Hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

(1)

ABSTRACT

IkaBMurtiBAnggrahiniB(2007)BCorrelationBbetweenBSocialBAdaptationB withBTheBDegreeBofBStressBatBdouble-roleBmother.

This research conducted to know the correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother. BThe hypothesis tested weather there was a negative correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother.

The subjects of the research were 69 subjects. The subjects were double role mother in the age of 29 up to 57 years old. The data collection were collected through the of social adaptation and the scale of degree of stress was tasted of validity and reliability.

The result of data analysis by using the technique of product moment correlation from Pearson that there was a negative correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother. This term mean that the degree of subjectrs social adaptation would be higher and higher, their degree of stress would be lower.


(2)

ABSTRAK

Ika B Murti B Anggrahini B (2007) B Hubungan B antara B penyesuaian B sosialB dengan B tingkat B stres B pada B Ibu B berperan B ganda. B Fakultas B PsikologiB UniversitasBSanataBDharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 69 orang. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu berperan ganda berusia antara 29 sampai 57 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala penyesuaian sosial dan skala tingkat stres yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.

Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson, menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat penyesuaian sosial subjek, tingkat stresnya semakin rendah.


(3)

HUBUNGANBANTARABPENYESUAIANBSOSIALB DENGANBTINGKATBSTRESBPADABIBUBBERPERANBGANDA

Skripsi

DiajukanBuntukBMemenuhiBSalahBSatuBSyarat MemperolehBGelarBSarjanaBPsikologi

ProgramBStudiBPsikologi

OlehB:

IkaBMurtiBAnggrahini NIMB:B029114075

PROGRAMBSTUDIBPSIKOLOGIBJURUSANBPSIKOLOGI FAKULTASBPSIKOLOGI

UNIVERSITASBSANATABDHARMAB YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

HALAMANBPERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA YANG SANGAT SEDERHANA INI KEPADA SEMUA YANG TELAH MELIMPAHKAN KASIH SAYANG

KEPADAKU DAN DARI HATI YANG PALING DALAM KUPERSEMBAHKAN

KARYA INI KEPADA TUHAN, HANYA KARENA ENGKAULAH KARYA INI DAPAT TERWUJUD


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama :Ika Murti Anggrahini

Nomor Mahasiswa : 029114075

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karua ilmiah saya yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA IBU BERPERAN GANDA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 28 Januari 2008


(8)

ABSTRACT

IkaBMurtiBAnggrahiniB(2007)BCorrelationBbetweenBSocialBAdaptationB withBTheBDegreeBofBStressBatBdouble-roleBmother.

This research conducted to know the correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother. BThe hypothesis tested weather there was a negative correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother.

The subjects of the research were 69 subjects. The subjects were double role mother in the age of 29 up to 57 years old. The data collection were collected through the of social adaptation and the scale of degree of stress was tasted of validity and reliability.

The result of data analysis by using the technique of product moment correlation from Pearson that there was a negative correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother. This term mean that the degree of subjectrs social adaptation would be higher and higher, their degree of stress would be lower.


(9)

ABSTRAK

Ika B Murti B Anggrahini B (2007) B Hubungan B antara B penyesuaian B sosialB dengan B tingkat B stres B pada B Ibu B berperan B ganda. B Fakultas B PsikologiB UniversitasBSanataBDharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 69 orang. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu berperan ganda berusia antara 29 sampai 57 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala penyesuaian sosial dan skala tingkat stres yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.

Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson, menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat penyesuaian sosial subjek, tingkat stresnya semakin rendah.


(10)

KATABPENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dengan Tingkat Stres pada Ibu Berperan Ganda dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi. 3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu MM. Nimas Eki S, S.Psi, Psi, M.Si dan Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh studi.

5. Segenap Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga.

6. Kedua orangtuaku, Bapak Dwi Suprapto dan Ibu Murti Wiyani, Adik-adikku tercinta dik Danang dan dik Ama, yang tak hentinya memberi dukungan dan semangat bagi penulis. Tak lupa adikku Rahma yang selalu memberi keceriaan.


(11)

7. Mas Andi Subagyo, seseorang yang selalu ada untukku, selalu mengasihi, menyayangi, dan mendukungku juga si kecil Alfian Andika Putra yang memberikan support yang tiada tanding.

8. Keluarga Ibu Djarwo Wagiyo, Kakak-kakak Ipar tercinta, dan Keponakan-keponakan Kecil yang memberikan semangat.

9. Karyawan-karyawan Fakultas Psikologi : Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi Terima kasih atas bantuannya.

10. Teman-teman seperjuangan : Ana, Ria, Pita, Aning, Katrin, Irna, Sutri, Nining, Dina, Ayu, Anggie, Siska, Lia terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

11. Teman-teman angkatan Psikologi 2002, kebersamaan kita tak terlupakan. 12. Sahabat-sahabatku Endah. Indah, Diah adex, dan Calon Adik Ipar Hilga,

terima kasih atas kritik yang membuatku terbangun.


(12)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Januari 2008 Penulis


(13)

DAFTARBISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSEMBAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iv

ABSTRACT v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Ibu Berperan Ganda 8

B. Stres

1. Pengertian Str 9

2. Penyebab stres 10

3. Gejala Stres 13

4. Faktor Yang Mempengaruhi Stres 15

C. Stres Pada Ibu Berperan Ganda 16

D. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial 18

2. Tanda-tanda Penyesuaian Sosial 19

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial 21

E. Hubungan antara Penyesuaian Sosial 22


(14)

F. Hipotesis 25 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 26

B. Identivikasi Variabel Penelitian 26

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 26

D. Subjek Penelitian 28

E. Metode Pengumpulan Data 28

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 32

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian 38

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian 38

2. Deskripsi Data Penelitian 41

3. Hasil Uji Asumsi 41

4. Hasil Uji Hipotesis 42

C. Pembahasan 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 50

B. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 52


(15)

DAFTARBLAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skala uji coba penelitian 55

Lampiran 2 Skala penelitian 70

Lampiran 3 Data uji coba skala tingkat stres 84

Lampiran 4 Data uji coba skala penyesuaian sosial 95

Lampiran 5 Data penelitian tingkat stres 106

Lampiran 6 Data penelitian penyesuaian sosial 115

Lampiran 7 Statistik deskriptive 126

Lampiran 8 Uji normalitas 128

Lampiran 9 Uji linearitas 130

Lampiran 10 Uji korelasi 132

Lampiran 11 Reliabilitas tingkat stres uji coba 134

Lampiran 12 Reliabilitas tingkat stres item sahih 137 Lampiran 13 Reliabilitas penyesuaian sosial uji coba 140 Lampiran 14 Reliabilitas penyesuaian sosial item sahih 143


(16)

BABBI PENDAHULUAN

A.BLatarBBelakangBMasalah

KesempatanBuntuk memperoleh hak yang sama antara pria dan wanita saat ini telah membuka cakrawala kehidupan yang lebih luas bagi kaum wanita. Hal tersebut ditandai dengan perubahan status dan perannya dalam masyarakat. Dahulu peran wanita sempit, hanya terbatas pada lingkungan rumah tangga yaitu mengurus suami, dapur, dan anak-anak. Hal ini disebabkan adanya suatu pandangan tradisional yang menganggap bahwa wanita ideal dibatasi oleh fungsi keibuan dan perannya bagi anak, tempat seorang wanita adalah di rumah yaitu merawat, menyiapkan kebutuhan suami, anak, serta diri sendiri. Pada masa sekarang pandangan tersebut perlahan-lahan mulai ditinggalkan karena kurang sesuai dengan kondisi keadaan dan kondisi zaman yang senantiasa berkembang. Wanita yang bekerja merupakan salah satu fenomena sosial dari masyarakat yang telah meninggalkan nilai-nilai tradisional (Hardanti, 2002).

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dewasa ini kaum perempuan dihadapkan pada banyak pilihan yang ditimbulkan oleh perubahan peran dalam masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan peran perempuan dalam keluarga juga mengalami perubahan. Kaum wanita mempunyai peran untuk ikut serta aktif dalam berbagai bidang kegiatan yang ada dalam masyarakat, salah satunya adalah bekerja. Selain mengurus masalah-masalah keluarga, banyak kaum perempuan yang kini juga bekerja di luar rumah. Wanita


(17)

yang menjalani peran hidupnya bukan sekedar sebagai isteri atau ibu tetapi juga bekerja baik untuk menopang ekonomi rumah tangga ataupun untuk meraih prestasi bagi dirinya sering disebut sebagai wanita yang berperan ganda.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kaum perempuan untuk berpartisipasi langsung dalam dunia kerja diantaranya adalah banyaknya kursus dan pendidikan tinggi, keinginan mengembangkan potensi yang dimiliki, serta pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga (Fauziah, dkk, 1999). Lebih lanjut, Rini (2002) mengemukakan beberapa hal yang melandasi tindakan para ibu tersebut untuk bekerja di luar rumah, antara lain : (1) untuk memenuhi kebutuhan finansial. Kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak membuat para ibu dan suami harus bekerja untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, (2) untuk memenuhi kebutuhan sosial-relasional. Para ibu yang memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial-relasional yang tinggi, (3) untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Para ibu yang memilih bekerja karena mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri untuk dapat menemukan makna hidupnya melalui berkarya, mengembangkan diri, membagikan ilmu dan pengalaman, serta mendapatkan penghargaan dan prestasi.

