T1 212009013 Full text

(1)

GAMBARAN INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI UKM

(Studi Kasus pada Usaha “Sehati”

di Salatiga Jawa Tengah)

Oleh:

ANDREE NARWOTO NIM : 212009013

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS :EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI :MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Semua mimpi kita akan menjadi nyata –

apabila

kita berani

mengejarnya”

(Walt Disney)


(6)

ABSTRACT

Nowadays, most of businesses in Indonesia are SMEs (Sma ll and Medium Entreprises). A growing number of SMEs cause thougher competition. Innovation is one of the solutions of these problem. Some SMEs have developed the innovation on the final products. This research was aimed to find out the interesting sides of innovation on the production technology which are rarely done by using 4P‟s Creativity approach. This research used qualitative methods with the research object was “Sehati” business in Salatiga Central Java, which is one of the snack-making business. The result of this research was innovation of production technology on “Sehati” business can be reviewed from the perspective of Person or personality, Press or urge to innovation, Process of innovation that has been done, and Product or the end result of innovation that has been created. In addition, innovation of production technology bring the benefits for increasing effectiveness and efficiency of production, as well as bringing benefits for other people as a medium of learning and inspiration.


(7)

SARIPATI

Saat ini, sebagian besar bisnis yang terdapat di Indonesia merupakan UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Jumlah UKM yang semakin bertambah menyebabkan persaingan usaha semakin ketat. Inovasi merupakan salah satu solusi dari masalah ini. Beberapa UKM telah mengembangkan inovasi pada produk akhir. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sisi menarik inovasi teknologi produksi pada UKM yang jarang dilakukan dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan obyek penelitian usaha “Sehati” di Salatiga Jawa Tengah yang menghasilkan produk makanan ringan. Hasil dari penelitian ini adalah inovasi teknologi produksi pada usaha “Sehati” dapat ditinjau dari sudut pandang Person atau kepribadian, Press atau dorongan untuk berinovasi, Process atau proses inovasi yang dilakukan, dan Product atau hasil akhir dari inovasi yang telah diciptakan. Selain itu, inovasi teknologi produksi yang dilakukan membawa manfaat bagi peningkatan efektifitas dan efisiensi produksi, serta membawa manfaat bagi orang lain sebagai media belajar dan inspirasi.


(8)

KATA PENGANTAR

Inovasi merupakan salah satu hal terpenting di dalam perjalanan sebuah bisnis, tidak terkecuali bagi bisnis dengan level UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Keunggulan kompetitif merupakan hal yang dapat diraih dengan penerapan inovasi. Bagi UKM, inovasi tidak hanya terbatas pada inovasi produk yang banyak dilakukan, namun juga dapat berupa inovasi teknologi produksi.

Dalam kertas kerja ini, penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran inovasi teknologi produksi yang dilakukan oleh usaha “Sehati” Salatiga.

Penulis tertarik untuk meneliti usaha ini karena pemilik usaha “Sehati” merupakan

sedikit dari pengusaha yang sekaligus inovator teknologi produksi pada level UKM di kota Salatiga. Inovasi pada teknologi produksi yang telah dilakukan juga membawa banyak manfaat.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan bahan masukan bagi pihak-pihak terkait. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Salatiga, 1 Mei 2013


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Di dalam kertas kerja ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama pembuatan kertas kerja ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Ir. Lieli Suharti, MM, Ph.D, selaku pembimbing yang telah membimbing

penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik. 2. Bapak Hari Sunarto,S.E, MBA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

3. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Bapak Prof. Christantius Dwiatmaja, S.E., ME, Ph.D, selaku dosen wali studi penulis.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membekali penulis ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana.

6. Bapak Eko Susilo yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

terhadap beliau dan usaha “Sehati” milik beliau selama beberapa waktu.

7. Kedua orang tua dan adik-adik penulis yang telah memberi dukungan berupa

semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Sari Sulis Setyaningsih yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian kertas kerja ini.


