Studi Deskriptif Mengenai Resiliensi Pada Istri Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di LSM "X", "Y", dan "Z" Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Resiliensi Pada Istri

Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di LSM “X”, “Y” dan “Z”

Bandung. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai resiliensi pada istri yang mengalami KDRT di Bandung. Istri yang mengalami KDRT membutuhkan kemampuan resiliensi untuk dapat menyesuaikan diri di tengah kekerasan yang dialaminya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan 14 sampel menggunakan teknik accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner resiliensi yang terdiri atas 50 item dengan validitas 0.456-0.803, uji reliabilitas menggunakan Alpha Croncbach dengan hasil 0.881. Data diolah menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 85.71% istri yang mengalami KDRT memiliki resiliensi yang tinggi. Protective factors juga mendukung pada resiliensi yang tinggi berupa caring relationship, high expectation dan opportunities for contribution and participation yang diberikan oleh keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Ketiga protective factors tersebut berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (needs) yang terdiri dari safety, love/belonging, respect, autonomy/power, challenge/mastery, dan meaning.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar istri yang mengalami KDRT yang memiliki resiliensi yang tinggi tampak aspek autonomy dan sense of purposenya tinggi juga dibandingkan aspek yang lain. Peneliti mengajukan saran mengenai kontribusi protective factors terhadap aspek resiliensi. Untuk LSM-LSM yang bergerak di bidang KDRT dan masalah perempuan tetap mempertahankan pelatihan-pelatihan dan seminar yang berguna untuk istri yang mengalami KDRT agar mampu mengembangkan kemampuan resiliensinya dan menciptakan lingkungan yang hangat.


(2)

DAFTAR ISI

Lembar Judul……… i

Lembar Pengesahan ………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ……...……... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ………... iv

Kata Pengantar…..……….... v

Abstrak ……….. ix

Daftar isi……….……… x

Daftar Tabel……… xv

Daftar Bagan………... xvi

Daftar Lampiran………... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2Identifikasi Masalah……… 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……… 9

1.3.1. Maksud Penelitian………. 9

1.3.2 Tujuan Penelitian……….... 9

1.4 Kegunaan Penelitian……… 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis……… 9


(3)

1.5 Kerangka Pikir………. 10

1.6 Asumsi ……… 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resiliensi..……… 21

2.1.1 Definisi Resiliensi..………... 21

2.1.2 Aspek Resilinesi...……… 21

2.1.3 Protective Factors……… 32

2.1.4 Needs ………. 34

2.2 Masa Dewasa Awal………... 35

2.2.1 Masa Dewasa Awal ……..……….………. 35

2.2.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal……… 36

2.2.3 Wanita Dewasa Awal ……….……… 36

2.3 Gambaran Umum Kekerasan Dalam Rumah Tangga……….…...….. 40

2.3.1 Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga…..………. 40

2.3.2 Bentuk-bentuk Kekerasan……….……… 41

2.3.3 Teori Lingkaran Kekerasan Dalam Rumah Tangga….………. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian………... 44

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………..… 45

3.2.1 Variabel Penelitian………. 45


(4)

3.2.3 Definisi Operasional ………. 45

3.3Alat Ukur………. 47

3.3.1 Alat Ukur………... 47

3.3.2 Prosedur Pengisisan………... 49

3.3.3 Skoring Alat Ukur………. 49

3.3.4 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang……… 50

3.4Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……… 50

3.4.1 Validitas Alat Ukur………..…... 50

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur………. 51

3.5 Populasi Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel………... 52

3.5.1 Populasi Saran………...…………. 52

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel……… 52

3.5.3 Karakteristik Sampel……… 53

3.6 Teknik Analisis……… 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tingkat Resiliensi…..………. 54

4.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian………. 55

4.2.1 Gambaran Subyek Berdasarkan Usia……….. 55

4.2.2 Gambaran Subyek Berdasarkan Status Pekerjaan……… 55

4.3 Tabulasi Silang……… 56

4.3.1 Tabulasi Silang antara Tingkat Resiliensi dengan Kategori-kategori Resiliensi……… 54


(5)

4.3.2 Tabulasi Silang antara Caring Relationship dengan Basic Need………. 57

4.3.3 Tabulasi silang antara High Expectation dengan Basic Needs…………. 58

4.3.4 Tabulasi Silang Opportunities for Contribution and Participation dengan Basic Needs………... 59

4.3.5 Tabulasi Silang antara Need dengan Aspek Resiliensi……….. 60

4.4 Pembahasan……….. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 69

5.2 Saran……….. 70

5.2.1 Saran Teoritis……….. 70

5.2.2 Saran Praktis……… 70

DAFTAR PUSTAKA………. 74

DAFTAR RUJUKAN……… 75 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1.1 Aspek-aspek resiliensi

Tabel 3.3.1 Pembagian item-item dalam alat ukur resiliensi Tabel 3.3.3 Skor Jawaban Alat Ukur Resiliensi

Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Resiliensi Tabel 4.2.1 Gambaran usia

Tabel 4.2.2 Gambaran status pekerjaan

Tabel 4.3.1 Tabulasi silang tingkat resiliensi dengan kategori resiliensi Tabel 4.3.2 Tabulasi Silang antara Caring relationship dengan need Tabel 4.3.3 Tabulasi Silang antara High Expectation dengan basic needs Tabel 4.3.4 Tabulasi Silang antara Contribution dan Participation


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5 Kerangka Pikir Bagan 2.1.4 Needs


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

LAMPIRAN B Data Penunjang dan Data Kuesioner Resiliensi LAMPIRAN C Data Mentah Kuesioner Resiliensi

LAMPIRAN D Distribusi Skor Resiliensi


(9)

LAMPIRAN A

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas Aspek Social Competence

No.Item Validitas Keterangan

3 0.498 Dipakai

6 0.589 Dipakai

9 0.597 Dipakai

12 0.776 Dipakai

15 0.457 Dipakai

19 0.474 Dipakai

25 0.718 Dipakai

30 0.488 Dipakai

34 0.682 Dipakai

38 0.018 Dibuang

46 0.508 Dipakai

Keterangan:

Item dipakai : 10 item Item dibuang : 1 item


(10)

2. Validitas Problem Solving

No.Item Validitas Keterangan

4 0.668 Dipakai

7 0.531 Dipakai

13 0.387 Dibuang

17 0.557 Dipakai

20 0.483 Dipakai

21 0.642 Dipakai

23 0.358 Dibuang

26 -0.202 Dibuang

28 0.655 Dipakai

31 0.494 Dipakai

32 0.476 Dipakai

36 0.567 Dipakai

39 -0.363 Dibuang

47 0.464 Dipakai

Keterangan:

Item dipakai : 10 item Item dibuang : 4 item


(11)

3. Validitas Autonomy

No.Item Validitas Keterangan

5 0.737 Dipakai

16 0.469 Dipakai

18 0.491 Dipakai

22 0.473 Dipakai

24 0.144 Dibuang

29 0.510 Dipakai

33 0.464 Dipakai

35 0.209 Dibuang

37 0.455 Dipakai

40 0.419 Dipakai

43 -0.067 Dibuang

44 0.543 Dipakai

45 0.863 Dipakai

48 0.487 Dipakai

49 0.480 Dipakai

50 0.200 Dibuang

Keterangan:

Item dipakai : 10 item Item dibuang : 6 item


(12)

4. Validitas Sense of Purpose

No.Item Validitas Keterangan

1 0.565 Dipakai

2 0.479 Dipakai

8 0.723 Dipakai

10 0.645 Dipakai

11 0.167 Dibuang

14 0.472 Dipakai

27 -0.016 Dibuang

41 0.681 Dipakai

42 0.592 Dipakai

Keterangan:

Item dipakai : 7 item Item dibuang : 2 item

Reliabilitas : 0.760 (reliabilitas tinggi)

Reliabilitas item valid : 0.881 (Reliabilitas tinggi) Reliabilitas keseluruhan : 0.744 (Reliabilitas tinggi)


(13)

LAMPIRAN B

DATA PENUNJANG DAN KUESIONER RESILIENSI DATA PRIBADI DAN DATA PENUNJANG

DATA PRIBADI

1. Usia :

2. Jumlah anak :

3. Usia anak :

4. Menikah Tahun :

5. Status Pernikahan : 6. Mengalami KDRT selama : Tahun 7. Saat ini saya tinggal dengan :

DATA PENUNJANG

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom pilihan jawaban sesuai dengan diri anda.