Menurut Shaevitz (1991) saat ini zaman sudah sedemikian maju dan telah banyak terjadi pergeseran di berbagai bidang kehidupan seperti banyaknya ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah seperti sekarang ini. Namun ternyata ada hal yang tidak berubah dan tidak bergeser. Hal tersebut adalah harapan masyarakat terhadap para ibu baik dari kalangan pria, kalangan wanita, maupun nilai budaya secara umum masih meletakkan harapan dan tuntutan yang sama


(18)

yakni para ibu diharapkan mampu mendampingi suami, mendidik anak, dan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.

Gordon (1999) mengemukakan munculnya konflik antara pekerjaan dan tugas sebagai seorang istri dan ibu karena umumnya wanita sering mengasumsikan bahwa merawat anak dan mengurus rumah tangga adalah tanggung jawab utama istri bukan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Dengan demikian peran ganda yang disandang oleh kaum wanita sekarang ternyata dapat memunculkan masalah tersendiri.

Masalah yang dihadapi oleh ibu yang bekerja berbeda dengan masalah yang dihadapi oleh ibu yang berada di rumah sepanjang hari. Ibu yang bekerja di satu pihak ingin sukses di dalam karier akan tetapi di lain pihak ingin sukses sebagai seorang ibu. Namun, keduanya tidak dapat dilakukan sekaligus secara efektif sehingga ibu yang bekerja berada di antara dua pilihan yang berat yakni keluarga dan pekerjaan (Hardanti, 2002).

Wanita yang berperan ganda berpijak pada dua posisi. Di satu sisi berada pada dunia pekerjaan dan di sisi lain pada dunia rumah tangga. Peran ganda dapat menimbulkan ketegangan dalam kehidupan rumah tangga sehingga muncul rasa bersalah, frustrasi, dan juga stres pada wanita (Shaevitz, 1991). Menurut Lazarus dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy (1997) Stres dapat didefinisikan sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif. Lebih lanjut Lazarus mengemukakan bahwa stres merupakan suatu kondisi atau perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa


(19)

kebutuhan atau tuntutan yang ada melebihi sumberdaya individu untuk mengendalikan dan mengatasi tuntutan tersebut.

Menurut Huffman, Vernoy, dan Vernoy (1997) segala sesuatu yang menyebabkan perubahan dalam hidup dapat menimbulkan stres. Oleh karena itu, individu membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Fauziah, dkk (1999) mengemukakan bahwa pada ibu yang bekerja, stres dapat disebabkan oleh hal-hal yakni merasa kekurangan waktu, merasa dituntut sempurna, dan merasa bersalah.

Stres dapat menyebabkan terganggunya fungsi emosi, kognitif, maupun fisiologik individu yang mengalaminya (Fauziah, dkk, 1999). Menurut Duxburg dan Higgis (1991) stres dapat menurunkan konsentrasi dan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Selain itu pada tingkat stres yang berat, dapat menyebabkan depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri sehingga individu seringkali menarik diri dari lingkungan, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, dan mudah emosi. Hal tersebut dapat berakibat pada produktivitas kerja para ibu sehingga dapat merugikan tempatnya bekerja. Dengan adanya masalah dalam pekerjaan yang dialami ibu berperan ganda, maka juga dapat berakibat bagi kehidupan rumah tangga. Dengan adanya sikap yang mudah tersinggung dan mudah emosi maka keharmonisan dalam keluarga dapat terganggu sehingga menyebabkan suami dan anak-anak menjadi kurang nyaman ketika berada di rumah.

Ketika berhadapan dengan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan stres, seseorang akan berusaha untuk dapat beradaptasi dengan cara mengendalikan,


(20)

bertoleransi, mengurangi ataupun meminimalkan stres tersebut (Huffman, Vernoy, dan Vernoy (1997). Oleh karena itu cara untuk mengurangi stres akibat peran ganda yang dimiliki oleh kaum ibu yakni dengan melakukan penyesuaian sosial dengan keluarga, masyarakat, maupun di tempat bekerja. Dengan melakukan penyesuaian sosial maka ibu berperan ganda akan diterima dan mendapat dukungan sosial dari lingkungannya sehingga dapat mengurangi stres yang dialaminya. Menurut Murtadin (2002) dengan adanya penyesuaian sosial maka individu dapat terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa sehingga mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Menurut Cole (1963) penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan pada keluarga khususnya. Sedangkan Kartono (1992) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian yang baik dapat berperilaku baik sesuai norma-norma yang berlaku. Dia memiliki keterampilan dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Dia juga bersedia membantu orang lain meskipun kadang-kadang hal itu tidak membawa keuntungan bagi dirinya. Namun penyesuaian sosial tidak menunjukkan adanya perilaku yang sifatnya berlebihan yang dilakukan supaya dirinya diterima oleh orang lain.

Penelitian Dewi (2004) menunjukkan bahwa penyesuaian sosial merupakan salah satu bekal penting yang membantu individu pada saat terjun ke


(21)

masyarakat. Hasil penelitian tentang penyesuaian sosial wanita Jawa dalam perkawinan hindu di Bali yang dilakukan oleh Dewi (2004) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan perkawinan pasangan yang berbeda suku. Individu yang berhasil dalam melakukan penyesuaian sosial akan mampu menjalin hubungan sosial dengan pasangan maupun keluarganya sehingga dapat diterima dan dihargai oleh keluarga pasangan dan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa individu perlu melakukan penyesuaian sosial untuk menyeimbangkan kehidupannya dalam masyarakat. Dewasa ini, fenomena kaum ibu yang bekerja semakin meningkat sehingga sering menghabiskan waktunya untuk melakukan berbagai kegiatan di luar rumah. Oleh karena itu, ibu berperan ganda perlu melakukan penyesuaian sosial tidak hanya dalam lingkungan keluarga saja, namun penyesuaian sosial perlu dilakukan dalam lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat. Ibu berperan ganda selalu dituntut untuk bersikap sesuai dengan aturan dan norma-norma yang ada di dalam keluarga, lingkungan kerja maupun masyarakat. Namun dengan keadaan demikian, akibatnya ibu berperan ganda sering mengalami perasaan tertekan dan stres karena keterbatasan kemampuan dalam memenuhi semua tuntutan yang ada. Jadi ada kemungkinan penyesuaian sosial yang dilakukan oleh ibu berperan ganda justru dapat menimbulkan stres. Hal ini berbeda dengan pendapat Murtadin (2002). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dengan Tingkat Stres pada Ibu Berperan Ganda.


(22)

B.BRumusanBMasalahB

Apakah ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda?.

C.BTujuanBPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

D.BManfaatBPenelitian

1. Manfaat teoretis

a. Dapat mengetahui hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

b. Dapat menambah wawasan dan khasanah di bidang Psikologi. 2. Manfaat praktis

a. Para ibu berperan ganda diharapkan dapat menambah gambaran mengenai pentingnya melakukan penyesuaian sosial dalam mengurangi tingkat stres yang dialami.

b. Para subjek penelitian diharapkan mendapat masukan sehingga dapat melakukan penyesuaian sosial agar dapat meminimalisasi stres yang dialami.


(23)

BABBII

LANDASANBTEORI A. IbuBBerperanBGanda

Menurut Wolfman (1992) peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan tersebut. David dan Newstorm (1985) mengemukakan bahwa peran merupakan keadaan yang diharapkan dari seseorang dalam tindakannya melibatkan orang lain. Peran juga mencerminkan posisi seseorang dalam sistem sosial dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang menyertainya.

Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peran adalah tindakan yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu meliputi kewajiban dan tanggung jawabnya dan tingkah laku yang sesuai dengan harapan yang ada.

Menurut Rowatt dan Rowatt (1990) peran ganda dapat diartikan peran yang dilakukan oleh wanita (ibu) disamping mengelola pekerjaan rumah (domestik) tetapi juga mengerjakan pekerjaan mencari nafkah (publik). Meskipun wanita tersebut mempunyai kesempatan bekerja di luar rumah, namun harus tetap mengutamakan tugas utamanya dalam keluarga. Sedangkan Fauziah (1999) menyatakan bahwa ibu berperan ganda adalah seorang wanita yang telah mempunyai anak, yang mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga dan meluangkan waktunya untuk bekerja di luar rumah.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ibu berperan ganda adalah seorang wanita yang telah mempunyai anak, yang


(24)

mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga dan meluangkan waktunya untuk bekerja di luar rumah dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang menyertainya.

