pada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Permendiknas diatas menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus (difabel) yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, berhak dan difasilitasi oleh negara untuk mendapatkan layanan pendidikan melalui pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus ada beberapa macam, salah satunya adalah anak tuna rungu. Anak tunarungu adalah salah satu bagian dari


(14)

2

anak luarbiasa. Anak tuna rungu dipandang sebagai salah satu anak berkebutuhan khusus, yang masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial,kemampuan bekerja,dan bahkan banyak yang dapat mandiri di masyarakat. Kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan melalui pendidikan luar biasa, yaitu SLB-B sekolah luar biasa yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan untuk anak tuna rungu. Melalui SLB-B kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan, hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) 72 Tahun 1991 Bab 2 pasal 2disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah:

membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan. Tujuan pendidikan luar biasa di atas salah satunya dapat diwujudkan melalui pembelajaran keterampilan. Keterampilan menjadi salah satu hal yang penting dalam pelayanan pendidikan luar biasa, hal tersebut sudah diperhatikan dengan adanya pendidikan keterampilan pada kurikulum sekolah luar biasa. Pendidikan keterampilan diharapkan akan menjadi bekal bagi anak luar biasa untuk bisa lebih terampil, menjadi anak yang mandiri dan tidak terus bergantung pada kedua orang tua atau orang terdekatnya, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjadi anak yang mandiri seutuhnya di masyarakat (Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SLB-B Sukapura Kiaracondong, wawancara 4 Agustus 2014).

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan vokasional. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Keterampilan vokasional yang ada di SLB-B Sukapura Kiaracondong Bandung yaitu tata busana, tata boga, seni tari, seni musik dan keterampilan otomotif.

Pembelajaran dasar vokasi otomotif adalah salah satu pembelajaran keterampilan yang bisa diberikan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.


(15)

Kebutuhan masyarakat terhadap otomotif semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga ada peluang yang menjanjikan bagi setiap orang, termasuk anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan pembelajaran otomotif dasar.

SMALB menerapkan pembelajaran otomotif dasar namun berdasarkan observasi di SMALB pelaksanaannya masih belum optimal. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SLB-B Sukapura (wawancara, 4 Agustus 2014), mengemukakan beberapa faktor penyebab peserta didik kurang menguasai pembelajaran keterampilan dasar otomotif: (1) Kurangnya alat praktik otomotif sehingga membuat siswa susah berlatih; (2) Siswa SLB-B khususnya SMALB jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan otomotif; (3) Tidak adanya guru keterampilan yang relevan dengan bidang keterampilan otomotif; (4) Komunikasi anak tuna rungu yang terganggu merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif; (5) Pemilihan metode yang kurang tepat digunakan pada mata pelajaran vokasi. Metode yang banyak diterapkan pada mata pelajaran vokasi adalah metode konvensional seperti metode ceramah. Metode ceramah yang kebanyakan diterapkan selama ini pada mata pelajaran keterampilan membuat siswa kurang paham dan mengalami kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan, sehingga membuat peserta didik kurang paham dalam memahami materi yang disampaikan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum mengatakan bahwa siswa belum pernah diberikan pembelajaran otomotif dasar menyetel pelk sepeda motor baik teori maupun praktek, mengingat keterampilan vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor merupakan salah satu bidang usaha yang sangat berguna dalam dunia otomotif.

Proses pembelajaran yang kurang maksimal mengakibatkan siswa SMALB kurang terampil khususnya dalam keterampilan otomotif. Muhibbin (dalam Sugihartono, 2007: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:

1) faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rokhani siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi


(16)

4

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada pendekatan belajar yang didalamnya termasuk metode belajar. Metode belajar yang digunakan akan mempengaruhi terhadap hasil belajar. Prinsipnya dalam belajar keterampilan otomotif, akan lebih efektif apabila siswa dibimbing dan langsung mengalami sendiri materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan mempercepat pemahaman terhadap materi yang disampaikan.

Kendala komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat utama proses pembelajaran, sehingga diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar pemaparan seorang guru dapat dimengerti dengan baik, seperti menurut Abu (dalam B. Suryosubroto, 2002: 34) yang menyatakan

bahwa „dasar pemilihan metode mengajar yaitu harus relevan dengan situasi

pembelajaran, bahwa metode harus sesuai dengan kondisi pengajaran yang ada. Penggunaan metode yang kurang tepat membuat siswa tidak termotivasi belajar‟. Berdasarkan pendapat Abu A. penulis berpendapat bahwa metode demonstrasi adalah metode yang dipandang relevan dan tepat untuk proses pembelajaran keterampilan bagi peserta didik tuna rungu. Pendengaran anak tuna rungu tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga melalui indera penglihatannya anak tuna rungu berusaha memperoleh informasi. Metode demonstrasi yang lebih mengedepankan visualisasi akan memudahkan anak tuna rungu untuk menyerap informasi dan mengerti akan maksud isi pembelajaran, selain itu dengan metode demonstrasi terjadinya verbalisme juga akan dapat dihindari, sebab dengan menggunakan metode demonstrasi siswa akan langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. Akhirnya dari latar belakang masalah tersebut di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tetantang “Implementasi Metode

Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor Di SMALB ”.


(17)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, untuk mempermudah dalam pengenalan masalahnya maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa SLB-B khususnya SMALB belum melakukan latihan vokasi otomotif penyetelan pelk sepeda motor.

2. Terbatasnya fasilitas praktik otomotif sehingga membuat siswa sulit untuk berlatih.

3. Komunikasi anak tuna rungu merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif.

4. Tidak adanya guru pembelajaran vokasi otomotif dasar yang memiliki disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang vokasi otomotif.

5. Guru belum mengimplementasikan pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor.

6. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dengan kondisi anak tunarungu pada mata pelajaran vokasi khususnya otomotif.

