Karakteristik Penderita Skizofrenia Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

(1)

KARAKTERISTIK PE DERITA SKIZOFRE IA YA G DIRAWAT I AP DI RUMAH SAKIT JIWA MAHO I MEDA

TAHU 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyuarakat

Oleh:

YA TI MIRDA I SI AGA 041000068

FAKULTAS KESEHATA MASYARAKAT U IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDA 2011


(2)

ABSTRAK

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan, lebih menekankan kepada pola perilaku, tidak ada integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan afeksi, sehingga tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi dengan kenyataan yang sebenarnya. Berdasarkan data penelitian Irmansyah di Indonesia terdapat sekitar 1"2% penduduk yang mengalami Skizofrenia. Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 terdapat 237 kasus skizofrenia.

Untuk mengetahui karakteristik penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 237 penderita skizofrenia (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi Squaredan Anova.

Proporsi sosiodemografi yang tertinggi : umur 28"34 tahun 31,2 %, jenis kelamin laki"laki 65,0 %, tingkat pendidikan SMA 57,81%, Suku Batak 59,07 %,tidak bekerja 37,13%, daerah tempat tinggal Medan 60,34%, Status Perkawinan belum kawin 53,59%, faktor pencetus tidak ada keterangan 67,09%, gambaran klinis fase aktif 58,23%,gejala/ symptom gejala positif 63,71%,klasifikasi skizofrenia paranoid 59,92%,tipe pengobatan 48,94%,lama rawatan rata"rata < 15 hari 59,49%, keadaan sewaktu pulang 100%,. Ada perbedaaan yang bermakna Gambaran Klinis dengan Umur. Tidak ada perbedaan bermakna gejala Klinis Dengan Jenis Kelamin, Gambaran Klinis Dengan Tipe Pengobatan, Lama rawatan dengan Klasifikasi.

Kepada pihak RSJ Mahoni Medan agar melengkapi pencatatan pada status, khususnya yang berkaitan dengan penyakit skizofrenia, seperti faktor pencetus, keadaan sewaktu pulang, fase/ gambaran klinis dan gejala skizofrenia. Kepada pihak keluarga pasien skizofrenia agar lebih memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien guna untuk membantu dan mengurangi terjadinya kekambuhan pasien skizofrenia.


(3)

ABSTRACT

Schizophrenia is a psychiatric disorder, more emphasis on behavioral patterns, there is no integration of the brain that affects thoughts, feelings and affections, so there is no correspondence between thought and emotion, between perception and actual reality. Based on research data Irmansyah in Indonesia there are about 1 2% of population with Schizophrenia. Mahogany Soul Hospital Medan in 2009 there were 237 cases of schizophrenia.

To know the characteristics of patients with schizophrenia in Mahoni Mental Hospital Medan in 2009, conducted a descriptive research design of case series. Population and sample 237 patients with schizophrenia (total sampling). Data were analyzed descriptively using Chi square and A1OVA.

Sociodemographic the highest proportion: age 28 34 years 31,2 %, male sex 65,0 %, 57.81% high school education level, Batak Tribe 59.07%, 37.13% do not work, area of residence Medan 60.34%, Marital Status 53.59% of unmarried, trigger no information 67.09%, the clinical picture of the active phase of 58.23%, signs / symptoms positive symptoms 63.71%, 59.92% classification of paranoid schizophrenia , 48.94% of treatment type, duration of treatment on average <15 days 59.49%, 100% condition when returned. There are significant differences with the Clinical Age. There was no significant difference in clinical symptoms With Sex, Clinical Presentation With Treatment Type, duration treatment with Classification.

To the mental hospital to complete the Mahoni Field record in the state, especially those related to illness of schizophrenia, such as trigger factors, circumstances when the home, a phase / clinical features and symptoms of schizophrenia. To the family of schizophrenic patients to be more to pay more attention to the patient in order to assist and reduce the occurrence of relapse in schizophrenia.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yanti Mirdani Sinaga Tempat/Tanggal Lahir : Barus 22 September 1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 5 (lima) bersaudara

Alamat : Jl. Sisingamangaraja, Bukit Lembah Patupangan Kecamatan Barus, kabupaten Tapanuli Tengah. Riwayat pendidikan :

Tahun 1992"1998 :SD Negeri No.153052 Bukit Patupangan Tahun 1998"2001 :Madrsah Tsanawiyah Negeri Barus Tahun 2001"2004 :Madrasah Aliyah Negeri Barus

Tahun 2004"2010 :Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara


(5)

KATA PE GA TAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan cinta"Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Karakteristik Penderita Skizofrenia Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi Srata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes Selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU sekaligus Dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaaan dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaaan dan menyelesaikan skripsi ini.


(6)

4. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH. selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang positif untuk penyempurnaan skripsi ini

5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang positif untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dr.Heldy B.Z, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik

7. Seluruh Dosen pengajar dan staf Akademik FKM USU yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas. 8. Direktur RSJ Mahoni Medan, yang telah memberikan izin penulis untuk

melakukan penelitian serta pegawai yang turut membantu dalam pengumpulan data.

9. Teristimewa buat ayahanda Kasmir Sinaga, dan Ibunda Adraini Purba tercinta yang selalu memberikan doa dalam setiap langkahnya, dukungan serta kasih sayang kepada penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera.

10. Saudara"saudaraku tercinta Bahri, Dame Setiawan, Putri dan Bunga yang begitu banyak memberikan bantuan dan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di FKM USU.

11. Rekan"rekan seangkatan 2004 dan khususnya sahabatku Irmayanti, Efrika Nst, Aina Safitri, Gifani, Safrida dan Noveriana yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(7)

12. Kakak"kakak angkatan 2006 dan 2007 khususnya peminatan Epidemiologi, Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi : Kak Rita, Kak Dini, Kak Ummal B, Kak Effri, Kak uli, Kak Ilan, Kak July, dan Kak Imna, yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya yang tidak bisa dilupakan. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu"persatu yang banyak

membantu dalam menyesaikan perkuliahan ini, saya ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Universitas Sumatera Utara dan Rumah sakit Jiwa Mahoni Medan.

Medan, Januari 2011 Penulis

Yanti Mirdani Sinaga IM: 041000068


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB 1 PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Pengertian Skizofrenia ... 7

2.2. Epidemiologi Skizofrenia ... 8

2.3. Faktor Penyebab Skizofrenia ... 10

2.4. Kasifikasi skizofrenia ... 16

2.4.1. Skizofrenia Paranoid ... 17

2.4.2. Skizofrenia Katatonik ... 17

2.4.3. Skizofrenia Hebefrenik ... 18

2.4.4. Skizofrenia Simplex ... 19

2.4.5. Skizofrenia tak Tergolongkan (Undeferentiated) ... 19

2.5. Gejala"Gejala Skizofrenia ... 19

2.5.1. Gejala Negatif ... 19

2.5.2. Gejala Positif ... 20

2.6. Gambaran Klinis ... 20

2.7. Pencegahan Skizofrenia ... 22

2.7.1. Pencegahan Primer ... 22

2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 24

2.7.3. Usaha Pemerintah ... 27

BAB 3 KERA GKA KO SEP 3.1. Kerangka Konsep ... 28


(9)

BAB 4 METODE PE ELITIA

4.1. Jenis Penelitian ... 33

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 33

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2. Waktu Penelitian ... 33

4.3. Populasi Dan Sampel ... 33

4.3.1. Populasi ... 33

4.3.2. Sampel ... 33

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 34

BAB 5 HASIL PE ELITIA 5.1. Sosiodemografi Penderita skizofrenia ... 35

5.2. Distribusi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Faktor Pencetus ... 37

5.3. Riwayat Keluarga Penderita skizofrenia ... 38

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gambaran Klinis .. 38

5.5. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gejala/ Symptom .. 39

5.6. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Klasifikasi Skizofrenia ... 40

5.7. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Tipe Pengobatan penderita skizofrenia ... 40

5.8. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Lama Rawatan Rata"Rata ... 41

5.9. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Lama rawatan rata"Rata ... 42

5.10. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Skizofrenia ... 42

5.11. Analisa Statistik ... 42

5.11.1. Umur Penderita skizofrenia Berdasarkan Gambaran klinis .... 43

5.11.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Gejala Klinis ... 44

5.11.3. Jenis Pengobatan Skizofrenia Berdasarkan Gambaran Klinis . 45 5.11.4. Lama Rawatan Berdasarkan Klasifikasi Skizifrenia ... 46

