Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Nia Noorfitri Handayani NIM : 111104610024

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Islamic Banking, Muamalat, Faculty of Sharia and Law, State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

The purpose of study is to analyze further the Lending in Bank Indonesia Sharia 2009-2014. Independent variables consisted of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Third Party Fund (DPK), and Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS). This study uses secondary data and reprocessed by the author. Secondary data were obtained from the websites of government agencies, institutions such as Bank Indonesia and the FSA. Methods of data analysis was performed using Multiple Linear Regression method is to analyze the influence of independent variables (independent) on the dependent variable (dependent). Results from this study indicate that the Capital Adequacy Ratio (CAR) has the effect of positive significance to the Lending in Islamic Banks for 6654, Non Performing Financing (NPF) is not significant and are negative in the amount of -6.499, Third Party Fund (DPK) has positive and significant influence on Lending in Islamic Banks and Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) is not significant and negative sign for Loans at Commercial Bank of -8027.

As a result of this research shows that there are two factors. The first factor consist of variables of CAR, NPF, DPK, and SBIS, that is able to explain of the total factors that affect the development credit.

Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Third Party Funds, Bank Indonesia Certificates Sharia on Loan Portfolio Commercial Bank


(6)

dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah Periode 2009-2014. Perbankan Syariah, Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai Penyaluran Kredit di Bank Umum Syariah Indonesia periode 2009-2014. Variabel Independen terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS). Penelitian ini menggunakan data sekunder dan diolah kembali oleh penulis. Data sekunder yang diperoleh dari website-website institusi pemerintahan, lembaga seperti Bank Indonesia dan OJK. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) memiliki pengaruh signifikansi positif terhadap Penyaluran Pembiayaan di

Bank Umum Syariah sebesar 6.654, Non Performing Financing (NPF) tidak signifikan dan bertanda negatif yaitu sebesar -6,499, Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh besar dan signifikan positif terhadap Penyaluran Pembiayaan di Bank Umum Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak signifikan dan bertanda negatif terhadap Penyaluran Pembiayaan di Bank Umum Syariah sebesar -8.027.

Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing

(NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan


(7)

semesta alam, Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2009-2014”.sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, Pemimpin dan panutan umat manusia yang menjadi rahmatan seluruh alam.

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak dukungan, bantuan dan bimbingan oleh semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs.Sainih dan Ibunda Sapuroh.S, yang dengan sabar dan tulus memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis. Semoga Allah melimpahkan rahmat sebesar-besarnya dan kelak diberikan balasan surga oleh Allah, amin.


(8)

dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku sekretaris Program Studi Muamalat yang telah memberikan arahan dan membantu penulis secara tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. H.M.Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak, CPA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, nasihat dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Drs. Burhanudin Yusuf, M.M. dan Supriyono, S.E., M.M. selaku tim penguji dalam sidang munaqasyah yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Nurhasanah, M.Ag, selaku dosen penasihat akademik yang telah banyak memberikan arahan, nasihat, bimbingan dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan program studi dengan baik. 7. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan terus membawa kebaikan.

8. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah menyediakan fasilitas berupa referensi yang dibutuhkan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(9)

sahabat terbaik yang penulis miliki yang dan yang selalu membantu baik moril maupun materildan memberikan semangat serta doa.

10.Keluarga besar H. Saja dan H. Kimung (alm) , Yang selama ini telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis. Terutama buat nenek Hj. Mani yang selalu mendoakan cucunya dan memberikan masukan yang positive. Semoga penulis dapat membalas kebaikan keluarga semuanya.

11.Biomiza Umeir Suryawan , lelaki yang selalu ada buat penulis, tidak pernah bosan untuk selalu memberikan semangat, doa, pendapat, motivasi sampai akhir selesai skripsi ini, buat ibunda Dwi Nurza dan adik-adik ka bio yang selalu mendukung dan mendoakan.

12.Sahabat kampus terutama PSD dan PS angkatan 2011, terutama untuk kalian Ina Listya Widianti, S.E.Sy dan Ferdian yang masih terus berjuang untuk menyelesaikan skripnya, Lia Syahlia , Maharani Prima Aisyah, Agnesh Sherfina Fildzah, Hanny Aqmarina Fildzah, semangat buat kalian semoga cepat menyusul. Terimakasih juga untuk Any Hershala, S.E.Sy , Asep Nur Imam Munandar, S.E.Sy , Ika Yulita S.E.Sy, Lia Nur Aulia, S.E.Sy yang diakhir-akhir selalu memberikan dan membantu penulis sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis bersyukur mempunyai teman dan sahabat seperti


(10)

13.Sahabat rumah yaitu Nurul Inayah, S.KM , Shinta Rosdiana, S.E , Resti Fauziah yang sebentar lagi mendapat gelar S.Psi. terimakasih semangatnya, kalian tidak pernah bosan untuk menanyakan kapan sidang, sehingga penulis semakin semangat untuk menyelesaikannya. 14.Sahabat SMP yaitu Ulfa Mauliya, Adinda Nurmaulidia, Sri Rahayu,

Ridzki Agustina, Astri Nurlaili, Farah Syahida Cahaya. Kalian yang selalu memberikan motivasi dan doa, terimakasih buatnya semuanya. 15.Sahabat DIIN, Dinda Virga Prawengi, Imelda Syarif, Amanaf

Muleysia, terimakasih buat semangat kalian, buat motivasinya, sampai penulis bisa menyelesaikannya.

16.Sahabat Nyentrik yaitu Hety Kartini, Zulfah Qadariah, Artha Diana Putri, Dwi Fitriana, Dwi Fitriani, Riri Magda. Semangat kalian, motivasi kalian, doa kalian begitu sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

17.Sahabat KKN Pelangi Nusantara, terutama buat wanita-wanitanya yaitu Herni Dian, Ika Amalia, Rifqi Annisa. Terimakasih atas ucapan dan doanya.

18.Sahabat Teldy Dwi Yandera, M Imam Lutfi, dan Ajeng Kencana Putri terimakasih atas segala semangat dan doanya.


(11)

semua pihak yang telah membantu penulis mendapatkan balasan sebaik-baiknya dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 22 Oktober 2015


(12)

ABSTRACT...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

BAB I: PENDAHULUAN...1

A.Latar belakang masalah...1

B.Identifikasi Masalah...8

C.Perumusan Masalah...9

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

E. Literatur Review………...11

F. Kerangka Pemikiran...13

G.Sistematika Penulisan...15

BAB II: LANDASAN TEORI...17

A.Konsep Pembiayaan…...14

B.Capital Adequacy Ratio (CAR)...34

C.Non Performing Financing(NPF)…...37

D.Dana Pihak Ketiga (DPK)...43


(13)

A.Jenis dan Dumber Data...48

B. Metode Penelitian Sampel……...48

C.Metode Pengumpulan Data...48

D.Metode Analisis Data...50

1. Uji Asumsi Klasik………51

a. Uji Normalitas Data………51

b. Uji Multikolinieritas……….…..51

c. Uji Heteroskidastisitas………..…..52

d. Uji Autokorelasi.………...53

2. Uji Regresi Linear Berganda………...56

a. Adjusted R Square (R2)….………56

b. Uji F………...58

c. Uji t………59

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN….....61

A.Hasil………...61

1. Analisis Deskriptif………...61

2. Uji Regresi Linear Berganda………..….67

1) Uji Asumsi Klasik……….68

a. Uji Normalitas……….68


(14)

a. Adjusted R Square………74

b. Uji F………..74

c. Uji t………...76

B. Pembahasan BAB V : PENUTUP...80

A.Kesimpulan...80

B. Keterbatasan………...81

C. Implikasi……….81

D.Saran...81

DAFTAR PUSTAKA...85


(15)

dengan uji Durbin Watson………

Tabel 4.1 Data Capita Adequacy Ratio (CAR)………....61

Tabel 4.2 Data Non Performing Financing (NPF)………...63

Tabel 4.3 Data Dana Pihak Ketiga (DPK)……….64

Tabel 4.4 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)……….….66

Tabel 4.5 Perkembangan Kredit Indonesia………67

Tabel 4.6 Coefficients………...70

Tabel 4.7 Model Summary………73

Tabel 4.8 Model Summary………74

Tabel 4.9 ANOVA……….74


(16)

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana

(surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan

dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak - pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan.

Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana1.

Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi suatu negara tentu sangat bergantung pada perkembangan dan kontribusi sektor perbankan, karena peran lembaga keuangan

1

Shandy Bintang Ramadhan, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran

Pembiayaan Perbankan (Studi Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2007-2011),”


(18)

seperti perbankan sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan ekonomi yang ada. Kinerja perekonomian Indonesia menjelang akhir 2008 ditandai dengan mulai terasa imbas memburuknya perekonomian global terhadap perekonomian domestik. Berlanjutnya pelemahan ekonomi global dan turunnya harga-harga komoditi berpengaruh terhadap ekspor Indonesia yang selanjutnya berdampak pada menurunnya neraca pembayaran dan nilai tukar di pasar keuangan. Krisis keuangan global yang terjadi telah menyebabkan gejolak di pasar uang, pasar valas, dan pasar obligasi2.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah bank syariah dan aset yang dimilikinya. Berdasarkan data statistik perbankan syariah, hingga Desember 2013 jumlah Bank Umum Syariah sebanyak 11 bank dan Unit Usaha Syariah 23 bank dengan jaringan kantor yang semakin luas, yaitu mencapai 1.763 kantor. Dari segi aset, terjadi peningkatan yang tajam dalam jangka waktu 5 tahun terakhir, yaitu dari sebesar Rp. 26. 22 triliun meningkat menjadi Rp. 97.52 triliun pada tahun 20133.

Pada akhir tahun 2008 perbankan syariah dipercayai sebagai penyalur terbaik yang dapat dibuktikan dengan hasil penyaluran pembiayaan dari berbagai sektor ekonomi sebesar 38.195 milliar rupiah. Imbas krisis ini telah membuktikan bahwa perbankan syariah mampu tahan terhadap krisis, khususnya dalam bidang

2

Oktaviani, “Pengaruh DPK, ROA, CAR, NPL, dan Jumlah SBI Terhadap Penyaluran

Pembiayaan Perbankan (Studi Pada Bank Umum Go Public di Indonesia Periode 2008-2011” (Skripsi

S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012), h.1. 3


(19)

perpembiayaanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Data berikut setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2009 hingga 2014 menunjukkan bahwa mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Gambar 1.1

Peningkatan Pembiayaan Perbankan Periode 2009-2014

Keketatan likuiditas yang banyak dialami oleh perbankan nasional kala itu telah mendorong perbankan untuk lebih berhati - hati, sehingga cenderung memilih yang paling aman dengan menjaga likuiditas yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan dan memilih menaruh dananya pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ketimbang meminjamkannya kepada bank lain atau melakukan ekspansi pembiayaan kepada nasabah4.

4 Prima Purna, Ibnu, dan Hamidi, “Pengaruh Krisis Keuangan Global terhadap Sektor


(20)

Menurut Halim Alamsyah, dkk, di negara - negara seperti Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan, karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih superior dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi. Secara alami bank mampu melakukan kesepakatan dengan berbagai tipe peminjam5.

Salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran pembiayaan adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Menurut Dahlan Siamat, sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran pembiayaan perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian pembiayaan merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian pembiayaan. Oleh karena itu pemberian pembiayaan harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat6.

5Halim Alamsyah, dkk, “

Banking Disintermediation and Its Implication for Moneter Policy : The Case Of Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Maret 2005), h.499-521.

6Infobanknews.com, “

Bank Asing Bakal Smackdown Bank BUMN”, artikel diakses pada 20


(21)

http://www.infobanknews.com/2007/03/Bank-Asing-Bakal-Smackdown-Bank-Penyaluran pembiayaan memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai

Agent of Developmen.t7

Pentingnya pembiayaan bagi perekonomian nasional juga disadari betul oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Program Pembiayaan Usaha Rakyat (KUR) lahir sebagai respon atas keluarnya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah khususnya Bidang Reformasi Sektor Keuangan, yang bertujuan untuk menggerakkan sektor riil melalui pembiayaan modal kerja dan/atau pembiayaan investasi bagi usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Disisi lain Bank Indonesia berniat mengubah lagi aturan Giro Wajib Minimum (GWM). Perubahan ini bertujuan untuk mendorong penyaluran pembiayaan perbankan. Dalam aturan yang berlaku itu, besarnya GWM untuk tiap bank sesuai dengan rasio penyaluran pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio) bank tersebut.8

Modal merupakan suatu faktor penting agar suatu perusahaan dapat beroperasi, termasuk juga bagi bank, dalam menyalurkan pembiayaan kepada

7

Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso, “Bank & Lembaga Keuangan

Lain”, (Jakarta : Salemba Empat, 2006), h.35

8Kontan, “BI Ubah Aturan GWM untuk Picu Pembiayaan”, artikel diakses pada 21 Agustus 2015 dari http://kontan.co.id/BI-ubah-aturan-GWM-untuk-picu-pembiayaan/


(22)

masyarakat juga memerlukan modal. Modal bank harus dapat juga digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko, diantaranya risiko yang timbul dari pembiayaan itu sendiri. Untuk menanggulangi kemungkinan risiko yang terjadi, maka suatu bank harus menyediakan penyediaan modal minimum. Menurut Dendawijaya

Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh

aktiva bank yang mengandung risiko (pembiayaan, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko pembiayaan. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan pembiayaan lebih banyak, sejalan dengan pembiayaan yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.9

Kualitas pembiayaan dapat dilihat dari NPF bank syariah tersebut. NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah. Bertambahnya NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan

9Lukman Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”

, (Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) h.21


(23)

untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba.

Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank10. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan pembiayaan11. Pemberian pembiayaan merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan12. Sedangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia13.

Keempat faktor di atas diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Peneliti menggunakan perbankan syariah sebagai objek penelitan, dan penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keeratan faktor-faktor di atas pasca krisis Amerika Serikat yang berimbas ke Indonesia, dengan berjudul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performiing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

10 Lukman Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”

, (Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) h.35

11 Kasmir, “Bank & Lembaga Keuangan Lainnya”, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008) h.15

12

Ibid., h.36 13

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan


(24)

Surat Berharga Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah Periode 2009-2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan data keseluruhan Bank Umum Syariah yang di dalamnya terdapat Bank Muamalat, Bank Victoria Syariah, Bank BRI Syariah, BJB Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Panin syariah, Bank Syariah Bukopin, BCA Syariah, dan Maybank Syariah Indonesia

2. Peneliti mengidentifikasi variabel di dalam rasio keuangan Bank Umum Syariah diantaranya CAR, ROA, ROE, NPF, FDR, BOPO lalu selanjutnya peneliti menganalisis lebih lanjut terhadap variabel-variabel yang akan dipilih dengan cara me-review jurnal, skripsi, dan buku manakah yang hasil menunjukkan arah positif dalam penelitian. Setelah itu peneliti mendapatkan variabel CAR dan NPF yang akan di teliti lebih lanjut.

