HUBUNGAN EFEKTIVITAS SUPERVISI KLINIS DAN KEINOVATIFAN KEPALA MADRASAH DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIS GURU MTS DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

(1)

JUFRI EFFENDI

NIM. 809315009

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

M E D A N

2011


(2)

(3)

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, kemurahan dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Tesis ini berjudul ”Hubungan Efektivitas Supervisi klinis dan

Keinovatifan Kepala Madrasah dengan Kompetensi pedagogis Guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”. Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak……….sebagai pembimbing I,

dan Bapak ………..…… sebagai pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.

2. Bapak……….., Bapak ………, dan Bapak

………sebagai nara sumber dan penguji yang banyak memberikan

arahan dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Rektor Universitas Negeri Medan, Direktur, Asisten Direktur, Ketua dan Sekretaris Prodi, Bapak/Ibu Dosen serta Pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan memberikan pelayanan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Prodi Administrasi Pendidikan.

4. Kepala Madrasah dan Bapak/Ibu guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang telah mengizinkan dan bersedia membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian tesis ini.


(5)

5. ... dan seluruh rekan-rekan di Prodi Adm. Pendidikan khususnya angkatan .../Reguler yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

6. Ayahanda ..., Ibunda..., adikku..., yang telah banyak memberikan doa dan dorongan moril selama penulis mahasiswa.

7. Istri tercinta... dan ananda tersayang ..., yang tabah dan ikhlas menunggu serta mengorbankan waktu kebersamaan keluarga selama penulis mengerjakan tesis ini.

Akhirnya semoga semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian pendidikan dan tesis ini mendapat limpahan berkat dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Desember 2011


(6)

(7)

(8)

i

ABSTRACT

JUFRI EFFENDI, The Correlation of Clinical Supervision Effectiveness and Innovative of a Headmaster to the Pedagogical Competence of Teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang. Thesis. Medan: Post Graduate Program of State University of Medan, 2011.

This research is aims to study; (1) the correlation between clinical supervision effectiveness of headmaster and pedagogical competence of teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang, (2) the correlation between innovative of a headmaster and pedagogical competence of teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang, (3) the correlation clinical supervision effectiveness and innovative of a headmaster to the pedagogical competence of teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang.

This type of research by using proportional random sampling, as many as 93 people are taken as the sample drawn on the basis of Harry King Nomogram Table (N ≤ 2000). Before study the instrument was tested to the population out of sampel for 30 teachers to know the validity and reliability of instrument research. Instrument used to collect data is the Likert scale questionnaire. To test the hypotesis used to technique of correlation and regression analyses of simple and double, at the significance level of 0,05. Data processing in this research using SPSS version 15 program.

The research results show the followings: (1) there is a positive and significance correlation between clinical supervision effectiveness of headmaster and pedagogical competence of teacher, with correlation coefficient is 0,828; (2) there is a positive and significance correlation between innovative of a headmaster and pedagogical competence of teacher, with correlation coefficient is 0,431; (3) there is a positive and significance correlation between clinical supervision effectiveness and innovative of a headmaster to the pedagogical competence of teacher, with correlation coefficient is 0,876.


(9)

ABSTRAK

JUFRI EFFENDI, Hubungan Efektivitas Supervisi Klinis dan Keinovatifan Kepala Madrasah dengan Kompetensi Pedagogis Guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) hubungan antara persepsi guru terhadap efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, (2) hubungan antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, (3) hubungan persepsi guru terhadap efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Jenis penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling, ukuran sampel sebanyak 93 orang didasarkan pada tabel Nomogram Harry King (N ≤ 2000). Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen terhadap populasi di luar sampel yang berjumlah 30 guru, bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah kuesioner skala Likert. Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis korelasi dan regresi sederhana dan ganda, pada taraf signifikansi 0,05. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan program SPSS versi 15.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi guru terhadap efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru, dengan koefisien korelasi sebesar 0,828; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru, dengan koefisien korelasi sebesar 0,431; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi guru terhadap efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru, dengan koefisien korelasi sebesar 0,876.