BAB 6 PEMBAHASA 6.1. Distribusi penderita skizofrenia berdasarkan sosio demografi ... 48

6.1.1. Umur ... 48

6.1.2. Jenis kelamin ... 50

6.1.3. Tingkat Pendidikan ... 50

6.1.4. Suku ... 51

6.1.5. Pekerjaan ... 52

6.1.6. Daerah Tempat Tinggal ... 53


(10)

6.2. Faktor Pencetus ... 56

6.3. Gambaran Klinis ... 57

6.4. Gejala/ Symptom Skizofrenia ... 58

6.5. Klasifikasi Skizofrenia ... 59

6.6. Tipe Pengobatan ... 60

6.7. Lama Rawatan Rata"Rata... 61

6.8. Keadaan Sewaktu Pulang ... 62

6.9. Analisa Statistik ... 63

6.9.1. Gambaran Klinis Berdasarkan Umur Penderita Skizofrenia ... 63

6.9.2. Gejala/ Symptom Berdasarkan Jenis kelamin Penderita Skizofrenia ... 64

6.9.3. Gambaran Klinis Berdasarkan Tipe Pengobatan Penderita Skizofrenia ... 65

6.9.4. Lama Rawatan Berdasarkan Klasifikasi Penderita Skizofrenia ... 67

BAB 7 KESIMPULA DA SARA 7.1. Kesimpulan ... 69

7.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

Lampiran 1 : Master Data

Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Statistik Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Selesai Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Umur Penderita Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 35 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Sosiodemografi

Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 36 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Faktor Pencetus

Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009... 38 Tabel 5.4. Distibusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gambaran

Klinis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gejala/

Symptom Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 39 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Klasifikasi

Skizofrenia Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 40 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Tipe

Pengobatan Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 41 Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata"Rata Penderita Skizofrenia Yang Dirawat Inap Di

Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 41 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Lama Rawatan

Rata"Rata Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 42 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Gambaran Klinis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 43 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Gejala Klinis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 44


(12)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gambaran Klinis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 45 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Klasifikasi Skizofrenia Berdasarkan Lama

Rawatan Rata"Rata Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... 46


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 48 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Jenis Kelamin Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 48 Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 50 Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Suku Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 51 Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Pekerjaan Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 52 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Daerah Tempat Tinggal Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 54 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Status Perkawinan Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 55 Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Faktor Pencetus Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 56 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Gambaran Klinis Pulang Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 57 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Gejala/ Symptom Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 58


(14)

Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Klasifikasi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 59 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Tipe Pengobatan Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 60 Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Lama Rawatan Rata"Rata Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 62 Gambar 6.14. Diagram Proporsi Gambaran Klinis Berdasarkan Umur Penderita

Skizofrenia Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 63 Gambar 6.15. Diagram Proporsi Gejala Klinis Berdasarkan Jenis kelamin Penderita

Skizofrenia Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 64 Gambar 6.16. Diagram Proporsi Gambaran Klinis Berdasarkan Tipe pengobatan

Penderita Skizofrenia Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 65 Gambar 6.17. Diagram Proporsi Lama Rawatan Berdasarkan Klasifikasi Penderita

Skizofrenia Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ... . 67


(15)

ABSTRAK

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan, lebih menekankan kepada pola perilaku, tidak ada integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan afeksi, sehingga tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi dengan kenyataan yang sebenarnya. Berdasarkan data penelitian Irmansyah di Indonesia terdapat sekitar 1"2% penduduk yang mengalami Skizofrenia. Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 terdapat 237 kasus skizofrenia.

Untuk mengetahui karakteristik penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 237 penderita skizofrenia (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi Squaredan Anova.

Proporsi sosiodemografi yang tertinggi : umur 28"34 tahun 31,2 %, jenis kelamin laki"laki 65,0 %, tingkat pendidikan SMA 57,81%, Suku Batak 59,07 %,tidak bekerja 37,13%, daerah tempat tinggal Medan 60,34%, Status Perkawinan belum kawin 53,59%, faktor pencetus tidak ada keterangan 67,09%, gambaran klinis fase aktif 58,23%,gejala/ symptom gejala positif 63,71%,klasifikasi skizofrenia paranoid 59,92%,tipe pengobatan 48,94%,lama rawatan rata"rata < 15 hari 59,49%, keadaan sewaktu pulang 100%,. Ada perbedaaan yang bermakna Gambaran Klinis dengan Umur. Tidak ada perbedaan bermakna gejala Klinis Dengan Jenis Kelamin, Gambaran Klinis Dengan Tipe Pengobatan, Lama rawatan dengan Klasifikasi.

Kepada pihak RSJ Mahoni Medan agar melengkapi pencatatan pada status, khususnya yang berkaitan dengan penyakit skizofrenia, seperti faktor pencetus, keadaan sewaktu pulang, fase/ gambaran klinis dan gejala skizofrenia. Kepada pihak keluarga pasien skizofrenia agar lebih memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien guna untuk membantu dan mengurangi terjadinya kekambuhan pasien skizofrenia.


(16)

ABSTRACT

Schizophrenia is a psychiatric disorder, more emphasis on behavioral patterns, there is no integration of the brain that affects thoughts, feelings and affections, so there is no correspondence between thought and emotion, between perception and actual reality. Based on research data Irmansyah in Indonesia there are about 1 2% of population with Schizophrenia. Mahogany Soul Hospital Medan in 2009 there were 237 cases of schizophrenia.

To know the characteristics of patients with schizophrenia in Mahoni Mental Hospital Medan in 2009, conducted a descriptive research design of case series. Population and sample 237 patients with schizophrenia (total sampling). Data were analyzed descriptively using Chi square and A1OVA.

Sociodemographic the highest proportion: age 28 34 years 31,2 %, male sex 65,0 %, 57.81% high school education level, Batak Tribe 59.07%, 37.13% do not work, area of residence Medan 60.34%, Marital Status 53.59% of unmarried, trigger no information 67.09%, the clinical picture of the active phase of 58.23%, signs / symptoms positive symptoms 63.71%, 59.92% classification of paranoid schizophrenia , 48.94% of treatment type, duration of treatment on average <15 days 59.49%, 100% condition when returned. There are significant differences with the Clinical Age. There was no significant difference in clinical symptoms With Sex, Clinical Presentation With Treatment Type, duration treatment with Classification.

To the mental hospital to complete the Mahoni Field record in the state, especially those related to illness of schizophrenia, such as trigger factors, circumstances when the home, a phase / clinical features and symptoms of schizophrenia. To the family of schizophrenic patients to be more to pay more attention to the patient in order to assist and reduce the occurrence of relapse in schizophrenia.


(17)

2 BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara, dimana proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberi dampak terhadap nilai"nilai sosial dan budaya masyarakat. Sementara tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut. Namun, banyak orang yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, tetapi dapat menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga, baik mental maunpun materi karena penderita menjadi kronis dan tidak lagi produktif.1

Indonesia berada dalam masa transisi demografi dan epidemiologi, sebagai konsekuensi dari proses pembangunan yang dilaksanakan. Proses pembangunan menimbulkan akibat yang positif, seperti meningkatnya status kesehatan masyarakat dan akibat negatif, seperti meningkatnya kasus gangguan mental. Kemajuan industri, perdagangan dan peradaban berhubungan dengan meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa, hal ini merupakan reaksi terhadap tekanan hidup dan perubahan peran serta sosial yang dialami. Peningkatan kasus gangguan mental emosional tidak dapat dihindari, namun dapat ditanggulangi.