C.Rumusan Masalah

Masalah penelitian perlu dirumuskan untuk memperjelas masalah yang akan diteliti. Penulis merumuskan masalah inti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi pada siswa SMALB?

2. Bagaimana hasil pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi?

3. Bagaimana ketercapaian waktu rata-rata pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dianjurkan. Penulis merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut:


(18)

6

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi.

2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk dengan metode demonstrasi.

3. Mendeskripsikan ketercapaian waktu rata-rata penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi.

E.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat tersebut adalah:

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman praktis tentang pelaksanaan dan pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor.

2. Bagi guru, diharapkan dapat melaksanakan metode demonstrasi pada pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor.

3. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman praktis tentang keterampilan otomotif penyetelan pelk untuk menjadi bekal agar bisa lebih mandiri.

F. Stuktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan skripsi agar susunannya teratur. Struktur organisasi penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini mencakup teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(19)

Bab ini mencakup tentang metode penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrument penelitian, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mencakup tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.


(20)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Luar Biasa B di kota Bandung. Pemilihan SLB-B ini sebagai lokasi penelitian berdasar dari beberapa aspek diantaranya adalah karena SLB-B merupakan SLB untuk anak tunarungu yang memiliki kelainan pada indera pendengaran, SLB-B ini sudah memiliki mata pelajaran keterampilan otomotif dasar seperti tune-up sepeda motor dan mencuci motor namun untuk bidang penyetelan pelk sepeda motor belum diterapkan. Program vokasional yang terdapat di SLB ini antara lain: keterampilan otomotif, keterampilan tataboga, keterampilan menjahit, keterampilan seni musik dan seni tari.

Gambar 3.1 SLB-B Sukapura (Sumber: Dokumentasi Pribadi) B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan jenis penelitian subjek tunggal yang dikenal dengan istilah


(21)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Sedangkan penelitian single subject research (SSR) yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh dan perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Dimaksud kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen.

Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada

keadaan natural sebelum dilakukan interven siapa pun. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain subjek tunggal selalu dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya fase

intervensi (Sunanto, 2005:56).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain subjek tunggal Single Subject berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya, perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi perlakuan intervensi.

Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada

keadaan natural sebelum dilakukan intervensi apapun. Kondisi intervensi adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain subjek tunggal selalu dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya fase

intervensi (Sunanto, 2006:41).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A - B - A yang memiliki 2 fase yaitu : A1 baseline, B Intervensi, dan A2 baseline.


(22)

34

Bertujuan untuk mempelajari besarnya suatu perlakuan intervensi terhadap target

behavior tertentu yang diberikan kepada individu (Sunanto,2006:44).

Waktu Gambar 3.2

Desain A-B-A (Sunanto dkk 2006:45)

Al = baseline

Baseline adalah kondisi awal kemampuan keterampiian subjek sebelum diberi

perlakuan intervensi. Pengukuran fase baseline dilakukan sampai data stabil.

B = intervensi

Intervensi adalah kondisi keterampilan subjek selama memperoleh perlakuan.

Perlakuan diberikan sampai data menjadi stabil, dengan menggunakan media sebaya.

A2 = baseline

Pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi sejauh mana intervensi diberikan pada subjek. Dilakukan sampai stabil mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan eksperimen dengan disain A-B-A, penelitian perlu memperhatian beberapa hal berikut ini.

1. Mendefinisikan target behaviour sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat.

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1), secara berkelanjutan sekurang-kurangnya 3 atau 5 sampai trend dan level data menjadi stabil.

3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil.

4. Mengukur dan mengumpulakan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

Target behavio

Base line A Intervensi Base line


(23)

5. Setelah kecendrungan dan level data pada fase intervensi(B) stabil mengulang fase baseline (A2).

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMALB Sukapura Kiaracondong Bandung. Pada pembelajaran otomotif keterampilan otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor terdapat dua subjek atau siswa yang keduanya memiliki

difabilitas yang sama yaitu tunarungu.

1. Siswa I

Nama : ANT

Alamat : Maleer Utara RT 03 RW 04 Bandung Tempat tanggal lahir : Bandung, 15 Desember 1994

Jenis Kelamin : Laki-Laku

Wali : Dedi Junaedi dan Upit

Difabelitas : Tunarungu Tingkat Ketulian : Lebih dari 75db 2. Siswa II

Nama : RS

Alamat : Kebaktian Garu I No. 14C RT 12 RW 11 Kel. Babakan Sari. Kec Kiaracondong Bandung

Tempat tanggal lahir : Semarang, 22 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Wali : Titik Setiawati dan Dani Suardani

Difabelitas : Tunarungu

Tingkat Ketulian : Lebih dari 75db

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini perlu diketahui definisi operasional dari setiap variabel

untuk menghindari ketidak jelasan arti variabel-variabel yang akan diteliti. Definisi operasional dari variabel-variabel tersebut dinyatakan sebagai berikut:


(24)

36

1. Definisi konseptual penyetelan pelk sepeda motor adalah mengembalikan kondisi pelk yang bengkok, oleng atau tidak dalam keadaan normal menjadi normal kembali dan tidak oleng, dengan cara mengencangkan atau menyetel jari-jari pelk. Definisi operasionalnya adalah skor performance assesment skor waktu rata-rata yang meliputi persiapan kerja, persiapan alat dan bahan, proses pelepasan roda, proses penyetelan pelk, proses pengecekan keolengan pelk dan pemasangan roda.

2. Definisi Konseptual Implementasi metode demontrasi penyetelan pelk sepeda motor adalah penerapan metode mengajar dengan memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan penyetelan pelk sepeda motor baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan materi yang disajikan. Definisi operasionalnya adalah berupa kegiatan pembelajaran demonstrasi setiap indikator yang meliputi kegiatan persiapan kerja dengan guru mendemonstrasikan lalu siswa mempraktekan kembali, kegiatan persiapan alat dan bahan dengan guru mendemonstrasikan lalu siswa mempraktekan kembali, kegiatan pelepasan roda dengan guru mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali, kegiatan menyetel pelk dengan guru mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali, kegiatan pengecekan keolengan pelk dan memasang roda dengan guru mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali.

