Gambaran Distribusi Penderita Tonsilektomi Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2009.

(1)

iv ABSTRAK

GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009

Rikha , 2010 Pembimbing I : dr. Freddy Tumewu A., MS Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati, MKM

Tonsil adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh yang akan membesar sebagai reaksi pertahanan bila ada infeksi. Penatalaksanaan tonsilitis sendiri adalah dengan antibiotik ataupun dengan tonsilektomi. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina dan sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Tonsilektomi diperkenalkan pertama kali oleh Cornelius Celcus seorang penulis dan peneliti Romawi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tonsilektomi yang dirawat inap dengan karakteristik distribusi menurut usia, jenis operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang terjadi dan penanganannya serta penggunaan antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode tahun 2009.

Metode penelitian dilakukan secara deskriptif observasional dengan rancangan penelitian retrospektif terhadap data rekam medis pasien tonsilektomi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode tahun 2009.

Hasil yang diperoleh menunjukkan pada periode tahun 2009, terdapat 41 kasus tonsilektomi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan keseluruhan penderita didiagnosis tonsilitis kronis.

Kesimpulan didapatkan gejala klinis tersering berupa odinofagia 85,4%, antibiotik pasca tonsilektomi yang paling banyak dipakai adalah golongan penicillin yaitu 39,1%, 63,4% merupakan pasien dewasa dan 9,8% pasien dengan komplikasi perdarahan.


(2)

v

ABSTRACT

DESCRIPTION OF DISTRIBUTION INPATIENT TONSILLECTOMY AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

PERIOD YEAR 2009

Rikha , 2010 Tutor I : dr. Freddy Tumewu A, MS Tutor II : dr. Evi Yuniawati, MKM

Tonsils are part of the body’s defense system that will grow as a defense reactions when there is infection. Tonsillitis treatment is with antibiotics or with tonsillectomy. Tonsillectomy is defined as surgical removal of the palatine tonsils and has long been known that around 2000 years ago. It was first introduced by Cornelius Celcus, a Roman writer and researcher.

The aim of this study is to determine the prevalence of inpatient tonsillectomy on distribution characteristics, based on age, type of operation, symptoms, length of hospitalization, acute or chronic, complication and the treatment, and the use of post tonsillectomy antibiotic at Immanuel Hospital Bandung , for period year 2009.

The research method is a observasional descriptive with retrospective design of the medical record of inpatients with tonsillectomy at Immanuel Hospital Bandung, for period year 2009.

The results showed that in period year 2009, there were 41 cases of inpatients tonsillectomy at Immanuel Hospital Bandung which overall patient were diagnosted as chronic tonsillitis.

The conclusion obtained that 85,4% of odinophagia as the most common symptom, 39,1% of penicillin as the most common used antibiotic post tonsillectomy, 63.4% are adult patients and 9,8% patients with bleeding complication.


(3)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Maksud Penelitian ... 2

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Praktis ... 3

1.4.2 Manfaat Akademis ... 3

1.5 Metodologi ... 3

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tonsil ... 4

2.1.1 Embriologi dan Perkembangan Tonsil ... 4

2.1.2 Anatomi Tonsil ... 5

2.1.3 Histologi Tonsil ... 6


(4)

ix

2.1.5 Tonsil Faringeal (adenoid) ... 7

2.1.6 Fosa Tonsil ... 8

2.1.7 Kapsul tonsi ... 8

2.1.8 Plika Triangularis ... 8

2.1.9 Vaskularisasi ... 9

2.1.10 Sistem Limfatik ... 9

2.1.11 Persarafan ... 9

2.1.12 Imunologi Tonsil ... 10

2.2 Tonsilitis ... 10

2.2.1 Definisi ... 10

2.2.2 Etiologi ... 10

2.2.3 Predisposisi ... 11

2.2.4 Patofisiologi ... 12

2.2.5 Manifestasi Klinis ... 12

2.2.6 Komplikasi ... 13

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 13

2.2.8 Diagnosa Banding ... 13

2.2.9 Penatalaksanaan... 13

2.3 Tonsilektomi ... . 14

2.3.1 Definisi ... 14

2.3.2 Epidemiologi ... 14

2.3.3 Indikasi ... 15

2.3.4 Kontraindikasi Tonsilektomi ... 16

2.3.5 Teknik Operasi Tonsilektomi ... 17

2.3.5.1 Guillotine ... 17

2.3.5.2 Diseksi ... 18

2.3.5.2.1 Elektrokauter ... 18

2.3.5.2.2 Radiofrekuensi... 18

2.3.5.2.3 Skapel Harmonik... 19

2.3.5.2.4 Coblation ... 20


(5)