Inti dari pembangunan adalah perubahan. Oleh kerena itu diperlukan usaha untuk dapat menyesuiakan dengan perubahan. Bagi yang berhasil, akan terbentuk manusia yang sehat dan adaptif. Namun tidak semua orang yang berhasil sempurna


(18)

3

dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Bagi yang kurang berhasil, akan tampak diantaranya dalam bentuk gangguan mental emosional. Permasalahan gangguan mental emosional menggambarkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan jiwa.2

Berdasarkan data dari Worl Health Organization (WHO, 2000) menyebutkan bahwa diseluruh dunia terdapat 50 juta orang yang menderita Schizophrenia. Lebih dari 50% dari penderita skizofrenia tidak mendapat perhatian, dan 90% diantaranya terdapat di negara yang sedang berkembang, dan jumlah penderita yang paling banyak terdapat di Western Pasifik yaitu 12,7 juta orang menderita schizofrenia.3 Menurut Olson (2001) hampir 1 juta orang di Amerika menerima pengobatan untuk Skizofrenia setiap tahun, dengan sekitar sepertiga dari mereka membutuhkan perawatan rumah sakit.4

Berdasarkan data yang disampaikan pada konfrensi tahunan The AmericanPsychiatri Assocition (APA) 1995, disebutkan bahwa angka pasien schizofrenia (lifetime prevalence rate) mencapai 1%. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien schizofrenia mengalami episode akut. Selanjutnya dikemukakan bahwa prevalensi schizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel sklerosis, pasien diabetes yang memakai insulin, dan penyakit otot. Insiden skizofrenia diperkirakan sebanyak 2"5 orang dalam tiap 10.000 penduduk Amerika. Di Amerika Serikat, kira"kira 25% dari tempat tidur rumah sakit jiwa di seluruh Negara tersebut ditempati oleh penderita skizofrenia. Diantara penderita skizofrenia 20"50% melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% diantaranya mati karena bunuh diri.


(19)

4

Angka kematian penderita skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.

MenurutKaplan dan Saddock (1997:689),di Amerika Serikat prevalensiskizofrenia seumur hidupdilaporkan secara bervariasi terentang dari 1" 1,5%,konsistensi dengan rentangtersebut, penelitianEpidemiological Cathment Area(ECA) yang disponsori oleh1ational Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi 1,3%. Kira"kira 0,02"0,05% populasi totaldiobati untuk skizofrenia dalamsatu tahun.6

Prevalensi antara laki"laki dan perempuan pada penderita skizofrenia adalah sama. Tetapi, keduanya menunjukkan perbedaan dalam perjalanan penyakit. Laki"laki memiliki perjalanan lebih awal dari pada wanita. Usia puncak untuk laki" laki adalah 15"25 tahun, sedangkan pada wanita usia puncak adalah 25"35 tahun.7,22,35

Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia tahun 2008 terdapat sekitar 1"2 % penduduk yang menderita skizofrenia, ini berarti sekitar 2"4 juta jiwa, dari jumlah tersebut diperkirakan penderita yang aktif sekitar 700.000"1,4 juta jiwa. Demikian juga dengan pendapat Irmansyah (2006), bahwa penderita yang dirawat di bagian psikiatri di Indonesia hampir 70% adalah penderita skizofrenia.25

Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia tahun 2000 adalah 0,3"1 % dan biasanya timbul pada usia sekitar 18"45 tahun, namun ada juga yang berusia 11"12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di


(20)

5

RS jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia. Hal ini dikemukakan oleh Denardi Sosrosumiharjo, dari Kedokteran Jiwa FKUI/RSCM.7,10

Menurut data Depkes RI tahun 2008, menunjukkan 37% warga jawa barat mengalami gangguan jiwa, mulai dari tingkat rendah sampai tinggi. Bahkan, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen kesehatan 2007 menyebutkan, prevalensi warga Jawa Barat mengalami ganguan mental emosional tertinggi se"Indonesia dengan kisaran 20%. Artinya, satu dari orang dewasa menganlami gangguan jiwa.1

Di RSJ Medan (April 1995 sampai dengan Maret 1996) ditemukan penderita gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 1019 orang dan 783 orang dinyatakan menderita skizofrenia. Pada periode 1996/1997 penderita gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 983 orang dan 748 orang dinyatakan menderita skizofrenia. Pada periode 1997/1998 penderita gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 1068 orang dan 839 orang dinyatakan menderita skizofrenia. Pada tahun 1999 penderita gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 1290 orang dan 992 orang dinyatakan menderita skizofrenia. Pada tahun 2000 penderita gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 1304 orang dan 1013 orang dinyatakan menderita skizofrenia dan pada tahun 2001 dari 1290 penderita gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 998 orang menderita skizofrenia.9

Berdasarkan data di RS Jiwa Mahoni jumlah kasus penderita gangguan jiwa yang dirawat inap pada tahun 2005 sebanyak 329 jiwa, pada tahun 2006 sebanyak 273 jiwa, pada tahun 2007 sebanyak 303 jiwa, pada tahun 2008 sebanyak 290 jiwa, an pada tahun 2009 sebanyak 237 jiwa. Berdasarkan datapada latar belakang , maka


(21)

6

perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita skizofrenia pada pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS Jiwa Mahoni Medan tahun 2009.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut sosiodemografi antara lain: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku, dan tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut faktor pencetus.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut riwayat keluarga.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut gambaran klinis.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut gejala klinis.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut klasifikasi skizofrenia.


(22)

7

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut tipe pengobatan yang diberikan.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut lama rawatan.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita skizofrenia menurut keadaan sewaktu pulang.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita skizofrenia berdasarkan gambaran klinis.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkangejala klinis. l. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis pengobatan skizofrenia

berdasarkangambaran klinis.

m. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatanberdasarkan klasifikasi skizofrenia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi atau masukan untuk menilai kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan.

1.4.2. Dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data yang ada dalam penelitian ini, dan bagi peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan dalam melakukan penelitian ilmiah.


(23)

8 BAB 2

TI JAUA PUSTAKA 2.1. Pengertian Skizofrenia

Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu psikosa dan non psikosa (ansietes, depresi,insomnia,alkoholisme dan ketergantungan obat). Golongan psikosa di tandai dengan dua gejala utama yaitu tidak adanya pemahaman dari ketidak mampuan menilai realitas. Sedangkan golongan psikosa itu sendiri dibagi dalam dua sub golongan, yaitu psikosa fungsional dan psikosa organik.2

Psikosa fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel"sel saraf (neurotransmitter) dalam susunan saraf pusat (otak), tidak terdapat kelainan struktural pada sel"sel saraf otak tersebut. Sedangkan Psikosa organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya kelainan pada struktur susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan misalnya tumor di otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi di otak, keracunan NAPZA, dan lain sejenisnya, yang termasuk dalam kelompok psikosa fungsional terbanyak adalah Skizofrenia. 2

Eugen Bleuler (1857"1939), seorang psikiater Swiss, memperkenalkan istilah skizofrenia. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani schizos artinya terbelah, terpecah, dan phren artinya pikiran. Secara harfiah, skizofrenia berarti pikiran atau jiwa yang terpecah/terbelah. Bleuler lebih menekankan pola prilaku, yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan afeksi. Dengan demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi dengan kenyataan yang sebenarnya .10


(24)

9

Schizophrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya, sehingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan maladjustment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali denga realitas hidup; lalu menjadi ketidakmampuan secara sosial. Hilanglah rasa tanggung jawabnya dan terdapat gangguan pada fungsi intelektualnya. Jika perilakunya tersebut menjadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa membahayakan atau mengancam keselamatan orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila (Kartono, 1989 :165).11

Menurut Wicaksana,(2000), schizophrenia merupakan gangguan mental klasifikasi berat dan kronik (psikotik) yang menjadi beban utama pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia sejak jaman pemerintah Hindia Belanda sampai sekarang. Hal ini di sebabkan ciri pokok keruntuhan fungsi peran dan pekerjaan, sehingga penderita menjadi tidak produktif dan harus ditanggung hidupnya selamanya oleh sanak keluarga, masyarakat, atau pemerintah. Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan (group of disorder) yang mempunyai manifestasi berupa gangguan karakteristik pada proses berfikir, alam perasaan dan tingkah laku.

2.2. Epidemiologi Skizofrenia

Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kondisi"kondisi kesehatan dalam suatu masyarakat tertentu dengan meneliti faktor"faktor yang ada dalam masyarakat atau yang dapat mempengaruhi masyarakat itu, yang kemungkinan


(25)

10

dapat mengakibatkan perubahan"perubahan dalam keadaan kesehatan masyarakat dan penyebarannya dalam masyarakat itu.

Adapun faktor"faktor yang berpengaruh terhadap penyakit skizofrenia: 2.2.1. Umur dan jenis kelamin

Prevalensi penderita skizofrenia antara laki"laki dan perempuan adalah sama, tetapi pada masa perjalanan penyakit laki"laki lebih awal dari pada wanita. Usia puncak untuk laki"laki adalah 15"25 tahun sedangkan pada wanita adalah pada usia 25"35 tahun dan pada usia dibawah 10 tahun dan diatas 50 tahun adalah sangat jarang.26

2.2.2. Bulan kelahiran

Penderita skizofrenia kebanyakan dilahirkan pada musim dingin dan permulaan musim semi, khususnya di daerah utara,termasuk Amerika Serikat, penderita skizofrenia lebih sering lahr pada bulan Januari hingga April. Pada daerah selatan, penderita skizofrenia lebih sering lahir pada bulan Juli hingga September.