(10)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Batasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

A. Kerangka Teoretis ... 16

1. Pengembangan Kompetensi Pedagogis Guru ... 28

2. Hakikat Terhadap Efektivitas Supervisi Klinis ... 22


(11)

4. Penelitian yang Relevan ... 62

C. Kerangka Berfikir ... 64

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 69

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 69

B. Sumber Data ... 69

C. Desain Penelitian ... 71

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 72

E. Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 75

F. Uji Coba Instrumen... 80

G. Teknik Analisis Data ... 83

1. Analisis Deskripsi Data ... 83

2. Uji Asumsi Dasar ... 83

a. Uji Normalitas ... 84

b. Uji Linieritas ... 84

3. Analisis Korelasi Sederhana ... 84

4. Analisis Korelasi Parsial ... 85

5. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 85

6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 86

a. Analisis Korelasi Ganda (R) ... 87

b. Koefisien Determinasi (R2) ... 87

c. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 87


(12)

vii

7. Uji Hipotesis Penelitian ... 88

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Hasil Penelitian ... 89

1. Deskripsi Data Instrumen Penelitian ... 89

a. Validitas Angket ... 89

b. Reliabilitas Angket ... 90

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 90

a. Data Angket Efektivitas Supervisi Klinis ... 90

b. Data Angket Keinovatifan Kepala Madrasah ... 91

c. Data Angket Kompetensi Pedagogis Guru ... 93

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 94

1. Uji Asumsi Dasar ... 94

a. Uji Normalitas ... 94

b. Uji Linieritas ... 95

2. Analisis Korelasi Sederhana... 97

3. Analisis Korelasi Parsial ... 102

4. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 106

5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 108

a. Analisis Korelasi Ganda (R) ... 109

b. Koefisien Determinasi (R2) ... 110

c. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 111

d. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 111


(13)

D. Pembahasan Penelitian ... 117

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 122

A.Simpulan ... 122

B.Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Distribusi Populasi Penelitian ... 70

3.2. Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Pedagogis Guru ... 76

3.3. Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Supervisi Klinis ... 78

3.4. Kisi-Kisi Instrumen Keinovatifan ... 79

3.5. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 86

4.1. Hasil Uji Validitas Angket ... 89

4.2. Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 90

4.3. Distribusi Frekuensi Data Efektivitas Supervisi Klinis ... 90

4.4. Distribusi Frekuensi Data Keinovatifan ... 92

4.5. Distribusi Frekuensi Data Kompetensi pedagogis Guru ... 93

4.6. Hasil Uji Normalitas Data ... 95

4.7. Hasil Uji Linier X1 Terhadap Y ... 96

4.8. Hasil Uji Linier X2 Terhadap Y ... 97

4.9. Hasil Analisis Korelasi Sederhana Antara X1 dengan Y ... 98

4.10. Hasil Analisis Korelasi Sederhana Antara X2 dengan Y ... 99

4.11. Hasil Analisis Korelasi Sederhana Antara X1 dan X2 ... 101

4.12. Hasil Analisis Korelasi Parsial X1 dan X2, dikontrol Y ... 102

4.13. Hasil Analisis Korelasi Parsial X1 dan Y, dikontrol X2 ... 104

4.14. Hasil Analisis Korelasi Parsial X2 dan Y, dikontrol X1 ... 105

4.15. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana X1 dan Y ... 106

4.16. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana X2 dan Y ... 107


(15)

4.18. Hasil Analisis Korelasi Ganda (R) ... 109

4.19. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 110

4.20. Hasil Uji F ... 111

4.21. Hasil Uji t ... 112

5.1. Data Angket Efektivitas Supervisi Klinis ... 137

5.2. Hasil Uji Validitas Efektivitas Supervisi Klinis ... 138

5.3. Validitas Angket Efektivitas Supervisi Klinis ... 140

5.4. Data Angket Keinovatifan ... 141

5.5. Hasil Uji Validitas Keinovatifan ... 142

5.6. Validitas Angket Keinovatifan ... 144

5.7. Data Angket Kompetensi pedagogis Guru ... 145

5.8. Hasil Uji Validitas Kompetensi pedagogis Guru ... 146

5.9. Validitas Angket kompetensi pedagogis Guru ... 148


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Desain Penelitian Hubungan Antar Variabel ... 72

