PENGUKURAN ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) PADA TATA GUNA LAHAN KAMPUNG ADAT DI JAWA BARAT : Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh.

(1)

PENGUKURAN ARSITEKTUR HIJAU (GREEN

ARCHITECTURE) PADA TATA GUNA LAHAN

KAMPUNG ADAT DI JAWA BARAT

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur

Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Oleh

ALDISSAIN JURIZAT 1000352

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENGUKURAN ARSITEKTUR HIJAU (GREEN

ARCHITECTURE) PADA TATA GUNA LAHAN

KAMPUNG ADAT DI JAWA BARAT

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Oleh Aldissain Jurizat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Aldissain Jurizat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Diajukan Kepada Dewan Penguji

Sidang Sarjana Jurusan pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

Pembimbing I,

Lilis Widaningsih, S.Pd., M.T. NIP. 197110221998022001

Pembimbing II,

Diah Cahyani, S.T., M.T. NIP. 197709192008012014

Mengetahui, Ketua

Jurusan pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Dra. Tjahyani Busono, M.T. NIP. 19621231 198803 2 005


(4)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Abstrak ...iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 2

D. Penjelasan Istilah dalam Judul ... 2

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS ... 5

A. Kajian Pustaka ... 5

1. Arsitektur Berkelanjutan... 5

2. Arsitektur Hijau/Green Architecture ... 7

3. Pengukuran Dan Standar Pengukuran Arsitektur Hijau ... 8

4. Konsep Guna Lahan ... 10

a. Pengertian Guna Lahan ... 10

b. Jenis Penggunaan Lahan ... 12


(5)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Area Hijau ... 13

b. Infrastruktur Pendukung ... 16

c. Pengendalian Hama ... 17

d. Penanganan Air Limpasan Hujan ... 23

B. Anggapan Dasar ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 24

A. Metode Penelitian ... 24

B. Data dan Sumber Data ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 25

F. Rancangan Penelitian ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Deskripsi Data ... 27

1. Kampung Naga ... 27

2. Kampung Dukuh ... 32

B. Hasil Analisis Data ... 36

1. Analisis Hasil Pengukuran ... 36

a.Analisis Pengukuran Tata Guna Lahan di Kampung Naga ... 36

b.Analisis Pengukuran Tata Guna Lahan di Kampung Dukuh ... 38

c. Perbandingan Pengukuran Tata Guna Lahan di Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 40

2. Analisis Hasil Observasi ... 41

a. Kampung Naga ... 42

1). Area Hijau ... 42


(6)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a). Jaringan Jalan ... 47

b). Jaringan Drainase ... 48

c). STP (Sewage Treatment Plan) Kawasan ... 49

d). Pelayanan Jaringan Air Bersih ... 50

e). Sistem Pembuangan Sampah Terinteregrasi ... 50

f). Sistem Pemadam Kebakaran... 53

g). Jalur Pedestrian Kawasan ... 53

h). Penanganan Air Limpasan Hujan ... 54

3). Pengendalian Hama ... 54

a). Penanggulangan Nyamuk ... 54

b). Penanggulangan Tikus ... 56

c). Penanggulangan Lalat ... 57

d). Penanggulangan Rayap ... 57

4). Penanganan Air Limpasan Hujan ... 58

a). Limpasan Air Hujan untuk Atap ... 58

b). Limpasan Air Hujan untuk Halaman ... 59

a. Kampung Dukuh ... 60

1). Area Hijau ... 60

2). Infrastruktur Pendukung ... 63

a). Jaringan Jalan ... 63

b). Jaringan Drainase ... 64

c). STP (Sewage Treatment Plan) Kawasan ... 65

d). Pelayanan Jaringan Air Bersih ... 65

e). Sistem Pembuangan Sampah Terinteregrasi ... 65

f). Sistem Pemadam Kebakaran... 67

g). Jalur Pedestrian Kawasan ... 68

h). Penanganan Air Limpasan Hujan ... 69


(7)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a). Penanggulangan Nyamuk ... 69

b). Penanggulangan Tikus ... 70

c). Penanggulangan Lalat ... 71

d). Penanggulangan Rayap ... 71

4). Penanganan Air Limpasan Hujan ... 72

a). Limpasan Air Hujan untuk Atap ... 72

b). Limpasan Air Hujan untuk Halaman ... 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

1. Area Hijau... 74

2. Infrastruktur Pendukung ... 77

a. Jaringan Jalan ... 78

b. Jaringan Drainase ... 80

c. STP (Sewage Treatment Plan) Kawasan ... 82

d. Pelayanan Jaringan Air Bersih ... 83

e. Sistem Pembuangan Sampah Terinteregrasi... 84

f. Sistem Pemadam Kebakaran ... 85

g. Jalur Pedestrian Kawasan ... 86

h. Penanganan Air Limpasan Hujan ... 87

3. Pengendalian Hama ... 89

a. Hama Nyamuk ... 89

b. Hama Tikus ... 89

c. Hama Lalat ... 90

c. Hama Rayap ... 91

4. Pengendalian Air Limpasan Hujan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94


(8)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 95

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Analisis Data ... 25 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau Kategori Tata Guna Lahan di