2.2.3. Distribusi geografis

skizofrenia secara geografis tidak tersebar secara merata diseluruh dunia. Prevalensi skizofrenia dari bagian utara"selatan dan bagian barat Amerika Serikat lebih tinggi dari pada didaerah lainnya. Beberapa daerah geografis memiliki prevalensi schizofrenia yang tinggi.

2.2.4. Angka reproduksi

Penggunaan obat"obat psikotropik, peningkatan upaya rehabilitas, pendirian rumah sakit, dan perhatian masyarakat pada penderita


(26)

11

skizofrenia secara umum meningkatkan angka perkawinan dan angka kesuburan diantara penderita skizofrenia. Oleh faktor"faktor tersebut sejumlah anak lahir dari orang tua yang menderita skizofrenia.

2.2.5. Bunuh diri

Penderita wanita dan pria adalah hampir sama terlibat bunuh diri, diantara penderita skizofrenia ada pada penderita yang depresip, usia muda dan penderita yang sering menderita sakit. Oleh karenanya sangat perlu pendekatan perawatan secara farmakologis (pemberian obat"obatan anti depresi) dan penggunaan dukungan kelompok secara langsung. 2.2.6. Faktor budaya dan sosial ekonomi

Lebih banyak pasien schizofrenia menduduki kelas sosial yang rendah dalam masyarakat yang perkembangan industrinya tinggi, dan lebih banyak orang menderita schizofrenia pada kelompok pendatang baru ke satu perkotaan (emigran). Beberapa studi melaporkan prevalensi yang tinggi dari schizofrenia adalah diantara imigran dan menemukan perubahan budaya yang tiba"tiba.

2.3. Faktor Penyebab/Agent Skizofrenia

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia. Berdasarkan penelitian"penelitian yang dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian yang mutakhir yaitu:


(27)

12 2.3.1. Faktor Biologik12

Yang dimaksud dengan faktor biologik adalah berbagai keadaan biologis yang dapat menghambat perkembangan maupun fungsi pribadi/ individu dalam kehidupan sehari"hari, biasanya bersifat menyeluruh, artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress, seperti kurang gizi, kelainan gen, penyakit"penyaki . melihat dari bagian otak (sistem limbik, ganglia basalis, lobus frontal) dan neuro transmiter (dopamine, serotonin, norephineprin, asam amino).

Susunan saraf orang skizofrenia sangat rentan, neurotransmitter di otak meningkat, tapi pada tahap lanjut neurotranmitter mengalami defisit/ hipofungsi. Misalnya apabila terjadi kenaikan dopamin maka akan menimbulkan gangguan neurologi atau psikotik seperti waham.

2.3.2. Struktur Otak10

Sekitar 20"35% penderita skizofrenia mengalami beberapa bentuk keruskan otak (Sue, et al., 1986). Penelitian dengan CAT (computer Axial Temography) dan MRI (Magnetic Resonance Imagins) memperlihatkan bahwa sebagian penderita schizophrenia memiliki vertikel serebral (yaitu ruangan yang berisi cairan serebrospinal) yang jauh lebih besar dibanding dengan orang normal. Itu berarti jika vertikel lebih besar dari keadaan normal, jaringan otak lebih kecil dari normal. Pembesaran vertikel berarti terdapat proses memburuknya atau berhentinya pertumbuhan jaringan otak. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa lobus frontalis, lobus temporalis, dan hipokampus yang lebih kecil pada penderita schozophrenia (atkinson, et al.,1992).


(28)

13

Penelitian dengan PET (Positron Emission Topograph) yaitu pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat seseorang sedang mengerjakan tes psikologi, pada penderita schizophrenia memperlihatakan tingkat metabolisme yang rendah pada lobus frontalis.

Kelainan saraf ini dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin. Akan tetapi, jika kerusakan otak terjadi pada masa awal perkembangan seseorang. Weinberger (dalam Davison, et al., 1994) mengatakan bahwa luka pada otak saling mempengaruhi dengan proses perkembangan otak yang normal. Lobus frontalis merupakan struktur otak yang terlambat matang, khususnya pada usia dewasa. Dengan demikian, luka pada daerah tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis mulai berperan dalam perilaku. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Gambar otak penderita skizofrenia.


(29)

14 2.3.3. Virus

Perubahan anatomi pada saraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang"orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia. Beberapa studi menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berhubungan dengan paparan influenza sebelum bayi dilahirkan. Sebagai contoh, Sarnoff Mednick, dan rekan"rekan sejawatnya mengikuti sejumlah besar orang setelah terjadinya epidemi berat influenza tipe A2 di Helsinki, Finlandia. Para peneliti ini menemukan bahwa mereka dan ibunya terpapar influenza selama trisemester kedua kehamilannya lebih banyak mengalami skizofrenia dibanding dengan mereka yang tidak ( Cannon, Barr, dan Mednick, 1991). Observasi ini telah dikuatkan oleh beberapa peneliti lainnya (misal, O’Collaghan, Sham, Takey, Glover dan Murray, 1991; Vanables, 1996 ).

Adanya indikasi bahwa penyakit penyakit seperti virus yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada janin kelak dapat mengakibatkan skizofrenia. Tetapi belum cukup bukti untuk menyimpulkan adanya “virus" skizo”.

2.3.4. Faktor Genetik11

Para ilmuan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki"laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat mempunyai derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/ nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65%


(30)

15

perpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar zigotic 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia yang mengalami skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

Dari penelitian epidemiologi keluarga terlihat bahwa untuk keponakan adalah 3%, masih lebih tinggi dari populasi umum yang hanya 1%, demikian juga dengan penelitian anak adopsi dikatakan, anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua normal, tetap mempunyai resiko 16,6%, sebaliknya anak sehat yang diadopsi oleh orang tua dengan skizofrenia mempunyai resiko 1,6%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko terkena skizofrenia.

2.3.5. Proses Sosial Dan Lingkungan

a. Teori perkembangan. Ahli teori seperti Freud, Sullivan, dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya perhatian dan kasih sayang di tahun"tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas, dan menarik diri dan hubungan pada penderita skizofrenia.

b. Teori keluarga. Teori"teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian fungsi keluarga yang telah di implikasikan dalam peningkatan angka kekambuhan individu dengan skizofrenia adalah sangat mengekspresikan emosi (High Expressed Emotion / HEE). Keluarga dengan ciri ini dianggap terlalu ikut campur secara emosional, kasar dan kritis.


(31)

16

c. Model sosial ekonomi. Hasil penelitian yang konsisten adalah hubungan yang kuat antara skizofrenia dan status sosial ekonomi yang rendah.

d. Model kerentanan stress. Model interaksional yang menyatakan bahwa penderita skizofrenia mempunyai kerentanan biologi dan genetik terhadap skizofrenia. Kerentanan ini, bila disertai dengan pajanan stressor kehidupan, dapat menimbulkan gejala"gejala pada individu tersebut, seperti perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan, dll.

Menurut Dalev (2001) probabilitas seorang menderita skizofrenia apabila orang tua maupun saudara"saudaranya tidak mengidap penyakit tersebut adalah sekitar satu persen. Apabila ada seorang orang tua atau saudara kandung mengidap penyakit ini maka peluang untuk menderita skizofrenia berkembang menjadi 10%. Apabila kedua orang tua mengidap skizofrenia, maka peluang untuk menderita penyakit ini berkembang menjadi 40%.

Menurut Hawari (2001) bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan perkembangan otak janin ini muncul oleh karena disertai faktor"faktor antara lain:

a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.

b. Menurunnya auto"immune yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.


(32)

17

c. Berbagai macam komplikasi kandungan

d. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama pada trisemester pertama kehamilan.

