HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2009.
DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KELURAHAN GUNUNGPATI KECAMATAN
GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2009
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Universitas Negeri Semarang
Oleh: Tri Hartatik NIM 6450402044
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pada Hari : Senin
Tanggal : 13 Juli 2009
Panitia Ujian
Ketua Panitia Sekretaris
Drs. Harry Pramono, M. Si Irwan Budiono, SKM, M. Kes
NIP. 131 469 638 NIP. 132 308 392
Dewan Penguji
1. Eram Tunggul Pawenang, SKM, M.Kes NIP. 132 303 558
2. Drs. Bambang Wahyono, M. Kes NIP. 131 674 366
3. Widya Hary Cahyati, SKM, M. Kes NIP. 132 308 386
(3)
iii
ASI Eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2009. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Drs. Bambang Wahyono, II. Widya Hary Cahyati, SKM., M.Kes (Epid) Kata Kunci: Pemberian ASI Eksklusif, Pengetahuan, Sikap.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada bulan April tahun 2009 yang berjumlah 62 orang. Sampel yang diambil berjumlah 38 orang yang diperoleh dengan menggunakan sistem simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data primer diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji chi-square dengan tingkat kemaknaan =0,05.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p= 0,028), ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p= 0,004).
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dianjurkan adalah 1) Perlu digalakkan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, 2) Perlu dilakukan penyuluhan secara intensif guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu-ibu tentang ASI eksklusif.
(4)
iv
Kota Semarang Year 2009. Finals Project. Public Hygiene Majors, Sportmanship Science Faculty, Semarang State University. Counsellor: I. Drs. Bambang Wahyono,M.Kes., II. Widya Hary Cahyati, SKM. M.Kes (Epid)
Keyword: Giving Exclusive ASI, Knowledge, Attitude
The Problems which studied in this research is relation between knowledge and mother’s attitude with giving of exclusive ASI in Sub-district Gunungpati District Gunungpati Kota Semarang. Purpose of this research is to know relation between knowledge and mother attitude with giving of exclusive ASI in Sub-district Gunungpati District Gunungpati Kota Semarang.
This research type is explanatory research by using approach of cross sectional. Population in this research is all mothers having age baby 6-12 months in Sub-district Gunungpati District Gunungpati Kota Semarang in April 2009 which amounts to 62. Sample taken amounts to 38 mans who obtained by using system simple random sampling. Research Instruman applied in this research is questionaire. Primary data is obtained by interview, while secondary data is obtained by documents in Sub-district Gunungpati District Gunungpati Kota Semarang. The data obtained in this research was proceed by using statistic test chi-square with level of meaning = 0,05.
Based on research result it is obtained that there is the relation which meaning between mother’s knowledges with giving of exclusive ASI ( p= 0,028), the relation which meaning between mother’s attitudes with giving of exclusive ASI ( p= 0,004).
Based on research results,suggestion that suggest is 1) Need to be emboldened giving of exclusive ASI in Sub-district Gunungpati District Gunungpati Kota Semarang, 2) Need to be done counselling intensively to increase knowledge and position of mothers about exclusive ASI.
(5)
v
“Pergunakan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan, yaitu sehatmu sebelum datang sakitmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum datang hari tuamu, masa kayamu sebelum datang kemiskinanmu, hidupmu sebelum datang kematianmu” (HR. Baihaqi)
“Ketekunan bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, membuat kemungkinan menjadi kemungkinan besar, dan membuat kemugkinan besar menjadi pasti”
PERSEMBAHAN :
1. Kedua orang tuaku yang memberikan motivasi, menyayangiku, dan mengiringi langkahku dengan doa.
2. Kakakku tersayang yang selalu memberikan dorongan dan kasih sayang. 3. Teman-temanku IKM ’02.
4. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
(6)
vi
karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2009 ” dapat diselesaikan.
Penyusunan skripsi ini dilakukan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs Harry Pramono, M. Si., Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
2. Bapak dr. Mahalul Azam, M.Kes., Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Irwan Budiono, SKM, M.Kes., Sekretaris Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
4. Bapak Drs. Bambang Wahyono, M. Kes., pembimbing I yang telah dengan sabar dan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Ibu Widya Hary Cahyati, SKM, M.Kes (Epid), pembimbing II yang telah dengan sabar dan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Drs. Sugiharto, M.Kes., dosen wali yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Sungatno, staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Semarang.
8. Teman-temanku tercinta atas dukungan motivasi. 9. Teman-teman IKM ’02.
(7)
vii
ini. Akhir kata, penyusun berharap dengan tersusunnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.
Semarang, Juni 2009
(8)
viii
HALAMAN PENGESAHAN ... .... ii
ABSTRAK ... .iii
ABSTRACT ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... .... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... .... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Keaslian Penelitian ... 5
1.6 Matrik Penelitian ... 6
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengetahuan ... 8
2.2 Sikap ... 10
2.3 Air Susu Ibu (ASI) ... 14
2.3.1 Pengertian ASI ... 14
2.3.2 Volume ASI ... 15
2.3.3 Komposisi ASI ... 16
(9)
ix
2.4 Kerangka Teori ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 28
3.2 Hipotesis Penelitian ... 29
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 29
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 29
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.5.1 Populasi ... 30
3.5.2 Sampel Penelitian ... 30
3.6 Instrumen Penelitian ... 31
3.7 Teknik Pengambilan Data ... 33
3.8 Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum ... 36
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 36
4.1.2 Karakteristik Responden ... 36
4.2 Hasil Penelitian ... 38
4.2.1 Analisis Univariat ... 38
4.2.2 Analisis Bivariat ... 40
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ... 44
5.2 Kelemahan dan Hambatan ... 46
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 47
6.2 Saran ... 47
(10)
x
1.2 Matrik Penelitian ... 6
2.1 Perbedaan Komposisi ASI dan Susu Sapi ... 20
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 29
4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu ... 37
4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu ... 37
4.3 Distribusi Frekuensi Umur Bayi ... 38
4.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Bayi ... . 38
4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu ... 39
4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu ... 39
4.7 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif ... 40
4.8 Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 41
(11)
xi
(12)
xii
Eksklusif ... 42 4.2 Hasil Uji Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 43
(13)
xiii
2. SK Penguji Skripsi ... 51
3. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan ... 52
4. Surat Keterangan telah melakukan penelitian ... 53
5. Kuesioner Penelitian ... 54
6. Skor Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 58
7. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian... 59
8. Data Responden ... 60
9. Rekapitulasi Skor Hasil Penelitian ... 61
10. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 62
11. Tabel Frekuensi Hasil Penelitian ... 63
12. Analisis Data Hasil Penelitian ... 65
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia perlu ditingkatkan dan dilestarikan. Dalam upaya pelestarian penggunaan ASI, yang perlu ditingkatkan adalah pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI segera (kurang lebih satu jam setelah setelah lahir) sampai bayi berumur enam bulan dan memberikan kolostrum yang mengandung semua bahan gizi yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dan melindungi bayi dari penyakit (A. August Burns, dkk, 2000: 157).