3. Untuk identifikasi selanjutnya peneliti mengambil variabel Dana Pihak Ketiga dikarenakan dalam teori bahwa hampir semua bank mengandalkan DPK untuk penyaluran pembiayaan, dan yang terakhir instrumen investasi dalam bank yaitu SBIS.


(25)

C. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan dalam skripsi ini, maka untuk mempermudah pembahasan penulis, merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) secara simultan terhadap pembiayaan di perbankan syariah? 2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) secara parsial terhadap pembiayaan di perbankan syariah? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

a. Menganalisis pengaruh secara parsial dan simultan Capital Adequacy

Ratio (CAR) terhadap pembiayaan di perbankan syariah.

b. Menganalisis pengaruh parsial dan simultan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan di perbankan syariah.

c. Menganalisis pengaruh parsial dan simultan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pembiayaan di perbankan syariah.

d. Menganalisis pengaruh parsial dan simultan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap pembiayaan di perbankan syariah.


(26)

2. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : a. Bagi Perbankan dan institusi keuangan lainnya, memberikan gambaran

mengenai penyaluran pembiayaan Bank Umum syariah serta faktor-faktor yang mendukung atau menghambat penyaluran pembiayaan perbankan. b. Bagi Ilmu Pengetahuan, untuk menambah khazanah intelektual bagi

perkembangan perbankan syariah, khususnya dalam bidang kebijakan penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Dapat pula dijadikan literatur untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan penyalur pembiayaan perbankan syariah.

c. Bagi Penulis, sebagai bahan informasi / masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan, kreativitas yang berkaitan dengan dunia kerja di masa yang akan datang dan merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori yang diberikan dengan praktik dilapangan.


(27)

E. Literatur Review

No

Nama Penulis/ NIM/ Fakultas/ Universitas/ Judul Skripsi, Jurnal/Tahun Substansi Perbedaan dengan penulis

1. Dewi Anggraini, Analisis

Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi

Penyaluran Pembiayaan

Perbankan pada Bank

Umum di Indonesia,

periode 1994.1 – 2003.4

Y : Pembiayaan X1 : Modal X2 : Simpanan masyarakat

X3 : Tingkat suku bunga SBI X4 : Pertumbuhan ekonomi Dalam penelitian Dewi Anggraini menggunakan Metode Statistik Regresi Linier, dan Ordinary Least

Square (OLS). Hasil dari

penelitiannya menyebutkan bahwa variabel X1, X2, dan X3 berpengaruh secara parsial terhadap variabel Y. Sedangkan, Variabel X1 berpengaruh signifkan positif secara simultan terhadap variabel Y. Variabel X2 berpengaruh signifkan positif secara simultan terhadap variabel Y. Variabel X3 berpengaruh signifkan negatif secara simultan terhadap variabel Y.

Penulis meneliti tentang pengaruh CAR, NPF, DPK, SBIS terhadap Kebijakan

Penyaluran Pembiayaan Periode 2009-2014.

Dengan menggunakan metode analisis data adalah Regresi Linear Berganda

2. Mochamad Soedarto (2004) Analisis Faktor

Faktor yang

Mempengaruhi

Penyaluran Pembiayaan

pada Bank

Perpembiayaanan Rakyat

(Studi Kasus pada BPR di

Wilayah Kerja BI

Y : Pembiayaan X1 : ROA X2 : CAR X3 : LDR X4 : NPL

Dengan studi kasus pada BPR wilayah kerja BI Semarang.

Metode analisis yang

Penulis meneliti tentang pengaruh CAR, NPF, DPK, SBIS terhadap Kebijakan

Penyaluran Pembiayaan Periode 2009-2014.


(28)

Semarang) digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil dari penelitian Mochamad Soedarto menyebutkan bahwa keempat variabel secara parsial maupun simultan X berpengaruh terhadap variabel Y

Dengan menggunakan metode analisis data adalah Regresi Linear Berganda

3. Harmanta dan Ekananda (2005) Disintermediasi

Fungsi Perbankan di

Indonesia Pasca Krisis

1997 : Faktor Permintaan

atau Penawaran

Pembiayaan, Sebuah

Pendekatan dengan Mode

Disequilibrium

Y : Pembiayaan X1 :Suku bunga SBI X2 : NPL

Dalam Jurnal Harmanta dan Ekananda menyebutkan bahwa kedua Variabel X berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel Y. Penelitian ini menggunakan metode analisis data disequilbrium.

Penulis meneliti tentang pengaruh CAR, NPF, DPK, SBIS terhadap Kebijakan

Penyaluran Pembiayaan Periode 2009-2014. Dengan menggunakan metode analisis data adalah Regresi Linear Berganda 4. Togi T.M Siregar (2006)

Analisis Faktor – Faktor

yang Mempengaruhi

Permintaan Pembiayaan

padaBank Pemerintah di Sumatera Utara periode

2000 – 2004

Y : Pembiayaan X1 : Tingkat suku bunga X2 : Pertumbuhan ekonomi X3 : Kebijakan pemerintah Togi menyebutkan bahwa dalam penelitiannya yang menggunakan Metode Analisis Data Ordinary Least

Square (OLS) hasilnya suku

Bunga berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel Y. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Y.

Penulis meneliti tentang pengaruh CAR, NPF, DPK, SBIS terhadap Kebijakan

Penyaluran Pembiayaan Periode 2009-2014. Dengan menggunakan metode analisis data adalah Regresi Linear Berganda


(29)

F. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu diduga bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non PerformingFinancing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan. Dengan demikian, dapat dirumuskan kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

5. Tatik Setiyati Analisis

Pengaruh Suku Bunga

Pembiayaan, Dana Pihak

Ketiga, dan Produk

Domestik Bruto terhadap

Penyaluran Pembiayaan

pada Perbankan di

Indonesia

Y : Pembiayaan

X1 : Suku bunga pembiayaan X2 : Dana Pihak Ketiga X3 : Produk Domestik Bruto Dengan menggunakan analisis data Error

Correction Model (ECM)

Tatik Setiyati mendapatkan hasil dari penelitiannya berupa variabel Suku Bunga Kredit berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel Y. DPK berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel Y, dan PDB berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Y.

Penulis meneliti tentang pengaruh CAR, NPF, DPK, SBIS terhadap Kebijakan

Penyaluran Pembiayaan Periode 2009-2014. Dengan menggunakan metode analisis data adalah Regresi Linear Berganda


(30)

1. Bagan Kerangka pemikiran

Penulis mengemukakan penelitian ini dengan variabel CAR sebagai (X1), variabel NPF sebagai (X2), variabel DPK sebagai (X3), variabel SBIS sebagai (X4) yang akan mempengaruhi variabel pembiayaan sebagai variabel dependen (Y).Sistematika Penulisan

Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan, serta untuk mempermudah analisa materi pada skripsi ini, penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sebagai berikut :

CAR (X1)

NPF (X2)

DPK (X3)

SBIS (X4)

Pembiayaan (Y)


(31)

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, literatur review, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab dua penulis menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan penulisan skripsi ini, khusunya mengenai variabel-variabel yang terkait di dalam penelitian ini, yaitu Capital

Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga,

Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan lebih rinci mengenai variabel dalam penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab empat berisi uraian secara rinci mengenai semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan mendeskripsikan hasil yang diperoleh secara teoritik dan statistik berdasarkan pada analisa kuantitatif dengan menggunakan analisis data regresi linear berganda.