(10)

9. Seluruh fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) angkatan 2008-2011 yang telah bersama-sama dengan penulis belajar berorganisasi dalam suka dan duka selama tiga tahun.

10.Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan pengalaman mengajar kepada penulis selama perkuliahan.

11.Sahabat-sahabat selama penulis berkuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana; Edy, Handoko, Lina, Hendy; serta sahabat-sahabat FEB angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Salatiga, 1 Mei 2013


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Moto ... iv

Abstract ... v

Saripati ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima Kasih ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Diagram... xiv

Daftar Lampiran ... xv

1. Pendahuluan ... 16

2. Telaah Teoritis ... 19


(12)

2.2 Pendekatan 4P Kreativitas ... 20

2.3 Manfaat Inovasi ... 28

3. Metode Penelitian ... 29

4. Hasil dan Pembahasan ... 31

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 31

4.2 Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati” ... 34

4.3 Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati” ... 37

4.4 Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati” ... 42

4.5 Hasil Inovasi Teknologi Usaha “Sehati” ... 47

4.6 Manfaat Inovasi Teknologi Usaha “Sehati” ... 52

5. Penutup ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 60

Daftar Pustaka ... 61


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli... 21

Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati” ... 32

Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati” ... 33

Tabel 4. Mesin Hasil Inovasi Terobosan... 47

Tabel 5. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1 ... 48

Tabel 6. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2 ... 49

Tabel 7. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3 ... 50

Tabel 8. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4 ... 51

Tabel 9. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 5 ... 51

Tabel 10. Perbandingan Kualitas Produk Antara Sebelum dan Sesudah Penggunaan Mesin ... 53

Tabel 9. Manfaat Inovasi Bapak Eko Susilo Bagi Karyawan Usaha “Sehati” dan Masyarakat Sekitar ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mesin Peniris Minyak ... 47

Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng ... 48

Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu ... 49

Gambar 4. Mesin Pelumur Tepung ... 49

Gambar 5. Mesin Ayak ... 49


(15)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Inovasi Terobosan Bapak Eko Susilo ... 44


(16)

DAFTAR LAMPIRAN


(17)

1. Pendahuluan

Saat ini, UKM (Usaha Kecil dan Menengah) memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia. Gerakan Kewirausahaan Nasional yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 2011 merupakan bukti bahwa pemerintah sadar, kewirausahaan adalah solusi bagi banyaknya pengangguran yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Untuk pengusaha-pengusaha di sektor UKM, selain bertujuan untuk dapat mandiri secara ekonomi, UKM bertujuan untuk lebih banyak menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sesuai dengan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia tercatat sebanyak 55,206 juta unit usaha atau 99,99% dari total pelaku usaha yang jumlahnya sebanyak 55,211 juta unit usaha (http://www.depkop.go.id/, 2012). Jumlah ini berpotensi terus berkembang, apalagi ditunjang dengan kenyataan bahwa rata-rata pengusaha baru memulai bisnisnya dari level UKM. Muharram dalam Sulistiyo (2012) mengatakan bahwa pada tahun 2012, jumlah pengusaha pencipta lapangan kerja di Indonesia bertumbuh ke angka 1,56% dari jumlah penduduk, yang tadinya hanya 0,24% di tahun 2009.

Dengan jumlah UKM yang bertambah terus setiap tahunnya, banyak UKM yang terlibat di dalam persaingan secara langsung, karena sangat terbuka kemungkinan banyak UKM menghasilkan produk yang sejenis. Berdasarkan hal ini dibutuhkan inovasi sebagai pembeda. Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang (Zimmerer, 2008, p.57). Inovasi mutlak diperlukan, tidak terkecuali dalam ranah UKM. Menurut Wijayanti dan Puspitasari mengutip Mc.Grath et al. (1996), inovasi di dalam suatu usaha dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing.