2.4. Klasifikasi Skizofrenia

Gambar 2. Skema gangguan mental

Gangguan psikosa/ gangguan jiwa merupakan,ganguan psikosa terdiri dari dua bagian yaitu gangguan mental organik dan gangguan psikokotik fungsional. Gamgguan mental organik merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya kelainan struktur susunan saraf pusat yang disebabkan misalnya terdapat tumor di otak, kelainan pembuluh darah di otak, infeksi di otak, keracunan NAPZA, dan sebagainya. Gangguan psikotik fungsional merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel"sel saraf dalam susunan saraf pusat, tidak terdapat kelainan struktur pada sel"sel saraf otak tersebut.

GANGGUAN NON FUNGSIONAL

GANGGUA N PSIKOSA

Skizofrenia

Skizofrenia paranoid Skizofrenia katatonik Skizofrenia hebefren Skizofrenia simplex Gangguan afektif berat/ PMD Gangguan paranoia

Psikosis non organik lain

GANGGUAN PSIKOSA FUNGSIONAL


(33)

18

Psikosa fungsional terdiri atas skizofrenia, ganguan afektif berat, gangguan paranoia, dan psikosa non organik lainnya (Wicaksana 2000).12

Adapun klasifikasi skizofrenia adalah sebagai berikut : 2.4.1. Skizofrenia Paranoid

Simptom utamanya adalah waham kejar atau waham kebesarannya dimana individu merasa dikejar"kejar oleh pihak tertentu yang ingin mencelakianya. Hal tersebut terjadi karena segala sesuatu ditanggapi secara sensitif dan egosentris seolah" olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya.

Gambaran penyerta meliputi kecemasan yang tidak terfokus, kemarahan, suka bertengkar/ berdebat dan tindak kekerasan.

2.4.2. Skizofrenia Katatonik15

Gambaran tipe ini biasanya muncul secara tiba"tiba. Umumnya penderita memiliki riwayat bertingkah laku eksentrik disertai kecenderungan menarik diri dari realitas. Ada dua subtipe, yakni subtipe stuppor dan subtipe aktif.

a. subtipe stuppor, ciri"cirinya adalah : mengalami stuppor, yaitu kehilangan semangat hidup dan senang diam dalam posisi kaku tertentu sambil membisu dan menatap dengan pandangan kosong. Kendati tampak acuh tak acuh namun pada saat “sadar” ternyata dia dapat menceritakan segala sesuatu yang berlangsung disekitarnya. Ia sangat mudah dipengaruhi sehinggan secara otomatis akan mengikuti perintah atau meniru perbuatan orang lain (ekhopraksia); umumnya bersifat negativistik: menolak membetulkan posisi tubuhnya, menolak makan, membuang air seenaknya, keluar busa dari


(34)

19

mulutnya dan pikiran tampak kosong. Ancaman fisik berupa stimulasi yang menyakitkan tidak membuat penderita bergeming.

b. Subtipe aktif (axcited), dengan ciri"ciri: dari keadaan katatonik serba pasif, secara tiba"tiba berubah menjadi “exsited”, berbicara dan berteriak"teriak tak karuan, berjalan mondar mandir, melakukan aktifitas seksual secara terbuka, seperti masturbasi, melukai tubuh sendiri, atau sebaliknya menyerang dan mencoba membunuh orang lain.

2.4.3. Skizofrenia Hebefren

Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut maramis (2004) permulaanya perlahan"lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara usia 15" 25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan, dan adanya depersonalisasi.

Pada tipe ini terjadi desintegrasi emosi, dimana emosinya bersifat kekanak" kanakan, ketolol"tololan, seringkali tertawa sendiri dan secara tiba"tiba menangis tersedu"sedu. Terjadi regresi tolol, dimana individu menjadi kekanak"kanakan. Individu mudah tersinggung atau sangat irritable. Seringkali dihinggapi sarkasme (sindiran tajam) dan menjadi marah meledak"ledak atau explosive tanpa sebab. Pembicaraannya kacau, suka berbicara berjam"jam. Pada awal gangguan seringkali komunikatif, tetapi lama"kelamaan menjadi tidak karuan yang bahkan sampai akhirnya individu tidak komunikatif.10


(35)

20 2.4.4. Skizofrenia simplex18

Skizofrenia simplex, sering timbul pertama sekali pada masa pubertas. Gejala utamanya adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditentukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbul secara perlahan. Pada permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan keluarga atau menarik diri dari pergaulan, makin lama ia semakin mundur dalam pekerjaan dan pelajaran dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi “pengemis”, “pelacur”, atau “penjahat” (Maramis, 2004).

2.4.5. Skizofrenia Tak Tergolongkan (Undeferentiated)

Tipe ini tidak dapat dimasukkan dalam tipe"tipe yang telah diuraikan sebelumnya, dimana gejala"gejala yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe skizofrenia tertentu. Kriteria diagnosti untuk sizofrenia tipe undifrentiated adalah dimana simptom"simptom memenuhi kriteria A, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia tipe paranoid, katatonik ataupun tipe hebefrenik.

2.5. GejalaBgejala Skizofrenia

Gejala " gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gejala negatif atau negative symptoms dan gejala positif atau positive symptoms.

2.5.1. GejalaB Gejala egatif.3

a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.

b. Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun.


(36)

21

c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam. d. pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.

e. Tidak ada/ kehilangan dorongan/ kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin apa"apa dan serba malas (kehilangan nafsu).

2.5.2. gejalaBgejala Positif

a. Delusi/ waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berfikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberikan pesan"pesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan.

b. Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan, sedangkan lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/buruk atau memberikan perintah tertentu.

c. Pikiran Paranoid, yaitu kecurangan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti. Percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke planet lain.

2.6. Gambaran Klinis Skizofrenia19

Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodmoral, fase aktif dan fase residual.


(37)

22

a. Fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : gangguan fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan"perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

b. Fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual. c. Fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi

gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial)


(38)

23 2.7. Pencegahan Skizofrenia

2.7.1. Pencegahan Primer9

Sasaran pada orang" orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan dan pencegahan khusus terhadap penyakit. Adapun yang termasuk dalam pencegahan primer adalah hygiene mental.

Program ini bertujuan untuk:

a. memiliki dan membina jiwa yang sehat

b. berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa (mental breakdown), mencegah berkembangnya bermacam"macam penyakit mental dan sebab"sebab timbulnya penyakit tersebut.

c. Mengusahakan penyembuhan dalam stadium permulaan. Kegiatan operasional higiene mental yaitu:

a. Mengusahakan tercapainya kondisi badan yang sehat dan jiwa yang waras, agar pribadi mampu menyesuaikan diri terhadap order sosial yang ada, dan tidak melarikan diri dari realitas hidup.

b. Menjauhkan anak"anak dari rasa takut dan cemas.

c. Lebih memahami kehidupan psikis anak"anak sebab periode anak"anak merupakan “masa keemasan” bagi peletakan dasar kesehatan mental.

d. Menyajikan pendidikan seks dan pendidikan perkawinan kepada para remaja, dan orang dewasa guna memperkokoh kehidupan keluarga.

e. Perubahan dari sistem"sistem pendidikan sekolah umum dengan lebih banyak mendirikan fasilitas untuk belajar bagi anak"anak/ para remaja, dan orang dewasa. Juga memungkinkan adanya promosi kesekolah"sekolah lain yang


(39)

24

penting bagi penyaluran bermacam"macam bakat, kemampuan serta kapasitas anak dan orang dewasa dalam perkembangan kepribadiannya.

f. Dikemudian hari, klinik"klinik bimbingan kesehatan mental bisa diasosiasikan dengan sistem sekolah dan sistem perguruan tinggi, dengan maksud menemukan dan menyembuhkan individu"individu yang bermasalah secapat mungkin.

g. Menyediakan tempat"tempat rekreasi yang sehat dan gelanggang remaja yang pantas untuk menyalurkan bakat"bakat para remaja dan yang penting artinya bagi pelaksanaan pengisian waktu kosong.

h. Menanamkan kembali semangat hidup rukun kampung, gotong royong, kebersihan dan memupuk hubungan baik antar kelompok sosial khususnya bagi aderah perkotaan.

i. Perencanaan pengembangan masyarakat harus dikembangkan secara komprehensif, juga mencakup upaya menggantikan norma"norma kelompok primer lama dan institusi sosial lama yang bayak mengalami erosi serta hancur berantakan disebabkan oleh pengaruh urbanisasi dan mekanisme dengan bentuk"bentuk baru yang lebih manusiawi dan bisa menjamin rasa keadilan.

j. Pengadaan lapangan"lapangan kerja baru untuk menyalurkan energi manusia, dan memberikan penghasilan yang pantas untuk mempertahankan hidup serta bisa menjamin kesehatan jiwa. Disamping itu memberikan jaminan keamanan di tempat"tempat kerja, fasilitas fisik yang mencukupi untuk bekerja dengan senang.