1. Saya menghayati hubungan saya dengan anak-anak ...untuk menceritakan banyak hal kepada mereka

a. Sangat dekat b. Cukup dekat c. Kurang dekat d. Tidak dekat

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat berarti

b. Cukup berarti c. Kurang berarti

d. Tidak bermakna apapun


(14)

2. Saya menghayati keluarga saya...kepada saya dalam menghadapi KDRT agar saya dapat . menemukan penyelesaian yang tepat untuk masalah saya

a. Sangat memberi dorongan b. Cukup memberi dorongan c. Kurang memberi dorongan d. Tidak memberi dorongan

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat yakin

b. Cukup yakin c. Kurang yakin

d. Tidak bermakna apapun

e. ...

3. Keluarga saya ... kepada saya untuk bersosialisasi dengan lingkungan

a. Sangat memberikan kesempatan b. Cukup memberikan kesempatan c. Kurang memberikan kesempatan d. Tidak memberikan kesempatan Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat mandiri

b. Cukup mandiri c. Kurang mandiri

d. Tidak bermakna apapun e. ...


(15)

4. Keluarga saya ... saya masih dapat melanjutkan rumah tangga saya dan mengurus rumah tangga saya

a. Sangat yakin b. Cukup yakin c. Kurang yakin d. Tidak yakin

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat aman

b. Cukup aman c. Kurang aman

d. Tidak bermakna apapun

e. ...

5. Keluarga saya ... kepada saya untuk dapat melakukan hal yang saya sukai

a. Sangat memberikan kesempatan b. Cukup memberikan kesempatan c. Kurang memberikan kesempatan d. Tidak memberikan kesempatan

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat dihargai

b. Cukup dihargai c. Kurang dihargai

d. Tidak bermakna apapun e. ...


(16)

6. Saya menghayati teman-teman saya ...kepada saya a. Sangat perhatian

b. Cukup perhatian c. Kurang perhatian d. Tidak perhatian

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat dicintai

b. Cukup dicintai c. Kurang dicintai

d. Tidak bermakna apapun e. ...

7. Saya...dengan masalah serupa yang dialami teman-teman saya

a. Sangat peduli b. Cukup peduli c. Kurang peduli d. Tidak peduli

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat aman

b. Cukup aman c. Kurang aman

d. Tidak bermakna apapun


(17)

8. Saya menghayati teman-teman saya ... kepada saya bahwa saya dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat

a. Sangat memberikan kepercayaan b. Cukup memberikan kepercayaan c. Kurang memberikan kepercayaan d. Tidak memberikan kepercayaan Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat yakin

b. Cukup yakin c. Kurang yakin

d. Tidak bermakna apapun

e. ...

9. Teman-teman saya ... kepada saya untuk mengikuti berbagai kegiatan yang saya sukai

a. Sangat memberikan kesempatan b. Cukup memberikan kesempatan c. Kurang memberikan kesempatan d. Tidak memberikan kesempatan

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat mandiri

b. Cukup mandiri c. Kurang mandiri

d. Tidak bermakna apapun


(18)

Untuk no11-13 diisi apabila saudara sedang bekerja.

10. Atasan/bawahan/rekan kantor saya...pada masalah KDRT yang saya alami.

a. Sangat perhatian b. Cukup perhatian c. Kurang perhatian d. Tidak perhatian

Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat dicintai

b. Cukup dicintai c. Kurang dicintai

d. Tidak bermakna apapun e. ...

11.Atasan/bawahan/rekan kantor saya...untuk melakukan tugas rutin yang biasa saya lakukan.

a. Sangat memberikan kesempatan b. Cukup memberikan kesempatan c. Kurang memberikan kesempatan d. Tidak memberikan kesempatan Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat dihargai

b. Cukup dihargai c. Kurang dihargai

d. Tidak bermakna apapun e. ...


(19)

12.Atasan/bawahan/rekan kantor saya...untuk melakukan tugas yang didelegasikan kepada saya.

a. Sangat memberikan kepercayaan b. Cukup memberikan kepercayaan c. Kurang memberikan kepercayaan d. Tidak memberikan kepercayaan. Hal tersebut membuat saya merasa: a. Sangat yakin

b. Cukup yakin c. Kurang yakin

d. Tidak bermakna apapun


(20)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi adalah menyusun tugas akhir. Adapun judul tugas akhir ini adalah „Studi Deskriptif mengenai Resiliensi pada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di LSM “X”, “Y” dan “Z” Bandung “

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dimohon kesediaan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Data yang akan diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk penelitian ini.

Saudara diharapkan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Identitas dan kerahasiaan jawaban Saudara akan dijaga.

Atas kesediaan dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya,


(21)

Kuesioner Resiliensi

Petunjuk pengisian

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku ibu dalam kehidupan sehari-hari ketika ibu mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Adapun kekerasan rumah tangga meliputi: kekerasan fisik antara lain berupa, cedera, luka, atau cacat, gugurnya kandungan, pingsan, dan atau menyebabkan kematian. Kekerasan ekonomi berupa tidak dinahfkahi, tidak dirawat, dan tidak dipelihara oleh suami dalam hal keuangan. Kekerasan psikis berupa ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya.

Jawablah setiap pernyataan dengan jujur. Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu kotak dari empat kotak yang tersedia. Terdapat empat alternative jawaban yaitu:

Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Kurang Sesuai (KS) dan Tidak Sesuai (TS). Contoh :

No. PERNYATAAN S CS KS TS

1. Saya menjadi mudah marah setelah mengalami kekerasan dalam rumah tangga

Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri ibu. Jawablah pertanyaan sesuai dengan keadaan yang ibu alami saat ini. Jawaban yang ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya.

Jawablah seluruh pertanyaan yang tersedia dan jangan sampai ada yang terlewat atau tidak dijawab.


(22)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

Silanglah kolom yang benar-benar menggambarkan diri ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

No. Pernyataan S CS KS TS

1. Saya semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan

2. Saya percaya bahwa semua penderitaan yang saya alami dapat terselesaikan

3. Saya dapat menangkap maksud yang

tersembunyi dari cerita yang disampaikan lawan bicara saya

4. Saya hanya dapat diam dan pasrah saat suami mengeluarkan kata-kata kasar kepada saya 5. Saya merasa diri berharga walaupun mengalami

kekerasan

6. Saya dapat berterus terang mengungkapkan kekecewaan kepada orang yang menyakiti saya tanpa menyinggung perasaannya

7. Saya membiarkan suami saya bertindak kasar terhadap saya

8. Saya tidak ingin melanjutkan hidup saya karena saya tidak mempunyai tujuan hidup

9. Kekurangan ekonomi yang saya alami, tidak menyurutkan saya untuk membantu teman yang mengalami masalah serupa dengan saya

10. Saya berminat untuk mengembangkan hobi saya agar saya tidak terlarut dalam penderitaan


(23)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

Silanglah kolom yang benar-benar menggambarkan diri ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

No. Pernyataan S CS KS TS

11. Saya merasa tidak ada kesempatan untuk memiliki keluarga yang harmonis

12. Saya dapat memberi masukan yang positif kepada orang lain yang mengalami masalah yang serupa dengan saya

13. Saya tidak tahu ke mana saya harus mencari bantuan agar suami saya berhenti bersikap kasar 14. Saya menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi

di rumah tangga saya

15. Saya tidak memperoleh simpati dari orang-orang terdekat saya saat menyampaikan keluhan KDRT yang saya alami

16. Saya merasa malu untuk bertemu dengan orang lain karena penderitaan yang saya alami

17. Saya malas untuk mencari tahu pemecahan masalah KDRT yang saya alami

18. Saya dapat bersikap tenang mengurus anak-anak di tengah kekecewaan saya kepada suami

19. Saya melampiaskan kekecewaan yang saya alami dengan bertindak kasar kepada orang lain 20. Saya mencari bantuan kepada keluarga saat saya


(24)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

Silanglah kolom yang benar-benar menggambarkan diri ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

