ANALISIS HASIL WARNA DENGAN MENGGUNAKAN KAYU SECANG (CAESALPINIA SAPPAN L) PADA BAHAN KATUN.

(1)

Analisis Hasil Warna dengan menggunakan Kayu Secang

(Caesalpinia Sappan L) Pada Bahan Katun

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

ELLANI PINEM NIM. 061255410019

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

ELLANI PINEM, Analisis Hasil Warna Dengan Menggunakan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Pada Bahan Katun. Skripsi, Medan Fakultas Teknik UNIMED.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hasil Warna Dengan Menggunakan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Pada Bahan Katun. Subjek dalam penelitian ini adalah Kain Katun Tipe I, Tipe II dan Tipe III. Dengan waktu Perendaman air kayu secang selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari serta perendaman kain selama 4 jam, 6 jam dan 8 Jam. Dengan demikian terdapat sebanyak 27 (dua puluh tujuh) perlakuan.

Data penelitian ini dijaring melalui lembar observasi, dimana kegunaan lembar pengamatan adalah untuk menjaring data peneliti yang diamati oleh 4 pengamat. Setelah besaran Fo =2,667 dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf

signifikan 5% dan dk = 3 : 105 , diperoleh Ftabel = 2,70, sehingga diketahui Fo < Ft

(2,667 < 2,70). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara hasil pengamatan dari keempat orang observer (pengamat) atau dapat diartikan bahwa butir-butir komponen tentang pewarnaan dengan menggunakan kayu secang dapat digunakan untuk menjaring data penelitian. Dalam penelitian ini digunakan Kayu secang sebanyak 500 gram yang direbus dan kain katun yang digunakan berukuran 30 x 30 cm.

Berdasarkan analisis hasil penelitian ditemukakan bahwa (1) Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 3 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan kurang pekat, jelas dan nyata. Sedangkan kerataan permukaan warna merata namun kurang terang dan tekstur kain kurang mengkilap; (2) Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 2 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan tidak pekat, tidak rata dan pudar. Sedangkan kerataan warna menghasilkan warna yang buram dan tekstur kain tidak mengkilap; (3) Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 1 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan tidak pekat, tidak rata dan pudar. Sedangkan kerataan warna menghasilkan warna yang buram dan tekstur kain tidak mengkilap; (4) Kain katun tipe I menghasilkan kerataan pewarnaan pada permukaan kain dengan baik. Kain katun tipe II menghasilkan warna yang lebih baik, sedangkan kain katun Tipe III menghasilkan tekstur yang mengkilap pada kain.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berguna untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Adapun Judul skripsi ini adalah: “Analisis Hasil Warna dengan menggunakan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Pada Bahan Katun”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas sehingga skripsi ini dapat disusun, antara lain penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku rektor Universitas Negeri Medan 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Lelly Fridiarty, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Tata Busana.

4. Ibu Dra. Dina Ampera, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Tata Busana.

5. Ibu Dra. Nurmaya Napitu. M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tata Busana.

6. Ibu Dra. Rasita Purba, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini .


(6)

7. Ibu Dra. Nurmaya Napitu. M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik. 8. Ibu Kepala Laboratorium Tata Boga Universitas Negeri Medan.

9. Bapak/Ibu serta staf Pegawai di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

10.Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda A. Pinem, dan Ibunda P. Br Ginting yang menjadi sumber motivasi saya yang telah memberikan dukungan materi dan moril dalam penyelesaian skripsi ini. 11.Teristimewa buat Adinda Andiki Pinem, Ika Elkana Pinem, Hartoto

Pinem, Catriyuda Pinem

12. Teristimewa buat rekan-rekan seperjuangan (Lisa Cristenty, Poibe Silsa, Elvin Hia, Sri Damenta, Ana Kristina, Tetty Lova,) dan mahasiswa stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan support dalam penyelesaian skripsi ini dan yang terspesial .buat Dedy Goriatno Sembiring yang telah banyak membantu dan memberi support dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, kiranya Tuhan Yang Maha Esa dapat melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