(40)

25

k. Banyak memanfaatkan psikologi industri untuk mengurangi banyaknya kejemuan bekerja disebabkan oleh monoton di pabrik"pabrik dan proses melanisme serta ada usaha"usaha untuk mengurangi macam"macam ketegangan di kantor.

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat. Tujuan pencegahan sekunder ini adalah menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.8

a. Farmakoterapi16

Farmakoterapi disebut juga obat psikotropik atau lebih tepat obat yang memiliki khasiat psikoterapik (mempengaruhi fungsi"fungsi dari otak). Ditinjau dari sudut farmakologi, maka obat"obat psikotropik itu dapat digolongkan menjadi dua jenis yang bersifat menekan sistem saraf pusat dan bersifat merangsang sistem saraf pusat.

Psikotropik dengan dosis rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis lebih tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Dengan psikotropik biasaanya delusi dan halusinasi hilang dalam waktu 2"3 minggu. Bila tetap masih ada delusi dan halusinasi, maka penderita tidak terpengaruh lagi dan menjadi kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya.

Kepada penderita dengan skizofrenia menahun psikotropik diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik"turun sesuai


(41)

26

dengan keadaan penderita (seperti juga pemberian obat kepada penderita dengan penyakit badaniah yang menahun, seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Payah Jantung, dan sebagainya).

b. Psikososial

Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain: a. Psikoterapi

Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah dan menghambat gejala"gejala yang ada, mengkoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.

Ada beberapa macam yang bisa dilakukan antara lain20: a. Terapi sopportif

b. Social skill training c. Terapi okopasi

d. Terapi konfulsif dan perilaku (CBT) b. Psikoterapi kelompok11

Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapis berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah didalamnya. Diantara peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada keadaan sosial yang mengajaknya untuk berkomunikasi. Dirumah sakit jiwa terapi ini sering dilakukan.


(42)

27

Melalui terapi kelompok ini iklim interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien selalu diajak untuk berfikir secara realitis dan menilai pikiran dan perasaan yang tidak realistis.

c. Psikoterapi keluarga11

Terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri atas suami, istri, atau orang tua serta anaknya yang bertemu denga satu atau dua terapis. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Ungkapan"ungkapan emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara"cara untuk mengekspresikan perasaan" perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama"sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara"cara untuk menghadapinya. Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuan"perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi.

Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon (Davison, et al.,1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, dan sekurang"kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi"terapi secara individual.

d. Manajemen kasus


(43)

28 c. Terapi Elektrokonvulsif / ECT

Elektrokonfulsif terapi sebagai bentuk terapi fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektrode dengan voltase diatur dari tingkat rendah yang akan menghasilkan efek terapi. ECT telah banyak dilakukan diberbagai negara, di Amerika Serikat ECT telah digunakan 70% dengan gangguan bipolar dan 17% dengan gangguan skizofrenia25.

2.7.3. Usaha Pemerintah

Indonesia dengan bantuan WHO telah menyusun Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan Jiwa 2001"2005. Penanganan masalah kesehatan jiwa merujuk pada konsep upaya kesehatan jiwa paripurna, mencakup upaya kesehatan jiwa masyarakat sebagai landasan, didukung pelayanan kesehatan jiwa dasar dan diperkuat pelayanan kesehatan jiwa rujukan yang terintegrasi.

Ada perubahan paradigma dari perawatan di RSJ menjadi perawatan yang berbasis masyarakat. Kemajuan dalam psikofarmakologi memungkinkan penggunaan obat psikotropik yang selektif dan aman, sehingga perawatan di RSJ menjadi lebih pendek.

Sejak April 2000 Direktorat Kesehatan Jiwa yang Semula Direktorat Jenderal Pelayanan Medik berubah menjadi Kesehatan Jiwa Masyarakat di bawah jenderal Bina Kesehatan Masyarakat untuk memperluas pembinaan kesehatan jiwa di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan RSJ kini diurus oleh Direktorat Pelayanan Medik Spesialistik.9


(44)

29 BAB 3

KERA GKA KO SEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

3.2. Defenisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka disusun defenisi operasional sebagai berikut:

3.2.1. Penderita skizofrenia adalah penderita yang berobat di RS.Jiwa Mahoni Medan yang berdarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita Skizopfrenia seperti yang tertulis di rekam medis dan telah di rawat inap pada tahun 2008.

Karakteristik penderita Skizofrenia

1. Sosio Demografi yaitu:umur,jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan ,status perkawinan,tempat tinggal.

2. Faktor Pencetus

3. Riwayat Keluarga Penderita 4. Gambaran klinis Skizofrenia 5. Gejala/ symptom Skizofrenia 6. Klasifikasi skizofrenia 7. Tipe pengobatan 8. Lama Rawatan


(45)

30

3.2.2. Umur rata"rata adalah jumlah umur dari penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni sesuai dengan yang tertulis di rekam medis pada tahun 2008.Yang dikategorikan atas31 :

1. < 35 tahun 2. ≥ 35 tahun

3.2.3. Jenis kelamin, Dikategorikan atas: 1. Laki" laki

2. Perempuan

3.2.4. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS. Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008. Yang dikategorikan atas:

1. Batak 2. Aceh 3. Jawa 4. Melayu 5. Tionghoa

3.2.5. Tingkat pendidikan adalah pendidikan penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis di rekam medis pada tahun 2008. Yang dikategorikan atas :

1. Tidak sekolah/ Tidak tamat SD 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademik/PT

3.2.6. Pekerjaan adalah pekerjaan penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas:


(46)

31 1. Wiraswasta

2. Pegawai Swasta 3. Pegawai Negeri Sipil 4. Pensiunan

5. Petani

6. Tidak Bekerja

3.2.7. Daerah tempat tinggal adalah daerah dimana penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan tinggal yang dirawat inap, sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas:

1. Medan 2. Luar Medan

3.2.8. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita skizpfrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas:

1. Kawin

2. Belum Kawin 3. Janda / Duda

3.2.9. Lama rawatan rata"rata adalah jumlah dari rata"rata rawatan penderita skizofrenia di RS.Jiwa Mahoni Medan Tahun 2008 sesuai yang tercatat pada kartu status.

3.2.10. Riwayat keluarga skizofrenia : keterangan yang menunjukkan ada tidaknya anggota keluarga penderita skizofrenia yang menderita skizofrenia, yang dikategorikan atas:

1. Ada 2. Tidak ada


(47)

32

3.2.11. Tipe pengobatan adalah jenis pengobatan yang diberikan kepada penderita skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas:

1. Farmakoterapi + ECT + Psikoterapi 2. Farmakoterapi + Psikoterapi

3. Farmakoterapi + ECT

3.2.12. Faktor pencetus : faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit skizofrenia yang dirawat inap di RS.Jiwa Mahoni Medan sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis pada tahun 2008, yang dikatergorikan atas:

1. Masalah perkawinan 2. Problem Orang Tua 3. Hubungan Interpersonal 4. Pekerjaan

5. Faktor Keluarga 6. Tidak Ada Keterangan

3.2.13. Gejala/ symptoms: gangguan"gangguan Psikotik yang khas yang diderita oleh penderita skizofrenia, sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorika atas:

1. Gejala Negatif 2. Gejala Positif

3.2.14. Keadaan sewaktu pulang : Keadaan penderita skizofrenia ketika sudah menyelesaikan perawatan dirumah sakit yang dicatat dalam rekam medis, yang dikategorikan atas:

1. Pulang, berobat jalan

2. Pulang atas permintaan sendiri 3. Meninggal dunia

3.2.15. Klasifikasi skizofrenia: Jenis skizofrenia yang diderita pasien yang di identifikasi berdasarkan diagnosa dokter, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikategotikan atas:


(48)

33 1. Paranoid

2. Katatonik 3. Hebefrenik 4. Simplex 5. Undeferentiated

3.2.16. Gambaran klinis : perjalanan penyakit skizofrenia yang diderita pasien skizofrenia, dikategorikan atas :

1. Fase prodmoral 2. Fase aktif 3. Fase residu.


(49)

34 BAB 4

METODE PE ELITIA

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan case series. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Mahoni Medan dengan pertimbangan rumah sakit tersebut tersedia data yang dibutuhkan, banyak kasus penyakit skizofrenia yang dirawat inap di rumah sakit tersebut dan belum pernah ada dilakukan penelitian pada tahun 2009.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2010. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh data penderita Skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Mahoni Medan tahun 2009 yang akan diketahui setelah penelitian dilakukan yaitu sebanyak 237 orang.