E. Prosedur Penelitian

Pembelajaran vokasional otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor menggunakan metode demonstrasi. Adapun prosedur penelitian ini antara lain :

1. Menentukan dan menetapkan prilaku apa yang akan diubah sebagai target

behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan otomotif. Keterampilan

otomotif yang diambil yaitu keterampilan penyetelan pelk sepeda motor. Aspek pengamatan dalam penelitian ini adalah menyiapkan alat dalam penyetelan pelk sepeda motor, menggunakan alat penyetelan pelk sepeda


(25)

motor, melakukan pembukaan roda, melakukan penyetelan pelk, melakukan pemasangan roda.

2. Mengobservasi perilaku subjek dalam kemampuan keterampilan penyetelan pelk sepeda motor. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat respon peserta didik selama observasi. Setiap hari dilakukan dua kali observasi. Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang dinilai, dengan dibantu teman sebaya (tahap 1, fase baseline 1).

3. Melakukan intervensi langsung. Tahap ini merupakan tahap intervensi yang kegiatannya adalah memberikan demontrasi pada peserta didik saat menyetel pelk. Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang dinilai, tahap 2, fase intervensi.

4. Mengobservasi perilaku subjek dalam kemampuan keterampilan menyetel pelk sepeda motor. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat responpeserta didik selama observasi. Setiap hari dilakukan satu kali observasi Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang dinilai, dengan dibantu teman sebaya tahap 3, fase baseline 2.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 148) pengertian instrumen adalah “suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Berdasarkan pengertian tersebut, instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan atau pembelajran keterampilan otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dalam peneliatian ini adalah berupa tes keterampilan. Format tes disusun berdasarkan point-point tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi untuk penyetelan pelk sepeda motor yangbaik dan benar.


(26)

38

Tabel 3.1

Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor Kompetensi dasar Prosedur Penyetelan Pelk Sepeda

Motor Nomor

Soal

Bentuk soal Praktik

Indikator 1. Persiapan Operator

a. Pakaian Kerja b. Kesehatan Fisik c. Identitas kerja

2. Persiapan Alat Dan Bahan a. Alat penyetel pelk b. Kunci penyetel jari-jari c. Sendok ban

d. Kunci ring dan kunci pas seseuai ukuran roda

e. Pompa ban

3. Proses pelepasan roda

a. Menyiapkan alat penyetel pelk sepeda motor.

b. Melepaskan roda. c. Melepaskan ban luar d. Melepaskan ban dalam. e. Memasang pelk pada alat

penyetel.

4. Proses penyetelan pelk

a. Memutar pelk untuk melihat keolengan

b. Menyetel jari-jari pada bagian pelk yang oleng

c. Melihat keolengan pelk dengan melihat indikator keolengan

5. Proses pengecekan pelk dan pemasangan roda

a. Mengecek keolengan pelk dan memasang ban luar dan dalam b. Mengisi angin pada ban

c. Memasang roda pada sepeda motor

6. Hasil Kerja

Siswa dapat menyetel pelk dan roda sudah tidak oleng.

7. Waktu Kerja

1 2 3 4 5 6 7


(27)

Waktu kerja adalah 29,5 Menit.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara mengamati setiap aspek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Pengamatan dilakukan dengan mengobservasi kinerja subjek penelitian berupas tes performance sebelum dan sesudah intervensi dilaksanakan. Fase baseline pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat setiap kegiatan anak yang telah ditentukan selama observasi. Setiap kali dilakukan observasi selama tes unjuk kerja, peneliti mengamati sekaligus mencatat keterampilan anak dalam proses penyetelan pelk sepeda motor dengan format data yang telah disediakan serta memberkan nilai. 2. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan. Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan, perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan pendidikan, penyusunan statistik pendidikan, penyusunan program rutin dan pembangunan, peningkatan program pendidikan dan pembinaan sekolah.

Penelitian subjek tunggal memerlukan beberapa hal dalam menganalisis data di antaranya pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptrif dan penggunaan analisis visual. Penggunaan grafik diharapkan untuk memperjelas gambaran dari suatu kondisi eksperimen baik sebelum perlakuan (baseline1), maupun setelah diberikan perlakuan (intervensi), dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah perlakuan (baseline 2).

Sunanto (2006: 66) mengemukakan bahwa

Dalam analisis data dengan metode analisis visual ada beberapa hal yang menjadi perhatian peneliti, yaitu; banyaknya data point dalam setiap kondisi,


(28)

40

level data dalam suatu kondisi antar kondisi, arah perubahan dalam kondisi

maupun antar kondisi

Analisis data pada penelitian desain subjek tunggal ini peneliti melakukan tiga hal yaitu pembuatan grafik, penggunaan statistic deskritif, dan analisis visual. Penganalisaan yang dilakukan meliputi analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis Dalam Kondisi

Perubahandata yang dianalisis dalam suatu kondisi misalnya kondisi

baselineatau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis

meliputi:

a. Panjang Kondisi

Sunanto (2006:66) mengemukakan bahwa:

Panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor pada setiap kondisi. Seberapa banyak data point yang harus ada pada setiap kondisi tergantung pada masalah penelitian dan intervensi yang diberikan. Untuk panjang kondisi baselinesecara umum bisa digunakan tiga atau lima data

point.

Berdasarkan pendapat di atas, penentuan panjang kondisi ditentukan dengan panjang interval. Panjang interval menunjukan ada berapa fasedalam kondisi tersebut, selanjutnya dibuat dalam tabel.

