Perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator.

(1)

vii   

ABSTRAK

 

Nikolas Aditya Prawira (2009).

Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator

dan Non-meditator.

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan

pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu,

pengendalian emosi meditator lebih tinggi daripada

non-meditator

. Meditator yang dimaksud adalah orang-orang yang mengikuti meditasi

buka hati dan non-meditator adalah orang-orang yang sama sekali tidak mengikuti

meditasi jenis apapun. Meditasi buka hati adalah meditasi yang menekankan

santai,

seyum, dan pasrah

sebagai intinya.

 

Jenis penelitian ini termasuk penelitian

komparatif

. Subjek penelitian ini

berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 25 orang meditator dan 25 orang non-meditator.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala pengendalian emosi

kepada subjek untuk diisi. Skala pengendalian emosi yang diberikan telah diuji

validitas dan reliabilitasnya. Reliabilitas diuji menggunakan koefisien

Alpha

Cronbach

, hasilnya ditemukan nilai reliabilitas sebesar 0,865 dan korelasi aitem total

antara 0,311 sampai 0,619.

 

Hasil analisis uji-t menunjukkan nilai t = 6,078 dengan probabilitas 0,000 (

ρ

<

0,05). Mean meditator adalah 74,52 dan mean non-meditator adalah 63,96.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pengendalian emosi

Meditator lebih tinggi daripada Non-meditator.


(2)

viii   

ABSTRACT

Nikolas Aditya Prawira (2009).

The Difference of Emotional Control Between

Meditators and Non-Meditators.

Yogyakarta : Sanata Dharma University

This research aimed to find the difference of emotional control between

meditators and non-meditators. The hypothesis of this research was

the emotional

control of meditators is higher than non-meditators

. Meditators are people who were

already practice open heart meditation and non-meditators are people who didn’t

practice any meditation at all. Open heart Meditation focus on

relax, smile, and

surrender.

This research was a comparative study. The subjects of research was 50

people, consist of 25 meditators and 25 non-meditators. The method of collecting

data was done by giving a scale to the subject, called the emotional control scale. The

validity and reliability of the scale had been tested before. The reliability has been

tested using

Alpha Cronbach Coefisien

, the reliability value is 0.865 and the item

total correlations are between 0.311 and 0.619.

The result from t-test showed the value of t-test equal to 6.078 with the

probability of 0,000 (

ρ

< 0,05). Mean of meditators was 74.52; while mean of

non-meditators was 63.96. Based on this result of data analysis, it can be concluded that

the emotional control of meditators are higher than non-meditators.


(3)

 

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nikolas Aditya Prawira

NIM : 029114025

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009


(4)

ii 

 

SKRIPSI

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Oleh :

Nikolas Aditya Prawira

NIM : 029114025

Telah disetujui oleh :

Pembimbing


(5)

iii 

 

SKRIPSI

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Dipersiapkan dan ditulis oleh Nikolas Aditya Prawira

NIM : 029114025

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 9 November 2009 dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama

Tanda

tangan

Ketua A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si

………..

Anggota

Agung

Santoso,

MA. ………..

Anggota Y. Heri Widodo, M.Psi.

………..

Yogyakarta. 9 November 2009

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(6)

iv 

 

Dengan perencanaan yang hati-hati dan mendetail,

Seseorang pasti menang.

Dengan perencanaan yang ceroboh dan tidak mendetail,

Seseorang tidak bisa menang.

Betapa kekalahan seseorang lebih pasti kalau dia

Tidak memiliki rencana sama sekali!

Dari cara bagaimana perencanaan itu dibuat sebelumnya,

Kita dapat memprediksi kemenangan atau kekalahan


(7)

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Orang Tua ku

Adikku

Saudara-saudaraku

Teman-temanku


(8)

vi 

 

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Penulis,


(9)

vii 

 

ABSTRAK

 

Nikolas Aditya Prawira (2009).

Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator

dan Non-meditator.

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan

pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu,

pengendalian emosi meditator lebih tinggi daripada

non-meditator

. Meditator yang dimaksud adalah orang-orang yang mengikuti meditasi

buka hati dan non-meditator adalah orang-orang yang sama sekali tidak mengikuti

meditasi jenis apapun. Meditasi buka hati adalah meditasi yang menekankan

santai,

seyum, dan pasrah

sebagai intinya.

 

Jenis penelitian ini termasuk penelitian

komparatif

. Subjek penelitian ini

berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 25 orang meditator dan 25 orang non-meditator.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala pengendalian emosi

kepada subjek untuk diisi. Skala pengendalian emosi yang diberikan telah diuji

validitas dan reliabilitasnya. Reliabilitas diuji menggunakan koefisien

Alpha

Cronbach

, hasilnya ditemukan nilai reliabilitas sebesar 0,865 dan korelasi aitem total

antara 0,311 sampai 0,619.

 

Hasil analisis uji-t menunjukkan nilai t = 6,078 dengan probabilitas 0,000 (

ρ

<

0,05). Mean meditator adalah 74,52 dan mean non-meditator adalah 63,96.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pengendalian emosi

Meditator lebih tinggi daripada Non-meditator.


(10)

viii 

 

ABSTRACT

Nikolas Aditya Prawira (2009).

The Difference of Emotional Control Between

Meditators and Non-Meditators.

Yogyakarta : Sanata Dharma University

This research aimed to find the difference of emotional control between

meditators and non-meditators. The hypothesis of this research was

the emotional

control of meditators is higher than non-meditators

. Meditators are people who were

already practice open heart meditation and non-meditators are people who didn’t

practice any meditation at all. Open heart Meditation focus on

relax, smile, and

surrender.

This research was a comparative study. The subjects of research was 50

people, consist of 25 meditators and 25 non-meditators. The method of collecting

data was done by giving a scale to the subject, called the emotional control scale. The

validity and reliability of the scale had been tested before. The reliability has been

tested using

Alpha Cronbach Coefisien

, the reliability value is 0.865 and the item

total correlations are between 0.311 and 0.619.

The result from t-test showed the value of t-test equal to 6.078 with the

probability of 0,000 (

ρ

< 0,05). Mean of meditators was 74.52; while mean of

non-meditators was 63.96. Based on this result of data analysis, it can be concluded that

the emotional control of meditators are higher than non-meditators.


(11)

ix 

 

Lembar Pernyataan Persetujuan

Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Nikolas Aditya Prawira

Nomor Mahasiswa

: 029114025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepasa Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul :

Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator dan Non-Meditator

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk meyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 8 Desember 2009

Yang menyatakan

Nikolas Aditya Prawira

 


(12)

 

KATA PENGANTAR

Saya mengucap syukur kepada Tuhan YME yang telah menganugerahkan kasih dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat memulai dan menyelesaikan tugas akhir ini

dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1.

Ibu A. Tanti Arini S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang

telah banyak meluangkan waktunya, memberikan saran-saran dan petunjuk

dalam pengerjaan skripsi ini.

2.

Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Si. dan Bapak Agung Santoso, S.Psi, MA.

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik bagi penulis

sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

3.

Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah membimbing

dan mengajar selama masa perkuliahan.

4.

Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Psikologi yang telah banyak

membantu penulis.

5.

Orang tua dan adik saya yang telah banyak membantu dan memberikan

semangat dalam pengerjaan skripsi.

6.

Seluruh Staf dan Karyawan Yayasan Padmajaya yang membantu saya dalam

pengambilan data.

7.

Para peserta Meditasi Buka Hati yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

mengisi angket.

8.

Seluruh teman-teman di kantor yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk mengisi angket.

9.

Teman-teman penulis yang memberi semangat dan membantu penulis dalam

pengerjaan skripsi ini.


(13)

xi 

 

Beserta pihak-pihak lain yang telah turut serta dalam proses pengerjaan skripsi

hingga penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis,


(14)

xii 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………

i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.……….

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.……….

iii

HALAMAN MOTTO………..

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….

vi

ABSTRAK………

vii

ABSTRACT……….

viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….

KATA PENGANTAR……….

ix

DAFTAR ISI………

xi

DAFTAR TABEL………

xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...

xv

BAB I PENDAHULUAN………...

1

A.

Latar Belakang Masalah………

1

B.

Rumusan Masalah……….

7

C.

Tujuan Penelitian………...

7

D.

Manfaat Penelitian………

7

BAB II LANDASAN TEORI……….

8

A.

Pengertian Meditasi………..

8


(15)

xiii 

 

C.

Emosi………

12

a.

Pengertian Emosi………

12

b.

Teori Emosi………

15

c.

Bentuk-bentuk Emosi………

16

D.

Pengendalian Emosi………

20

a.

Pengertian Pengendalian Emosi………

20

b.

Ketrampilan Mengendalikan Emosi……….

21

c.

Model Pengendalian Emosi………..

24

d.

Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Emosi………….

25

E.

Perbedaan Pengendalian Emosi Meditator dan Non-Meditator..

26

F.

Hipotesis………..

30

BAB III METODE PENELITIAN………...

31

A.

Jenis Penelitian………..

31

B.

Identifikasi Variabel………..

31

C.

Definisi Operasional………..

31

1.

Pengendalian Emosi………

31

2.

Meditator dan Non-Meditator………

32

D.

