Pelaksanaan Supenrisi Klinis untuk Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta (Penelitian Kualitatif di SMP Negeri 98 Jakarta).

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Muhammad Rian Padhila

NIM. 1110011000064

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

KINERJA GT}RU PAI DI SMP NEGERI gS JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk memenuhi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(s

Pd.r)

Oleh

MUHAMMAD RIAN PADHILA

NIM:

r110011000064

Dosen Pembimbing:

Drs. Masan AF, M.Pd NIP. 19sr0716 198103

I

005

JURUS$I PEI{DIDIKAN AGAMA ISLAM FAKTILTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGI]RUAN

UNTVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARJT HIDAYATTILLAH JAKARTA


(3)

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Supenrisi

Klinis

untuk

Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta disusun oleh Muhammad Rian Padhila, NIM. 1110011000064, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguman, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak unhrk diujikan pada sidang muraqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 1 7 November 2014

Yang mengesahkan, Pembimbing

Drs. Masan AF, M-Pd NrP. 19510716 198103 1 005


(4)

diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UfN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam

ujian Munaqasah

pada tanggal

02

Februari 2a1,5

dihadapan dewan penguji. oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (s.Pd.I) dalam bidang pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 02 Februari 2015 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr

H. Abdul Majid Khon M Ag

NIP. 19580707 t98703 I 005

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

tt

Marhamah Saleh. Lc.. MA NIP. 19720313 200801 2 010 Penguji

I

Prof. Dr. H. Salman Harun

NIP. 19450612 196510

I 001

Penguji

II

Siti Khadijah. MA

NIP. 19700727 199703 2 004

Tanggal

Tanggal

Tanda'lggan

_1'w+_

Lo

n--Tot{({

/

Tanggal

Tanggal

Q

z

:

?!!f-Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


(5)

Nama :

Muhammad Rian Padhila

NIM

:1110011000064

Jurusan

.

Pendidikan Agama Islam Angkatan

:

20l0l20ll

Alamat

:

Jl. Margonda raya Rt. 03/017 No. 25 Kel. Kemiri muka Kec. Beji

Kota Depokl6423

MEIYYATAI(AN DENGAN SESUNGGUHIYYA

Bahwa

skripsi yang

berjudul

Pelaksanaan

Supervisi

Klinis

Untuk

Meningkatkan Kinerja Guru

PAI

di

SMP Negeri 98 Jakarta adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:

:

Drs. Masan AI, M.Pd

:

195107161981031005 Dosen Jurusan

:

Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan penulis siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi

ini

bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, I 7 November 2014 Nama

NIP


(6)

vi

untuk Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kinerja guru, mengetahui dampak dari pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan guru PAI, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis bagi guru PAI. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September – Oktober 2014 di SMP Negeri 98 Jakarta.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Kemudian dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data-data yang telah didapat dari ketiga teknik tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara, dan dokumentasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan supervisi klinis di SMP Negeri 98 Jakarta sudah berlangsung dengan baik, banyak yang mendukung pelaksanaan kegiatan supervisi klinis ini. Mulai dari kepala sekolah serta jajarannya dan guru yang bersangkutan. Dalam supervisi klinis ini setiap tahapan mampu memberikan makna yang dapat meningkatkan kinerja guru pendidikan agama islam (PAI), mulai dari tahap pertemuan awal, tahap observasi pembelajaran sampai pada tahap pasca pertemuan balikan. Dampak yang dirasakan guru PAI setelah pelaksanaan supervisi klinis adalah meningkatnya kemampuan kompetensi professional guru. Dalam pembelajaran pendidikan agama islam guru mulai memperbaiki proses belajar mengajarnya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya didalam mengajar. Faktor pendukung dalam pelaksanaan supervisi klinis ini yaitu adanya dukungan yang tinggi dari pihak pengelola sekolah, apresiasi yang tinggi diberikan dari Kepala Sekolah terhadap pelaksanaan supervisi klinis. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis adalah masalah waktu pelaksanaan supervisi klinis, terkadang waktu sudah ditetapkan untuk pelaksanaannya namun karena ada agenda lain di sekolah sehingga pelaksanaan supervisi klinis tersebut dibatalkan, padahal dalam hal ini guru sudah menyiapkan semuanya.


(7)

vii

School 98 Jakarta.

This research aims to determine how the implementation of clinical supervision to improve the performance of teachers, knowing the impact of the implementation of clinical supervision conducted PAI teachers, and to determine the contributing factors and obstacles in the implementation of clinical supervision for teachers PAI. This study was conducted on September-October 2014 in Junior High School 98 Jakarta.

The research methods used in this study is a qualitative approach with case study method. Later in the data collection techniques the authors conducted three data collection techniques are observation, interviews, and documentation. Then the data that has been obtained from the three techniques is analyzed using data analysis of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.

The results based on the data of observation, interviews, and documentation showing that the process of implementation of clinical supervision in SMP Negeri 98 Jakarta has been going well, many of which support the implementation of clinical supervision. Starting from the principal, his staff and the teacher concerned. In this clinical supervision every stage capable of giving meaning to improve the performance of Islamic religious education teachers (PAI), starting from the initial meeting, the observation stage of learning to the post-meeting phase reversal. PAI teachers perceived impact after implementation of clinical supervision is increasing the ability of professional competence of teachers. In the study of Islamic religious education teachers improve teaching and learning process started so as to improve its performance in teaching. Contributing factor in the implementation of clinical supervision is that the high support from the school administrators, given the high appreciation of the Principal of the implementation of clinical supervision. While limiting factor in the implementation of clinical supervision is a matter of timing of clinical supervision, sometimes the time has been set for implementation, but because there is another agenda at the school so that the implementation of clinical supervision is canceled, but in this case the teacher has prepared everything.


(8)

viii

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah tercurahkan, sehingga setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh penerus perjuangannya yang telah membawa umatnya kepada jalan kebenaran.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk

Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta” ini pada

dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Cukup terharu rasanya ketika penulis telah menyelesaikan proses akademik dan penyusunan skripsi ini, karena dengan media ini penulis telah banyak belajar, berpikir, berimajinasi, mencurahkan segenap kemampuan dalam hal pemikiran, kreatifitas dan ketelitian untuk memenuhi kebutuhan kurioritas (rasa ingin tahu) penulis dalam masalah pendidikan. Dan penulis sadar akan berbagai kelemahan, kebodohan, dan keterbatasan yang ada dalam diri penulis yang terdapat didalam tulisan ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyda, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

ix

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Drs. Masan AF, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu dan senantiasa memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta koreksi dengan penuh kesabaran sehingga mencapai hasil yang maksimal.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang telah diberikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6. Dra.Hj.Ida Farida,M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 98 Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

7. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SMP Negeri 98 Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data untuk skripsi ini, diantaranya adalah: Ibu Dra. Sri Triana Purwaningrum, bapak Drs. Sri Purwata, bapak Idi Supriyadi, S.Pd.I, dan bapak Jamhari E, S.Pd.I.