No. Pernyataan S CS KS TS

21. Saya menceritakan semua penderitaan saya kepada teman-teman untuk mendapatkan kekuatan

22. Saya menjadi sedih dengan pemberitaan oleh tetangga sekitar tentang rumah tangga saya 23. Saya tidak tahu bagaimana membuat suami saya

berubah dan tidak bersikap kasar lagi

24. Saya yakin mampu membimbing anak –anak saya menjadi anak-anak yang berhasil meskipun rumah tangga saya gagal

25. Saya mampu memahami masalah yang dialami oleh orang lain walaupun saya sendiri mengalami kekerasan

26. Saya terbiasa menunggu pemecahan masalah seiring berjalannya waktu

27. Saya jarang memikirkan hobi karena waktu saya banyak terbuang memikirkan masalah KDRT yang saya alami

28. Saya sering menyempatkan waktu untuk merenungi kejadian yang telah dilalui untuk menemukan solusi yang tepat

29. Saya membiarkan suami mengurus kebutuhannya sendiri ditengah kekerasan yang saya alami


(25)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

Silanglah kolom yang benar-benar menggambarkan diri ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

No. Pernyataan S CS KS TS

30. Saya tidak mau tahu akan penderitaan orang lain 31. Saya berusaha mengatur keuangan supaya

kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi

32. Saya mencari informasi dari pelbagai sumber mengenai KDRT untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

33. Saya yakin mampu menjadi istri yang bertanggung jawab dalam mengurus rumah tangga meskipun saya sering diperlakukan kasar oleh suami saya

34. Saya dapat memaafkan orang-orang yang menyakiti saya

35. Saya menyalakan lingkungan atas KDRT yang saya alami

36. Saya berusaha mencari tahu alasan suami melakukan kekerasan terhadap saya

37. Saya tidak tahu apa yang keluarga ingin saya lakukan dalam menyelesaikan masalah rumah tangga saya

38. Saya tidak suka apabila tetangga meminta bantuan pada saya karena hal tersebut akan menyusahkan saya

39. Masalah KDRT yang saya alami, menyulitkan saya merencanakan masa depan saya.


(26)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

Silanglah kolom yang benar-benar menggambarkan diri ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

No. Pernyataan S CS KS TS

40. Saya tidak dapat menyembunyikan kesedihan saya di depan anak-anak

41. Saya memiliki harapan bahwa anak-anak dapat sukses walaupun hidup di tengah keluarga yang tidak harmonis

42. Mengembangkan hobi merupakan hal-hal yang membuang waktu

43. Saya tidak menghakimi suami saya, walaupun ia bertindak kasar kepada saya

44. Saya langsung merasa putus asa dalam membesarkan anak-anak saya ketika melihat kondisi rumah tangga saya

45. Saya menutup diri dari lingkungan yang tidak mempedulikan saya

46. Saya mampu mengatakan kepada keluarga dekat saya hal yang saya pikirkan

47. Saya meminta bantuan kepada anak-anak dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga

48. Saya menyemangati diri agar mampu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga di tengah kekerasan yang saya alami.


(27)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

Silanglah kolom yang benar-benar menggambarkan diri ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

No. Pernyataan S CS KS TS

49. Saya dapat tetap tersenyum di hadapan orang lain meskipun sebenarnya saya sedang merasa sedih

50. Saya tidak peduli dengan berita negatif mengenai saya


(28)

LAMPIRAN C

DATA MENTAH KUESIONER

No

Responden

No. Item

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 2 2

3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3

4 4 4 3 4 4 2 4 4 2 4 4 3 3 2 4

5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4

6 4 3 4 2 4 2 3 1 4 4 4 4 1 2 1

7 4 4 2 2 2 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3

8 4 4 2 2 2 2 4 1 3 4 3 1 2 2 2

9 4 4 4 1 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4

10 3 3 1 2 1 3 4 4 2 2 4 4 3 1 4

11 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3

12 2 3 3 2 2 2 2 3 1 3 2 4 3 2 2

13 1 2 4 1 1 3 1 3 3 2 2 2 2 1 1

14 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4

No

Responden

No. Item

1 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

2 3 2 3 3 3 4 2 4 2 3 4 3 4 3 3

3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

4 2 4 4 4 1 4 1 4 3 4 4 2 4 4 4

5 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4

6 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 2

7 2 4 3 2 3 2 3 3 2 3 4 4 4 1 4

8 4 4 4 3 2 3 2 3 1 1 4 3 4 1 3

9 3 4 1 3 2 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3

10 4 4 1 1 4 3 4 3 4 4 2 2 4 1 1

11 4 3 3 2 2 2 3 4 2 3 4 3 4 3 3

12 2 3 1 2 1 3 3 4 2 3 4 3 4 2 1

13 1 1 2 2 1 3 1 3 3 4 3 2 1 2 2


(29)

No

Responden

No. Item

1 31 32 33 34 35 36 37 38

2 4 4 3 3 3 1 3 3

3 1 4 4 3 2 1 3 2

4 3 4 3 3 3 3 4 3

5 4 4 4 4 4 4 4 4

6 2 3 3 2 3 2 4 4

7 3 4 2 3 4 3 3 4

8 1 3 3 3 1 1 3 4

9 2 4 3 2 3 4 4 4

10 3 3 4 4 1 3 3 1

11 2 3 3 3 3 2 3 3

12 3 4 2 2 3 1 4 2

13 1 2 3 1 2 1 3 1


(30)

LAMPIRAN D

DISTRIBUSI SKOR RESILIENSI

No.

Responden

Kategori Total Kategori

Social Competence

Problem Solving Skills

Autonomy Sense of Purpose

1 34 42 49 32 157 tinggi

2 39 48 46 34 167 tinggi

3 36 46 45 31 158 tinggi

4 43 45 53 29 170 tinggi

5 34 37 49 28 148 tinggi

6 31 43 42 30 146 tinggi

7 24 40 43 26 133 tinggi

8 40 35 47 30 152 tinggi

9 30 34 43 31 138 tinggi

10 32 42 44 32 150 tinggi

11 29 32 46 28 135 tinggi

12 30 26 24 17 97 rendah

13 32 40 44 29 145 tinggi

14 17 26 25 14 82 rendah


(31)

LAMPIRAN E

TABULASI SILANG ANTARA DATA PRIMER DENGAN DATA PENUNJANG

Tabel 4.5 Tabulasi silang antara derajat resiliensi dengan hubungan dengan anak-anak (Caring relationship in family)

sangat dekat

cukup

dekat Total derajat

resiliensi

tinggi Count 8.00 4.00 12.00

% 66.67 33.33 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 50.00 50.00 100.00

Count 9.00 5.00 14.00

Total % 64.29 35.71 100.00

Tabel 4.6 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan perhatian teman-teman (Caring relationship in community)

sangat perhatian

cukup perhatian

Kurang perhatian

tidak

perhatian Total derajat

resiliensi

tinggi Count 7.00 5.00 12.00

% 58.33 41.67 0.00 0.00 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 50.00 50.00 0.00 0.00 100.00

Count 8.00 6.00 0.00 0.00 14.00


(32)

Tabel 4.7 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kepedulian saya dengan masalah serupa yang dialami teman-teman

(Caring Relationship in community)

sangat peduli cukup peduli Kurang peduli tidak

peduli Total derajat

resiliensi

tinggi Count 8.00 3.00 1.00 12.00

% 66.67 25.00 0.00 8.33 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 0.00 50.00 50.00 0.00 100.00

Count 8.00 4.00 1.00 1.00 14.00

Total % 57.14 28.57 7.14 7.14 100.00

Tabel 4.8 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan perhatian dari atasan/bawahan/rekan kantor dalam masalah KDRT yang dialami

(Caring relationship in workplace)

sangat perhatian cukup perhatian Kurang perhatian tidak

perhatian Total derajat

resiliensi

tinggi Count 3.00 2.00 2.00 7.00

% 42.86 28.57 28.57 0.00 100.00

Total

Count 3.00 2.00 2.00 0.00 7.00

% 42.86 28.57 28.57 0.00 100.00

Tabel 4.9 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan keyakinan dari keluarga dalam melanjutkan rumah tangga

(High Expectation in family) sangat yakin cukup yakin Kurang yakin tidak

yakin Total derajat

resiliensi

tinggi Count 4.00 5.00 2.00 1.00 12.00

% 33.33 41.67 16.67 8.33 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 0.00 50.00 0.00 50.00 100.00

Count 4.00 6.00 2.00 2.00 14.00


(33)

Tabel 4.10 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kesempatan dari keluarga untuk bersosialisasi dengan lingkungan

(High Expectation in Family) sangat memberi dorongan cukup memberi dorongan Kurang memberi dorongan tidak memberi

dorongan Total derajat

resiliensi tinggi Count 4.00 5.00 2.00 1.00 12.00

% 33.33 41.67 16.67 8.33 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 0.00 0.00 50.00 50.00 100.00