(32)

BAB V PENUTUP

Bab lima berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan permasalahan yang dihasilkan dari pembahasan yang telah dilakukan serta saran terhadap permasalahan yang diteliti.


(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I belive, I trust, yaitu “saya percaya atau saya menaruh kepercayaan”. Kata pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Berdasarkan UU nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan istilah pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau bagi hasil. Menurut Undang-undang tersebut, penyediaan dana untuk nasabahnya tidak hanya dalam bentuk kredit. penyediaan dana tersebut dapat juga berupa penyediaan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah


(34)

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti tercantum dalam pasal 1 UU Nomor 10 tahun 199814.

Perbankan syariah dalam kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat mempunyai beberapa produk-produk yang memiliki keunggulan tersendiri dan cara yang mudah untuk melakukan transaksi. Diantara produk-produk penyaluran dana yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah produk musyarakah atau joint venture. Yang mana produk ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini.

2. Tujuan Pembiayaan

Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan

berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan dan sekaligus juga unsur keuntungan dari suatu pembiayaan, sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan degan

14


(35)

demikian keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk bagi hasil yang diterima.

b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus

benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan kemanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, atau jasa itu betul-betul terjamin pengembalianya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat menjadi kenyataan. 3. Fungsi Pembiayaan

Fungsi pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekoomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang Para nasabah menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposito ataupun tabungan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas atau memperbesar, usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha-usaha peningkatan produktifitas secara menyeluruh.


(36)

b. Pembiayaan meningkatkan utility suatu barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa atau minyak goreng. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaanya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang-barang yang dipindahkan dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa pada dasarnyameningkatkan utility dari barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan pada distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan dari bank berupa pembiayaan.

c. Pembiayaan meningkatkanperedaran dan lalu lintas uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cheque, giro bilyet, wesel, promes dan sebagainya melalui pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif apalagi secara kuantitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank selaku memory


(37)

uang kartal yang disimpan di giro dengan uang giral maka ada cara

exchange of claim, yaitu bank memberikan pembiayaan dalam bentuk

giral. Disamping itu, dengan cara transformasi yaitu bank giral. d. Pembiayaan menimbulkan kegairah berusaha masyarakat

Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikannya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkaan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan. Karena itu, manusia selalu berusaha dengan segala daya untuk memenuhi kekurangmampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu, pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahannya. Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang untuk memperbesar volume usaha dan produktifitasnya.

e. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain: pengendalian inflasi, peningkatan, rehabilitasi sarana dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.


(38)

f. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahannya. Peningkatan usaha berarti peningkatan

profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam

arti kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi negara. Disamping itu, dengan semakin efektifitasnya kegiatan swasembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan menghemat devisa keuangan negara, akan dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan ataupun sektor-sektor lain yang lebih berguna. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal, dan buruh atau karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan pengguna devisa untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.


(39)

Bank sebagai lembaga pembiayaan tidak saja berangkat di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Beberapa negara-negara kaya minyak yang telah sedemikian maju organisasi dan sistem perbankannya telah meleberkan sayap perbankanya ke seluruh pelosok dunia, demikian pula beberapa negara maju lainnya. Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembangan atau sedang membangun. Bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan pembiayaan dengan syarat-syarat ringan, yaitu bagu hasil/bunga relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan pembiayaan antar negara yang istilahnya G to G (government to government), maka hubungan antar negara pemberi dan peneriima pembiayaan akan bertambah erat terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan. Dari uraian diatas, terasalah bagi kita berapa besarnya fungsi dalam dunia perekonomian, tidak saja didalam negeri, tetapi juga menyangkut hubungan ekonomi internasional dapat dilakukan dengan lebih terarah. Lalu lintas pembayaran internasional pada dasarnya berjalan lancar bila disertai kegiatan pembiayaan yang sifatnya internasional15.

15 Veithzal Rivai dan Arviyan Arivin, “

Islamic Banking”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h. 711-715


(40)

4. Jenis-jenis pembiayaan a. Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Dan secara tehnis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha anatara dua pihak dimana pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pengelola.

Mudharabah yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, mudharib,


(41)

nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. (a) Rukun dan Syarat Pembiayaan

Sebagaimana akad lain dalam syariat Islam, agar mudharabah atau qirad mejadi sah, maka harus memenuhi rukun dan syarat mudharabah. Menurut mahzab Hanafi, apabila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga akad tersebut menjadi fasid (rusak).

Sedangkan rukun dalam mudharabah berdasarkan Jumhur Ulama ada 3 yaitu; dua orang yang melakukan akad (al-aqidani),modal (

ma’qud alaih), dan shighat (ijab dan qabul). Ulama syafi’iyah lebih memerinci lagi menjadi enam rukun, yaitu Pemilik modal (shohibul mal ), Pelaksana usaha (mudharib / pengusaha ), Akad dari kedua belah pihak ( Ijab dan kabul ), Objek mudharabah ( pokok atau modal), Usaha (pekerjaan pengelolaan modal), Nisbah keuntungan.

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul saja, sedangkan sisa rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, sebagai syarat akad mudharabah.

Adapun syarat-syarat mudharabah berhubungan dengan pelaku mudharabah (al-aqidani), modal dan akad. Bagi pemilik modal dan


(42)

pengusaha harus cakap bertindak hukum dan cakap untuk menjadi wakil.

Syarat dalam hal modal adalah harus berbentuk uang, dan jelas jumlahnya. Juga disyaratkan harus ada, tunai, bukan dalam bentuk utang, dan haru diberikan kepada mudharib. Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.

Yang berhubungan dengan laba/keuntungan disyaratkan bahwa pembagian laba harus memiliki ukuran yang jelas dan laba harus berupa bagian yang umum (masyhur).

(b)Pembagian Mudharabah

Mudharabah dapat dibagi menjadi dua jenis jika dilihat dari transaksi atau akad yang dilakukan, yaitu Mudharabah Muthlaqah, dan Mudharabah Muqayyadah. Yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shohibul mal dengan muharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi usaha, waktu, dan daerah bisnis ata disebut juga

Unrestricted Investment Account. Sedangkan mudharabah muqayyadah

adalah kebalikannya, yaitu yang ditentukan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha atau Restricted Investment Account . ]


(43)

(c) Jenis-jenis Al-Mudharabah

Secara umum mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu:

Mudharabah muthlaqah, adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.

Mudharabah muqayyadah, adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Seiring dengan perkembangannya, ada satu jenis mudharabah lagi yaitu

Mudharabah Musytarakah”. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

(d) Mekanisme Pembiayaan

Pada sisi pembiayaan, akad mudharabah biasanya diterapkan pada dua hal, yaitu: Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

Investasi khusus, yang disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.


(44)

(e) Manfaat Mudharabah

Bank akam menikmati peningkatan hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sendiri sehingga bank tidak mengalami negative spread. Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow sehingga tidak memberatkan nasabah. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang bukan hanya sesuai dengan syaria, namun juga mempunyai prospek yang baik.

