HASIL BELAJAR KETERAMPILAN OTOMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA ANAK DIFABEL DI SMALB-B MAJALENGKA.

(1)

HASIL BELAJAR KETERAMPILAN OTOMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA ANAK DIFABEL

DI SMALB-B MAJALENGKA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh:

RIFKI SAEFUL MIFTAH E.0551. 0905850

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN OTOMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI PADA ANAK DIFABEL DI SMALB-B MAJALENGKA” ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 22 April 2014 Yang membuat pernyataan,

Rifki Saeful Miftah


(4)

ABSTRAK

RIFKI SAEFUL MIFTAH (2014) “Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka”. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah permasalahan yaitu tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan. Harapannya siswa SMALB-B Majalengka bisa lebih terampil sehingga dengan modal keterampilan mereka bisa hidup mandiri di masyarakat, tanpa terus menerus bergantung pada kedua orang tua atau orang terdekatnya. Kenyataannya proses pembelajaran keterampilan di SMALB-B Majalengka masih belum optimal, sehingga siswa di SMALB-B Majalengka masih kurang terampil, hal tersebut terlihat pada hasil belajar keterampilan terutama pada keterampilan otomotif. Komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran sehingga diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunarungu. Tujuan pada penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui gambaran kecenderungan kemampuan siswa tiap fase pada proses pembelajaran keterampilan otomotif (service karburator sepeda motor) dengan menggunakan metode demonstrasi di SMALB-B Majalengka; (2) Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar keterampilan otomotif (service karburator sepeda motor) dengan menggunakan metode demontrasi di SMALB-B Majalengka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian subjek tunggal, atau lebih dikenal dengan istilah Single Subject Research (SRR), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh atau perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek, secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini adalah desain reversal tipe A-B-A, yaitu merupakan pengembangan dari disain dasar A-B, dimana pengukuran fase baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah pengukuran pada fase baseline (A1), kemudian pada kondisi intervensi (B), dan pengukuran kembali pada fase baseline (A2), dan masing-masing dilakukan sebanyak lima kali untuk subjek yang sama. Berdasarkan hasil penelitian terhadap tiga peserta didik tuna rungu, kecenderungan hasil belajar keterampilan otomotif pada anak difabel (tuna rungu) dengan proses belajar mengajar menggunakan metode demonstrasi mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat pada perubahan level dari ketiga peserta didik yang menjadi subjek penelitian yaitu +22, +19, dan +24. dari fase baseline (A1) sebelum dilakukan perlakuan intervensi (B), ke fase baseline (A2) setelah dilakukan perlakuan atau intervensi (B).


(5)

ABSTRACT

RIFKI Saeful Miftah ( 2014 ) " The results of the auto learn skills by using the method demonstration on children with disabilities in SMALB - B Majalengka " . Education Department of Mechanical Engineering Faculty of Educational Technology and Vocational Education University of Indonesia .

This research is motivated by a problem that is no incompatibility between expectations and reality . The hope students Majalengka SMALB - B could be so skilled with their capital skills to live independently in the community , without constantly relying on parents or close . In fact the process of learning skills in SMALB - B Majalengka still not optimal , so that students in SMALB - B Majalengka still less skilled , it is seen in the results of learning skills , especially in the automotive skills . Communication in deaf children is one factor inhibiting the achievement of learning objectives that required learning method in accordance with the conditions of deaf children . The purpose of this research are: ( 1 ) To reveal the tendency of students' abilities in each phase of the process of learning the skills of automotive ( motorcycle carburetor service ) by using the method of demonstration in SMALB - B Majalengka ; ( 2 ) To identify trends in automotive skills learning outcomes ( motorcycle carburetor service ) by using the method of demonstration in SMALB - B Majalengka . The method used in this study was a single subject research methods , or better known as Single Subject Research ( SRR ) , which is a method aimed at obtaining the necessary data , by looking at the presence or absence of influence or change that occurs from a given treatment to the subject , repeatedly in a certain time . The research design used in this study is a single-subject reversal design type ABA , which is a development of the basic AB design , where the measurement was repeated two times the baseline phase . The basic procedure is the measurement of the baseline phase ( A1 ) , then the intervention condition ( B ) , and the measurements returned to baseline phase ( A2 ) , and each carried five times for the same subject . Based on the results of a study of three deaf learners , learning outcomes tendency automotive skills in children with disabilities ( hearing impaired ) with the learning process using demonstrations have increased , it is seen in the change of the third level learners who become research subjects is +22 , +19 , and +24 . from the baseline phase ( A1 ) prior to treatment intervention ( B ) , to the baseline phase ( A2 ) after treatment or intervention ( B )


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... .v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Indikator Keberhasilan ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Tentang Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Ciri-ciri Belajar ... 11

3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 11

4. Hasil Belajar ... 11

B. Metode Mengajar ... 13

1. Pengertian Metode Mengajar ... 13

2. Jenis-Jenis Metode Mengajar ... 13

3. Pemilihan Metode Mengajar ... 14

4. Metode Demonstrasi ... 15

5. Perencanaan dan Persiapan Metode Demonstrasi ... 17


(7)

7. Keunggulan dan Kelemahan Metode Demostrasi ... 18

a. Keunggulan ... 19

b. Kelemahan... 20

8. Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Khusus Bagi Anak Tuna rungu 20 a. Prinsip Keterarahwajahan ... 21

b. Prinsip Keterarahsuaraan ... 21

c. Prinsip Intersubyektifitas ... 21

d. Prinsip Kekonkritan ... 21

e. Prinsip Visualisasi ... 21

f. Prinsip Keperagaan ... 22

g. Prinsip Pengalaman yang Menyatu ... 22

h. Prinsip Belajar Sambil Melakukan... 22

C. Pendidikan Luar Biasa ... 22

1. Definisi Pendidikan Luar Biasa ... 22

2. Anak Tuna Rungu ... 23

3. Karakteristik Anak Tuna Rungu ... 24

4. Klasifikasi Anak Tuna Rungu ... 27

D. Pembelajaran Keterampilan di SLB ... 29

1. Keterampilan ... 29

2. Pembelajaran Keterampilan ... 30

3. Fungsi Mata Pelajaran Keterampilan ... 30

4. Tujuan Pengajaran Keterampilan ... 31

5. Ruang Lingkup Pengajaran Keterampilan di SMALB ... 31

6. Otomotif ... 33

7. Otomotif Sepeda Motor... 33

8. Langkah Langkah Perawatan Sepeda Motor... 33

E. Penelitian Terdahulu ... 35

F. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Metode Penelitian... 38

B. Desain Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Data dan Sumber Data Penelitian ... 41

1. Data ... 41

2. Sumber Data ... 42

E. Lokasi Penelitian ... 42

F. Subjek Penelitian ... 42

G. Instrumen Penelitian... 44


(8)

I. Teknik Analisis Data ... 46

1. Analisis Dalam Kondisi ... 47

a. Analisis Dalam Kondisi ... 47

b. Estimasi Kecenderungan Arah ... 47

c. Kecenderungan Stabilitas ... 49

d. Jejak Data ... 49

e. Level Stabilitas dan Rentang ... 50

f. Level Perubahan (Level Change) ... 50

2. Analisis antar kondisi ... 50

a. Jumlah Variabel Yang Diubah ... 50

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 51

c. Perubahan Stabilitas ... 51

d. Perubahan Level ... 51

e. Data Overlap ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Kegiatan Awal ... 53