Ellani Pinem 061255410019


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis ... 7

1. Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) ... 7

2. Manfaat Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) ... 11

3. Warna ... 14

4. Kerataan ... 15

5. Tekstur... 15

6. Serat Kapas (Gossypium) ... 16

7. Langkah Kerja Teknik Pencelupan ... 20

B. Kerangka Konseptual ... 23

C. Pertanyaan Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

B. Subjek Penelitian ... 25

C. Metode Penelitian ... 25

D. Defenisi Operasional ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Uji Kesepakatan ... 28


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian ... 34

1. Hasil Kualitas pewarnaan kayu secang pada perendaman air rebusan kayu secang selama 1 hari ... 35

2. Hasil Kualitas pewarnaan kayu secang pada perendaman air rebusan kayu secang selama 2 hari ... 50

1. Hasil Kualitas pewarnaan kayu secang pada perendaman air rebusan kayu secang selama 3 hari ... 65

B. Jawaban Penelitian ... 81

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Implikasi ... 91

C. Saran ... 91


(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Tumbuhan Secang ... 8 2. Struktur Komposit Brazilin ... 10


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat menciptakan nuansa keindahan saat diaplikasikan pada sebuah objek ataupun benda. Dengan warna, ada kesan yang ditimbulkan dan menggambarkan karakter tertentu. Oleh sebab itu, khususnya para desainer mengutamakan warna sebagai salah satu prinsip untuk menciptakan busana yang memberikan memberi nilai lebih pada benda tersebut. Menurut Swasty (2011) bahwa warna memegang peran penting sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Hal senada diungkapkan oleh Mutafawiqin (2011) bahwa warna akan membuat kesan untuk keseluruhan gambar atau grafis karena dapat memberikan dampak psikologis dan sugesti kepada orang yang melihat.

Dalam usaha memperoleh warna, maka sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, maka untuk menghasilkan warna dapat diperoleh melalui pewarna buatan dan pewarna alami. Sedangkan pewarna alami diperoleh dari tanaman atau hewan yang berupa pigmen. Warna air limbah yang dihasilkan tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni akan menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami


(11)

dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya Ultra Violet yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat dari pada foto degradasinya (http://harlivia.blogspot.com/).

Sedangkan pewarnaan alami yang diperoleh dari ekstrak tumbuh-tumbuhan, merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang khususnya pada proses pembatikan dan perancangan busana. Pewarnaan alami mampu menghasilkan kualitas warna pada kain maupun kain batik dengan keunggulan tersendiri, seperti ramah lingkungan, hasil warna yang lebih natural, lebih sejuk dipandang, memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi, serta memiliki nilai seni dan warna khas yang berkesan etnik dan ekslusif.

Menurut Andayani (2006) keunggulan dari kain yang menggunakan pewarna alam adalah kain tersebut akan kontras dipandang, terasa sejuk, dan menyehatkan kornea mata. Sejalan dengan pendapat diatas, Hendri Suprapto, Consultant of Natural Dyes BIXA dengan jelas memaparkan keunggulan pewarnaan alam yaitu kain dengan warna alam akan kontras dipandang, terasa sejuk, dan menyehatkan kornea mata. Warna-warna yang dihasilkan dari proses-proses alamiah cenderung menampilkan kesan luwes, lembut, dan tidak akan menghasilkan nada warna yang persis sama meski menggunakan resep yang sama. Pewarnaan alami dapat diperoleh dari daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tinggi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifolia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana) dan sari umbi temulawak


(12)

(Curcuma xanthorrhiza ROXB), kayu secang (Caesalpinia Sappan L) dan lain sebagainya.

Kayu secang (Caesalpinia Sappan L) merupakan salah satu jenis tumbuhan obat-obatan asli Indonesia. Kayu secang adalah pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan kulit kayu dan kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah. Kulit kayu secang dimanfaatkan sebagai sumber pewarna merah karena menghasilkan zat brazilin, pewarna ini dipakai untuk bahan anyaman, cat, kue, minuman, atau sebagai tinta, pakaian, dan minuman penyegar khas Yogyakarta selatan.