Air Susu Ibu (ASI) sangat ideal untuk bayi yang masih tergantung pada air susu untuk mempertahankan kehidupannya. Pemberian ASI akan berjalan dengan baik bila bayi diberikan ASI sesering mungkin dan ibu mau menyusuinya serta mempunyai kepercayaan diri bahwa ibu mampu melakukan hal tersebut (Depkes RI, 2005:1).
Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini (Deddy Muchtadi, 1996:18). Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan selain ASI sampai usia enam bulan.
Air susu seorang ibu secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri. Jumlah dan komposisi ASI berbeda dari hari ke hari sesuai dengan kebutuhannya
(15)
yaitu zat gizi yang masuk ke dalam tubuh anak sesuai dengan laju pertumbuhannya (Utami Roesli, 2001: 25).
Kebiasaan menyusui yang dilakukan oleh ibu-ibu di daerah pedesaan maupun perkotaan perlu dipertahankan, karena ASI merupakan makanan utama dan terbaik bagi bayi. Selain mempunyai kandungan zat gizi sempurna, ASI juga mengandung zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi (Departemen Kesehatan RI, 2002:1).
Dalam masyarakat tradisional di negara-negara berkembang, khususnya di daerah pedesaan, praktik menyusui tidak mengalami masalah bagi ibu-ibu muda. Sebagian besar dari mereka tidak mengetahui susu botol sebagai suatu alternatif, dan mereka dapat menyusui bayinya, walaupun ada sebagian kecil yang tidak dapat memberikannya selama beberapa waktu atau tidak sama sekali (Deddy Muchtadi, 1996:27). Tetapi di daerah dimana susu botol telah menjadi kebiasaan, sulit untuk memberi dorongan bagi ibu-ibu untuk menyusui bayinya.
Dewasa ini di Indonesia 80-90 % para ibu di daerah pedesaan masih menyusui bayinya sampai umur lebih dari satu tahun, tetapi di kota-kota ASI sudah banyak diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI (Soetjiningsih, 1997:29).
Pertumbuhan anak bersusu kaleng tak semutu anak ber-ASI. Anak tumbuh kurang normal, dapat lebih kecil atau bahkan lebih besar. Jika pemakaian susu kaleng tidak menurut aturan, anak menjadi kurus. Jika terlalu banyak susu kaleng, anak menjadi gemuk ( Handrawan Nadesul, 1996: 9).
(16)
Susu kaleng tidak mengandung zat kekebalan seperti ASI. Anak yang diberi susu kaleng mudah terserang diare dikarenakan pencampur dan botol susu yang kurang bersih (Handrawan Nadesul, 1996:9).
Gencarnya promosi dan iklan susu botol memberi pengaruh pada ibu-ibu untuk tertarik membelinya, terutama para ibu dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah. Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat penting dalam menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2002:4).
Penelitian awal yang dilakukan terhadap 30 responden di Kelurahan Gunungpati didapatkan 20% ibu memberikan ASI eksklusif, sedangkan 80% tidak memberikan ASI eksklusif. Kelurahan Gunungpati merupakan suatu desa yang terdiri dari sebelas RW. Kegiatan yang menangani kesehatan ibu dan balita ada pada posyandu yang terdiri dari sebelas kelompok posyandu. Ibu-ibu di Kelurahan Gunungpati mempunyai tingkat pendidikan dan pengetahuan yang berbeda. Guna mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI, peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2009”.
(17)
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: “adakah hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2009?”
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif 2) Mendeskripsikan sikap ibu tentang ASI eksklusif 3) Mendeskripsikan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
4) Menganalisa hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
5) Menganalisa hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Kader Kesehatan
Sebagai motivasi untuk lebih efektif dalam memberikan penyuluhan tentang arti pentingnya pemberian ASI eksklusif.
(18)
1.4.2 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan penelitian ilmiah dalam bidang gizi dan kesehatan masyarakat. 1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih lanjut di masa yang akan datang.
(19)
1.5
Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Nama
Peneliti Tahun dan Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 2 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Menyusui dalam Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kalijambe Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2005 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif Ikhwandi Tri Rahayunings ih April 2005, Desa Kalijambe Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan 2005 Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Cross sectional Cross sectional Variabel bebas: pengetahuan, sikap, praktek ibu menyusui Variabel terikat: pemberian ASI eksklusif Variabel bebas: tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Variabel terikat: pemberian kolostrum, pemberian ASI eksklusif Ada hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu menyusui Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui Tidak ada hubungan antara sikap dan praktek ibu menyusui Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif
(20)
1.6
Matrik Penelitian
Tabel 1.2 Matrik Penelitian
No Ikhwandi Tri Rahayuningsih Tri Hartatik
1 2 3 4 5 6 Judul Penelitian Tahun Penelitian Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Ibu Menyusui dalam Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kalijambe Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2005
2005 Desa Kalijambe Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Cross Sectional Pengetahun, sikap, praktek ibu menyusui
Pemberian ASI eksklusif
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan 2005 Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Cross Sectional
Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Pemberian ASI, Pemberian kolostrum eksklusif Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2009 2009 Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Cross Sectional Pengetahuan ibu, Sikap ibu Pemberian ASI eksklusif
1.7
Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
(21)
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009. 1.7.3 Ruang Lingkup Materi
Materi dalam penelitian ini meliputi gizi kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, pengetahuan dan sikap ibu mengenai ASI.
(22)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal (Depdiknas, 2001). Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:127).
Pengetahuan seseorang dikumpulkan dan diterapkan secara bertahap mulai dari tahap paling sederhana hingga tahap yang lebih lengkap, tahap tesebut adalah:
1) Awareness (kesadaran)
Yaitu orang mengetahui pengetahuan yang baru
2) Interest
Yaitu orang mulai tertarik terhadap pengetahuan tersebut
3) Evaluation
Yaitu orang mulai menimbang-nimbang pengetahuan yang diperolehnya
4) Trial
Yaitu orang sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.
(23)
Yaitu orang sudah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 1997).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:
1) Tahu (know)
Sebagai pengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan kemampuan, yang masuk dalam kategori ini seperti menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3) Aplikasi (application)
Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain untuk memecahkan suatu masalah.