(f) Keuntungan dan Kerugian Muadharabah

Keuntungan dari hasil usaha disepakati untuk dibagi antara mudharib dan shohibul mal. Misalnya, Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai Shahibul Mal (pemodal) mendapat share keuntungan sebesar 65% dan nasabah sebagai mudharib mendapat keuntungan sebesra 35% Apabila usaha tersebut menderita kerugian, pertama-tama harus dikaji terlebih dahulu penyebab dari kerugian tersebut. Apabila kerugian itu bukan kelalaian dari mudharib, maka bank menaggung kerugian tersebut sebata modalnya. Namun apabila kerugian disebabkan oleh


(45)

kelalaian mudharib, maka mudharib harus menanggung segala kerugian tersebut.

b. Musyarakah

Musyarakah secara etimologi, berasal dari bahasa arab yang

diambil dari kata syirkah, syarika, yasruku,

syarikan/syirkatan/syarilkatan yang artinya menjadi sekutu atau

syarikat16. Menurut arti asli bahasa arab adalah.

Bercampurnya yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan

lainnya sehingga tidak dapat dibedakan antara keduanya17

Sedangkan menurut terminologi Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bersama. Para ahli fiqih mendefinisikan sebagai akad antara orang-orang yang berserikat dalam modal maupun keuntungan. Hasil keuntungan dibagi hasilkan sesuai dengan kesepakatan bersama di awal sebelum melakukan usaha. Sedang kerugian ditanggung secara proporsional ssampai batas modal masing-masing. Secara umum

16Nur Zaman, “

Kamus Umum Bahasa Arab”, (Bandung: M2S, 2001) h. 405 17

Wahbah Zuhaili, “Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuh”, cet.III, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989)


(46)

musyarakah dapat diartikan patungan modal usaha dengan bagi hasil menurut kesepakatan18.

Menurut undang-undang nomor 221 tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud dengan akad ”musyarakah” adalah akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan edangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas19.

18


(47)

(g) Landasan Hukum Musyarakah

Syirkah hukumnya mubah. Ini berdasarkan Al-Quran surat Shaad ayat

24 dan hadits para sahabat yang menyebutkan tentang bagaimana hukum syirkah.

                                                            

Artinya Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan

meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

Berdasarkan dalil hadits Rasulullah SAW. Berupa taqrir terhadap

syirkah. Pada saat baginda diutus oleh Allah SWT. sebagai Nabi,

orang-orang pada masa itu telah bermuamalat dengan cara ber-syirkah dan Nabi Muhammad SAW. membenarkannya pengakuan Rasul terhadap tindakan banyak orang yang melakukan syirkah merupakan dalil syara’ tentang kebolehan syirkah.


(48)

Rukun syirkah yang asas ada 4 perkara yaitu :

Pelaku terdiri dari para mitra, Objek musyarakah berupa modal dan kerja, Ijab dan qabul, Nisbah keuntungan (bagi hasil)

(i) Pembagian Laba dan Rugi Pembiayaan Musyarakah

Pembagian laba antar mitra harus berupa presentase, bukan suatu jumlah tertentu. Menurut Mazha Hambali, persentase tersebut harus ditentukan secara jelas dalam kontrak. Menentukan suatu jumlah tetap bagi seorang mitra tidak diperbolehkan lantaran total laba yang akan diperoleh barangkali tidak akan melebihi jumlah yang telah ditetapkan, dalam kasus seperti itu mitra lainnya tidak memperoleh bagian dari laba tersebut. Bagi kalangan Mazhab Syafii, Nawawi, “Proporsi laba dan rugi harus sama dengan proporsi modal yang diberikan, baik tenaga yang disediakan oleh apra mitra setara ataupun tidak.20 Sekian persen untuk si mitra atas kerjanya dalam membeli dan menjual, menyimpan, dan penagihan hutang-hutang yang terkait dengan musyarakah, Sekian persen untuk bank atas pengawasan dan manajemennya, Sekian persen bagi modal yang diberikan kepada kongsi. Dalam persentase pembagian laba, Jordan Islamic Bank tidak menyatakan tidak adanya sekian persen pun untuk manajemen. Ia hanya menyatakan bahwa laba bersih akan dibagi antara Bank dan


(49)

mitranya, sesuai dengan kesepakatan atas rasio dalam kontrak

musyarakah.

(j) Berakhirnya Pembiayaan Musyarakah

Syirkah menjadi batal karena meninggalnya salah seorang persero (syarik), atau karena salah seorang diantara mereka gila, atau dikendalikan oleh pihak lain karena salah seorang diantara mereka membubarkanya. Apabila syirkah tersebut terdiri atas dua orang, sementara syirkah adalah bentuk akad yang Mubah, maka dengan adanya hal-hal semacam ini, akad tersebut batal dengan sendirinya sebagaimana akad wakalah. Bila salah seorang syirkah meninggal dan mempunyai ahli waris yang telah dewasa, ahli warisnya bisa meneruskan syirkah tersebut. Dia juga bisa diberi izin untuk ikut mengelola, disamping dia berhakmenuntuk bagian keuntunganya. Jika salah seorang syarik menuntut pembubaran, syarik yang lain harus memenuhi tuntutan tersebut. Apabila syirkah itu terdiri atas beberapa syarik, lalu salah seorang diantara mereka menuntut pembubaran, sedangkan yang lain tetap bersedia melanjutkan syirkahnya itu, syarik yang lain statusnya tetap sebagai yang lain statusnya tetap sebagai

syarik dimana syirkah yang telah dijalankan sebelumnya telah rusak

kemudian diperbaharui diantara syarik yang masih bertahan untuk mengadakan syirkah tersebut.


(50)

B.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal adalah salah satu faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam menilai keamanan dan kesehatan sebuah bank. Modal menyerap potensi kerugian dan dapat menyediakan dasar untuk menjaga kepercayaan nasabah pada bank. Modal juga merupakan faktor penentu utama kapasitas pinjaman sebuah bank. Tujuan utama dari modal adalah untuk menciptakan keseimbangan dan menyerap kerugian, sehingga memberikan langkah perlindungan terhadap nasabah dan pembiayaanur lainnya saat terjadi likuidasi. Menurut Ali CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukan sejau mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi bank21.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI 2001 besarnya CAR perbankan untuk saat ini minimal 8%, sedangkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menjadi bank jangkar Bank Umum harus memiliki CAR minimal 12%. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 31 Mei 2004 CAR dirumuskan sebegai berikut :

21 Mashud Ali, “

Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional, (Jakarta : PT. Gramedia, 2004), h. 55


(51)

CAR = MODAL ATMR X 100%

Modal terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap. Modal Inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal yang terdiri dari faktor penambah (agio, modal sumbangan, cadangan umum modal, cadangan tujuan modal, laba tahun – tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak (50%), selisih lebih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri, dan dana setoran modal) dan faktor pengurang (disagio, rugi tahun – tahun lalu, rugi tahun berjalan, selisih kurang penjabaran laporan keuangan kantor cabang di luar negeri, dan penurunan nilai pernyataan pada portofolio yang tersedia untuk dijual). Modal Inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa goodwill.

Modal Pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum PPAP (maksimal 1,25% dari ATMR), modal pinjaman, pinjaman subordinasi (maksimal 50% dari Modal Inti), dan peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi – tingginya sebesar 45%. Sedangkan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) terdiri dari aktica neraca yang di berikan bobot sesuai kadar risiko pembiayaan yang melekat dan beberapa pos dalam off-balance sheet yang diberkan bobot sesuai dengan kadar risiko pembiayaan yang melekat, ATMR diperoleh dengan cara mengalihkan nilai nominal aktiva dengan bobot risiko. Semakin likuid aktiva


(52)

risikonya nol dan semakin tidak likuid bobot risikonya 100, sehingga risiko berkisar 0 – 100%22.

Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan. Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan pembiayaan. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan pembiayaan hingga 20 – 25 persen setahun (Wibowo,2009).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan. Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan pembiayaan. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan pembiayaan hingga 20 - 25 persen setahun23.

C. Non Performing Financing (NPF)

22 Mashud Ali, “

Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional, (Jakarta : PT. Gramedia, 2004), h. 60

23


(53)

1) Kualitas Pembiayaan dan NPF

Salah satu ukuran keberhasilan penyaluran pembiayaan adalah kolektibilitas (kualitas pembiayaan), yaitu tingkat pengembalian atau pembayaran kembali pembiayaan oleh nasabah. Tingkat kelancaran pembayaran ini menentukan kualitas suatu pembiayaan. Kualitas pembiayaan juga ditentukan oleh prospek usaha serta kinerja usaha dari nasabah pembiayaan yang bersangkutan. Tujuan penetapan kolektibilitas pembiayaan adalah mengetahui kualitas pembiayaan agar bank dapat menghitung dan mengantisipasi risiko pembiayaan secara dini. Penetapan kolektibilitas juga digunakan untuk menentukan tingkat cadangan potensi kerugian pembiayaan.

Kualitas pembiayaan dapat ditentukan berdasarkan 3 parameter:24 a. Prospek Usaha

Penilaian prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen-komponen berikut:

1) Potensi pertumbuhan usaha;

2) Kondisi pasar dan posisi nasabah pembiayaan dalam persaingan;

3) Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja; 4) Dukungan dari grup atau afiliasi; dan

24

Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(54)

5) Upaya yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan dalam rangka memelihara lingkungan hidup.

b. Kinerja Nasabah Pembiayaan

Penilaian kinerja (performance) nasabah pembiayaan meliput penilaian terhadap komponen-komponen:

1) Perolehan laba; 2) Struktur permodalan; 3) Arus kas; dan

4) Sensitivitas terhadap risiko pasar. c. Kemampuan Membayar

Penilaian kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen:

1) Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;

2) Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah pembiayaan;

3) Kelengkapan dokumentasi pembiayaan; 4) Kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan; 5) Kesesuaian penggunaan dana; dan


(55)

Kualitas pembiayaan pada bank syariah dapat dilihat dari NPF bank syariah tersebut. NPF (Pembiayaan Bermasalah) adalah pembiayaan yang dikategorikan dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.25

Tabel 2.1

Kriteria Kualitas Pembiayaan No. Kualitas

Pembiayaan Kriteria 1 1. Pembiayaan Lancar

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil tepat waktu; dan

b. Memiliki rekening yang aktif; atau Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash colateral). 2. Perhatian

Khusus

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum melampui Sembilan puluh hari: atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap

kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru

3. Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekeningrelatif rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak

yang diperjanjikan lebih dari Sembilan puluh hari; atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4. Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok

dan/atau bagi hasil; atau

b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen; atau

25


(56)

c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari atau

d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.

5. Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukummaupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar

Sumber: Dimodifikasi dari Rivai dan Veitzal, 2008

Pembiayaan bermasalah (NPF) adalah suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya pembiayaan bermasalah, antara lain:26

 Analisis keuangan yang kurang baik;  Struktur pembiayaan yang kurang tepat;

Support dan dokumentasi yang buruk;

Monitoring yang kurang baik;

 Analisis penjamin yang kurang memadai.

Dari sisi nasabah, beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan menjadi bermasalah, antara lain:

26


(57)

 Produk dan jasa yang buruk;  Kontrol keuangan yang buruk;

 Faktor eksternal, seperti bencana, ekonomi, persaingan, dan teknologi.

NPF (Pembiayaan Bermasalah) mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Dengan semakin tingginya NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba.

2) Jenis-Jenis NPF

a.Non Performing Financing Gross (NPF Gross)27 adalah perbandingan

antara Pembiayaan Bermasalah dengan Total Pembiayaan dengan formula sebagai berikut:

NPF Gross = Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan

-Pembiayaan adalah Pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kualitas asset bank umum.

-Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancer, diragukan, dan macet, dan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca secara gross (belum dikurangi CKPN).

27

Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(58)

-Total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca secara gross (belum dikurangi CKPN).

-Angka rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan).

b. Non Performing Financing Net (NPF Net)28 Adalah perbandingan

antara Pembiayaan Bermasalah setelah dikurangi CKPN terhadap Total Pembiayaan dengan formula sebagai berikut:

NPF Net = Pembiayaan Bermasalah – CKPN Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan

-Pembiayaan adalah Pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kualitas asset bank umum.

-Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet, dan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca.

-CKPN Pembiayaan adalah cadangan yang wajib dibentuk bank sesuai ketentuan dalam PSAK mengenai Instrumen Keuangan dan PAPI, yang mencakup CKPN Pembiayaan secara individual dan kolektif. -Total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca

secara gross (belum dikurangi CKPN).

-Angka rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan).

28


(59)

Semakin tinggi rasio NPF Gross, semakin tinggi pembiayaan bermasalah dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Namun harus juga dilihat rasio NPF Net-nya, yaitu rasio setelah pembiayaan bermasalah tersebut dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atau penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Rasio NPF Net yang menjadi acun Bank Indonesia maksimal 5 % (lima persen). Jika tinggi rasio NPF Net sebuah bank di atas 5 % (lima persen), bank tersebut dianggap mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi.29

D. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank. Simpanan nasabah ini biasanya memiliki bagian terbesar dari total kewajiban bank. Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank30. Pencarian dana dari sumber ini relatif mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan merupakan sumber dana yang paling dominan.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa

29

Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2014). h. 37

30 Lukman Dendawijaya, “

Manajemen Perbankan”, (Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia,


(60)

giro, tabungan, dan deposito. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu dan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank31.

Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan pembiayaan (Kasmir, 2011). Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran pembiayaan oleh karena itu pemberian pembiayaan merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003).

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk pembiayaan. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran pembiayaan oleh karena itu

31 Bank Indonesia, “


(61)

pemberian pembiayaan merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003).

E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai PBI Nomor 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.32 SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.33

Adapun karakterisrik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah34:

1) Menggunakan akad Ju’alah;

2) Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);

3) Berjangka jangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan;

4) Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

5) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan 6) Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.

32Bank Indonesia, “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009” h.13 33

PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SE BI No. 10/17/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang Tata Cara Transaksi Repo SBIS dengan Bang Indonesia. SE BI No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008 Perihal Perubahan Atas SE BI No. 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 208 Perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui Lelang.

34

Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h.127


(62)

Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui lelang yang melibatkan :

1) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan 2) BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta

tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit

Ratio (FDR)yang ditetapkan Bank Indonesia.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) data direpotkan kepada Bank Indonesia. Repurchase Agreement SBIS berdasarkan qard yang diikuti dengan rahn. BUS atas UUS terlebih dulu wajib menandatangani perjanjian pengagunan SBIS dalam Rangka Repurchase Agreement SBIS. Terhadap Repo SBIS dikenakan biaya Repo. Dengan dikeluarkan instrumenSBIS ini, maka :

1) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Bank Indonesia ini diberlakukan, tetap berlaku tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal 16 februari 2004 tentang SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo.

2) Dengan dikeluarkanya Peraturan Bank Indonesia ini, peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal 16 februari 2004 tentang SWBI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.35

F. Definisi Operasional Variabel


(63)

1. Capital Adequacy Ratio adalah Perbandingan modal dan Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR).

2. Non Performing Financing adalah antara pembiayaan dengan kualitas

kurang lancar, diragukan, dan macet dengan total pembiayaan.