x

2.3.5.2.6 Laser (CO2-KTP) ... 21

2.3.6 Persiapan Praoperasi ... 21

2.3.6.1 Penilaian Praoperasi ... 21

2.3.6.2 Penilaian Praanestesia ... 24

2.3.7 Observasi Pasca Operasi di Ruang Pemulihan ... 24

2.3.8 Komplikasi ... 26

2.3.8.1 Komplikasi Anastesi ... 26

2.3.8.2 Komplikasi Bedah ... 26

2.3.8.2.1 Perdarahan ... 26

2.3.8.2.2 Nyeri ... 27

2.3.8.2.2 Komplikasi lain ... 28

2.3.8 Penyulit ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Rancangan Penelitian ... 30

3.3 Teknik Pengambilan Data ... 30

3.4 Instrumen Penelitian ... 30

3.5 Sampel Penelitian ... 31

3.6 Kriteria Sampel Penelitian ... 31

3.7 Definisi Operasional ... 31

3.8 Alur Penelitian ... 32

3.9 Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Umur ... 32

4.2 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Akut atau kronis ... 33

4.3 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Besarnya Tonsil ... 34 4.4 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Keluhan


(6)

xi

Pasien ... 34

4.5 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Lamanya Rawat Inap ... 35

4.6 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Jenis Operasi ... 36

4.7 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Komplikasi ... 37

4.8 Distribusi Pasien Tonsilektomi Berdasarkan Jenis Antibiotik Pasca Tonsilektomi ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Simpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43

RIWAYAT PENULIS ... 49


(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jangka waktu Puasa Persiapan Rutin Prabedah Elektif ... 23 Tabel 4.1 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan

Umur ... ... 32 Tabel 4.2 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Akut

atau Kronis ... 33 Tabel 4.3 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan

Besarnya Tonsil ... 34 Tabel 4.4 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan

Gejala Klinis Pasien ... 34 Tabel 4.5 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan

Lamanya Rawat Inap ... 35 Tabel 4.6 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Jenis

Operasi ... 36 Tabel 4.7 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan

Komplikasi ... 37 Tabel 4.8 Distribusi Pasien Tonsilektomi Berdasarkan Jenis

Antibiotik Pasca Tonsilektomi ... 38


(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Anatomi tonsil palatina dan jaringan sekitarnya ... 5 Gambar 2.2. Histologi Tonsil dengan pewarnaan H&E ... 6 Gambar 2.3. Perbedaan infeksi bakteri dan virus ... 11


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I. Data Rekam Medis Penderita Tonsilektomi Yang

Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung


(10)

43 Lampiran I : Data Rekam Medis Penderita Tonsilektomi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2009

NO UMUR SEX AKUT/ KRONIS

BESAR TONSIL

LAMA MENGINAP

(HARI)

GEJALA KLINIK JENIS OP

KOMPLIKASI DAN TINDAKANNYA

ANTIBIOTIK

1 23 P Kronis T2 - T2 2 odinofagia berulang,

sesak nafas TE Sefalosporin I

2 30 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dysphagia,

febris TE Makrolid

3 12 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dysphagia

2-4 x/bln TA Penicillin

4 20 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE kuinolon

5 21 P Kronis T2 - T2 6 odinofagia, dysphagia TE Makrolid

6 28 P Kronis T2 - T2 2 dyspnoe malam 2

minggu TE Makrolid

7 9 L Kronis T2 - T2 1

odinofagia, ngorok, sleep apnea, febris, mouth breathing


(11)