B. Stres

1.BPengertianBStres

Stres menurut Selye ( dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997) adalah respon-respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan. Sedangkan Lazarus (dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi atau perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau tuntutannya melebihi sumber daya individu dan sosial yang digunakan. Ketika individu memiliki waktu, pengalaman, dan sumber daya untuk mengendalikan situasi maka individu tersebut dapat mengendalikan stres yang dialaminya. Namun jika individu tersebut berpikir bahwa mereka tidak dapat mengendalikan tuntutan yang membebani, maka individu tersebut dapat merasakan stres yang berat.

Menurut Taylor (1995) stres adalah pengalaman berupa emosi negatif yang disertai dengan munculnya perubahan biologis, fisiologis, kognitif, dan perilaku. Lebih lanjut, Taylor juga mengemukakan bahwa hampir semua definisi tentang stres menunjukkan adanya hubungan antara individu dengan lingkungannya. Stres merupakan hasil penilaian seseorang untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi tuntutan tersebut.


(25)

Sejalan dengan pendapat Taylor, Kusumaatmaja (1991) mengemukakan bahwa stres adalah keadaan mental yang tertekan karena adanya tuntutan dari lingkungan seperti persoalan rumah tangga, lingkungan kerja, dan masyarakat sebagai akibat interaksi antara manusia dan lingkungannya. Searah pendapat tersebut, Evans (1982) mengemukakan stres adalah keadaan mental yang tertekan karena tuntutan-tuntutan dari lingkungan melebihi kemampuan individu untuk meresponnya. Lingkungan dalam pengertian ini tidak menyangkut lingkungan fisik saja, namun juga termasuk lingkungan sosial. Sedangkan menurut Luthans (1995) stres merupakan respon terhadap situasi eksternal yang dapat menyebabkan munculnya gangguan fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan pengalaman negatif individu berupa munculnya gangguan fisik, psikis, dan atau perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap situasi yang penuh dengan tuntutan dari lingkungan serta kemampuan individu untuk mengatasi situasi tersebut.

2.BPenyebabBStres

Berbicara tentang penyebab stres, para peneliti menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa penuh tekanan yang menyebabkan stres disebut sebagai stressor. Dengan adanya stress, maka individu membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, segala sesuatu yang menyebabkan perubahan dalam hidup kita


(26)

dapat menimbulkan stres. Tubuh akan merespon perubahan-perubahan tersebut dengan respon fisik, mental, dan emosi (Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997).

Penyebab stres pada setiap orang dapat berbeda satu dengan yang lainnya sehingga setiap orang akan memiliki cara yang berbeda pula untuk mengatasinya. Intensitas, jangka waktu terjadinya stres, terduga atau tidaknya suatu peristiwa, besar atau kecilnya kontrol individu terhadap peristiwa tersebut, dan lamanya dampak dari peristiwa tersebut dirasakan oleh seseorang merupakan beberapa karakteristik yang meyebabkan suatu peristiwa dapat menimbulkan stres (Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997).

Meskipun stres merupakan pengalaman yang bersifat individual, namun Taylor (1995) mencoba mengelompokkan karakteristik peristiwa yang secara umum dapat dinilai potensial menimbulkan stres. Beberapa diantaranya yakni :

a. Stressor berupa peristiwa negatif

Individu lebih menyukai peristiwa yang dirasa menyenangkan daripada menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan. Hal tersebut akan menyebabkan individu merasa tertekan jika menghadapi suatu peristiwa yang tidak diharapkannya seperti kematian anggota keluarga, perpisahan, dan sakit.

b. Stressor berupa peristiwa tak terkontrol

Individu memiliki kecenderungan untuk memiliki kontrol atas hal-hal yang terjadi dalam hidup mereka, namun tidak semua kejadian disebabkan oleh perilaku atau kemauan individu tersebut sehingga dapat menjadi tekanan bagi individu yang mengalami.


(27)

c. Stressor berupa peristiwa ambigu

Ketika menghadapi peristiwa yang ambigu, individu tidak mempunyai bayangan bagaimana ia harus bertindak. Pada tahun 1976 Coper dan Marshal (dalam Taylor, 1995) meneliti tentang stres yang memperoleh hasil penelitian bahwa faktor utama terjadi stres adalah ketidakjelasan aturan hidup.

d. Stressor berupa tugas yang berlebihan

Cohan dan William (dalam Taylor, 1995) meneliti tentang stres yang memperoleh hasil penelitian bahwa stres terjadi ketika seseorang dihadapkan pada tugas yang sangat banyak.

e. Stressor terdapat pada masalah utama kehidupan

Ketika menghadapi peristiwa yang berkaitan dengan masalah utama kehidupan misalnya pangan, sandang, dan papan maka individu akan lebih mudah mengalami tekanan.

Seperti yang telah diuraikan di atas, semua penyebab stres tersebut selalu berhubungan dengan perubahan sehingga manusia memandang bahwa perubahan tersebut sebagai suatu peristiwa yang mengancam dan menimbulkan stres. Oleh karena itu, dalam diri individu muncul kebutuhan untuk beradaptasi dan keinginan untuk mempertahankan keadaan yang dirasakan nyaman seperti sebelum terjadinya perubahan yang menimbulkan stres tersebut. Dengan demikian, individu perlu untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi sehingga dapat mengendalikan stres yang dialaminya.


(28)

3.BGejalaBStresB

Menurut Carlson dan Hatfield (1992) individu yang sedang mengalami stres akan menunjukkan gejala-gejala, antara lain :

a. Gejala fisiologis meliputi sesak nafas, kepala terasa pusing, tubuh gemetar, dan sebagainya.

b. Gejala perilaku meliputi sulit tidur, kehilangan selera humor, kurang bergairah dan malas mengerjakan sesuatu.

c. Gejala kognitif meliputi pola berpikir menjadi kaku, stereotype, konsentrasi menurun, dan terganggunya proses berpikir kreatif.

Sedangkan Cooper dan Straw (1993) membagi gejala stres menjadi dua, yaitu :

a. Gejala fisik seperti nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan terasa lembab, otot tegang, dan sakit kepala.

b. Gejala perilaku seperti merasa tidak berdaya, kehilangan semangat, sulit berkonsentrasi, cepat marah, suasana hati mudah berubah, menarik diri, serta kehilangan gairah dalam berpenampilan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Crider, dkk (1983) mengatakan bahwa individu yang mengalami stres menunjukkan respon yang bersifat emosional, kognitif., dan fisiologis. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Respon emosional

Stres dapat menyebabkan gangguan emosional seperti tegang, emosi, marah-marah, dan tertekan. Perasaan dapat menjadi kurang nyaman, curiga, depresi, dan perasaan tidak enak.


(29)

b. Respon kognitif

Stres dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan mengorganisasikan pikiran secara benar dan berkurangnya kemampuan berkonsentrasi. Selain itu dapat muncul bayang-bayang tentang kegagalan dan ketidakmampuan yang mendominasi individu. Hal tersebut menyebabkan individu mengalami kebingungan dan cenderung menjadi pelupa akibat rusaknya kemampuan untuk mentrasfer informasi dari jangka pendek ke jangka panjang.

c. Respon fisiologis

Orang yang stres memiliki simptom seperti sembelit, sakit kepala, dan lemas. Menurut Taylor (1995) dampak stres dapat mempengaruhi aktivitas sistem nervous saraf simpatik misalnya meningkatnya tekanan darah, denyut jantung, jumlah denyut nadi, dan pernapasan.

Lebih lanjut, Luthans (1995) mengemukakan bahwa reaksi atau respon stres dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:

a. Respon fisiologis

Masalah ini muncul dalam keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, dan serangan jantung

b. Respon emosional

Masalah ini biasanya dikaitkan dengan aspek emosi. Gejala ini antara lain adanya kelelahan, mudah marah, mudah tersinggung,


(30)

kecemasan, ketegangan, frustrasi, depresi, rendahnya harga diri, kejenuhan, dan sikap menunda pekerjaan.

c. Respon kognitif

Masalah ini meliputi berkurangnya kemampuan

mengorganisasikan pikiran dengan benar, berkurangnya kemampuan konsentrasi, pikiran kacau, sulit mengambil keputusan, dan melamun secara berlebihan.

d. Respon perilaku

Masalah ini meliputi perubahan tingkah laku, perubahan kebiasaan makan, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan gangguan tidur.

4.BFaktorBYangBMempengaruhiBStres

Menurut Atkinson dan Atkinson (1996) stres dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Kemampuan menerka

Menurut penelitian individu lebih menyukai peristiwa yang dapat diterka daripada peristiwa yang tidak dapat diterka.

b. Proses penilaian kognitif

Proses penilaian kognitif adalah proses yang memungkinkan individu untuk mengevaluasi apakah stimulus yang diterimanya sesuai dengan kemampuannya. Proses tersebut merupakan proses mental dalam menilai stressor serta kemampuan diri untuk mengatasi stressor.