4.1. Histogram Data Efektivitas Supervisi Klinis ... 91

4.2. Histogram Data Keinovatifan ... 92

4.3. Histogram Data Kompetensi pedagogis Guru ... 93

4.4. Hubungan Efektivitas Supervisi klinis, Keinovatifan Kepala Madrasah, dan Kompetensi pedagogis Guru ... 121


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 128

2. Analisis Instrumen Angket ... 136

3. Perhitungan Statistik Deskriptif ... 152

4. Uji Normalitas Data ... 156

5. Uji Linieritas ... 158

6. Analisis Korelasi Sederhana ... 160

7. Analisis Korelasi Parsial ... 162

8. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 164


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jalal & Mustafa (2001:18) mengatakan bahwa, guru merupakan faktor kunci yang paling menentukan keberhasilan pendidikan dilihat dari prestasi belajar peserta didik. Artinya, tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran.

Menyikapi hasil penelitian itu, memang relevan dengan kondisi nyata kompetensi guru Indonesia yang perlu ditingkatkan. Reformasi apapun yang dilakukan dalam pembenahan pendidikan tidak akan efektif tanpa guru profesional. Pembaharuan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana, penerapan metode, teknik, dan pendekatan pembelajaran yang terbaru sekalipun, bahkan memberikan bantuan dana kepada sekolah, jika tanpa guru profesional, maka semua upaya yang dilakukan kurang berhasil mencapai output yang memuaskan.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skill atau keahliannya.


(19)

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru, sudahkan menjadi profesi dengan kriteria di atas. Guru jelas sebuah profesi, akan tetapi sudah adakah sebuah profesi yang profesional, minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah pekerjaan yang sangat idealis, guru harus memiliki kompetensi yang dinamakan kompetensi keguruan yang bertujuan sebagai penguasaan kecakapan kerja atau keahlian yang dituntut selaras dengan bidang kerja keguruan. Dengan kecakapan dan keahlian itu, guru mempunyai wewenang dalam melakukan pelayanan keguruannya. Dalam bentuk nyata guru yang berkompetensi mampu bekerja dalam bidang pendidikan secara efektif dan efesien. Kompetensi keguruan menunjukkan kualitas serta kuantitas layanan pendidikan yang dilakukan oleh guru secara terstandar.

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidik atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek di atas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah: memiliki kemampuan


(20)

3

intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan, keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran, memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan, kemampuan mengorganisir dan problem solving, kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai-nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Di Indonesia sudah menjadi realitas umum bahwa guru bukan menjadi profesi yang berkelas, baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin memposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru setaraf atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

Cukup banyak penelitian yang mengungkapkan tentang kompetensi pedagogis guru dalam pembelajaran. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI


(21)

Indonesia jauh tertinggal. Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.

HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 (tiga) kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Jadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

Guru dalam proses pembelajaran mempunyai fungsi multi peran yakni sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih. Secara otomatis juga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk mencapai kemajuan pendidikan sekaligus untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa. Harus diakui bahwa kemajuan pendidikan sebagian besar bergantung kepada kewenangan dan kemampuan guru. Syukurlah, para wakil rakyat di legislatif telah mengesahkan “guru sebagai profesi“ yang termaktub di dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan demikian, profesi guru akan setara dengan profesi lain yang berkebanggaan.

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan profesional. Menurut pendapat Usman (2006:15) menyatakan bahwa: “Guru yang


(22)

5

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal”. Di samping itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah. Imron (1995:45) mengemukakan: “kadar kualitas guru ternyata dipandang sebagai penyebab kadar kualitas output sekolah”.