2. Kegiatan Inti ... 53

3. Kegiatan Akhir ... 72

B. Waktu Dan Frekuensi Peserta Didik Pada Saat Dilakukan Intervensi ... 72

C. Analisi Visual Keterampilan Membersihkan Karburator Sepeda Motor .. 75

1. Analisis Dalam Kondisi ... 75

a. Analisis Dalam Kondisi ... 80

b. Estimasi Kecenderungan Arah ... 80

c. Kecenderungan Stabilitas ... 86

d. Jejak Data ... 97

e. Level Stabilitas dan Rentang ... 98

f. Level Perubahan (Level Change) ... 98

g. Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi...100

2. Analisis antar kondisi ...101

a. Jumlah Variabel Yang Diubah ...101

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ...102

c. Perubahan Stabilitas ...103

d. Perubahan Level ...104

e. Data Overlap ...105

f. Rangkuman Analisis Antar Kondisi...107

D. Pembahasan Analisis Dalam Kondisi dan Analisis Antar Kondisi ...108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...123


(9)

B. Saran ...123 DAFTAR PUSTAKA ...114 LAMPIRAN ...117


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi instrumen ... 44

3.2 Panjang kondisi ... 47

3.3 Estimasi kecenderungan arah ... 48

4.1 Frekuensi peserta didik 1 ... 74

4.2 Frekuensi peserta didik 2 ... 75

4.3 Frekuensi peserta didik 3 ... 75

4.4 Kemampuan membersihkan karburator motor peserta didik 1 ... 76

4.5 Kemampuan membersihkan karburator motor peserta didik 2 ... 77

4.6 Kemampuan membersihkan karburator motor peserta didik 3 ... 78

4.7 Panjang kondisi ... 80

4.8 Estimasi kecenderungan arah peserta didik 1 ... 84

4.9 Estimasi kecenderungan arah peserta didik 2 ... 84

4.10 Estimasi kecenderungan arah peserta didik 3 ... 85

4.11 Persentase stabilitas peserta didik 1 ... 96

4.12 Persentase stabilitas peserta didik 2 ... 96

4.13 Persentase stabilitas peserta didik 3 ... 96

4.14 Kecenderungan jejak data peserta didik 1 ... 97

4.15 Kecenderungan jejak data peserta didik 2 ... 97

4.16 Kecenderungan jejak data peserta didik 3 ... 97

4.17 Level stabilitas rentang peserta didik 1 ... 98

4.18 Level stabilitas rentang peserta didik 2 ... 98

4.19 Level stabilitas rentang peserta didik 3 ... 98

4.20 Level perubahan (level change) peserta didik 1 ... 99

4.21 Level perubahan (level change) peserta didik 2 ... 99

4.22 Level perubahan (level change) peserta didik 3 ... 99

4.23 Rangkuman hasil analisis dalam kondisi peserta didik 1 ...100


(11)

4.25 Rangkuman hasil analisis dalam kondisi peserta didik 3 ...101

4.26 Jumlah variabel yang diubah pada peserta didik 1, 2 dan 3. ...101

4.27 Perubahan kecenderungan arah peserta didik 1 ...102

4.28 Perubahan kecenderungan arah peserta didik 2 ...102

4.29 Perubahan kecenderungan arah peserta didik 3 ...103

4.30 Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya peserta didik 1 ...103

4.31 Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya peserta didik 2 ...103

4.32 Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya peserta didik 3 ...103

4.33 Level perubahan peserta didik 1 ...104

4.34 Level perubahan peserta didik 2 ...104

4.35 Level perubahan peserta didik 3 ...105

4.36 Overlap peserta didik 1 ...105

4.37 Overlap peserta didik 2 ...106

4.38 Overlap peserta didik 3 ...107

4.39 Rangkuman hasil analisis antar kondisi peserta didik 1 ...107

4.40 Rangkuman hasil analisis antar kondisi peserta didik 2 ...108


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pemikiran ... 37

3.1 Desain A-B-A... 39

3.2 Hubungan antara variabel intervensi dengan variabel target behavior ... 41

3.3. Lokasi penelitian ... 42

4.1 Persiapan operator ... 53

4.2 Guru mendemonstrasikan obeng (-) ... 53

4.3 Guru mendemonstrasikan obeng (+) ... 54

4.4 Guru mendemonstrasikan baki ... 54

4.5 Guru mendemonstrasikan bensin ... 54

4.6 Guru mendemonstrasikan carbu cleaner ... 54

4.7 Guru mendemonstrasikan kunci ring 8 ... 55

4.8 Peserta didik memegang obeng (-) ... 55

4.9 Peserta didik memegang obeng (+) ... 55

4.10 Peserta didik memegang baki ... 55

4.11Peserta didik memegang koas ... 56

4.12 Peserta didik memegang bensin ... 56

4.13 Peserta didik memegang carbu cleaner ... 56

4.14 Peserta didik memegang kunci ring 8 ... 56

4.15 Guru mendemonstrasikan cara melepas air filter ... 57

4.16 Guru mendemonstrasikan cara melepas kabel choke ... 57

4.17 Guru mendemonstrasikan cara melepas selang vacum ... 57

4.18 Guru mendemonstrasikan cara melepas selang masuk bensin ... 58

4.19 Guru mendemonstrasikan cara melepas kabel gas ... 58

4.20 Guru mendemonstrasikan cara melepas karburator ... 58

4.21 Peserta didik melepas air filter ... 58

4.22 Peserta didik melepas kabel choke ... 59


(13)

4.24 Peserta didik melepas selang masuk bensin ... 59

2.25 Peserta didik melepas kabel gas ... 59

4.26 Peserta didik melepas karburator ... 59

4.27 Guru mendemonstrasikan melepas 2 baut tutup pelampung... 60

4.28 Guru mendemonstrasikan melepas penutup pelampung ... 60

4.29 Guru mendemonstrasikan melepas main jet ... 60

4.30 Guru mendemonstrasikan melepas pilot jet ... 61

4.31 Guru mendemonstrasikan melepas pin pengunci ... 61

4.32 Guru mendemonstrasikan melepas pelampung dan jarum... 61

4.33 Peserta didik mempraktikan melepas 2 buah baut ... 62

4.34 Peserta didik mempraktikan melepas penutup pelampung ... 62

4.35 Peserta didik mempraktikan melepas main jet ... 62

4.36 Peserta didik mempraktikan melepas pilot jet ... 62

4.37 Peserta didik mempraktikan melepas pin pengunci ... 63

4.38 Peserta didik mempraktikan melepas pelampung dan jarum ... 63

4.39 Guru mendemonstrasikan meletakan komponen karburator... 63

4.40 Guru mendemonstrasikan memeriksa komponen karburator ... 64

4.41 Guru mendemonstrasikan cara membersihkan komponen karburator ... 64

4.42 Peserta didik meletakan seluruh komponen karburator ... 64

4.43 Peserta didik memeriksa komponen karburator ... 65

4.44 Peserta didik membersihkan komponen karburator ... 65

4.45 Guru mendemonstrasikan cara memasang pelampung dan jarum ... 65

4.46 Guru mendemonstrasikan cara memasang pin pengunci ... 66

4.47 Guru mendemonstrasikan cara memasang pilot jet ... 66

4.48 Guru mendemonstrasikan cara memasang main jet ... 66

4.49 Guru mendemonstrasikan cara memasang penutup pelampung ... 66

4.50 Guru mendemonstrasikan cara memasang 2 baut ... 67

4.51 Peserta didik mempraktikan memasang pelampung dan jarum ... 67

4.52 Peserta didik mempraktikan memasang pin pengunci ... 67

4.53 Peserta didik mempraktikan memasang pilot jet ... 68


(14)