Count 4.00 5.00 3.00 2.00 14.00

Total % 28.57 35.71 21.43 14.29 100.00

Tabel 4.11 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kepercayaan dari teman-teman dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat

(High Expectation in Community) sangat memberikan kepercayaan cukup memberikan kepercayaan Kurang memberikan kepercayaan tidak memberikan

kepercayaan Total

derajat resiliensi

Tinggi Count 7.00 5.00 12.00

% 58.33 41.67 0.00 0.00 100.00

Renda

r Count 1.00 1.00 2.00

% 0.00 50.00 50.00 0.00 100.00

Count 7.00 6.00 1.00 0.00 14.00

Total % 50.00 42.86 7.14 0.00 100.00

Tabel 4.12 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kepercayaan dari atasan/bawahan/rekan kantor dalam melakukan tugas yang didelegasikan kepada

saya

(High Expectation in workplace) sangat memberikan kepercayaan cukup memberikan kepercayaan Kurang memberikan kepercayaan tidak memberikan

kesempatan Total derajat

resiliensi

tinggi Count 2.00 5.00 7.00

% 28.57 71.43 0.00 0.00 100.00

Total

Count 2.00 5.00 0.00 0.00 7.00


(34)

Tabel 4.13 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kesempatan dari keluarga dalam melakukan hal yang disukai

(Opportunities and Contribution in family)

sangat memberikan kesempatan cukup memberikan kesempatan Kurang memberikan kesempatan tidak memberikan

kesempatan Total derajat

resiliensi

tinggi Count 6.00 4.00 1.00 1.00 12.00

% 50.00 33.33 8.33 8.33 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 0.00 50.00 50.00 0.00 100.00

Count 6.00 5.00 2.00 1.00 14.00

Total % 42.86 35.71 14.29 7.14 100.00

Tabel 4.14 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kesempatan dari keluarga dalam menemukan penyelesaian yang tepat

(Opportunities and contribution in family) sangat memberi dorongan cukup memberi dorongan Kurang memberi dorongan tidak memberi

dorongan Total derajat

resiliensi

tinggi Count 5.00 4.00 1.00 2.00 12.00

% 41.67 33.33 8.33 16.67 100.00

rendah Count 2.00 2.00

% 0.00 0.00 100.00 0.00 100.00

Count 5.00 4.00 3.00 2.00 14.00

Total % 35.71 28.57 21.43 14.29 100.00

Tabel 4.15 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kesempatan dari teman-teman dalam mengikuti kegiatan yang disukai

(Opportunities and contribution in community) sangat memberikan kesempatan cukup memberikan kesempatan Kurang memberikan kesempatan tidak memberikan

kesempatan Total derajat

resiliensi

tinggi Count 3.00 8.00 1.00 12.00

% 25.00 66.67 0.00 8.33 100.00

rendah Count 1.00 1.00 2.00

% 0.00 50.00 50.00 0.00 100.00

Count 3.00 9.00 1.00 1.00 14.00


(35)

Tabel 4.16 Tabulasi silang antara tingkat resiliensi dengan kesempatan dari atasan/bawahan/rekan kantor dalam melakukan tugas rutin yang biasa dilakukan

(Opportunities and contribution in workplace) sangat

memberikan kesempatan

cukup memberikan kesempatan

Kurang memberikan kesempatan

tidak

memberikan

kesempatan Total derajat

resiliensi

tinggi Count 4.00 3.00 7.00

% 57.14 42.86 0.00 0.00 100.00

Total

Count 4.00 3.00 0.00 0.00 7.00


(36)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap individu akan melewati berbagai tahap perkembangannya begitu pula dengan individu saat memasuki masa dewasa dini. Menurut Harlock (1980), individu memasuki usia dewasa madya pada usia 21-35 tahun. Dalam usia tersebut individu mulai dihadapkan dengan tanggung jawab dan memulai untuk membina rumah tangga atau berkeluarga, serta menjalankan perannya dalam keluarga. Keluarga adalah suatu unit sosial yang biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anak (Duvall, 1985). Dalam keluarga, suami dan istri memiliki perannya masing-masing. Menurut Duvall (1985) peran suami adalah sebagai pencari nafkah, membentuk cara hidup keluarga yang sehat, dapat memenuhi tuntutannya sebagai ayah, dapat meredakan konflik dan menjaga hubungannya dengan istri. Sedangkan peran istri adalah menerima dan menyesuaikan diri dengan tuntutan sebagai ibu, menyelesaikan konflik yang terjadi akibat peran-perannya, memelihara anak dan menjaga hubungannya dengan suami. Ketika peran suami dan istri berjalan dengan baik maka fungsi keluarga juga akan berjalan dengan baik.

Namun yang terjadi terkadang tidaklah demikian, suami yang seharusnya bertanggung jawab untuk menafkahi justru melimpahkan tanggung jawabnya kepada istri. Suami juga tidak menjaga hubungannya dengan istri, suami tidak


(37)

2

melindungi istri dan bersikap mementingkan diri sendiri, mulai dari berkata-kata kasar terhadap istri, memukul istri bila sedang marah sampai melukai istri. Hal-hal yang dialami istri tersebut termasuk dalam kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) (www.pemantauperadilan.com/detil/.php?id=251&tipekolom).

KDRT berdasarkan UU PKDRT no.23 tahun 2004 didefinisikan sebagai perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (www.pemantauperadilan.com/detil/.php?id=251&tipekolom). Dengan kata lain, ruang lingkup KDRT menurut UU PKDRT meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga.

Berdasarkan data kekerasan, selama kurun waktu 3 tahun terakhir terjadi peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2002 terjadi 5.163 kasus, pada tahun 2003 terjadi 5.934 kasus, tahun 2004 terjadi 14.020 kasus dan semakin meningkat pada tahun 2005 mencapai 20.391 kasus. Sebesar 82% (16.615 kasus) dari total 20.391 kasus, adalah kasus KDRT. Data tentang kekerasan terhadap istri tercatat ada 4.886 kasus (29.41%). (http:/www.rahima.or.id//SR/20-06/Fokus.htm).

Data dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) Kota Bandung, dalam tiga tahun terakhir ini telah menerima berbagai pengaduan dari masyarakat mengenai kekerasan. Pada tahun 2004 terjadi 33 kasus, yaitu : kekerasan terhadap istri (KTI) 23 kasus, kekerasan terhadap perempuan (KTP) 2 kasus, kekerasan dalam keluarga (KDK) 1 kasus, dan perkosaan 2 kasus,


(38)

3

pelecehan seksual 4 kasus, dan ekonomi 1 kasus. Sedangkan tahun 2005, secara keseluruhan kasus meningkat menjadi menjadi 46 kasus, dan untuk 2006, hingga

bulan Juni telah masuk sebanyak 22 kasus

(www.bandung.go.id/?fa=berita.detail&id=152).

KDRT memberikan dampak tertentu kepada korban, baik secara fisik ataupun secara psikis. Dampak secara fisik adalah dampak yang paling terlihat dengan jelas. Hasil penelitian kolektif juga dilakukan komnas perempuan (2001) memperlihatkan sepertiga dari istri yang mengalami penganiayaan mendapat cedera fisik. Selain cedera, dampak fisik lainnya dapat berupa sakit kepala, asma, sakit perut, serta gangguan kesehatan reproduksi seperti mengalami keputihan. Sedangkan secara psikis, kekerasan akan membuat istri menderita kecemasan, depresi, dan sakit jiwa akut. Dampak lain bisa juga mengurangi kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, tidak tertutup kemungkinan memunculkan keinginan untuk bunuh diri atau membunuh pelaku. (http://pikas.bkbn.go.id/print.php?tid=2&rid=220).

Dampak-dampak dari kekerasan tersebut dapat dialami oleh istri yang tidak bercerai dan masih tinggal bersama suami yang mengalami KDRT. Adanya tindak kekerasan yang dialami oleh istri merupakan situasi yang menekannya (adversity). Dalam situasi tersebut istri diharapkan tetap mampu untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam keluarga. Sebagai istri, tetap dapat menjaga fungsi keluarga dan mampu menjadi media yang dapat meredakan konflik dalam keluarga. Istri tetap mampu menjadi tempat suami berbagi akan masalahnya. Istri mampu memberi dukungan kepada suami bila suami mengalami


(39)

4

masa-masa sulit. Istri memenuhi kebutuhan afeksi yang diperlukan oleh keluarga, mampu memberikan rasa aman ke sesama anggota keluarga. Sebagai ibu, dapat berkomitmen untuk tetap merawat, menjaga, memperhatikan kebutuhan anak-anak dan suami walaupun suami bersikap kasar terhadap dirinya. Sebagai ibu dapat mendampingi dan memperhatikan anak melewati masa perkembangannya. Kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berfungsi dengan baik, walaupun ditengah situasi yang menekan atau banyak halangan dan rintangan dikenal sebagai resiliensi (Bernard, 1991). Resiliensi ini meliputi social competence, problem solving skills, autonomy dan sense of purpose.