(50)

35 4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data penderita Skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakir Jiwa Mahoni pada tahun 2009, besar sampel adalah sama dengan besar populasi (total sampling) yaitu 237 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan mengambil data sekunder dari hasil rekapitulasi rekam medik RS. Jiwa Mahoni Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan komputer. Data Univariat dianalisis dengan deskriptif dan data Bivariat dianalisis dengan uji Chi square dan uji Anova. Disajika dalam bentuk narasi, tabel, distribusi proporsi, diagram batang, garis dan diagram pie.


(51)

36 BAB 5

HASIL PE ELITIA 5.1. Sosiodemografi Penderita Skizofrenia.

Proporsi penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 berdasarkan Sosiodemografi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Umur Penderita Skizofrenia Berdasarkan

Jenis Kelamin Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah LakiBLaki Perempuan

n % n % n %

1. 14 " 20 17 11,0 4 4,8 21 8,9

2. 21 " 27 36 23,4 20 24,1 56 23,6 3. 28 " 34 53 34,4 21 25,3 74 31,2 4. 35 " 41 25 16,2 19 22,9 44 18,6 5. 42 " 48 11 7,3 13 15,7 24 10,2

6. 49 " 55 10 6,5 4 4,8 14 5,9

7. 56 " 62 1 ,6 1 1,2 2 ,8

8. 70 " 76 1 ,6 1 1,2 2 ,8

Total 154 65,0 83 35,0 237 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat proporsi tertinggi jenis kelamin umur berdasarkan umur pada kelompok umur 28 – 34 tahun (31,2 %) dan terendah pada kelompok umur 56"62 dan 70"76 tahun (1,0 %).

Berdasarkan jenis kelamin, laki"laki lebih tinggi yaitu sebanyak 154 orang (65,0%) sedangkan perempuan sebanyak 83 orang (35,0%). Perbandingan rasio antara laki"laki dan perempuan adalah 0,649789 : 0,350211.


(52)

37

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Sosiodemografi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o Karakteristik Sosiodemografi f Proporsi

(%) 1 Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Akademi/ PT 1 19 37 137 43 0,42 8,02 15,61 57,81 18,14

Jumlah 237 100,00

2 Suku/ Etnis Batak Aceh Jawa Tionghoa 140 15 48 34 59,1 6,3 20,3 14,3

Jumlah 237 100,00

3 Pekerjaan Wiraswasta Pegawai Swasta PNS Pensiunan Petani Tidak Bekerja 72 20 21 2 34 88 30,38 8,44 8,86 0,84 14,35 37,13

Jumlah 237 100,00

4 Tempat Tinggal Medan Luar Medan 143 94 60,34 39,66

Jumlah 237 100,00

5 Status Perkawinan Kawin

Belum/ Tidak Kawin Duda 109 127 1 45,99 53,59 0,42

Jumlah 237 100,00

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tingkat pendidikan penderita skizofrenia, yang paling banyak adalah SLTA yaitu sebanyak 57,81% (137


(53)

38

0rang) dan yang paling sedikit adalah yang tidak sekolah/ tidak tamat SD sebanyak 0,42% (1 orang).

Berdasarkan suku penderita skizofrenia, yang paling banyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 59,07% (140 orang) dan yang paling sedikit adalah suku Aceh sebanyak 6,33% (15 orang). Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni juga terdapat etnis lain yaitu etnis Tionghoa sebanyak 14,35% (34 orang).

Berdasarkan jenis pekerjaan penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 yang paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 30,38% (72 orang) dan yang paling sedikit adalah Pensiunan sebanyak 0,84% (2 orang).

Berdasarkan tempat tinggal penderita skizofrenia yang paling banyak adalah yang bertempat tinggal di Medan sebanyak 60,34% (143 orang) dan yang tinggal di luar kota medan yaitu sebanyak 39,66% (94 orang).

Berdasarkan status perkawinan penderita skizofrenia yang paling banyak adalah yang berstatus belum/ tidak kawin sebanyak 53,59 % (127 orang), dan yang paling sedikit adalah yang berstatus duda sebanyak 0,42% (1 orang).

5.2. Faktor Pencetusskizofrenia

Distribusi proporsi penderita skizofrenia berdasarkan faktor pencetus yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 dapat dilihat Pada tabel dibawah Ini:


(54)

39

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Faktor Pencetus Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o

Faktor Pencetus

Jumlah f Proporsi

(%) 1 2 3 4 5 6 Perkawinan Problem orang tua Hubungan interpersonal Pekerjaan

Faktor keluarga Tidak ada keterangan

11 4 14 24 25 159 4,64 1,69 5,91 10,13 10,55 67,09

Jumlah 237 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 ada sebanyak 67,09% (159 orang) faktor pencetus tidak ada keterangan, sedangkan yang mempunyai faktor pencetus yang terbanyak di sebabkan oleh faktor keluarga sebanyak 10,55% (25 orang) dan yang paling sedikit adalah dengan problem orang tua sebanyak 1,69% (4 orang).

5.3. Riwayat KeluargaPenderita Skizofrenia

Proporsi penderita skizofrenia beerdasarkan riwayat keluarga tidak dapat di distribusikan kerena tidak tersedianya data di kartu status.

5.4. Distribusi Penderita skizofrenia Berdasarkan Gambaran Klinis

Distribusi proporsi penderita skizofrenia berdasarkan gambaran klinis yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 dapat dilihat Pada tabel dibawah Ini:


(55)

40

Tabel 5.4. Distibusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gambaran Klinis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o

Gambaran Klinis

Jumlah

f Proporsi

(%) 1 2 3 Fase Prodmoral Fase Aktif Fase Residual 97 138 2 40,93 58,23 0,84

Total 237 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 gambaran klinis skizofrenia yang paling banyak adalah fase aktif sebanyak 58,23% (138 orang), fase prodromal sebanyak 40,9% (97 orang) dan fase residual sebanyak 0,84% (2 orang).

5.5. Distribusi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gejala/ Symptom

Distribusi proporsi penderita skizofrenia berdasarkan Gejala/ Symptom yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gejala/ Symptom Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o Gejala / Symptom

Jumlah

f Proporsi

(%) 1 2 Gejala Negatif Gejala Positif 86 151 36,29 63,71


(56)

41

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita skizofrenia yang di rawat inap di Rumah sakit Jiwa Mahoni Medan tahun 2009 yang mengalami gejala positif sebanyak 63,71% (151 orang) dan gejala negatif sebanyak 36,29% (86 orang).

5.6. Distribusi Penderita skizofrenia berdasarkan klasifikasi skizofrenia

Distribusi proporsi penderita skizofrenia berdasarkan klasifikasi skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan tahun 2009 dapat dilitat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Klasifikasi Skizofrenia Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o Klasifikasi Skizofrenia

Jumlah

f Proporsi

(%) 1 2 3 4 5 Skizofrenia Paraniod Skizofrenia Katatonik Skizofrenia Hebefren Skizofrenia simplex Skizofrenia Undeferentiated 142 64 14 6 11 59,92 27,00 5,91 2,53 4,64

Jumlah 237 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 yang terbanyak adalah skizofrenia paranoid sebanyak 142 orang (59,92%) dan yang paling sedikit adalah skizofrenia simplex sebanyak 6 orang (2,53%).

5.7. Tipe PengobatanPenderita skizofrenia

Distribusi proporsi penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Tipe Pengobatan Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009


(57)

42

o Tipe pengobatan

Jumlah f Proporsi

(%) 1

2 3

Farmakoterapi + ECT + Psikoterapi Farmakoterapi + Psikoterapi

Farmakoterapi + ECT

9 112 116 3,80 47,26 48,94

Jumlah 237 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 tipe pengobatan yang diberikan kepada penderita skizofrenia adalah relatif sama yaitu tipe pengobatan Farmakoterapi + ECT sebanyak 48,95% (116 orang) dan menggunakan tipe pengobatan Farmakoterapi + Psikoterapi sebanyak 47,26% (112 orang) dan yang menggunakan tipe pengobatan Farmakoterapi + ECT + Psikoterapi sebanyak 3,80% (9 orang).