4.55 Peserta didik mempraktikan memasang tutup pelampung ... 68

4.56 Peserta didik mempraktikan memasang 2 baut pengunci ... 68

4.57 Guru mendemonstrasikan cara memsang karburator ... 69

4.58 Guru mendemonstrasikan cara memsang kabel gas ... 69

4.59 Guru mendemonstrasikan cara memasang selang masuk bensin ... 69

4.60 Guru mendemonstrasikan cara memsang selang vacum ... 70

4.61 Guru mendemonstrasikan cara memsang kabel choke ... 70

4.62 Guru mendemonstrasikan cara memsang air filter ... 70

4.63 Peserta didik mempraktikan memasang karburator ... 71

4.64 Peserta didik mempraktikan memasang kabel gas ... 71

4.65 Peserta didik mempraktikan memasang selang masuk bensin ... 71

4.66 Peserta didik mempraktikan memasang selang vacum ... 71

4.67 Peserta didik mempraktikan memasang kabel choke ... 72

4.68 Peserta didik mempraktikan memasang air filter ... 72


(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Waktu kerja pada kondisi intervensi peserta didik 1 ... 73

4.2 Waktu kerja pada kondisi intervensi peserta didik 2 ... 73

4.3 Waktu kerja pada kondisi intervensi peserta didik 3 ... 74

4.4 Keterampilan membersihkan karburator motor fase A1-B-A2 peserta didik 1 ... 76

4.5 Keterampilan membersihkan karburator motor fase A1-B-A2 peserta didik 2 ... 78

4.6 Keterampilan membersihkan karburator motor fase A1-B-A2 peserta didik 3 ... 79

4.7 Estimasi kecenderungan arah fase baseline (A1) peserta didik 1 ... 81

4.8 Estimasi kecenderungan arah fase baseline (A1) peserta didik 2 ... 81

4.9 Estimasi kecenderungan arah fase baseline (A1) peserta didik 3 ... 81

4.10 Estimasi kecenderungan arah fase intervensi (B) peserta didik 1 ... 82

4.11 Estimasi kecenderungan arah fase intervensi (B) peserta didik 2 ... 82

4.12 Estimasi kecenderungan arah fase intervensi (B) peserta didik 3 ... 82

4.13 Estimasi kecenderungan arah fase baseline (A2) peserta didik 1 ... 83

4.14 Estimasi kecenderungan arah fase baseline (A2) peserta didik 1 ... 83

4.15 Estimasi kecenderungan arah fase baseline (A2) peserta didik 1 ... 83

4.16 Kecenderungan stabilitas fase baseline (A1) peserta didik 1 ... 87

4.17 Kecenderungan stabilitas fase baseline (A1) peserta didik 2 ... 88

4.18 Kecenderungan stabilitas fase baseline (A1) peserta didik 3 ... 89

4.19 Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B) peserta didik 1 ... 90

4.20 Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B) peserta didik 2 ... 91

4.21 Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B) peserta didik 3 ... 92

4.22 Kecenderungan stabilitas fase baseline (A2) peserta didik 1 ... 93

4.23 Kecenderungan stabilitas fase baseline (A2) peserta didik 2 ... 94


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. RPP ...117

2. Prosedur service karburator ...123

3. Instrumen penelitian ...133

4. Data penelitian ...142


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau bekerja dan bertanggung jawab. Pendidikan adalah salah satu yang menunjang terciptanya SDM Indonesia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana, sistematis dan logis dalam rangka membina manusia menuju proses pendewasaan, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan hidup di lingkungannya. Pendidikan juga diharapkan suatu negara mampu untuk menghadapi tuntutan kemajuan zaman yang sekarang ini semakin berkembang cepat, seperti yang dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sistem Pendidikan Nasional di atas menegaskan bahwa melalui pendidikan seseorang bisa berpotensi dan berkembang menjadi manusia yang berkualitas untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. warga negara republik Indonesia pada dasarnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan yang fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Peserta didik dengan kemampuan fisik dan mental yang mengalami kekurangan atau berkebutuhan khusus (difabel), mereka juga memerlukan pendidikan khusus untuk dapat hidup wajar dan mendapat hak-haknya dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Anak luar biasa atau berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalami penyimpangan rata-rata normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik, neuromotor atau fisik, perilaku sosial,


(18)

2

kemampuan sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan dari berbagai variabel tersebut. Anak luar biasa yang memiliki penyimpangan, memerlukan modifikasi pelaksanaan pembelajaran, dalam bentuk pelayanan pendidikan kebutuhan khusus atau pendidikan luar biasa, sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008: 4-5) bahwa :

Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, sosial, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Standar proses pendidikan khusus ini berlaku untuk peserta didik seperti: tuna netra, tuna grahita, tuna rungu, tuna daksa, tuna laras pada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Permendiknas diatas menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus (difabel) yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, berhak dan difasilitasi oleh negara untuk mendapatkan layanan pendidikan melalui pendidikan khusus. Anak tuna rungu adalah salah satu bagian dari anak luar biasa. Anak tuna rungu dipandang sebagai salah satu anak berkebutuhan khusus, yang masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, kemampuan bekerja, dan bahkan banyak yang dapat mandiri di masyarakat. Kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan melalui pendidikan luar biasa, yaitu SLB-B sekolah luar biasa yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan untuk anak tuna rungu. Melalui SLB-B kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan, hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) 72 Tahun 1991 Bab 2 pasal 2 disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah:

…membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan. Tujuan pendidikan luar biasa di atas salah satunya dapat diwujudkan melalui pembelajaran keterampilan. Keterampilan menjadi salah satu hal yang penting dalam pelayanan pendidikan luar biasa, hal tersebut sudah diperhatikan dengan adanya pendidikan keterampilan pada kurikulum sekolah luar biasa. Pendidikan


(19)

3

keterampilan diharapkan akan menjadi bekal bagi anak luar biasa untuk biasa lebih terampil, menjadi anak yang mandiri, dan tidak terus bergantung pada kedua orang tua atau orang terdekatnya, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjadi anak yang mandiri seutuhnya di masyarakat.