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

Pendidikan selama ini belum mampu membangkitkan kemauan peserta didik untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan umat. Di Indonesia orang pandai sudah cukup banyak, orang terampil juga sudah membeludak. Masalahnya bagaimana agar mereka memiliki kemauan untuk memanfaatkan kepandaian dan keterampilannya bagi pemecahan berbagai persoalan masyarakat dan bangsa, dalam skala kecil sekalipun, bukan malah menambah masalah dan menghambat pembangunan.

Uraian di atas tidak tanpa alasan. Buktinya dapat disaksikan betapa banyak para peserta didik yang keluyuran di mall pada jam-jam efektif belajar. Mengapa mereka lebih senang bermain dari pada belajar. Ini adalah tantangan, khususnya bagi guru, bagaimana menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, menantang nafsu peserta didik, dan menyenangkan. Untuk itu, diperlukan guru yang kreatif, professional, dan menyenangkan, sehingga mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, suasana pembelajaran yang menantang, dan mampu membelajarkan dengan menyenangkan, seakan-akan sedang jalan-jalan di


(23)

mall. Hal ini penting, terutama karena dalam setiap pembelajaran, guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran, lebih-lebih di sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa kemampuan profesional guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan profesional guru, terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif, dan efesien (Mulyasa, 2005:13).

Syaodih (dalam Mulyasa, 2005:13), mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. Menyadari hal tersebut, betapa pentingnya untuk meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas dan proesionalisme guru, hal tersebut lebih nampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, karena di sini guru diberikan kebebasan untuk memilih dan mengembangkan materi standar dan kompetensi dasar sesuai dengan kondisi serta kebutuhan daerah dan sekolah.

Simon dan Alexander (dalam Mulyasa, 2005:14) telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik, yaitu: jumlah waktu efektif yang digunakan guru


(24)

7

untuk melakukan pembelajaran di kelas, dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.

Kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, segi proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu, dapat dilhat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah prilaku sebagian besar peserta didik kearah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi pembelajaran.

Pengembangan kualitas guru merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari para ahli terhadap pengembangan kompetensi guru, tetapi harus pula difahami berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan berbagai aspek pendidikan dan pembelajaran.

Selain itu, profesi sumber daya guru perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan kemampuan sumberdaya guru adalah melalui supervisi. Salah seorang yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan supervisi adalah kepala madrasah, sehingga kepala madrasah disebut juga sebagai supervisor. Sebagai supervisor kepala madrasah bertugas memberikan bantuan


(25)

dan bimbingan secara profesional kepada guru yang kurang memiliki kemampuan profesional dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan hakekat supervisi yang dikemukakan oleh Pidarta (1999:14) sebagai berikut: Hakekat supervisi adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat.

Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru. Jenis supervisi ini merupakan bantuan profesional yang diberikan secara sistematik kepada guru berdasarkan kebutuhan guru tersebut dengan tujuan untuk membina guru serta meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kepala madrasah selaku supervisor klinis selain sebagai penanggung jawab kepada tugas-tugas supervisi klinis, juga harus melakukan akuntabilitas terhadap tugas-tugas tersebut. Maksudnya jika tanggung jawab merupakan usaha agar apa yang dibebankan kepadanya dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dalam waktu tertentu, maka akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban itu. Mcashan (1983:46) menyatakan bahwa akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performanya menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan kata lain, keberhasilan supervisi klinis untuk mencapai profesionalisme guru sangat tergantung kepada sejauh mana tingkat akuntabilitas kepala madrasah. Untuk mencapai tingkat akuntabilitas yang tinggi dalam melaksanakan supervisi klinis kepala madrasah memerlukan pengetahuan dan keterampilan tentang supervisi klinis itu sendiri.


(26)

9

Meskipun supervisi klinis ini tergolong baru dipakai di Indonesia tetapi supervisi model ini banyak menyedot perhatian para pemerhati pendidikan. Ketertarikan terhadap model supervisi yang paling mutakhir ini disebabkan oleh karena supervisi klinis ini menawarkan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh model supervisi lainnya. Kelebihannya antara lain terciptanya hubungan antara supervisor dengan guru dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, dan demokratis.