(24)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain. Termasuk dalam kemampuan ini adalah kemampuan membuat bagan (menggambar), membedakan, mengelompokkan, memisahkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesist)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:129-130).
2.2
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek dan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:124).
(25)
Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:125), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek
3. Kecenderungan untuk bertindak
Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Sarlito Wirawan, 2002:94).
Menurut Atkinson yang dikutip oleh Sunaryo (2004:199-200), sikap memiliki 5 fungsi, yaitu:
1) Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan manfaat dan menggambarkan keinginan. 2) Fungsi Pertahanan Ego
Sikap diambil individu untuk melindungi diri dari kecemasan yang mengancam harga dirinya.
3) Fungsi Nilai Ekspresi
Sikap diambil individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam diri. 4) Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu untuk menerima informasi yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
(26)
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997) yang dikutip oleh Sunaryo (2004: 200-201), sikap memiliki 4 tingkat, yaitu:
1) Menerima (receiving)
Individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan. 2) Merespon (responding)
Individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Menghargai (valuing)
Individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung risiko atas segala hal yang telah dipilihnya.
Menurut Bimo Walgito (2004) ada 4 hal yang menjadi faktor penentu sikap individu, yaitu:
1) Faktor Fisiologis
Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan. 2) Faktor Pengalaman Langsung terhadap Objek Sikap
Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut.
(27)
3) Faktor Kerangka Acuan
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.
4) Faktor Komunikasi Sosial
Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap:
1) Faktor intern: faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar
2) Faktor ekstern: faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok (Abu Ahmadi, 2000:171).
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2000), yang dikutip oleh Sunaryo (2004:204), ada beberapa cara untuk membentuk dan mengubah sikap individu, yaitu:
1) Adopsi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus menerus.
(28)
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi, dan bertambahnya umur.
3) Integrasi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap secara bertahap, diawali dengan pengetahuan dan pengalaman sehingga akan terbentuk sikap terhadap suatu objek.
4) Trauma
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan mendalam pada diri individu. 5) Generalisasi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada individu terhadap hal tertentu sehingga menimbulkan sikap negatif.
Pengukuran tentang sikap dapat dilakukan secara langsung maupun dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis yang kemudian ditanyakan pada responden (bisa dengan pilihan jawaban setuju, ragu-ragu, tidak setuju, benar salah, atau yang lain) (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:131-132).
2.3
Air Susu Ibu (ASI)
(29)
ASI menurut Departemen Kesehatan RI (2002:1), yang dimaksud dengan ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. ASI merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI-nya cukup untuk bayinya. Di samping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Depkes RI, 2005:1).
2.3.2 Volume ASI
Dalam kondisi normal, kira-kira 100 ml ASI pada hari kedua setelah melahirkan, dan jumlahnya akan meningkat sampai kira-kira 500 ml dalam minggu kedua. Secara normal, produksi ASI yang efektif dan terus menerus akan dicapai pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan (Deddy Muchtadi, 1996:30).
Sedangkan menurut Sjahmien Moehji (2003: 35), apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan terus bertambah mencapai 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Dalam masa usia satu sampai tiga bulan, apabila ibu sehat maka produksi ASI mencapai 600 ml sehari.
Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan, hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. Emosi, seperti tekanan (stres) atau kegelisahan, merupakan
(30)
faktor penting yang mempengaruhi jumlah produksi ASI selama minggu-minggu pertama menyusui (Deddy Muchtadi, 1996:31).
2.3.3 Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI, adalah: 1. Stadium laktasi
2. Ras
3. Keadaan nutrisi 4. Diit ibu
(Soetjiningsih, 1997:20).
Air Susu Ibu (ASI) menurut stadium laktasi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kolostrum
Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-tujuh berupa cairan kental berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
(31)
Karakteristik kolostrum:
(1) Cairan ASI lebih kental dan berwarna kuning (2) Lebih banyak mengandung protein
(3) Lebih banyak mengandung antibodi (4) Kadar lemak dan karbohidrat lebih rendah (5) Total energi hanya 58 kalori/100 ml kolostrum (6) Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam
2. ASI Transisi/Peralihan
Merupakan ASI yang diproduksi pada hari ke-4 atau 7 sampai hari ke-10 atau 14. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.
Karakteristik ASI masa peralihan:
(1) Kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi dibandingkan kolostrum
(2) Volumenya semakin tinggi dibanding kolostrum 3. ASI Mature
Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya. Komposisi relatif konstan.
Karakteristik ASI mature:
(1) Cairan berwarna putih kekuning-kuningan (2) pH 6,6-6,9
(32)
(4) Kadar air dalam ASI mature: 88 gram/100 ml
(5) Volume ASI antara 300-850 ml/24 jam (Utami Roesli, 2001:25). Nutrisi ASI mengandung beberapa unsur, diantaranya:
1. Hidrat Arang (Laktosa)
Produksi dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosamin merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis yaitu untuk pembentukan myelin (selaput pembungkus sel saraf) (Hubertin Sri Purwanti, 2004:7). Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan lactobacillus sebagai penghuni usus dan dapat mencegah terjadinya infeksi (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002:6).
Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang merupakan sumber kalori bagi serabut saraf otak. Laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor, dan magnesium yang penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa oleh fermentasi diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini akan membuat suasana usus menjadi asam, kondisi ini menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadi tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik (Hubertin Sri Purwanti, 2004:7-8).
2. Protein
Susu sapi mengandung tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar berbentuk kasein yaitu sekitar 80% dan sisanya berupa protein “whey” yang larut. Kandungan kasein yang tinggi dan sifatnya yang mudah menggumpal di dalam lambung yang relatif keras bila bayi diberi susu sapi,
(33)
sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase. ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi (Hubertin Sri Purwanti, 2004:12-13).
3. Mineral
Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibandingkan kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmobar, yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya, bayi menjadi sering kencing (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002:6).
4. Lemak
ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5%, namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tek jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002:5).
5. Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang essensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit tertentu. Pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Kebutuhan vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh
(34)
ASI selama 4-6 bulan pertama, jika asupan makanan ibu cukup seimbang (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002:7).
Vitamin yang ada di dalam ASI seperti vitamin A, tiamin, vitamin C bervariasi menurut makanan yang dikonsumsi ibu. Hanya terdapat sedikit vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio (rickets) jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering kena sinar matahari (Deddy Muchtadi, 2002:34).