Sekolah Luar Biasa bagian B (SLB-B) di Majalengka merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak tuna rungu, lembaga yang sudah berdiri sejak tahun 1971, saat ini memiliki jumlah siswa 45 orang yang terdiri dari SDLB-B, SMPLB-B dan SMALB-B. Jumlah siswa SMALB-B saat ini adalah 7 orang, yang terdiri dari 2 orang kelas 1, 2 orang kelas 2 dan 3 orang kelas 3. Tingginya minat siswa terhadap bidang keterampilan khususnya otomotif, seharusnya didukung dan ditunjang dengan guru atau instruktur yang kompeten, saranan prasarana yang baik, dan proses pembelajaran yang tepat dan efektif, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang maksimal.

Keterampilan pada anak berkebutuhan khusus sedikitnya diharapkan bisa menjadi sebuah modal, untuk membangun sebuah kemandirian anak, agar mampu hidup mandiri seutuhnya di masyarakat. Selama kurang lebih satu minggu penulis mengamati kegiatan belajar mengajar SMALB-B di Majalengka, mendapat sebuah temuan awal masalah, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMALB-B di Majalengka, bahwa:

Pendidikan keterampilan di sekolahnya masih belum bisa berjalan dengan maksimal, terutama pada proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya guru keterampilan yang khusus, yang sesuai dengan bidang disiplin ilmunya, sehingga untuk mengisi jam pelajaran keterampilan, beliau selalu mendatangkan instruktur dari luar, seperti tukang rias, tukang jahit, tukang pangkas rambut, dan lain sebagainya. Instruktur tersebut pada dasarnya kurang memiliki pemahaman tentang metode pembelajaran, sehinga pada akhirnya hasil belajar pada mata pelajaran keterampilan kurang maksimal, dan akibatnya siswa SMALB-B di Majalengka masih kurang terampil, baik itu tentang ketatabusanaan, kriya kayu, dan terutama pada bidang keterampilan otomotif . Hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran keterampilan di SMALB-B Majalengka disebabkan karena kurang maksimalnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang maksimal terjadi karena hal sebagai berikut : (1) Siswa SMALB-B jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan otomotif; (2) Terbatas atau minimnya alat praktik otomotif sehingga


(20)

4

membuat siswa susah untuk berlatih; (3) Tidak adanya guru keterampilan khusus yang memiliki disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang keterampilan yang diajarkan baik itu tata busana, tatarias, otomotif dan lain sebagainya; (4) Komunikasi anak tuna rungu yang terganggu merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif; (5). Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat digunakan pada mata pelajaran keterampilan. Metode ceramah yang kebanyakan diterapkan selama ini pada mata pelajaran keterampilan membuat siswa kurang paham dan mengalami kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan.

Proses pembelajaran yang kurang maksimal mengakibatkan siswa SMALB-B di Majalengka kurang terampil, terutama pada bidang keterampilan otomotif. Muhibbin (dalam Sugihartono, 2007: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:

1) faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rokhani siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Tiga poin yang dikemukakan Muhibbin, pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada poin ke tiga, yaitu faktor pendekatan belajar yang didalamnya termasuk metode belajar. Metode belajar yang digunakan akan mempengaruhi terhadap hasil belajar. Prinsipnya dalam belajar keterampilan otomotif, akan lebih efektif apabila siswa dibimbing dan langsung mengalami sendiri materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan mempercepat pemahaman terhadap materi yang disampaikan.

Kendala komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat utama proses pembelajaran, sehingga diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar pemaparan seorang guru dapat dimengerti dengan baik, seperti menurut Abu (dalam B. Suryosubroto, 2002: 34) yang menyatakan bahwa „dasar pemilihan metode mengajar yaitu harus relevan dengan situasi pembelajaran, bahwa metode harus sesuai dengan kondisi pengajaran yang ada. Penggunaan metode yang kurang tepat membuat siswa tidak termotivasi belajar‟.


(21)

5

Berdasarkan pendapat Abu A. penulis berpendapat bahwa metode demonstrasi adalah metode yang dipandang relevan dan tepat untuk proses pembelajaran keterampilan bagi peserta didik tuna rungu. Pendengaran anak tuna rungu tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga melalui indera penglihatannya anak tuna rungu berusaha memperoleh informasi. Metode demonstrasi yang lebih mengedepankan visualisasi akan memudahkan anak tuna rungu untuk menyerap informasi dan mengerti akan maksud isi pembelajaran, selain itu dengan metode demonstrasi terjadinya verbalisme juga akan dapat dihindari, sebab dengan menggunakan metode demonstrasi siswa akan langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. Akhirnya dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tetantang “Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak

difabel di SMALB-B Majalengka”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Siswa SMALB-B jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan otomotif.

2. Terbatas atau minimnya alat praktik otomotif sehingga membuat siswa susah untuk berlatih.

3. Tidak adanya guru keterampilan khusus yang memiliki disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang keterampilan yang diajarkan, baik itu tata busana, tatarias, otomotif dan lain sebagainya.

4. Komunikasi anak tuna rungu merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif.

5. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dengan kondisi anak tuarungu pada mata pelajaran keterampilan.


(22)

6

C.Batasan Masalah

Agar penelitian ini bisa lebih terarah dari beberapa masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dibatasi dengan batasan permasalahan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka.

2. Anak berkebutuhan khusus (difabel) pada penelitian ini adalah anak tuna rungu.

3. Keterampilan otomotif yang dimaksud pada penelitian ini adalah service ringan pada kendaraan sepeda motor honda kharisma yaitu service karburator. 4. Metode pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

demonstrasi.

5. Hasil belajar yang diamati pada penelitian ini adalah target behavior (perilaku sasaran) pada keterampilan otomotif.

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Bagaimana kecenderungan hasil belajar keterampilan otomotif (service karburator) dengan menggunakan metode demonstrasipada anak difabel (tuna rungu) di SMALB-B Majalengka?”.

E.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari rumusan masalah pada penelitian ini adalah hasil belajar, yaitu peserta didik dapat melakukan service pada karburator sepeda motor. Peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat melakukan persiapan kerja.

2. Peserta didik dapat melakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.

3. Peserta didik dapat melepas karburator dari sepeda motor. 4. Peserta didik dapat melakukan pembongkaran karburator.


(23)

7

5. Peserta didik dapat memeriksa dan membersihkan seluruh komponen karburator.

6. Peserta didik dapat melakukan perakitan karburator.

7. Peserta didik dapat memasang karburator pada sepeda motor.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran kecenderungan kemampuan siswa tiap fase pada proses pembelajaran keterampilan otomotif (service karburator) dengan menggunakan metode demonstrasi di SMALB-B Majalengka.

2. Mengetahui kecenderungan hasil belajar keterampilan otomotif (service karburator) dengan menggunakan metode demonstrasi di SMALB-B Majalengka.

G.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penerapan metode demonstrasi, pada proses pembelajaran keterampilan otomotif untuk anak tuna rungu, dan menjadi sebuah pembelajaran yang bermanfaat.

2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan, referensi dan pengetahuan dalam penggunaan metode yang tepat untuk proses pembelajaran keterampilan, khususnya otomotif.

3. Bagi siswa, penerapan metode demonstrasi pada penelitian ini diharapkan dapat membatu siswa lebih memahami materi yang disampaikan pada proses pembelajaran kerterampilan, khususnya otomotif.