(18)

Selain itu, inovasi juga merupakan inti dari semangat kewirausahaan, dimana seorang pengusaha harus senantiasa berubah dengan inovasi untuk mencapai kesuksesan yang lebih dalam bisnis (Adhi dan Bawono, 2009, p.72).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Puspitasari (2005), diperoleh hasil bahwa sebagian besar jenis inovasi yang dilakukan oleh UKM adalah inovasi produk, yaitu dengan penciptaan produk-produk baru untuk dijual. Ini ditegaskan oleh hasil penelitian yang sama dari Nugroho (2009) bahwa inovasi pada UKM mayoritas berfokus pada produk yang langsung bersinggungan dengan konsumen. Contoh paling nyata dapat ditemukan pada bisnis makanan, dimana banyak usaha berlomba-lomba dalam memproduksi makanan jenis baru ataupun varian baru demi menarik konsumen. Hasil penelitian Nugroho (2009) juga menunjukkan bahwa hanya 30% UKM yang melakukan inovasi dalam proses produksi. Ini menunjukkan bahwa inovasi proses produksi masih jarang dilakukan oleh UKM. Hasil penelitian Ellitan (2006) bahwa strategi dan bentuk inovasi yang tepat dapat meningkatkan kinerja finansial dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil ini menunjukkan bahwa inovasi proses produksi juga dapat menjadi salah satu elemen penting di dalam keberhasilan usaha. Di dalam dunia usaha, inovasi proses produksi dapat berwujud inovasi teknologi. Contoh yang ada saat ini adalah mesin pembuat rengginang (Triwitono, 2011) dan mesin pembuat kerupuk (Maksindo, 2004) yang dijual. Walaupun sedikit, pencipta inovasi teknologi produksi pada UKM tetap dapat menunjukkan eksistensinya. Artikel

koran Kompas (2 Agustus 2010) berjudul “Inovasi „Nakal‟ Eko Susilo”

membuktikan hal ini. Dijelaskan bahwa Bapak Eko Susilo sebagai pemilik dari

usaha “Sehati” melakukan inovasi dengan cara menciptakan mesin-mesin produksi untuk produksi makanan ringan. Usaha “Sehati” merupakan sebuah UKM yang


(19)

bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan berbahan baku kacang-kacangan. Inovasi yang dilakukan berawal dari ketidaksengajaan dan proses berpikir yang unik. Bapak Eko Susilo mampu menciptakan mesin-mesin produksi yang sangat inovatif sehingga menghasilkan proses produksi yang efektif dan efisien. Beliau telah mendapatkan pengakuan atas inovasinya, yaitu masuk ke dalam 10 besar lomba kreativitas alat tingkat Jawa Tengah tahun 2010 (Kompas, 2 Agustus 2010).

Untuk melihat inovasi pada sebuah usaha, dapat digunakan berbagai pendekatan. Munandar (2009) mengatakan bahwa salah satu pendekatan yang digunakan untuk melihat sebuah inovasi adalah pendekatan 4P Kreativitas. Dalam pendekatan ini, inovasi dan kreativitas merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam pendekatan 4P Kreativitas, inovasi dilihat dari dimensi Person, Press, Process, serta Product. Aspek Person melihat kreativitas dari sudut pandang pribadi individu yang melakukan inovasi. Aspek Press melihat dorongan apa saja yang membuat seseorang kreatif dan mampu melakukan inovasi. Aspek Process melihat proses kreatif yang dilakukan untuk dapat menghasilkan sebuah inovasi. Sedangkan aspek Product melihat hasil akhir dari inovasi yang telah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka studi ini akan meneliti gambaran

inovasi di dalam usaha “Sehati” milik Bapak Eko Susilo. Keunikan dari mesin-mesin inovasi Bapak Eko Susilo serta proses penciptaannya merupakan hal yang menarik dari penelitian ini. Inovasi beliau akan diuraikan dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas. Segi Person Bapak Eko Susilo akan diketahui dari ciri-ciri kepribadian kreatif yang dimiliki olehnya. Press diketahui dari faktor-faktor pendorong inovasinya. Pada aspek Process dibahas mengenai proses dari awal


(20)

sampai akhir yang dilakukan Bapak Eko Susilo ketika melakukan inovasi. Product akan membahas mengenai seluk beluk mesin-mesin inovasi Bapak Eko Susilo. Manfaat inovasi juga akan dibahas untuk mengetahui sejauh mana inovasi Bapak Eko Susilo dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Dengan demikian, permasalahan-permasalahan yang akan diangkat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah ciri-ciri kepribadian kreatif yang menonjol yang dimiliki oleh pemilik usaha “Sehati”?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong inovasi pemilik usaha

“Sehati”?