8. Orang tua, baik ayahanda Mashud, MM., dan ibunda Maryati, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

9. Kakakku Amelia Solihat, S.Pd beserta suami & anak, dan adikku Nurkamelia Sopianah yang selalu memberikan dukungan dan doanya selama ini.

10. Seluruh keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Dewanti Mustika Sari, yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi ini

dengan dorongan, motivasi, nasehat, dan masukan-masukannya yang menjadi inspirasiku dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(10)

x

proses penulisan skripsi ini.

13. Teman-teman kuliah: Aminudur Yusuf Putra, Yuda Setiadi, Ahmad Cahyadi, Chaerul Umam, Soni Harianto, M. Mujallisin, dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14. Teman-teman PPKT: Nurhasanah, Afni, Arfiyani, Atsna, dan Dewa yang menemani saat praktek mengajar di MTs Islamiyah Sawangan dan semua siswa/i MTs Islamiyah Sawangan yang telah membantu meringankan beban ketika praktek mengajar.

15. Guru-guru di MTs Islamiyah Sawangan: Bpk. Sholahuddin, bu Nurhasanah, bu Zakiyah, dan guru-guru yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak pelajaran yang berharga dalam mengajar yang baik.

16. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta perhatian yang luar biasa.

Akhirnya, semoga segala bantuannya yang tidak ternilai ini mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya, dan semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan, Amiiin.

Jakarta, 17 November 2014


(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... .. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Supervisi Klinis ……….. ... 7

1. Pengertian Supervisi Klinis ... 7

2. Ciri-Ciri Supervisi Klinis ... 10

3. Tujuan Supervisi Klinis ... 11

4. Karakteristik Supervisi Klinis ... 12

5. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis ... 13

6. Proses/Pelaksanaan Supervisi Klinis ... 15

a. Tahap pertemuan awal ... 15

b. Tahap observasi ... 16


(12)

xii

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 27

C. Pendidikan Agama Islam ... 32

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 32

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 33

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 35

4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 37

D. Penelitian yang Relevan ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

B. Latar Penelitian (Setting) ... 42

C. Metode Penelitian ... 54

D. Objek Penelitian ... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

F. Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 65

A. Deskripsi Data ... 65

B. Pembahasan ... 68

1. Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta .... 68

2. Dampak Supervisi Klinis terhadap Peningkatan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta ... 76

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta ... 78

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80


(13)

xiii


(14)

xiv

Tabel 3.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 98 Jakarta ... 47

Tabel 3.2 Data Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah ... 48

Tabel 3.3 Data Guru berdasarkan kualifikasi pendidikan ... 48

Tabel 3.4 Jumlah guru dengan tugas mengajar ... 49

Tabel 3.5 Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung ... 50

Tabel 3.6 Data Siswa dalam Tiga Tahun Terakhir ... 51

Tabel 3.7 Data Ruang Belajar ... 51

Tabel 3.8 Data Ruang Kantor ... 52

Tabel 3.9 Data Ruang Penunjang ... 52

Tabel 3.10 Data Lapangan Olahraga dan Upacara ... 53

Tabel 3.11 Observasi Penelitian ... 57

Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Supervisor ... 58

Tabel 3.13 Pedoman Wawancara Guru PAI ... 60

Tabel 3.14 Dokumen Penelitian ... 63

Tabel 4.1 Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta ... 65


(15)

xv

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru PAI Lampiran 4 Berita Wawancara Supervisor Lampiran 5 Berita Wawancara Guru PAI Lampiran 6 Instrumen Supervisi Klinis

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 8 Daftar Uji Referensi

Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 11 Surat Keterangan Sekolah


(16)

1

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan yang sedang berjalan maupun produk hasil pendidikan itu sendiri. Dari proses pendidikan khususnya pembelajaran sebagian besar guru kita lebih cenderung menanamkan materi pelajaran yang bertumpu pada satu aspek kognitif tingkat rendah seperti mengingat, menghafal dan menumpuk informasi. Rendahnya kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas proses penyelenggaraan sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur, namun proses belajar mengajar merupakan jantungnya pendidikan yang harus diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah transformasi berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.

Oleh karena itu perhatian terhadap kinerja sumber daya manusia adalah hal yang utama yang perlu diperhatikan untuk menyiapkan SDM yang handal dan berkualitas. Sebagai suatu upaya, pendidikan berusaha menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa (afektif), maupun dari segi karsa (psikomotorik). Pembinaan dari segi cipta antara lain bisa dilakukan melalui peningkatan intelektualitas, pendidikan dan latihan logika dalam wujud penguasaan dan penerapan ilmu dan teknologi. Pengembangan dari segi rasa dapat dilakukan melalui kegiatan dan apersepsi kesenian dalam berbagai bentuk. Sedangkan karsa dikembangkan melalui penanaman dan pengembangan etika, adat kebiasaan dan pendidikan dalam rangka membangun kemampuan manusia. Disamping itu juga bahwa pendidikan berhubungan langsung dalam kehidupan manusia kapan dan dimana saja berada.

Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, maka keberadaan lembaga pendidikan diharapkan bermutu yang dikelola secara optimal oleh tenaga pengajar yang profesional merupakan suatu keharusan. Karena lembaga


(17)

pendidikan yang bermutu akan menghasilkan out put yang berkualitas, sehingga dapat bersaing dalam era globalisasi ini. Oleh karena itu pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik menuju manusia yang sempurna sebaiknya dikelola oleh tenaga guru yang memiliki profesionalitas tinggi dan kompeten dalam bidang pendidikan, karena jika tidak demikian tunggulah kehancurannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 135, yang berbunyi :





...



Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula).1

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan. Penanggung jawab dalam proses belajar mengajar adalah guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa signifikan (berarti penting) posisi guru dalam dunia pendidikan.

Pada saat ini terdapat perkembangan baru dalam sistem pengajaran dan pendidikan. Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan kualitas layanan dalam kualifikasi profesional guru yang perlu dibina dan ditata kembali kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk mengarahkan program guru. Hal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas


(18)

berkewajiban membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas dengan baik sebagai pendidik maupun pengajar.

Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pengembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu, ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat.

Kepala sekolah sebagai seorang yang bertugas membina lembaganya agar berhasil mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan harus mampu mengarahkan dan mengkoordinasi segala kegiatan. Tugas demikian tidak lain adalah tugas supervisi.2 Jadi dapat tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.

