UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER TRANSENDENSI GURU IPA MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SUB RAYON SMA NEGERI 11 MEDAN.

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER TRANSENDENSI

GURU IPA MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SUB RAYON

SMA NEGERI 11 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SUSILAWATI SITEPU NIM. 8116132015

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2 0 1 4


(2)

TNS$

TJPAYA PENGEMBA}IGAN IiARAKTE R TRA NSENDEN-q T GTJRU IPA MELALUT SUPERVISI KLINIS DT SUB RAYON

SMA NEGERI 11 MEDAN

Disusun Oleh : SUSILAWATI SITEPU

NrM.81r6t320rs

, Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis

Pada Tanggal 20 Desember20l3 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Disetujui Oleh

Prof. Dr. FI. Zainuddin. M.Pd" NIP. 19550307 198403 I 001

Pascasarjana Ketua Program Studi

Administrasi Pendidikan

A^*",*{

Prof. Dr. H. Syaitul $agala. M.Pd. NIP.19580509 198611 I 001

i Medan

198103 1 002 1986 2 001

ffi:

rqc

f r r .

V,:

, \ 2


(3)

i

ABSTRACT

SUSILAWATI SITEPU. NIM. 8116132015. Efforts Character Development Master IPA Transcendence Through Clinical Supervision in Sub District 11 State High School-Medan. Thesis. Graduate Program, State University of Medan.

Individually qualified teachers absolutely do self-development through institutional approach is to facilitate the provision of care and respect by others, or approach to education needs to be given to teachers to facilitate the development of the character of transcendence with the concept of the development of knowledge, skills , and habits formed habit to be able to realize the behavior commendable.

This study aims to determine whether clinical supervision to develop character transcendence science teacher at Sub District 11 State High School-Medan. Subjects were a science teacher at Sub District 11 State High School-Medan with a total sample of 37 people. This type of research is action research using Action Research School (PTS).

Research results generally show that the character of transcendence teachers in pre-cycle has not shown satisfactory results , which indicated that the transcendent character of teachers are in the category of less dominant as many as 27 people (72.973%). After the seminars and clinical supervision of the teacher obtained an increase to better transcendence characters shown in the category of good teachers as many as 30 people (81.081%). These results indicate that the educational seminars and clinical supervision can improve the character of the transcendence of science teachers in classroom learning into a better direction.

The results showed that the character of transcendence that will make life better teachers in teaching in the classroom full of joy, great interest in life. Character transcendence good teacher will also improve student learning outcomes for the better.


(4)

ABSTRAK

SUSILAWATI SITEPU. NIM. 8116132015. Upaya Pengembangan Karakter Transendensi Guru IPA Melalui Supervisi Klinis di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Guru yang kompeten secara individu mutlak melakukan pengembangan diri melalui pendekatan institusi yaitu dengan memfasilitasi melalui pemberian perhatian dan penghargaan lain, atau pendekatan dengan pendidikan perlu diberikan kepada guru dengan memfasilitasi pengembangan karakter transendensi dengan konsep pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk kebiasaan habit untuk dapat mewujudkan perilaku terpuji.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan. Subjek penelitian adalah guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dengan jumlah sampel sebanyak 37 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research) dengan menggunakan Penelitian Tindakan

Sekolah (PTS).

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa karakter transedensi guru pada pra siklus belum menunjukkan hasil yang memuaskan, yang ditunjukkan bahwa karakter transendensi guru dominan berada di kategori kurang yaitu sebanyak 27 orang (72,973%). Setelah dilakukan seminar dan supervisi klinis terhadap guru diperoleh peningkatan menjadi lebih baik yang ditunjukkan karakter transedensi guru berada pada kategori baik yaitu sebanyak 30 orang (81,081%). Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan seminar pendidikan dan supervisi klinis dapat meningkatkan karakter transendensi guru IPA dalam pembelajaran di kelas ke arah yang lebih baik.

Hasil penelitian diperoleh bahwa karakter transendensi yang baik akan menjadikan kehidupan guru dalam mengajar di kelas penuh dengan sukacita, minat yang besar terhadap kehidupan. Karakter transendensi guru yang baik juga akan meningkatkan hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini di buat untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Kiranya bantuan, masukan-masukan serta saran yang diberikan akan dibalas Tuhan Yang Maha Esa dengan kebajikan yang berlipat ganda.

Rasa terimakasih tiada terhingga penulis ungkapkan pada Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetty, MS.Kons., S.Psi. sebagai pembimbing II, dan Bapak Prof. Dr. Zainuddin, M.Pd. sebagai pembimbing II, yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan pada Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd., Bapak Dr. Sukarman Purba, M.Pd., dan Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd., sebagai narasumber, yang begitu banyak memberikan arahan dan masukan dalam rangka menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.

Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta seluruh staff yang memberikan fasilitas belajar ketika penulis dalam studi, 2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan beserta staf yang banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis,


(6)

3. Seluruh teman angkatan XX/B Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang senantiasa dalam suka dan duka terus bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan studi,

4. Bapak Ketua Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan beserta seluruh rekan-rekan guru yang berkontribusi banyak dalam penelitian tesis ini,

5. Suami tercinta Drs. K. Sihombing, M.Si., dan ananda Lawrelya Adrianti Sihombing, SP., dalam suasana bagaimanapun kalian terus memberikan yang terbaik pada penulis, tesis ini merupakan wujud dari bakti kalian kepada penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan semua pihak yang telah mendukung penyelesaian tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.