3. Bagaimanakah proses inovasi teknologi yang dilakukan oleh pemilik

usaha “Sehati”?

4. Apa sajakah hasil inovasi teknologi dari pemilik usaha “Sehati”?

5. Apakah manfaat yang diperoleh dari inovasi teknologi pemilik usaha

“Sehati” baik bagi pihak internal maupun eksternal?

2. Telaah Teoritis

2.1Pengertian Inovasi

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008, p.57), inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Selanjutnya Hasan dan Setiadji (2010, p.36) menyatakan bahwa inovasi adalah penemuan atau terobosan yang menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengerjakan sebuah produk yang sudah ada dengan cara yang baru. Hendro (2011, p.121) menyatakan inovasi merupakan proses kreatif


(21)

yang membuat obyek-obyek dan substansi baru yang berguna bagi manusia, namun lebih luas dari sekedar penemuan dan jangka waktunya lama. Berdasarkan berbagai sumber di atas, inovasi dapat diartikan sebagai sebuah proses kreatif untuk memecahkan permasalahan yang ada, dengan cara menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengubah sebuah produk yang sudah ada, sifatnya lebih luas dari sekedar penemuan dan berlaku untuk jangka waktu yang lama.

2.2Pendekatan 4P Kreativitas

Dalam perjalanannya, inovasi sangat berkaitan dengan kreativitas. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008, p.57), kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Adhi dan Bawono (2009, p.73) juga berkata bahwa dengan kreativitas seseorang menciptakan ide-ide atau gagasan tentang produk ataupun cara dalam menjalankan bisnis. Kemudian ide tersebut dikembangkan sehingga menjadi hasil akhir dari inovasi. Menurut Munandar (2009), kreativitas dapat dikelompokkan kedalam empat dimensi yang dikenal sebagai pendekatan 4P Kreativitas yang terdiri dari:

Dimensi Person

Dalam dimensi P erson, kreativitas dalam inovasi dilihat dari sudut pandang kepribadian individu yang bersangkutan. Kreativitas dipercaya merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki diri seseorang. Menurut Jung dalam Munandar (2009), ketidaksadaran memainkan peranan yang sangat penting dalam kreativitas. Alam pikiran bawah sadar dibentuk oleh masa lalu pribadi. Secara tidak sadar seseorang mengingat pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dalam hidupnya dan hal itu yang membuat seseorang


(22)

menjadi kreatif. Terdapat berbagai ciri-ciri orang kreatif dari beberapa ahli sebagai berikut:

Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli

Winardi Zimmerer dan

Scarborough

Munandar

1.Suka mengamati

masalah yang tidak

diperhatikan orang lain. 2.Suka mencari ide-ide

baru dari banyak

sumber.

3.Cenderung memiliki

banyak solusi alternatif

ketika menghadapi

masalah.

4.Menentang hal-hal klise dan tidak terhalang oleh kebiasaan-kebiasaan.

5.Memiliki pemikiran

yang fleksibel.

1. Tidak cepat puas.

2. Tidak mudah putus

asa.

3. Menantang

kebiasaan, rutinitas, dan tradisi.

4. Suka termenung

larut dalam pikiran.

5. Menjadi pemikir

yang produktif.

6. Melihat masalah dari

berbagai sudut

pandang.

7. Tidak takut gagal.

8. Melihat masalah

sebagai batu

loncatan bagi ide baru.