44

8 11 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Sefalosporin III

9 9 P Kronis T3 - T3 1

odinofagia 3 hari, dysphagia, batuk,mengorok, kurang konsentrasi

TA Penicillin

10 11 L Kronis T2 - T2 4 odinofagia, febris TE Makrolid

11 6 L Kronis T2 - T2 3 odinofagia TA Penicillin

12 14 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, febris,

ngorok, sleep apnea TA Makrolid

13 10 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia TA Makrolid

14 8 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dyspnoe TA Penicillin

15 31 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, febris

berulang TE Penicillin

16 27 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia berulang,


(12)

45

17 14 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, ngorok,

mouth breathing TA Sefalosporin I

18 26 P Kronis T2 - T2 2 sakit tenggorokan,

febris TE Sefalosporin III

19 29 P Kronis T2 - T2 3 odinofagia TE Penicillin

20 7 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Sefalosporin III

21 15 L Kronis T2 - T2 1

tonsilitis, odinofagia, mouth breathing,

dyspnoe

TA Penicillin

22 35 P Kronis T2 - T2 1 Odinofagia berulang TE Sefalosporin III

23 9 P Kronis T3 - T3 1 dyspnoe, ngorok shgga


(13)

46

24 39 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Penicillin

25 10 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Penicillin

26 13 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, ngorok,

tidur gelisah TE Sefalosporin I

27 50 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, rasa

mengganjal TE Kuinolon

28 10 L Kronis T2 - T2 1

odinofagia, ngorok, sleep apnea, mouth

breathing

TA Sefalosporin III

29 39 L Kronis T3 - T3 1 odinofagia, dysfagia TE Sefalosporin II

30 38 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dysfagia,


(14)

47

31 36 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Penicillin

32 42 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, batuk,

pilek, demam TE Sefalosporin III

33 14 L Kronis T2 - T2 1

odinofagia, batuk, pilek, demam, ngorok,

sleep apnea

TA Makrolid

34 25 P Kronis T2 - T2 2 odinofagia, febris TE Makrolid

35 23 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia TE Sefalosporin III

36 4 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, sleep

apnea, ngorok TA Penicillin


(15)

48

38 24 L Kronis T3 - T3 1 TE Perdarahan post

tonsilektomi - Cauter Makrolid

39 4 P Kronis T3 - T3 2 odinofagia,

disfagia,febris TA

Perdarahan post

tonsilektomi - Cauter Penicillin

40 6 P Kronis T3 - T3 1 TE Perdarahan post

tonsilektomi - Tampon Penicillin

41 19 L Kronis T2 - T2 1 TE Perdarahan post


(16)

49

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rikha Yunita

Nomor Pokok Mahasiswa : 0710212

Tempat/Tanggal lahir : P. Siantar, 26 Juni 1989

Alamat : Jalan William Iskanadar

Kompleks MMTC blok E No. 35 Medan - Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan : Tahun 1995, lulus TK Methodist Perdagangan

Tahun 2001, lulus SD Methodist Perdagangan

Tahun 2004, lulus SMP Methodist Pematang Siantar

Tahun 2007, lulus SMA Sutomo 1 Medan Tahun 2007 – sekarang, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Karena posisinya, banyak benda asing yang melaluinya dan bisa menimbulkan infeksi. Tonsil berperan dalam menahan setiap serangan kuman. Karena itu tonsil akan membesar sebagai reaksi pertahanan bila ada infeksi (Arie, 2007).

Penatalaksanaan tonsilitis sendiri adalah dengan antibiotik ataupun dengan tonsilektomi. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina. Tonsilektomi sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Cornelius Celcus seorang penulis dan meneliti Romawi yang pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil dengan menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak berhasil. Tahun 1867 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 sebelum masehi orang Indian Asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilektomi. Frekuensi tindakan ini mulai menurun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi (Arwansyah, 2007).

Pada awal tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta tonsilektomi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1996, diperkirakan 287.000 anak-anak di bawah 15 tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%) menjalani tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. Hal serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada orang dewasa berusia 16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72 per 100.000 pada tahun 1990 (2.919 operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun 1996 (3.200 operasi) (Arwansyah, 2007).