Kampung Naga ... 37 Tabel 4.2 Presentase Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau di kampung Naga . 38 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau Kategori Tata Guna Lahan di

Kampung Dukuh ... 39 Tabel 4.4 Presentase Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau di Kampung

Dukuh ... 40 Tabel 4.5 Data Nilai dan Presentase Penilaian Tata Guna Lahan di Kampung Naga

dan Kampung Dukuh ... 41 Tabel 4.6 Pengelompokan Vegetasi di Kampung Naga... 43 Tabel 4.7 Pengelompokan Vegetasi di Kampung Dukuh ... 62


(9)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perhitungan area hijau GBCI ... 14

Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk ... 17

Gambar 2.3 Lalat Rumah ... 20

Gambar 2.4 Lalat Hijau ... 21

Gambar 2.5 Rayap dan Kayu yang Rusak Akibat Rayap ... 22

Gambar 3.1 Paradikmatik Alur Penelitian ... 26

Gambar 4.1 Kawasan Kampung Naga ... 28

Gambar 4.2 Block Plan Kampung Naga ... 29

Gambar 4.3 Pola Peruntukan Lahan pada Kampung Adat Naga ... 30

Gambar 4.4 Barisan Bangunan di kampung Naga ... 31


(10)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.6 Peta Kabupaten Garut... 33

Gambar 4.7 Block plan kawasan kampung Dukuh ... 35

Gambar 4.8 Perbandingan Data Penilaian Tata Guna Lahan di Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 41

Gambar 4.9 Bangunan di Kampung Naga ... 42

Gambar 4.10 Tanaman Perdu di Kampung Naga ... 43

Gambar 4.11 Tanaman pohon yang letaknya di pinggir lahan adat. Manglit (kiri). Suren (kanan) ... 45

Gambar 4.12 Tanaman Semak di Kampung Naga ... 45

Gambar 4.13 Tanaman Pare Sebagai Tanaman Rambat di kampung Naga ... 46

Gambar 4.14 Tongkeng Sebagai Salah Satu Tanaman Herba di Kampung Naga ... 46

Gambar 4.15 Jalan Setapak Menuju ke Kampung Naga... 47

Gambar 4.16 Tangga Dari dan Menuju ke Kampung Naga... 48

Gambar 4.17 Jalur Drainase dan Aliran Air di Kampung Naga ... 49

Gambar 4.18 Balong di Kampung Naga ... 50

Gambar 4.19 Aliran Air untuk Mencuci ... 50

Gambar 4.20 Sumber air dari sungai Ciwulan (kiri) dan sumber air dari mata air (kanan) ... 51

Gambar 4.21 Kolam Penampungan Sementara Air Bersih ... 51

Gambar 4.22 Tempat Pembuangan Sampah Terinteregrasi di Kampung Naga ... 52

Gambar 4.23 Corong di Kampung Naga... 52

Gambar 4.24 Sumber Air yang Dapat Digunakan untuk Memadamkan Api ... 53

Gambar 4.25 Jalur Pedestrian Kawasan Kampung Naga... 54

Gambar 4.26 Air Bersih yang Mengalir di Kampung Naga ... 55

Gambar 4.27 Ikan yang Terdapat Di Kolam ... 55

Gambar 4.28 Tikus Sawah ... 56

Gambar 4.29 Kondisi Dapur di dalam Rumah Adat Kampung Naga ... 56


(11)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.31 Atap ijuk yang Digunakan pada Bangunan Rumah di Kampung

Naga ... 59

Gambar 4.32 Salah Satu Bagian Tanah yang Menyerap Air Hujan ... 60

Gambar 4.33 Kawasan Kampung Dukuh... 60

Gambar 4.34 Tapak Atas Lahan Kampung Adat Dukuh ... 61

Gambar 4.35 Vegetasi di Kampung Dukuh ... 63

Gambar 4.36 Jalan Masuk ke Kampung Dukuh Dalam ... 64

Gambar 4.37 Drainase di Kampung Dukuh ... 65

Gambar 4.38 STP kampung Dukuh ... 66

Gambar 4.39 Sumber Mata Air di Hutan Larang (kiri) dan Torn Penyimpanan Air dari PDAM (kanan) ... 67