Medan, Desember 2013 Penulis,

Susilawati Sitepu NIM. 8116132015


(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teoritis ... 14

1. Karakter Transendensi ... 14

2. Supervisi Klinis... 45

3. Pengembangan Karakter Transendensi Melalui Supervisi Klinis... 64

B. Penelitian yang Relevan... 67

C. Kerangka Berpikir... 67

D. Hipotesis Penelitian ... 69

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 70

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 70

C. Jenis Penelitian ... 71

D. Desain Penelitian ... 71

C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian... 72

E. Prosedur Penelitian ... 72

G. Indikator Keberhasilan... 79

H. Instrumen Observasi Karakter Transendensi... 80

I. Sumber Data ... 82

J. Teknis Analisis Data... 82


(8)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pra Siklus ... 84

B. Siklus Pertama ... 88

C. Siklus Kedua... 92

D. Temuan Penelitian ... 97

E. Pembahasan Hasil Penelitian... 100

F. Keterbatasan Penelitian... 121

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123

B. Implikasi ... 124

C. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 130


(9)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1. Populasi Penelitian... 70

3.2. Komponen Kemampuan untuk Memahami Guru Secara Utuh... 80

3.3. Kepedulian dan Kesediaan Memelihara Nilai-Nilai Sosial... 81

3.4. Komponen Kemauan Kerjasama dan Menjaga Sikap Adil ... 81

3.5. Komponen Pembuatan Kontribusi Memberi Respon Baik dan Menyenangkan... 81

3.6. Komponen Usaha Menolak Tindakan Yang Tidak Etis... 82

3.7. Jadwal Penelitian ... 83

4.1. Karakter Transendensi Guru Pada Pra Siklus Untuk AspekEmpaty... 84

4.2. Karakter Transendensi Guru Pada Pra Siklus Untuk Aspek Generativity... 85

4.3. Karakter Transendensi Guru Pada Pra Siklus Untuk AspekMutuality.. 86

4.4. Karakter Transendensi Guru Pada Pra Siklus Untuk AspekCivil Aspiration... 86

4.5. Karakter Transendensi Guru Pada Pra Siklus Untuk AspekHumanity.. 87

4.6. Paparan Materi Seminar Pendidikan pada Siklus Pertama... 90

4.7. Karakter Transendensi Guru Pada Pra Siklus... 88

4.8. Karakter Transendensi Guru Pada Siklus Kedua Untuk AspekEmpaty 93 4.9. Karakter Transendensi Guru Pada Siklus Kedua Untuk Aspek Generativity... 94

4.10. Karakter Transendensi Guru Pada Siklus Kedua Untuk AspekMutuality 94 4.11. Karakter Transendensi Guru Pada Siklus Kedua Untuk AspekCivil Aspiration... 95

4.12. Karakter Transendensi Guru Pada Siklus Kedua Untuk AspekHumanity 96 4.13. Karakter Transendensi Guru Pada Siklus Kedua... 96


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1. Kegiatan Supervisi Klinis... 62 3.1. Siklus Penelitian Tindakan ... 71


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Rekapitulasi Guru Mapel IPA pada Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan. 132 2. Instrumen Karakter Transendensi Guru... 134 3. Lembar Penilaian Karakter Transendensi Guru... 139 4. Hasil Karakter Transendensi Guru Pada Kegiatan Pra Siklus Untuk

Tiap Aspek ... 144 5. Hasil Karakter Transendensi Guru Pada Kegiatan Siklus Kedua Untuk

Tiap Aspek ... 149 6. Hasil Pengembangan Karakter Transendensi Guru pada Siklus Pertama 154 7. Hasil Pengembangan Karakter Transendensi Guru pada Siklus Kedua ... 156 8. Dokumentasi Penelitian ... 158


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Pengembangan SDM membawa misi peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang terlibat atau akan terlibat dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan kompetensi ini di antaranya dilaksanakan melalui pendidikan. Bila dikaitkan dengan pengembangan SDM dalam rangka meningkatkan kemampuan pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan yang diselenggarakan seharusnya juga memberi bekal-bekal kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Boediono, 1994).

Peningkatan kualitas SDM diarahkan untuk menjadikan SDM kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), serta memiliki moralitas. Penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS sangat dibutuhkan untuk peningkatan taraf hidup agar dapat disandingkan dan bermitra dengan bangsa-bangsa lain. Hal ini menjadi sangat penting terutama karena globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan sudah tidak bisa dihindari. Globalisasi berdampak pada terjadinya


(13)