Tabel 3.2 Panjang Kondisi

KONDISI BASELINE (A) INTERVENSI (B)

Panjang Kondisi

b. Estimasi Kecenderungan Arah (Trend/Slope)

Menurut Sunanto (2005:67) mengemukakan bahwa “ada tiga macam kecenderungan arah grafik (trend) yaitu, (1) meningkat; (2) mendatar; dan (3) menurun.”Kecenderungan arah (trend/slope) data pada suatu grafik sangat penting

untuk memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti.Ada dua cara untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) yaitu metode freehand dan metode split-middle (Sunanto, 2005:67). Penelitian ini menggunakan metode


(29)

split-middle (belah dua). Mengestimasi kecenderungan arah dengan metode ini

adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data point nilai ordinatnya. Sunanto (2006:78) mengemukakan ada beberapa langkah dalam metode ini, diantaranya:

1) Bagilah data pada fasebaseline menjadi dua bagian,

2) Bagian kanan dan kiri dari tahap 1, dibagi lagi menjadi dua bagian 3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan

4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara bagian kanan dengan bagian kiri.

Estimasi kecenderungan arah dibuat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.3

Estimasi Kecenderungan Arah

KONDISI BASELINE

Estimasi Kecendrungan Arah

(Meningkat)

(Mendatar)

(Menurun)

c. Kecenderungan Stabilitas

Menurut Sunanto (2006:68) mengemukakan bahwa

Tingkat stabilitas (level stability) menunjukkan derajat variasi atau besar kecilnya rentang kelompok data tertentu.Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya rendah maka data dikatakan stabil. Secara umum jika 80% - 90% data masih berada pada 15% di atas dan di bawah mean, maka data dikatakan stabil. Mean level untuk data di suatukondisi dihitung dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada ordinat dan dibagi dengan banyaknya


(30)

42

menentukan tingkat stabilitas data biasanya digunakan persentase penyimpangan dari mean sebesar (5, 10, 12, dan 15%). Persentasepenyimpangan terhadap mean yang digunakan untuk menghitung stabilitas digunakanyang kecil (10%) jika data mengelompok di bagian atas dan digunakan persentasebesar (15%) jika data mengelompok di bagian tengah maupun bagian bawah.

Mean level untuk data di suatu kondisi dihitung dengan cara menjumlahkan,

semua data yang ada padakordinat dibagi banyaknya data,adapun langkah penentuan kecendrungan stabilitas menurut Sunanto (2006:79) diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Mementukan rentang stabilitas dengan rumusan: Rentang Stabilitas = skor tertingi x kriteria stabilitas.

2) Menentukan mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada kordinat dibagi banyaknya data.

3) Menentukan batas atas dengan rumusan :

Batas Atas = Mean Level + (0,5. Rentang Stabilitas). 4) Menetukan batasan bawah dengan rumusan :

Batas bawah = Mean Level – (0,5. Rentang Stabilitas). 5) Menghitung persentase stabilitas (PS) dengan rumus :

� = �

��� 100 %

Keterangan :

PS = Persentase Stabilitas

BR = banyak Data Poin dalam Rentang BP = Banyak Data Poin

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Leve lmenunjukan pada besar kecilnya data yang berada pada skala ordinat

(sumbu Y). Data di ambil berdasarkan hasil perhitungan kecendrungan stabilitas. f. Level Perubahan (Level Change)

Tingkat perubahan menunjukan berapa besarnya perubahan data dalam suatu kondisi dengan cara :

1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi


(31)

2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil, tentukan apakah selisihnya menunjukan arah yang membaik (therapeutic), atau memburuk

(contatherapeutic) sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah target behavior yang berubah sepanjang faseintervensi (B), dan bagaimana perubahannya dibandingkan dengan fasebaseline(A). Jika benar terjadi perubahan pada

fasebaseline dan faseintervensi benar-benar hanya pada satu variable terikat,

hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensiterhadap target

behavior.

2. Analisis Antar Kondisi

Sunanto (2006:82) untuk menganalisa visual antar kondisi terdapat lima komponen yaitu:

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Mengetahui perubahan variabel bebas intervensi terhadap variabel terikat

target behavior secara jelas, peneliti harus terfokus pada perubahan satu target behavior dua kodisi. Terjadi penibahan pada fase baseline dan fase intervensi

benar-benar hanya pada satu variabel terikat, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensi terhadap target behaviour.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Menentukan perubahan kecendrungan arah dengan mengambil data pada analisis Kecendenmgan Arah dalam masing-masing kondisi, baik itu fase baseline maupun intervensi.

c. Perubahan Stabilitas

Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan stabilitas pada masing-masing fase, baik itu fase baseline maupun

intervensi.

d. Perubahan Level

Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi

baselinepada fase terakhir dan fase pertama pada kondisi intervensi kemudian


(32)

44

Menentukan overlap data pada kondisi baseline dengan intervensi prilakukan dengan cara :

1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline.

2) Hitung ada berapa data point pada kondisi intervensi yang berada pada rentang kondisi.

3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poit dalam kondisi kemudian dikalikan 100.

Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bagi penulis untuk menarik suatu kesimpulan, secara umum penulis dapat menyimpulkan bahwa metode demonstrasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan yang tidak menggunakan metode demonstrasi.

1. Pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa SMALB, dilakukan dengan mengacu pada langkah setiap indikator. Guru mendemonstrasikan setiap langkah kegiatan dalam proses menyetel pelk sepeda motor, kemudian siswa memperhatikan lalu siswa mempraktekan kembali apa yang sudah di demonstrasikan oelh guru.

2. Hasil belajar pada kedua siswa dalam bidang keterampilan otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor ini dapat dilihat dari skoring kemampuan menyetel pelk sepeda motor dan waktu rata-rata yang dicapai pada fase

baseline 1 (A-1), Intervensi B dan Baseline 1 (A-2). Terjadi peningkatan

skor kemampuan menyetel pelk sepeda motor pada kedua siswa dari fase baseline 1 (A-1) setelah di beri perlakuan pada fase intervensi B. Siswa ANT mendapatkan skor rata-rata 7,25 pada fase baseline 1 (A-1), kemudian meningkat menjadi 12,20 setelah diberikan perlakuan pada fase intervensi B dan skor pada fase baseline 1 (A-2) adalah 12,50. Siswa RZ mendapatkan skor rata-rata 7,00 pada fase baseline 1 (A-1), kemudian meningkat menjadi 11,83 setelah diberi perlakuan pada fase intervensi B dan skor pada fase

baseline 1 (A-2) adalah 12,25.