(24)

8

H.Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan skripsi agar susunannya lebih teratur, struktur organisasi penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, indikator keberhasilan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, anatara lain tentang, tinjauan tentang belajar, metode mengajar, pendidikan pada anak difabel, pembelajaran keterampilan di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan kerangka pemikiran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, data dan sumber data, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian studi pembelajaran keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka, yaitu hasil penelitian, waktu dan frekuensi peserta didik pada saat dilakukan intervensi, analisis visual keterampilan service karburator sepeda motor, dan pembahasan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi yang telah dilakukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diberikan untuk pihak-pihak terkait.


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk menjawab suatu permasalahan, yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan. Penentuan metode sangat penting karena akan membantu mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data.

Metode dalam suatu penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Agar tujuan tersebut tercapai, maka metode yang dipilih harus berhubungan dengan prosedur penelitian yang dipergunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1985: 131) bahwa “Metode merupakan cara utama untuk mencapai suatu tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikkan serta dari situasi penyelidikan.

Bertitik tolak dari perumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis yang telah penulis rumuskan di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Subjek Tunggal, atau lebih dikenal dengan istilah Single Subject Research (SRR), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh atau perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek, secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok, tetapi dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda, yaitu dalam kondisi baseline dan kondisi eksperimen (intervensi).

Fase baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior, dilakukan pada keadaan natural sebelum dilakukan intervensi apapun. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan, dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut, pada penelitian dengan desain subjek tunggal selalu


(26)

39

dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya satu fase intervensi. (Sunanto, 2005: 56).

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini adalah desain reversal tipe B-A, yaitu merupakan pengembangan dari desain dasar A-B, dimana pengukuran fase baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah pengukuran pada fase baseline (A1), kemudian pada kondisi intervensi (B), dan pengukuran kembali pada fase baseline (A2), dan masing-masing dilakukan beberapa kali untuk subyek yang sama.

Gambar 3.1 Desain A-B-A (Sumber: Sunanto 2005: 59 ) A1 = Baseline

Baseline adalah kondisi awal kemampuan keterampilan subjek sebelum diberi perlakuan (intervensi), Pengukuran fase baseline dilakukan sebanyak lima kali, sampai data stabil.

B = intervensi

Intervensi adalah kondisi keterampilan subjek selama memperoleh perlakuan, yaitu pembelajaran keterampilan membersihkan karburator dengan menggunakan metode demontrasi. Perlakuan dan pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali sampai data menjadi stabil.

A2 = Baseline

Baseline yang ke dua adalah kondisi baseline sebagai evaluasi sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan pada subjek, dan dilakukan sebanyak 5 kali, sampai data stabil.


(27)

40

Dalam penelitian subjek tunggal untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan eksperimen dengan desain A-B-A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.

1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat.

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1), secara continu sekurang-kurangnya tiga atau lima atau sampai trend dan level data menjadi stabil.

3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil.

4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

5. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline (A2).

C.Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 61), mengemukakan bahwa “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat tahu nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka objek tersebut memungkinkan untuk dilakukan pengukuran, secara kualitatif maupun kuantitatif. Menurut Sunanto ( 2005: 12). Mengemukakan bahwa:

…dalam penelitian eksperimen biasanya menggunakan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya variabel bebas adalah yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama target behavior (perilaku sasaran). Sedangkan variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka variabel dalam penelitian subjek tunggal atau Single Subject Research (SRR), ini dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu target behavior (perilaku sasaran) dan intervensi atau perlakuan.


(28)

41

1. Intervensi atau perlakuan adalah variabel yang menjadi penyebab. Intervensi atau perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demontrasi.

2. Target behavior (perilaku sasaran) adalah variabel yang dipengaruhi. Target behavior (perilaku sasaran) dalam penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan otomotif pada anak difabel di SMALB-B Majalengka.

Secara sistematik hubungan antara variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Hubungan antara variabel intervensi dengan variabel target behavior

D.Data dan Sumber Data Penelitian 1. Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 96), disebutkan bahwa: "Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi ialah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan". Dikenal dua jenis data penelitian, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2005: 4) yang menyatakan bahwa:

Data yang berbentuk bilangan disebut data kuantitatif, harganya berubah-ubah atau bersifat variabel. Sedangkan data yang bukan kuantitatif yaitu data yang dikategorikan menurut lukisan kualitas objek yang dipelajari disebut data kualitatif.

Penjelasan ini menjelaskan bahwa data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil

Intervensi:

Pembelajaran keterampilan otomotif dengan

menggunakan metode demonstrasi

Target behavior:

Hasil belajar keterampilan otomotif pada anak difabel


(29)

42

pengamatan keterampilan melalui tes unjuk kerja pada fase baseline (A1), fase intervensi (B) dan fase baseline (A2).

2. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107) ”Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan, maka sumber data pada penelitian subjek tunggal ini adalah tiga orang siswa tingkat III SMALB-B YPLB Majalengka Tahun ajaran 2013/2014.

E.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB-B YPLB) Majalengka, yang beralamat di Jalan Emen Slamet No. 70 Majalengka 45418, E-Mail Admin@Slbbyplbmajalengka.com, Telepon (0233) 8287148. SMALB-B YPLB Majalengka mulai berdiri sejak tahun 1971, dengan visi menjadi lembaga yang membentuk pribadi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil, berprestasi dan mandiri di tahun 2020. Misinya adalah: (1) Meningkatkan keimanan pada tuhan yang maha esa; (2) Membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi sehingga bisa mandiri; (3) Menanamkan pembiasaan pendidikan budaya dan karakter sehingga peserta didik berbudi pekerti luhur.

Gambar 3.1 Sekolah SMALB-B YPLB Majalengka (Data diambil 3 Desember 2013)

F. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XII SMALB-B Majalengka, pada pembelajaran keterampilan otomotif dengan menggunakan


(30)

43

metode demonstrasi terdapat tiga subjek atau peserta didik yang ketiganya memiliki difabilitas yang sama yaitu tuna rungu.

1. Peserta didik I

Nama : Ibad

Tempat, Tgl. Lahir : Majalengka, 18 Juni 1995 Jenis Kelamin : Laki Laki

Agama : Islam

Alamat : Ds. Tajur Kec. Cigasong Kab. Majalengka

Kelainan : Tuna rungu

Jenis : Kurang Dengar

Tingkat Ketulian : Kurang dari 90 dB 2. Peserta didik II

Nama : Ajat

Tempat, Tgl. Lahir : Majalengka, 07 Juni 1987 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Ds. Cibatu Majalengka

Kelainan : Tuna rungu

Jenis : Deaf

Tingkat Ketulian : Lebih dari 90 dB 3. Peserta didik III

Nama : Ade

Tempat, Tgl. Lahir : Majalengka, 21 Maret 1987 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Ds. Cibatu Majalengka

Kelainan : Tuna rungu

Jenis : Deaf


(31)

44

G.Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 148) pengertian instrumen adalah “Alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun soaial yang diamati.” Berdasarkan pengertian tersebut, instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan atau keterampilan otomotif siswa (service karburator sepeda motor) dalam penelitian ini, adalah berupa tes unjuk kerja, adapun format yang disusun berisi point-point tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi untuk service sebuah karburator sepeda motor yang baik dan benar. Kisi-kisi instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen penelitian Standar