Gambar 4.40 Tempat Pembuangan Sampah Warga Kampung Dukuh ... 67

Gambar 4.41 Kolam Sebagai Tempat Penyimpan Air ... 68

Gambar 4.42 Jalur Pedestrian di Kampung Dukuh ... 69

Gambar 4.43 Kolam Ikan di kampung Dukuh ... 70

Gambar 4.44 Hutan yang Berbatasan Langsung dengan Kampung Dukuh... 70

Gambar 4.45 Bahan Makanan di Dapur ... 71

Gambar 4.46 Ayam yang Dipelihara oleh Masyarakat Kampung Dukuh ... 73

Gambar 4.47 Atap ijuk Sebagai Material Penutup Atap ... 73

Gambar 4.48 Area Hijau yang Ditanami Perdu, Semak, Rambat di Kampung Naga 75 Gambar 4.49 Vegetasi di Kampung Naga... 75

Gambar 4.50 Area Hijau yang Ditanami Pohon di Kampung Naga ... 76

Gambar 4.51 Vegetasi di Kampung Dukuh ... 77

Gambar 4.52 Jalan Menuju Kampung Naga ... 78

Gambar 4.53 Jalan Menuju Kampung Dukuh... 79

Gambar 4.54 Aliran Drainase Kampung Naga (kiri) dan Kampung Dukuh (kanan) 80 Gambar 4.55 Drainase di kampung Dukuh ... 81


(12)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.57 STP di Kampung Naga dan Peletakannya ... 82

Gambar 4.58 STP Kampung Dukuh dan Peletakannya ... 82

Gambar 4.59 Air bersih di Kampung Naga (kiri) dan Kampung Dukuh (kanan) ... 83

Gambar 4.60 Tempat Pembuangan Sampah di Kampung Naga ... 84

Gambar 4.61 Tempat Pembuangan Sampah di Kampung Dukuh ... 85

Gambar 4.62 Kolam di Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 86

Gambar 4.63 Pedestrian di Kampung Naga ... 86

Gambar 4.64 Pedestrian di Kampung Dukuh ... 87

Gambar 4.65 Atap Bangunan di Kampung Naga (kiri) dan Kampung Dukuh (kanan ... 88


(13)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak

Kesesuaian arsitektur hijau dengan arsitektur tradisional di kampung adat menjadi penting karena terkait dengan kebutuhan manusia dan pelestarian alam. Indonesia memiliki sistem pengukuruan arsitektur hijau yang dilakukan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Salah satu kategorinya adalah tata guna lahan (appropriate site development). Aspek ini merupakan dasar dari penilaian karena menyangkut penggunaan lahan dalam pembanguna arsitektur yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur indeks arsitektur hijau adat dan mengetahui kaidah arsitektur hijau (green architecture) masyarakat kampung adat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kualitatif. Poin yang dijadikan tolok ukur penilaian yaitu: area hijau, infrastruktur pendukung, pengendalian hama dan penanganan air limpasan hujan.

Metode penelitan yang digunakan ialah mixed methods dengan pendekan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kajian, observasi, wawancara dan dokumentasi pada kampung adat. Kampung adat yang diteliti adalah Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh. Objek yang diteliti adalah perilaku masyarakat Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh dalam mengelola tata guna lahan berdasarkan parameter arsitektur hijau yang digunakan dalam penelitan ini. Pengelohan data dilakukan dengan cara mengukur tingkat penerapan konsep tata guna lahan yang mengadopsi GBCI, serta melakukan kajian terhadap penerapan arsitektur hijau pada kedua kampung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep arsitektur hijau di kampung adat secara tradisi sudah diterapkan oleh masyarakat adat, walaupun konsep yang dianut masyarakat tersebut bukan merupakan rasionalitas konsep modern. Dari hasil pengukuran, kampung Naga dan kampung Dukuh mendapatkan predikat

sangat baik pada aspek area hijau, infrastruktur pendukung dan penanganan air

limpasan hujan. Dan mendapatkan predikat baik pada aspek pengendalian hama.

Kata kunci : arsitektur vernakular, arsitektur tradisional, arsitektur hijau, green architecture, GBCI, tata guna lahan, kampung adat, Kampung Naga, Kampung Dukuh, area hijau, infrastruktur, hama, air hujan


(14)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arsitektur tradisional di Indonesia masih dikenal oleh masyarakat sebagai sebuah entitas yang masih menyatu dengan alam. Kebaikan dalam arsitektur tradisional tersebut masih dapat ditemukan di dalam kampung adat. Dengan tradisi dan budaya yang masih diturunkan secara turun-menurun, maka kampung adat menjadi sebuah contoh bagaimana kelompok manusia membangun dan mengelola lahan.