Dewasa ini terdapat kecenderungan kegiatan supervisi pengajaran mengarah kepada supervisi klinis. Hal ini dapat dipahami karena mengajar tidak dapat dipandang sekedar proses penyampaian pengetahuan saja, tetapi suatu perbuatan yang kompleks, yang mengandung secara serempak unsur-unsur teknologi, ilmu, seni, dan pilihan nilai.

Terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang kondusif tidak terlepas dari faktor kerjasama semua pihak yang ada di sekolah tersebut. Guru selain sebagai pengajar dan pendidik, mempunyai tanggung jawab lain yaitu membantu kepala sekolah agar proses pembelajaran di sekolah lebih baik lagi dalam semua aspek.

Sebagai pengajar guru berfungsi merencanakan program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, dan mengevaluasi program pengajaran yang telah dilaksanakan. Sebagai pendidik guru bertugas mendidik agar siswa menjadi manusia dewasa yang berakhlak mulia, sedangkan sebagai pemimpin guru dituntut mampu menjadi pemimpin yang baik bagi diri sendiri, siswa,

2 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 2, h.


(19)

maupun masyarakat. Begitu pentingnya peran guru, maka seorang guru harus profesional dan menunjukkan kinerja yang baik untuk meningkatkan mutu pelayanan pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Usaha meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sebagian besar terletak pada peningkatan kegiatan guru dalam mendorong murid-murid kearah tercapainya tujuan. Agar tugas mendidik dan mengajar dapat ditingkatkan, guru perlu mendapat pembinaan yang berupa pengertian tentang pentingnya fungsi supervisi pendidikan. Usaha yang demikian tidak dapat dipisahkan dari peran kepala sekolah yang harus mampu membina guru agar peka dan peduli terhadap perubahan serta untuk bersikap inovatif dan selalu mengembangkan kualitas sumber daya dalam mengajar dan mendidik.

Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kecenderungan kinerja guru di SMP Negeri 98 Jakarta saat ini belum optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah rendahnya kemampuan IT dari guru-guru, sarana prasarana yang masih kurang dan kondisi lingkungan kerja guru yang kurang kondusif. Dengan demikian kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah dituntut mampu mengendalikan dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan manajemen secara profesional.

Proses belajar mengajar di SMP Negeri 98 Jakarta berjalan dengan baik, namun terdapat pula hal-hal yang harus di evaluasi seperti kinerja guru PAI yang belum optimal didalam proses belajar mengajar. Sebagaimana hasil observasi (pra penelitian) yang penulis lakukan dengan kepala sekolah dan sebagian guru, terdapat persepsi yang menyatakan bahwa guru kurang disiplin dalam menjalankan tugasnya seperti tidak menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, rendahnya kualitas IT dari guru PAI, dan juga kurang disiplin waktu dalam mengajar tatkala kepala sekolah tidak berada di sekolah atau tidak mengontrol kerja guru, khususnya dalam hal terselenggaranya proses belajar mengajar.

Untuk mengatasi masalah yang dialami oleh guru-guru di SMP Negeri 98 Jakarta khususnya guru PAI adalah dengan melaksanakan supervisi klinis.


(20)

Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bantuan profesional yang diberikan secara sistematik kepada guru/calon guru berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan dengan tujuan membina keterampilan mengajar mereka. Supervisi klinis juga dapat dikatakan sebagai supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi klinis memiliki manfaat yang baik, selain dapat meningkatkan profesionalisme juga dapat meningkatkan kemampuan meneliti dari supervisor maupun guru.

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka penulis akan menulis

skripsi dengan judul: “Pelaksanaan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka identifikasi permasalahan yang muncul, sebagai berikut:

1. Kinerja guru yang belum optimal dalam proses belajar mengajar.

2. Kurang disiplinnya guru dalam menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3. Kurang disiplinnya guru pada ketepatan waktu dalam mengajar.

4. Supervisi klinis merupakan suatu bantuan profesional yang diberikan secara sistematik kepada guru/calon guru dengan tujuan membina keterampilan mengajar mereka.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi dengan dua aspek, yaitu:

1. Supervisi klinis yang dimaksud disini adalah pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah yang ada pada suatu lembaga pendidikan, khususnya di SMP Negeri 98 Jakarta.


(21)

2. Usaha-usaha kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru PAI dalam proses belajar mengajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja mengajar guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta?

2. Bagaimana dampak pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja mengajar guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis di SMP Negeri 98 Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan supervisi klinis terhadap peningkatan kinerja guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta.

b. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja mengajar guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta. c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan supervisi klinis di SMP Negeri 98 Jakarta. 2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi: a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan mengenai proses

pelaksanaan supervisi klinis.

b. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan kinerja guru.

c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan penelitian selanjutnya.


(22)

7

A. Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Menelaah pengertian supervisi diawali dulu dengan memahami asal

katanya secara etimologis, “supervisi berasal dari kata super and vision.

Super yang artinya diatas, dan vision mempunyai arti melihat atau pandangan, jadi supervisi diartikan melihat dari atas”.1 Dengan demikian supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan diatas atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.

Menurut arti katanya, “istilah klinis dikaitkan dengan istilah klinik

dalam dunia kedokteran, yaitu tempat orang sakit yang datang ke dokter untuk diobati”.2 Dalam supervisi klinis, guru disamakan dengan pasien, sedangkan pengawas disamakan dengan dokter yang dapat mengobati pasien. Seperti halnya dokter yang tidak pernah berinisiatif atau memulai datang ke pasien untuk menanyakan kepada pasien apakah dia sakit atau memerlukan obat, maka pasienlah yang dengan kemauan dirinya sendiri datang ke dokter untuk disembuhkan penyakitnya.

Istilah klinis dalam supervisi ini sebagaimana telah disinggung diatas, memberikan unsur-unsur khusus sebagai berikut:

a. Hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru dalam proses supervisi terjalin dengan baik.

b. Hubungannya terpusat pada keinginan/kerisauan (concern) guru yang terpusat pada tingkah laku aktual di kelas.

c. Observasi dilakukan secara langsung dan cermat. d. Data observasi di deskripsikan secara mendetail.

e. Analisis dan interpretasi observasi dilakukan secara bersama antara supervisor dan guru.

1 Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 99


(23)

f. Pemberian bimbingan oleh supervisor lebih bersifat pembinaan (pemberian bantuan, bimbingan, layanan, dan tuntunan).3

Dalam prosesnya guru yang merasa mempunyai problema dalam PBM, datang ke supervisor untuk membicarakan (teknik individual), lalu mengamati pelaksanaan perbaikannya di kelas (observasi kelas), kemudian hasil observasi itu dibicarakan kembali secara individual dengan guru yang bersangkutan, atau kadang-kadang dalam suatu rapat jika suatu problema diduga sama dihadapi semua guru.