2

persaingan yang ketat, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik. Persiapan memasuki pergaulan dalam kehidupan global maupun untuk meraih keberhasilan dalam berbagai kesempatan yang tersedia memerlukan penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS. Selain itu, moralitas juga sangat diperlukan agar dapat menjalani kehidupan berbangsa dan dapat dikendalikan oleh nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat nasional dan universal. Nilai-nilai ini menjadi pedoman tentang batas-batas antara yang baik dan yang tidak baik, benar dan tidak benar, serta antara yang menjadi hak dan bukan hak. Makin tinggi moralitas maka makin meningkat kepercayaan dan keandalan individu dan masyarakat, baik di mata bangsanya sendiri maupun dalam pergaulan global. Kualitas SDM bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dan kreativitasnya saja tetapi juga oleh derajat moralitasnya. Selain berkaitan dengan sistem masyarakat secara umum, kualitas SDM juga mempunyai keterkaitan erat dengan kualitas pendidikan di sekolah. SDM yang berkualitas dapat dihasilkan dari proses pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS, serta moralitas sebagai acuan dasarnya. Unsur penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS dapat dicapai melalui proses pembelajaran sejumlah mata ajaran secara berjenjang. Unsur kretivitas dapat dirajut dalam sebagian dari mata ajaran tertentu, misalnya matematika, IPA dan IPS, meskipun tetap perlu didukung melalui penerapan model pembelajaran yang kondusif, seperti keterampilan proses. Unsur moralitas pada peserta didik dapat dibangun melalui proses


(14)

3

pengembangan diri yang kompleks dari guru atau tenaga kependidikan, yang mengutamakan pembentukan sikap, norma dan nilai-nilai.

Pengembangan diri sangatlah diperlukan untuk peningkatan kualitas SDM. Pengembangan diri akan membantu SDM untuk mengenali dan memahami diri seperti potensi diri, motivasi diri yang sangat diperlukan dalam meraih kesuksesan baik fisik, intelektual, emosi, sosial, dan spiritual. Pengembangan diri ialah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi secara terus menerus kearah yang lebih baik. Pengembangan diri diperlukan untuk membangun potensi diri dalam berbagai hal. Misalnya dalam menguasai konsep pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta membentuk kebiasaan yang dapat menjadikan perilaku terpuji. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui pelatihan/ diklat pendidikan, sertifikasi guru melalui supervisi akademik. Menurut Ridwan (2011) pengembangan diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) niat atau tujuan; (2) pergaulan atau lingkungan; (3) hobi atau minat; (4) proses belajar; (5) kesalahan dan kegagalan; (6) cara pandang atau mindset.

Proses belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengembangan diri seseorang. Hasil penelitian tentang kualitas SDM pendidik dan tenaga kependidikan menunjukkan bahwa kualitas SDM pendidik masih rendah. Dari sisi akademik baru sekitar 51% guru berpendidikan S1, sedangkan sisanya belum berpendidikan S1 (Kompas, 15 Maret 2012). Sejalan dengan ini hasil penelitian Milfa (2010) pada SDM


(15)

4

lingkungan dinas pendidikan Pemprovsu menunjukkan bahwa sekitar 80% keefektifan SDM terutama dari kompetensinya masih berada pada taraf cukup dan rendah. Kondisi ini menyebabkan mereka belum memberi kontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan kerja yang diharapkan. Kondisi belum maksimal hasil belajar juga ditemukan pada hasil ujian nasional tahun 2011. Hasilnya menunjukkan bahwa 68% nilai siswa pada kelompok mata pelajaran IPA berada di bawah rata-rata nasional, IPS 54% dibawah rata-rata nasional dan SMK 55% di bawah rata-rata nasional (Kepmendiknas, 2012). Data tentang kondisi permasalahan siswa ini sejalan dengan data tentang kompetensi SDM pendidikan. Keduanya menunjukkan adanya korelasi, yaitu adanya pengaruh mutu SDM pendidik terhadap mutu belajar siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan Morzano (2003) menunjukkan bahwa siswa yang diajar oleh guru yang memiliki keefektifan yang tinggi menunjukkan hasil bahwa 96 % siswa tersebut mencapai prestasi belajar yang tinggi. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Sanders dan Horn yang diriviu Morzano 2003, menyatakan bahwa terdapat perbedaan sebesar 39 poin skor hasil belajar siswa yang diajar oleh guru yang efektif dibanding dengan yang diajar guru yang tidak efektif. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Waters, Morzano dan McNuty (2003) terhadap kepala sekolah. Siswa yang diajar oleh guru yang efektif dengan pimpinan kepala sekolah yang efektif, lebih baik prestasi belajarnya 10 poin dibanding dengan guru yang efektif dengan kepala sekolah yang tidak efektif. Sejalan dengan hal ini Sanders dan Rivers menunjukkan bahwa perbedaan guru yang tidak efektif dan efektif


(16)

5

terhadap prestasi belajar siswa di sekolah 1 : 3. Artinya prestasi belajar siswa yang diajar oleh guru yang efektif berbeda tiga kali lipat dibanding dengan guru yang tidak efektif. Beranjak dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa keefektifan SDM pendidikan sangat menentukan keberhasilan siswa di sekolah.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Milfayetty (2012) sejak tahun 2010 hingga tahun 2011 terhadap 1000 orang pendidik mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi di Sumatera Utara menunjukkan bahwa 90% karakter transendensi para pendidik belum mencapai taraf yang diperlukan. Misalnya dalam melaksanakan tugasnya, diidentifikasi bahwa para pendidik tersebut masih lebih memfokuskan diri pada penyelesaian target kurikulum dibanding dengan empati terhadap kebutuhan peserta didik. Kesadaran akan perlunya menyiapkan generasi yang akan datang serta kepedulian terhadap berbagai hal yang menghambatnya sangat rendah. Aktualisasi diri mereka masih diorientasikan kepada kepentingan dirinya.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu SDM beberapa tahun terakhir ini. Khusus pendidik dan tenaga kependidikan, misalnya telah dilakukan sertifikasi bagi guru, kepala sekolah dan pengawas. Meskipun demikian tampaknya upaya ini belum efektif, mengingat bahwa setelah diklat tetap saja ada SDM yang tidak bekerja sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan. Seperti hasil penelitian Balitbang Kepmendiknas (2010) bahwa kinerja SDM guru yang belum bersertifikat tidak berbeda