Dalam perkembangannya, arsitektur saat ini menjadi arsitektur hijau sebagai konsep arsitektur yang berkelanjutan. Bahkan arsitektur hijau saat ini memiliki tolak ukur dan sistem peringkat. Arsitektur saat ini dengan konsep arsitektur hijau merupakan transformasi dari arsitektur tradisional. Kesesuaian arsitektur hijau dengan arsitektur tradisional di kampung adat menjadi penting karena perkembangan arsitektur modern yang harus menyeimbangkan antara kebutuhan manusia dan pelestarian alam.

Hampir setiap Negara memiliki penilaian terhadap bangunan hijau. Indonesia memiliki sistem pengukuruan arsitektur hijau yang dilakukan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Salah satu aspek yang dinilai dalam penilaian bangunan rumah oleh GBCI adalah tata guna lahan (appropriate site development). Aspek ini merupakan dasar dari penilaian karena menyangkut penggunaan lahan dalam pembangunan.


(15)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pengukuran tata guna lahan yang dilakukan GBCI, ada beberapa poin yang dijadikan tolak ukur penilaian yaitu : area hijau, infrastruktur pendukung, pengendalian hama dan penanganan air limpasan hujan.

Dengan melakukan penilaian tata guna lahan saat ini terhadap tata guna lahan di kampung adat, diharapkan dapat menjadi rujukan bagi arsitektur modern dalam pengimplemetasiannya terhadap arsitektur berkelanjutan.

B. Identifikasi Masalah

Tata guna lahan dalam pengukuran indeks arsitektur hijau terikat kepada arsitektur modern saat ini. Pengukuran tata guna lahan merupakan bagian dari konsep arsitektur hijau yang tumbuh dari tatanan arsitektur tradisional. Konsep ini merupakan suatu sistem arsitektur berkelanjutan yang pada dasarnya merupakan transformasi dari arsitektur masa lalu. Kampung adat merupakan salah satu elemen arsitektur tradisional yang dapat dijadikan kajian kepada masyarakat mengenai arsitektur berkelanjutan.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk kepentingan fokus penelitian ini, pemasalahan dibatasi pada beberapa hal, yaitu :

1. Penelitian ini dilakukan di kampung adat di Jawa Barat. Kampung adat tersebut adalah kampung Naga dan kampung Dukuh;

2. Penelitian dibatasi oleh tata guna lahan di lahan adat yang digunakan sebagai pemukiman;

3. Penelitian ini dibatasi pada konsep tata guna lahan yang menjadi tolak ukur arsitektur berkelanjutan di Indonesia pada saat ini.


(16)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain batasan masalah, penelitian ini juga difokuskan terhadap rumusan masalah, yaitu:

1. Berapa nilai yang diperoleh kampung adat berdasarkan instrumen penilaian tata guna lahan?

2. Bagaimana kaidah arsitektur hijau (green architecture) masyarakat kampung adat dalam mengelola tata guna lahan di kampung adat?

D. Penjelasan Istilah Dalam Judul

1. Arsitektur Hijau (Green Architecture)

Sebuah proses perancangan dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur. (FutureArc, 2008)

2. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalah karakteristik dari penyusunan, aktivitas dan manusia yang mengelola lahan tertentu untuk menghasilkan, mengubah atau mempertahankannya. (FAO, 2014)

3. Kampung Adat

Kampung Adat merupakan kampung yang memiliki pandangan hidup berdasarkan ajaran yang telah diberikan oleh leluhur secara turun menurun dalam memegang teguh wujud dan gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai, budaya,


(17)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hukum, dan aturan yang memiliki keterkaitan sehingga terbentuk sistem kearifan lokal.

4. Kesimpulan Deskripsi Judul

Kesimpulan deskripsi judul penelitian ini adalah mengukur dan menganalisa aspek-aspek tata guna lahan dalam arsitektur hijau pada kampung adat yang memegang teguh kearifan lokal dalam menjaga lingkungan alami dan lingkungan buatan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui nilai dan kriteria yang diperoleh kampung adat berdasarkan instrumen penilaian tata guna lahan.

b. Mengetahui kaidah arsitektur hijau (green architecture) masyarakat kampung adat dalam mengelola tata guna lahan di kampung adat.

F. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi untuk kesesuaian pengembangan lahan dengan keberlanjutan arsitektur di masyarakat.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pemahaman penggunaan tata guna lahan yang dilakukan oleh masyarakat di kampung adat dan kesesuaiannya terhadap tata guna lahan di kawasan perkotaan.


(18)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi pendidikan, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada akademisi mengenai tata guna lahan di kampung adat dan efek yang ditimbulkannya.

4. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat memberikan metode selanjutnya dalam kesesuaian terhadap tata guna lahan yang dilakukan oleh masyarakat.


(19)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini secara komprehensif akan melakukan pengukuran dan analisis terhadap aspek-aspek untuk mengukur indeks tata guna lahan arsitektur hijau. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan (mixed methods).

Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung secara matematis dari penilaian indeks tata guna lahan arsitektur hijau terhadap objek penelitian, sehingga akan diperoleh kriteria arsitektur hijau.

Untuk memperkuat penelitian, penelitian ini juga membahas secara deskriptif kualitatif mengenai komponen-komponen yang diukur dalam aspek tata guna lahan di kampung adat. Tujuan penelitian kuantitatif adalah memperkuat penilaian tata guna lahan arsitektur hijau terhadap objek penelitian.

B. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang hasil pengukuran aspek tata guna lahan arsitektur hijau GBCI di kampung adat. Data ini berguna untuk pengukuran yang bersifat kuantitatif.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersifat kualitatif. Data ini menjelaskan lebih rinci mengenai komponen dari aspek tata guna lahan. Sumber dari data ini berasal dari kajian pustaka, narasumber terkait dan observasi di lapangan.


(20)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah kampung adat di Jawa Barat. Sedangkan sampel yang diambil adalah kampung adat Naga di Tasikmalaya dan kampung adat Dukuh di Kabupaten Garut. Pemilihan kampung ini didasarkan kepada tingkat daya tahan (relatif) kampung adat tersebut terhadap keadaan geografis, keunikan karakteristik arsitektur, dan kekayaan kearifan budaya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengukur indeks tata guna lahan dari GBCI di kampung adat Dukuh dan kampung adat Naga. Teknik pengumpulan data ini berguna untuk data secara kualitatif dan kuantitatif.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada masyarakat di kampung adat untuk mengetahui segala informasi mengenai aspek-aspek tata guna lahan arsitektur hijau.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, memerlukan analisis melalui beberapa tahap, yang digambarkan sebagai berikut.


(21)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Teknik Analisis Data Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2013

No Teknik Analisis Spektrum Kajian

1 Analisis Kuantitatif

 Analisis yang bersifat pengukuran terhadap aspek dan indikator tata guna lahan indeks arsitektur hijau dari GBCI.

 Aspek yang menjadi penilaian adalah area hijau, infrastruktur pendukung, pengendalian hama dan penanganan air limpasan hujan.

 Penilaian tingkatan tata guna lahan yang diterapkan masyarakat kampung adat akan dipresentasekan dan masuk dalam kategori : 1. Sangat Baik, jika Nilai Presentase > 75% 2. Baik, jika 75% > Nilai Presentase > 50% 3. Cukup Baik, jika 50% > Nilai Presentase >

25%

4. Tidak Baik, jika 25% > Nilai Presentase > 0 %

2 Analisis Kualitatif

 Analisis deskriptif untuk memberikan penilaian terhadap objek studi dan ruang lingkup penelitian.

 Analisis terhadap aspek tata guna lahan arsitektur hijau, yaitu : area hijau, infrastruktur pendukung, pengendalian hama dan penanganan air limpasan hujan.

F. Rancangan Penelitian

Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan dengan mengikuti kerangka berfikir sebagai berikut.

PENGUKURAN ASPEK TATA GUNA LAHAN: (1) area hijau,

(2) Infrastruktur pendukung, (3) Pengendalian hama,

(4) Penanganan air limpasan hujan KONSEP ARSITEKTUR

BERKELANJUTAN

(SUSTAINABLE ARCHITECTURE)  Pola interaksi

manusia dengan lingkungan

 Aplikasi ke bangunan modern


(22)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UMPAN BALIK

Gambar 3.1 Paradikmatik Alur Penelitian Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2013

KESIMPULAN &

SARAN PENILAIAN & PEMBAHASAN

Ekplorasi kearifan lokal green architecture pada masyarakat kampung adat


(23)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Pengukuran indeks arsitektur hijau dari Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam aspek tata guna lahan di kampung adat Naga memperoleh nilai 9,5 atau 95% dan masuk dalam predikat yang sangat baik. Sedangkan kampung adat Dukuh memperoleh nilai 9 atau 90% dan masuk dalam predikat yang sangat baik.

2. Kampung adat Naga dan Kampung adat Dukuh memiliki kaidah dan aturan adat dalam mengelola dan menjaga tata guna lahan. Predikat sangat

baik yang diperoleh, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Aspek area hijau di kampung Naga dan kampung Dukuh memiliki luas lebih dari 50%. Dengan luas ini, maka area hijau di kampung adat memenuhi penilaian maksimal arsitektur hijau dalam kategori tata guna lahan.

b. Aspek infrastruktur pendukung di kampung Naga dan kampung Dukuh terdiri dari jaringan jalan, jaringan drainase, STP (Sewage Treatment Plan) kawasan, pelayanan jaringan air bersih, sistem pembuangan sampah terinteregrasi, sistem pemadam kebakaran, sistem, jalur pedestrian kawasan dan penanganan air hujan kawasan. Jumlah infrastruktur pendukung adalah delapan sehingga masuk dalam penilaian maksimal dalam arsitektur hijau kategori tata guna lahan.