Usus bayi belum mampu membuat vitamin K, pada minggu pertama, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami perdarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses pembekuan darah. Pemberian vitamin K dapat dilakukan pada hari ke-1. ke-3, ke-7. Golongan vitamin B kecuali riboflavin dan patogenik sangat kurang, tetapi tidak perlu ditambahkan karena kebutuhan bayi akan dicukupi oleh makanan yang dikonsumsi ibu (Hubertin Sri Purwanti, 2004:20-21).
Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi ASI dan Susu Sapi
(35)
Energi (Kkal) Air (g) Protein (g) Rasio kasein:whey Lemak (g) Laktosa (g)
Vitamin A (Retinol) (μg) Beta karoten (μg)
Vitamin D larut dalam lemak (μg) Vitamin D larut dalam air (μg) Vitamin C (mg)
Tiamin (Vitamin B1) (mg) Riboflavin (Vitamin B2) (mg) Niasin (mg)
Vitamin B12 (μg) Asam folat
Kalsium (Ca) (mg) Best (Fe) (mg) Tembaga (Cu) (μg) Seng (Zn) (μg)
70 89,7 1,07 1 : 1,5
4,2 7,4 60 0 0,01 0,80 3,8 0,02 0,03 0,62 0,01 5,2 35 0,08 39 295 67 90,2 3,4 1 : 0,2
3,9 4,8 31 19 0,03 0,15 1,5 0,04 0,20 0,89 0,31 5,2 124 0,05 21 361
Keterangan: Air susu sapi yang belum diolah, 100 ml = 13 g; 100g = 97 ml (Deddy Muchtadi, 1996:33).
2.3.4 Kebaikan ASI sebagai Makanan Bayi
Menurut Sjahmien Moehji (2003:33), kebaikan dari air susu ibu sebagai makanan bayi antara lain adalah:
1. ASI cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama ASI keluar secara normal.
2. Dalam ASI sudah terdapat bahan-bahan anti yang berasal dari ibu, sehingga dapat mempertahankan bayi dari gangguan beberapa jenis penyakit.
3. Karena ASI sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, maka kemungkinan masuknya bakteri sedikit sekali.
(36)
5. Karena bayi sendiri yang mengatur jumlah susu yang akan diminum, maka bayi tidak mudah tersedak.
6. Dengan menyusu, maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat. 7. Menyusui bayi berarti mempererat rasa kasih antara ibu dan anak.
8. ASI tidak usah dimasak atau diolah lebih dulu, sehingga sangat memudahkan bagi ibu.
2.3.5 Faktor Pelindung dalam ASI
Pada waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberi perlindungan baik secara aktif maupun pasif, karena ASI tidak hanya menyediakan perlindungan terhadap infeksi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi. Dengan zat anti infeksi dari ASI, maka bayi yang diberi ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit (Utami Roesli, 2001:29).
2.3.6 Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (2002:5), ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain.
Menurut Utami Roesli (2001:31), manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi adalah:
(37)
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
2. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat daya tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran. Dengan memberi ASI yang mengandung zat kekebalan tubuh dapat melindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. 3. Meningkatkan Kecerdasan
Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
4. Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu pada waktu menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya, serta merasakan rasa aman dan tenteram, terutama karena mendengar detak jantung ibu yang telah dikenal sejak ia dalam kandungan ibunya.
2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pemberian ASI 1) Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi banyak mengandung zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi.
(38)
Tetapi karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Mereka berpendapat dan percaya bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak (FG Winarno, 1992:54).
Seorang ibu yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya. Sekalipun berpendidikan rendah kalau seorang ibu rajin mendengarkan TV, radio serta dalam penyuluhan ikut serta tidak mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja perlu dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh (Suharyono, Rulina Suradi, 1992:19).
Sebagian besar kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu cukup mempunyai pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Keadaan ini akan membawa pengruh buruk terhadap tingkat gizi bayi (Sjahmien Moehji, 1992:12).
2) Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif
Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau pengalaman, penyuluhan tentang ASI dan seluk beluknya dari orang lain, maupun dari buku-buku bacaan dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang dipunyainya dan
(39)
ia akan memberikan sikap negatif terhadap ASI, jika pengetahuan tentang hal itu kurang (Sri Haryati, 2006:19).
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya dengan pengetahuan dan pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui pada masa lalu akan mempengaruhi sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri ibu dalam menyusui anaknya. Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, nasehat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap menyusui (Depkes RI, 1994:13).
3) Pendidikan Ibu
Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu mempengaruhi keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya yang mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik dan mempunyai perhatian lebih besar terhadap kebutuhan gizi anak. Demikian juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih, mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi pula (Ratna Susanti, 2000:15). Amat sering keinginan dan kebutuhan ibu tidak dikenali dan tidak didukung kesehatan fisik dan emosional ibu. Pendidikan ibu mempengaruhi praktik-praktik menyusui mereka dan aspek-aspek lain dalam merawat anak-anaknya (Depkes RI, 2002:4).
(40)
4) Sosial Budaya
Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Ada pandangan sebagian masyarakat bahwa menyusui dapat merusak payudara seingga mengganggu kecantikan ibu tersebut dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui merupakan perilaku kuno. Bila ingin disebut modern, ibu menggunakan susu formula (Ipuk Dwiana Murwanti, 2005:20-21).
Perubahan sosial budaya yang sering terjadi di masyarakat akan membawa pengaruh terhadap perubahan tata nilai masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada di masyarakat dapat bergeser ke arah positif maupun negatif. Kebiasaan-kebiasaan positif mungkin dapat memperbaiki tradisi dalam pemberian ASI diantaranya:
1. Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat
2. Kepercayaan minum “wejah” sejenis minuman atau jamu dari daun-daunan tertentu seperti di Jawa dari daun dadap, dengan keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak keluar
3. Kepercayaan bahwa ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci payudara dan ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung “unsur manusia”
4. Kebiasaan untuk memisahkan bayi dan ibunya, mendekatkan hubungan batin antara ibu dan bayi ( Depkes RI, 2005:43-44).
5) Pekerjaan Ibu
Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan ibu dan anak menjadi rewel (Depkes RI, 2005:44). Waktu kerja yang dimaksud adalah 7 jam
(41)
sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu (AM Sugeng Budiono,dkk, 2003:3). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif, ASI eksklusif harus dijalani selama enam bulan tanpa intervensi makanan dan minuman lain meskipun cuti hamil hanya tiga bulan. Seorang ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja (Utami Roesli, 2000:38). Ibu bekerja harus mendapat dukungan untuk melakukan menyusui eksklusif dalam enam bulan pertama dan melanjutkan menyusui setelah pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI, 2002:16). Berbagai kendala yang dihadapi dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif salah satunya adalah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan ASI. Hal ini diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2002:6). 6) Kemampuan Ibu untuk Menyusui
Kemampuan ibu untuk menyusui berbeda antara ibu yang satu dengan yang lain, hal ini disebabkan (A. August Burns, 2000:167):
1. Produksi ASI
Ibu-ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup untuk bayinya tetapi hal ini tidak benar. Jumlah ASI dalam payudara tergantung pada berapa banyak bayi menghisap payudara. Makin banyak bayi menghisap makin banyak pula produksi ASI.