(31)

c. Kontrol diri

Faktor ini berkaitan dengan cara bagaimana individu memberikan respon terhadap stimulus yang diterima dari lingkungan dan melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

d. Dukungan sosial

Dukungan sosial dapat mengurangi perasaan tertekan dan ketidakpuasan pada saat individu dihadapkan pada tekanan. Menurut Sarafino (1990) dukungan sosial merupakan dukungan dan penghargaan dari orang lain sehingga individu merasakan perasaan nyaman dan merasakan bantuan dari orang lain. Dukungan sosial dapat datang dari keluarga, teman kerja, maupun kelompok. Individu yang memperoleh dukungan sosial merasa dicintai, dihargai, dan dinilai menjadi bagian dari hubungan sosial.

C.BBStresBPadaBIbuBBerperanBGanda

Fenomena kaum perempuan yang bekerja semakin meningkat. Kaum perempuan dewasa ini sering menghabiskan sebagian waktunya untuk melakukan kegiatan di luar rumah sebagai ibu yang berperan ganda. Dengan menjalani peran sebagai ibu rumah tangga dan ibu yang bekerja dapat menimbulkan adanya konflik. Menurut Hall (1987) konflik-konflik yang dihadapi kaum perempuan yang berperan ganda yaitu : pekerjaan dan anak, pekerjaan dan suami, serta pekerjaan dan keseluruhan keluarga.


(32)

Dengan adanya keterbatasan dan ketidakmampuan individu untuk melawan frustrasi, konflik, dan rasa bersalah maka dapat menimbulkan stres. Stres yang dialami oleh ibu yang bekerja umumnya disebabkan oleh keadaan tertekan akibat tuntutan pekerjaan dan rumah tangga. Begitu banyak faktor baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan stres dalam kehidupan sehari-hari ibu berperan ganda seperti kondisi keluarga, tugas rumah dan kemasyarakatan, maupun tugas pekerjaan.

Selye (dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997) membagi stres menjadi eustress, yaitu stres yang memberi pengaruh yang positif, dan dtstress yaitu stres yang memberi pengaruh yang negatif. Stres yang positif akan memberikan kemampuan yang potensial untuk mengembangkan diri dan sebaliknya stres yang negatif akan menyebabkan terganggunya produktivitas seseorang.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Handoyo (2001) mengatakan bahwa stres pada tingkat tertentu merupakan stimulasi yang baik bagi seseorang untuk berkembang. Namun apabila dalam tingkat yang tinggi dan individu tersebut tidak mampu menghadapi maka stres dapat menimbulkan malapetaka yang buruk bagi kehidupan mendatang. Oleh karena itu, stres yang timbul akibat konflik antara dua kebutuhan pada ibu berperan ganda masih tergolong sehat apabila berada pada tingkat yang cukup atau sedang. Namun apabila tingkat stres yang dialami cenderung tinggi, maka dapat menimbulkan pengaruh yang negatif pada kehidupan. Dalam hal ini, ibu berperan ganda harus terampil dalam mengatasi stres yang dialaminya. Setiap masalah yang ada hendaknya perlu untuk segera


(33)

diselesaikan. Namun kenyataannya tidak semua ibu berperan ganda dapat mengatasinya. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi. Ibu berperan ganda yang mengalami stres pada tingkat yang tinggi akan mudah mengalami ketegangan. Ketegangan yang ada akan berpengaruh pada emosi, proses berpikir, dan kondisi fisiknya sehingga dapat mengurangi kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

D. PenyesuaianBSosial

1.BPengertianBPenyesuaianBSosial

Penyesuaian adalah variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Hubungan yang harmonis berarti ada kesesuaian dengan nilai norma yang ada pada lingkungan fisik dan sosial (Kartono, 1992). Lebih lanjut Kartono (1992) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial yaitu mempelajari pola perilaku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sehingga sesuai dengan masyarakat sosial.

Cole (1963) mengemukakan bahwa penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan pada keluarga khususnya. Menurut Kartono (1992) seseorang yang memiliki penyesuaian yang baik dapat berperilaku baik sesuai norma-norma yang berlaku. Dia memiliki keterampilan dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Dia juga bersedia membantu orang lain meskipun kadang-kadang hal itu tidak membawa keuntungan bagi


(34)

dirinya. Namun penyesuaian sosial tidak menunjukkan adanya perilaku yang sifatnya berlebihan yang dilakukan supaya dirinya diterima oleh orang lain.

Menurut Schineiders (1964) penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk bereaksi secara adekuat terhadap kenyataan, situasi, dan hubungan sosial. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan ini individu harus mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian sosial diartikan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan kelompok. Artinya bagaimana usaha individu tersebut untuk hidup dan bergaul dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat yang terdapat norma. Penyesuaian ini sangat penting sebagai proses dari perkembangan individu. Hurlock menyebutkan adanya hubungan yang erat antara keberhasilan dan kebahagiaan pada masa kehidupan selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa penyesuaian sosial adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan pada keluarga khususnya melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.


(35)

2.BTanda-tandaBPenyesuaianBSosial

Cole (1963) menyebutkan tanda-tanda kemampuan menyesuaikan diri sebagai berikut :

a. Tanda-tanda kemasakan emosional, antara lain berupa perilaku tidak tergantung, tidak sering meminta bantuan, tidak berusaha menarik perhatian, dan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab

b. Tanda-tanda kecakapan sosial, antara lain berupa tidak ada perasaan malu yang berlebihan, percaya diri, suka berkumpul dan bergaul, mengikuti kegiatan, tidak menyendiri, dan rendah hati.

c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, menolong orang lain, dapat menerima kritik, dan bersikap sopan santun.

d. Tanda-tanda kenormalan emosi, antara lain tidak mudah melamun, tidak terlalu sedih, tidak mudah sakit hati dan khawatir.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock (1996) Bmengemukakan bahwa individu yang telah melakukan penyesuaian sosial dapat dilihat dari perilaku sebagai berikut :

a. Penampilan nyata dan penyesuaian diri terhadap kelompok

Menunjukkan perilaku sosial individu yang dinilai berdasarkan standar kelompok dan dapat memenuhi harapan kelompok tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi fisik yang baik dari seseorang maupun peran serta individu tersebut dalam kelompok sosial.


(36)

b. Sikap sosial

Menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, sikap baik untuk dalam menjalankan perannya dan ikut berpartisipasi dalam hubungan sosial.

c. Kepuasan pribadi

Menunjukkan sikap dapat menyesuaikan diri sehingga individu akan merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainnya dalam situasi sosial.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial secara umum dapat ditandai dengan adanya penyesuaian diri sehingga individu mengalami kemasakan emosional, kecakapan sosial, tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, dan adanya kenormalan emosi. Dengan demikian individu dapat mengalami kepuasan dalam kehidupan sosialnya.

3.BFaktorBYangBMempengaruhiBPenyesuaianBSosial

Menurut Schineiders (1964) penyesuaian sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Faktor internal dari dalam individu terdiri atas :

a. Kondisi fisik dan penentunya yaitu keturunan, fisik, dan kesehatan. Hal ini berkaitan dengan penampilan yang menarik sehingga lebih mudah dalam bergaul dan menyesuaikan diri.


(37)

b. Perkembangan dan kemasakan terutama kematangan intelektual, sosial, moral, emosi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bertindak mencapai tujuan, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungan sosial secara efektif, serta kestabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian sosial.

c. Faktor psikologis meliputi pengalaman, belajar, frustrasi, dan konflik dalam menyesuaikan diri.

2. Faktor ekternal

a. Kondisi keluarga berupa pola perilaku sosial di rumah.

b. Kondisi lingkungan berupa perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh masyarakat disesuaikan dengan standar perilaku dalam masyarakat.

c. Budaya berupa nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat sehingga mempengaruhi pola pikir dan perilaku.

E. Hubungan B Antara B Penyesuaian B Sosial B Dengan B Tingkat B Stres B Pada B IbuB BerperanBGanda

Penyesuaian sosial merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Individu yang memiliki penyesuaian sosial yang tinggi tidak akan mudah mengalami stres. Kondisi ini memungkinkan individu untuk dapat mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam aktivitas


(38)

sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat. Dengan adanya penyesuaian sosial, maka individu dapat diterima dan dihargai oleh masyarakat dan lingkungannya.

Hurlock (1996) mengemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam melakukan penyesuaian sosial akan mempengaruhi kehidupan dan kebahagiaan individu di masa yang akan datang. Ketika melakukan penyesuaian sosial, individu seringkali mengalami hambatan-hambatan tertentu. Penyesuaian sosial bukanlah suatu hal yang mudah (Hurlock, 1991). Meskipun demikian, dengan adanya kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan maka ibu berperan ganda dapat mengatasi hambatan yang ada dan dapat menegakkan hubungan yang harmonis antara lingkungan fisik dan sosial sehingga tercipta kesesuaian dengan norma-norma yang ada.