Melalui pengamatan dan analisis ini, seorang supervisor pendidikan akan dengan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam mengelolah proses pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalismenya ingin dikembangakan lebih menghendaki cara kesejawatan daripada cara yang otoriter.

Hal ini sejalan dengan Kepmendikbud RI nomor 0296/U/1996 mengungkapkan bahwa peran kepala sekolah adalah sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator (EMASLIM). Dengan demikian, keberhasilan sekolah juga bergantung kepada supervisi klinis dan kemampuan manajerial kepala sekolah untuk mempengaruhi, membimbing, menggerakkan, dan memotivasi individu-individu yang terlibat dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Jadi, tugas kepala sekolah lebih banyak berhubungan dengan penanganan persoalan-persoalan yang bersifat teknis dan nonteknis. Penanganan yang bersifat teknis cenderung diupayakan untuk mempermudah, memelihara atau memperbaiki segala persoalan pembelajaran yang dihadapi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan penanganan persoalan yang bersifat


(27)

nonteknis cenderung dilakukan sebagai upaya penyelesaian masalah yang berhubungan dengan konflik-konflik yang terjadi di sekolah.

Memperhatikan kenyataan ini, Wahjusumidjo (2001:43) menegaskan bahwa, kepala sekolah sesungguhnya memiliki peran penting dalam menggerakkan aktivitas sekolah dalam mencapai tujuan. Supervisi klinis kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan berbagai kegiatan sekolah.

Dalam melaksanakan fungsi di atas, jika dihubungkan dengan upaya kepala madrasah meningkatkan mutu dengan melaksanakan seluruh peranannya dan peningkatan pengelolaan madrasah meliputi kurikulum, kegiatan belajar mengajar, pemanfaatan sarana dan prasarana, aspek administrasi secara umum, kepesertadidikan, ketenagaan, perlengkapan, hubungan sekolah dengan masyarakat, maka supervisi (supervisi klinis) digunakan untuk melaksanakan tugas ini.

Prinsip dasar yang melandasi pelaksanaan supervisi tersebut adalah Kepmendikbud No. 0265/0/1980, menyatakan bahwa pengawasan atau supervisi diarahkan sebagai upaya pencegahan, pengendalian, perbaikan, dan penyempurnaan, serta ajang komunikasi dan keterbukaan.

Dalam meningkatkan pedagogis guru, menurut peneliti supervisi dan inovasi harus dilaksanakan dengan baik agar kepala madrasah dapat melihat kelemahan-kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah mengetahui kelemahan-kelemahan tersebut, kepala madrasah dapat memberikan inovasi agar kompetensi pedagogis guru jangan terus menurun.


(28)

11

Kurang berhasilnya proses pembelajaran tidak semata-mata karena kegagalan guru. Banyak faktor yang menyebabkannya antara lain; kurang termotivasi untuk melaksanakan tugas dan kurang mendapatkan layanan, bantuan, dan atau arahan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan manajemen kelas. Oleh karena itu, Kepala madrasah harus melaksanakan supervisi klinis dan seluruh peranannya seefesien mungkin untuk mencapai kompetensi pedagogik guru. Dengan demikian melaksanakan tugas bukanlah sesuatu yang terpaksa, melainkan merupakan kewajiban dan tanggung jawab. Akhirnya, suasana kerja yang harmonis akan benar-benar terwujud.