3. Dana Pihak Ketiga adalah Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito).

4. Suku bunga SBIS adalah tingkat suku bunga SBIS 1 bulan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Umum Syariah di Indonesia yang meliputi Capital Adequacy Ratio


(64)

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2009 - 2014 (bulanan).

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Umum Syariah yang terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian menggunakan 72 waktu amatan (N = 72) (bulan Januari - Desember periode tahun (2009 - 2014).

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Muhammad Teguh langkah penting yang perlu dilakukan di dalam kegiatan penelitian sebelum peneliti sampai kepada konklusi adalah pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. Jenis data ini sering disebut data eksternal.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan sumber informasi lainnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Library Research (Riset Kepustakaan)

Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek pembahasan sebagai


(1)

Data CAR Bank Victoria Syariah

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 NPF Victoria Syariah

Januari 0.117030 0.0369 0.156272 0.146225 0.149630 0.149742 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Februari 0.117125 0.0276 0.155571 0.145908 0.149158 0.150313 Januari 0.054007 0.039434 0.032854 0.026401 0.028933 0.045600 Maret 0.117173 0.0191 0.154901 0.145642 0.148690 0.150863 Februari 0.053717 0.039437 0.032531 0.026273 0.029063 0.045551 April 0.117176 0.0115 0.154264 0.145425 0.148226 0.151392 Maret 0.053470 0.039442 0.032209 0.026151 0.029191 0.045527 Mei 0.117131 0.047 0.153658 0.145258 0.147764 0.151901 April 0.053266 0.039450 0.031888 0.026034 0.029316 0.045529 Juni 0.117040 0.011 0.153084 0.145142 0.147307 0.152388 Mei 0.053104 0.039462 0.031568 0.025923 0.029438 0.045557 Juli 0.116903 0.06186 0.152543 0.145075 0.146853 0.152855 Juni 0.052986 0.039475 0.031250 0.025818 0.029558 0.045611 Agustus 0.116719 0.01 0.152033 0.145058 0.146402 0.153301 Juli 0.052911 0.039492 0.030934 0.025718 0.029675 0.045690 September 0.116488 0.0137 0.151555 0.145092 0.145955 0.153726 Agustus 0.052879 0.039512 0.030618 0.025623 0.029788 0.045795 Oktober 0.116211 0.1630 0.151109 0.145175 0.145511 0.154130 September 0.052891 0.039534 0.030304 0.025534 0.029900 0.045925 Nopember 0.115887 0.1798 0.150696 0.145308 0.145071 0.154513 Oktober 0.052945 0.039559 0.029992 0.025451 0.030008 0.046081 Desember 0.115517 0.1882 0.150314 0.145492 0.144634 0.154876 Nopember 0.053042 0.039587 0.029681 0.025373 0.030113 0.046263 Desember 0.053182 0.039617 0.029371 0.025301 0.030216 0.046471 Data DPK Victoria Syariah

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 SBIS Bank Victoria Syariah

Januari 16,7325 52,7490 78,3279 119,0985 154,9002 179,3725 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Februari 16,9262 52,7203 78,6761 119,4431 155,3822 179,6174 Januari 2,122 2,486 5,528 6,428 5,396 5,570 Maret 17,1236 52,7036 78,9920 119,7139 155,8322 179,8746 Februari 2,140 2,448 5,683 6,594 5,403 5,566 April 17,3247 52,6989 79,2756 119,9107 156,2502 180,1441 Maret 2,152 2,418 5,811 6,723 5,408 5,556 Mei 17,5293 52,7062 79,5270 120,0336 156,6361 180,4259 April 2,161 2,397 5,910 6,815 5,414 5,541 Juni 17,7377 52,7255 79,7460 120,0826 156,9900 180,7200 Mei 2,164 2,383 5,982 6,871 5,419 5,520 Juli 17,9497 52,7567 79,9327 120,0577 157,3118 181,0264 Juni 2,164 2,377 6,025 6,890 5,423 5,493 Agustus 18,1653 52,7999 80,0872 119,9589 157,6016 181,3451 Juli 2,159 2,380 6,041 6,873 5,428 5,460 September 18,3847 52,8552 80,2094 119,7861 157,8594 181,6762 Agustus 2,149 2,390 6,029 6,819 5,431 5,422 Oktober 18,6076 52,9224 80,2992 119,5395 158,0851 182,0195 September 2,135 2,408 5,988 6,728 5,435 5,378 Nopember 18,8342 53,0016 80,3568 119,2189 158,2787 182,3751 Oktober 2,116 2,434 5,920 6,601 5,438 5,328 Desember 19,0645 53,0928 80,3821 118,8244 158,4404 182,7431 Nopember 2,093 2,469 5,823 6,437 5,440 5,272 Desember 2,066 2,511 5,699 6,237 5,442 5,211


(2)

Data CAR Maybank Syariah NPF Maybank Syariah

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 0.113826 0.153589 0.147133 0.148522 0.124415 0.154671 Januari 0.057288 0.041388 0.028848 0.025698 0.031210 0.048657 Februari 0.113416 0.153388 0.146934 0.148688 0.123070 0.155015 Februari 0.057350 0.041352 0.028550 0.025617 0.031270 0.048834 Maret 0.113014 0.153270 0.146886 0.148787 0.122013 0.155361 Maret 0.057290 0.041245 0.028262 0.025523 0.031289 0.048955 April 0.112618 0.153235 0.146988 0.148818 0.121244 0.155709 April 0.057109 0.041067 0.027985 0.025414 0.031268 0.049020 Mei 0.112229 0.153282 0.147240 0.148782 0.120763 0.156059 Mei 0.056806 0.040820 0.027718 0.025292 0.031207 0.049028 Juni 0.111847 0.153412 0.147644 0.148678 0.120571 0.156411 Juni 0.056382 0.040503 0.027462 0.025156 0.031106 0.048980 Juli 0.111472 0.153624 0.148198 0.148508 0.120667 0.156765 Juli 0.055836 0.040115 0.027216 0.025006 0.030964 0.048876 Agustus 0.111104 0.153919 0.148903 0.148269 0.121051 0.157121 Agustus 0.055169 0.039658 0.026981 0.024842 0.030782 0.048716 September 0.110743 0.154297 0.149758 0.147964 0.121723 0.157480 September 0.054380 0.039130 0.026756 0.024664 0.030560 0.048499 Oktober 0.110389 0.154758 0.150765 0.147591 0.122683 0.157840 Oktober 0.053469 0.038532 0.026541 0.024473 0.030297 0.048226 Nopember 0.110041 0.155301 0.151922 0.147151 0.123932 0.158202 Nopember 0.052437 0.037864 0.026337 0.024267 0.029995 0.047897 Desember 0.109701 0.155926 0.153229 0.146643 0.125469 0.158567 Desember 0.051284 0.037126 0.026143 0.024048 0.029652 0.047511