(17)

6

dengan SDM guru yang bersertifikat. Demikian juga kondisi yang tidak jauh berbeda ditemukan pada hasil survey terhadap 300 orang alumni peserta PLPG guru, pengawas dan kepala sekolah di Sumatera Utara, mereka beranggapan bahwa mereka belum sepenuhnya dapat efektif mencapai tujuan kerja meskipun sudah mendapat pelatihan (Milfayetty, 2011).

Pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Jika dihubungkan dengan fenomena yang menunjukkan ketidakefektifan pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini maka sesungguhnya hal ini menggambarkan bahwa masih banyak guru-guru yang belum mengembangkan secara utuh kompetensi yang ditetapkan menurut Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan fenomena yang ditemukan di sekolah masih ada kecenderungan guru-guru pada pengembangan kompetensi pedagogis dan kompetensi profesional saja dan mengabaikan pengembangan kompetensi pribadi dan sosial.

Beranjak dari hal tersebut maka selayaknya perlu ditemukannya model pengembangan diri yang dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas SDM guru untuk dapat mengembangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, sehingga kompetensi yang ditetapkan menurut Standar Nasional Pendidikan dapat terwujud secara utuh. Dalam konteks inilah penelitian ini dimaksud. Konsep yang akan digunakan dalam pengembangan diri SDM guru khususnya pada kompetensi kepribadian dan


(18)

7

sosial berbasis karakter transendensi. Transendensi yaitu satu konsep yang membahas tentang pengembangan orientasi kehidupan dari aktualisasi diri untuk kepentingan diri sendiri menjadi aktualisasi diri untuk kepentingan masyarakat yang lebih besar (Milfayetty, 2011). Konsep transendensi ini akan digunakan untuk membangun komitmen kerja dan kemampuan hubungan sosial guru sebagai perwujudan kompetensi pribadi dan sosial yang baik.

Dengan demikian fokus penelitian ini adalah pengembangan diri yang dapat menciptakan keefektifan SDM pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengembangan diri yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah pengembangan diri berbasis pendidikan karakter transendensi melalui supervisi klinis khususnya pada guru-guru.

Dari data awal yang ditemukan peneliti tentang pencapaian hasil pembelajaran murid di Sub Rayon SMA Negeri 11 pada mata pelajaran MIPA tercatat 68% nilai rata-rata nasional. SDM guru-guru yang terdapat pada Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dan dapat diperoleh gambaran pengembangan sumber daya manusia secara akademik: 80% S1, yang telah mendapat kompetensi profesional 70% dan yang belum memperoleh kompetensi profesional 30%. Gambaran yang diuraikan di atas diperoleh melalui kunjungan kepengawasan pada Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan, yang merupakan data awal dan belum dapat dijadikan pengambilan kesimpulan.

Guru sebagai salah satu agen pembelajaran menuntut peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat


(19)

8

jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada setiap satuan tingkat pendidikan. Gambaran guru yang baik dan kompeten dalam profesionalisasi dapat diidentifikasikan dengan beberapa indikator sebagai ukuran bagi setiap guru mata pelajaran (Mulyasa, 2007:18) yaitu:

1. Mampu mengemban tanggung jawab dengan baik. 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. 3. Mampu bekerja untuk mewujudkan pendidikan di sekolah. 4. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam

pembelajaran di sekolah.

Indikator guru yang kompeten secara individu mutlak melakukan pengembangan diri melalui pendekatan institusi yaitu dengan memfasilitasi melalui pemberian perhatian dan penghargaan lain, atau pendekatan dengan pendidikan perlu diberikan kepada guru dengan memfasilitasi pengembangan karakter transendensi dengan konsep pengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan membentuk kebiasaan habit untuk dapat mewujudkan perilaku terpuji.

Berdasarkan hasil analisis terhadap adanya kebutuhan pengembangan diri bagi guru maka penelitian ini diberi judul: Upaya Pengembangan Karakter Transendensi Guru IPA Melalui Supervisi Klinis di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan.

Untuk mewujudkan penguatan sumber daya tenaga pendidik dengan kompetensi guru profesional dalam mata pelajaran maka peneliti menyusun rencana tindakan supervisi kelas dengan memakai tahapan (siklus) terhadap guru yang disupervisi dengan pendekatan empaty, generativity, mutuality,


(20)

9

civil aspiration, dan humanity. Pendekatan dimaksud bertujuan agar guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Kadarsih (2012:49) menyebutkan: “untuk menciptakan anak yang cerdas dan berkarakter, guru yang mempunyai kompetensi, dedikasi, dan komitmen yang tinggi”.

