Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB II

(1)

8 2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011).

2.1.2. Tujuan Promosi kesehatan

Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan


(2)

aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Kemenkes, 2011).

2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

a) Sasaran primer

Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun formal dalam


(3)

mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha (Maulana, 2009). b) Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS.


(4)

Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).

c) Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

 Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.

 Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya (Maulana, 2009)


(5)

2.1.4. Strategi Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan.

a) Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Notoatmodjo, 2005).


(6)

b) Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005).

c) Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi (Notoatmodjo, 2005). 2.1.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada (1986) yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan menjadi lima area berikut:

1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy) kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat.


(7)

2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat.


(8)

4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.

5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk


(9)

berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan dengan menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan menggunakan pendekatan tunggal. Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat penting untuk melestarikan berbagai upaya. Masyarakat harus menjadi subjek dalam promosi kesehatan dan pengambilan keputusan. Akses pendidikan dan informasi sangat penting untuk mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (Notoatmodjo, 2009).

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.2.1. Pengertian PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dalam masyarakat sebagai wujud keberdayaan masyarakat yang sadar dan mampu


(10)

mempraktikkan PHBS (Depkes RI, 2011). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2 Indikator PHBS

Dalam Riskesdas (2013), indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita) dan dua indikator rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik


(11)

nyamuk). Pengertian indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas (2013) adalah sebagai berikut:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, data ini didapatkan dari data persalinan yang terakhir yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga tahun terakhir sebelum survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013).

2. Melakukan penimbangan bayi dan balita, indikator ini menggunakan variabel individu usia 0 sampai 59 bulan yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir.

3. Memberikan ASI eksklusif, indikator ini menggunakan data dari riwayat pernah diberikan ASI eksklusif diantara individu baduta usia 0 – 23 bulan. Pengertian pemberian ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia ≤6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat wawancara atau individu balita yang pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam bulan atau lebih.

4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan dengan air bersih dan sabun saat sebelum


(12)

menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila sedang menyusui).

5. Memakai jamban sehat. Perilaku menggunakan jamban sehat diukur dari perilaku buang air besar menggunakan jamban saja.

6. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu. 7. Konsumsi buah dan sayur. Perilaku konsumsi buah dan

sayur diukur berdasarkan individu yang biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu. 8. Tidak merokok dalam rumah. Pengertian tidak merokok

di dalam rumah adalah individu yang tidak mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah pada saat ada anggota rumah tangga lainnya serta memperhitungkan juga rumah tangga yang tidak ada anggota rumah tangga yang merokok.

9. Penggunaan air bersih. Perilaku menggunakan air bersih didapatkan dari data rumah tangga yang menggunakan


(13)

sumber air bersih dengan kategori baik untuk seluruh keperluan rumah tangga.

10. Memberantas jentik nyamuk. Rumah tangga dengan perilaku memberantas jentik nyamuk dalam indikator ini adalah rumah tangga yang menguras bak mandi satu kali atau lebih dalam seminggu atau yang tidak menggunakan bak mandi dan tidak mandi di sungai. 2.2.3. Cakupan Program PHBS

Mewujudkan PHBS diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penelitian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu PHBS dan sumber daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan pelaksanaan yang merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, dimana penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi


(14)

kesehatan, sedangkan pelaksanaanya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait (Depkes RI, 2011). Manfaat PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 3 faktor penyebab perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah (predisposing factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor).

a) Faktor pemudah (predisposing factor) adalah faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap-sikap anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu terhadap


(15)

perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakan akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak satu pun yang merokok.

b) Faktor pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

c) Penguat (reinforcing factor) adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh adanya dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh


(16)

anak-anak atau orang tua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

2.2.4. Manajeman PHBS

Nasrul (2010) menyatakan manajeman PHBS adalah penerapan keempat proses manajeman pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindak lanjutan berikut ini:

a) Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

b) Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan adanya


(17)

derajat kesehatan masalah kesehatan yang sedang dihadapi akan tergambarkan secara jelas. Pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.

1) Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

2) Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkunganya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti gaya hidup yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya (Depkes RI, 2002)


(18)

2.3. Kerangka Teori

Keterangan:

- PROMKES : Promosi Kesehatan

- PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat - : Variabel yang diteliti - : Variabel yang tidak diteliti

P

R

O

M

K

E

S

P

H

B

S

-

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

-

Memakai jamban sehat

-

Melakukan aktivitas fisik

setiap hari

-

Konsumsi buah dan sayur

-

Tidak merokok dalam rumah

-

Penggunaan air bersih

-

Memberantas jentik nyamuk

-

Persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan

-

Melakukan penimbangan bayi dan balita


(1)

sumber air bersih dengan kategori baik untuk seluruh keperluan rumah tangga.

10. Memberantas jentik nyamuk. Rumah tangga dengan perilaku memberantas jentik nyamuk dalam indikator ini adalah rumah tangga yang menguras bak mandi satu kali atau lebih dalam seminggu atau yang tidak menggunakan bak mandi dan tidak mandi di sungai. 2.2.3. Cakupan Program PHBS

Mewujudkan PHBS diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penelitian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu PHBS dan sumber daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan pelaksanaan yang merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, dimana penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi


(2)

kesehatan, sedangkan pelaksanaanya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait (Depkes RI, 2011). Manfaat PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 3 faktor penyebab perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah (predisposing factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor).

a) Faktor pemudah (predisposing factor) adalah faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap-sikap anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu terhadap


(3)

perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakan akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak satu pun yang merokok.

b) Faktor pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

c) Penguat (reinforcing factor) adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh adanya dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh


(4)

anak-anak atau orang tua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

2.2.4. Manajeman PHBS

Nasrul (2010) menyatakan manajeman PHBS adalah penerapan keempat proses manajeman pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindak lanjutan berikut ini:

a) Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

b) Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan adanya


(5)

derajat kesehatan masalah kesehatan yang sedang dihadapi akan tergambarkan secara jelas. Pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.

1) Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

2) Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkunganya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti gaya hidup yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya (Depkes RI, 2002)


(6)

2.3. Kerangka Teori

Keterangan:

- PROMKES : Promosi Kesehatan

- PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat - : Variabel yang diteliti - : Variabel yang tidak diteliti

P

R

O

M

K

E

S

P

H

B

S

-

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

-

Memakai jamban sehat

-

Melakukan aktivitas fisik setiap hari

-

Konsumsi buah dan sayur

-

Tidak merokok dalam rumah

-

Penggunaan air bersih

-

Memberantas jentik nyamuk

-

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

-

Melakukan penimbangan bayi dan balita


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB IV

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah

0 1 161

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB IV

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB V

0 0 2

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Konsumsi dan Status Gizi pada Ibu Hamil di Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten TTS T1 BAB II

0 0 6