(42)
2. Masalah puting susu
Keadaan puting susu yang datar atau masuk ke dalam, tetapi tetap bisa memberikan ASI tanpa masalah, hal ini dikarenakan bayi menghisap payudara bukan hanya puting susu.
2.4
2.5
Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Lawrence Green (1980) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003) Faktor Predisposisi
- Pengetahuan - Sikap - Pendidikan - Pekerjaan - Sosial Budaya Faktor Pendukung
Kemampuan Ibu untuk Menyusui
Faktor Pendorong Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan
(43)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Variabel pengganggu dikendalikan dengan:
1) Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan sosial budaya diasumsikan sama karena berada di satu wilayah yang sama
2) Responden yang diambil adalah ibu yang tidak bekerja dengan pendidikan SMP atau SMA
3) Sosial budaya dianggap sama karena responden berada dalam satu wilayah. Variabel Bebas
-Pengetahuan Ibu -Sikap Ibu
Variabel Terikat Pemberian ASI
Eksklusif
Variabel Pengganggu Sikap dan perilaku
petugas kesehatan Pekerjaan ibu Pendidikan Ibu Sosial budaya
(44)
3.2
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2009. 2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan
Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2009.
3.3
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel
Variabel Definisi Operasional Kategori Skala
Pengetahuan tentang ASI
Adalah kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan ASI eksklusif.
1) Baik, jika total skor
≥13
2) Kurang baik, jika total skor <13
Ordinal
Sikap ibu terhadap
pemberian ASI
Ungkapan perasaan responden terhadap pemberian ASI eksklusif
1) Baik, jika total skor
≥12
2) Kurang baik, jika total skor <12
Ordinal
Praktek
pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI saja sampai usia enam bulan oleh responden
1) Eksklusif, jika total skor=3
2) Non eksklusif, jika total skor <3
Nominal
3.4
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, melalui observasi/pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yaitu tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat penelitian tersebut (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 1995:57).
(45)
3.5
Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia > 6-12 bulan di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati sebanyak 62 responden.
3.5.2Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Ibu yang berpendidikan SMP atau SMA
2) Ibu yang tidak mempunyai pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga 3) Kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu yang mempunyai bayi umur > 6-12 bulan tetapi tidak bersedia menjadi responden
Cara perhitungan sampel:
n= ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 2 1 2 1 P P Z N d N P P z − + − − − − α α (Lamesho, 1997:53)
(46)
Keterangan:
n= perkiraan besar sampel Z= tingkat kepercayaan
α= tingkat signifikansi N= jumlah populasi d= tingkat presisi = 5% P= proporsi populasi = 0,5
Dari perhitungan dengan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 38 responden.
3.6
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 48). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:116).
Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
3.6.1 Validitas
Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun oleh peneliti mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner
(47)
tersebut. Teknik yang dipakai adalah teknik korelasi ”Product moment” dengan menggunakan bantuan program komputer. Uji validitas dilakukan pada 20 orang ibu di luar sampel penelitian yang mempunyai karakteristik sama. Uji validitas dinyatakan valid apabila ada dari hasil pengukuran tiap item soal lebih besar dari r tabel yaitu 0,444 yang didapatkan dari r product moment dengan α = 5%.
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji reliabilitas dengan teknik Alfa Cronbach dengan menggunakan bantuan komputer yang dilakukan pada 20 ibu di luar sampel penelitian yang mempunyai karakteristik yang sama.
3.7
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data yang hendak diteliti dengan metode yang ditentukan oleh peneliti. Metode yang digunakan dalam mengambil data oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1) Teknik Pengambilan Data Primer
Data primer dalam penelitian ini meliputi pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI, serta pemberian ASI eksklusif. Data primer dilakukan dengan menggunakan metode wawancara.
(48)
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) dengan menggunakan panduan kuesioner.
Wawancara dalam ini dilakukan secara langsung dengan ibu-ibu yang mempunyai bayi umur >6-12 bulan yang sudah memenuhi kriteria sampel dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
2) Teknik Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati dan data jumlah bayi umur >6-12 bulan.
3.8
Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian.
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Editing
Editing dilakukan guna mengoreksi data hasil penelitian yang meliputi kelengkapan pengisian data identitas responden.
2) Koding
Koding dilakukan dengan cara memberikan kode pada jawaban hasil penelitian guna mempermudah dalam proses pengelompokan dan pengolahannya.
(49)
3) Tabulasi
Tabulasi dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban hasil penelitian yang serupa dan menjumlahkannya dengan cara teliti dan teratur ke dalam tabel yang telah disediakan.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 cara, yaitu:
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap variabel yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu dan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada, yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
3.8.2Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel pengetahuan ibu dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Karena skala data pada penelitian ini berbentuk ordinal dan nominal maka menggunakan uji Chi square dengan syarat tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20%, namun jika tidak memenuhi syarat maka menggunakan alternatif uji Fisher atau Kolmogorof-smirnov (M. Sopiyudin Dahlan, 2005:18).
(50)
9
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Kelurahan Gunungpati merupakan satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Gunungpati. Kelurahan ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Cepoko Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang Sebelah Barat : Kabupaten Kendal Sebelah Timur : Kelurahan Plalangan
Jumlah penduduk Kelurahan Gunungpati sebanyak 5973 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2911 jiwa (48,71%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 3062 jiwa (51,29%).
Dalam bidang pelayanan kesehatan, Kelurahan Gunungpati termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Gunungpati dan memiliki jumlah posyandu sebanyak 11 buah sebagai wadah pelayanan kesehatan masyarakat.
4.1.2 Karakteristik Responden 4.1.2.1 Umur Ibu
(51)
Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok umur ibu dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu
Kelompok Umur (tahun) Frekuensi Prosentase (%) 24 – 31
32 – 39
25 13
65,79 34,21
Total 38 100,00
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa umur responden antara 24 sampai 31 tahun sebanyak 25 orang (65,79%), sedangkan umur responden antara 32 sampai 39 tahun sebanyak 13 orang (34,21%).