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya administrasi dan Supervisi Pendidikan, ia berpendapat bahwa “supervisi klinis ialah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan belajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut”.4

“Pengertian supervisi klinis bisa dibaca dari istilah klinis itu sendiri.

Clinical artinya berkenaan dengan menangani orang sakit. Sama halnya dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru pun dapat di diagnosis dalam proses belajar mengajar, untuk menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik”.5 Jadi supervisi klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.

Cogan mendefinisikan supervisi klinis sebagai berikut:

The rasional and practice designed to improve the teacher’s classroom performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationships between teachers and supervisor from the basis of the program, procedures, and strategies designed to improve the

3 Ari H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1996), h. 207

4 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 91

5 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 249-250


(24)

student’s learning by improving the teacher’s classroom

behavior. 6

Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan performan si guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis serta rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan hubungan antar guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar murid-murid.

Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut:

Supervisi klinis adalah supervisi yang di fokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. (Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of sistematic cycles of planning, observation and intensive intelectual analysis of actual teaching performances in the interest of rational modification).7

Adapun Ary H. Gunawan dalam bukunya menjelaskan bahwa

“supervisi klinis merupakan suatu proses kepemimpinan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut”.8

Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa supervisi klinis merupakan suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu

6 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional

Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 90

7 Ngalim Purwanto, op. Cit., h. 90


(25)

pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi.

2. Ciri-Ciri Supervisi Klinis

Supervisi klinis memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan model-model supervisi yang lain. Ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan di supervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.

b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses belajar mengajar yang spesifik. Misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak membandel, dan sebagainya.

c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.

d. Hipotesis diatas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak, atau direvisi. e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama

yang sudah berhasil diperbaiki, agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.

f. Supervisi dilakukan secara kontinu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu-persatu diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja dengan baik. Atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak kumat jeleknya.9

La Sulo mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.

b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan di supervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor.


(26)

c. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja.

d. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru.

e. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan.

f. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.

g. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi, dan diskusi/pertemuan balikan.

h. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar.10

3. Tujuan Supervisi Klinis a. Tujuan umum

“Mengajar adalah suatu kegiatan yang dapat dikendalikan, dapat

diamati, dan terdiri dari komponen-komponen keterampilan

mengajar yang dapat dilatih secara terbatas”.11

Maka ketiga kegiatan pokok dalam supervisi klinis yaitu pertemuan pendahuluan, observasi mengajar, dan pertemuan balikan memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas.

Adapun Made Pidarta dalam bukunya menjelaskan bahwa

“secara umum supervisi klinis bertujuan memperbaiki perilaku guru-guru dalam proses belajar mengajar, secara aspek demi aspek dengan intensif, sehingga mereka dapat mengajar dengan baik”.12 Hal inilah yang membuat supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.

b. Tujuan Khusus

Sedangkan menurut dua orang teoritis lainnya, yaitu Acheson dan Gall tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pengajaran di

10 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 91

11 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 6, h.

248


(27)

kelas. Tujuan ini dirinci lagi kedalam tujuan khusus yang lebih spesifik, sebagai berikut:

1) Menyediakan umpan balik yang objektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya.

2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran.

3) Membantu guru mengembangkan keterampilannya

menggunakan strategi pengajaran.

4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya.

5) Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan professional yang berkesinambungan.13

4. Karakteristik Supervisi Klinis

Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru diperlukan karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana program yang ditentukan sebelumnya, adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.

b. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru yaitu: keterampilan mengamati dan memahami proses pengajaran; keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat; keterampilan dalam kurikulum dan mengajar.

c. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara guru melaksanakan tugas mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.

d. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan.

e. Fokus supervisi klinis adalah pada masalah mengajar dalam jumlah keterampilan yang tidak terlalu banyak, dan juga mempunya arti vital bagi pendidikan.

f. Fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas keputusan/penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata. g. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima

yang dinamis. Dalam hal ini supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan pendidikan.


(28)

h. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pengajaran.

i. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok persoalan, mengajarnya sendiri, dan mengembangkan gaya mengajarnya.14

Adapun Jerry H. Makawimbang didalam bukunya mengemukakan bahwa salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Supervisi diberikan berupa bantuan, sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru

dan supervisor.

d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru.

f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

g. Adanya penguatan dan umpan balik dari supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.15 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis lebih berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah tersebut bukan untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan masalah secara bersama-sama.

5. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis

Dalam melaksanakan supervisi klinis terdapat beberapa prinsip yang dijadikan dasar/patokan dalam setiap kegiatannya, prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Terpusat pada guru ketimbang supervisor. Prinsip ini menekankan tanggung jawab dalam meningkatkan/mengembangkan keterampilan mengajar dan menganalisis serta mencari cara-cara meningkatkan

14 Syaiful Sagala, op. cit., cet. 6, h. 247-248

15Jerry H. Makawimbang, Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di Bidang


(29)

keterampilan mengajar itu lebih disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan.

b. Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif. Prinsip ini menekankan bahwa antara supervisor dan guru pada hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya. Disini supervisor sebagai tenaga pengajar yang sudah lama berpengalaman berkewajiban membantu guru yang kurang berpengalaman.

c. Demokratik ketimbang otoritatif. Prinsip ini menekankan kedua belah pihak harus bersifat terbuka, artinya masing-masing pihak, supervisor dan guru berhak mengemukakan pendapat secara bebas, namun kedua belah pihak berkewajiban mengkaji dan mempertimbangkan pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan.

d. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru. Prinsip ini mengemukakan bahwa kebutuhan mendapatkan pelayanan supervisi itu bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh guru.

e. Umpan balik dari proses belajar mengajar guru diberikan dengan segera hasil penilaiannya harus sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama.

f. Supervisi yang diberikan bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional guru.16

Tidak jauh berbeda dengan diatas, Piet A. Sahertian dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia mengidentifikasi prinsip-prinsip supervisi klinis antara lain:

a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.

b. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.

c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru.

d. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka sungguh alami.

e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.17

16 Ibid., h. 32-33

17 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka


(30)

6. Proses/Pelaksanaan Supervisi Klinis

Langkah-langkah dalam proses supervisi klinis adalah sebagai berikut:

a. Tahap pertemuan awal

Tahap pertama dalam proses supervisi klinis adalah tahap pertemuan awal (preconference). Pertemuan awal ini dilakukan sebelum melaksanakan observasi kelas, sehingga banyak juga teoritisi supervisi klinis yang menyebutnya dengan istilah tahap pertemuan sebelum observasi (preobservation conference). “Dalam

tahap ini diperlukan identifikasi perhatian utama guru dan menerjemahkannya dalam tingkah laku yang dapat dipahami. Dibutuhkan hubungan baik antara supervisor dan guru untuk

melakukan ini secara efektif”.18

Tujuan utama pertemuan awal ini adalah “untuk

mengembangkan secara bersama-sama antara supervisor dan guru, kerangka kerja observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dan guru”.19 Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini tercipta kerja sama dan komunikasi yang baik antara supervisor dan guru.