Kompetensi Mengerjakan Tune-Up

Nomor Soal Kompetensi

Dasar Membersihkan Karburator Bentuk Soal Praktik

Indikator 1. Persiapan operator. a. Pakaian kerja b. Kesehatan fisik

2. Persiapan, siaswa menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

a. Obeng ( - ) b. Obeng ( + ) c. Bak

d. koas e. Bensin

f. Carbu cleaner

g. Kunci ring 8

3. Proses kerja melepas karburator dari sepeda motor. a. Melepaskan air filter dari karburator.

b. Melepaskan kabel choke. c. Melepaskan selang vacum.

d. Melepaskan selang masuk bensin. e. Melepaskan kabel gas.

f. Melepaskan karburator dari intake manofold. 4. Proses Kerja membongkaran karburator

a. Melepaskan 2 baut pengunci tutup pelampung menggunakan obeng ( + ) dengan memutar

1

2

3


(32)

45

berlawanan arah jarum jam. b. Melepaskan tutup pelampung.

c. Melepaskan main jet menggunakan obeng ( - ) dengan memutar berlawanan arah jarum jam. d. Melepaskan pilot jet menggunakan obeng ( - )

dengan memutar berlawanan arah jarum jam. e. Melepaskan pin pengunci pelampung

f. Melepaskan pelampung dan jarum dari dudukannya.

5. Proses kerja memeriksa dan mermbersihkan karburator.

a. Meletakan seluruh komponen karburator pada baki.

b. Memeriksa seluruh komponen karburator yang ada dari kerusakan.

c. Membersihkan seluruh komponen dengan bensin dan carbu cleaner.

6. Proses kerja merakit/memasang karburator a. Memasang jarum dan pelampung pada

dudukanya.

b. Memasang pengunci pelampung.

c. Memasang pilot jet menggunakan obeng ( - ) dengan memutarnya searah jarum jam. d. Memasang main jet menggunakan obeng ( - )

dengan memutarnya searah jarum jam. e. Memasang penutup pelampung.

f. Memasang 2 baut penutup palmpuang menggunakan obeng ( + ) dengan memutar searah jarum jam.

7. Proses kerja memasang karburator pada sepeda motor yaitu :

a. Memasang kabel gas pada karburator. b. Memasang selang bensin pada karburator. c. Memasang selang vacum.

d. Memasang kabel choke.

e. Memasang air filter pada karburator. 8. Hasil kerja

Seluruh komponen karburator dalam keadaan bersih dan motor menyala tanpa ada kerusakan pada karburator.

9. Waktu kerja

Waktu Kerja adalah 30 menit.

5

6

7

8


(33)

46

H.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi yaitu dengan cara mengamati setiap aspek yang terjadi, dalam penelitian ini pengamatan dilakukan sebelum intervensi, selama intervensi dan setelah intervensi dilaksanakan, yaitu mengukur dan mengumpulkan data pada fase baseline (A1) secara kontinyu, sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai trend dan level data menjadi stabil, kemudian memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil, selanjutnya mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B), dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil, dan terakhir setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil, mengulang kembali fase baseline (A2).

I. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Data yang diperoleh dari hasil pencatatan kemampuan keterampilan siswa dalam membersihkan/service karburator, selanjutnya diolah dan dianalisis untuk bisa menarik sebuah kesimpulan. Penelitian eksperimen pada umumnya pada saat menganalisis data menggunakan teknik statistik deskriptif, oleh karena itu pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang komplek tidak dilakukan, tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana, penelitian dengan desain kasus tunggal terfokus pada data individu dari pada data kelompok.

Analisis data pada penelitian dengan subjek tunggal terdapat beberapa hal, diantaranya pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptif dan penggunaan analisis visual. Penggunaan analisis grafik diharapkan dapat memperjelas gambaran dari suatu kondisi eksperimen baik sebelum perlakuan (baseline 1), maupun pada saat setelah diberi perlakuan (intervensi), dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah perlakuan (baseline 2).

Menurut Sunanto (2005: 96), “dalam analisis data dengan metode analisis visual ada beberapa hal yang menjadi perhatian peneliti, yaitu; banyaknya data point/skor dalam setiap kondisi, banyaknya variabel terikat yang ingin diubah,


(34)

47

tingkat stabilitas dan perubahan level data dalam suatu kondisi atau antar kondisi, arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi”.

Analisis data yang dilakukan pada penelitian desain subjek tunggal ini peneliti membuat beberapa hal diantaranya adalah pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptif, dan analisi visual. Langkah penganalisisan yang dilakukan meliputi analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis Dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam satu kondisi, yaitu pada kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi komponen tingkat stabilitas, kecenderungan arah, dan tingkat perubahan (level change).

a. Panjang Kondisi

Menurut Sunanto (2005: 96), “panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor pada setiap kondisi. Seberapa banyak data point yang harus ada pada setiap kondisi tergantung pada masalah penelitian dan intervensi yang diberikan”. Penetuan panjang kondisi diawali dengan menentukan panjang interval. Panjang interval menunjukkan ada berapa fase dalam kondisi tersebut, selanjutnya dibuat dalam tabel.

Tabel 3.2 Panjang kondisi

KONDISI BASELINE (A) INTERVENSI (B)

Panjang Kondisi

b.Estimasi Kecenderungan Arah

Bagi peneliti di bidang modifikasi perilaku, kecenderungan arah (trend/slope) data pada suatu grafik sangat penting, untuk memberikan gambaran perilaku subyek yang sedang diteliti. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan kombinasi antara level dan trend, peneliti secara reliabel dapat menentukan pengaruh kondisi (intervensi) yang dikontrol. Kecenderungan arah grafik (trend)


(35)

48

menunjukkan perubahan setiap data path (jejak), dari sesi ke sesi (waktu ke waktu). Menurut sunanto (2005: 98), “ada tiga macam kecenderungan arah grafik (trend) yitu, (1) meningkat, (2) mendatar, dan (3) menurun. Masing-masing maknanya tergantung pada tujuan intervensinya”. Untuk lebih jelasnya dibuat dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Estimasi kecenderungan arah

KONDISI BASELINE

Estimasi Kecenderungan Arah

(Meningkat)

(Mendatar)

(Menurun)

“Ada dua cara untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) yaitu metode freehand dan metode split-middle” (Sunanto, 2005: 96). Pada penelitian ini menggunakan belah dua (split middle). Mengestimasi kecenderungan arah dengan menggunakan metode ini adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median dan poin nilai ordinatnya. Menurut Sunarto (2005: 108) ada beberapa langkah dalam metode ini, diantaranya:

1) Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian,

2) Bagian kanan dan kiri dari tahap 1, dibagi lagi menjadi dua bagian 3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan

4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara bagian kanan dengan bagian kiri.