Menurut Abdul (2010) bahwa kandungan yang terdapat pada kayu secang adalah asam galat, tanin, resin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, minyak atsiri. Menurut Riska (2008) bahwa kayu secang yang dilarutkan dalam air akan menghasilkan warna merah muda. Namun Kellar (dalam Riska, 2008) mengemukakan bahwa zat brazilin pada kayu secang akan membentuk warna kekuningan pada larutan asam dan berwarna merah gading pada larutan basa serta brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar matahari dan terjadi perubahan secara lambat oleh pengaruh cahaya, oleh karena itu brazilin harus disimpan pada tempat yang gelap.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pewarnaan alami yang menggunakan kayu secang memiliki keunggulan bahwa warna yang dihasilkan dapat menyehatkan kornea mata, mengantisipasi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pewarnaan sintetis, menghasilkan warna yang lembut, natural, memiliki nilai jual yang tinggi dan memiliki nilai seni etnik yang ekslusif serta pewarnaan yang dihasilkan tidak sama meskipun dengan takaran


(13)

yang sama. Oleh sebab itu maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian: “Analisis Hasil Warna dengan menggunakan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Pada Kain”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Apakah fungsi pewarnaan pada kain?

2. Warna apakah yang dihasilkan kayu secang pada proses pencelupan? 3. Bagaimanakah proses atau langkah kerja pewarnaan pada kayu secang? 4. Zat-zat kimia apa sajakah dari kayu secang yang dapat memberikan warna

pada kain?

5. Bagaimana hasil pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 3 hari?

6. Bagaimana hasil pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 2 hari?

7. Bagaimana hasil pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 1 hari?

C. Pembatasan Masalah

Selain masalah-masalah yang dikemukakan di atas masih banyak lagi masalah-masalah yang akan muncul. Untuk itu penulis membatasi permasalahan hanya terbagi atas 2 bagian :


(14)

1. Pewarnaan alami dibatasi pada pewarnaan yang menggunakan kayu secang sebanyak 500 gram

2. Lamanya proses pewarnaan dibatasi pada 3 satuan waktu yaitu 8 jam, 6 jam dan 4 jam

3. Penerapan pewarnaan dilakukan pada 3 jenis kain katun yaitu Tipe I : Serat kapas yang panjang, halus, kuat berkilau, kapas tipe ini biasanya digunakan untuk benang dan kain yang sangat halus. Kain Katun Tipe I mengandung 100% bahan katun., Tipe II : Serat kapas ini adalah kapas medium yang lebih kasar dan lebih pendek. Kain Katun Tipe II mengandung 75% bahan katun dan Tipe III merupakan serat kapas yang pendek, kasar dan tidak berkilau. Kain Katun Tipe III mengandung 50% bahan katun. (Poespo, 2005)

4. Penilaian hasil warna dibatasi pada hasil warna, kerataan dan tekstur kain.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil kualitas pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 3 hari?

2. Bagaimana hasil kualitas pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 2 hari?

3. Bagaimana hasil kualitas pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 1 hari?


(15)

4. Kain Katun tipe manakah yang paling baik digunakan dalam menghasilkan warna, kerataan dan tekstur pada kain?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil kualitas pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 3 hari

2. Untuk mengetahui hasil kualitas pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 2 hari

3. Untuk mengetahui hasil kualitas pewarnaan pada kain dengan menggunakan kayu secang yang direndam selama 1 hari

4. Untuk mengetahui kain Katun tipe manakah yang paling baik digunakan dalam menghasilkan warna, kerataan dan tekstur pada kain?

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan, maka berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diharapkan :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa Tata Busana UNIMED bahwa pentingnya pewarnaan pada kain

2. Sebagai bahan masukan bagi para perancang busana bahwa pewarnaan alami lebih memiliki kualitas dan nilai ekonomi yang tinggi

3. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pemanfaatan potensi alam yang ada di Indonesia, khususnya kayu secang sebagai pewarna tekstil yang baik


(16)

(17)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 3 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan kurang pekat, jelas dan nyata. Sedangkan kerataan permukaan warna merata namun kurang terang dan tekstur kain kurang mengkilap.

2. Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 2 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan tidak pekat, tidak rata dan pudar. Sedangkan kerataan warna menghasilkan warna yang buram dan tekstur kain tidak mengkilap.

3. Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 1 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan tidak pekat, tidak rata dan pudar. Sedangkan kerataan warna menghasilkan warna yang buram dan tekstur kain tidak mengkilap.

4. Kain katun tipe I menghasilkan kerataan pewarnaan pada permukaan kain dengan baik. Kain katun tipe II menghasilkan warna yang lebih baik, sedangkan kain katun Tipe III menghasilkan tekstur yang mengkilap pada kain.