Pada pertemuan pendahuluan ini tidak perlu membutuhkan waktu yang lama. “Dalam pertemuan awal ini supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkan diskusi panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruang yang netral, misalnya kafetaria atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang kepala sekolah atau supervisor kemungkinannya akan membuat guru

menjadi tidak bebas”.20

18Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA

Press, 2012), h. 112

19 Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 39


(31)

Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan pertemuan pendahuluan:

1) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru, 2) Melakukan titik ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran, 3) Melakukan titik ulang komponen keterampilan yang akan

dilatihkan dan diamati,

4) Memilih atau mengembangkan instrumen observasi,

5) Membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan.21

b. Tahap observasi

Tahap kedua dalam proses supervisi klinis adalah tahap

observasi pengajaran secara sistematis dan objektif. “Pada tahap ini,

guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sedangkan supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara objektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika

mengajar”.22

Menurut Jerry, ada dua aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan selama melaksanakan observasi mengajar, yaitu:

Menentukan aspek-aspek yang diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya. Mengenai aspek-aspek yang akan diobservasi harus sesuai dengan hasil diskusi bersama antara supervisor dan guru pada waktu pertemuan awal. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan tukar pikiran dengan guru setelah observasi terakhir, sehingga guru bisa menganalisis secara cermat aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya di kelas. Disinilah letak pentingnya tehnik dan instrumen observasi yang bisa digunakan untuk mengobservasi guru dalam mengelola proses belajar mengajar.23

21 Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. 2, h. 249

22Jamal Ma’mur Asmani, op. cit., h. 113


(32)

Langkah-langkah tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Persiapan. Baik supervisor maupun guru bersiap-siap untuk melakukan supervisi.

2) Guru dan supervisor mulai memasuki ruang kelas. Guru terus mengajar dan supervisor duduk di kursi belakang kelas mengamati guru mengajar.

3) Sikap supervisor. Supervisor harus dapat membawa diri sebaik-baiknya dalam melaksanakan supervisi di kelas. Supervisor perlu berhati-hati melakukan tindakan, baik dalam sikap duduk maupun gerakan-gerakan yang lain.

4) Cara mengamati. Supervisor ketika melakukan supervisi akan mengamati guru yang disupervisi secara teliti.

5) Mengakhiri supervisi. Pada saat sudah selesai mengajar, guru dan supervisor mengikuti para siswa keluar kelas.24

Ibrahim Bafadal didalam bukunya mereview beberapa teknik dan menganjurkan kita untuk menggunakannya dalam proses supervisi klinis. Beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut: 1) Selective verbatim. Disini supervisor membuat semacam

rekaman tertulis yang biasa disebut dengan verbatim transcript. Transkip ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa juga menyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui tape recorder.

2) Rekaman observasional berupa seating chart. Disini supervisor mendokumentasikan perilaku murid-murid sebagaimana mereka berinteraksi dengan seorang guru selama pengajaran berlangsung. Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi dideskripsi secara bergambar.

3) Wide lens techniques. Disini supervisor membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dalam cerita yang panjang lebar.

4) Checklists and timeline coding. Disini supervisor mengobservasi dan mengumpulkan data perilaku belajar mengajar. Dalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak ada pembicaraan.25

Demikianlah beberapa teknik yang telah direview dan dikemukakan oleh Ibrahim Bafadal didalam bukuya, bisa digunakan

24 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 133-134


(33)

untuk mengarahkan dan mempermudah tahap observasi dalam proses supervisi klinis.

c. Tahap pertemuan balikan

Tahap ketiga dalam proses supervisi klinis adalah tahap

pertemuan balikan. “Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi. Tujuan utama pertemuan balikan ini adalah menindak lanjuti apa saja yang dilihat oleh supervisor, sebagai observer, terhadap proses belajar mengajar”.26

Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, konkret dan bersifat memotivasi, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru. Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, yaitu:

1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam mengajarnya.

2) Isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat.

3) Supervisor, bila mungkin perlu bisa berupaya mengintervensi guru secara langsung untuk memberikan bantuan dan bimbingan.

4) Guru bisa dilatih dengan tehnik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri.

5) Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.27 Langkah-langkah utama dalam tahap pertemuan balikan ini adalah:

1) Supervisor memberikan penguatan pada guru tentang proses belajar yang baru dilaksanakan.

2) Supervisor dan guru memperjelas kontrak yang dilakukan mulai tujuan sampai pelaksanaan evaluasi.

3) Supervisor menunjukkan hasil observasi berdasarkan format yang disepakati.

26Ibid., h. 102


(34)

4) Supervisor menanyakan pada guru perasaannya dengan hasil observasi tersebut.

5) Supervisor meminta pendapat guru tentang penilaian dirinya sendiri.

6) Supervisor dan guru membuat kesimpulan dan penilaian bersama.

7) Supervisor dan guru membuat kontrak pembinaan berikutnya.28 Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis sebagai salah satu pendekatan supervisi pengajaran adalah kepercayaan pada guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan pengajaran guru.

Demikian tiga tahap pokok dalam proses supervisi klinis. Ketiga tahap ini sebenarnya berbentuk siklus, yaitu tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar, dan tahap pertemuan balikan. Rincian ketiga tahap ini telah dibahas di muka dan terangkum dalam gambar berikut ini.

28 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru:


(35)

Tabel 2.1 Siklus Supervisi Klinis

(Sumber: Supervisi Klinis oleh Jerry H. Makawimbang, 2013)

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

“Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual formance (prestasi kerja nyata) yang dicapai seseorang. Secara terminologi, pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan TAHAP PERTEMUAN

AWAL 1. Menganalisis

rencana pelajaran. 2. Menetapkan

bersama aspek-aspek yang akan di observasi dalam mengajar.

TAHAP OBSERVASI MENGAJAR

1. Mencatat peristiwa selama pengajaran. 2. Catatan harus

objektif dan selektif.

TAHAP

PERTEMUAN BALIKAN

1. Menganalisis hasil observasi bersama guru. 2. Menganalisis perilaku mengajar.

3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnya.