Di Indonesia, belum ada data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi. Namun, data yang didapatkan dari RSCM selama 5 tahun terakhir (1999-2003)


(18)

2

menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua sebanyak 275 kasus dan terus menurun sampai tahun 2003 sebanyak 152 kasus (Arwansyah, 2007). Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai pentalaksanaan tonsilitis dengan tonsilektomi yang dirawat inap di RS Immanuel Bandung periode tahun 2009.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah distribusi tonsilektomi yang dirawat inap menurut usia ,jenis operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang terjadi dan penanganannya serta jenis antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2009.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Mengetahui distribusi tonsilektomi dan penatalaksanaan pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui distribusi tonsilektomi yang dirawat inap menurut usia, jenis operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang terjadi dan penanganannya serta jenis antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2009.


(19)

3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Praktis

Menambah wawasan masyarakat agar mengobati tonsilitis yang akut sampai tuntas agar tidak menjadi kronis sehingga prevalensi tonsilektomi dapat berkurang.

1.4.2 Manfaat Akademis

Menambah wawasan mengenai penatalaksanaan tonsilitis dengan tonsilektomi sebagai bahan pembelajaran.

1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian : Deskriptif observasional Rancangan penelitian : Retrospektif

Sampel penelitian : Whole Sample

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Immanuel. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai Desember 2010.


(20)

40 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Dari 41 pasien tonsilektomi yang dirawat inap di RS Immanuel didapatkan 63,4% merupakan pasien dewasa.

2. Keseluruhan sampel didiagnosis tonsilitis kronis dan sebanyak 60,9% pasien dirawat inap selama 1 hari.

3. Pembesaran tonsil terbanyak adalah T2-T2 dengan gejala klinis tersering odinofagia dan disfagia.

4. Dari 41 pasien didapatkan 4 pasien mengalami komplikasi perdarahan pasca tonsilektomi dan 3 orang diantaranya diterapi dengan kauter.

5. Sebanyak 70,7% menjalani operasi tonsilektomi tanpa disertai adenoidektomi.

6. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan pasca tonsilektomi adalah golongan penicillin (39,1%).

5.2 Saran

1. Disarankan untuk mengobati tonsilitis yang akut sampai tuntas agar tidak menjadi kronis.

2. Data rekam medik pasien dibuat lebih lengkap dan tepat sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga medis dan paramedis.


(21)

41

DAFTAR PUSTAKA

Arie Yulianto. 2007. Sakit Amandel Dan Perlukah Dioperasi?

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/11/sakit-amandel-dan-perlukah dioperasi. 7 Desember 2010.

Arwansyah Wanri. 2007. Tonsilektomi.

http://klikharry.files.wordpress.com/2007/09/tonsilektomi.pdf. 4 Oktober 2010. Bailey BJ. 2001. Tonsillectomy. In : Bailey BJ, Calhour KH, Friedman NR,

Newlands SD, Vrabec JT (editors). Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p.327-2-327-6.

Brodsky L., Poje C. 2001. Tonsilitis, Tonsillectomy and adenoidectomy. In : Bailey. Head and neck surgery-otolaryngology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p.980-91.

Darrow D.H., Siemens C. 2002. Indications for tonsillectomy and adenoidectomy. Laryngoscope, 112:6-10.

Ferrari L.R., Vassalo S.A. Anesthesia for otolaryngology procedures. In : Cote CJ, Todres ID, Ryan JF, Goudsouzian NG ( editors). A Practice of anesthesia for infants and children. 3rd edition. Philadelphia : WB Saunders. p.461-67.

Henny Kartika. 2009. Tonsilektomi.

http://hennykartika.wordpress.com/category/tenggorok/. 12 Desember 2010. Imaniar Ranti. 2010. Indikasi Tonsilektomi pada Tonsilitis Kronis.

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Indikasi+Tonsilektomi+pada +Tonsilitis+Kronis. 10 November 2010.

Koltai P.J., Solares A., Mascha E.J., Meng Xu. 2002. Intracapsular partial tonsillectomy for tonsillar hypertrophy in children. Laryngoscope, 112:17-19.