Subjek Peneltitian……….

33

E.

Alat Pengumpul Data………

34

F.

Validitas dan Reliabilitas………..

34

1.

Validitas………..

34

2.

Seleksi Aitem………..

35


(16)

xiv 

 

G.

Analisis Data……….

37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………

39

A.

Orientasi Kancah Penelitian………..

39

B.

Pelaksanaan Penelitian………

39

C.

Deskripsi Data Penelitian………..

40

D.

Analisis Data……….

40

1.

Uji Normalitas……….

40

2.

Uji Homogenitas……….

41

3.

Uji Hipotesis………..

41

E.

Pembahasan……….

42

F.

BAB V PENUTUP……….

45

A. Kesimpulan………..

45

B. Saran………

45

DAFTAR PUSTAKA……….

46


(17)

xv 

 

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Item Pengendalian Emosi sebelum pengujian……….

38

Tabel 2. Item Pengendalian Emosi sesudah pengujian……….

38

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov………..

41

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas………

41


(18)

xvi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1.

Reliabilitas

2.

Uji Normalitas

3.

Uji t

LAMPIRAN B

1.

Skala untuk Tryout

2.

Skala untuk penelitian

   

     


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Orang awam pada umumnya menganggap bahwa emosi itu adalah rasa marah. Emosi bukan hanya marah saja tetapi juga ada rasa takut, khawatir, bahagia, dan lain-lain. Menurut Albin (1986) emosi dapat diartikan sebagai perasaan yang dimiliki dan dialami oleh setiap manusia. Ada 2 jenis emosi menurut Albin (1986), yaitu emosi negatif dan emosi positif. Emosi negatif adalah perasaan yang tidak menyenangkan seperti marah, iri, dan cemburu, sedangkan emosi positif adalah perasaan yang menyenangkan seperti bahagia dan kasih sayang.

Emosi yang dirasakan manusia memang rumit. Emosi tidak selalu berlangsung sempurna dan menyenangkan, bahkan kadang menyakitkan seperti perasaan sedih saat seseorang ditinggalkan orang yang dicintainya. Emosi dapat juga menjadi tak terkendali, dan menegangkan seperti yang dialami seorang ayah saat menanti kelahiran anaknya, sesaat ia tegang menanti sesaat kemudian bergembira saat anaknya lahir. Emosi yang seperti itu sering dianggap kalah penting dibandingkan pikiran, tetapi pada kenyataannya hidup ini tidak pernah lepas dari emosi. Manusia cenderung berperilaku berdasarkan emosi daripada pikiran atau logika. (Covey, dalam Wijokongko, 1997)


(20)

Emosi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Manusia dikatakan tidak lengkap jika tidak ada emosi,

sebab manusia tidak akan dapat merasakan bahagia, sedih, kecewa, dan

perasaan-perasaan lainnya. Hal yang terjadi apabila manusia tidak

mempunyai emosi yaitu ketidakmampuannya untuk berkembang. Manusia

yang merasa kecewa karena mengalami kegagalan tentunya akan berusaha

lebih untuk memperbaikinya, hal ini membuat manusia berkembang.

Perasaan lain seperti perasaan senang karena mengalami keberhasilan

akan membawa pengalaman emosi yang lain pula.

Pengalaman-pengalaman emosi yang berbeda membuat manusia menjadi berkembang

dan membuat hidup ini berarti. Manusia yang tidak dapat merasa sedih

atau gembira dalam segala hal tidak ada bedanya dengan sebuah robot.

Kehidupan emosi erat kaitannya dengan kehidupan sosial manusia,

setiap hubungan seseorang dengan orang lain pasti melibatkan emosi. Oleh

karena itu, sangatlah penting bagi setiap manusia untuk dapat

mengendalikan emosi. Emosi yang terkendali secara benar dapat menjadi

kekuatan luar biasa untuk mengubah hidup menjadi lebih baik.

Wijokongko (1997) mengatakan emosi adalah suatu kekuatan kalau manusia mampu mengendalikannya. Sebaliknya, emosi dapat merusak

kalau diri manusia yang dikuasai emosi. Contohnya adalah emosi marah

yang berlebihan dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku

agresif. Perang sebagai salah satu contoh pelampiasan kemarahan tanpa


(21)

pihak yang saling bertikai tidak mampu mencari penyelesaiannya. Perang

yang terus menerus dapat mengakibatkan musnahnya suatu peradaban dan

kerugian harta benda yang tak terhitung jumlahnya. Jika saja orang

tersebut mampu mengendalikan amarahnya dan tetap tenang, mungkin

akan menemukan penyelesaian selain perang yang melibatkan banyak

orang sehingga tercipta rasa aman dan puas. Contoh lainnya adalah

euphoria, yaitu rasa gembira yang berlebihan. Perasaan gembira

merupakan perasaan yang menyenangkan tetapi jika berlebihan dan tidak

dikendalikan dapat mengakibatkan hal yang buruk terjadi seperti supporter

klub sepakbola yang merayakan kemenangan teamnya secara berlebihan

sehingga melakukan pengrusakkan dan pencurian di jalan-jalan yang

mereka lewati, mabuk-mabukkan dan mengganggu orang lain di

sekitarnya. Hal seperti ini dapat dihindarkan jika mereka mampu untuk

mengendalikan emosinya.

Berdasar contoh di atas, pengendalian emosi baik itu emosi positif

maupun negatif diperlukan agar hal-hal tersebut dapat dihindarkan. Salah

satu cara pengendalian emosi yang sedang berkembang saat ini yaitu

dengan cara meditasi. Meditasi sebagai cara hidup sudah dikenal selama ribuan tahun, terutama dalam kebudayaan timur seperti di Cina dan India.

Macam-macam teknik meditasi semakin berkembang dan maju hingga

merambah ke kebudayaan barat. Meditasi yang berkembang di dunia barat

membuat ketertarikan orang barat untuk belajar bermeditasi ke Asia


(22)

Kini siapapun yang ingin belajar bermeditasi dapat

mempelajarinya di berbagai tempat dan aliran melalui kursus, seminar,

lokakarya dan kelas meditasi. Setiap orang yang ingin belajar meditasi pun

dapat mendapat informasi dengan cepat sebab saat ini berbagai media

komunikasi seperti internet, televisi, radio, maupun surat kabar sering

memuat topik mengenai meditasi. Orang-orang yang belajar dan

melakukan meditasi dalam penelitian ini disebut meditator dan orang yang

tidak melakukan meditasi disebut non-meditator.

Humphrey (2000) mengatakan tidak ada definisi yang pasti

mengenai pengertian meditasi sebab setiap orang memiliki definisinya

masing-masing. Definisi tersebut bergantung pada pengalaman dan

pemahaman seseorang dalam melakukan meditasi, setiap orang akan

merasakan sensasi yang berbeda-beda dan hal tersebut akan

mempengaruhi pendapat orang itu mengenai meditasi. Seorang meditator

akan mendefinisikan meditasi berdasarkan apa yang telah ia alami,

pahami, dan rasakan dalam melakukan meditasi. Sedangkan seorang

non-meditator mungkin akan mendefinisikan meditasi berdasar apa yang ia

lihat atau dengar dari orang lain. Menurut Humphrey (2000) lagi, meditasi adalah jalan ke dalam diri, suatu keadaan kesadaran yang berguna untuk

mengembangkan diri secara menyeluruh dan alat yang sangat berguna

untuk mengatasi masalah fisik, emosi, dan jiwa.

Keuntungan dari bermeditasi berdasarkan hasil penelitian Bogart


(23)

keseimbangan antara pikiran dan emosi, dan menjadi lebih percaya diri.

Selain itu, seseorang menjadi lebih mudah menyesuaikan diri, perubahan

perilaku yang bersifat negatif, dan menciptakan ketenangan yang

membawa pada efisiensi kerja, keterbukaan perasaan, penerimaan, dan

membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi di kehidupan sehari-hari. Hal

ini menunjukkan bahwa meditasi menjadi salah satu cara yang cukup

efektif untuk mengendalikan emosi, mengurangi stress, bahkan dapat

membuat seseorang berubah perilakunya.

Penelitian lain yang mendukung kelebihan meditasi adalah

penelitian oleh Psikolog Universitas California, San Fransisco, Paul

Ekman (dalam Lominto, 2003). Ia meneliti 15 orang guru yang mengikuti

kursus meditasi selama 5 minggu. Para guru tersebut mengikuti sederetan

tes psikologi sebelum dan sesudah pelatihan. Hasilnya adalah

tanggapan-tanggapan emosional para subjek menjadi lebih positif setelah mengikuti

pelatihan daripada sebelumnya.

Meditasi yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah Meditasi

Buka Hati. Meditasi ini menekankan santai, senyum, dan pasrah dalam

prakteknya. Meditasi buka hati diajarkan oleh seorang Reiki Master. Reiki Master adalah orang yang berwenang mengajar Reiki dan meditasi buka

hati. Tujuan utama dari meditasi buka hati adalah untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan (Effendi, 2003). Berdasarkan hasil wawancara antara

peneliti dengan seorang Reiki Master di Yogyakarta, banyak manfaat yang


(24)

fisik. Menurut beliau, meditasi buka hati tidak hanya membuat badan lebih

sehat dan lebih baik tetapi juga membuat menjadi lebih tenang dan lebih

dekat pada Tuhan. Hal ini akan banyak mempengaruhi tindakan kita dalam

kehidupan sehari-hari, terutama menyangkut hubungan dengan orang lain.