Indikator yang cerdas dan berkarakter dari pengertian pendapat di atas adalah bahwa lulusan sekolah menengah atas (SMA) harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu berpikir global (think globally), dan mampu berpikir lokal (act locally), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia akhlakul (karimah). Melalui proses pembelajar di sekolah yang dikembangkan saat ini berfokus kepada kebutuhan material jangka pendek, harus diubah dengan berfokus pada sentuhan dasar dengan memberikan watak pada perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan memperhatikan komponen guru yang paling menentukan bibit sumber daya manusia yang unggul pada masa mendatang, maka kompetensi guru akan terlihat dari prilaku guru yang senantiasa menggambarkan karakter transendensi, artinya pengelolaan sikap para pelaku SDM dapat mengubah makna hidup melampaui makna faktual materialis.

B. Identifikasi Masalah

Berbagai masalah yang diidentifikasi berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu: (1) Bagaimana guru mata pelajaran IPA dapat menerapkan teori-teori belajar untuk meningkatkan proses belajar siswa? (2) Bagaimana upaya


(21)

10

pengembangan diri berbasis pendidikan karakter transendensi diterapkan pada guru IPA melalui supervisi klinis secara individu atau kelompok dalam proses belajar mengajar? (3) Bagaimana interaksi model pengembangan diri berbasis pendidikan karakter transendensi terhadap hasil belajar? (4) Bagaimana meningkatkan karakter transendensi melalui pendekatan empaty pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan melalui supervisi klinis? (5) Bagaimana meningkatkan karakter transendensi melalui pendekatan empaty pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan melalui supervisi klinis? (6) Bagaimana meningkatkan karakter transendensi melalui pendekatangenerativitypada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan melalui supervisi klinis? (7) Bagaimana meningkatkan karakter transendensi melalui pendekatan mutuality pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan melalui supervisi klinis? (8) Bagaimana meningkatkan karakter transendensi melalui pendekatancivil aspirationpada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan melalui supervisi klinis? dan (9) Bagaimana meningkatkan karakter transendensi melalui pendekatan humanity pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan melalui supervisi klinis?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini perlu dibatasi, karena untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan tersebut diperlukan suatu penelitian yang mendalam. Dengan adanya pembatasan masalah yang sesuai pada ruang lingkup yang dapat dijangkau


(22)

11

oleh peneliti, penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah. Masalah pada penelitian ini dibatasi hanya pada pengembangan karakter transendensi dengan pendekatan empaty, generativity, mutuality, civil aspiration, dan humanitypada guru-guru IPA melalui supervisi klinis.

D. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan peneliti maka ditetapkan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi

melalui pendekatan empatypada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan?

2. Apakah supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatangenerativitypada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan?

3. Apakah supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatan mutuality pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan?

4. Apakah supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatan civil aspiration pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan?

5. Apakah supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatan humanity pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan?


(23)

12

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengembangan karakter transendensi melalui pendekatan empaty pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dengan supervisi klinis. 2. Pengembangan karakter transendensi melalui pendekatan generativity

pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dengan supervisi klinis.

3. Pengembangan karakter transendensi melalui pendekatan mutuality pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dengan supervisi klinis. 4. Pengembangan karakter transendensi melalui pendekatan civil aspiration

pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dengan supervisi klinis.

5. Pengembangan karakter transendensi melalui pendekatan humanity pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan dengan supervisi klinis.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis adalah menambah pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi khususnya dalam manajemen pembelajaran.


(24)

13

2. Manfaat praktis

a. Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memberikan bimbingan dan arahan terhadap guru agar dapat menerapkan program pembentukan karakter transendensi.

b. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas mengajar guru sebagai pribadi yang terarah bagi dirinya dan siswa-siswanya dan selanjutnya memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih efektif

c. Bagi pengawas sekolah penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bahwa kinerja guru lebih meningkat dengan mengembangkan karakter transendensi melalui supervisi klinis.

d. Bagi peneliti dapat menjadi acuan sejauhmana pengembangan karakter transendensi melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

e. Bagi dinas pendidikan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan kinerja guru.


(25)

123

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

1. Supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatanempatypada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan. 2. Supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui

pendekatan generativity pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan.

3. Supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatan mutuality pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan.

4. Supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatancivil aspirationpada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan.

5. Supervisi klinis dapat mengembangkan karakter transendensi melalui pendekatan humanity pada guru IPA di Sub Rayon SMA Negeri 11 Medan.


(26)

124

B. Implikasi

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, di antaranya:

1. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek kemampuan untuk memahami secara utuh (empaty). Pengembangan aspek empatydapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kemampuan memahami siswa yang suka merenung dalam pembelajaran, (b) kemampuan memahami pikiran siswa ketika sulit mengutarakan jawaban pertanyaan, (c) kemampuan memberi pendekatan terhadap siswa yang agresif di dalam kelas, dan (d) kemampuan melayani siswa yang kategori lemah dan belajar.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kemampuan melayani siswa yang kategori lemah dan belajar. Kemampuan belajar siswa yang berbeda antara satu dengan lainnya harus menjadi perhatian guru. Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang kemampuan siswa sesungguhnya. Dengan mengetahui kondisi awal siswa, guru dapat merencanakan proses pembelajaran selanjutnya.

2. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek generativity. Pengembangan aspek generativity dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kesediaan menerima pendapat siswa yang tergolong salah memberi jawaban dari pertanyaan guru, (b) kemampuan memelihara perbedaan pendapat siswa dalam dialog pembelajaran, (c) kesediaan memberi pendampingan ketika siswa mengutarakan kesulitan


(27)

125

dalam pembelajaran, dan (d) kesediaan berpartisipasi bagi siswa yang tergolong lemah.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kesediaan memberi pendampingan ketika siswa mengutarakan kesulitan dalam pembelajaran. Guru harus menumbuhkan keikhlasan dalam membantu kesulitan siswa belajar di kelas. Hal ini tentu saja memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, guru sering terfokus pada jawaban/ tanggapan dari siswa yang memiliki kemampuan baik dalam belajar.

3. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek mutuality. Pengembangan aspek mutuality dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kemampuan memberi apresiasi terhadap siswa yang kreatif dalam proses pembelajaran, (b) kemampuan memberi skor penilaian sesuai dengan hasil belajar siswa, (c) kemampuan memberi spirit untuk mencapai prestasi tingkat kelas dan sekolah, dan (d) kemampuan mengharmoniskan pelaksanaan kegiatan belajar diskusi kelompok.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kemampuan mengharmoniskan pelaksanaan kegiatan belajar diskusi kelompok. Kekurangan guru dalam membagi rata antara siswa yang pintar dengan siswa kurang pintar masih harus terus diperbaiki. Dengan pembagian kelompok siswa yang tepat akan mempermudah guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran di kelas.


(28)

126

4. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek civil aspiration. Pengembangan aspek civil aspiration dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kemampuan memberi ungkapan yang membanggakan ketika siswa berhasil menyelesaikan tugas dari guru, (b) kemampuan memberi sambutan yang menyenangkan ketika berkomunikasi siswa dengan guru, (c) kemampuan menghindari sikap siswa yang suka memberi hadiah kepada guru, dan (d) kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik antara sesama.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik di antara siswa. Komunikasi yang baik di antara siswa memberikan kemudahan kepada siswa untuk bertukar informasi pelajaran. Murid yang mampu dalam satu pelajaran dapat diikutsertakan dalam membantu teman sekelasnya memahami materi yang diberikan guru.

5. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek humanity. Indikator pengukuran humanity dilakukan untuk melihat usaha guru dalam menolak tindakan yang tidak etik (melanggar hak-hak azasi). Pengembangan aspek humanity dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kemampuan menunjukkan sikap pengendalian diri dari sikap arogan siswa, (b) kemampuan menunjukkan gerak tubuh, pakaian dan percakapan yang etis, (c) kemampuan menunjukkan sikap yang tegas dari perbuatan siswa yang bertentangan


(29)

127

dengan aturan pembelajaran, dan (d) kesediaan memberi penanganan bagi siswa yang mengungkapkan kesulitan belajar.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kemampuan menunjukkan sikap pengendalian diri dari sikap arogan siswa. Dalam hal ini guru harus dapat menjaga emosinya dalam menangani sikap arogan siswa ketika pembelajaran di kelas. Guru yang mengedepankan emosionalnya dalam menghadapi siswa akan memperoleh hasil yang tidak baik dalam pembelajaran di kelas. Selain itu, guru akan terlihat tidak profesional dalam menangani permasalahan di kelasnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan kemampuan untuk memahami secara utuh (empaty), salah satunya dalam kemampuan melayani siswa yang kategori lemah dan belajar. Siswa yang terlihat kurang mampu, harus terus menjadi perhatian guru dalam meningkatkan kemampuan belajarnya. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan melayani siswa yang kategori lemah dan belajar di antaranya: (a) mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan yang bersuasana membantu perkembangan siswa, (b) membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar, dan (c) membantu siswa yang mengalami masalah, terutama masalah belajar.


(30)

128

2. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek generativity, salah satunya dalam kesediaan memberi pendampingan ketika siswa mengutarakan kesulitan dalam pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kesediaan memberi pendampingan ketika siswa mengutarakan kesulitan dalam pembelajaran di antaranya: (a) memberikan informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, (b) mengadakan dialog tentang tujuan dan manfaat peraturan belajar yang ditetapkan sekolah (guru) dengan siswa, (c) membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, dan (d) memberikan informasi tentang nilai-nilai yang berlaku, dan mendorong siswa agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

3. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek mutuality, salah satunya dalam kemampuan mengharmoniskan pelaksanaan kegiatan belajar diskusi kelompok. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan mengharmoniskan pelaksanaan kegiatan belajar diskusi kelompok di antaranya: (a) mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa, (b) mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada siswa, (c) membina organisasi dan prosedur di kelas secara demokratis, mengorganisir kegiatan kelompok oleh siswa, memberi kesempatan untuk bekerjasama, dan (d) memberi kesempatan berfikir kritis dan punya ide sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat.


(31)

129

4. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek civil aspiration, salah satunya dalam kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik di antara siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik di antara siswa di antaranya: (a) membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan dari siswa dalam pembelajaran, (b) melakukan pemerataan dalam mengajukan pertanyaan kepada setiap siswa, (c) membuat rencana pembelajaran yang mengharuskan siswa memberikan tanggapan, dan (d) membuat perencanaan pembelajaran yang menarik dan dinamis untuk diperdebatkan di kelas.

5. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek humanity, salah satunya dalam kemampuan menunjukkan sikap pengendalian diri dari sikap arogan siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan sikap arogan siswa di antaranya: (a) Guru hendaknya memahami bahwa setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangannya, (b) Guru mau menghargai pendapat siswa, (c) Guru hendaknya tidak mendominasi siswa, (d) Guru hendaknya tidak mencemooh siswa, jika nilai pelajarannya kurang atau pekerjaan rumahnya kurang memadai, dan (e) Guru memberikan pujian kepada siswa yang berperilaku atau berprestasi baik.

6. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang pengembangan karakter transendensi guru dalam pembelajaran di kelas guna memperluas hasil penelitian ini.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Boediono. 1994. Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Landas. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun XIII

Cafar, A. 1992. Dasar-dasar Administrasi dan Supervisi Pengajaran. Padang: Angkasa Raya

Duanc Schulfz, D. 1977. Odeis of the Healthy Personelity Research. Van Nasivand Company

Ezra, J. 2004.Success throuth Character. Yogyakarta: Andi Gultom, S. 2007.Sertifikasi Guru. Medan: UNIMED

Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dood, Mead & Company

Hamalik Oemar. 2004.Pendidikan Guru. Jakarta :Bumi Aksara

Herbert, G. Hicks. Gullet G. Raya. 1996. Organization Theory and Behavior (Terj). Jakarta: Bumi Aksara

Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdiknas

Kadarmata, A. 2008. Pendidikan Polisi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Forum Media Utama

Kadarsih. 2012. Power Full in Educating. Yogyakarta: Araska, Pinang Merah Residence

________. 2012. Power Full in Educating. Yogyakarta: Araska Martha. 2006.60 Cara Pengembangan Diri. Yogyakarta: Kanisius

Muhammad, H. 2004. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Dirjen PDM Departemen Pendidikan Nasional

Mulyasa, E. 2007.Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya


(33)

131

Muslim, S. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

Priharto, C.R. 2012.Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja Rosdakarya Purwanto, M.N. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

___________. 1970. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara

Rhidwan, E. 2011. 6 Faktor Penunjang Pengembangan Diri Anda

http://www.bukupositif.com/2011/04/penunjang-pengembangan-diri.html. Sagala Syaiful. 2010.Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sagala Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung: Alfabeta

Siahaan, A. 2006. Manajemen Pengawas Pendidikan, Quantum Teaching. Ciputat, Jakarta

Subari. 1994. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Subroto, Hendiyat. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Sudjana, H.N. 2011. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra

Suhardan, H.D. 2010. Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta Thorfuri. 2007.Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Media Group Tirtarakardja. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Usman, M.U. 2000.Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya UU Guru dan Dosen. 2005. Depdiknas.

Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


(1)

4. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek civil aspiration. Pengembangan aspek civil aspiration dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kemampuan memberi ungkapan yang membanggakan ketika siswa berhasil menyelesaikan tugas dari guru, (b) kemampuan memberi sambutan yang menyenangkan ketika berkomunikasi siswa dengan guru, (c) kemampuan menghindari sikap siswa yang suka memberi hadiah kepada guru, dan (d) kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik antara sesama.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik di antara siswa. Komunikasi yang baik di antara siswa memberikan kemudahan kepada siswa untuk bertukar informasi pelajaran. Murid yang mampu dalam satu pelajaran dapat diikutsertakan dalam membantu teman sekelasnya memahami materi yang diberikan guru.

5. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek humanity. Indikator pengukuran humanity dilakukan untuk melihat usaha guru dalam menolak tindakan yang tidak etik (melanggar hak-hak azasi). Pengembangan aspek humanity dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada aspek-aspek: (a) kemampuan menunjukkan sikap pengendalian diri dari sikap arogan siswa, (b) kemampuan menunjukkan gerak tubuh, pakaian dan percakapan yang etis, (c) kemampuan menunjukkan sikap yang tegas dari perbuatan siswa yang bertentangan


(2)

127

dengan aturan pembelajaran, dan (d) kesediaan memberi penanganan bagi siswa yang mengungkapkan kesulitan belajar.

Dari aspek di atas, aspek yang terlihat lemah pada guru adalah kemampuan menunjukkan sikap pengendalian diri dari sikap arogan siswa. Dalam hal ini guru harus dapat menjaga emosinya dalam menangani sikap arogan siswa ketika pembelajaran di kelas. Guru yang mengedepankan emosionalnya dalam menghadapi siswa akan memperoleh hasil yang tidak baik dalam pembelajaran di kelas. Selain itu, guru akan terlihat tidak profesional dalam menangani permasalahan di kelasnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan kemampuan untuk memahami secara utuh (empaty), salah satunya dalam kemampuan melayani siswa yang kategori lemah dan belajar. Siswa yang terlihat kurang mampu, harus terus menjadi perhatian guru dalam meningkatkan kemampuan belajarnya. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan melayani siswa yang kategori lemah dan belajar di antaranya: (a) mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan yang bersuasana membantu perkembangan siswa, (b) membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar, dan (c) membantu siswa yang mengalami masalah, terutama masalah belajar.