Kondisi nyata yang dilihat dari suasana belajar dan mengajar yang ada di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang bahwa masih ada guru yang mengajar dengan menggunakan metode-metode lama seperti ceramah, siswa ditugaskan menulis bahan ajar di papan tulis, tidak menggunakan dan menemukan inovasi dalam pembelajaran , sehingga siswa merasa bosan dalam belajar, masih seringnya guru tidak hadir dalam mengajar, masih ada guru yang tidak mempunyai administrasi mengajar, seperti rencana program pengajaran (RPP), silabus, program tahunan, program semester, kalender harian, apalagi merumuskan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), masih ada guru mengajar tidak sesuai dengan RPP. Bahkan masih ada guru yang tidak mengetahui tujuan pembelajaran dari pelajaran yang akan diajarkannya, sehingga tidak mencapai tujuan pembelajaran. Hal lain masih ada guru yang mengajar bidang studi di luar bidangnya, atau keahliannya. Guru yang mengajar di luar keahliannya akan melahirkan pembelajaran yang berkualitas rendah. Hal ini berkaitan dengan tingkat kemampuan guru dalam menerapkan dan


(29)

mengaktualisasikan kurikulum yang diajarkannya. Hal ini juga tentunya sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa juga sekolah.

Padahal, kepala madrasah bersama ketua sub rayon telah melakukan berbagai macam upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogis guru, berbagai macam upaya yang dilakukan seperti: mendatangkan tutor yang berkualitas ke Sub Rayon Kecamatan Sunggal untuk melatih para guru, mengutus beberapa orang guru mengikuti seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan untuk pencerahan pengetahuan para guru, mengadakan Kelompok Kerja Guru (KKG), mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), memang jika dilihat secara umum MTs se-kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang tidak terlihat ada masalah, namun jika dilihat secara mendetail maka muncullah permasalahan-permasalahan seperti yang terungkap di atas.

Berdasarkan informasi (data) awal tersebut, maka terdapat kesenjangan antara harapan yang seharusnya dengan kenyataan yang ada di madrasah, harapan-harapan yang diuraikan di atas tidak seperti kenyataan yang ada di madrasah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengungkapkan mengenai pengaruh efektivitas supervisi klinis dengan keinovatifan kepala madrasah terhadapkompetensi pedagogik guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


(30)

13

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, bahwa kompetensi pedagogis guru dapat dipengaruhi berbagai faktor, misalnya: (1) penyusunan rencana proses pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian hasil belajar.

Jadi, secara umum dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) apakah efektivitas supervisi klinis diperlukan dengan kompetensi pedagogis guru di madrasah?, (2) apakah keinovatifan kepala madrasah diperlukan dengan kompetensi pedagogis guru?, (3) apakah kompetensi pedagogis guru dapat mempengaruhi kreativitas dan mutu madrasah?, (4) apakah efektivitas supervisi klinis kepala madrasah mempengaruhi kreativitas dan mutu madrasah?, (5) apakah keinovatifan kepala madrasah mempengaruhi kreativitas dan mutu madrasah?, (6) apakah efektivitas supervisi klinis mempengaruhi keinovatifan kepala madrasah?, (7) apakah keinovatifan kepala madrasah berpengaruh dengan kompetensi pedagogis guru?, (8) apakah efektivitas supervisi klinis mempengaruhi kompetensi pedagogis guru?, (9) apakah efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah dapat mempengaruhi kompetensi pedagogis guru?,

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogis guru. Mengingat adanya keterbatasan kemampuan peneliti maka pada penelitian ini peneliti membatasi masalah yang


(31)

diteliti mengenai: (1) efektivitas supervisi klinis; (2) keinovatifan kepala madrasah; (3) kompetensi pedagogis guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara efektivitas supervisi klinis dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

2. Apakah terdapat hubungan antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

3. Apakah terdapat hubungan antara efektivitas implementasi supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah yang dapat memberikan hubungan yang berarti terhadap kompetensi pedagogis guru di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk memperoleh data kuantitatif yang objektif dan kesimpulan yang bersifat deskriptif untuk:


(32)

15

1. Mengetahui hubungan efektivitas supervisi klinis dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

2. Mengetahui hubungan keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui hubungan efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara teoritis, akan diperoleh informasi empirik berdasarkan pijakan teori yang mendukung terhadap kompetensi pedagogis guru jika dihubungkan dengan perilaku kerja yang empirik mengenai efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah, sehingga kompetensi pedagogis guru dapat ditingkatkan.