Hasil wawancara lainnya dengan beberapa peserta meditasi buka

hati yakni kebanyakan dari mereka dapat menghentikan

kebiasaan-kebiasaan buruknya seperti merokok atau berjudi. Ada peserta yang

dulunya mudah marah dan dianggap galak oleh anak-anaknya, setelah

ikut meditasi menjadi berkurang marah-marahnya. Kejadian tersebut

menunjukkan bahwa dengan melakukan meditasi buka hati, dapat

mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih bersahaja, tidak hanya

mampu mengendalikan emosi, tetapi juga mampu mengubah perilaku

seseorang.

Ada berbagai macam cara untuk mengendalikan emosi selain

dengan menggunakan meditasi, antara lain dengan pengalihan,

penyesuaian kognisi, dan sebagainya (dalam Hude, 2006). Para

non-meditator umumnya menggunakan berbagai cara untuk mengendalikan

emosinya, cara ini diperoleh antara lain melalui pengalaman-pengalaman hidup. Keuntungan meditator buka hati selain dapat menggunakan

cara-cara tersebut mereka terbantu dengan latihan meditasi yang dilakukannya.

Latihan meditasi menekankan pada latihan kesadaran yang penting dalam

proses mengendalikan emosi dan latihan tersebut dilakukan secara


(25)

memiliki keuntungan dalam pengendalian emosi dibandingkan

non-meditator. Namun hal ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut apakah

meditator dan non-meditator berbeda dalam pengendalian emosi.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan

non-meditator?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas dapat

kita simpulkan manfaat penelitian ini.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini menambah kajian dalam psikologi

klinis, yaitu mengenai efek meditasi buka hati dan pengendalian emosi.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini memberi gambaran pada masyarakat mengenai cara

mengendalikan emosi dengan menggunakan santai, senyum, dan


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MEDITASI

Banyak cara mendefinisikan meditasi. Banyaknya definisi mengenai meditasi tidak lepas dari banyaknya jenis meditasi. Definisi meditasi yang sering kita dengar yaitu meditasi adalah kegiatan bermeditasi itu sendiri. (Wilson, 2003)

Menurut Humphrey (2000) meditasi hanya dapat dikenal melalui pengalaman. Meditasi hanya dapat dipahami jika dilakukan. Meditasi tidak dapat dipahami secara intelektual, sama seperti cinta tidak dapat dipahami dengan membaca novel romantis, atau seperti menjelaskan rasa jeruk kepada orang yang belum pernah memakannya. Menurut Humphrey (2000) lagi, meditasi merupakan kegiatan mental yang berkenaan dengan kesadaran. Dalam hal ini, kesadaran tidak ada kaitannya dengan kemampuan intelektual, latar belakang pendidikan ataupun kepribadian. Meditasi dapat dianggap kesadaran atau persepsi total.

Pandangan di atas hampir sama dengan definisi meditasi yang diungkapkan Wilson (2003) yaitu bahwa meditasi berarti meningkatkan kesadaran. Wilson juga menambahkan meditasi berarti berada dalam meditasi. Dalam meditasi, seseorang belajar untuk hidup pada saat ini, tak ada apapun yang dapat mengganggu kita, kita tidak terikat dengan masa lalu ataupun cemas tentang masa depan, pikiran dan emosi kita lebih


(27)

sebagai pelayan dibandingkan tuan. Pada saat itulah, kesadaran kita berada

pada keadaan yang sempurna. Keadaan ini disebut “berada dalam”.

Meditasi adalah tentang bagaimana “berada dalam” dan bukan melakukan.

(2003)

Krishna (2006) mengatakan bahwa meditasi adalah gaya hidup.

Meditasi harus menjadi dasar kehidupan seseorang, baru ia dapat disebut

meditator. Khrisna juga berpendapat meditasi sama dengan perluasan

kesadaran dan hasil akhir dari meditasi adalah Samadhi atau

keseimbangan. Setelah mencapai keseimbangan diri, manusia tidak merasa

gelisah, takut, cemas, atau khawatir lagi.

Lain lagi dengan Pokharna (2003) yang mengatakan bahwa

meditasi adalah proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh pikiran,

tunuh, dan jiwa. Ia menambahkan kata meditation, medicine, dan

medication memiliki kesamaan kata dasar bahasa latin yaitu medicus yang berarti “untuk pengobatan”. Kata meditation ini kemungkinan didapat dari akar bahasa latin mederi yang berarti “untuk menyembuhkan”.

Menurut ajaran Sahajayoga, meditasi adalah suatu tingkatan

dimana terjadi kedamaian dan ketenangan dalam pikiran seseorang, diam namun sepenuhnya siaga. Kekuatan utama dari meditasi adalah membawa

kita secara nyata kedalam tingkatan kesadaran yang lebih tinggi yang akan

membantu kita manusia untuk mendapatkan sebuah kebenaran dalam


(28)

Saraydarian (2007) mengatakan meditasi adalah suatu proses

pemekaran batin (inner blooming), suatu proses pengisian wahana-wahana dalam tubuh dengan energy spiritual. Energi ini meregenerasi tubuh,

membersihkan wahana emosional, dan memurnikan pikiran manusia

sehingga membuat seseorang tampak lebih muda, hati masuk kea lam

kedamaian dan pikiran menjadi lebih tajam dan berjangkauan lebih luas.

Dari beberapa definisi meditasi di atas, dapat disimpulkan meditasi

adalah suatu kegiatan mental guna meningkatkan kesadaran, yang

mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh tubuh,

pikiran, dan jiwa serta memurnikan pikiran sehingga tercipta kedamaian

dan ketenangan dalam pikiran, membuat pikiran menjadi lebih tajam dan

berjangkauan lebih luas dan hati masuk ke alam kedamaian.

B. MEDITASI BUKA HATI

Meditasi buka hati diajarkan dan disebarluaskan oleh Yayasan

Padmajaya yang berpusat di Jakarta. Cabang Yayasan Padmajaya sudah

ada di beberapa kota di Indonesia bahkan mulai meluas ke mancanegara.

Metode yang digunakan untuk mengajarkan meditasi ini yaitu dengan mengadakan lokakarya dan diadakan retret untuk lebih mendalaminya.

Meditasi buka hati merupakan jenis meditasi yang menggunakan

doa. Konsep utama meditasi ini yaitu bahwa tujuan hidup yang sebenarnya

adalah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan membuka


(29)

dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhanlah tujuan hidup

satu-satunya dan hanya berkat Tuhanlah yang terbaik. (Effendi, tanpa

tahun)

Kunci penting dalam berlatih meditasi buka hati adalah santai,

senyum lepas, dan pasrah (tidak membiarkan otak bekerja secara

berlebihan) dengan begitu kita akan mencapai hasil yang terbaik. Santai

sebab hanya disaat santai dominasi otak berkurang sehingga dapat

membiarkan perasaan hati bekerja, senyum lepas sebab dengan tersenyum

lepas maka perasaan hati akan menjadi lebih kuat, dan pasrah sebab hanya

disaat otak tidak bekerja secara berlebihan, hati tidak ditahan oleh otak.

(Effendi, 2006)

Saat melakukan meditasi buka hati, biasanya meditator menyentuh

bagian tengah dada yang merupakan letak keberadaan hati manusia agar

hati menjadi lebih sensitive dan pikiran tidak mudah melayang, jika

pikiran kita melayang atau melamun berarti kita tidak berada dalam hati.

Dalam meditasi buka hati, peranan hati sangat penting. Hati yang

dimaksud disini bukanlah organ tubuh fisik yang biasa juga disebut

dengan liver, maupun jantung (heart). Yang dibicarakan adalah pusat perasaan dan kasih yang ada pada setiap manusia yang merupakan sesuatu

non-fisik dan terletak di dalam rongga dada. Hati adalah pusat perasaan

halus dan kasih karena hati merupakan kunci hubungan kepada Tuhan.

Manusia memilki roh yang merupakan diri sejati seorang manusia. Roh


(30)

Sang Pencipta. Oleh karena keberadaan zat Sang Pencipta di dalam hati,

maka hati dapat terhubung kepada Tuhan dan menjadi kunci hubungan

manusia kepada Tuhan. (Effendi, 2006)

Ada dua tingkatan dalam meditasi ini, yaitu :

1) Tingkat 1, untuk mengenal hati, menguatkan, dan membuka

hati supaya hati lebih terbuka dan terhubung kepada

Tuhan YME. Pada tingkat ini kita para meditator mulai

dapat mempergunakan hati secara sadar untuk berbagai

kegiatan tertentu.

2) Tingkat 2, membuka hati lebih lanjut dan dapat

mempergunakan hati dalam hampir semua

kegiatan.

Dalam penelitian ini, orang-orang yang melakukan meditasi buka

hati disebut meditator dan orang-orang yang sama sekali tidak melakukan

meditasi disebut non-meditator.

C. EMOSI

a. Pengertian Emosi

Dalam masyarakat, emosi lazim dipahami sebagai marah.