Latief S.A., Suryadi K.A., Dachlan R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FK UI. Hal. 145-46.


(22)

42

Mansjoer A., Triyanti K., Rakhmi S., Wardhani W. I., Setiowulan W. 2001. Hipertrofi Adenoid. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid Pertama. Jakarta : Media Aesculapius FK UI. Hal. 112.

Mikradia Elysia. 2007. Perbedaan Terapi Antibiotik Amoxycillin dengan

Thiamfenikol Terhadap Waktu Penyembuhan Pasca Tonsilektomi di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.

http://www.unissula.ac.id/perpus/index.php?option=com_content&view=articl e&id=344:perbedaan-terapi-antibiotik-amoxycillin-dengan-thiamfenikol- terhadap-waktu-penyembuhan-pasca-tonsilektomi-di-rsud-dr-h-soewondo-kendal&catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. 10 November 2010.

Ronald A. B., Adel K. A., Paul M. H. 2002. Palatine Tonsil. http:/www.anatomuatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section09/Plate09162.sht ml. 10 November 2010.

Rusmarjono, Efiaty, A.S. 2007. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan leher. Edisi 6. Jakarta : FK UI. Hal. 221-25.

Terrence E. S. 2002. Peritonsillar Abscess: Diagnosis and Treatment. http://www.aafp.org/afp/2002/0101/p93.html. 10 November 2010.

Yandianto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S. hal.128.

Younis R.T., Lazar R. H. 2002. History and current practice of tonsillectomy. Laryngoscope, 112:3-5.


(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Karena posisinya, banyak benda asing yang melaluinya dan bisa menimbulkan infeksi. Tonsil berperan dalam menahan setiap serangan kuman. Karena itu tonsil akan membesar sebagai reaksi pertahanan bila ada infeksi (Arie, 2007).

Penatalaksanaan tonsilitis sendiri adalah dengan antibiotik ataupun dengan tonsilektomi. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina. Tonsilektomi sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Cornelius Celcus seorang penulis dan meneliti Romawi yang pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil dengan menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak berhasil. Tahun 1867 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 sebelum masehi orang Indian Asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilektomi. Frekuensi tindakan ini mulai menurun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi (Arwansyah, 2007).

Pada awal tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta tonsilektomi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1996, diperkirakan 287.000 anak-anak di bawah 15 tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%) menjalani tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. Hal serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada orang dewasa berusia 16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72 per 100.000 pada tahun 1990 (2.919 operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun 1996 (3.200 operasi) (Arwansyah, 2007).

Di Indonesia, belum ada data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi. Namun, data yang didapatkan dari RSCM selama 5 tahun terakhir (1999-2003)


(2)

2

menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua sebanyak 275 kasus dan terus menurun sampai tahun 2003 sebanyak 152 kasus (Arwansyah, 2007). Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai pentalaksanaan tonsilitis dengan tonsilektomi yang dirawat inap di RS Immanuel Bandung periode tahun 2009.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah distribusi tonsilektomi yang dirawat inap menurut usia ,jenis operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang terjadi dan penanganannya serta jenis antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2009.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Mengetahui distribusi tonsilektomi dan penatalaksanaan pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui distribusi tonsilektomi yang dirawat inap menurut usia, jenis operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang terjadi dan penanganannya serta jenis antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2009.


(3)

3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Praktis

Menambah wawasan masyarakat agar mengobati tonsilitis yang akut sampai tuntas agar tidak menjadi kronis sehingga prevalensi tonsilektomi dapat berkurang.

1.4.2 Manfaat Akademis

Menambah wawasan mengenai penatalaksanaan tonsilitis dengan tonsilektomi sebagai bahan pembelajaran.

1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian : Deskriptif observasional Rancangan penelitian : Retrospektif

Sampel penelitian : Whole Sample

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Immanuel. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai Desember 2010.


(4)

40 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Dari 41 pasien tonsilektomi yang dirawat inap di RS Immanuel didapatkan 63,4% merupakan pasien dewasa.