c. Aspek pengendalian hama yang dilakukan oleh masyarakat kampung Naga adalah penanggulangan hama nyamuk, lalat dan rayap. Sedangkan masyarakat kampung Dukuh memiliki penanggulangan


(24)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hama nyamuk dan rayap. Dengan hasil ini, maka penilaian pengendalian hama tidak maksimal.

d. Aspek limpasan air hujan yang dilakukan oleh masyarakat kampung Naga dan kampung Dukuh adalah pengendalian air hujan di atap bangunan dan pada tapak lahan adat. Dengan hal tersebut, maka kampung adat menerapkan arsitektur hijau dalam kategori tata guna lahan.

B.Saran-Saran

1. Dalam penilaian aspek area hijau di perkotaan sebaiknya merujuk pada sistem keberlanjutan yang dilakukan oleh masyarakat kampung adat. Contohnya adalah mengenai penempatan pohon di pekarangan harus menyesuaikan dengan keadaan tipologi permukaan tanah. Apabila lahan berada di lereng atau berkontur, maka penempatan pohon sebaiknya memberikan perlindungan pada tapak.

2. STP (Sewage Treatment Plan) di Kampung Dukuh berupa kolam yang masih keruh. Hal ini karena tidak ada koneksi aliran air antar kolam. Masyarakat sebaiknya mengalirkan air kolam dari yang lokasi permukaannya tinggi ke rendah dan mengganti air yang terdapat di kolam yang posisi permukaannya lebih tinggi.

3. Hama tikus sawah sering mengganggu masyarakat di kawasan Kampung Naga dan Kampung Dukuh. Namun, tidak ada penanggulangan efektif yang dapat dilakukan masyarakat. Sebaiknya masyarakat bekerja sama dengan instansi terkait dalam penanggulangan hama tikus agar tidak merusak hasil panen padi masyarakat kampung adat.


(25)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Hama lalat masih sering mengganggu masyarakat kampung Dukuh. Hal ini karena tidak maksimalnya pembagian kawasan bersih dan kawasan kotor. Hal ini terjadi karena tidak maksimalnya pembagian kawasan bersih dan kawasan kotor. Kolam atau balong lokasinya masih dekat dengan pemukiman. Sebaiknya masyarakat lebih menjaga kebersihan kolam dan area dapur.


(26)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Barkes. (1999). Traditional Ecological Knowledge in Perspective. London: International Program on Traditional Ecological Knowledge and International Development Research Centre.

Brundland, G. H. (1987). Our Common Future. New York: Oxford University Press.

Chapin, F. Stuart and Edward J. Kaiser. (1979). Land Use Planning. Third Edition. University of Illinois Press.

Dr. Ir. Suripin, M. E. (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

Eviutami, C. (2013). Hemat Energi & Lestari Lingkungan Melalui Bangunan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

FAO. (2009, 04 25). Land Resources. Diperoleh dari Food Agriculture Organization Website: www.fao.org.

Fertis G. F. & Fertis, A. (1998). Evolution of Infrastructure: 15,000 Years of History. U.S: Vantage Press.

Firmansyah (2011) Arsitektur Berkelanjutan dan Arsitektur Hijau. UNIKOM-Bandung, 2011

FutureArc. (2008). Paradigma Arsitektur Hijau: Green Lebih dari Sekedar Hijau. Jakarta: BCI Asia

Garut, P. K. (2014, Mei Rabu). Pemukiman Tradisional - Kampung Dukuh. Diperoleh dari Situs Kabupaten Garut: http://pariwisata.garutkab.go.id


(27)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Griya, T. (2009, 05 21). NOVA. Diperoleh dari Situs Tabloid Nova: http://www.tabloidnova.com/Nova/Griya/Tips-Griya/3-Langkah-Praktis-Bebas-Rayap/

Habraken, N. J. (1978). General Principles About the Way Built Environment. New York: American Publisher.

Handayani, S. (2009). Arsitektur dan Lingkungan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hartshorn, T.A. (1980). Interpreting the city: An urban geography. Canada: John Wiley & Sons.

IIIS, I. I. (2014, 05). Peraturan, Keputusan dan Instruksi Menteri Pekerjaan

Umum. Diperoleh dari PenataanRuang.Com:

http://www.penataanruang.com/pedoman-ruang-terbuka-hijau.html

Jayadinata, J. (1986). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung: Penerbit ITB.

Joga, N., & Ismaun, I. (2011). Resolusi Kota Hijau. Jakarta: Gramedia.

Kuring, L. (2014, 05). Leumbur Kuring Seputar bandung Barat & Tata Ruang. Diperoleh dari Leumbur Kuring: http://leumburkuring.wordpress.com/tata-ruang-2/animasi-3d/ruang-terbuka-hijau/

Laurie, M. (1986). An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher.