Berdasarkan wawancara dengan ibu R yang berusia 38 tahun dan telah menikah selama 14 tahun. R berasal dari keluarga yang kurang mampu, suami R bekerja sebagai supir angkot dan R sebagai ibu rumah tangga. Selama pernikahan tersebut R mengalami kekerasan secara fisik dan secara ekonomi. Awal mulanya suami R suka menampar kemudian perlakuannya jadi bertambah keras dengan memberi sulut rokok sampai suami mencoba membunuhnya. Perilaku suaminya itu adalah dampak dari kebiasaan suami yang suka berjudi dan mabuk, karena itu R harus mencari nafkah untuk keluarganya dengan berjualan kue. R merasa dirinya menjadi tempat pelampiasan suaminya bila kesal. R menutupi kejadian tersebut dari anak-anaknya karena takut anak-anaknya akan terlibat. R sering mengalami kecemasan dan ketakutan yang mengganggunya sehingga memberanikan diri melaporkan kejadian yang menimpanya itu ke LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). LSM menempatkan R di sebuah asrama agar terhindar dari kejaran suaminya yang tidak terima bahwa R memberitahukan pada LSM


(40)

5

perlakuannya. R mengalami trauma untuk berhadapan dengan laki-laki pada awal R di asrama. R menghayati dirinya sudah gagal menjadi seorang istri, tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai ibu. LSM memberikan penyuluhan dan konseling kepada R sehingga R dapat mengatasi traumanya itu dan mulai menjalin relasi dengan teman-teman seasramanya. Saat ini R sering dipanggil LSM untuk membagikan pengalamannya dan membantu orang lain yang memiliki masalah yang sama dengannya dengan cara memberikan dorongan dan mendampingi istri sampai siap untuk kembali ke suaminya.

Kekurangan faktor ekonomi dan kebiasaan buruk suami yang berupa kekerasan fisik merupakan situasi menekan (adversity). Dalam kondisi seperti itu R berusaha bertahan dengan dengan mencoba menyesuaikan diri, R berusaha mengikuti setiap aturan yang diberikan oleh suami, tetap merawat anak-anaknya R berharap sikapnya dapat merubah sikap suaminya. Berdasarkan hasil wawancara, R tetap merasa kecewa karena suami tidak ada perubahan. Dalam kondisi tersebut R berusaha aktif di lingkungannya, dengan bergaul bersama teman-temannya, bersosialisasi dengan lingkungan hal tersebut menunjukkan kemampuan social competence. Saat suami tidak memberi nafkah, R berusaha mencari nafkah agar dapat menghidupi keluarganya. Hal tersebut menunjukkan hal autonomy. R tidak pasrah dan diam dengan kejadian yang dialaminya tetapi berusaha mencari bantuan untuk dirinya dengan melaporkan ke LSM, hal tersebut menunjukkan problem solving. R saat ini ingin membantu orang lain yang mengalami masalah yang sama dengannya melalui acara yang digelar LSM atau media lainnya. R dapat membagikan pengalamannya dan membuat orang dapat


(41)

6

belajar dari dirinya mengenai hal-hal yang mampu membuatnya bertahan dan kembali pada suaminya, hal tersebut menunjukkan sense of purpose.

Kasus kedua adalah ibu D berusia 52 tahun dan memiliki 2 orang anak. Anak yang pertama adalah laki-laki berusia 25 tahun dan yang kedua perempuan berusia 22 tahun. Pada usia pernikahan yang ketujuh, suami D mulai sering pulang larut malam, saat usia pernikahan mencapai sepuluh tahun suami suka memukul D tanpa alasan yang jelas. D mengira hal itu terjadi akibat dari masalah yang terjadi di kantor dan D menjadi pelampiasan suaminya. Setelah beberapa tahun D sudah tidak tahan dengan sikap suaminya yang sudah tidak menafkahi keluarga, D memutuskan pindah ke kota B dan masih berharap suami mau kembali lagi padanya. Suami D berjanji akan tetap menafkahi dirinya beserta anak-anak dengan mengirimkan uang bulanan rutin. Namun, hal tersebut hanya terjadi di tiga bulan pertama, lama kelamaan D tidak menerima uang dari suaminya. Hal itu membuat D memutuskan bercerai dari suaminya. Setelah bercerai D baru tahu bahwa suaminya memiliki wanita lain. D mencoba membuka usaha kantin di dekat rumahnya, tetapi tidak berlangsung lama dan akhirnya bangkrut. D berharap banyak dari bantuan suaminya walaupun tahu bantuan tersebut tidak rutin. Anak-anak menjadi kesal dengan sikap D karena tidak ada usaha untuk menafkahi keluarga membuat mereka tidak dapat melanjutkan kuliah sehingga memilih bekerja untuk menghidupi keluarga. D tidak menjalin relasi dengan tetangga karena merasa malu keadaan ekonomi keluarga berada di bawah tetangga sekitarnya.


(42)

7

Ketidakmampuan D untuk menjalin relasi dengan lingkungannya dan menutup diri dengan masalah yang dialaminya menunjukkan kurangnya kemampuan social competence. D berusaha untuk menghidupi keluarganya dengan membuka kantin namun hal tersebut tidak berlangsung lama, D tidak mengelola dengan baik usaha tersebut yang mengakibatkan kebangkrutan. Kemudian D tidak berusaha lagi untuk melakukan sesuatu yang bisa menghidupi keluarganya. Hal tersebut menunjukkan kurangnya kemampuan problem solving sehingga D membiarkan anak-anak yang mencari nafkah. D tetap saja mengharapkan bantuan dari suaminya, hal tersebut menunjukkan kurangnya kemampuan autonomy. D yang terpaku pada suaminya untuk mengirimkan uang bulanan sehingga tidak berusaha membuat rencana masa depan keluarganya. Hal tersebut menunjukkan D kurang mampu dalam sense of purpose.

Jenis KDRT berbeda-beda, sehingga sikap dan kemampuan istri yang mengalami KDRT dalam mengatasinya akan berbeda-beda pula. Keadaan lingkungan juga turut mempengaruhi kemampuan istri yang mengalami KDRT, baik lingkungan sosial maupun kerja. Dalam penelitian ini lingkungan sosial istri adalah LSM yang di dalamnya beranggotakan istri-istri yang mengalami KDRT. LSM tersebut memberikan pengayoman yang berupa seminar seputar KDRT. Istri diajarkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti merangkai bunga, istri diberikan pelatihan (training) untuk memberi respon yang tepat terhadap anak dan bagaimana membangun hubungan yang sehat antara ibu dan anak di tengah situasi KDRT. Hal-hal tersebut dapat mendukung kemampuan istri menghadapi KDRT yang dialaminya. Istri juga diharapkan dapat bertahan dan tetap menjalankan


(43)

8

perannya (resiliensi) walaupun di tengah lingkungan yang tidak mendukungnya. Istri yang memiliki resiliensi yang tinggi akan mampu bertahan dalam lingkungan yang tidak mendukungnya. Contohnya seperti terus bertahan hidup, melanjutkan hidup untuk bekerja, aktif di berbagai kegiatan bahkan dapat menjadi aktivis membantu korban lainnya. Seperti yang dilakukan oleh ibu R yang terus berusaha kuat menghadapi hidupnya dengan membuka diri dengan lingkungan dan tidak menutup diri terhadap bantuan dari luar. Sedangkan istri yang memiliki resiliensi rendah akan menjadi putus asa contohnya, melarikan diri dari keluarga, menutup diri dari lingkungan, pasrah terhadap bantuan tidak berusaha mencari bantuan agar dapat keluar dari keadaannya, melalaikan tugasnya memperhatikan perkembangan anak. Seperti ibu D yang terus mengharapkan bantuan dari suaminya walaupun ia tahu bahwa itu sulit, tanpa berusaha melakukan sesuatu yang dapat membantunya keluar dari masalahnya.