2. Keseluruhan sampel didiagnosis tonsilitis kronis dan sebanyak 60,9% pasien dirawat inap selama 1 hari.

3. Pembesaran tonsil terbanyak adalah T2-T2 dengan gejala klinis tersering odinofagia dan disfagia.

4. Dari 41 pasien didapatkan 4 pasien mengalami komplikasi perdarahan pasca tonsilektomi dan 3 orang diantaranya diterapi dengan kauter.

5. Sebanyak 70,7% menjalani operasi tonsilektomi tanpa disertai adenoidektomi.

6. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan pasca tonsilektomi adalah golongan penicillin (39,1%).

5.2 Saran

1. Disarankan untuk mengobati tonsilitis yang akut sampai tuntas agar tidak menjadi kronis.

2. Data rekam medik pasien dibuat lebih lengkap dan tepat sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga medis dan paramedis.


(5)

41

DAFTAR PUSTAKA

Arie Yulianto. 2007. Sakit Amandel Dan Perlukah Dioperasi?

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/11/sakit-amandel-dan-perlukah dioperasi. 7 Desember 2010.

Arwansyah Wanri. 2007. Tonsilektomi.

http://klikharry.files.wordpress.com/2007/09/tonsilektomi.pdf. 4 Oktober 2010. Bailey BJ. 2001. Tonsillectomy. In : Bailey BJ, Calhour KH, Friedman NR,

Newlands SD, Vrabec JT (editors). Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p.327-2-327-6.

Brodsky L., Poje C. 2001. Tonsilitis, Tonsillectomy and adenoidectomy. In : Bailey. Head and neck surgery-otolaryngology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p.980-91.

Darrow D.H., Siemens C. 2002. Indications for tonsillectomy and adenoidectomy. Laryngoscope, 112:6-10.

Ferrari L.R., Vassalo S.A. Anesthesia for otolaryngology procedures. In : Cote CJ, Todres ID, Ryan JF, Goudsouzian NG ( editors). A Practice of anesthesia for infants and children. 3rd edition. Philadelphia : WB Saunders. p.461-67.

Henny Kartika. 2009. Tonsilektomi.

http://hennykartika.wordpress.com/category/tenggorok/. 12 Desember 2010. Imaniar Ranti. 2010. Indikasi Tonsilektomi pada Tonsilitis Kronis.

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Indikasi+Tonsilektomi+pada +Tonsilitis+Kronis. 10 November 2010.

Koltai P.J., Solares A., Mascha E.J., Meng Xu. 2002. Intracapsular partial tonsillectomy for tonsillar hypertrophy in children. Laryngoscope, 112:17-19.

Latief S.A., Suryadi K.A., Dachlan R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FK UI. Hal. 145-46.


(6)

42

Mansjoer A., Triyanti K., Rakhmi S., Wardhani W. I., Setiowulan W. 2001. Hipertrofi Adenoid. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid Pertama.

Jakarta : Media Aesculapius FK UI. Hal. 112.

Mikradia Elysia. 2007. Perbedaan Terapi Antibiotik Amoxycillin dengan

Thiamfenikol Terhadap Waktu Penyembuhan Pasca Tonsilektomi di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.

http://www.unissula.ac.id/perpus/index.php?option=com_content&view=articl e&id=344:perbedaan-terapi-antibiotik-amoxycillin-dengan-thiamfenikol- terhadap-waktu-penyembuhan-pasca-tonsilektomi-di-rsud-dr-h-soewondo-kendal&catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. 10 November 2010.

Ronald A. B., Adel K. A., Paul M. H. 2002. Palatine Tonsil. http:/www.anatomuatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section09/Plate09162.sht ml. 10 November 2010.

Rusmarjono, Efiaty, A.S. 2007. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan leher. Edisi 6. Jakarta : FK UI. Hal. 221-25.

Terrence E. S. 2002. Peritonsillar Abscess: Diagnosis and Treatment. http://www.aafp.org/afp/2002/0101/p93.html. 10 November 2010.

Yandianto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S. hal.128.

Younis R.T., Lazar R. H. 2002. History and current practice of tonsillectomy. Laryngoscope, 112:3-5.