3. Ketercapaian waktu rata-rata keterampilan otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dapat dilihat dari rata-rata ketercapaian kedua siswa. Waktu rata-rata siswa ANT dalam pengerjaan keseluruhan menyetel pelk sepeda motor adalah 1726 detik atau 28,7 menit, sedangkan siswa RZ adalah 1739


(34)

91

detik atau 28,9 menit. Maka dari itu kedua siswa sudah memenuhi standar prosedur waktu penyetelan pelk sepeda motor yaitu harus dibawah 29,5 menit

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengmukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya yang menangani siswa tunarungu di SMALB, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajars iswa tunarungu pada keterampilan otomotif khususnya penyetelan pelk sepeda motor.

2. Bagi kepala sekolah, selaku pimpinan dapat merekomendasikan kepada guru-guru keterampilan yang lain untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan otomotif.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran pembelajaran keterampilan otomotif bagi siswa tungarungu dan dapat dijadikan bahan untuk dilakukan pada subjek yang berbeda.


(35)

Adang, H. (2012). Metodologi Pembelajaran. Banten : LP3G.

Amin, N. (2005). Ensiklopedi Otomotif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Arifin dan Sirojudin (1998). Pengajaran Keterampilan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. BumiAksara.

Daryanto, (2010) Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : PT. Gavamedia Depdiknas, (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas, (2004). Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Pendidikan Berbasis Life

Skills di Sekolah Menengah Atas (SMAKh). Jakarta : Direktorat Pendidikan

Luar Biasa.

Depdiknas,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 1 Tahun 2008 Tentang

Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. jakarta.

Djamarah, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Effendi, M (2009). Pengantar psi kopedagogik anak berkelainan.Jakarta: PT BumiAksara.

Firdan N. F, (2011) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif

Menggunakan Metode Demontrasi Bagi Peserta Didik Difabel di SLBN B Pembina Sumedang Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Irwan,(2011). Kursus otomotif. [ Online ]. Tersedia di: http : // www. antarajateng.com / detail/index.php?id=19962 [ Diakses 25Oktober2013 pkl.20.30 ].

Kuswana, W.S.(2013). Dasar-Dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: PT.Alfabeta.

Muhibbin, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Munawar W, dkk. (2013). Desain dan Pengembangan Model Pendidikan

Keterampilan Vokasional Teknologi Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus/Difabel. Bandung: UPI.


(36)

93

Fadhlillah Rakhman Gustian, 2014

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 (1991) Pendidikan Luar

Biasa : Jakarta.

Permendiknas, (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.

Roetiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Saeful, Rifki. (2014). Hasil Belajar Keterampilan Otomotif Dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Anak Difabel Di Smalb-B Majalengka. Skripsi sarjana pada FPTK Universitas pendidikan

Indonesia: tidak diterbitkan

Sanjaya, W.(2006) Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Saptaringga, Septian. (2014). Implementasi Metode Latihan Keterampilan/Drill

Pada Pembelajaran Keterampilan Vokasional Otomotif Untuk Siswa Difabel (Tunarungu) Di Smalb. Skripsi sarjana pada FPTK Universitas

pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Sugihartono, (2007)Psikologi Pendidikan Yogyakarta : UNY Press-Yogya. Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J. (2006). Pengantar penelitian dengan subyek tunggal. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryosubroto, (2002). Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Syaiful, B. D. (2010). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta :RinekaCipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Yanzori, Y. (____). Manfaat Psikologis Pedagogis Metode Demonstrasi.[Online].

Tersedia di

http://www.academia.edu/5374249/Metode_demonstrasi_dalam_belajar_


(37)

No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar Judgment Waktu

1 Persiapan Kerja

Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

Memakai Pakaian kerja (wearpack).

Dalam Keadaan sehat. 2 Persiapan Alat

dan Bahan

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jari-jari.

c. Kunci pembuka ban / sendok ban.

d. Kunci ring 17

a)

b)

c)


(38)

e. Kunci pas 12

f. Pompa ban manual. e)

f)

3 Proses kerja a. Mempersiapkan alat

penyetel pelk sepeda motor.


(39)

menggunakan kunci ring 17.

c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.

d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.

e. Pasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.


(40)

f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut

g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari

h. Cek pelk yang telah di stel jari-jari nya dengan melihat indilator keolengan pelk.


(41)

keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.

j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban

k. Pasang kembali roda

pada sepeda motor

4. Hasil Pelk sepeda motor


(42)

Mengetahui Pemilik Bengkel

Penyetelan Pelk Sepeda Motor Katapang

_______________________ 5. Waktu Kerja Waktu kerja 29,5 menit


(43)

Pernyataan Expert Judgement Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :

NIP :

Pekerjaan/Jabatan :

Alamat :

Bersedia memberikan Expert Judgement atas instrumen penelitian (Job Sheet) yang diajukan oleh:

Nama : Fadhlillah Rakhman Gustian

NIM : 0806640

Berdasarkan hasil analisis, saya menyatakan bahwa instrumen penelitian (Job

Sheet) tersebut layak untuk digunakan.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk keperluan proses penelitian skripsi

dengan judul: “Implementasi Keterampilan Otomotif Penyetelan Pelk Sepeda

Motor Dengan Metode Demontrasi Pada Siswa SMALB”.

Bandung ... Penilai


(44)

117

Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ……… Satuan Pendidikan : SLB Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif – B Sukapura Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Penyetelan pelk sepeda motor.

JOBSHEET Ikutilah perintah dibawah ini sesuai prosedur!