2. Secara praktis indikator penelitian ini dapat diterapkan dan dikembangkan melalui pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai perilaku operasional dalam menyelesaikan tugas dan mencapai prestasi yang tinggi pada guru MTs di kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang.

3. Menjadi pendorong bagi peneliti lainnya untuk melakukan kegiatan penelitian yang relevan dengan pijakan teori yang telah diujicobakan dan dibuktikan secara ilmiah.


(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang berarti antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh koefisien korelasi antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru adalah 0,828

1y

x

r .

Semakin tinggi efektivitas supervisi klinis kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

2. Terdapat hubungan yang berarti antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh koefisien korelasi antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru adalah 0,431

2y

x

r dan harga thitung sebesar 4,557. Semakin baik keinovatifan kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 3. Terdapat hubungan yang berarti antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh koefisien korelasi antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi


(34)

123

pedagogis guru sebesar 0,876. Semakin tinggi efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Perlu bagi kepala madrasah untuk mengembangkan dan bertanggung jawab terhadap keinovatifan di lingkungan madrasah yang dipimpinnya, sebab hal ini sangat mendukung dalam proses usaha peningkatan kompetensi pedagogis guru. Keinovatifan kepala madrasah yang baik dapat mendorong kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, sehingga personil sekolah bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Bagi kepala madrasah di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang sebaiknya menerapkan efektivitas supervisi klinis yang pada hakikatnya merupakan pengawasan yang direncanakan secara sistematis dan terprogram untuk peningkatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara langsung kepada bawahan baik secara terbuka dan rileks sehingga dapat meningkatkan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

3. Kepala madrasah di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang seharusnya mampu menerapkan efektivitas supervisi klinis dan


(35)

keinovatifan secara bersama-sama yang pada dasarnya kepala madrasah dapat menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan dalam situasi dan kondisi yang tepat sehingga dapat mendukung kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut, hendaknya lebih memperhatikan jangkauan topik, permasalahan, dan sampel yang lebih luas, mengingat belum dapatnya hasil dan tujuan yang maksimal dalam penelitian, karena adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian dan masih ada lagi variabel lain yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogis guru.


(36)

125

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Qomari. dan Syaiful, Sagala. 2004. Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hanum, Afrida. 2008. Implementasi Supervisi Klinis dan Pemberian Motivasi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Harahap. Mahdiansyah. 2010. Hubungan Efektivitas Kepemimpinan dan Keterampilan manajerial Kepala Madrasah dengan Kinerja Guru MTs Negeri Kota Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Heriyono, Juhni dan Winarni Tri. 1997. Supervisi Klinis; Bahan Pelatihan Kepala Sekolah. Jakarta: Ditdikmenum.

Hidayat. 1986. Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Idris. 2008. Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif Dengan Program SPSS. Padang: Fakultas Ekonomi UNP

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka.

Jalal, Fasli. dan Mustafa. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yokyakarta: Adi Cita.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

McAshan, Hildreth. Hoke. 1983. Comprehensive Planning for School Administration. USA: Advocate Publishing Group.


(37)

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

.2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Pidarta. Made, 2000. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

.2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyo, Bambang. dan Lina, Miftahul, Jannah. 2007. Metode Penelitian

Kuantitatif. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom

Purwanto, Ngalim, Moh. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, Everett, M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: Free Pres.

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multimas.

Sahertian, Piet, A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Saksono, Prasetyo, Budi. 1984. Dalam Menuju SDM Berdaya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Bandung: Yrama Widya.


(38)

127

. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Jakarta: Gunung Agung.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, dan Djihad Hisyam. 2003. Refleksi dan Reformas Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Jakarta: Direktorat Dikmenum, Ditjen Dikdasmen.

Usman, Husaini. dan Purnomo Setiady, Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang berarti antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh koefisien korelasi antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru adalah 0,828

1y

x

r .