Data DPK Maybank Syariah SBIS Maybank Syariah

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 14,6926 53,3399 74,5428 114,3416 149,1696 177,6265 Januari 1,767 3,180 3,392 5,722 5,507 5,408 Februari 14,8425 53,3469 74,5188 114,2312 149,3701 177,6630 Februari 1,786 3,146 3,385 5,248 5,544 5,388 Maret 14,9960 53,3496 74,5316 114,1689 149,5991 177,7173 Maret 1,805 3,110 3,395 4,836 5,575 5,371 April 15,1532 53,3479 74,5811 114,1546 149,8566 177,7894 April 1,824 3,074 3,422 4,485 5,601 5,356 Mei 15,3141 53,3419 74,6675 114,1885 150,1427 177,8794 Mei 1,844 3,036 3,466 4,196 5,622 5,343 Juni 15,4786 53,3316 74,7906 114,2705 150,4572 177,9872 Juni 1,863 2,998 3,528 3,968 5,637 5,333 Juli 15,6468 53,3169 74,9504 114,4005 150,8002 178,1128 Juli 1,883 2,958 3,607 3,801 5,647 5,325 Agustus 15,8186 53,2979 75,1471 114,5786 151,1718 178,2563 Agustus 1,904 2,918 3,704 3,696 5,652 5,320 September 15,9941 53,2746 75,3805 114,8048 151,5718 178,4176 September 1,924 2,876 3,818 3,653 5,651 5,317 Oktober 16,1732 53,2469 75,6507 115,0792 152,0004 178,5967 Oktober 1,945 2,834 3,949 3,671 5,645 5,316 Nopember 16,3560 53,2149 75,9577 115,4016 152,4575 178,7936 Nopember 1,966 2,790 4,098 3,750 5,634 5,318 Desember 16,5424 53,1786 76,3014 115,7721 152,9430 179,0083 Desember 1,988 2,745 4,264 3,891 5,617 5,322


(3)

Data CAR BTPN Syariah NPF BTPN Syariah

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 0.109368 0.156635 0.154688 0.146068 0.127294 0.158934 Januari 0.050009 0.036317 0.025960 0.023814 0.029268 0.047070 Februari 0.109041 0.157426 0.156297 0.145426 0.129407 0.159302 Februari 0.048612 0.035439 0.025787 0.023567 0.028845 0.046572 Maret 0.108722 0.158299 0.158056 0.144716 0.131808 0.159673 Maret 0.047094 0.034490 0.025625 0.023306 0.028381 0.046018 April 0.108409 0.159255 0.159967 0.143939 0.134498 0.160046 April 0.045455 0.033472 0.025473 0.023031 0.027877 0.045407 Mei 0.108104 0.160294 0.162028 0.143094 0.137476 0.160421 Mei 0.043694 0.032383 0.025331 0.022742 0.027332 0.044741 Juni 0.107805 0.161416 0.164240 0.142183 0.140742 0.160798 Juni 0.041811 0.031224 0.025200 0.022439 0.026747 0.044018 Juli 0.107514 0.162620 0.166602 0.141203 0.144296 0.161177 Juli 0.039807 0.029995 0.025079 0.022123 0.026122 0.043239 Agustus 0.107229 0.163907 0.169115 0.140157 0.148138 0.161559 Agustus 0.037681 0.028695 0.024968 0.021792 0.025457 0.042403 September 0.106951 0.165276 0.171779 0.139043 0.152269 0.161942 September 0.035434 0.027326 0.024868 0.021448 0.024752 0.041511 Oktober 0.106680 0.166728 0.174594 0.137862 0.156688 0.162327 Oktober 0.033065 0.025886 0.024779 0.021089 0.024006 0.040564 Nopember 0.106416 0.168263 0.177559 0.136613 0.161395 0.162715 Nopember 0.030575 0.024377 0.024700 0.020717 0.023220 0.039559 Desember 0.106159 0.169880 0.180675 0.135297 0.166390 0.163105 Desember 0.027963 0.022797 0.024631 0.020331 0.022393 0.038499

Data DPK BTPN Syariah SBIS BTPN Syariah

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 16,7325 52,9179 77,6986 119,4176 148,9870 178,5790 Januari 1,564 3,514 4,837 16,196 4,562 4,904 Februari 16,9262 52,9769 77,2334 118,7301 148,8455 178,4016 Februari 1,580 3,492 4,621 14,985 4,586 4,937 Maret 17,1236 53,0316 76,8049 118,0907 148,7324 178,2420 Maret 1,595 3,468 4,423 13,836 4,611 4,972 April 17,3247 53,0819 76,4133 117,4993 148,6478 178,1002 April 1,611 3,444 4,242 12,748 4,637 5,007 Mei 17,5293 53,1279 76,0583 116,9561 148,5918 177,9763 Mei 1,628 3,419 4,078 11,721 4,663 5,043 Juni 17,7377 53,1696 75,7402 116,4610 148,5642 177,8702 Juni 1,644 3,393 3,931 10,756 4,690 5,080 Juli 17,9497 53,2069 75,4588 116,0140 148,5652 177,7819 Juli 1,661 3,365 3,802 9,853 4,718 5,117 Agustus 18,1653 53,2399 75,2142 115,6150 148,5947 177,7114 Agustus 1,678 3,337 3,690 9,011 4,747 5,156 September 18,3847 53,2686 75,0064 115,2641 148,6526 177,6588 September 1,695 3,308 3,596 8,230 4,777 5,195 Oktober 18,6076 53,2929 74,8353 114,9614 148,7391 177,6240 Oktober 1,713 3,277 3,519 7,511 4,807 5,235 Nopember 18,8342 53,3129 74,7010 114,7067 148,8541 177,6070 Nopember 1,731 3,246 3,459 6,853 4,839 5,275 Desember 19,0645 53,3286 74,6035 114,5001 148,9976 177,6078 Desember 1,749 3,213 3,417 6,257 4,871 5,317


(4)

Pembiayaan

Bulan

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Januari

38.572 47.140 69.724 101.689 149.672 181.398

Februari

39.188 48.479 71.449 103.713 154.072 181.772

Maret

39.308 50.206 74.253 109.116 161.080 184.964

April

40.342 51.651 75.726 108.767 163.407 187.885

Mei

41.012 53.223 78.619 112.844 167.259 189.690

Juni

42.195 55.801 82.616 117.592 171.227 193.136

Juli

42.765 57.633 84.556 120.910 174.486 194.079

Agustus

43.633 60.275 90.540 124.946 174.537 193.983

September 44.523 60.970 92.839 130.357 177.320 196.563

Oktober

44.872 62.995 96.805 135.581 179.284 196.491

Nopember 45.726 65.942 99.427 140.318 180.830 198.376

Desember 46.886 68.181 102.655 147.505 184.120 199.330

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1

.994

a

.988

.987

6.468877

.988

1335.364 4 67

.000

.273

a. Predictors: (Constant), SBIS_X4, NPF_X2, CAR_X1, DPK_X3

b. Dependent Variable: Pembiayaan_Y


(5)

ANOVA

b

Model

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression 223520.498

4

55880.125 1.335E3

.000

a

Residual

2803.706

67

41.846

Total

226324.205

71

a. Predictors: (Constant), SBIS_X4, NPF_X2, CAR_X1, DPK_X3

b. Dependent Variable:

Pembiayaan_Y

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1 (Constant)

21.957

8.242

2.664 .010

CAR_X1

-137.973

42.304

-.053

-3.261 .002

.694

1.441

NPF_X2

-54.137

105.533

-.009

-.513 .610

.619

1.616

DPK_X3

1.028

.024

1.049

42.962 .000

.310

3.223

SBIS_X4

-.555

.274

-.047

-2.028 .047

.343

2.919

a. Dependent Variable: Pembiayaan_Y


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

Analisis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadapa Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – De

0 4 163

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Size Perusahaan, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Tingkat Likuiditas Bank Umum Syariah

1 18 128