4.1.2.2 Pendidikan Ibu
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu Frekuensi Prosentase (%)
SMP SMA
3 35
7,89 92,11
Total 38 100,00
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA dengan prosentase sebesar 92,1% (sebanyak 35 responden). 4.1.2.3 Umur Bayi
Distribusi frekuensi berdasarkan umuir bayi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(52)
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Bayi
Umur Bayi Frekuensi Prosentase (%)
7 8 9 10 11 12 11 9 7 4 5 2 28,95 23,68 18,42 10,53 13,16 5,26
Total 38 100,00
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa bayi yang paling banyak berumur 7 dan 8 bulan dengan prosentase masing-masing 28,95% dan 23,68%. 4.1.2.4 Jenis Kelamin Bayi
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin bayi dapat dilihat pada tabel.di bawah ini:
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Bayi
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki Perempuan 18 20 47,37 52,63
Total 38 100,00
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jenis kelamin bayi adalah laki-laki sebanyak 18 bayi (47,37%) dan perempuan 20 bayi (52,63%).
4.2
Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian yang dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan pemberian ASI eksklusif.
(53)
4.2.1.1 Pengetahuan Responden
Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabeldi bawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
Baik
Kurang Baik
21 17
55,3 44,7
Total 38 100,00
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat responden dengan pengetahuan baik berjumlah 21 orang (55,3%), pengetahuan kurang baik sebanyak 17 orang (44,7%).
4.2.1.2 Sikap Responden
Distribusi frekuensi berdasarkan sikap responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu
Sikap Ibu Frekuensi Prosentase (%)
Baik
Kurang Baik
15 23
39,47 60,53
Total 38 100,00
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat responden dengan sikap baik sebanyak 15 orang (39,47%), sikap kurang baik sebanyak 23 orang (60,53%).
(54)
Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat responden yang memberi ASI eksklusif sebanyak 23 orang (60,5%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 orang (39,5%).
4.2.2 Analisis Bivariat
Uji bivariat pada penelitian “hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2009“ menggunakan rumus chi square, dimana uji tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati yang meliputi:
4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil pengujian untuk pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
Pemberian ASI Jumlah Prosentase (%)
Eksklusif Noneksklusif
23 15
60,5 39,5
(55)
eksklusif menyatakan hasil seperti di bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Bebas Variabel Terikat
P value Pengetahuan Ibu
Pemberian ASI Total
Eksklusif Non Eksklusif
∑ % ∑ % ∑ %
Baik 16 42,1 5 13,2 21 55,3
0,028 Kurang Baik 7 18,4 10 26,3 17 44,7
Total 23 60,5 15 39,5 38 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif pada bayi sebanyak 16 orang (42,1%) dan responden dengan pengetahuan baik tetapi tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi sebanyak 5 orang (8,3%). Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik dan memberi ASI eksklusif pada bayi sebanyak 7 orang (18,4%), dan responden dengan pengetahuan kurang baik tapi tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi sebanyak 10 orang (26,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi square antara variabel pengetahuan ibu tentang ASI dengan variabel pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,028 (<0,05) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati.
(56)
Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
42.1 18.4 13.2 26.3 0 10 20 30 40 50
Baik Kurang Baik
Pengetahuan Ibu F re k ue ns i (%) Eksklusif Noneksklusif
Grafik 4.8 Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
4.2.2.2 Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil pengujian untuk sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif menyatakan hasil seperti di bawah ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Variabel
Bebas
Variabel Terikat
P value Sikap Ibu
Pemberian ASI Total
Eksklusif Non Eksklusif
∑ % ∑ % ∑ %
Baik 10 26,3 5 13,2 21 55,3
0,523 Kurang Baik 13 34,2 10 26,3 17 44,7
Total 23 60,5 15 39,5 38 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai sikap baik dan memberikan ASI eksklusif pada bayi sebanyak 10 orang (26,3%) dan responden dengan pengetahuan baik tetapi tidak memberikan
(57)
ASI eksklusif pada bayi sebanyak 13 orang (34,2%). Responden dengan pengetahuan kurang baik dan memberi ASI eksklusif sebanyak 5 orang (13,2%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik tapi tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi sebanyak 10 orang (26,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square antara variabel sikap ibu tentang ASI dengan variabel pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,532 (>0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gununugpati.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Hasil Uji Hubungan Sikap Ibu dengan pemberian ASI eksklusif
26.3
34.2 13.2
26.3
0 10 20 30 40
Baik Kurang Baik
Sikap Ibu
F
reku
en
si
(%
)
Eksklusif Noneksklusif
(58)
9
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan
5.1.1 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil penelitian menunjukkkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kota Semarang dengan nilai p value sebesar 0,028. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (55,3%) dengan pengetahuan baik dan 44,7% (17 responden) mempunyai pengetahuan kurang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).
Hal ini sejalan pula dengan teori Green bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama dimana salah satu faktor predisposisi yang ada di dalamnya terdapat pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:13).
penelitian terdahulu (Tri Rahayuningsih, 2005), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif tetapi dengan tingkat keeratan yang berbeda.
(59)
5.1.2 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati dengan nilai p value sebesar 0,532. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 39,5 % (15 responden) dan 60,5% (23 responden) mempunyai sikap kurang baik.
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi, dan sebagainya (Abu Ahmadi, 1999:172). Sikap dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu (Sofiyatun, 2007), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tetapi dengan tingkat keeratan yang berbeda.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terdapat banyak hambatan dan kelemahan, antara lain: 1) Penelitian menggunakan desain cross sectional, dimana data yang diperoleh
hanya dengan satu kali pengukuran sehingga belum bisa menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian ASI eksklusif
(60)
secara menyeluruh.
2) Hasil penelitian tergantung pada kejujuran responden, karena dalm penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner.
(61)
9
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan
6.1.1 Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2009
6.1.2 Ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2009
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain: 1) Bagi ibu, perlu peningkatan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif bagi bayi untuk menunjang pertumbuhan.
2) Bagi ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif pada anak berikutnya.
3) Bagi petugas kesehatan, hendaknya aktif dalam sosialisasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.