(36)

49

c. Kecenderungan Stabilitas

Menurut Sunanto (2005: 98), “kecenderungan stabilitas menunjukkan derajat variasi atau besar kecilnya rentang kelompok data tertentu, jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya rendah maka data dikatakan stabil”. Secara umum jika 80% - 90% data masih berada pada 15 % di atas dan di bawah mean, maka data dikatakan stabil. Tingkat stabilitas data dapat ditentukan biasanya menggunakan persentase penyimpangan dari mean sebesar (5, 10, 12 dan 15%). Persentase penyimpangan terhadap mean yang digunakan untuk menghitung stabilitas digunakan yang kecil (10%), jika data mengelompok di bagian atas dan digunakan persentase besar (15%), jika data mengelompok di bagian tengah maupun bagian bawah.

Mean level untuk data di suatu kondisi dihitung dengan cara menjumlahkan, semua data yang ada pada koordinat dibagi banyaknya data, adapun langkah penentuan kecenderungan stabilitas menurut Sunanto (2005: 15) diantaranya dalah sebagai berikut:

1) Menentukan rentang stabilitas dengan rumusan: Rentang Stabilitas = skor tertingi x kriteria stabilitas.

2) Menentukan mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada kordinat dibagi banyaknya data.

3) Menentukan batas atas dengan rumusan:

Batas Atas = Mean Level + (0,5. Rentang Stabilitas). 4) Menetukan batasan bawah dengan rumusan:

Batas bawah = Mean Level – (0,5. Rentang Stabilitas). 5) Menghitung persentase stabilitas (PS) dengan rumus:

Keterangan:

PS = Persentase Stabilitas

BR = banyak Data Poin dalam Rentang BP = Banyak Data Poin

d. Jejak Data

Menentukan kecenderungan jejak data dilakukan dengan proses yang sama dengan proses kecenderungan arah.


(37)

50

e. Level Stabilitas dan Rentang

Istilah Level menunjukkan pada besar kecilnya data yang berada pada skala ordinat (sumbu Y). Data diambil berdasarkan hasil perhitungan kecenderungan stabilitas.

f. Level Perubahan (Level Change)

Tingkat perubahan menunjukkan berapa besarnya perubahan data dalam suatu kondisi dengan cara:

1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi.

2) Mengurangi data yang besar dengan data yang kecil, kemudian menentukan apakah selisihnya menunjukkan arah yang membaik (therapeutic), atau memburuk (contatherapeutic) sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah target behavior yang berubah sepanjang fase intervensi (B), dan bagaimana perubahannya dibandingkan dengan fase baseline (A), jika benar terjadi perubahan pada fase baseline dan fase intervensi benar-benar hanya pada satu variabel terikat, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensi terhadap target behavior.

2.Analisis Antar Kondisi

Analisis antar kondisi dilakukan setelah analisis dalam kondisi untuk memulai menganalisis perubahan antar kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisis. Menurut Sunanto, (2005: 115) untuk menganalisa visual antar kondisi terdapat lima komponen yaitu:

a. Jumlah Variabel Yang Diubah

Menentukan jumlah variabel yang diubah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (intervensi) terhadap variabel terikat (target behavior), secara jelas, peneliti harus terfokus pada perubahan satu target behavior dua kondisi, jika terjadi perubahan pada fase baseline dan fase intervensi benar-benar hanya pada satu varibel terikat, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensi terhadap target behavior.


(38)

51

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis keecendrungan arah dalam masing-masing kondisi, baik itu fase baseline maupun intervensi.

c. Perubahan Stabilitas

Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan stabilitas pada masing-masing fase, baik itu fase baseline maupun intervensi.

d. Perubahan Level

Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi baseline pada fase terakhir dan fase pertama pada kondisi intervensi kemudian dihitung selisih keduanya.

e. Data Overlap

Menentukan overlap data pada kondisi baseline dengan intervensi dilakukan dengan cara:

1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline.

2) Hitung ada berapa data poin pada kondisi intervensi yang berada pada rentang kondisi.

3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi kemudian dikalikan 100%.

Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.


(39)

BAB V

KESIMPULAN D

AN SARAN

A.Kesimpulan

Analisa dan pembahasan data yang diperoleh dari bab sebelumnya, merupakan rujukan bagi penulis untuk menarik suatu kesimpulan, yang dapat menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, kaitannya dengan hasil belajar keterampilan otomotif, dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka, kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Gambaran kecenderungan perkembangan kemampuan keterampilan peserta didik antar kondisi setiap fase, pada proses pembelajaran keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstasi, pada anak difabel (tuna rungu) di SMALB-B Majalengka selalu mengalami peningkatan.

2. Kecenderungan hasil belajar keterampilan otomotif (service karburator sepeda motor), pada anak difabel (tuna rungu) di SMALB-B Majalengka, dengan proses belajar mengajar menggunakan metode demonstrasi mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat pada perubahan level semua peserta didik menunjukkan arah yang meningkat dari fase baseline (A1), ke fase baseline (A2). Melihat selisih dari fase baseline (A1), sebelum dilakukan intervensi (B), ke fase baseline (A2), setelah dilakukan intervensi (B), data sekor keterampilan mengalami peningkatan sebesar +22 pada peserta didik 1, +19 pada peserta didik 2, dan +24 pada peserta didik 3.

B.Saran

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, penggunaan metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan keterampilan membersihkan/service karburator sepeda motor bagi peserta didik difabel khususnya anak tuna rungu. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyarankan sebagai berikut:


(40)

113

1. Bagi Guru, khususnya yang mengajar peserta didik tuna rungu agar dapat menggunakan metode demonstrasi, pada proses belajar mengajar keterampilan otomotif, untuk meningkatkan keterampilan atau hasil belajarnya.

2. Bagi kepala sekolah selaku pimpinan di sekolahnya, dapat merekomendasikan kepada guru-guru keterampilan yang lain, untuk menggunakan metode demonstrasi pada proses pembelajarannya, guna meningkatkan keterampilan peserta didik tuna rungu pada bidang keterampilan lainya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan gambaran pembelajaran keterampilan otomotif bagi peserta didik tuna rungu, dan dapat dijadikan bahan untuk dilakukan pada subjek yang berbeda.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abin, S. M. (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung : Perangkat Sistem Pengajaran Modul Rosda.

Ahmad, I. (2013) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif Di SLBN B Pembina Sumedang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Amin, N. (2005). Ensiklopedi Otomotif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktek Edisi Revisi Kelima. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

B. Suryosubroto, (2002). Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Conny R. S. (1999). Belajar dan pembelajaran dalam taraf pendidikan usia dini pendidikan prasekolah dan sekolah dasar Jakarta : PT. Prenhallindo.

Daryanto, (2010) Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : PT. Gavamedia

Depdiknas, (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas, (2004). Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Pendidikan Berbasis Life Skills di Sekolah Menengah Atas (SMAKh). Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 1 Tahun 2008 Tentang

Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. jakarta.

Djamarah, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Firdan N. F, (2011) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif Menggunakan Metode Demontrasi Bagi Peserta Didik Difabel di SLBN B Pembina Sumedang Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Irwan, (2011). Kursus otomotif. [ Online ]. Tersedia di: http : // www. antarajateng.com / detail/index.php?id=19962 [ Diakses 25 Oktober 2013 pkl.20.30 ].