(18)

35

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian diberikan implikasi sebagai berikut :

Dengan ditemukannya jawaban penelitian yaitu analisis hasil warna dengan menggunakann kayu secang, maka perlu kiranya kiranya perhatian khususnya Jurusan PKK Program Studi Tata Busana untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengembangkan hasil pewarnaan menggunakan kayu secang sehingga hasil perolehannya lebih maksimal. Selain itu diperlukan juga untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan sehingga hasil warna pada kain dapat bertahan lama, menghasilkan warna yang merata dan tidak mudah luntur.

Bagi para mahasiswa untuk lebih meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti perkembangan serta mempelajari tentang seluk beluk pembuatan warna pada kain dengan menggunakan bahan-bahan alami, serta melakukan berbagai eksperimen dengan menggunakan dua atau lebih zat warna alami pada bahan yang sama.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Diharapkan memberi kesempatan pelatihan bagi para dosen khususnya jurusan PKK program studi tata busana agar hendaknya dapat


(19)

36

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai pewarnaan pada kain.

2. Diharapkan untuk masyarakat khususnya mahasiswa yang akan melakukan penellitian lebih lanjut agar hendaknya dapat menggunakan atau memanfaatkan kain yang menggunakan zat pewarnaan alami yang dapat menyejukkan dan menyehatkan mata.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ester, Kusumawati Santosa, 2008. Pemanfaatan Daun Tembakau Untuk Pewarnaan Kain Sutera Dengan Mordan Jeruk Nipis. Semarang : UNNES

Noor, Fitrihana, 2007. Teknik Eksplorasi Pewarna Alam Dari Tanaman Di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Yogya : Kanisius

Afiyati , Ami, 2011. Mari Gunakan Pewarna Alami.

http://amiafiyati.blogspot.com/2011/12/mari-gunakan-pewarna-alami.html

Assidiq, Yusuf, 2010. Mewas pada Zat Pewarna. (http://assidiq.zet.com/. Diakses : 24-04-2010

Hassan, 2010. Ensiklopedi Umum. Jakarta : Kanisius Abdul (2010)

Andayani. (2006). Citarasa Tinggi Batik Alami. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Edhisambada. (2011). Pewarna Alami Dari “Roro” (Kayu Secang).

(http://edhisambada.wordpress.com/2011/02/22) Erna (2008)

Ester, Kusumawati Santosa. (2008). Pemanfaatan Daun Tembakau Untuk Pewarnaan Kain Sutera Dengan Mordan Jeruk Nipis. Semarang : UNNES

.(file:///C:/Documents%20and%20Setting) Hasanudin (2001)

(http://kitabisa.blogspot.html/)

http://harlivia.blogspot.com/. (2012). Penemuan Teknik Baru Untuk Pengolahan Limbah Batik.

Laely (2010)

Litbang Pertanian Bogor (2007) Mutafawiqin (2011)

Noor, Fitrihana. (2007). Teknik Eksplorasi Pewarna Alam Dari Tanaman Di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Yogya : Kanisius

Nursalma (2009) Pararaja (2008)


(21)

Potre (2011) Purwanti (2004)

Riska, Pratama Kusumawati. (2008). Pengaruh Penambahan Asam Sitrat Dan Pewarna Alami Kayu Secang Terhadap Stabilitas Warna Sari Buah Belimbing Manis. Bogor : IPB

Rukman (2004

Rusmiati. (2007). Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan. Kalimantan Selatan : Universitas Lambung Mangkurat

Said (2011)

Sentra Informasi IPTEK. (2005). Tanaman Obat Indonesia. (www.iptek.net.id)

Shafwatunida, Lili. (2007). Secang (Caesalpinia sappan L). http://liew267.wordpress.com/ Soekarno (2004)

Sunarya (2006)

Swasty, Wirania. (2011). A – Z Warna Interior Rumah Tinggal. Bogor: Penebar Swadaya Tanjung (2008)


(1)

(2)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 3 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan kurang pekat, jelas dan nyata. Sedangkan kerataan permukaan warna merata namun kurang terang dan tekstur kain kurang mengkilap.

2. Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 2 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan tidak pekat, tidak rata dan pudar. Sedangkan kerataan warna menghasilkan warna yang buram dan tekstur kain tidak mengkilap.

3. Hasil kualitas pewarnaan perendaman kayu secang selama 1 hari pada kain katun Tipe I, II dan III menghasilkan warna coklat kemerahan tidak pekat, tidak rata dan pudar. Sedangkan kerataan warna menghasilkan warna yang buram dan tekstur kain tidak mengkilap.