No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar

1 Persiapan Kerja

Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

Memakai Pakaian kerja (wearpack).

Dalam Keadaan sehat. 2 Persiapan Alat

dan Bahan

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jari-jari.

c. Kunci pembuka ban / sendok ban.

a)

b)


(45)

d. Kunci ring 17

e. Kunci pas 12

f. Pompa ban manual. d)

e)

f)


(46)

119

3 Proses kerja a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor.

b. Lepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.

c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.

d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.


(47)

f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut

g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari


(48)

121

h. Cek pelk yang telah di stel jari-jari nya dengan melihat indilator keolengan pelk.

i. Setelah pelk dirasakan tidak ada keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.

j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban


(49)

4. Hasil Pelk sepeda motor tidak oleng.


(50)

94

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SLB B Sukapura

Mata Diklat : Keterampilan Otomotif

Kelas/Semester : XI/4

Alokasi Waktu :

Standar Kompetensi : Prosedur Penyetelan Pelk Sepeda Motor Kompetensi Dasar : Menyetel Pelk Sepeda Motor

Indikator :

1. Peserta didik dapat melakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Peserta didik dapat melepas roda dari sepeda motor.

3. Peserta didik dapat membuka ban dari pelk sepeda motor. 4. Peserta didik dapat menyetel pelk sepeda motor.

5. Peserta didik dapat memasang kembali roda pada sepeda motor.

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran ini selesai tujuan pembelajaran yang diharapkan, adalah peserta didik dapat melakukan menyetel pelk sepeda motor mulai dari melepas roda dari sepeda motor, memeriksa kondisi pelk, menyetel pelk dan kembali memasang roda pada sepeda motor. II. Materi Pembelajaran

A. Cara menggunakan Alat Penyetelan Sepeda Motor. B. Proses Penyetelan Pelk Sepeda Motor.

III. Metode Pembelajaran Demonstrasi

IV. Langkah-langkah Pembelajaran A. Kegiatan awal

1. Salam pembukaan, penyiapan peserta didik dan berdoa. 2. Mengabsen peserta didik.


(51)

B. Kegiatan inti:

1. Pendidik menjelaskan secara garis besar materi yang akan diajarkan.

2. Peserta didik mempelajari job sheet langkah-langkah proses penyetelan pelk sepeda motor yang telah Pendidik sediakan.

3. Peserta didik langsung dibawa ke lapangan untuk malakukan praktik penyetelan pelk sepeda motor.

4. Peserta didik melakukan persiapan alat dan bahan. Pendidik membimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

5. Peserta didik melakukan proses pelepasan roda dari sepeda motor. Pendidik membimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

6. Peserta didik melakukan proses pelepasan ban dari pelk sepeda motor. Pendidik mebimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

7. Peserta didik melakukan proses penyetelan pelk sepeda motor. Pendidik membimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

8. Peserta didik melakukan proses pemasangan kembali roda ke sepeda motor. Pendidik membimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar. 9. Pendidik malakukan bimbingan peserta didik secara individual

10. Pendidik mencatat pencapaian kemajuan peserta didik.

C. Penutup KBM

1. Pendidik menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

2. Pendidik melaksanakan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.

3. Salam penutup dan berdoa.

V. Alat/Media dan sumber belajar A. Alat / Media :


(52)

96

2. Kunci penyetel jari-jari. 3. Sendok ban

4. Kunci ring 17 5. Kunci pas 12 6. Pompa ban manual.

B. Sumber : 1. Job sheet

VI. Evaluasi/Penilaian

1. Prosedur test : Post test 2. Jenis test : Praktik 3. Bentuk test : Job sheet


(53)

Pelaksanaan Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor di SMALB

Berikut langkaj-langkah dan dokumentasi proses pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor di SMALB:

Gambar 1 Pendidik mendemonstrasikan alat penyetelan pelk sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik menjelaskan alat-alat yang diperlukan untuk menyetel pelk sepeda motor serta fungsinya dengan cara mendemonstrasikan persiapan alat apa saja yang harus disiapkan untuk menyetel pelk sepeda motor, dan juga dikarena kebutuhan siswa, pendidik menjelaskan dengan menulis di white board (gambar 1).

Alat penyetelan pelk sepeda motor harus di kenali peserta didik baik bentuk atau fungsinya agar tidak terjadi kesalahan dalam membawa alat untuk menyetel pelk sepeda motor.

Gambar 2 Pendidik mendemonstrasikan proses melepaskan roda sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)


(54)

Pendidik mendemonstrasikan proses melepaskan roda sepeda motor dengan menggunakan kunci ring dan kunci pas sesuai dengan ukuran mur dan baut roda sepeda motor tersebut dan Pendidik membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam melepaskan roda sepeda motor (gambar 2).

Gambar 3 Siswa mempraktekan proses melepaskan roda sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali proses melepaskan roda dari sepeda motor dengan menggunkan kunci pas atau kunci ring sesuai ukuran as roda. Pendidik mengawasi dan mengarahkan siswa tersebut. (gambar 3)

Gambar 4 Pendidik mendemonstrasikan cara melepas ban (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara melepas ban dengan menggunakan sendok ban. Siswa memperhatikan Pendidik dan bertanya tentang pemakaian alat dan cara melepas ban dari pelk (gambar 4)


(55)

Gambar 5 Siswa mempraktekan cara melepas ban (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali proses melepaskan ban dari pelk dengan menggunakan sendok ban. Siswa secara bergantian mempraktekan melepaskan ban dengan pengawasan dan pengarahan dari Pendidik (gambar 5).

Gambar 6 Pendidik mendemonstrasikan cara memasang pelk pada alat penyetelan

(Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara pemasangan pelk pada alat penyetel pelk. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang pemasangan pelk yang benar pada alat penyetel. (gambar 6).


(56)

Siswa mempraktekan kembali proses memasang pelk pada alat penyetel pelk. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 7).