5.8. Lama Rawatan RataBRata

Tabel 5.8. Lama Rawatan RataBRata Penderita Skizofrenia Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

Lama Rawatan RataBRata (Hari)

Rata"rata 12,50

Median 10,00

Standard deviasi 11,095

95% convidence of interval 11,08 – 13,92 Coevisien of variation 123,107

Minimum 2

Maksimum 84

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata"rata penderita skizofrenia adalah 12,50 hari, SD = 11,095 dengan CoV = 123,107 hari hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata"rata penderita skizofrenia bervariasi.


(58)

43

5.9. Lama Rawatan RataBRataPenderita Skizofrenia

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Skizofrenia Berdasarkan Lama Rawatan RataBRata Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o Lama Rawatan

Jumlah f Proporsi

(%) 1

2

< 15 hari >15 hari

141 96

59,49 40,51

Jumlah 237 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata"rata penderita skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 < 15 hari sebanyak 59,49% (141 orang) dan > 15 hari sebanyak 40,51% (96 orang).

5.10. Keadaan Sewaktu PulangPenderita Skizofrenia

Distribusi proporsi penderita skizofrenia berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009 seluruh penderita skizofrenia pulang dengan berobat jalan yaitu 100% (237 orang) dan tidak ada penderita skizofrenia pulang atas permintaan sendiri dan pulang dengan keadaan meninggal dunia.


(59)

44

5.11. Analisa Statistik

5.11.1. Umur penderita skizofrenia berdasarkan gambaran klinis

Umur penderita skizofrenia berdasarkan gambaran klinis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Skizofrenia Berdasarkan Gambaran Klinis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009

o Gambaran Klinis

Umur (Tahun)

Total

≤ 35 > 35

% % n %

1 Prodromal 77 79,4 20 20,6 97 100,0

2 Residu 1 50,0 1 50,0 2 100,0

3 Aktif 82 59,4 56 40,6 138 100,0

ρ = 0,005

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita skizofrenia umur ≤ 35 tahun secara bermakna lebih besar pada fase prodromal, sedangkan umur > 35 tahun lebih besar pada fase residu.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi"square diperoleh nilai p< 0,05 , artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur dengan gambaran klinis.


(1)

Page

93

of

113

! ! - &

Lama Rawatan Rata#Rata

Total < 15 hari > 15 hari

Klasifikasi Skizofrenia

paranoid Count 81 61 142

Expected Count 84.5 57.5 142.0

% within Klasifikasi Skizofrenia

57.0% 43.0% 100.0%

% within Lama Rawatan Rata#Rata

57.4% 63.5% 59.9%

% of Total 34.2% 25.7% 59.9%

katatonik Count 40 24 64

Expected Count 38.1 25.9 64.0

% within Klasifikasi Skizofrenia

62.5% 37.5% 100.0%

% within Lama Rawatan Rata#Rata

28.4% 25.0% 27.0%

% of Total 16.9% 10.1% 27.0%

hebefrenik Count 8 6 14

Expected Count 8.3 5.7 14.0

% within Klasifikasi Skizofrenia

57.1% 42.9% 100.0%

% within Lama Rawatan Rata#Rata

5.7% 6.3% 5.9%

% of Total 3.4% 2.5% 5.9%

simplex Count 2 4 6

Expected Count 3.6 2.4 6.0

% within Klasifikasi Skizofrenia

33.3% 66.7% 100.0%

% within Lama Rawatan Rata#Rata

1.4% 4.2% 2.5%


(2)

Page

94

of

113

Undeferentiated Count 10 1 11

Expected Count 6.5 4.5 11.0

% within Klasifikasi Skizofrenia

90.9% 9.1% 100.0%

% within Lama Rawatan Rata#Rata

7.1% 1.0% 4.6%

% of Total 4.2% .4% 4.6%

Total Count 141 96 237

Expected Count 141.0 96.0 237.0

% within Klasifikasi Skizofrenia

59.5% 40.5% 100.0%

% within Lama Rawatan Rata#Rata

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 59.5% 40.5% 100.0%

&. /

Value df

Asymp. Sig. (2#sided)

Exact Sig. (2# sided)

Exact Sig. (1# sided)

Point Probability

Pearson Chi#Square 6.835a 4 .145 .143

Likelihood Ratio 7.786 4 .100 .122

Fisher's Exact Test 6.947 .129

Linear#by#Linear Association

1.781b 1 .182 .200 .102 .022

N of Valid Cases 237

a. 3 cells (30,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43. b. The standardized statistic is #1,335.


(3)

Page

95

of

113

&

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur Pasien * Gambaran klinis

237 100.0% 0 .0% 237 100.0%

- " &

Gambaran klinis

Total fase prodromal fase aktif fase residual

Umur Pasien < 35 tahun Count 77 82 1 160

Expected Count 65.5 93.2 1.4 160.0

% within Umur Pasien 48.1% 51.3% .6% 100.0%

% within Gambaran klinis 79.4% 59.4% 50.0% 67.5%

% of Total 32.5% 34.6% .4% 67.5%

> 35 tahun Count 20 56 1 77

Expected Count 31.5 44.8 .6 77.0

% within Umur Pasien 26.0% 72.7% 1.3% 100.0%

% within Gambaran klinis 20.6% 40.6% 50.0% 32.5%

% of Total 8.4% 23.6% .4% 32.5%

Total Count 97 138 2 237

Expected Count 97.0 138.0 2.0 237.0

% within Umur Pasien 40.9% 58.2% .8% 100.0%

% within Gambaran klinis 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Page

96

of

113

&. /

Value df

Asymp. Sig. (2# sided)

Pearson Chi#Square 10.630a 2 .005

Likelihood Ratio 10.987 2 .004

Linear#by#Linear Association 10.491 1 .001

N of Valid Cases 237

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.

&

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin Penderita * Gejala/ simptoms skizofrenia

237 100.0% 0 .0% 237 100.0%

- " # ! &

Gejala/ simptoms skizofrenia

Total Gejala Negatif Gejala Positif

Jenis Kelamin Penderita Laki#laki Count 58 96 154

Expected Count 55.9 98.1 154.0

% within Jenis Kelamin Penderita

37.7% 62.3% 100.0%

% within Gejala/ simptoms skizofrenia

67.4% 63.6% 65.0%

% of Total 24.5% 40.5% 65.0%

Perempuan Count 28 55 83


(5)

Page

97

of

113

% within Jenis Kelamin

Penderita

33.7% 66.3% 100.0%

% within Gejala/ simptoms skizofrenia

32.6% 36.4% 35.0%

% of Total 11.8% 23.2% 35.0%

Total Count 86 151 237

Expected Count 86.0 151.0 237.0

% within Jenis Kelamin Penderita

36.3% 63.7% 100.0%

% within Gejala/ simptoms skizofrenia

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 36.3% 63.7% 100.0%

&. /

Value df

Asymp. Sig. (2# sided)

Exact Sig. (2# sided)

Exact Sig. (1# sided)

Pearson Chi#Square .360a 1 .549

Continuity Correctionb .210 1 .647

Likelihood Ratio .362 1 .548

Fisher's Exact Test .574 .325

Linear#by#Linear Association .358 1 .549

N of Valid Cases 237

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30,12. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Page

98

of

113

&

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tipe Pengobatan Penderitaan * Gambaran klinis

237 100.0% 0 .0% 237 100.0%

- " &

Gambaran klinis

Total fase

prodromal fase aktif

fase residual Tipe Pengobatan

Penderitaan

Farmakoterapi + ECT + Psikoterapi

Count 4 5 0 9

Expected Count 3.7 5.2 .1 9.0

% within Tipe Pengobatan Penderitaan

44.4% 55.6% .0% 100.0%

% within Gambaran klinis

4.1% 3.6% .0% 3.8%

% of Total 1.7% 2.1% .0% 3.8%

Farmakoterapi + Psikoterapi

Count 46 64 2 112

Expected Count 45.8 65.2 .9 112.0

% within Tipe Pengobatan Penderitaan

41.1% 57.1% 1.8% 100.0%

% within Gambaran klinis

47.4% 46.4% 100.0% 47.3%

% of Total 19.4% 27.0% .8% 47.3%