(3)

2. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek generativity, salah satunya dalam kesediaan memberi pendampingan ketika siswa mengutarakan kesulitan dalam pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kesediaan memberi pendampingan ketika siswa mengutarakan kesulitan dalam pembelajaran di antaranya: (a) memberikan informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, (b) mengadakan dialog tentang tujuan dan manfaat peraturan belajar yang ditetapkan sekolah (guru) dengan siswa, (c) membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, dan (d) memberikan informasi tentang nilai-nilai yang berlaku, dan mendorong siswa agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

3. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek mutuality, salah satunya dalam kemampuan mengharmoniskan pelaksanaan kegiatan belajar diskusi kelompok. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan mengharmoniskan pelaksanaan kegiatan belajar diskusi kelompok di antaranya: (a) mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa, (b) mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada siswa, (c) membina organisasi dan prosedur di kelas secara demokratis, mengorganisir kegiatan kelompok oleh siswa, memberi kesempatan untuk bekerjasama, dan (d) memberi kesempatan berfikir kritis dan punya ide sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat.


(4)

129

4. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek civil aspiration, salah satunya dalam kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik di antara siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan guru menanamkan sikap berkomunikasi yang baik di antara siswa di antaranya: (a) membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan dari siswa dalam pembelajaran, (b) melakukan pemerataan dalam mengajukan pertanyaan kepada setiap siswa, (c) membuat rencana pembelajaran yang mengharuskan siswa memberikan tanggapan, dan (d) membuat perencanaan pembelajaran yang menarik dan dinamis untuk diperdebatkan di kelas.

5. Perlu dikembangkan karakter transendensi guru dari aspek humanity, salah satunya dalam kemampuan menunjukkan sikap pengendalian diri dari sikap arogan siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan sikap arogan siswa di antaranya: (a) Guru hendaknya memahami bahwa setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangannya, (b) Guru mau menghargai pendapat siswa, (c) Guru hendaknya tidak mendominasi siswa, (d) Guru hendaknya tidak mencemooh siswa, jika nilai pelajarannya kurang atau pekerjaan rumahnya kurang memadai, dan (e) Guru memberikan pujian kepada siswa yang berperilaku atau berprestasi baik.

6. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang pengembangan karakter transendensi guru dalam pembelajaran di kelas guna memperluas hasil penelitian ini.


(5)

130

Boediono. 1994. Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Landas. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun XIII

Cafar, A. 1992. Dasar-dasar Administrasi dan Supervisi Pengajaran. Padang: Angkasa Raya

Duanc Schulfz, D. 1977. Odeis of the Healthy Personelity Research. Van Nasivand Company

Ezra, J. 2004.Success throuth Character. Yogyakarta: Andi Gultom, S. 2007.Sertifikasi Guru. Medan: UNIMED

Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dood, Mead & Company

Hamalik Oemar. 2004.Pendidikan Guru. Jakarta :Bumi Aksara

Herbert, G. Hicks. Gullet G. Raya. 1996. Organization Theory and Behavior (Terj). Jakarta: Bumi Aksara

Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdiknas

Kadarmata, A. 2008. Pendidikan Polisi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Forum Media Utama

Kadarsih. 2012. Power Full in Educating. Yogyakarta: Araska, Pinang Merah Residence

________. 2012. Power Full in Educating. Yogyakarta: Araska Martha. 2006.60 Cara Pengembangan Diri. Yogyakarta: Kanisius

Muhammad, H. 2004. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Dirjen PDM Departemen Pendidikan Nasional

Mulyasa, E. 2007.Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya


(6)

131

Muslim, S. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

Priharto, C.R. 2012.Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja Rosdakarya Purwanto, M.N. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

___________. 1970. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara

Rhidwan, E. 2011. 6 Faktor Penunjang Pengembangan Diri Anda http://www.bukupositif.com/2011/04/penunjang-pengembangan-diri.html. Sagala Syaiful. 2010.Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sagala Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung: Alfabeta

Siahaan, A. 2006. Manajemen Pengawas Pendidikan, Quantum Teaching. Ciputat, Jakarta

Subari. 1994. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Subroto, Hendiyat. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Sudjana, H.N. 2011. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra

Suhardan, H.D. 2010. Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta Thorfuri. 2007.Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Media Group Tirtarakardja. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Usman, M.U. 2000.Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya UU Guru dan Dosen. 2005. Depdiknas.

Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Supenrisi Klinis untuk Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta (Penelitian Kualitatif di SMP Negeri 98 Jakarta).

11 204 123

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN MELALUI MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS LESSON STUDY DI SMA NEGERI 11 MEDAN.

0 2 32

MENINGKATKAN KINERJA GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS.

0 2 20

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS PENDEKATAN NON DIREKTIF DI SMA NEGERI 7 TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH.

0 0 23

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMA NEGERI 2 TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH.

0 0 34

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF.

0 3 20

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KETERAMPILAN MEMBUAT PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI WORKSHOP DI SMA SUB RAYON 05 MEDAN.

0 0 28

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KETERAMPILAN MEMBUAT PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI WORKSHOP DI SMA SUB RAYON 05 MEDAN.

0 0 11

KONTRIBUSI SUPERVISI KLINIS, PENGALAMAN MENGAJAR GURU, IKLIM ORGANISASI TERHADAP KETERAMPILAN GURU KONTRIBUSI SUPERVISI KLINIS, PENGALAMAN MENGAJAR GURU, IKLIM ORGANISASI TERHADAP KETERAMPILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI SUB RAYON 07 KECAMATAN

0 2 15

PENDAHULUAN KONTRIBUSI SUPERVISI KLINIS, PENGALAMAN MENGAJAR GURU, IKLIM ORGANISASI TERHADAP KETERAMPILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI SUB RAYON 07 KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO.

0 1 13