Gambar 8 Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel pelk dengan memutar pelk tersebut. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara memutar pelk untuk melihat keolengannya (gambar 8).

Gambar 9 Siswa mempraktekan cara melihat keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel dengan cara memutar pelk. Siswa secra bergantian melakukannya dan Pendidik mengawasi juga mengarahkan setiap siswa (gambar 9).


(57)

Gambar 10 Pendidik mendemonstrasikan cara menyetel pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara menyetel pelk sepeda motor. Pendidik menjelaskan cara mengencangkan jara-jari dengan menggunakan kunci jari-jari. Siswa memperhatikan Pendidik dan sekali-kali bertanya tentang cara penyetelan pelk tersebut (Gambar 10)

Gambar 11 Siswa mempraktekan penyetelan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara menyetel pelk sepeda motor. Sekali kali siswa bertanya mengenai cara menyetel pelk. Pendidik mengawasi, mengarahkan dan menilai siswa tersebut (gambar 11).


(58)

Gambar 12 Pendidik mendemontrasikan pengecekan keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel setelah pelk di stel dengan memutar kembali pelk tersebut. Pendidik menjelaskan tentang beasarnya pengaruh keolengan pelk terhadap kenyamanan berkendara sepeda motor. Pendidik menjelaskan apabila pelk dirasakan sudah tidak oleng dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban pada pelk. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara melihat keolengan pelk (gambar 12)

Gambar 13 Siswa mempraktekan pengecekan keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara mengecek keolengan pelk yang sudah di stel dengan melihat indikator keolengan pelk. Siswa secara bergantian


(59)

melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 13).

Gambar 14 Pendidik mendemonstrasikan pemasangan ban pada pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara memasang kembali ban pada pelk yang sudah di stel. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara memasang kembali ban pada pelk (gambar 14)

Gambar 15 Siswa mempraktekan pemasangan kembali ban pada pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara memasang ban pada pelk yang sudah di stel. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 15).


(60)

Gambar 16 Pendidik mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban. Pendidik menjelaskan pentingnya tekanan angin pada ban terhadap kenyamanan berkendara sepeda motor Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara mengisi angin pada ban (gambar 16)

Gambar 17 Siswa mempraktekan cara mengisi angin pada ban (Sumber: dokumen pribadi)


(61)

Siswa mempraktekan kembali cara mengisi angin pada ban. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 17).

Gambar 18 Pendidik mendemonstrasikan cara pemasangan kembali roda pada sepeda motor

(Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara memasang kembali roda pada sepeda motor. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara memasang kembali roda pada sepeda motor (Gambar 18)

Gambar 19 Siswa mempraktekan cara pemasangan roda pada sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)


(62)

Siswa mempraktekkan kembali proses pemasangan roda pada sepeda motor. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 19). Data yang diolah merupakan skor keterampilan menyetel pelk di setiap tiap pertemuan. Analisis data visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Komponen analisis dalam kondisi meliputi enam komponen diantaranya: Panjang kondisi, estimasi, kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentang, serta level perubahan.


(63)

Tes : ………..

Kelas : ……… Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif – Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Penyetelan pelk sepeda motor.

No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar

Skoring Penilaian Ya Tidak

1 Persiapan Kerja

Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

Memakai Pakaian kerja (wearpack).

Dalam Keadaan sehat.

1 0

2 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jari-jari.

c. Kunci pembuka ban / sendok ban.

a)

b)

c)


(64)

d. Kunci ring 17

e. Kunci pas 12

f. Pompa ban manual. d)

e)

f)


(65)

b. Lepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.

1 0

c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.

1 0

d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.


(66)

e. Pasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 0

4 Proses

penyetelan pelk

f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut

1 0

g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari


(67)

pelk.

5 Proses

pengecekan pelk dan pemasangan roda

i. Setelah pelk dirasakan tidak ada keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.

1 0

j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban


(68)

Nilai Akhir =� �� �ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

k. Pasang kembali roda

pada sepeda motor

1 0

4. Hasil Pelk sepeda motor

tidak oleng.

5. Waktu Kerja Waktu kerja 29,5 menit


(69)

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian

NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009

Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ………

Kebutuhan : Tunarungu

Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Prosedur penyetelan pelk sepeda motor.

FASE BASELINE 1 (A-1)

No Kompetensi Indikator Standar

Waktu

Fase Baseline

1 (A-1) Rata-rata

1 2 3 4

1 Persiapan Kerja

Persiapan Kerja: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik.


(70)

2 Persiapan alat dan bahan

PersiapanAlatdan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jara-jari.

c. Kunci pembuka ban.

d. Kunci ring 17 e. Kunci pas 12 f. Pompa ban manual

1 menit

3 Proses

Pelepasan Roda

a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor

1 menit

b. Melepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.

2 menit

c. Membuka ban dari pelk dengan alat pembuka ban.

3 menit

d. Melepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar

0,5 menit

e. Memasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 menit

4 Proses

Penyetelan Pelk

f. Memutar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut.

1,5 menit

g. Menyetel jari-jari pada bagian pelk yang oleng dengan menggunakan alat penyetel jari-jari.

5 menit

h. Mengecek pelk yang telah di stel jari-jarinya dengan melihat indikator keolengan.

5 Menit

5 Proses

pengecekan pelk dan pemasangan roda

i. Mengecek kembali kondisi pelk dan memasang kembali ban pada pelk yang telah di stel.


(71)

keterangan

Nilai Akhir =� �� �ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian

NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009

Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ……… Kebutuhan : Tunarungu

Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Prosedur penyetelan pelk sepeda motor.

FASE INTERVESI B k. Memasang kembali

roda pada sepeda motor.

3 Menit


(72)

No Kompetensi Indikator Standar Waktu

Fase Intervensi B

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan Kerja

Persiapan Kerja: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

1 menit

2 Persiapan alat dan bahan

PersiapanAlatdan Bahan:

a. Alat penyetelan velg.

b. Kunci penyetel jara-jari.

c. Kunci pembuka ban.

d. Kunci ring 17 e. Kunci pas 12 f. Pompa ban manual.