4. Kain katun tipe I menghasilkan kerataan pewarnaan pada permukaan kain dengan baik. Kain katun tipe II menghasilkan warna yang lebih baik, sedangkan kain katun Tipe III menghasilkan tekstur yang mengkilap pada kain.


(3)

35

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian diberikan implikasi sebagai berikut :

Dengan ditemukannya jawaban penelitian yaitu analisis hasil warna dengan menggunakann kayu secang, maka perlu kiranya kiranya perhatian khususnya Jurusan PKK Program Studi Tata Busana untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengembangkan hasil pewarnaan menggunakan kayu secang sehingga hasil perolehannya lebih maksimal. Selain itu diperlukan juga untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan sehingga hasil warna pada kain dapat bertahan lama, menghasilkan warna yang merata dan tidak mudah luntur.

Bagi para mahasiswa untuk lebih meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti perkembangan serta mempelajari tentang seluk beluk pembuatan warna pada kain dengan menggunakan bahan-bahan alami, serta melakukan berbagai eksperimen dengan menggunakan dua atau lebih zat warna alami pada bahan yang sama.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Diharapkan memberi kesempatan pelatihan bagi para dosen khususnya jurusan PKK program studi tata busana agar hendaknya dapat


(4)

36

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai pewarnaan pada kain.

2. Diharapkan untuk masyarakat khususnya mahasiswa yang akan melakukan penellitian lebih lanjut agar hendaknya dapat menggunakan atau memanfaatkan kain yang menggunakan zat pewarnaan alami yang dapat menyejukkan dan menyehatkan mata.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ester, Kusumawati Santosa, 2008. Pemanfaatan Daun Tembakau Untuk Pewarnaan Kain Sutera Dengan Mordan Jeruk Nipis. Semarang : UNNES

Noor, Fitrihana, 2007. Teknik Eksplorasi Pewarna Alam Dari Tanaman Di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Yogya : Kanisius

Afiyati , Ami, 2011. Mari Gunakan Pewarna Alami.

http://amiafiyati.blogspot.com/2011/12/mari-gunakan-pewarna-alami.html

Assidiq, Yusuf, 2010. Mewas pada Zat Pewarna. (http://assidiq.zet.com/. Diakses : 24-04-2010

Hassan, 2010. Ensiklopedi Umum. Jakarta : Kanisius Abdul (2010)

Andayani. (2006). Citarasa Tinggi Batik Alami. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Edhisambada. (2011). Pewarna Alami Dari “Roro” (Kayu Secang).

(http://edhisambada.wordpress.com/2011/02/22) Erna (2008)

Ester, Kusumawati Santosa. (2008). Pemanfaatan Daun Tembakau Untuk Pewarnaan Kain Sutera Dengan Mordan Jeruk Nipis. Semarang : UNNES

.(file:///C:/Documents%20and%20Setting) Hasanudin (2001)

(http://kitabisa.blogspot.html/)

http://harlivia.blogspot.com/. (2012). Penemuan Teknik Baru Untuk Pengolahan Limbah Batik.

Laely (2010)

Litbang Pertanian Bogor (2007) Mutafawiqin (2011)

Noor, Fitrihana. (2007). Teknik Eksplorasi Pewarna Alam Dari Tanaman Di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Yogya : Kanisius

Nursalma (2009) Pararaja (2008)


(6)

Potre (2011) Purwanti (2004)

Riska, Pratama Kusumawati. (2008). Pengaruh Penambahan Asam Sitrat Dan Pewarna Alami Kayu Secang Terhadap Stabilitas Warna Sari Buah Belimbing Manis. Bogor : IPB

Rukman (2004

Rusmiati. (2007). Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan. Kalimantan Selatan : Universitas Lambung Mangkurat

Said (2011)

Sentra Informasi IPTEK. (2005). Tanaman Obat Indonesia. (www.iptek.net.id)

Shafwatunida, Lili. (2007). Secang (Caesalpinia sappan L). http://liew267.wordpress.com/ Soekarno (2004)

Sunarya (2006)

Swasty, Wirania. (2011). A – Z Warna Interior Rumah Tinggal. Bogor: Penebar Swadaya Tanjung (2008)