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan penyesuaian sosial. Ibu berperan ganda dapat dikatakan telah berhasil melakukan penyesuaian sosial apabila dapat merasakan kepuasan dari perilakunya dan diterima oleh lingkungannya. Kriteria tersebut sesuai dengan pernyataan Hurlock (1991) yaitu penyesuaian sosial dikatakan memenuhi kriteria jika individu merasa puas dan masyarakat dapat menerimanya. Oleh karena itu, individu berusaha untuk diterima dan dihargai. Apabila ibu berperan ganda berhasil memenuhi tuntutan lingkungannya maka dapat memperoleh dukungan sosial dari lingkungannya sehingga akan mengurangi perasaan tertekan dan dapat


(39)

mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya dalam rumah tangga, pekerjaan, maupun masyarakat.

Menurut Shaevitz (1991) dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju, maka sebagian besar kaum wanita bekerja di luar rumah. Selain mengurus keluarga, kaum wanita sering meninggalkan rumah untuk bekerja mencari nafkah. Hal tersebut menyebabkan timbulnya konflik antara pekerjaan dan rumah tangga. Dengan adanya tuntutan dari lingkungan sosial seperti keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat maka dapat menyebabkan stres (Kusumaatmaja, 1991). Dengan keadaan demikian maka dalam diri individu muncul kebutuhan beradaptasi untuk mengendalikan stres. Situasi dari dalam individu terlihat dengan adanya usaha untuk mengatasi ketegangan dan konflik yang ada dengan melakukan penyesuaian sosial sehingga terdapat kesesuaian antara kebutuhan dengan tuntutan dari lingkungan.

Dengan adanya kemampuan melakukan penyesuaian sosial maka diharapkan dapat mengurangi tekanan-tekanan ibu berperan ganda akibat persoalan rumah tangga, pekerjaan, dan masyarakat sehingga mampu mengembangkan diri secara maksimal. Jika ibu berperan ganda memiliki penyesuaian sosial yang tinggi, maka tingkat stres yang dialami akan rendah.


(40)

Skema Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dengan Tingkat Stres

G.BBBHIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini yakni ada hubungan yang negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda. Jika penyesuaian sosial yang dimiliki tinggi, maka tingkat stres yang dialami akan rendah.

Penyesuaian Sosial

• Berusaha untuk mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain,

• Belajar untuk hidup bersama, bergaul, mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

• Mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain

• Mau menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Individu diterima dan diakui oleh lingkungannya

Perasaan tertekan yang dialami individu berkurang

Tingkat stres menjadi rendah


(41)

BABBIII

METODEBPENELITIAN

BA.BJenisBPenelitianB

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional. Fokus rancangan penelitian korelasional lebih pada pengujian hubungan antara dua variabel. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel penyesuaian sosial dan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

B.BIdentifikasiBVariabelBPenelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Variabel bebas : penyesuaian sosial. 2. Variabel terikat : tingkat stres.

C.DefinisiBOperasionalB 1.BPenyesuaianBSosial

Definisi penyesuaian sosial dalam penelitian ini kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan pada keluarga khususnya melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.

Kemampuan penyesuaian sosial dilihat dari usaha individu untuk mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap


(42)

kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Penyesuaian sosial individu akan diukur dengan menggunakan skala penyesuaian sosial yang masing-masing itemnya mengungkap usaha individu dalam mengadakan penyesuaian sosial. Tinggi rendahnya kemampuan penyesuaian sosial dinilai dari skor total skala penyesuaian sosial. Semakin tinggi skor total subjek dalam skala tersebut, menggambarkan semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian sosialnya, begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh menggambarkan rendahnya kemampuan penyesuaian sosialnya.

2.BTingkatBStresBIbuBBerperanBGanda

Definisi stres dalam penelitian ini adalah pengalaman negatif individu berupa munculnya gangguan fisik, psikis, dan atau perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap situasi yang penuh dengan tuntutan dari lingkungan serta kemampuan individu untuk mengatasi situasi tersebut.

Tingkat stres ibu berperan ganda akan diukur dengan menggunakan skala tingkat stres ibu berperan ganda yang masing-masing itemnya mengungkap respon individu terhadap peristiwa-peristiwa yang menekan yang terjadi dalam kehidupan. Tinggi rendahnya tingkat stres ibu berperan ganda dinilai dari skor total skala tingkat stres. Semakin tinggi skor total subjek dalam skala tersebut, semakin tinggi pula tingkat stresnya, begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh maka tingkat stresnya semakin rendah.


(43)

D.BSubjekBPenelitian

Subjek dalam penelitian ini yakni Ibu berperan ganda. Ibu berperan ganda adalah seorang wanita yang telah mempunyai anak, yang mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga dan meluangkan waktunya untuk bekerja di luar rumah dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang menyertainya.

E.BMetodeBPengumpulanBData

Metode yang akan digunakan adalah melalui pemberian skala yang disusun oleh penulis pada setiap individu yang hendak diukur. Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai objek sikap (Azwar, 1995). Dari respon subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

1.BSkalaBPenyesuaianBSosial

Skala ini dibuat mengacu pada teori Schineiders (1964) tentang penyesuaian sosial. Kemampuan penyesuaian sosial dapat dilihat dari usaha individu untuk mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.


(44)

TabelB1

DistribusiBitemBtiapBaspekBdanBkategoriBsifatBitem sebelumBujiBcoba

ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH %

Aspek I 1, 11, 12, 27, 38 2, 13, 28, 39, 40, 52 11 19,6 Aspek II 3, 14, 15, 16, 29, 41,

42, 53

4, 17, 30, 43, 44, 54, 55

15 26,8

Aspek III 5, 18, 19, 31, 32, 45, 56

6, 20, 33, 46 11 19,6

Aspek IV 7, 21, 22, 34, 47 8, 23, 35, 48 9 16,1

Aspek V 9, 24, 36, 49, 50 10, 25, 26, 37, 51 10 17,9

TOTAL 30 26 56 100

KETERANGAN :

Aspek I : Mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain. Hak tersebut yakni memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengeluarkan pendapat, dan berusaha untuk menghargai pendapat orang lain.

Aspek II : Belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain.

Aspek III : Berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

Aspek IV : Mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain.

Aspek V : Menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Skala penyesuaian sosial disusun dengan metode Summated Rattng dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Pemberian skor dilakukan dengan melihat sifat


(45)

item. Pemberian skor bergerak dari 4 (SS) sampai 1 (STS) untuk butir favorable, sedangkan pemberian skor untuk butir unfavorable bergerak dari 1 (SS) sampai 4 (STS).

2.BSkalaBTingkatBStresBIbuBBerperanBGanda

Skala ini berdasarkan teori Luthans (1995) tentang stres yaitu kondisi mental yang tertekan sehingga mempengaruhi keadaan fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.

Hal tersebut meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Respon fisiologis

Masalah ini muncul dalam keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, dan serangan jantung

b. Respon emosional

Masalah ini biasanya dikaitkan dengan aspek emosi. Gejala ini antara lain adanya kelelahan, mudah marah, mudah tersinggung, kecemasan, ketegangan, frustrasi, depresi, rendahnya harga diri, kejenuhan, dan sikap menunda pekerjaan.

c. Respon kognitif

Masalah ini meliputi berkurangnya kemampuan

mengorganisasikan pikiran dengan benar, berkurangnya kemampuan konsentrasi, pikiran kacau, sulit mengambil keputusan, dan melamun secara berlebihan.


(46)

Masalah ini meliputi perubahan tingkah laku, perubahan kebiasaan makan, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan gangguan tidur.

TabelB2

DistribusiBitemBtiapBaspekBdanBkategoriBsifatBitem sebelumBujiBcoba

ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH %

Respon Fisiologis 1, 9, 12, 19, 20, 30

2, 10, 11, 21, 31, 32, 41

13 23.6

Respon Emosional 3, 13, 22, 33, 34, 42, 43, 44, 49, 51

4, 14, 23, 35, 45, 46, 52

17 30.9

Respon Kognitif 5, 15, 26, 27, 36, 37, 47, 50

6, 16, 24, 25, 38, 53 14 25.5

Respon Perilaku 7, 17, 28, 39, 40, 48, 54

8, 18, 29, 55 11 20

TOTAL 31 24 55 100

Skala tingkat stres disusun dengan metode Summated Rattng dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Pemberian skor dilakukan dengan melihat sifat item. Pemberian skor bergerak dari 4 (SS) sampai 1 (STS) untuk butir favorable, sedangkan pemberian skor untuk butir unfavorable bergerak dari 1 (SS) sampai 4 (STS).

F. TeknikBPenentuanBKeabsahanBData 1.BValiditasBData

Menurut Azwar (1999) validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila dapat memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya


(47)

pengukuran tersebut.Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (Content Valtdtty). Validitas isi diperoleh dengan cara pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional. Pengujian validitas ini dilakukan dengan professional judgment yaitu seluruh item yang digunakan dalam penelitian ini telah dikoreksi oleh orang yang sudah ahli yaitu dosen pembimbing skripsi sehingga item-itemnya dipandang cukup mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 1999).