(36)

kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.29

Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil untuk kerja. Sementara itu menurut August W. Smith,

performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia”.30

Kinerja sebagai sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam satu unit kerja. Dengan kata lain, kinerja adalah prestasi, kontribusi sumbangan, atau hasil kerja. Bernardim dan Russell mengatakan bahwa

“kinerja adalah catatan hasil atau keluaran yang dicapai pada suatu fungsi jabatan atau kegiatan tertentu pada suatu kurun waktu tertentu”.31

Menurut anwar Prabu Mangkunegara, “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.32

Kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah “perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar didepan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”.33 Kinerja seorang guru akan tampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari, kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut.

“Kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab

29 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 27

30 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 50

31 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet. 3, h. 30

32 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, (Bandung: PT Refika Aditama,

2006), Cet. 2, h. 9


(37)

dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan”.34

Berkaitan dengan kinerja guru, “wujud perilaku yang dimaksud ialah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar”.35

“Tingkatan kinerja guru dapat diketahui melalui penilaian prestasi kerja, yakni evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang kerja atau jabatan seorang guru, termasuk potensi pengembangannya”.36

Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa kinerja guru merupakan penampilan perilaku kerja guru yang diperlihatkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang baik. Oleh karena itu guru harus memenuhi persyaratan yang dituntut oleh profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap profesional agar sejalan dengan peranan guru di sekolah sebagai lembaga pendidikan profesional.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang guru dituntut agar dapat memiliki kinerja yang baik dan kinerja guru menurut Piet Sahertian dan Ida Aleida mengacu pada:

a. Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar c. Kemampuan mengelola kelas

d. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar

e. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar

g. Kemampuan menilai prestasi siswa untuk kependidikam dan pengajaran

h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

i. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

34 Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional: Instrumen Pembinaan,

Peningkatan & Penilaian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 14

35 Rusman, op. cit., h. 50


(38)

j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip guna keperluan pengajaran.37

2. Macam-Macam Kinerja Guru

Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang dipeloleh melalui program pendidikan.

Guru mengemban peranan-peranan sebagai berikut: a. Guru sebagai ukuran kognitif

b. Guru sebagai agen moral c. Guru sebagai inovator d. Peranan kooperatif.38

Berbagai kemampuan diatas harus dimiliki oleh pendidik, karena itu semua merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh para pendidik di sekolah. Namun demikian, sebelum mereka memiliki ke semua kemampuan tersebut, terlebih dahulu harus memiliki kompetensi-kompetensi sebagai pendidik/guru.

Menurut Muhibbin Syah, “kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”.39

Kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki guru mencakup empat macam sebagaimana termaktub dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen pasal 10 ayat (1), yaitu: “Kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.40

37 Piet Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program

Inservice Education, (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 5

38 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2009), Cet. 8, h. 43

39 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h. 229


(39)

Adapun keempat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Kompetensi Kepribadian

Menurut Kunandar didalam bukunya menjelaskan bahwa,

“kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia”.41

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi guru meliputi:

1) Kemantapan dan integrasi pribadi

2) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan 3) Berpikir alternatif

4) Adil, jujur dan objek

5) Disiplin dalam melaksanakan tugas 6) Ulet dan tekun dalam bekerja

7) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya

8) Simpatik dan menarik, bijaksana dan sederhana dalam bertindak 9) Bersifat terbuka

10) Kreatif 11) Berwibawa42

Kesebelas point diatas adalah karakter yang harus dimiliki setiap pendidik sebagai tauladan bagi anak didiknya serta menjadi panutan bagi masyarakat. Apalah jadinya jika seorang yang disebut sebagai tauladan dan panutan mempunyai karakter yang bertolak dengan point diatas, tentulah dapat mengakibatkan kerusakan moral pada anak didik serta masyarakat pada umumnya.

b. Kompetensi Pedagogik

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang

41 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 75

42 Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar


(40)

memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah:

Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.43 Ada beberapa hal yang terkait dengan kompetensi pedagogik seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya yaitu:

1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural emosional dan intelektual

2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya 3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik 4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik

6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran

7) Merangsang pembelajaran yang dididik 8) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik 9) Pengevaluasi proses dan hasil pembelajaran44 c. Kompetensi Profesional

Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya.

43 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30-31

44 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualitas


(41)

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, kompetensi profesional adalah:

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (1) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi bahan ajar; (2) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (3) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (4) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (5) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.45

Ahmad Samana merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh guru dalam meniti serta mengembangkan karirnya adalah sebagai berikut: 1) Guru dituntut menguasai bahan ajar.

2) Guru mampu mengelola program belajar mengajar. 3) Guru mampu mengelola kelas.

4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. 5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.

6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.

7) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran.

8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

9) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah.

10) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.46

d. Kompetensi Sosial

“Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.47

Menurut Achmad Sanusi mengungkapkan “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan

45 Jejen Musfah, op. cit., h. 54

46 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 61-68


(42)

kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru”. 48

Sudarwan Danim mengemukakan dalam bukunya tentang

“kemampuan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru memiliki tiga subranah, yaitu”:49

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik

2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Kemampuan sosial diatas juga sangat penting dimiliki seorang pendidik, sebagai tauladan bagi anak didik dan panutan bagi masyarakat. Apabila seorang guru dipandang baik oleh masyarakat, akan muncul kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah tempat guru tersebut mengajar. Akan sebaliknya jika seorang guru dipandang buruk oleh masyarakat, akan timbul kekhawatiran masyarakat dan enggan menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah tempat guru tersebut mengajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Sebagaimana kita ketahui, semua hal itu pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik itu mempengaruhi secara positif maupun faktor yang mempengaruhi secara negatif, begitu pula dengan kinerja guru dalam kaitan dengan kinerjanya tidak akan terlepas dari faktor-faktor tersebut dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar.

48Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 63

49 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.


(43)

Menurut Kartini, bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain”: 50

a. Faktor dalam diri sendiri (internal faktor) Diantara faktor dari dalam diri, yaitu: 1) Kecerdasan

2) Keterampilan dan kecakapan 3) Bakat

4) Kemampuan dan minat 5) Motivasi

6) Kesehatan

7) Kebutuhan psikologis 8) Kepribadian

9) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja b. Faktor dari luar diri (eksternal faktor)

1) Lingkungan kerja

2) Lingkungan tempat bekerja

3) Komunikasi dengan kepala sekolah 4) Sarana dan prasarana

5) Kegiatan guru di kelas 6) Kegiatan guru di sekolah.

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara didalam bukunya berpendapat bahwa “ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara juga mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi tingi, yaitu”:51

a. Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi. b. Berani mengambil resiko.

c. Memiliki tujuan yang realistis.

d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.

e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan yang dilakukannya.

50 Kartini Kartino, Menyiapkan dan Memadukan Karir, (CV Rajawali, 1985), h. 22-29

51 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,


(44)

f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Guru yang memiliki kinerja yang tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal.

“Sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor tersebut adalah”:52

a. Dorongan untuk bekerja

Seorang guru dalam mengembangkan persiapan mengajar, tentu dipengaruhi oleh keinginan-keinginan yang ada dalam dirinya. Jika guru memiliki keinginan yang kuat sesuai peranannya, maka akan berusaha melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya penyusunan persiapan mengajar secara optimal.

b. Tanggung jawab terhadap tugas

Guru sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, melalui kegiatan mengajar, membimbing, dan melaksanakan administrasi sekolah.

c. Minat terhadap tugas

Minat guru terhadap tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilihat dari kerajinannya dalam bekerja, ketertarikannya untuk mendalami tugas yang diberikan, dan gairahnya dalam menerima tugas-tugas dengan perasaan senang.

d. Penghargaan atas tugas

Penghargaan atas keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motivasi yang memacu dan mendorongnya untuk bekerja dan berprestasi lebih baik.

52 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 4, h. 99


(45)

e. Peluang untuk berkembang

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru dituntut untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat.

f. Perhatian dari kepala sekolah

Perhatian kepala sekolah terhadap guru sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Perhatian kepala sekolah dalam meningkatkan keprofesionalisme guru dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dan kunjungan kelas.

g. Hubungan interpersonal dengan sesama guru

Hubungan interpersonal sesama guru di sekolah dapat mempengaruhi kualitas kinerja guru, karena motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya, disamping hasil perubahan yang bersifat fisik, seperti suasana kerja, dan kondisi fisik gedung sekolah.

h. MGMP dan KKG

Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dan kelompok kerja guru (KKG) merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru. Dalam MGMP dan KKG, para guru bisa saling bertukar pikiran, dan saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi, bahkan bisa saling belajar dan membelajarkan.

i. Kelompok diskusi terbimbing

Diskusi terbimbing dapat membuahkan hasil yang memuaskan, dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja para guru, dengan demikian upaya ini perlu dikembangkan dengan cara mencari model-model pembinaan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.


(46)

j. Layanan perpustakaan

Salah satu sarana peningkatan profesionalisme guru adalah tersedianya buku sumber yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan pembentukkan kompetensi guru. Pengadaan buku pustaka perlu diarahkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru akan materi pembelajaran.

Sedangkan Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul evaluasi kinerja SDM, “yang menjadi faktor mempengaruhi kinerja diantaranya adalah”:53

a. Faktor kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan guru yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

b. Faktor motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) guru terhadap situasi kerja dilingkungan kerjanya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Semua pekerjaan itu harus dikerjakan bersama-sama antara guru yang satu dengan guru yang lainnya yaitu dengan cara bermusyawarah. Untuk meningkatkan kinerja para guru harus melihat pada keadaan pemimpinnya atau kepala sekolahnya.


(47)

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menurut Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa yang dikutip oleh Sudirman, dkk dalam bukunya “pendidikan dalam arti sempit berupa usaha sadar dari orang dewasa untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik untuk mencapai kedewasaannya, sedangkan dalam arti luas dalah proses perubahan tingkah laku manusia untuk perkembangan kepribadian dan kemampuannya”.54

“Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”.55

“Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT”.56

“Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah”.57

Abdul Majid dan Dian Andayani mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah “usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

54 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problema remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. 2, h. 11

55 Sudirman, dkk. Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988), Cet. 2, h. 5

56 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), h. 4


(1)

Piet Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidilmn dalam

Rangla

Prograrn Inservice Educafion, (Jakarta:

PI

Rineka Cipta), h. 5

Oemar Hamalik, P erencanaan Pengaj aran : B erfusarlran P endelmtan Si stem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 8, h. 43

Muhibbin

Syah, Psikologr Pendidilmn dengun P endekatan

Baru,

(Bandung: Remaj a Rosdakarya,

1997), Cet. 3,

h.229

Pupuh Fathurrohman dan

Aa

Suryana, op. cit., h. 16

Kunandar, Guru Profe sional . Implementasi KTSP

dan

Sukses dalarn Sertifilmsi Guru, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

20A7),h.75

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Prases Belajar Mengajar,

1991),

h. t4-21

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru:

Melalui

Pelatihan dan Sumber

Belajar

Teori don

Prahik,

(Jakarta: Kencana, 201

l),

h. 30-3

I

Trianto dan

Titik

Triwulan

Tutik,

Sertifikasi Guru

dm

Uptya Peningkatan Kualitas Kompetensi

&

Ke se.jahte raan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007\, h. 7 2-7 6

jen Musfatq op. cit., h. 54

A.

Samana, Profesiornlisme Keguruan, (Yogyakaaa: Kanisius, 1994), h.

6l-68

Kunandar, op. cit., h. 77

Fachruddin Saudagar dan

AIi

Idrus,

Pengembangan Profe sionalitas

Cnru,

(Jakarta: Gaung Persada Press,

2009),

h. 63

Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan

Etika

Profesi Garu, @andung: Alfabeta, 2013), Cet. 3,

h.24

Kartini

Kartino, Menyrapkan dan Memadukan

Karir.

(CVRaiawali- 1985) h.22-29

A.A.

Anwar Prabu Mangkunegara, Marmjemen Sumber Duya Marrusia Perusahaan, @andung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 68

E.

Mulyas4

Implementasi

Kurikulum

2004: Panduan Pembelajaran

KBK,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 4, h. 99

A.A.

Anwar Prabu Mangkunegara,

op.

cit., Cet.2,

h.

13


(2)

32 54

Sahilun A. Nasir, Peranan

Pendidikm

qgama terhadap peme cahan prob lema remaj a, (Jakarta: Kalam

Mulia,

2AAZ), Cet. 2,

h.

ll

Sudirman, dtrk.Ilmu Pendidilmn, @andung: PT Remaja Rosdakarya, 1988), Cet. 2, h. 5

M.

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agotna Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 4

Zakiah Daradjat,

Ilrru

Pendidil<an Islam, (Jakarta:

Bumi Aksar4

2011), Cet. 9, h. 87

Abdul Majid

dan Dian Andayani, Pendidilmn Agama Islam Berbasis Kompetensi, @andung: PT Remaja Rosdakary4 2AO4),h. 132

Sahilun

A.

Nasir, op.

cit.,

Cet.2, h. 11-12 ZaktahDaradiat, op.

cit.,

h.86

Abdul

Majid

dan Dian Andayani, op. cit.,

h.