Namun pendapat itu salah, emosi bukan hanya rasa marah saja, ada

sedih, gembira, kecewa, semangat, benci, dan cinta.

Jung (dalam Widjokongko, 1996) mengatakan tanpa emosi,


(31)

terang. Emosi mengubah orang apatis menjadi aktivis. Emosi

merupakan kekuatan luar biasa, siap untuk dibangunkan dan

dimanfaatkan oleh mereka yang tahu caranya.

Menurut Widjokongko (1996), emosi adalah bahasa

komunikasi dalam diri kita dan kita perlu mempelajari maknanya.

Menurutnya, kita harus menemukan makna positif di balik berbagai

emosi dan perasaan yang ada dalam diri, kita perlu mengerti makna

dari emosi sehingga dapat bertindak dengan bijaksana. Dengan

demikian, emosi bukanlah lawan, melainkan kawan yang akan banyak

membantu dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup.

Lazarus, seorang professor dari Universitas California yang

telah malang melintang dalam penelitian emosi, mengutip definisi

emosi dari para pendahulunya seperti Hillman dan Drever sebagai

berikut : (dalam Hude, 2006)

Emosi : Dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh para psikolog, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari suatu karakter (misal dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan, dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari tingkah laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat disasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji.


(32)

Hude (2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala

psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah

laku, serta diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi

dirasakan secara psiko-fisiologis karena terkait langsung dengan jiwa

dan fisik manusia. Lebih lanjut lagi dalam Hude (2006) dikatakan

bahwa emosi adalah sesuatu yang dirasakan pada saat terjadinya,

bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional. Emosi juga

menimbulkan efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku dan

menimbulkan dorongan atau motivasi.

Pendapat yang hampIr sama dikatakan oleh Hurlock (1967). Ia

mengatakan emosi adalah sumber dari motivasi, semua emosi

mendorong individu melakukan aksi. Emosi juga merupakan sumber

kenikmatan, sebagai contoh seseorang yang merasa lelah oleh rutinitas

sehari-hari akan memasuki tahap relaksasi yang selalu dapat dinikmati.

Magoenprasodjo (2005) mengatkan emosi adalah setiap

kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan

mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap.

Emosi merupakan keadaan di dalam (inner state) dengan manifestasi di luar. Dua hal tersebut dibentuk, diatur, dan ditentukan

oleh norma budaya dan tidak dibangun berdasarkan keadaan biologis

atau fisik yang konkrit dan pasti seperti umur dan jenis kelamin.


(33)

Berdasar pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan emosi

adalah perasaan dalam diri manusia, merupakan sumber motivasi yang

diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu dan menimbulkan efek

pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.

b. Teori Emosi

Teori James-Lange merupakan perpaduan teori dari

William James dan Carl Lange. Lange (dalam Hude, 2006)

mengemukakan bahwa emosi identik dengan perubahan-perubahan

dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini kemudian

dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi

adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap

rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Dapat disimpulkan bahwa teori

James-Lange menempatkan aspek persepsi terhadap respon

fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai

pemicu emosi yang dialami manusia.

Teori Cannon-Bard menolak teori James-Lange yang lebih dulu dikenal. Teori ini menjelaskan bahwa persepsi terhadap objek

yang dapat menimbulkan emosi diproses secara simultan oleh dua

instansi, yakni sistem syaraf otonom dan cerebral cortex. Degup jantung, begidik (bulu roma berdiri), atau napas berat


(34)

dengan perubahan fisiologis terjadi secara simultan. Bisa saja

perubahan fisiologis muncul belakangan, tapi selisihnya sangat

tipis. Menurut teori ini, tidak mungkin terjadi perubahan faali yang

menyebabkan kemunculan emosi sebagaimana deskripsi teori

James-Lange. (dalam Hude, 2006)

Teori Schachter-Singer menempatkan kognisi pada posisi

yang sangat menentukan. Teori ini meyakini bahwa emosi

merupakan fungsi interaksi antara faktor kognitif dan keadaan

keterbangkitan fisiologis. Teori Schachter-Singer sering pula

disebut sebagai two-factor theory of emotion, karena teori ini didasarkan pada dua hal yang terjadi, yakni perubahan fisiologis.

(dalam Hude, 2006)

c. Bentuk-bentuk Emosi

Mangoenprasodjo (2005) menguraikan bentuk-bentuk

emosi yang sering dialami sebagai berikut :

1) Takut

Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya kondisi ketakutan pada suatu objek

yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap


(35)

2) Khawatir

Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih

bersifat imajiner atau khayalan. Kekhawatiran muncul

kalau intensitas katakutan meningkat. Misalnya, khawatir

kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus

ujian.

3) Marah

Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat

perlakuan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam

interkasi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat

kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan

tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, serta

otot menegang.

4) Sebal

Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak

sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak

menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul

berkaitan dengan hubungan antar pribadi, misalnya kita sebal melihat teman atau si pacar yang tidak perhatian.

5) Frustasi

Rasa frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami

hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya,


(36)

sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan

rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respon

positif terhadap rasa frustasi kalau mampu memahami

sumber-sumber frustasi dengan logis. Namun, reaksi yang

negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan

verbal, pengalihan kemarahan pada objek lain, serta

penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas

hidupnya.

6) Cemburu

Merupakan suatu keadaan ketakutan yang diliputi

kemarahan. Perasaan ini muncul dikarenakan perasaan

tidak aman dan takut status atau posisi kita akan digantikan

oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah

cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama

orang lain ataupun kalau sahabat kita mulai dekat dengan

teman lain.

7) Iri Hati

Emosi ini ditujukan terhadap orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal ini bisa menjadi halo yang

berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga

menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri melihat si A


(37)

8) Dukacita

Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak

terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini

terjadi bila kita kehilangan sesuatu atau seseorang yang

sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang

panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik

dan psikis yang cukup serius hingga depresi.

9) Afeksi atau Kasih Sayang

Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan

objeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalu

kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin

dimiliki dan dicintai.

10)Bahagia

Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap

individu. Bahagia muncul karena remaja mampu

menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses

dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang

lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan.


(38)

D. PENGENDALIAN EMOSI

a. Pengertian Pengendalian Emosi

Rasa marah, kesal, sebal, sedih, atau gembira adalah hal

yang wajar yang tentunya sering dialami meskipun tidak setiap

saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa

mengekpresikan emosi secara tepat, kita perlu pengendalian emosi.

Hurlock (1980) mengatakan pengendalian bukan berarti menekan

atau menghilangkan, melainkan belajar untuk mengatasi situasi

dengan sikap rasional, untuk merespon secara realistik, tidak secara

emosional. Hurlock (1980) menambahkan pengendalian emosi

sendiri berarti mengendalikan overt expression atau perilaku yang tampak, dalam bentuk motor ataupun verbal, terhadap emosi yang

tidak dapat diterima secara sosial.

Mangoenprasodjo (2005) juga berpendapat pengendalian

emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau

menghilangkan emosi melainkan :

1) Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional.

2) Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan

respons emosional.

3) Bagaimana memberikan respon terhadap situasi tersebut


(39)

proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang

dapat diterima oleh lingkungan sosial.

4) Belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi

positif (senang, sayang atau bahagia) dan negative (khawatir,

sebal, sedih, atau marah).

5) Belajar menunda pemuas kebutuhan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengendalian emosi bukan berarti kita melawan atau berusaha

menghilangkan dan menekan emosi melainkan kita belajar untuk

memahami den mengenal emosi baik dari perasaan maupun pikiran

dan mengontrol ekspresi yang muncul sehingga dapat bertindak

sesuai dengan diri dan lingkungannya.

b. Ketrampilan Mengendalikan Emosi

Mangoenprasodjo (2005) mengatakan kegagalan

mengendalikan emosi terjadi karena seseorang kurang mau

berusaha menilai sesuatu dengan kepala dingin. Karena itu,

ketrampilan mengendalikan emosi diperlukan. Ketrampilan itu antara lain :

1) Mengenali dan mendefinisikan perasaan yang

muncul.

2) Mengemukakan perasaan dan dapat menilai


(40)

3) Mengelola perasaan.

4) Mengandalikan diri sendiri.

5) Mengurangi stress.

6) Mengetahui perbedaan antara perasaan dan

tindakan.

Thompson (1994) mendefinisikan regulasi-emosi

(mengelola emosi) sebagai kemampuan untuk memonitor,

mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk

mencapai tujuan individu tersebut. Indikator dari regulasi emosi

adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan memonitor (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami

keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya,

pikirannya, dan latar belakang dari tindakannya. Aspek ini

merupakan dasar dari seluruh aspek lainnya, yang berarti

kesadaran-diri ini akan mebantu tercapainya aspek-aspek yang

lain. Arti lainnya adalah individu mampu terhubung dengan

emosi-emosinya, pikiran-pikirannya dan keterhubungan ini membuat individu mampu menamakan dari setiap emosi yang

muncul.

2) Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan


(41)

ini, khususnya emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan,

kecewa, dendam, dan benci akan membuat individu tidak

terbawa dan terpengaruh secara mendalam, sehingga

mengakibatkannya tidak mampu lagi berpikir rasional. Sebagai

contoh ketika individu mengalami perasaan kecewa dan benci,

dia kemudian mampu menerima perasaan tersebut apa adanya,

tidak berusaha menolaknya dan kemudian berusaha

menyeimbangkan emosi tersebut secara konstruktif. Misalnya

melihat peristiwa yang menimbulkan kekecewaan dan

kebencian dari sudut pandang yang lebih positif, mengambil

hikmah di balik masalah tersebut atau mencoba untuk

memaafkan diri sendiri atau orang lain yang terlibat dalam

masalah tersebut. Akibatnya dia mampu meredakan

kekecewaannya dan kebenciannya tersebut, sehingga tidak

berlarut-larut terombang-ambing dalam kekecewaan dan

kebencian.

3) Kemampuan memodifikasi (emotions modifications) yaitu kemampuan individu untuk merubah emosi sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu

berada dalam keadaan putus asa, cemas, dan marah.

Kemampuan ini kemudian membuat individu mampu

menumbuhkan optimism dalam hidupnya. Kemampuan ini


(42)

membebaninya, mampu untuk terus berjuang ketika

menghadapi hambatan yang besar, tidak pernah mudah putus

asa dan kehilangan harapan.

Kemampuan regulasi-emosi atau ketrampilan mengelola

emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam

melakukan coping terhadap berbagai masalah yang mendorongnya mengalami kecemasan dan depresi. Individu yang mampu

mengelola emosi-emosinya dengan efektif, akan lebih memiliki

daya tahan untuk tidak terkena kecemasan dan depresi. Terutama

jika individu mampu mengelola emosi-emosi negatif yang

dialaminya seperti perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau

frustasi. (Goleman, 1995)

c. Model Pengendalian Emosi

Menurut Hude (2006) emosi yang muncul, terutama emosi

negative, dipicu oleh konflik dan stress. Oleh karena itu,

pengendalian emosi sangat penting untuk mereduksi ketegangan

yang timbul akibat emosi yang memuncak. Ada beberapa model (bentuk) pengendalian emosi, antara lain :

1) Model displacement, yakni dengan cara mengalihkan atau menyalurkan ketegangan emosi

kepada objek lain. Model ini meliputi katarsis,


(43)

2) Model cognitive adjustment, yaitu penyesuaian antara pengalaman dan pengetahuan yang tersimpan

(kognisi) dengan upaya memahami masalah yang

muncul. Model ini meliputi atribusi positif, empati,

dan altruism.

3) Model coping, yaitu dengan menerima atau menjalani segala hal yang terjadi dalam kehidupan,

meliputi syukur-sabar, pemberian maaf, dan

adaptasi.

4) Model lain-lain seperti regresi, represi, dan

relaksasi.

d. Faktor yang Mempengaruhi pengendalian emosi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengendalian emosi

seseorang, yaitu :

1) Kecerdasan emosional

Goleman (2006) mengemukakan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki

seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan

menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.

Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang

dapat menempatkan emosinya pada porsi yang


(44)

2) Usia

Teori sosiokognitif berpendapat bahwa seiring

bertambahnya usia terjadi peningkatan kemampuan

dalam memahami dan mengontrol atau

mengendalikan emosi karena pengalaman seseorang

dapat mengembangkan kemampuan yang lebih baik

untuk memahami, mengantisipasi, dan bereaksi

terhadap respon emosional orang lain (Age and the understanding of emotion, 2002).

Dari 2 faktor di atas hanya faktor usia yang dikendalikan dalam

penelitian ini. Faktor usia dikontrol dengan memilih subjek yang berusia

21 tahun ke atas atau orang dewasa. Kecerdasan Emosi tidak dikendalikan

sebab variabel tergantung dalam penelitian ini, yaitu pengendalian emosi

termasuk dalam salah satu kemampuan kecerdasan emosi.

Dalam penelitian ini, pengendalian emosi yang dilakukan adalah

pengendalian emosi negatif dan positif. Emosi negatif adalah hal yang

tidak menyenangkan seperti sedih, marah, iri sedang emosi positif adalah

perasaan yang menyenangkan seperti bahagia, senang, dan sayang.

E. PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI MEDITATOR DAN

NON-MEDITATOR

Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri manusia dan


(45)

dapat dirasakan manusia, antara lain marah, sedih, sebal, iri (emosi

negatif) dan senang, bahagia, sayang (emosi positif). Manusia terkadang

sulit mengendalikan emosinya, bahkan mereka cenderung dikuasai

emosinya. Oleh sebab itu, manusia mencari cara untuk dapat

mengendalikan emosinya, baik itu emosi positif ataupun negatif. Menurut

Mangoenprasodjo (2005) mengendalikan emosi berarti belajar. Belajar di

sini berarti belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional, belajar

mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap

situasi yang dapat menimbulkan respons emosional, bagaimana

memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun

emosi yang tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya,

serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosial, belajar

mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, sayang

atau bahagia) dan negatif (khawatir, sebal, sedih, atau marah) dan belajar

menunda pemuasan kebutuhan. Salah satu cara untuk memudahkan

pengendalian emosi adalah dengan melakukan meditasi.

Meditasi adalah suatu kegiatan mental guna meningkatkan

kesadaran, yang mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa serta memurnikan pikiran sehingga

tercipta kedamaian dan ketenangan dalam pikiran, membuat pikiran

menjadi lebih tajam dan berjangkauan lebih luas dan hati menjadi damai.

Seorang meditator mampu mengendalikan emosi dengan baik berkat


(46)

santai, pasrah, dan senyum. Keadaan ini membuat kesadaran mereka untuk

selalu mengendalikan emosi meningkat dan mengarahkan mereka untuk

selalu berbuat baik. Hasil-hasil latihan ini membantu meditator untuk

mengendalikan emosi dengan lebih baik bila menghadapai situasi yang

memicu timbulnya emosi.

Non-meditator memiliki cara sendiri untuk mengendalikan emosi,

misalnya dengan displacement, cognitive adjustment, ataupun coping

(Hude, 2006). Namun cara ini berbeda dengan meditasi yang harus

diulang-ulang dan dilatih terus-menerus, cara non-meditator ini lebih ke

cara yang praktis dan instan, dapat dilakukan tanpa latihan sehingga

pengendalian emosi yang dilakukan hanya secukupnya dan sementara.

Tanpa latihan yang dapat meningkatkan kesadaran dalam mengendalikan

emosi seperti yang dilakukan meditator, non-meditator cendrung kurang


(47)

SKEMA DINAMIKA PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Subjek

Meditator Non-meditator

↓ ↓

↓ ↓

↓ ↓

↓ ↓

Tidak melakukan latihan meditasi apapun

Kesadaran mengendalikan emosi meningkat dan menjadi lebih baik

Peningkatan kesadaran kurang

Berhadapan dengan situasi yang memicu emosi

Berhadapan dengan situasi yang memicu emosi

Emosi muncul langsung disadari, kemudian di monitor, dievaluasi, dan dimodifikasi

Emosi muncul tidak langsung disadari sehingga kurang mampu mengendalikan emosi

- Secara teratur

melakukan latihan meditasi

- Selalu santai, senyum, dan pasrah


(48)

F. HIPOTESIS

Pengendalian emosi Meditator lebih tinggi dibandingkan


(49)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif mencari perbedaan. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel independent : meditator dan non-meditator. Variabel dependent : pengendalian emosi.

C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pengendalian emosi

Pengendalian emosi adalah seseorang belajar untuk memahami dan mengenal emosi baik dari perasaan maupun pikiran dan mengontrol ekspresi yang muncul sehingga dapat bertindak sesuai dengan diri dan lingkungannya.

Mempunyai indikator sebagai berikut :

a. Kemampuan memonitor (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang


(50)

terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya, dan latar

belakang dari tindakannya.

b. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan

emosi-emosi yang dialaminya.

c. Kemampuan memodifikasi (emotions modifications) yaitu kemampuan individu untuk mengubah emosi sedemikian rupa

sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada

dalam keadaan putus asa, cemas, dan marah. Kemampuan ini

kemudian membuat individu mampu menumbuhkan optimism

dalam hidupnya.

Skor pengendalian emosi diperoleh dari skor total Skala

pengendalian emosi. Semakin tinggi skor total maka skala subjek

mempunyai pengendalian emosi yang baik, dan apabila skor total skala

rendah, subjek memiliki pengendalian emosi yang buruk.

2. Meditator dan non-meditator

a. Meditator

Meditator adalah laporan subjek bahwa ia telah melakukan

meditasi buka hati minimal 6 bulan, sebab selama 6 bulan tersebut

meditator buka hati berlatih untuk dapat melanjutkan ke tingkat


(51)

lebih tinggi. Diketahui dengan menanyakan hal tersebut kepada

subjek.

b. Non-meditator

Non-meditator adalah laporan subjek bahwa dirinya sama sekali

tidak melakukan meditasi jenis apapun.