Semakin tinggi efektivitas supervisi klinis kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

2. Terdapat hubungan yang berarti antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh koefisien korelasi antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru adalah 0,431

2y

x

r dan harga thitung sebesar 4,557. Semakin baik keinovatifan kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 3. Terdapat hubungan yang berarti antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh koefisien korelasi antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi


(2)

pedagogis guru sebesar 0,876. Semakin tinggi efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Perlu bagi kepala madrasah untuk mengembangkan dan bertanggung jawab terhadap keinovatifan di lingkungan madrasah yang dipimpinnya, sebab hal ini sangat mendukung dalam proses usaha peningkatan kompetensi pedagogis guru. Keinovatifan kepala madrasah yang baik dapat mendorong kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, sehingga personil sekolah bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Bagi kepala madrasah di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang sebaiknya menerapkan efektivitas supervisi klinis yang pada hakikatnya merupakan pengawasan yang direncanakan secara sistematis dan terprogram untuk peningkatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara langsung kepada bawahan baik secara terbuka dan rileks sehingga dapat meningkatkan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

3. Kepala madrasah di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang seharusnya mampu menerapkan efektivitas supervisi klinis dan


(3)

keinovatifan secara bersama-sama yang pada dasarnya kepala madrasah dapat menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan dalam situasi dan kondisi yang tepat sehingga dapat mendukung kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut, hendaknya lebih memperhatikan jangkauan topik, permasalahan, dan sampel yang lebih luas, mengingat belum dapatnya hasil dan tujuan yang maksimal dalam penelitian, karena adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian dan masih ada lagi variabel lain yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogis guru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Qomari. dan Syaiful, Sagala. 2004. Profesi Jabatan Kependidikan dan

Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka

Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hanum, Afrida. 2008. Implementasi Supervisi Klinis dan Pemberian Motivasi

Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Harahap. Mahdiansyah. 2010. Hubungan Efektivitas Kepemimpinan dan

Keterampilan manajerial Kepala Madrasah dengan Kinerja Guru MTs Negeri Kota Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri

Medan.

Heriyono, Juhni dan Winarni Tri. 1997. Supervisi Klinis; Bahan Pelatihan

Kepala Sekolah. Jakarta: Ditdikmenum.

Hidayat. 1986. Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Idris. 2008. Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif Dengan Program SPSS. Padang: Fakultas Ekonomi UNP

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka.

Jalal, Fasli. dan Mustafa. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi

Daerah. Yokyakarta: Adi Cita.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

McAshan, Hildreth. Hoke. 1983. Comprehensive Planning for School


(5)

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

.2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Pidarta. Made, 2000. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan

Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

.2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyo, Bambang. dan Lina, Miftahul, Jannah. 2007. Metode Penelitian

Kuantitatif. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom

Purwanto, Ngalim, Moh. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, Everett, M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: Free Pres.

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multimas.

Sahertian, Piet, A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Saksono, Prasetyo, Budi. 1984. Dalam Menuju SDM Berdaya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Bandung: Yrama Widya.


(6)

. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Jakarta: Gunung Agung.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, dan Djihad Hisyam. 2003. Refleksi dan Reformas Pendidikan di

Indonesia Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Jakarta: Direktorat Dikmenum, Ditjen Dikdasmen.

Usman, Husaini. dan Purnomo Setiady, Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH, DUKUNGAN KELUARGA, DAN PENGEMBANGAN KARIER GURU DENGAN LOYALITAS GURU SMP SWASTA DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

0 4 38

HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, KOMUNIKASI ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 43

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN EFEKTIVITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 4 33

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAHDAN DISIPLIN KERJA GURU DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SD NEGERI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 10

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU : STUDI EMPIRIS DI SD NEGERI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 28

HUBUNGAN KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KEMAMPUAN SUPERVISI PENGAWAS DENGAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 30

HUBUNGAN IKLIM KOMUNIKASI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KABUPATEN DELI SERDANG.

0 0 29

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA GURU DEGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SD NEGERI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG.

0 0 22

HUBUNGAN PENGETAHUAN MANAJEMEN GURU DAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 22

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI KLINIS KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN CILACAP.

0 4 132