Melaver, M., & Mueller, P. (2009). The Green Building Bottom Line. United States: The McGraw-Hill Companies.

Nababan, A. (1995). Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. CSIS November-Desember Tahun XXIV, No. 6 : 42-435.

Nurkamdani (2010), Green Urban Vertical Container House Dengan Pendekatan Green Metabolist.Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nuryanto. (2013). Desain Fasilitas Desa Wisata di Provinsi Jawa Barat Berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(28)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pest Indonesia, G. (2014, 06 15). Hama Lalat. Diperoleh dari Global Indonesia:

http://pestcontrolgpm.wordpress.com/layanan-jasa-penanggulangan-hama/pest-control/pembasmi-lala/

Puslitbang, P. (1982). Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI). Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman.

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (OHSAS 18001), Seri Manajemen K3. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Sudarmanto, B. (2010). Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi, 1.

Termokil, A. (2013, 02). Hama Nyamuk. Diperoleh dari Anugerah Termokil: http://www.anugerahtermokil.com/2013/02/hama-nyamuk.html

USGBC, U. (2009). Green Building Design and Construction. Washington: U.S. Green Building Council.

Widaningsih, L. (2013). Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Building) Pada Arsitektur Tradisional. Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Building) Pada Arsitektur Tradisional.

Wikipedia. (2013, 11 4). Celurut. Diperoleh dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Celurut

Wikipedia. (2014, 05 27). Jalan. Diperoleh dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan

Yeates, Maurice & Barry J Gams. (1980). The North American City. 3rd Edition. New York: Harper & Row.


(1)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Pengukuran indeks arsitektur hijau dari Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam aspek tata guna lahan di kampung adat Naga memperoleh nilai 9,5 atau 95% dan masuk dalam predikat yang sangat baik. Sedangkan kampung adat Dukuh memperoleh nilai 9 atau 90% dan masuk dalam predikat yang sangat baik.

2. Kampung adat Naga dan Kampung adat Dukuh memiliki kaidah dan aturan adat dalam mengelola dan menjaga tata guna lahan. Predikat sangat baik yang diperoleh, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Aspek area hijau di kampung Naga dan kampung Dukuh memiliki luas lebih dari 50%. Dengan luas ini, maka area hijau di kampung adat memenuhi penilaian maksimal arsitektur hijau dalam kategori tata guna lahan.

b. Aspek infrastruktur pendukung di kampung Naga dan kampung Dukuh terdiri dari jaringan jalan, jaringan drainase, STP (Sewage Treatment Plan) kawasan, pelayanan jaringan air bersih, sistem pembuangan sampah terinteregrasi, sistem pemadam kebakaran, sistem, jalur pedestrian kawasan dan penanganan air hujan kawasan. Jumlah infrastruktur pendukung adalah delapan sehingga masuk dalam penilaian maksimal dalam arsitektur hijau kategori tata guna lahan.

c. Aspek pengendalian hama yang dilakukan oleh masyarakat kampung Naga adalah penanggulangan hama nyamuk, lalat dan rayap. Sedangkan masyarakat kampung Dukuh memiliki penanggulangan


(2)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hama nyamuk dan rayap. Dengan hasil ini, maka penilaian pengendalian hama tidak maksimal.

d. Aspek limpasan air hujan yang dilakukan oleh masyarakat kampung Naga dan kampung Dukuh adalah pengendalian air hujan di atap bangunan dan pada tapak lahan adat. Dengan hal tersebut, maka kampung adat menerapkan arsitektur hijau dalam kategori tata guna lahan.

B.Saran-Saran

1. Dalam penilaian aspek area hijau di perkotaan sebaiknya merujuk pada sistem keberlanjutan yang dilakukan oleh masyarakat kampung adat. Contohnya adalah mengenai penempatan pohon di pekarangan harus menyesuaikan dengan keadaan tipologi permukaan tanah. Apabila lahan berada di lereng atau berkontur, maka penempatan pohon sebaiknya memberikan perlindungan pada tapak.

2. STP (Sewage Treatment Plan) di Kampung Dukuh berupa kolam yang masih keruh. Hal ini karena tidak ada koneksi aliran air antar kolam. Masyarakat sebaiknya mengalirkan air kolam dari yang lokasi permukaannya tinggi ke rendah dan mengganti air yang terdapat di kolam yang posisi permukaannya lebih tinggi.

3. Hama tikus sawah sering mengganggu masyarakat di kawasan Kampung Naga dan Kampung Dukuh. Namun, tidak ada penanggulangan efektif yang dapat dilakukan masyarakat. Sebaiknya masyarakat bekerja sama dengan instansi terkait dalam penanggulangan hama tikus agar tidak merusak hasil panen padi masyarakat kampung adat.