D. SUBJEK PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu mengambil sampel dengan sengaja memilih atau menunjuk di antara

anggota populasi yang memenuhi syarat (Suryabrata, 2004). Syarat dalam

penelitian ini untuk meditator adalah subjek yang telah mengikuti meditasi

buka hati minimal 6 bulan dan untuk non-meditator adalah subjek yang

tidak melakukan meditasi jenis apapun. Subjek yang diambil adalah

orang-orang yang telah dewasa atau berusia 21 tahun ke atas baik pria maupun

wanita sebab secara umum orang dewasa dianggap lebih dapat menyadari

emosinya sendiri dibandingkan dengan anak-anak dan remaja. Dalam

penelitian ini dikumpulkan 50 subjek terlebih dahulu yang digunakan

sebagai tryout, 25 subjek merupakan meditator buka hati dan 25 subjek lainnya merupakan non-meditator. Setelah dilakukan penghitungan dan

ada item yang digugurkan, dilakukan pengujian kembali terhadap 50 orang

subjek yang berbeda menggunakan item yang tersisa, dimana 25 subjek


(52)

E. ALAT PENGUMPUL DATA

Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel

pengendalian emosi berupa skala pengendalian emosi yang disusun

peneliti berdasar indikator yang diungkapkan oleh Thompson (1994).

Jumlah aitem 36 butir, terdiri dari empat alternatif jawaban. Skala yang

dipergunakan adalah skala Likert dengan nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 =

tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.

Aitem-aitem disusun dengan pernyataan favourable dan

unfavourable. Aitem favourable adalah aitem yang mengarah sejauh mana pengendalian emosi diterapkan, sedangkan aitem unfavourable adalah aitem yang tidak menunjukkan pengendalian emosi diterapkan.

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1) Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi. Validitas berkaitan dengan kemampuan alat ukur

untuk mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Validitas isi

berarti validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgement (Azwar, 2000). Professional judgement untuk penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing. Validasi alat ukur tes adalah sejauh mana isi


(53)

Validitas isi dibagi menjadi 2, yaitu validitas muka dan

validitas logik. Validitas muka dilihat apakah tampilan alat ukur

tersebut meyakinkan dan berkesan mampu mengukur apa yang

hendak diungkap. Validitas logik diperiksa melalui kesesuain aitem

dengan tabel spesifikasi skala sehingga skala hanya berisi

aitem-aitem yang relevan.

2) Seleksi Aitem

Seleksi aitem bertujuan untuk mendapatkan aitem-aitem

yang layak digunakan untuk penelitian. Kelayakan aitem total

mengacu pada korelasi aitem total. Koefisien korelasi aitem total ≥ 0,3 berarti aitem layak digunakan dan koefisien korelasi ≤ 0,3 berarti aitem tidak layak digunakan dalam penelitian (Azwar,

2000).

Analisis aitem untuk skala pengendalian emosi yang

diujikan pada 50 subjek tryout diperoleh korelasi aitem total yang berkisar antara -0,613 sampai 0,613. Hasil tersebut menunjukkan

sebanyak 13 aitem gugur dan 23 aitem tersisa. Aitem yang gugur

berasal dari indikator kemampuan memonitor emosi sebanyak 5 aitem, dari indikator kemampuan mengevaluasi emosi sebanyak 4

aitem, dan dari indikator kemampuan memodifikasi emosi

sebanyak 4 aitem.

Dari 23 aitem tersisa dilakukan kembali penghitungan dan


(54)

1 aitem kembali gugur dan 22 aitem yang layak digunakan pada

skala pengendalian emosi. Aitem yang gugur berasal dari indikator

kemampuan memodifikasi emosi.

Setelah itu, aitem tersisa diujikan kembali pada 50 subjek

yang berbeda dan diperoleh korelasi aitem total yang berkisar

antara 0,311 sampai 0,619. Hasilnya tidak ada aitem yang gugur

dan seluruh aitem layak digunakan pada skala pengendalian emosi.

3) Reliabilitas

Azwar (2000) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya

reliabilitas alat ukur ini ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas.

Semakin tinggi koefisien reliabilitas maka semakin baik alat ukur

tersebut. Nilai koefifien reliabilitas diperoleh melalui pendekatan

konsistensi internal, yakni memberikan satu kali tes pada

sekelompok subjek penelitian. Penghitungan nilai koefisien

reliabilitas menggunakan koefisien alpha Cronbach dalam program

SPSS versi 13.0.

Dari pengujian yang dilakukan dengan jumlah subjek

sebanyak 50 orang tersebut diperoleh nilai reliabilitas sebesar

0,837, kemudian setelah dilakukan pengguguran aitem dan

dihitung ulang diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,890. Setelah


(55)

diperoleh hasil akhir dengan reliabilitas 0,865. Hal ini berarti skala

yang digunakan dalam skala pengendalian emosi reliabel.

G. ANALISIS DATA

Data-data hasil penelitian menggunakan uji t yang bertujuan

mencari perbedaan pengendalian emosi antara meditator-dan

non-meditator. Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu penghitungan harus


(56)

Tabel 1. Item pengendalian emosi sebelum pengujian

Indikator

Nomer item Jumlah item Total item

(%) Favourable Unfavourable Favoura

ble Unfavou rable Kemampuan memonitor emosi

1, 7, 13, 19, 25, 31

4, 10, 16, 22,

28, 34 6 6

12 (33,33 %) Kemampuan

mengevaluasi emosi

5, 11, 17, 23, 29, 35

2, 8, 14, 20,

26, 32 6 6

12 (33,33 %) Kemampuan

memodifikasi emosi

3, 9, 15, 21, 27, 33

6, 12, 18, 24,

30, 36 6 6

12 (33,33 %)

Total 18 18 36

(100%)

Tabel 2. Item pengendalian emosi sesudah pengujian

Indikator

Nomer item Jumlah item Total item

(%) Favourable Unfavourable Favoura

ble Unfavou rable Kemampuan memonitor emosi

19, 31 10,16,22,

28, 34 2 5

7 (33,33 %) Kemampuan

mengevaluasi emosi

11, 17, 29 2, 14, 20, 26,

32 3 5

8 (33,33 %) Kemampuan

memodifikasi emosi

9, 15, 21,

27 6, 12, 30 4 3

7 (33,33 %)

Total 9 13 22


(57)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN

Yayasan Padmajaya didirikan oleh Bapak Irmansyah Effendi. Yayasan ini mengajarkan dan mengembangkan meditasi Buka Hati. Meditasi buka hati mulai berkembang di Indonesia pada awal tahun 2000 dan mulai tersebar luas ke mancanegara pertengahan tahun 2000. Saat ini sudah ada ribuan orang yang mendalami meditasi buka hati di seluruh dunia.

Meditasi buka hati adalah meditasi dengan menggunakan doa dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Inti dari meditasi ini adalah santai, senyum, dan pasrah. Ajaran meditasi ini tidak menganut ajaran suatu agama tertentu sehingga semua orang dapat mempelajari meditasi ini dengan bebas. Hal ini membuat penyebaran meditasi buka hati lebih mudah dan cepat karena dapat diterima setiap orang.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 April hingga 27 April 2009 dengan membagikan sebanyak 50 skala penelitian. Sebanyak 25 subjek meditator didapat dengan membagikan skala pada saat subjek melakukan temu alumni dan 25 subjek non-meditator didapatkan pada


(58)

orang-orang kantor, mahasiswa serta masyarakat yang bersedia

mengisi angket dan belum pernah mengikuti meditasi.

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Sebanyak 22 item diujikan dalam penelitian ini. Dari 22 item

sebanyak 9 item favourabel dan 13 item unfavourabel. Dari hasil

pengujian didapatkan korelasi item total antara 0,311 dan 0,619 dan

reliabilitas sebesar 0,865.

D. ANALISIS DATA

Sebelum melakukan uji t, ada uji asumsi yang harus dipenuhi

terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut ini

pembahasan uji normalitas dan uji homogenitas

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan tes

Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data

pengendalian emosi meditator dan non-meditator mempunyai


(59)

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan independent

samples t-test dan didapatkan data penelitian yang homogen

dengan nilai signifikansi 0,698 dan F = 0,153.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

F Signifikansi

0,153 0,698

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan independen sample

t-test. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan

pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator. Hasil t-test menunjukkan nilai t = 6,078 dan nilai p = 0,000 (p ≤ 0,05) yang berarti ada perbedaan pengendalian emosi yang signifikan

antara meditator dan non-meditator. Nilai mean meditator = 74,52

Keterangan meditator Non meditator

Kolmogorov-Smirnov

0,718 0,770

Asymp. Sign (ρ). 2 tailed


(60)

dan mean non-meditator = 63,96 berarti pengendalian emosi

meditator lebih tinggi daripada non-meditator.

Tabel 5. Hasil Uji t

Variabel t Sig. (2-tailed) df MD

Pengendalian

emosi

6,078 0,000 48 10,560

E. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan pengendalian

emosi yang signifikan antara meditator dan non-meditator. Nilai mean

meditator 74,52 lebih besar daripada non-meditator 63,96

menunjukkan bahwa pengendalian emosi meditator lebih tinggi

daripada pengendalian emosi non-meditator. Meditator di sini adalah

orang-orang yang melakukan meditasi buka hati. Penelitian ini

menunjukkan bahwa pengendalian emosi yang meliputi kemampuan

memonitor emosi, kemampuan mengevaluasi emosi, dan kemampuan

memodifikasi emosi pada meditator buka hati lebih tinggi daripada

non-meditator

Hasil penelitian ini, mendukung hasil penelitian Bogart (1991)

yang menemukan keuntungan bermeditasi, antara lain membuat seseorang menjadi tenang, mencapai keseimbangan antara pikiran dan

emosi, dan menjadi lebih percaya diri. Selain itu, seseorang menjadi


(61)

negatif, dan menciptakan ketenangan yang membawa pada efisiensi

kerja, keterbukaan perasaan, penerimaan, dan membangkitkan

kesadaran yang lebih tinggi di kehidupan sehari-hari.