132 Depdiknas, Standar Kompetensi

Mata

Pelajaran Pendidilran

Agama

Islam

Sekolah Menengah Pertama dnn Madrasah Tsanawiyah. (Jakarta: Depdiknas,

2003),

hlm. 8

Muhaimin, P engembangan Kurikulum P endidikan Agama Islam:

di

Selealah, Madrasah dan

Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),

h51

Departemen Agama RJ,

Al-Qur'an

dan

Terjemahnya, (Jakarta: CV Naladana, 2004), h.

805

Ahmad Susanto, Teori

Belajar

don Pembelajaran

di

Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h.

292-295

Faisyal Mahdi, "Pelaksanaan supervisi

klinis

pada guru bidang studi rumpun agama Islam

di

Madrasah Tsanawiyah Darul

Ma'arif

Pringapus Kab. Semarang tahun pelajaran 201312014", Skripsi pada

Sl

Sekolah

Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga" 2014, h. 70.

Wita Ristyani, "IJsaha Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Supervisi

Klinis

(Studi Kasus

di

SMA

tm

Yogyakarta)", Skripsi pada

Sl UIN

Sunan KalljagaYogyakarta,

YogyakartU

20A9 Hendra Faizal, "Supervisi

Klinis

dalam

Mengantisipasi

Konflik

di

SMP Islamiyah Sawangan

Depok",

Skripsi pada S1

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta,

Iakart4

2006, h. 7 5


(3)

73

J

I 54

Nana Syaodih Sukmadinat4 Metode Penelitian Pendidilmn, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 54

74 2 54 S. Margono,

Metde

Penelitian

Pendidilan,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 36

l

75 J 55 Samiaj

i

Sarosa, P ene

litian Kualitatif

Dasar-Dasar,

(Jakarta:

PTIndeks,

20l2\,h.

115

I

76 4 55

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendelmtan

Kuantitat$ KualilatiJ

dsn

R&D,

@andung:

Alfabetq

2008), Cet. 6,

h.297-298

77 5 55

Ibid.. h.308

*\

78 6 56 S. Margono.op- cit.,

h.

158

\

79 7 56

Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian

Kaalilatif

untuk

llrmt-Ilmu

Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012\, Cet. 3,

h.

132

Y\'

t\

80 8 57

Ibid., Cel3,

h.

118

8l

9 58

Ibid,h.

tlg

82 10

6l

Sugiyono, op. cit., cet. 6,

h.329

83 11 62 Samiaj

i

Sarosa, P ene li tian

Kualitatif:

Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks,

2Al2\, h.

62-63 84

t2

63 Sugiyono, op. cit., cet. 6,

h.337

85

4

I 74 Hasil Wawancara dengan guru

PAI di

SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23 Septemb er 2014

)

86 2 75 Hasil Wawancara dengan Supervisor

di

SMP

Negeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September 2014

87 J 76

Pupuh Fathurrohman dan AaSuryan4 Guru Profesional, @andung: PT Refika

Aditam4

2012),

h.

16

r

T

88 4 77 Hasil Wawancara dengan guru

PAI di

SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September

2Al4

89 5 77 Hasil Wawancara dengan Supervisor

di

SMP

Negeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September 2014

Menyetujui,

DosenPembimbing

Drs. Masan AF, M.Pd


(4)

KEMENTERIAN AGAIUA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H" Juada No 95 Cipnat 15412lndo,ne€Sa

FORM (FR)

No. Dokumen

'

FITK-FR AfrQfi1 Tgl.

Terbit :

1

Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor : Un.Olff . llKM .01 3

ldtE20l4

Lamp.

:

-Hal

: Bimbingan Skripsi

Jakart4 09 Mei 2014

KepadaYth. MasanAF, M. Pd

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' al ailatm wr.w b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

menjadi pembimbing

I/II

Muhammad Rian Padhila

I 1 1001 1000064

Pendidikan Agama Islam

VIII

(Delapan)

Upaya Meningkatkan

Kinerja Guru

dalam Melaksanakan Supervisi Klinis di MTs Islamiyah Sawangan

Judul

tersebut

telah

disetujui

oleh

Jurusan

yang

bersangkutan pada tanggal 12 Desember 2013, abstraksr/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan

redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Woss al amu' alaihtm wr.w b.

Agama Islam

MajidKhon, M.Ag 80707 198703 1 005

Nama

NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Tembusan:

l.

DekanFITK


(5)

KEMENTERIAN AGAMA

"ffi

utN JAKARTA

i

WF-i

li'#,,,"*,

r" ss cipltat 10412 t*onesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN

PENELITIAN

Nomor : Un.01 /F. 1/KM.01 .St

k".pJZAM

Lamp.

: Outtine/Proposat

Hal

:

Permohonan lzin Penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 16 September 2014

Kepada Yth. Kepala Sekolah

SMP Negeri 98 Jakarta

f,:

Ui Tempat

A ssal amu' al aiku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

:

Muhammad Rian Padhila

NIM

:1110011000064

Jurusan :

Pendidikan Agama Islam

Semester

:

lX (Sembilan)

Judul

Skripsi

:

Pelaksanaan Supervisi

Klinis untuk

Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri gB Jakarta

adalah benar mahasiswa/i Fakultas

llmu

Tarbiyah

dan

Keguruan UIN Jakarta

yang

sedang menyusun skripsi,

dan akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami mohon Saudara dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Ates perhatian dan kerja sarna Saudara, karni r.rcapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum

wr.wb.

,

I

lslam

.

.

.

DIL'H./Abdul Ma.1id Khon, M.Ag

'f

NrP. r9s8o7o7 t987o3

I

oos -.s


(6)

JA'{{ E {iA

#

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAIGR'TA DINAS PEI\IDIDIKAF{

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI gS JAKARTA

Jln. RayaDepok Lenteng Agung Jagakarsa Telp. 021-7g67633 JAKARTA SELATAN

KodePos 12610

SURAT

KETERANGAN

Nomor

:

293

/08l.l

l

l

Yang bertanda tangan di bawah

ini

Kepala

sMp

Negeri 9g Jakarta, dengan

ini

menerangkan bahwa:

nama

NIM

JUrUSan

je4yang

: Muhammad Rian Padhila :1110011000064

: Pendidkan Agama Islam : Strata Satu (S1)

Adalah benar nama tersebut

di

atas telah mengadakan penelitian

di

SMp Negeri 98 Jakart4 guna mendapatkan data yang

diperlukan,

sebagai bahan dalam penyusunan

Skripsi yang berjudul

:

Pelaksanaan

Supervisi

Klinis

untuk

Meningkatkan

Kinerja Guru PAr

di

SMp

Negeri 9g Jakarta,

sesuai surat permohonan nomor :un.0 I /F. I /tr(M .01.3

lx,lz}l

4

angenl

I 6 september

2ol

4.

Demikian surat

keterangan dipergunakan sebagaimana mestinya.

dibuat

dengan

sebenarnya,

untuk