(3)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Hama lalat masih sering mengganggu masyarakat kampung Dukuh. Hal ini karena tidak maksimalnya pembagian kawasan bersih dan kawasan kotor. Hal ini terjadi karena tidak maksimalnya pembagian kawasan bersih dan kawasan kotor. Kolam atau balong lokasinya masih dekat dengan pemukiman. Sebaiknya masyarakat lebih menjaga kebersihan kolam dan area dapur.


(4)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Barkes. (1999). Traditional Ecological Knowledge in Perspective. London: International Program on Traditional Ecological Knowledge and International Development Research Centre.

Brundland, G. H. (1987). Our Common Future. New York: Oxford University Press.

Chapin, F. Stuart and Edward J. Kaiser. (1979). Land Use Planning. Third Edition. University of Illinois Press.

Dr. Ir. Suripin, M. E. (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

Eviutami, C. (2013). Hemat Energi & Lestari Lingkungan Melalui Bangunan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

FAO. (2009, 04 25). Land Resources. Diperoleh dari Food Agriculture Organization Website: www.fao.org.

Fertis G. F. & Fertis, A. (1998). Evolution of Infrastructure: 15,000 Years of History. U.S: Vantage Press.

Firmansyah (2011) Arsitektur Berkelanjutan dan Arsitektur Hijau. UNIKOM-Bandung, 2011

FutureArc. (2008). Paradigma Arsitektur Hijau: Green Lebih dari Sekedar Hijau. Jakarta: BCI Asia

Garut, P. K. (2014, Mei Rabu). Pemukiman Tradisional - Kampung Dukuh. Diperoleh dari Situs Kabupaten Garut: http://pariwisata.garutkab.go.id


(5)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Griya, T. (2009, 05 21). NOVA. Diperoleh dari Situs Tabloid Nova: http://www.tabloidnova.com/Nova/Griya/Tips-Griya/3-Langkah-Praktis-Bebas-Rayap/

Habraken, N. J. (1978). General Principles About the Way Built Environment. New York: American Publisher.

Handayani, S. (2009). Arsitektur dan Lingkungan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hartshorn, T.A. (1980). Interpreting the city: An urban geography. Canada: John Wiley & Sons.

IIIS, I. I. (2014, 05). Peraturan, Keputusan dan Instruksi Menteri Pekerjaan

Umum. Diperoleh dari PenataanRuang.Com:

http://www.penataanruang.com/pedoman-ruang-terbuka-hijau.html

Jayadinata, J. (1986). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung: Penerbit ITB.

Joga, N., & Ismaun, I. (2011). Resolusi Kota Hijau. Jakarta: Gramedia.

Kuring, L. (2014, 05). Leumbur Kuring Seputar bandung Barat & Tata Ruang. Diperoleh dari Leumbur Kuring: http://leumburkuring.wordpress.com/tata-ruang-2/animasi-3d/ruang-terbuka-hijau/

Laurie, M. (1986). An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher.

Melaver, M., & Mueller, P. (2009). The Green Building Bottom Line. United States: The McGraw-Hill Companies.

Nababan, A. (1995). Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. CSIS November-Desember Tahun XXIV, No. 6 : 42-435.

Nurkamdani (2010), Green Urban Vertical Container House Dengan Pendekatan Green Metabolist.Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nuryanto. (2013). Desain Fasilitas Desa Wisata di Provinsi Jawa Barat Berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(6)

Aldissain Jurizat, 2014

Pengukuran Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Tata Guna Lahan Kampung Adat Di Jawa Barat

(Kajian Terhadap Pola Penggunaaan Lahan Di Kampung Naga Dan Kampung Dukuh)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pest Indonesia, G. (2014, 06 15). Hama Lalat. Diperoleh dari Global Indonesia:

http://pestcontrolgpm.wordpress.com/layanan-jasa-penanggulangan-hama/pest-control/pembasmi-lala/

Puslitbang, P. (1982). Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI). Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman.

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (OHSAS 18001), Seri Manajemen K3. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Sudarmanto, B. (2010). Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi, 1.

Termokil, A. (2013, 02). Hama Nyamuk. Diperoleh dari Anugerah Termokil: http://www.anugerahtermokil.com/2013/02/hama-nyamuk.html

USGBC, U. (2009). Green Building Design and Construction. Washington: U.S. Green Building Council.

Widaningsih, L. (2013). Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Building) Pada Arsitektur Tradisional. Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Building) Pada Arsitektur Tradisional.

Wikipedia. (2013, 11 4). Celurut. Diperoleh dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Celurut

Wikipedia. (2014, 05 27). Jalan. Diperoleh dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan

Yeates, Maurice & Barry J Gams. (1980). The North American City. 3rd Edition. New York: Harper & Row.