Melihat terdapat perbedaan kemampuan istri menghadapi kekerasan dalam rumah tangga dan kemampuan istri untuk bertahan membuat peneliti tertarik untuk meneliti Resiliensi pada istri yang mengalami KDRT di LSM ”X”, ”Y”, dan ”Z” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran derajat resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di LSM ”X”, ”Y”, dan ”Z” Bandung.


(44)

9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai derajat resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di LSM ”X”, ”Y”, dan ”Z” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh lebih rinci mengenai konstelasi dari ke empat aspek resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga LSM ”X”, ”Y”, dan ”Z” di Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidang psikologi klinis mengenai resiliensi pada istri yang mengalami KDRT. 2. Sebagai bahan kajian dan masukan bagi para peneliti yang bergerak di

bidang kekerasan terhadap perempuan khususnya kekerasan dalam rumah tangga.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada istri yang mengalami KDRT agar mereka dapat mengembangkan dirinya sehingga dapat berfungsi sebagai ibu dan sebagai istri dengan baik di lingkungannya.


(45)

10

2. Memberikan masukan kepada keluarga termasuk suami agar memberikan peluang pada istri untuk mengembangkan diri melalui perkembangan resiliensi dengan menciptakan lingkungan yang hangat. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi kalangan praktisi perempuan

maupun LSM yang bergerak di bidang KDRT, sebagai masukan untuk mendukung perkembangan resiliensi.

1.5Kerangka Pikir

Masa dewasa dini adalah salah awal masa kehidupan saat individu memasuki periode dewasa, usia dewasa dini merupakan periode perkembangan dimulai pada usia 21 hingga memasuki usia 35 tahun. Pada masa ini individu akan menghadapi perubahan-perubahan, masalah-masalah penyesuaian diri, penyesuaian sosial, dan penyesuaian dalam keluarga (Santrock, 2002).

Keluarga adalah unit sosial yang biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Duvall (1985) mengatakan, peran suami dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah, membentuk cara hidup keluarga yang sehat, dapat memenuhi tuntutannya sebagai ayah, dapat meredakan konflik yang terjadi akibat peran-perannya dan mencegah timbulnya konflik, dan menjaga hubungannya dengan istri. Sedangkan istri berperan menerima dan menyesuaikan diri dengan tuntutan sebagai ibu, menyelesaikan konflik yang terjadi akibat peran-perannya, memelihara anak dan menjaga hubungannya dengan suami. Namun terkadang yang terjadi suami tidak menjalankan perannya, suami tidak melindungi istri tetapi melakukan kekerasan terhadap istri.


(46)

11

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menurut UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) pasal 1 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Saraswati, 2006). Saraswati juga mengungkapkan kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga terhadap istri meliputi: kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan penelantaran rumah tangga atau kekerasan ekonomi.

Kekerasan-kekerasan yang dialami oleh istri dapat dihayati sebagai situasi yang menekan (adversity). Adversity merupakan pengalaman negatif yang berpotensi mengacaukan fungsi adaptif pada perkembangannya. Istri yang mengalami KDRT berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan yaitu kekerasan yang dialaminya, agar mereka tetap mampu berfungsi dengan baik di kehidupan pribadi maupun lingkungan sosialnya. Bernard, (1991) menyatakan bahwa kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik dan mampu berfungsi secara baik walaupun ditengah situasi yang menekannya (stres) atau banyaknya halangan dan rintangan sebagai resiliensi. Semua individu membutuhkan resiliensi untuk mengendalikan adversity. Resiliensi meliputi empat aspek seperti yang dikemukakan Bernard (1991), yaitu social competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose.

Aspek pertama adalah social competence yang terdiri responsiveness, communication, empathy and caring, compassion, altruism dan forgiveness. Istri


(47)

12

yang mengalami KDRT yang memiliki social competence yang tinggi mampu membangun relasi dengan lingkunganya. Istri yang mengalami KDRT mampu bertingkah laku yang memberikan tanggapan dan respon positif dari tetangga atau lingkungannya (responsiveness). Istri yang mengalami KDRT mampu menyampaikan pendapat atau perasaannya secara asertif kepada suami atau orang-orang yang menyakitinya tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut (communication). Istri yang mengalami KDRT dapat mendengarkan cerita orang lain yang mengalami masalah dan memahami perasaan orang lain (empathy and caring). Istri yang mengalami KDRT dapat memperlihatkan kepeduliannya dengan memperhatikan penderitaan orang lain dan membantu orang lain yang sedang susah sesuai dengan kebutuhan orang tersebut walaupun dirinya mengalami kesedihan (Compassion, altruism). Istri mampu memaafkan orang-orang yang bersalah kepadanya (forgiveness).

Aspek kedua adalah problem solving yang terdiri dari planning, flexibility, resourcefulness, critical thinking and insight. Istri yang mengalami KDRT dengan kemampuan problem solving yang tinggi, mampu merencanakan masa depannya. Istri yang mengalami KDRT dapat berkonsultasi dengan psikolog, dimana istri dapat menentukan untuk bercerai atau tetap mempertahankan rumah tangganya. kemudian istri yang mengalami KDRT dapat menentukan untuk tetap tinggal bersama suami atau tinggal bersama orang tua (Planning). Apabila perencanaan tidak berjalan maka istri yang mengalami KDRT dapat mencari solusi lain untuk pemecahan masalahnya. Istri yang mengalami KDRT dapat mencari perlindungan kepada teman dekat, apabila tidak berhasil istri dapat meminta bantuan hukum


(48)

13

untuk melindunginya, atau mencari alternatif bantuan dengan ke LSM-LSM (flexibility). Istri juga dapat mengenali dan mempergunakan segala sumber daya yang ada seperti keluarga, teman, atau bantuan hukum agar dapat mempertahanakan diri bila suami melakukan kekerasan terhadapnya (Resourcefulness). Selain itu, istri yang mengalami KDRT juga mampu mengevaluasi dirinya dan menyadari apakah dengan menceritakan kepada keluarga atau mencari dukungan ke LSM sudah merupakan cara yang tepat untuk merubah suaminya. Apabila belum mencapai perubahan istri akan dapat menemukan cara-cara atau solusi-solusi lain yang tepat untuk masalah rumah tangganya (Critical thinking and insight).

Aspek ketiga adalah autonomy yang meliputi positive identity, internal locus of control, self efficacy and mastery, adaptive distancing and resistance, self awareness and mindfulness, dan humor. Istri yang mengalami KDRT yang memiliki autonomy yang tinggi memiliki komitmen tinggi untuk menjalankan perannya dalam rumah tangga. Istri yang mengalami KDRT akan tetap merasa diri berharga, memiliki percaya diri walaupun mengalami penderitaan (Positive Identity). Istri yang mengalami KDRT mampu bersikap tenang apabila suami bertindak agresi. Istri tetap dapat mengambil keputusan dengan tepat saat mengalami krisis`atau tekanan (Internal Locus of Control). Istri yang mengalami KDRT yakin, bahwa dirinya mampu mencapai apa yang direncanakan atau diinginkan. Ia juga merasa yakin dapat melanjutkan rumah tangganya dan yakin dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya (Self efficacy and Mastery). Istri yang mengalami KDRT dapat mengambil jarak dengan lingkungan yang mengacuhkan


(49)

14

dirinya atau tidak membantunya. Istri yang mengalami KDRT mampu bersikap acuh terhadap masukan-masukan atau pemberitaan negatif tentang dirinya (Adaptive distancing and resistance). Istri yang mengalami KDRT mampu mengenali emosi yang dialaminya tetapi masih dapat mengontrol emosinya itu (Self awareness and Mindfulness). Istri yang mengalami KDRT juga dapat berwajah ceria saat menghadapi tekanan didepan anak-anaknya (Humor).

Aspek keempat adalah sense of purpose, meliputi Goal direction, Achievement motivation, and Educational aspirations, Spesial interest, creative, and imagination, Optimism and Hope, Faith, Spirituality, Sense of Meaning. Istri yang mengalami KDRT dengan sense of purpose yang tinggi tetap dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga ataupun pekerjaannya di tempat kerjanya. Memiliki tujuan hidup yang jelas kemudian berusaha untuk mencapainya dan dapat berdiskusi mengenai pemecahan masalahnya dengan orang lain (Goal direction). Istri yang mengalami KDRT semakin percaya diri setelah menunjukkan prestasi di tempat kerjanya ataupun dalam melakukan tugas-tugas rumah tangganya (Achievement motivation). Istri yang mengalami KDRT bisa menemukan inspirasi atau jalan keluar dengan membaca buku-buku mengenai kekerasan dan bertukar pikiran dengan orang-orang yang memiliki pengalaman serupa dengan dirinya (Educational aspirations). Istri juga bisa mengembangkan hobinya sebagai tempat menyalurkan kesedihan atau penderitaannya (Spesial interest, creative, and imagination). Istri memiliki harapan bahwa hidupnya akan menjadi lebih baik. Istri yakin bahwa suaminya akan berubah dan anak-anaknya dapat sukses walaupun hidup dengan keluarga


(50)

15

yang tidak harmonis (Optimism and Hope). Istri mendalami agamanya dan mencari makna hidupnya. Istri tidak menyalahkan Tuhan atas penderitaan yang menimpanya (Faith, Spirituality, Sense of Meaning).

