Praktik Penagihan Kartu Pembiayaan Macet Di Bank X Syariah Yang Dilakukan Oleh Pihak Ketiga Dihubungkan Dengan Peraturan Bank Indonesia Tentang APMK.
PRAKTIK PENAGIHAN KARTU PEMBIAYAAN MACET DI BANK X
SYARIAH YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK KETIGA DIHUBUNGKAN
DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG
PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU
ABSTRAK
Kartu pembiayaan (kartu kredit dalam konvensional) merupakan salah
satu bentuk dari produk bank syariah. Bank X syariah menggunakan jasa
penagihan yang merupakan pihak ketiga dalam melakukan penagihan
terhadap nasabah pemegang kartu yang tidak dapat melunasi hutangnya.
Penggunaan jasa penagih yang merupakan pihak ketiga diatur dalam PBI
tentang APMK. Dalam hal ini penulis meneliti mengenai akad antara bank
syariah dengan jasa penagih sebagai pihak ketiga dalam hal penagihan dan
tanggung jawab bank dalam hal penagihan dilakukan oleh pihak ketiga yang
dikaitkan dengan PBI tentang APMK.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif analitis, dan metode pendekatan yuridis normatif, teknik
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan untuk
memperoleh data sekunder serta penelitian lapangan untuk memperoleh data
primer.
PBI tentang APMK mengatur bahwa dalam melakukan penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan pada pihak lain maka bank harus pula
mengacu pada PBI No. 13/25/PBI/2011 Tentang Prinsip Kehati-hatian Bagi
Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Kepada Pihak Lain. Dalam akad kerjasama antara Bank X Syariah dengan
pihak penagih ada beberapa ketentuan yang tidak dicantumkan sesuai
dengan syarat perjanjian tertulis dengan pihak lain yang diatur dalam PBI Alih
Daya. Mengenai tanggung jawab, Bank X Syariah tidak bertanggungjawab
atas segala akibat yang timbul dari kerjasama tersebut karena pihak Bank
telah memberikan edukasi dan training kepada pihak penagih mengenai
penagihan yang sesuai dengan syariah Islam.
iv
SYARIAH YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK KETIGA DIHUBUNGKAN
DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG
PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU
ABSTRAK
Kartu pembiayaan (kartu kredit dalam konvensional) merupakan salah
satu bentuk dari produk bank syariah. Bank X syariah menggunakan jasa
penagihan yang merupakan pihak ketiga dalam melakukan penagihan
terhadap nasabah pemegang kartu yang tidak dapat melunasi hutangnya.
Penggunaan jasa penagih yang merupakan pihak ketiga diatur dalam PBI
tentang APMK. Dalam hal ini penulis meneliti mengenai akad antara bank
syariah dengan jasa penagih sebagai pihak ketiga dalam hal penagihan dan
tanggung jawab bank dalam hal penagihan dilakukan oleh pihak ketiga yang
dikaitkan dengan PBI tentang APMK.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif analitis, dan metode pendekatan yuridis normatif, teknik
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan untuk
memperoleh data sekunder serta penelitian lapangan untuk memperoleh data
primer.
PBI tentang APMK mengatur bahwa dalam melakukan penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan pada pihak lain maka bank harus pula
mengacu pada PBI No. 13/25/PBI/2011 Tentang Prinsip Kehati-hatian Bagi
Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Kepada Pihak Lain. Dalam akad kerjasama antara Bank X Syariah dengan
pihak penagih ada beberapa ketentuan yang tidak dicantumkan sesuai
dengan syarat perjanjian tertulis dengan pihak lain yang diatur dalam PBI Alih
Daya. Mengenai tanggung jawab, Bank X Syariah tidak bertanggungjawab
atas segala akibat yang timbul dari kerjasama tersebut karena pihak Bank
telah memberikan edukasi dan training kepada pihak penagih mengenai
penagihan yang sesuai dengan syariah Islam.
iv