(62)
9
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Ilmu
A. August Burns, dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
Bimo Walgito. 2004. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset
Deddy Muchtadi. 1996. Gizi Untuk Bayi: ASI, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Jakarta: Sinar Harapan
Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat
______________________. 2002. Pedoman Pengembangan Teknologi Tepat Guna Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat ______________________. 2002. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Ibu
Hamil dan Menyusui. Jakarta: Depkes RI
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. 2002. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara
Handrawan Nadesul. 1996. Cara Sehat Mengasuh Anak. Jakarta: Puspa Swara Hubertin Sri Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC Ipuk Dwiana Murwanti. 2005. (Skripsi) Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0-4 Bulan di Desa Paremono Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Semarang: FKM Undip
M. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Bina Mitra Press
(63)
Ratna Susanti. 2002. (Skripsi) Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif (Studi di Desa Tidu Kecamatan Bikareja). Semarang: FKM Undip
Sarlito Wirawan. 2002. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang Sjahmien Moehji. 1992. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta: Bhatara
Karya Aksara
________________. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papas Sinar Sinanti
Soekidjo Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta __________________. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
__________________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Sri Haryati. 2006. (Skripsi) Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif sampai 4 Bulan di Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Semarang: FKM Undip
Stanley Lameshow. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Suharyono, Rulina Suradi, dkk. 1992. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tri Rahayuningsih. 2005. (Skripsi) Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan. Semarang: FIK UNNES
Utami Roesli. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
(64)
FORMULIR KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KELURAHAN GUNUNGPATI
KECAMATAN GUNUNGPATI TAHUN 2009
Petunjuk :
1.
Semua pertanyaan mohon dijawab sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
2.
Berilah nomor pada kolom yang tersedia sesuai dengan
jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaan diri
anda.
I.Karakteristik Responden
a.
Identitas Ibu
1.
No responden
:
2.
Tanggal pengisian
:
3.
Nama responden :
4.
Umur :
5.
Pendidikan :
(65)
6.
Alamat :
b.
Identitas Bayi
1.
Nama :
2.
Tempat tanggal lahir :
3.
Umur :
4.
Anak ke-
:
5.
Jenis kelamin
:
II.Pengetahuan Ibu Tentang ASI
o
Pernyataan
a idak
ASI diberikan segera setelah bayi
lahir.
ASI pertama kali keluar,
berwarna kekuning-kuningan dan
(66)
kental harus diberikan pada bayi.
Kolostrum berwarna
kekuning-kuningan dan kental harus
dibuang.
Memberikan ASI saja pada
bayi minimal sampai usia enam bulan.
Makanan pendamping
diberikan pada bayi usia 6 bulan ke
atas.
ASI eksklusif adalah
memberikan ASI saja tanpa makanan
tambahan lain sampai bayi berusia 6
bulan.
ASI diberikan pada bayi di
manapun dan kapanpun saat bayi
(67)
membutuhkan.
Semakin banyak bayi
menghisap ASI, maka semakin banyak
pula produksi ASI
ASI harus tetap diberikan
ketika ibu bekerja.
0
Bayi dapat mengalami diare
ketika diberi makanan tambahan
sebelum usia 6 bulan.
1
Ibu tidak boleh mengkonsumsi
ikan selama menyusui
2
Menyusui harus dilakukan
dengan perasaan senang.
3
Ketika bayi sakit, ASI harus
tetap diberikan
(68)
4
Ibu harus mengkonsumsi
makanan yang bergizi seimbang
selama menyusui.
5
Menyusui secara eksklusif
dapat meningkatkan jalinan kasih
sayang antara ibu dan anak
6
Dalam menyusui, dukungan
suami dan orang terdekat tidak
diperlukan.
7
Menyusui menyebabkan
penampilan ibu tidak menarik lagi
8
Kolostrum mengandung zat
antibodi yang mampu melindungi
tubuh bayi dari berbagai penyakit
infeksi.
(69)
9
Kolostrum yang berwarna
kuning dan kental lebih banyak
mengandung protein dan antibodi.
0
Memberi ASI eksklusif saja
menyebabkan bayi kekurangan gizi
1
ASI merupakan nutrisi yang
paling tepat untuk bayi karena sesuai
dengan kebutuhan bayi pada masa
pertumbuhannya.
2
Memberikan ASI dapat
meningkatkan kecerdasan bayi.
3
Menyusui secara ekslusif
dapat menunda kehamilan.
4
Memberi ASI sangat
merepotkan
(70)
III.
Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI
o
Pernyataan
etuju idajk
Setuju
ASI sebaiknya diberikan pada
bayi sampai usia 2 tahun
Bayi diberi ASI saja tanpa
makanan tambahan lain sampai usia 6
bulan.
Ibu yang berhasil menyusui
anak sebelumnya akan menunjang
pemberian ASI pada anak berikutnya
Bayi yang sakit tetap diberikan
ASI
(71)
Pertumbuhan bayi akan
terganggu apabila hanya diberi ASI saja
sampai berumur 6 bulan
ASI dapat meningkatkan
kecerdasan anak
Menyusui secara eksklusif
sangat merepotkan ibu.
Menyusui secara eksklusif dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang
antara ibu dan bayi
Menyusui secara eksklusif dapat
meningkatkan daya tahan tubuh bayi
0
Menyusui secara eksklusif dapat
memberikan nutrisi yang cukup bagi
bayi
(72)
1
Kolostrum harus diberikan pada
bayi
2
Menyusui secara eksklusif dapat
mengurangi risiko kanker indung telur
3
Menyusui lebih praktis dan tidak
merepotkan
4
Makanan pendamping sebaiknya
diberikan ketika bayi berusia lebih dari
6 bulan.
5
Menyusui dapat mengurangi
rasa percaya diri ibu.
6
Menyusui secara eksklusif dapat
mengembalikan bentuk badan ibu
7
Susu yang pertama kali keluar
dan berwarna kuning tidak diberikan
(73)
pada bayi
8
Susu formula lebih praktis dari
ASI
IV.Praktek Pemberian ASI Ekslusif
Apakah ibu memberikan susu yang pertama kali
keluar setelah melahirkan (kolostrum) dan hanya
memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan?
1. Ya
2. Tidak
SKOR VALIDITAS DAN REABILITAS KUESIONER
PENELITIAN
(74)
o
Kode
Responden
Peng
etahuan Ibu
S
ikap Ibu
Pem
berian ASI
2 3
4
5
1
UC-01 1 1 1
2
UC-02 1 1 1
3
UC-03 1 1 1
4
UC-04 1 1 1
5
UC-05 2 1 1
6
(75)
7
UC-07 1 1 1
8
UC-08 1 1 1
9
UC-09 2 2 2
0
UC-10 2 2 2
1
UC-11 1 2 2
2
UC-12 2 2 2
3
UC-13 1 1 1
4
UC-14 2 2 2
(76)
5
6
UC-16 1 1 1
7
UC-17 2 2 2
8
UC-18 2 1 2
9
UC-19 1 1 1
0
(77)
PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
KUESIONER PENELITIAN
(78)
Sc
ale Mean
if Item
Deleted
Sc
ale
Variance
if Item
Deleted
C
orrected
Item-Total
Correlatio
n
Sq
uared
Multiple
Correlatio
n
Cr
onbach's
Alpha if
Item
Deleted
Pe
ngetahuan
2.