1 menit

3 Proses

pelepasan roda

a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor

1 menit

b. Melepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci 17.

2 menit

c. Membuka ban dari pelk dengan alat pembuka ban.

5 menit

d. Melepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar

0,5 menit

e. Memasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 menit

4 Proses

penyetelan pelk

f. Memutar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut.

1,5 menit

g. Menyetel jari-jari pada bagian pelk yang oleng dengan menggunakan alat penyetel jari-jari.


(73)

keterangan

Nilai Akhir =� �� � ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian

NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009 keolengan.

5 Proses

pengecekan pelk dan pemasangan roda

i. Mengecek kembali kondisi pelk dan memasang kembali ban pada pelk yang telah di stel.

5 Menit

j. Mengisi angin pada ban dengan

menggunakan pompa ban

0,5 Menit

k. Memasang kembali roda pada sepeda motor.

3 Menit


(74)

Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ………

Kebutuhan : Tunarungu

Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Prosedur penyetelan pelk sepeda motor.

FASE BASELINE 1 (A-2)

No Kompetensi Indikator Standar

Waktu

Fase Baseline

1 (A-2) Rata-rata

1 2 3 4

1 Persiapan Kerja

Persiapan Kerja: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

1 menit

2 Persiapan alat dan bahan

PersiapanAlatdan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jara-jari.

c. Kunci pembuka ban.

d. Kunci ring 17. e. Kunci pas 12 f. Pompa ban manual.

1 menit

3 Proses

pelepasan roda

a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor

1 menit

b. Melepaskan roda dari sepeda motor.

2 menit c. Membuka ban dari

pelk dengan sendok ban

5 menit

d. Melepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar

0,5 menit

e. Memasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 menit

4 Proses

penyetelan pelk

f. Memutar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut.


(75)

keterangan

Nilai Akhir =� �� � ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian

NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung penyetel jari-jari. h. Mengecek pelk yang

telah di stel jari-jarinya dengan melihat indikator keolengan.

5 Menit

5 Proses

pengecekan dan

pemasangan roda

i. Mengecek kembali kondisi velg dan memasang kembali ban pada pelk yang telah di stel.

5 Menit

j. Mengisi angin pada ban dengan

menggunakan pompa ban

0,5 Menit

k. Memasang kembali roda pada sepeda motor.

3 Menit


(76)

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009


(1)

keterangan

Nilai Akhir =� �� �ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009 Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ……… Kebutuhan : Tunarungu

Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Prosedur penyetelan pelk sepeda motor.

FASE INTERVESI B j. Mengisi angin pada

ban dengan

menggunakan pompa ban

0,5 Menit

k. Memasang kembali roda pada sepeda motor.

3 Menit


(2)

No Kompetensi Indikator Standar Waktu

Fase Intervensi B

Rata-rata 1 2 3 4 5 6

1 Persiapan Kerja

Persiapan Kerja: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

1 menit

2 Persiapan alat dan bahan

PersiapanAlatdan Bahan:

a. Alat penyetelan velg.

b. Kunci penyetel jara-jari.

c. Kunci pembuka ban.

d. Kunci ring 17 e. Kunci pas 12 f. Pompa ban manual.

1 menit

3 Proses

pelepasan roda

a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor

1 menit

b. Melepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci 17.

2 menit

c. Membuka ban dari pelk dengan alat pembuka ban.

5 menit

d. Melepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar

0,5 menit

e. Memasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 menit

4 Proses penyetelan pelk

f. Memutar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut.

1,5 menit

g. Menyetel jari-jari pada bagian pelk yang oleng dengan menggunakan alat penyetel jari-jari.


(3)

keterangan

Nilai Akhir =� �� � ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009 h. Mengecek pelk yang

telah di stel jari-jarinya dengan melihat indikator keolengan.

5 Menit

5 Proses pengecekan pelk dan pemasangan roda

i. Mengecek kembali kondisi pelk dan memasang kembali ban pada pelk yang telah di stel.

5 Menit

j. Mengisi angin pada ban dengan

menggunakan pompa ban

0,5 Menit

k. Memasang kembali roda pada sepeda motor.

3 Menit


(4)

Nama Peserta Tes : ……….. Kelas : ……… Kebutuhan : Tunarungu

Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Prosedur penyetelan pelk sepeda motor.

FASE BASELINE 1 (A-2)

No Kompetensi Indikator Standar Waktu

Fase Baseline

1 (A-2) Rata-rata 1 2 3 4

1 Persiapan Kerja

Persiapan Kerja: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

1 menit

2 Persiapan alat dan bahan

PersiapanAlatdan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jara-jari.

c. Kunci pembuka ban.

d. Kunci ring 17. e. Kunci pas 12 f. Pompa ban manual.

1 menit

3 Proses

pelepasan roda

a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor

1 menit

b. Melepaskan roda dari sepeda motor.

2 menit c. Membuka ban dari

pelk dengan sendok ban

5 menit

d. Melepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar

0,5 menit

e. Memasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 menit

4 Proses penyetelan

f. Memutar pelk untuk melihat keolengan


(5)

keterangan

Nilai Akhir =� �� � ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung g. Menyetel jari-jari

pada bagian pelk yang oleng dengan menggunakan alat penyetel jari-jari.

5 menit

h. Mengecek pelk yang telah di stel jari-jarinya dengan melihat indikator keolengan.

5 Menit

5 Proses pengecekan dan

pemasangan roda

i. Mengecek kembali kondisi velg dan memasang kembali ban pada pelk yang telah di stel.

5 Menit

j. Mengisi angin pada ban dengan

menggunakan pompa ban

0,5 Menit

k. Memasang kembali roda pada sepeda motor.

3 Menit


(6)

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009