Murni, W. (2007). Penggunaan Media Kartu Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunarungu Kelas III Di Slb B-C Fadhilah Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Nana, S. (2004) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nana, S. (2005 ) Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(42)

115

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 (1991) Pendidikan Luar Biasa : Jakarta.

Permanarian, S. dan Tati, H. (1995) Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Permendiknas, (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Khusus Bagi Anak Tunarungu[Online].

Tersedia di: http://www.bintangbangsaku.com/artikel/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu [Diakses 03 Maret 2014 pkl.10.30]. Rika, A.N. (2008) Studi Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata

Pelajaran Fisika. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Rita, A. (2008). Penggunaan media kartu untuk melatih keterampilan motoric anak tuna grahita. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanjaya, W. (2006) Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sudjana, N. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung

: Sinar Baru Algesindo.

Sugihartono, (2007) Psikologi Pendidikan Yogyakarta : UNY Press-Yogya.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J. (2005). Pengantar penelitian dengan subyek tunggal. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sunaryo, K. (1998). Hakikat belajar. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud. Sutjihati, S. (1996) Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Eresco.

Syaiful, B. D. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Syaiful, B. D. (2010). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Vembriarto, (1981) Kapita Selekta Pendidikan Jilid 1. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita.

Wulan, A. (2009: 35). pembelajaran matematika pada anak tunarungu. Bandung : Universitas pendidikan indonesi.


(43)

116

Winarno, S. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar, Metode Dan Tekhnik. Bandung PT. Tarsito Bandung.


(1)

51

Rifki Saeful Miftah, 2014

Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis keecendrungan arah dalam masing-masing kondisi, baik itu fase baseline

maupun intervensi.

c. Perubahan Stabilitas

Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan stabilitas pada masing-masing fase, baik itu fase baseline maupun

intervensi.

d. Perubahan Level

Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi

baseline pada fase terakhir dan fase pertama pada kondisi intervensi kemudian dihitung selisih keduanya.

e. Data Overlap

Menentukan overlap data pada kondisi baseline dengan intervensi dilakukan dengan cara:

1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline.

2) Hitung ada berapa data poin pada kondisi intervensi yang berada pada rentang kondisi.

3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi kemudian dikalikan 100%.

Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.


(2)

Rifki Saeful Miftah, 2014

Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN D

AN SARAN

A.Kesimpulan

Analisa dan pembahasan data yang diperoleh dari bab sebelumnya, merupakan rujukan bagi penulis untuk menarik suatu kesimpulan, yang dapat menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, kaitannya dengan hasil belajar keterampilan otomotif, dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka, kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Gambaran kecenderungan perkembangan kemampuan keterampilan peserta didik antar kondisi setiap fase, pada proses pembelajaran keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstasi, pada anak difabel (tuna rungu) di SMALB-B Majalengka selalu mengalami peningkatan.

2. Kecenderungan hasil belajar keterampilan otomotif (service karburator sepeda motor), pada anak difabel (tuna rungu) di SMALB-B Majalengka, dengan proses belajar mengajar menggunakan metode demonstrasi mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat pada perubahan level semua peserta didik menunjukkan arah yang meningkat dari fase baseline (A1), ke fase baseline

(A2). Melihat selisih dari fase baseline (A1), sebelum dilakukan intervensi (B), ke fase baseline (A2), setelah dilakukan intervensi (B), data sekor keterampilan mengalami peningkatan sebesar +22 pada peserta didik 1, +19 pada peserta didik 2, dan +24 pada peserta didik 3.

B.Saran

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, penggunaan metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan keterampilan membersihkan/service

karburator sepeda motor bagi peserta didik difabel khususnya anak tuna rungu. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyarankan sebagai berikut:


(3)

113

Rifki Saeful Miftah, 2014

Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi Guru, khususnya yang mengajar peserta didik tuna rungu agar dapat menggunakan metode demonstrasi, pada proses belajar mengajar keterampilan otomotif, untuk meningkatkan keterampilan atau hasil belajarnya.

2. Bagi kepala sekolah selaku pimpinan di sekolahnya, dapat merekomendasikan kepada guru-guru keterampilan yang lain, untuk menggunakan metode demonstrasi pada proses pembelajarannya, guna meningkatkan keterampilan peserta didik tuna rungu pada bidang keterampilan lainya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan gambaran pembelajaran keterampilan otomotif bagi peserta didik tuna rungu, dan dapat dijadikan bahan untuk dilakukan pada subjek yang berbeda.


(4)

Rifki Saeful Miftah, 2014

Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abin, S. M. (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung : Perangkat Sistem Pengajaran Modul Rosda.

Ahmad, I. (2013) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif Di SLBN B Pembina Sumedang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Amin, N. (2005). Ensiklopedi Otomotif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktek Edisi Revisi Kelima. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

B. Suryosubroto, (2002). Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Conny R. S. (1999). Belajar dan pembelajaran dalam taraf pendidikan usia dini pendidikan prasekolah dan sekolah dasar Jakarta : PT. Prenhallindo.

Daryanto, (2010) Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : PT. Gavamedia

Depdiknas, (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas, (2004). Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Pendidikan Berbasis Life Skills di Sekolah Menengah Atas (SMAKh). Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 1 Tahun 2008 Tentang

Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. jakarta.

Djamarah, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Firdan N. F, (2011) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif Menggunakan Metode Demontrasi Bagi Peserta Didik Difabel di SLBN B Pembina Sumedang

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Irwan, (2011). Kursus otomotif. [ Online ]. Tersedia di: http : // www. antarajateng.com / detail/index.php?id=19962 [ Diakses 25 Oktober 2013 pkl.20.30 ].

Murni, W. (2007). Penggunaan Media Kartu Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunarungu Kelas III Di Slb B-C Fadhilah Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Nana, S. (2004) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nana, S. (2005 ) Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(5)

115

Rifki Saeful Miftah, 2014

Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 (1991) Pendidikan Luar Biasa : Jakarta.

Permanarian, S. dan Tati, H. (1995) Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Permendiknas, (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Khusus Bagi Anak Tunarungu[Online].

Tersedia di: http://www.bintangbangsaku.com/artikel/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu [Diakses 03 Maret 2014 pkl.10.30]. Rika, A.N. (2008) Studi Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata

Pelajaran Fisika. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Rita, A. (2008). Penggunaan media kartu untuk melatih keterampilan motoric anak tuna grahita. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanjaya, W. (2006) Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sudjana, N. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung

: Sinar Baru Algesindo.

Sugihartono, (2007) Psikologi Pendidikan Yogyakarta : UNY Press-Yogya.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J. (2005). Pengantar penelitian dengan subyek tunggal. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sunaryo, K. (1998). Hakikat belajar. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud. Sutjihati, S. (1996) Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Eresco.

Syaiful, B. D. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Syaiful, B. D. (2010). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Vembriarto, (1981) Kapita Selekta Pendidikan Jilid 1. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita.

Wulan, A. (2009: 35). pembelajaran matematika pada anak tunarungu. Bandung : Universitas pendidikan indonesi.


(6)

Rifki Saeful Miftah, 2014

Hasil belajar keterampilan otomotif dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak difabel di SMALB-B Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Winarno, S. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar, Metode Dan Tekhnik. Bandung PT. Tarsito Bandung.