2.BReliabilitasBDataB

Reliabilitas skala adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu skala dapat dipercaya dan diandalkan. Reliabilitas sebuah alat ukur dapat menunjukkan sejauh mana pengukuran ini dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama (Azwar, 1999). Reliabilitas dalam alat ukur ini dihitung dengan formula Alpha dengan bantuan komputer SPSS for wtndows verston 12,0. Metode ini dipilih dengan alasan mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi. Reliabilitas ditunjukkan dengan angka atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0 dan 1,00 semakin tinggi koefisien korelasi yakni mendekati 1, berarti alat tes semakin reliabel.

Pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal menggunakan koefisien reliabilitas Alpha dari program SPSS for wtndows verston


(48)

12.0. Berdasarkan perhitungan tersebut skala stres ibu berperan ganda memiliki koefisien reliabilitas 0,9347, sedangkan skala penyesuaian sosial memiliki koefisien reliabilitas 0,9641. Azwar (1999) mengungkapkan bahwa nilai reliabilitas skala dianggap memuaskan apabila koefisien Alpha > 0,90 .Kedua skala penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas 0,9347 untuk skala stres dan 0,9634 untuk skala penyesuaian sosial, keduanya lebih besar dari 0,90, dengan demikian skala ini dapat memberikan hasil pengukuran yang reliabel.

G. HasilBUjiBCobaBAlatBUkur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk memperoleh item yang memiliki kualitas yang baik. Salah satu kualitas yang dimaksud adalah keselarasan atau konsistensi antara item dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan korelasi item total.

Menurut Azwar (1999), prosedur pengujian konsistensi internal dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor total yang umumnya dikenal dengan indeks daya beda item. Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total yang mempunyai nilai minimal 0,30 dianggap mempunyai daya beda item yang memuaskan.

Penyebaran skala uji coba dilakukan pada tanggal 26 sampai 31 Oktober 2007 pada 51 ibu yang berperan ganda. Penyebaran skala dilakukan dengan memberikan langsung kepada subjek. Skala dikumpulkan lagi pada hari berikutnya, dengan alasan agar subjek mengisi skala dalam kondisi yang tidak


(49)

terburu-buru. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analis item dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson dari program SPSS for wtndows versi 12. Berikut adalah distribusi item skala dalam tiap aspek dan kategori tiap item setelah uji coba :

1. Skala Tingkat Stres

Hasil pengujian terhadap 55 item skala tingkat stres ibu berperan ganda menunjukkan bahwa 45 item yang sahih dan 10 item yang gugur dalam skala tersebut. Gugurnya item sebanyak 8 item karena nilai koefisien korelasi kurang memuaskan yakni kurang dari 0,30. Sedangkan 2 item yang lain digugurkan karena jumlah item pada aspek emosional terlalu banyak jika dibandingkan dengan aspek yang lain. Berikut ini adalah tabel distribusi item untuk skala stres setelah uji coba :

TabelB3

DistribusiBitemBtiapBaspekBdanBkategoriBsifatBitem setelahBujiBcoba

NO ASPEK SIFAT ITEM SAHIH GUGUR

1 Fisiologis Favorable Unfavorable

9, 12, 19, 30

2, 10, 11, 21, 32, 41

1, 20 31 2 Emosional Favorable

Unfavorable

13, 22, 34, 42, 43, 44, 51 14, 23, 35, 45, 46, 52

3, 33, 49 4, 26


(50)

-Unfavorable 6, 16, 24, 25, 38, 53

-4 Perilaku Favorable

Unfavorable

7, 17, 28, 48, 54 8, 18, 29, 55

39, 40

-TOTAL 45 10

TabelB4

DistribusiBitemBtiapBaspekBdanBkategoriBsifatBitem DenganBnomorBbaru

NO ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH %

1 Fisiologis 9, 12, 19, 30 2, 10, 11, 21, 32, 41

10 22,2

2 Emosional 13, 22, 26, 34, 42, 43, 44

4, 14, 23, 35, 45, 31

13 28,9

3 Kognitif 3, 5, 15, 20, 27, 36, 37

6, 16, 24, 25, 33, 38

13 28,9

4 Perilaku 1, 7, 17, 28, 39 8, 18, 29, 40 9 20


(51)

2. Skala Penyesuaian Sosial

Hasil pengujian terhadap 56 item skala penyesuaian sosial menunjukkan bahwa 54 item sahih dan 2 item gugur dalam skala tersebut. Gugurnya 2 item pada aspek II tersebut karena adanya penulisan item yang hampir mirip dengan item yang lain. Berikut ini adalah tabel distribusi item untuk skala stres sebelum maupun setelah uji coba :

TabelB5

DistribusiBitemBtiapBaspekBdanBkategoriBsifatBitem setelahBujiBcoba

ASPEK SIFAT ITEM SAHIH GUGUR

Aspek I Favorable Unfavorable

1, 11, 12, 27, 38 2, 13, 28, 39, 40, 52

-Aspek II Favorable Unfavorable

3, 14, 15, 16, 29, 41, 42, 53 4, 17, 30, 43, 55

-44, 54 Aspek III Favorable

Unfavorable

5, 18, 19, 31, 32, 45, 56 6, 20, 33, 46

-Aspek IV Favorable Unfavorable

7, 21, 22, 34, 47 8, 23, 35, 48

-Aspek V Favorable

Unfavorable

9, 24, 36, 49, 50 10, 25, 26, 37, 51

-TOTAL 54 2

TabelB6


(52)

DenganBnomorBbaru

ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH %

Aspek I 1, 11, 12, 27, 38 2, 13, 28, 39, 40, 52 11 20,4 Aspek II 3, 14, 15, 16, 29, 41,

42, 53

4, 17, 30, 43, 44, 13 24,1

Aspek III 5, 18, 19, 31, 32, 45, 54

6, 20, 33, 46 11 20,4

Aspek IV 7, 21, 22, 34, 47 8, 23, 35, 48 9 16,6

Aspek V 9, 24, 36, 49, 50 10, 25, 26, 37, 51 10 18,5


(53)

BABBIV

PELAKSANAAN,BHASILBPENELITIAN,BDANBPEMBAHASAN

A. PelaksanaanBPenelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Nopember sampai dengan 15 Nopember 2007 pada 75 orang subjek penelitian. Dari 75 skala tersebut diperoleh 69 buah skala yang digunakan sebagai data penelitian karena semua item terjawab serta identitas subjek memenuhi kriteria penelitian.

B. HasilBPenelitian

1. DeskripsiBSubjekBPenelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu berperan ganda berusia antara 29 sampai 57 tahun, bekerja sebagai guru, pegawai negeri non guru, atau pegawai swasta, tingkat pendidikan SMP hingga Perguruan Tinggi, telah menikah dan mempunyai anak, tinggal dalam keluarga inti atau keluarga besar orang tua.

Berdasarkan data identitas skala yang diperoleh dapat dibuat tabel rangkuman gambaran subjek penelitian sebagai berikut :


(54)

TabelB7

GambaranBsubjekBPenelitian

KRITERIA KETERANGAN JUMLAH %

Usia 29-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-57 8 12 14 11 10 10 4 11,6 17,4 20,3 15,9 14,5 14,5 5,8 Pekerjaan Guru

PNS Non Guru Pegawai Swasta Non Guru

30 25 14 43,5 36,2 20,3

Tingkat Pendidikan SMP

SMU DIPLOMA S1 S2 1 9 11 40 8 1,5 13 15,9 58 11,6

Status Perkawinan Menikah 69 100

Jumlah Anak 1

2 3 4 5 17 26 16 9 1 24,6 37,7 23,2 13 1,5

Usia anak 0-11 bulan

1-5 tahun 6-10 tahun 3 20 33 2,1 13,4 22,1


(55)

11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun

27 30 20 10 5 1

18,1 20,1 13,4 6,7 3,4 0,7

Tinggal Bersama Keluarga Inti

Keluarga Besar

48 21

69,6 30,4

Berdasarkan gambaran tersebut sebagian besar subjek penelitian berusia antara 36-40 tahun (20,3%), bekerja sebagai guru sebanyak 30 orang (43,5 %), tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 40 orang (58%), telah menikah sebanyak 69 orang (100%), jumlah anak 2 sebanyak 26 orang (37,7%) , tinggal dalam keluarga inti sebanyak 48 orang (69,6%).