Penelitian lain yang mendukung kelebihan meditasi adalah

penelitian oleh Psikolog Universitas California, San Fransisco, Paul

Ekman (dalam Lominto, 2003). Ia meneliti 15 orang guru yang

mengikuti kursus meditasi selama 5 minggu. Para guru tersebut

mengikuti sederetan tes psikologi sebelum dan sesudah pelatihan.

Hasilnya adalah tanggapan-tanggapan emosional para subjek menjadi

lebih positif setelah mengikuti pelatihan daripada sebelumnya.

Inti dari meditasi buka hati adalah santai, senyum, dan pasrah.

Ketiga hal ini dapat dipraktekkan oleh masyarakat umum tanpa perlu

melakukan latihan meditasi buka hati. Manfaat dari santai, senyum,

dan pasrah telah banyak dibicarakan oleh peneliti-peneliti, salah

satunya adalah Murray. Murray (2001) mengatakan belajar untuk

menenangkan pikiran dan tubuh sangat penting untuk mengatasi stress.

Salah satu caranya adalah belajar untuk bersantai atau relaksasi.

Latihan relaksasi akan menghasilkan sebuah respon fisiologis yang dikenal dengan nama relaxation response, sebuah respon yang merupakan lawan dari stress response.

Relaksasi yang dikatakan Murray hampir sama dengan konsep

santai dalam meditasi buka hati, yang mengatakan juga bahwa ada dua


(62)

membuat fisik dan pikiran santai disarankan untuk mencoba duduk

dengan punggung lurus tanpa memaksa dengan mata tertutup dan

menarik nafas yang dalam tanpa memaksa. kemudian nafas

dihembuskan pelan melalui mulut sambil berniat mengeluarkan

ketegangan otak dan fisik. Cara ini diulangi beberapa kali hingga diri

merasa santai dan dapat menikmati rasa santai tersebut. (Effendi,

2008)

Menurut Effendi (2008), dalam meditasi buka hati selain santai,

senyum tidak kalah penting. Senyum dalam buka hati bermaksud agar

dominasi otak berkurang dan fisik lebih santai sehingga dapat

membuka hati lebih baik lagi. Hati tidak akan terbuka apabila sedang

marah-marah atau sedang dipenuhi oleh emosi negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan tersenyum, seseorang dapat mengubah

emosi negatif menjadi positif. Keadaan ini tidak berbeda jauh seperti

yang diutarakan dalam facial feedback hypothesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa pergerakan facial yang dilakukan dapat menunjukkan informasi mengenai pengalaman emosional (Bernstein,

et al., 2000). Davis dan palladino juga menambahkan bahwa feedback

dari facial expression mempengaruhi ekspresi emosional dan perilaku (2000).


(63)

45

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian ini adalah perbedaan

pengendalian emosi yang signifikan antara meditator buka hati dan

non-meditator. Hasil ini dapat dilihat dari t yang dihasilkan sebesar 6,078 dan

signifikansi 0,000 (ρ ≤ 0,05). Pengendalian emosi meditator buka hati lebih tinggi dibandingkan dengan non-meditator, dapat dilihat dari mean sebesar 74,52 pada meditator dan mean sebesar 63,96 pada non-meditator.

B. SARAN

a. Bagi peneliti lain :

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama

dengan penelitian ini disarankan dapat menggunakan jenis

meditasi lain sebagai objek penelitiannya agar dapat diketahui

apakah meditasi lain memiliki pengaruh pada pengendalian

emosi seperti meditasi buka hati.

b. Bagi masyarakat :

Bagi masyarakat yang ingin mencoba untuk mengendalikan

emosi dengan lebih baik bisa mempraktekkan senyum, santai


(64)

Daftar Pustaka

Albin, R.S. (1986). Emosi : Bagaimana Mengenal, Menerima, dan Mengarahkannya. Yogyakarta : Kanisius.

Azwar, S. (2004). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2000). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Berkowitz, L. (1995). Emotional Behavior. Jakarta : PPM.

Bogart, G.(1991). The Use of Meditation In Psychotherapy - A Review of the Literature. The American Journal of Psychotherapy, Vol. XLV, No. 3,

1991, pp. 383?412, PubMedAbstract PMID 1951788.

Effendi, I. (2008). Hati : Mengenal, Membuka, dan Memanfaatkannya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Effendi, I. (1999). Kesadaran JIwa : Teknik Efektif untuk Mencapai Kesadaran yang Lebih Tinggi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Effendi, I. (2003). Mencapai Tujuan Hidup yang Sebenarnya. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Effendi, I. (2008). Hati Nurani. Jakarta : Gramedia.

Goleman, D. (2006). Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gottman, J. & DeClaire, J. (2003). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, S. (2001). Statistik : Jilid 1. Yogyakarta : Andi. Hadi, S. (2000). Satistik : Jilid 2. Yogyakarta : Andi.

Heider, K.G. (1991). Landscapes of Emotion : Mapping Three Cultures of Emotion in Indonesia. New York : Cambridge University Press.

Hude, M.D. (2006). Emosi : penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an. Jakarta : Erlangga.


(65)

Humphrey, N. (2000). Meditasi : Jalan ke Dalam Diri. Jakarta : Abdi Tandur. Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, editor oleh Drs. Ridwan Max Sijabat : Erlangga. Hurlock, E. B. (2003). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, editor oleh Drs. Ridwan Max Sijabat : Erlangga. Krishna, A. (2006). Seni Memberdaya Diri : Meditasi dan Reiki untuk

Manajemen StressKesehatan Jasmani dan Rohani. Jakarta : Gramedia. Leech, N.L, Barret, K.C., & Morgan, G.A. (2005). SPSS for Intermediate

Statistics Use and Interpretation (ed. Ke-2). New Jersey : LEA.

Mangoenprasodjo, A.S. (2005). Self Improvement For Your Stress.

Yogyakarta : Thinkfresh.

Murray, M.T. (2001). Stress-Relax : The Effective Nutritional System for a Calmer Life. Diunduh pada tanggal 30 Agustus 2009 dari

http://us.naturalfactors.com/pdf/ADM2831Stress RelaxColor_NoLifestylePic.pdf

Philips, B. (2004). Mengendalikan Emosi-emosi Anda Sebelum Mereka Menendalikan Anda. Batam : Interaksara.

Phillips, L.H, MacLean R.D.J & Allen R. (2002). Age and The Understanding of Emotions. Diunduh pada tanggal 30 November 2009 dari

http://psychsoc.gerontologyjournals.org/cgi/content/full/57/6/P526

Pokharna, H. Meditation. Diunduh tanggal 20 maret 2007 dari

http://books.google.co.id/books?id=bpBdWICdwtUC&pg=PA81&lpg=P8 1&dq=pokharna+meditation&source=bl&ots=ZKsHJA8Knl&sig=MnskUr LTydj36nb3yFlVPiMrzio&hl=id&ei=MYYDSyuDIGBkQWqkLC4AQ&s a=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CBYQ6AEwAg#v=on epage&q=pokharna%20meditation&f=false

Read, K & Purse, M. (2009). What’s in a Smile?. Diunduh tanggal 30 Agustus 2009 dari http://bipolar.about.com/cs/humor/a/000802_smile.htm

Reymert. M.L (1950). Feelings and Emotions : The Mooseheart Symposium.

New York : McGraw-Hill.

Sahaja Yoga. (2008). Diunduh dari http://jaishrimataji.wordpress.com/


(66)

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta : Univeesitas Sanata Dharma.

Suryabrata, S. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Susan, O.S. (2000). Explanation for the Gender Differences in Expressing Emotions. Diunduh pada tanggal 30 november 2009 dari

http://ccat.sas.upenn.edu/plc/communication/soojin.htm

Thompson, G. (1994). Emotion Regulation: Theory & Reseach. USA : Jhon

Wiley and Sons.

Wangmuba. (2009). Kematangan Emosi. Diunduh pada tanggal 30 November 2009 dari http://wangmuba.com/2009/04/12/kematangan-emosi

Wijokongko, M. (1997). Keajaiban dan Kekuatan Emosi. Yogyakarta : Kanisius. Wilson, P. (2003). Teknik Hening : Meditasi Tanpa Mistik. Jakarta : Erlangga.