Kemampuan resiliensi pada istri yang mengalami KDRT tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (protective factors) yaitu, caring relationship, high expectation opportunities to participate and contribute di lingkungan (Bernard, 2004). Caring relationship merupakan hubungan positif yang didapat istri yang mengalami KDRT dari keluarganya, lingkungan sosial, atau lingkungan kerjanya.

Dalam menghadapi KDRT, keluarga merupakan figur yang penting bagi istri korban KDRT untuk meningkatkan resiliensi pada diri mereka sendiri. Protective factors yang diberikan oleh keluarga dapat berupa kasih sayang, kehangatan, perhatian dari orang tua ataupun saudara-saudaranya. Secara emosional istri membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya yaitu teman-teman terdekatnya. Dukungan yang positif dapat menumbuhkan sikap yang positif dalam menghadapi kekerasan yang dialaminya. Protective factors yang diberikan dapat berupa dukungan motivasi, memberikan masukan, sikap peduli dan mencoba memahami keadaan istri yang mengalami KDRT.

High expectation dimana orang-orang disekitar memberikan kepercayaan kepada istri yang mengalami KDRT bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu hal yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Protective factors yang diberikan keluarga dapat berupa kepercayaan serta keyakinan dapat melewati segala penderitaannya. Selain itu protective factors yang diberikan oleh


(51)

16

lingkungan sosial maupun lingkungan kerja dapat berupa kepercayaan untuk tetap melakukan tugas-tugas atau kegiatan rutin yang bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungannya.

Opportunities for participation and contribution dimana istri korban KDRT mendapatkan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keluarga, lingkungan sosialnya dan lingkungan kerjanya sehingga ia dapat mengekspresikan dirinya. Protective factors yang diberikan keluarga dapat berupa kesempatan untuk terlibat dalam acara-acara keluarga. Begitu juga dalam lingkungan kerja ataupun lingkungan sosial istri diberi kesempatan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada.

Keluarga yang memberikan kehangatan dan memiliki rasa saling percaya akan memberikan penghayatan bagi istri yang mengalami KDRT untuk memberikan respon yang positif terhadap lingkungan, menunjukkan empati kepada orang lain, dan dapat bersosialisasi baik terhadap lingkungan sehingga tidak merasa kesepian (sosial competence). Istri yang mengalami KDRT yang diberikan kepercayaan bahwa dirinya dapat mengatasi semua permasalahan yang dialaminya dan mencari alternatif solusi masalahnya (problem solving). Mereka juga dapat bertindak dan berpikir positif tentang dirinya, dan dapat menghidupi keluarga dengan penghasilan mereka sendiri tanpa harus bergantung pada penghasilan suami (autonomy). Istri korban KDRT tetap memiliki harapan dan pandangan yang positif terhadap kehidupan mereka di masa depan (sense of purpose).


(52)

17

Lingkungan kerja dan lingkungan sosial juga dapat memberikan penghayatan kepada isri yang mengalami KDRT bahwa mereka tidak sendiri menghadapi penderitaannya karena mereka memberikan perhatian, dukungan, dan masukan sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungannya tersebut dapat melihat lingkungan sosial lebih luas (social competence). Mereka juga dapat menemukan sumber daya eksternal dan dukungan dari lingkungan yang dapat membuat mereka mampu melewati masalahnya (problem solving). Istri yang mengalami KDRT dapat tetap memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat bertahan melewati penderitaannya (autonomy). Mereka juga memiliki motivasi dan harapan yang positif menjalani kehidupannya di masa datang dan melakukan kegiatan bersama dengan meluangkan hobinya (sense of purpose).

Ketiga protective factors tersebut berhubungan langsung dengan kebutuhan dasar manusia (needs). Kebutuhan dasar ini merupakan perkembangan mendasar yang ada dalam setiap individu dan memotivasi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Kebutuhan dasar ini terdiri dari safety, love/belonging, respect, autonomy/power, challenge/mastery, dan meaning. dengan resiliensi. Saat keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial memberikan dukungan dan masukan yang positif, maka secara alami needs yang terpenuhi ialah love, belonging, dan safety needs. Saat keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan kerja memberikan kepercayaan untuk melakukan hal yang berguna bagi dirinya, needs yang terpenuhi adalah safety dan meaning need. Kesempatan yang diberikan oleh keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan kerja kepada istri yang mengalami KDRT untuk melakukan berbagai kegiatan yang


(53)

18

positif, maka memenuhi autonomy/power need istri. Needs yang terpenuhi maupun yang tidak terpenuhi akan mempengaruhi aspek resiliensi yaitu social competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose.

Berdasarkah hal tersebut, istri yang mengalami mendapat dukungan yang positif dari keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan sosial cenderung memiliki resiliensi yang tinggi. Istri yang mengalami KDRT yang memiliki resiliensi yang tinggi mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya dan tetap aktif menjalani rutinitasnya (social competence). Istri yang mengalami KDRT yang memiliki resiliensi tinggi akan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mencari alternatif solusi untuk masalahnya (problem solving skills). Istri yang mengalami KDRT yang memiliki resiliensi tinggi memiliki harapan dan pandangan yang positif tentang masa depannya (sense of purpose).

Sedangkan istri yang tidak mendapat dukungan yang positif dari keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan sosial cenderung memiliki resiliensi yang rendah. Istri yang mengalami KDRT kurang mampu bersosialisasi dengan lingkungannya, cenderung terlibat konflik dengan orang lain dan menarik diri dari lingkungan. Istri yang mengalami KDRT juga kurang mampu mencari alternatif solusi. Selain itu istri yang mengalami KDRT kurang mampu melakukan kegiatan secara mandiri, kurang mampu menentukan tujuan hidup dan masa depannnya.

Oleh karena itu, istri yang mengalami KDRT perlu untuk mengembangkan resiliensinya. Hal tersebut dapat membantu mereka untuk menyesuaikan diri secara positif dengan perubahan-perubahan yang mereka alami sehingga


(54)

19

meminimalkan dampak negatif dari kekerasan yang dialaminya dan membantu mereka tetap mampu menjalankan peran dan fungsinya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan dengan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Tinggi Rendah

Bagan 1.5 Kerangka Pikir Protective Factors :

- Caring relationship - High Expectation - Opportunities to

participate&Contribute -Social competence - Problem Solving - Autonomy - Sense of purpose Istri yang mengalami

korban korban KDRT di Bandung Need :

-Safety

-Love/belonging -Respect

-Power/autonomy -Mastery/challenge - Meaning


(55)

20

1.6 Asumsi

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat ditarik sejumlah asumsi sebagai berikut :

1. Istri yang mengalami KDRT berupa kekerasan baik secara ekonomi, fisik, psikis, maupun seksual menghayati bahwa hal-hal tersebut adalah situasi yang menekannya (adversity).

2. Setiap istri yang mengalami KDRT memiliki resiliensi, yang membedakan adalah derajat resiliensinya.

3. Resiliensi pada istri yang mengalami KDRT dipengaruhi oleh protective factors melalui keluarga, dan lingkungan sosial.

4. Istri yang mengalami KDRT dan memiliki resiliensi yang tinggi akan dapat menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu dengan baik ditengah kekerasan yang dialaminya dan tetap mampu beraktivitas. Sedangkan istri yang mengalami KDRT dan memiliki resiliensi yang rendah kurang mampu menjalankan fungsinya sebagai ibu serta istri dan kurang mampu beraktivitas.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai Resiliensi pada istri yang megalami KDRT di

LSM “X”, “Y” dan “Z” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal berikut :

1. Dari 14 responden istri yang mengalami KDRT di Bandung, 12 responden (85.71%) memiliki resiliensi yang tinggi yang artinya istri yang mengalami KDRT mampu beradaptasi dengan kekerasan yang dialaminya untuk tetap dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai istri dan seorang ibu.