2. DeskripsiBDataBPenelitian

Berikut disajikan tabel hasil analisis deskriptif berdasarkan perhitungan komputerisasi dengan menggunakan program SPSS for Wtndows versi 12.0 sebagai berikut :


(56)

TabelB8

HasilBAnalisiBDeskriptif

Statistik Tingkat Stres Penyesuaian Sosial

N 69 69

Skor minimum teoritis 45 54

Skor minimum empiris 70 156

Skor maximum teoritis 180 216

Skor maximum empiris 122 205

Mean teoritis 112,5 135

Mean empiris 99.5072 179.3188

Standar Deviasi 10.42709 12.62292

3. HasilBUjiBAsumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan analisis statistik untuk mengetahui apakah data penelitian mengikuti sebaran data dengan distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan One Sampel Kolmogorv-Smtrnov Test dari program SPSS for Wtndows versi 12.0. Jika nilai signifikansi yang diperoleh dari uji tersebut lebih besar dari 0.05 (p>0.05) maka sebaran data tersebut normal, sebaliknya jika nilai signifikansi yang diperoleh dari uji tersebut lebih kecil dari 0.05 (p<0.05) maka sebaran data tersebut bukan sebaran data yang mengikuti distribusi normal. Hasil uji normalitas menghasilkan probabilitas (p) tingkat stres sebesar 0,740 (p>0.05) dan probabilitas (p) penyesuaian sosial sebesar 0,528 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi sampel adalah normal.


(57)

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor variabel stres dan variabel penyesuaian sosial merupakan garis lurus atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Wtndows versi 12.0. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu tigkat stres dan penyesuaian sosial adalah linier karena taraf signifikansi 0,011 (p<0,05).

4.BHasilBUjiBHipotesis

Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul adalah metode statistik. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Wtndows versi 12.0. Teknik yang digunakan dengan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Teknik ini akan digunakan untuk menguji apakah ada korelasi negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

Dari hasil analisis, diperoleh nilai korelasi untuk variabel stres dan variabel penyesuaian sosial yaitu -0,355, p = 0,001 (p<0,01), hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres diterima. Semakin tinggi penyesuaian sosial yang dimiliki ibu berperan ganda, maka tingkat stresnya semakin rendah.

Koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil kuadran koefisien korelasi adalah 0,126. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel


(58)

bebas penelitian ini yaitu penyesuaian sosial memberikan sumbangan sebesar 12,6 % terhadap variabel tergantung yaitu tingkat stres. Dengan kata lain ada 87,4 % faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres pada ibu berperan ganda di luar penyesuaian sosial.

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda. Ini berarti bahwa bila terjadi peningkatan pada salah satu variabel maka akan diikuti penurunan variabel lain. Dalam hal ini bila terjadi peningkatan variabel penyesuaian sosial maka akan terjadi pada penurunan pada variabel tingkat stres, yaitu semakin tinggi penyesuaian sosial ibu berperan ganda maka semakin rendah tingkat stresnya.

Kartono (1992) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian yang baik dapat berperilaku baik sesuai norma-norma yang berlaku. Dia memiliki keterampilan dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Dia juga bersedia membantu orang lain meskipun kadang-kadang hal itu tidak membawa keuntungan bagi dirinya. Namun penyesuaian sosial tidak menunjukkan adanya perilaku yang sifatnya berlebihan yang dilakukan supaya dirinya diterima oleh orang lain.

Wanita yang berperan ganda berpijak pada dua posisi. Di satu sisi berada pada dunia pekerjaan dan di sisi lain pada dunia rumah tangga. Peran ganda dapat menimbulkan ketegangan dalam kehidupan rumah tangga sehingga muncul rasa


(59)

bersalah, frustrasi, dan juga stres pada wanita (Shaevitz, 1991). Dengan melakukan penyesuaian sosial maka ibu berperan ganda akan diterima dan mendapat dukungan sosial dari lingkungannya sehingga dapat mengurangi stres yang dialaminya.

Aspek-aspek penyesuaian sosial yang diukur dalam penelitian ini adalah mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Aspek pertama adalah mengakui dan menghormati hak-hak orang lain. Sikap tersebut ditunjukkan dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengeluarkan pendapat, berusaha untuk menghargai pendapat orang lain, dan berbesar hati jika pendapat berbeda dengan orang lain. Dengan adanya sikap tersebut maka akan muncul situasi yang menyenangkan dalam membina hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Aspek kedua adalah belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain. Ketika ibu berperan ganda dapat merasakan kedekatan dengan orang-orang di sekitarnya, kemungkinan ia tidak akan mengalami beban yang berat saat memiliki masalah. Ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya, ia masih dapat merasakan kesenangan.

Aspek ketiga adalah berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Ketika berada di tengah-tengah orang lain maka ibu berperan ganda dapat merasakan perasaan


(60)

saling membutuhkan satu sama lain. Mereka akan memperoleh dukungan dari interaksi mereka. Apabila mereka mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, maka mereka akan lebih mudah mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Aspek keempat adalah menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. Ibu berperan ganda yang merasa mempunyai semangat untuk memperhatikan orang lain, maka ia juga akan merasa mendapat perhatian dari lingkungannya. Dengan demikian ketika ia mulai terpuruk dan kehilangan semangat karena ia merasa tidak mampu menghadapi hambatan yang ada, ia akan bersemangat lagi dan tetap berusaha melewati setiap hambatan yang ada.

Aspek kelima adalah menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat. Dengan menjalani kehidupan sesuai dengan norma lingkungan sekitarnya maka ibu berperan ganda akan diterima oleh lingkungannya dan mendapat dukungan sosial. Apabila mereka mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya, maka mereka akan lebih mudah mengatasi masalah yang dihadapi.

Ibu berperan ganda yang dapat melakukan penyesuaian sosial, maka lingkungan akan menerima kehadirannya. Ketika ia sedang dihadapkan pada masalah, ia akan mendapat dukungan sosial dari lingkungannya. Sebaliknya jika Ibu berperan ganda yang merasa kurang dapat melakukan penyesuaian sosial, maka lingkungan akan menolak kehadirannya sehingga ia merasa sendiri dalam menghadapi masalah. Kondisi tersebut membuat mereka semakin tertekan sehingga tingkat stresnya cenderung tinggi.


(61)

Stres dapat menyebabkan terganggunya fungsi emosi, kognitif, maupun fisiologik individu yang mengalaminya (Fauziah, dkk, 1999). Menurut Duxburg dan Higgis (1991) stres dapat menurunkan konsentrasi dan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Selain itu pada tingkat stres yang berat, dapat menyebabkan depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri sehingga individu seringkali menarik diri dari lingkungan, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, dan mudah emosi. Oleh karena itu ibu berperan ganda perlu mengatasi dengan segera setiap masalah akibat banyaknya tuntutan yang menjadikan mereka menjadi tertekan. Dengan adanya penyesuaian sosial maka berbagai tekanan yang mereka hadapi dapat berkurang, dengan demikian tingkat stresnya pun menjadi rendah. Dengan adanya penyesuaian sosial maka individu dapat terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa sehingga mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Penyesuaian sosial merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Individu yang memiliki penyesuaian sosial yang tinggi tidak akan mudah mengalami stres. Kondisi ini memungkinkan individu untuk dapat mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.


(62)

Terbuktinya hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda memberikan implikasi praktis bagi Ibu berperan ganda. Penyesuaian sosial cukup penting untuk dilakukan, karena semakin tinggi penyesuaian sosial, maka tingkat stresnya semakin rendah. Ibu berperan ganda perlu meningkatkan keterampilan sosial, banyak menjalin relasi dengan orang-orang di sekitarnya, dan mengikuti berbagai kegiatan untuk mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar mereka lebih mudah mengatasi masalah yang dihadapinya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil kuadran koefisien korelasi adalah 0,126. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel bebas penelitian ini yaitu penyesuaian sosial memberikan sumbangan sebesar 12,6 % terhadap variabel tergantung yaitu tingkat stres. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat 87,4 % kontribusi yang berasal dari variabel-variabel di luar variabel bebas yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada dasarnya penyebab stres tidak hanya disebabkan oleh faktor tertentu saja. Ada faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi tingkat stres seseorang.

Berdasarkan data yang diperoleh, subjek berusia antara 29 sampai 57 tahun. Hal itu dapat menjadi keterbatasan penelitian. Masalah yang dihadapi ibu berperan ganda pada usia muda, kemungkinan berbeda dengan ibu yang sudah berusia lanjut. Ibu berperan ganda pada usia muda yang sedang memulai kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan mungkin belum terbiasa melakukan penyesuaian sosial dalam memenuhi tuntutan dari lingkungan sosial seperti


(63)

keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat sehingga tingkat stresnya cenderung tinggi. Sedangkan ibu yang sudah berusia lanjut sebaliknya.

Peneliti juga tidak memperhatikan faktor lingkungan keluarga. Misalnya Ibu yang hanya tinggal bersama suami dan anak-anaknya saat memiliki masalah kurang mendapat dukungan keluarga sehingga tingkat stresnya tinggi. Sedangkan Ibu yang didampingi keluarga besar akan mendapat dukungan sehingga ia merasa tidak sendiri dalam menghadapi masalah. Kondisi tersebut membuat mereka merasa terdukung sehingga tingkat stresnya cenderung rendah.