(67)

LAMPIRAN A

1. Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 98.0 Excluded(

a) 1 2.0

Total 51 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .837 36

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 106.22 86.706 .247 .837

item2 105.72 85.022 .591 .826

item3 106.24 87.288 .310 .833

item4 105.70 88.255 .263 .835

item5 106.14 88.572 .250 .835

item6 105.62 88.036 .349 .832

item7 106.96 99.998 -.613 .857

item8 105.50 90.908 .098 .838

item9 106.34 85.576 .348 .832

item10 105.62 86.812 .502 .829 item11 106.22 84.542 .448 .829 item12 105.90 84.582 .530 .827 item13 105.76 89.492 .214 .836 item14 105.78 83.563 .613 .824 item15 105.68 84.712 .574 .826 item16 106.24 86.104 .327 .833 item17 105.76 85.247 .552 .827 item18 106.32 89.487 .158 .838 item19 106.10 84.949 .475 .828


(68)

item20 106.28 84.124 .517 .827 item21 105.84 84.382 .600 .825 item22 105.80 85.633 .534 .828 item23 105.98 89.408 .157 .838 item24 105.84 88.178 .252 .835 item25 106.32 92.426 -.062 .845 item26 106.18 84.232 .480 .828 item27 105.72 86.410 .496 .829 item28 105.88 86.067 .474 .829 item29 105.76 88.921 .292 .834 item30 105.70 87.112 .456 .830 item31 105.72 87.104 .463 .830 item32 105.76 85.411 .611 .826 item33 106.86 90.204 .096 .840 item34 105.88 86.230 .522 .828 item35 105.88 88.557 .261 .835 item36 106.48 94.377 -.189 .849  

                         


(69)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0 Excluded(

a) 0 .0

Total 50 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .890 23

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item2 68.42 64.330 .649 .882

item3 68.94 67.037 .292 .891

item6 68.32 67.569 .342 .889

item9 69.04 64.978 .371 .890

item10 68.32 66.263 .523 .885

item11 68.92 64.769 .421 .888

item12 68.60 64.612 .517 .885

item14 68.48 63.316 .638 .882

item15 68.38 64.240 .610 .883

item16 68.94 65.609 .339 .891

item17 68.46 65.478 .510 .885

item19 68.80 64.612 .490 .886

item20 68.98 63.571 .559 .884

item21 68.54 63.968 .634 .882

item22 68.50 65.235 .552 .884

item26 68.88 64.026 .490 .886

item27 68.42 66.085 .496 .886

item28 68.58 65.555 .497 .886

item29 68.46 68.213 .300 .890

item30 68.40 65.837 .555 .885

item31 68.42 66.942 .434 .887

item32 68.46 65.478 .581 .884


(70)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0 Excluded(

a) 0 .0

Total 50 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .865 22

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

aitem1 65.88 60.679 .416 .860

aitem2 66.02 58.918 .526 .856

aitem3 66.08 60.524 .319 .864

aitem4 65.96 60.080 .445 .859

aitem5 66.40 60.490 .335 .864

aitem6 66.08 60.565 .413 .860

aitem7 65.86 60.082 .408 .861

aitem8 65.82 59.253 .617 .854

aitem9 66.42 58.902 .429 .860

aitem10 66.18 60.028 .311 .866

aitem11 66.06 61.445 .341 .863

aitem12 66.46 58.743 .520 .857

aitem13 65.98 58.673 .619 .854

aitem14 66.12 58.761 .511 .857

aitem15 66.52 58.173 .465 .859

aitem16 65.94 60.425 .515 .858

aitem17 66.10 59.276 .582 .855

aitem18 66.08 61.014 .416 .860

aitem19 65.90 60.582 .521 .858

aitem20 65.94 61.486 .346 .862

aitem21 66.08 61.626 .351 .862


(71)

2. UJI NORMALITAS

Meditator

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengendalian Emosi

N 25

Normal Parameters(a,b)

Mean 74.52

Std. Deviation 5.687 Most Extreme

Differences

Absolute .144

Positive .074

Negative -.144

Kolmogorov-Smirnov Z .718

Asymp. Sig. (2-tailed) .681

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Non Meditator

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengendalian Emosi

N 25

Normal Parameters(a,b)

Mean 63.96

Std. Deviation 6.567 Most Extreme

Differences

Absolute .154

Positive .154

Negative -.113

Kolmogorov-Smirnov Z .770

Asymp. Sig. (2-tailed) .594

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(1)

16 Saya tidak menyadari perasaan yang muncul saat bertemu dengan orang yang sebenarnya saya benci

17 Ketika saya merasa sedih, saya berusaha agar jangan sampai kesedihan saya berlarut-larut

18 Saat saya merasa cemas, biasanya saya gagal menemukan jalan keluar permasalahan saya

19 Saya menyadari bahwa saya pasti menyesal jika telah berbuat salah

20 Saya selalu menghindari dan menjauhi hal yang saya takuti

21 Ketika gagal, saya berjanji pada diri saya untuk terus maju, pantang putus asa

22 Saya bingung mengapa tubuh saya merasa letih, lesu dan tidak bersemangat

23 Saya berusaha mengatasi rasa takut agar pikiran saya tidak terpengaruh

24 Saya terlalu putus asa untuk memulai kembali sehingga saya gagal untuk maju


(2)

26 Saat menghadapi keadaan darurat, saya cemas sekali sampai membuat saya lemas

27 Saya dapat mengatasi kesedihan sehingga saya dapat menatap masa depan yang lebih baik

28 Saya tidak menyadari kalau ternyata saya takut terhadap sesuatu

29 Saya tetap mampu berpikir jernih dalam keadaan darurat sehingga saya tetap tenang

30 Saya merasa sedih sampai merasa masa depan saya makin suram

31 Saya tahu saya merasa gembira ketika saya tertawa 32 Saat saya frustrasi menunggu antrean yang panjang, saya

pulang dan mengomel terus

33 Rasa marah memberi saya dorongan atau energi untuk berbuat sesuatu lebih baik

34 Saat berbuat salah saya sulit untuk memahami perasaan saya

35 Saat saya merasa frustrasi dengan antrean yang panjang, tetapi saya tetap bersabar dan mengantri


(3)

NO: Skala Penelitian

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Nama (tidak wajib) :

Umur :

Jenis kelamin :

Mengikuti meditasi/sejenisnya : (ya/tidak) Mengikuti meditasi buka hati : (ya/tidak) Telah mengikuti meditasi

Buka hati selama :

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, perkenankanlah saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi skala penelitian berikut ini.

Skala ini mengenai pengendalian emosi. Setiap skala berisi pernyataan-pernyataan dan saya harapkan diisi dengan jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Jawaban tidak ada penilaian benar dan salah, serta usahakan agar semua pernyataan tidak ada yang terlewatkan.

Hasil dari angket ini akan digunakan untuk keperluan penelitian sebagai tugas akhir kuliah saya di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Semua informasi Anda terjamin kerahasiannya. Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan anda mengisi angket ini.

Hormat Saya, Nikolas Aditya


(4)

Questioner

Petunjuk Pengisian:

Harap Anda membaca dan memahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Anda diminta untuk menanggapi apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda centang ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu :

STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan yang Anda alami TS : Bila pernyataan tersebutTidak Sesuai dengan yang Anda alami

S : Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan yang Anda alami

SS : Bila pernyataan tersebut SangatSesuai dengan yang Anda alami

Jawaban setiap orang bisa berbeda-beda sesuai keadaanya masing-masing dan jawaban tersebut tidak ada yang dinilai benar atau salah. Periksalah kembali semua jawaban anda dan pastikan tidak ada yang terlewatkan.

No. Pertanyaan STS TS S SS

1 Saat marah, saya menggerutu seharian

2 Kekecewaan membuat saya kehilangan semangat untuk melakukan yang terbaik

3 Saya mengubah rasa benci pada orang lain menjadi semangat untuk lebih berprestasi

4 Saya sulit membedakan apakah saya sedang marah atau sedih


(5)

5 Saya berusaha tetap tenang saat berbicara dengan orang yang saya benci

6 Saat saya membenci seseorang, saya selalu berpikir untuk menjatuhkan orang itu

7 Saat saya sedih, saya menangis semalam suntuk 8 Saya tetap tenang dan percaya bahwa saya akan

menemukan cara atau jalan keluar dalam situasi sesulit apapun

9 Saya tidak menyadari perasaan yang muncul saat bertemu dengan orang yang sebenarnya saya benci

10 Ketika saya merasa sedih, saya berusaha agar jangan sampai kesedihan saya berlarut-larut

11 Saya menyadari bahwa saya pasti menyesal jika telah berbuat salah

12 Saya selalu menghindari dan menjauhi hal yang saya takuti 13 Ketika gagal, saya berjanji pada diri saya untuk terus maju,

pantang putus asa

14 Saya bingung mengapa tubuh saya merasa letih, lesu dan tidak bersemangat


(6)

15 Saat menghadapi keadaan darurat, saya cemas sekali sampai membuat saya lemas

16 Saya dapat mengatasi kesedihan sehingga saya dapat menatap masa depan yang lebih baik

17 Saya tidak menyadari kalau ternyata saya takut terhadap sesuatu

18 Saya tetap mampu berpikir jernih dalam keadaan darurat sehingga saya tetap tenang

19 Saya merasa sedih sampai merasa masa depan saya makin suram

20 Saya tahu saya merasa gembira ketika saya tertawa 21 Saat saya frustrasi menunggu antrean yang panjang, saya

pulang dan mengomel terus

22 Saat berbuat salah saya sulit untuk memahami perasaan saya