80
.9
05
.7
26
.6
32
.8
84
Sik
ap
2.
80
.9
05
.7
26
.6
32
.8
84
Pra
k Pemb
ASI
2.
80
.8
00
.8
90
.7
92
.7
37
(79)
(80)
DATA RESPONDEN
o
Nama
Ibu
Nama
Bayi
mur
(bln)
J
enis
Kelamin
Bayi
A
lamat
Siti
Masruroh
Zahra
Fatima P
M
agersari
Ani M.
L
M
(81)
Fatika Ardian
agersari
Dina
Arman
Pramudya L
M
agersari
Nana
Ririn
Maulida 2 P
M
agersari
Umi
Arini
Paramit
ha 0
P
M
agersari
Atika
Putri
Fardan
Eka P
1
L
Ja
galan
Siti
Zaenab
Aliya
Wardani P
Ja
galan
Arti
Ariyani
Rina
Fernanda P
Ja
galan
Fitria Resti
P
Ja
galan
(82)
0 Nunik
Mocca
Prastyo 0 L
N
gabean
1 Asih M.
Aziz
L
N
gabean
2 Nurul M.
Faiz
L
N
gabean
3
Sri
Rejeki
Melisa
Anjani P
N
gabean
4
Kusw
ati
Hardian
Saputra L
N
gabean
5
Wahy
u Anna
Natania
P
K
liwonan
6
Siti
Maesaroh
Firalia
Asmara 0 P
K
liwonan
(83)
7 a
Pratama
liwonan
8
Nur
Wati
Moza
Paramitha P
K
liwonan
9
Marti
ni
Najwa
Azahra P
N
grembel
0
Kartik
a
Bayu
Nugroho 0 P
N
grembel
1
Eviya
ni
Tristani
a P
N
grembel
2
Siti
Maemunah
Desi
Novitasari P
N
grembel
3
Inayat
i
Anike
Putri 0
P
P
erbalan
4
Fitri
Handayani
Noval
Pradita L
P
erbalan
(84)
5 Reni
Ardi
Setiawan 2 L
P
erbalan
6
Cician
i
Fani
Rahmawati 1
P
P
erbalan
7 Santi
Salsabil
a 0
P
N
glarang
8
Desi
Fitriana
Erika
Putri P
N
glarang
9
Wiwi
k Widayati
Sabrina
Fahrani P
N
glarang
0
Hartin
i
Anjas
Pangestu L
N
glarang
1
Inaya
h
Raditya
Pratama 0 L
Si
roto
Yanti Ayu
P
Si
(85)
2 Anjani
roto
3
Ayu
Kusuma
Eza
Saputra L
Si
roto
4
Rini
Sulastri
Estika
Aliya P
Si
roto
5
Yayu
k
Aditya
Kurniawan L
M
alon
6
Wula
ndari
Indra
Subakthi L
M
alon
7 Weni
Ridho
Faturahman L
M
alon
8
Kartin
i Nabila
P
M
(86)
TABEL SKOR PENGETAHUAN IBU
o
Pernyataan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
(87)
0
1
2
(88)
4
5
6
7
8
9
0
(89)
2
3
4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
5
6
(90)
8
9
0
1
2
3
4
(91)
6
7
(92)
TABEL SKOR SIKAP IBU
N
o
Respon
den
Pernyataan
0 1 2 3 4 5 6 7 8
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
(93)
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
(94)
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
(95)
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
(96)
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
(97)
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7
3
8
(98)
(99)
9
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN
o
Na
ma
Peng
etahuan Ibu
Sikap
Ibu
Pembe
rian ASI
2 3 4 5
Siti
Masruroh Baik
Baik
Eksklus
if
Ani
Fatika
Kura
ng Baik
Kuran
g Baik
Non
Eksklusif
Din
a Baik
Baik
Eksklus
if
Nan
a
Kura
ng Baik
Kuran
g Baik
Non
Eksklusif
(100)
Umi
Arini
Kura
ng Baik
Kuran
g Baik
Non
Eksklusif
Atik
a Putri
Baik
Baik
Eksklus
if
Siti
Zaenab
Kura
ng Baik
Kuran
g Baik
Eksklus
if
Arti
Ariyani Baik
Baik
Non
Eksklusif
Fitri
a Baik
Baik
Eksklus
if
0
Nun
ik Baik
Kuran
g Baik
Non
Eksklusif
1
Asi
h
Kura
ng Baik
Baik
Non
Eksklusif
(1)
Total Count
3
15
8 Expected
Count 3.0
15.
0 8.0
% within
Pengetahuan 0.5%
39.
5% 00.0%
% of Total
0.5%
39.
5% 00.0%
Chi-Square Tests
alue f
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exa ct Sig.
(2-sided)
Exa ct Sig.
(1-sided)
Pearson
Chi-Square .821a
.02 8 Continuity
Correctionb .467
.06 3 Likelihood
Ratio .895
.02 7 Fisher's Exact Test .04 6 .03 1
(2)
Linear-by-Linear Association .694
.03 0 N of Valid
Casesb 8
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.71.
b. Computed only for a 2x2 table
2.
Sikap Ibu
(3)
Sikap * Prak Pem ASI Crosstabulation
Prak Pem ASI
otal ksklusif No n Eksklusif ikap B aik Coun
t 0
5
5
Expe
cted Count .1
5.9
5.0
%
within Sikap 6.7%
33.
3% 00.0%
% of
Total 6.3%
13.
2% 9.5%
K urang Baik
Coun
t 3
10
3
Expe
cted Count 3.9
9.1
3.0
%
within Sikap 6.5%
43.
5% 00.0%
% of
Total 4.2%
26.
(4)
Chi-Square Tests
alue f
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exa ct Sig.
(2-sided)
Exa ct Sig.
(1-sided) Pearson
Chi-Square 391a
.53 2 Continuity
Correctionb 082
.77 5 Likelihood
Ratio 395
.53 0 Fisher's Exact Test .73 6 .39 0
Linear-by-Linear Association 381
.53 7 N of Valid
Casesb 8
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.92.
b. Computed only for a 2x2 table
Total Coun
t 3
15
8 Expe
cted Count 3.0
15.
0 8.0
%
within Sikap 0.5%
39.
5% 00.0%
% of
Total 0.5%
39.
(5)
(6)