Selain itu peneliti juga tidak memperhatikan faktor ekonomi misalnya jumlah gaji maupun fasilitas yang diperoleh dari kantor. Taylor (1995) mengemukakan bahwa tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor penyebab stres. Jika fasilitas dari kantor seperti kendaraan, perumahan, maupun asuransi kesehatan tidak ada, maka memungkinkan munculnya sumber stres yang lebih banyak dibandingkan dengan lengkapnya fasilitas dari kantor. Beberapa hal tersebut tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Maka untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi stres.


(64)

BABBV

KESIMPULANBDANBSARAN A. KesimpulanB

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yang berarti bahwa semakin tinggi penyesuaian sosial pada ibu berperan ganda maka semakin rendah tingkat stresnya dan sebaliknya, semakin rendah penyesuaian sosial pada ibu berperan ganda maka semakin tinggi tingkat stresnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Ibu berperan ganda

Penyesuaian sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda. Oleh karena itu ibu berperan ganda perlu meningkatkan keterampilan sosial dengan menghormati hak-hak orang lain, bergaul, mengembangkan persahabatan dengan orang lain, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar tingkat stres mereka rendah.


(1)

Lampiran 13


(2)

Analisis reliabilitas Penyesuaian Social uji coba

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

ITEM_1 181.9804 321.4196 .5516 .9635

ITEM_2 182.1176 321.3059 .4336 .9640

ITEM_3 182.2745 320.1231 .6278 .9633

ITEM_4 182.4510 321.1325 .4109 .9641

ITEM_5 182.4118 323.2871 .4644 .9638

ITEM_6 182.4510 317.1725 .5563 .9635

ITEM_7 181.9608 321.5984 .5489 .9635

ITEM_8 182.0392 319.3584 .5014 .9637

ITEM_9 182.1373 318.3208 .7007 .9631

ITEM_10 182.1176 320.6659 .5684 .9635

ITEM_11 182.0392 319.5584 .6411 .9633

ITEM_12 182.3529 320.0729 .5695 .9635

ITEM_13 182.2745 321.9231 .5221 .9636

ITEM_14 182.1765 319.5882 .6321 .9633

ITEM_15 182.2549 319.1537 .6241 .9633

ITEM_16 182.4706 319.7741 .5358 .9636

ITEM_17 182.5098 319.7349 .4505 .9640

ITEM_18 182.3333 318.3867 .6071 .9633

ITEM_19 183.0196 319.5396 .3982 .9644

ITEM_20 182.3333 321.7067 .5134 .9636

ITEM_21 182.3529 319.6729 .6399 .9633

ITEM_22 182.1569 318.0549 .7169 .9630

ITEM_23 182.1373 316.8408 .5535 .9636

ITEM_24 182.1176 322.5459 .4285 .9639

ITEM_25 182.4902 320.6949 .4715 .9638

ITEM_26 182.3725 322.6784 .3605 .9643

ITEM_27 182.2745 319.2431 .6258 .9633

ITEM_28 182.1373 317.9608 .7210 .9630

ITEM_29 182.2353 319.9035 .6266 .9633

ITEM_30 182.3137 320.1796 .5901 .9634

ITEM_31 182.5686 320.8902 .6054 .9634

ITEM_32 182.3922 319.1231 .5602 .9635

ITEM_33 182.4118 320.4071 .5066 .9637

ITEM_34 182.2157 317.2925 .7714 .9629

ITEM_35 182.1176 319.7859 .5724 .9634

ITEM_36 182.3333 319.3067 .6009 .9634

ITEM_37 182.6667 316.3867 .5825 .9634

ITEM_38 182.1569 316.4949 .8056 .9627

ITEM_39 182.0196 321.9396 .5095 .9637

ITEM_40 182.2745 318.2431 .6804 .9631

ITEM_41 182.3137 317.4596 .6890 .9631 _


(3)

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

ITEM_42 182.5490 320.9725 .5768 .9635

ITEM_43 182.3725 320.9584 .5777 .9635

ITEM_44 182.6667 319.3067 .5390 .9636

ITEM_45 182.3922 318.9231 .6551 .9632

ITEM_46 182.4314 318.1702 .7305 .9630

ITEM_47 182.1176 318.2659 .7038 .9631

ITEM_48 181.9412 321.5765 .5594 .9635

ITEM_49 182.2549 320.1937 .4969 .9637

ITEM_50 182.0392 318.6384 .6939 .9631

ITEM_51 182.4118 320.0471 .5611 .9635

ITEM_52 182.0196 320.5396 .5899 .9634

ITEM_53 182.6275 317.0384 .5103 .9638

ITEM_54 182.6275 319.8384 .4603 .9639

ITEM_55 182.3333 321.2667 .4649 .9638

ITEM_56 182.9608 317.6384 .4752 .9640

Reliability Coefficients N of Cases = 51.0 N of Items = 56 Alpha = .9641


(4)

Lampiran 14

Analisis reliabilitas penyesuaian

sosial item sahih


(5)

Analisis reliabilitas Penyesuaian Sosial Item Sahih

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

ITEM_1 176.0196 298.8596 .5522 .9628

ITEM_2 176.1569 299.0549 .4192 .9633

ITEM_3 176.3137 297.6596 .6253 .9625

ITEM_4 176.4902 298.8149 .4006 .9634

ITEM_5 176.4510 300.6125 .4680 .9630

ITEM_6 176.4902 294.9349 .5490 .9628

ITEM_7 176.0000 298.7200 .5687 .9627

ITEM_8 176.0784 296.7137 .5089 .9630

ITEM_9 176.1765 295.6682 .7132 .9622

ITEM_10 176.1569 298.0549 .5735 .9627

ITEM_11 176.0784 296.9537 .6483 .9625

ITEM_12 176.3922 297.4431 .5765 .9627

ITEM_13 176.3137 299.3396 .5230 .9629

ITEM_14 176.2157 297.0525 .6351 .9625

ITEM_15 176.2941 296.6518 .6259 .9625

ITEM_16 176.5098 297.3349 .5330 .9628

ITEM_17 176.5490 297.6125 .4343 .9633

ITEM_18 176.3725 295.8384 .6125 .9625

ITEM_19 177.0588 296.8965 .4038 .9637

ITEM_20 176.3725 299.1584 .5126 .9629

ITEM_21 176.3922 297.3231 .6316 .9625

ITEM_22 176.1961 295.4808 .7254 .9622

ITEM_23 176.1765 294.2682 .5611 .9628

ITEM_24 176.1569 299.7349 .4402 .9631

ITEM_25 176.5294 298.3341 .4632 .9631

ITEM_26 176.4118 300.1671 .3563 .9636

ITEM_27 176.3137 296.6596 .6320 .9625

ITEM_28 176.1765 295.4282 .7273 .9622

ITEM_29 176.2745 297.4431 .6244 .9625

ITEM_30 176.3529 297.6729 .5901 .9626

ITEM_31 176.6078 298.4431 .6001 .9626

ITEM_32 176.4314 296.6902 .5583 .9627

ITEM_33 176.4510 297.8925 .5065 .9629

ITEM_34 176.2549 294.9537 .7676 .9621

ITEM_35 176.1569 297.1749 .5788 .9627

ITEM_36 176.3725 296.7984 .6027 .9626

ITEM_37 176.7059 294.2518 .5721 .9627

ITEM_38 176.1961 294.0408 .8105 .9619

ITEM_39 176.0588 299.4165 .5067 .9629

ITEM_40 176.3137 295.6996 .6865 .9623

ITEM_41 176.3529 295.1529 .6835 .9623 _


(6)

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

ITEM_42 176.5882 298.5271 .5714 .9627

ITEM_43 176.4118 298.5271 .5714 .9627

ITEM_45 176.4314 296.4102 .6581 .9624

ITEM_46 176.4706 295.8541 .7234 .9622

ITEM_47 176.1569 295.7749 .7070 .9623

ITEM_48 175.9804 298.9796 .5620 .9628

ITEM_49 176.2941 297.7318 .4945 .9630

ITEM_50 176.0784 295.9937 .7055 .9623

ITEM_51 176.4510 297.7325 .5508 .9628

ITEM_52 176.0588 297.7765 .6045 .9626

ITEM_53 176.6667 294.7867 .5043 .9631

ITEM_55 176.3725 298.7984 .4608 .9631

ITEM_56 177.0000 295.4400 .4664 .9633

Reliability Coefficients N of Cases = 51.0 N of Items = 54 Alpha = .9634


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN STRES KERJA WANITA BERPERAN GANDA KARYAWAN UNIT COLD Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dengan Stres Kerja Wanita Berperan Ganda Karyawan Unit Cold Storage KUD Minatani di Kecamatan Brondong Kabupaten Lamon

0 1 19

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BEKERJA Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Bekerja.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BERPERAN GANDA Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan Ganda.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan Ganda.

0 1 7

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA Hubungan Antara Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan Ganda.

1 8 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan Ganda.

0 1 7

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA Hubungan Antara Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan Ganda.

0 2 15

Hubungan antara kelekatan terhadap ibu dengan tingkat stres pada mahasiswa perantau.

2 10 138

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA IBU BERPERAN GANDA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 155