2. Komunitas memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengembangkan resiliensi istri yang mengalami KDRT melalui aspek autonomy dan sense of purpose. Artinya istri yang mengalami KDRT menghayati bahwa mereka mampu hidup mandiri dan optimis untuk memiliki harapan, tidak bergantung kepada suami ataupun orang lain, walaupun di tengah situasi yang menekan. Hal tersebut berpengaruh dalam istri yang mengalami KDRT di Bandung untuk dapat menyesuaikan diri dan berfungsi serta berperan sesuai sebagai ibu dan sebagai istri.

3. Safety, meaning dan autonomy/power need merupakan need yang sudah terpenuhi pada istri yang mengalami KDRT di Bandung. Artinya istri yang


(57)

70

mengalami KDRT menghayati rasa aman, rasa berarti/dihargai oleh orang lain, dan kemandirian menjadi faktor yang mendukung resiliensi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :

5.2.1 Saran Teoritis :

1. Untuk penelitian lebih lanjut :

Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi protective factors terhadap aspek-aspek resiliensi. Pengambilan data untuk survey awal harus disesuaikan dengan karakteristik sampel yang ada.

2. Untuk peneliti yang berminat meneliti lebih lanjut:

Mencoba melakukan pendekatan kepada suami yang melakukan kekerasan dan dapat mencoba meneliti suami yang melakukan kekerasan sehingga menunjang hasil penelitian istri yang mengalami KDRT dan istri dapat mengembangkan resiliensinya dengan lingkungan yang hangat.

5.2.2Saran Praktis :

1. Untuk praktisi perempuan maupun LSM yang bergerak di bidang KDRT di Bandung :


(58)

71

Mempertahankan pelatihan (training) dan seminar yang diadakan oleh LSM sehingga memberi kesempatan bagi istri yang mengalami KDRT untuk dapat memicu perkembangan resiliensinya. Kemudian LSM dapat berusaha menjaring istri yang mengalami KDRT yang belum aktif di LSM-LSM.


(59)

74

DAFTAR PUSTAKA

Bernard.Bonnie.1991. Fostering Resilience in Kids: Protective factors in The Family, School and Community. Portland. OR: Northwest Educational Laboratory.

_____2004. Reciliency: What We Have Learned. San Fransisco: West Ed.

Duvall,E.M&Miller,B.C.1985.Marriage & The Family Development. New York : Harper & Row Publisher Inc.

Gulo, W.2002.Metodologi Penelitian.Jakata: Grasindo

Santrock, john W.2002.Life Span Development.5th ed.jakarta : Erlangga

Saraswati, Rika. 2006. Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(60)

75

Daftar Rujukan

Erlita, T.2008. Studi deskriptif mengenai derajat reciliency pada perempuan pra-menopause di perkumpulan “X” di Bandung.

Marasaswanty, T. 2007. Kontribusi Reciliency-Buildings Factors Lingkungan Sekolah terhadap Resiliency SLB-C “X” Kota Bandung.

Putriana, P. 2008. Studi Deskriptif mengenai Resiliency Pada Ibu Hamil Pertama Kali Dengan Usia Trimester Ketiga Di Kota Bandung.

Kusumah, A. 2009. Penelitian Mengenai Kontribusi Protective Factors Terhadap Resiliensi Pria

Gay di Himpunan “X” Bandung.

http:/www.pemantauperadilan.com/detil/.php?id=251&tipekolom http:/www.rahima.or.id//SR/20-06/Fokus.htm

http://www.lbh-apik.or.id?kdrt%2098-02%20data.htm http://pikas.bkbn.go.id/print.php?tid=2&rid=220


(1)

20

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat ditarik sejumlah asumsi sebagai berikut :

1. Istri yang mengalami KDRT berupa kekerasan baik secara ekonomi, fisik, psikis, maupun seksual menghayati bahwa hal-hal tersebut adalah situasi yang menekannya (adversity).

2. Setiap istri yang mengalami KDRT memiliki resiliensi, yang membedakan adalah derajat resiliensinya.

3. Resiliensi pada istri yang mengalami KDRT dipengaruhi oleh protective factors melalui keluarga, dan lingkungan sosial.

4. Istri yang mengalami KDRT dan memiliki resiliensi yang tinggi akan dapat menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu dengan baik ditengah kekerasan yang dialaminya dan tetap mampu beraktivitas. Sedangkan istri yang mengalami KDRT dan memiliki resiliensi yang rendah kurang mampu menjalankan fungsinya sebagai ibu serta istri dan kurang mampu beraktivitas.


(2)

69 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai Resiliensi pada istri yang megalami KDRT di LSM “X”, “Y” dan “Z” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal berikut :

1. Dari 14 responden istri yang mengalami KDRT di Bandung, 12 responden (85.71%) memiliki resiliensi yang tinggi yang artinya istri yang mengalami KDRT mampu beradaptasi dengan kekerasan yang dialaminya untuk tetap dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai istri dan seorang ibu.

2. Komunitas memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengembangkan resiliensi istri yang mengalami KDRT melalui aspek autonomy dan sense of purpose. Artinya istri yang mengalami KDRT menghayati bahwa mereka mampu hidup mandiri dan optimis untuk memiliki harapan, tidak bergantung kepada suami ataupun orang lain, walaupun di tengah situasi yang menekan. Hal tersebut berpengaruh dalam istri yang mengalami KDRT di Bandung untuk dapat menyesuaikan diri dan berfungsi serta berperan sesuai sebagai ibu dan sebagai istri.

3. Safety, meaning dan autonomy/power need merupakan need yang sudah terpenuhi pada istri yang mengalami KDRT di Bandung. Artinya istri yang


(3)

70

Universitas Kristen Maranatha

mengalami KDRT menghayati rasa aman, rasa berarti/dihargai oleh orang lain, dan kemandirian menjadi faktor yang mendukung resiliensi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :

5.2.1 Saran Teoritis :

1. Untuk penelitian lebih lanjut :

Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi protective factors terhadap aspek-aspek resiliensi. Pengambilan data untuk survey awal harus disesuaikan dengan karakteristik sampel yang ada.

2. Untuk peneliti yang berminat meneliti lebih lanjut:

Mencoba melakukan pendekatan kepada suami yang melakukan kekerasan dan dapat mencoba meneliti suami yang melakukan kekerasan sehingga menunjang hasil penelitian istri yang mengalami KDRT dan istri dapat mengembangkan resiliensinya dengan lingkungan yang hangat.

5.2.2Saran Praktis :

1. Untuk praktisi perempuan maupun LSM yang bergerak di bidang KDRT di Bandung :


(4)

Universitas Kristen Maranatha

Mempertahankan pelatihan (training) dan seminar yang diadakan oleh LSM sehingga memberi kesempatan bagi istri yang mengalami KDRT untuk dapat memicu perkembangan resiliensinya. Kemudian LSM dapat berusaha menjaring istri yang mengalami KDRT yang belum aktif di LSM-LSM.


(5)

74

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bernard.Bonnie.1991. Fostering Resilience in Kids: Protective factors in The Family, School and Community. Portland. OR: Northwest Educational Laboratory.

_____2004. Reciliency: What We Have Learned. San Fransisco: West Ed.

Duvall,E.M&Miller,B.C.1985.Marriage & The Family Development. New York : Harper & Row Publisher Inc.

Gulo, W.2002.Metodologi Penelitian.Jakata: Grasindo

Santrock, john W.2002.Life Span Development.5th ed.jakarta : Erlangga

Saraswati, Rika. 2006. Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Rujukan

Erlita, T.2008. Studi deskriptif mengenai derajat reciliency pada perempuan pra-menopause di perkumpulan “X” di Bandung.

Marasaswanty, T. 2007. Kontribusi Reciliency-Buildings Factors Lingkungan Sekolah terhadap Resiliency SLB-C “X” Kota Bandung.

Putriana, P. 2008. Studi Deskriptif mengenai Resiliency Pada Ibu Hamil Pertama Kali Dengan Usia Trimester Ketiga Di Kota Bandung.

Kusumah, A. 2009. Penelitian Mengenai Kontribusi Protective Factors Terhadap Resiliensi Pria

Gay di Himpunan “X” Bandung.

http:/www.pemantauperadilan.com/detil/.php?id=251&tipekolom

http:/www.rahima.or.id//SR/20-06/Fokus.htm

http://www.lbh-apik.or.id?kdrt%2098-02%20data.htm