9. Fleksibel.

1. Rasa ingin tahu yang besar.

2. Memiliki minat yang

luas.

3. Menyukai aktivitas

kreatif.

4. Mandiri

5. Percaya diri.

6. Berani mengambil

resiko.

7. Tidak takut membuat

kesalahan.

8. Berani mengemukakan

pendapat.

9. Tidak mudah putus

asa.

10.Penuh energi. 11.Spontan

12.Suka terhadap hal-hal baru.

13.Humor yang tinggi. 14.Melihat masalah dari

berbagai perspektif.

15.Suka mengkhayal

mengenai ide-ide. Sumber: Winardi (2004), Zimmerer dan Scarborough (2008), Munandar (2009)

Berdasarkan beberapa ahli di atas, maka ciri-ciri kepribadian kreatif dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Rasa ingin tahu yang besar, sehingga suka mengamati masalah yang tidak diperhatikan orang lain.

2. Suka mencari ide-ide baru dan memiliki minat yang luas. 3. Menyukai aktivitas kreatif.


(23)

5. Berpikir mengenai sesuatu dari berbagai sudut pandang. 6. Suka menantang kebiasaan, rutinitas, dan tradisi.

7. Tidak cepat puas.

8. Tidak takut gagal sehingga suka mengambil resiko. 9. Mandiri dan percaya diri.

10.Berani mengemukakan pendapat.

11.Bersifat spontan.

12.Memiliki selera humor yang tinggi. Dimensi Press

Dalam dimensi Press, kreativitas dilihat berdasarkan faktor-faktor apa saja yang mendorong seseorang menjadi kreatif dan inovatif. Menurut Munandar (2009, p.37), dorongan menjadi kreatif dan inovatif lebih disebabkan setiap orang condong ingin mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya, berkembang, serta menjadi matang. Faktor-faktor pendorong tersebut dapat dilihat dari sisi internal inovator maupun dari sisi eksternalnya. Carter dan Williams dalam Gracia (2003) mengatakan terdapat beberapa alasan sebuah perusahaan melakukan inovasi, yaitu:

1. Keinginan untuk mengatasi kekurangan bahan baku.

2. Keinginan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. 3. Keinginan untuk mengatasi kelebihan permintaan.

4. Adanya keinginan dari konsumen akan tipe produk baru.

5. Adanya tekanan langsung dari persaingan industri dalam negeri maupun

luar negeri.

Sedangkan Iswanto mengutip Walton (1987) berkata bahwa dorongan yang menyebabkan perusahaan melakukan inovasi adalah:


(24)

1. Kompetisi yang tidak menguntungkan di dalam perusahaan sehingga pekerja mencari alternatif penyelesaian lain.

2. Ketidakefisienan metode kerja yang selama ini digunakan. 3. Tekanan dari pasar produk dan pasar tenaga kerja.

Hal di atas ditegaskan oleh Winardi (2003, p.201) bahwa dorongan untuk seseorang berpikir kreatif dan inovatif dapat berasal dari berbagai macam sumber, yaitu:

1. Para konsumen.

Konsumen seringkali menjadi sumber inspirasi untuk

berkreativitas dan berinovasi, yang menyebabkan terciptanya produk atau jasa baru. Pengusaha tidak dapat menutup mata bahwa dalam pertemuan-pertemuan dengan konsumen terkadang akan muncul ide-ide brilian. 2. Perusahaan-perusahaan pesaing.

Pengusaha perlu memonitor dan mengevaluasi produk-produk perusahaan pesaing lain yang telah ada di pasar sebelumnya. Pada aktivitas ini, benchmarking sangat bermanfaat, sehingga seorang pengusaha dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari produk yang sudah ada di pasaran. Dengan demikian inovasi yang kreatif dapat

dilakukan dengan “imitation with modification”. 3. Saluran distribusi.

Distributor menjadi sumber-sumber yang baik untuk

mendapatkan ide-ide kreatif untuk inovasi. Distributor adalah orang-orang yang telah mengenal karakteristik pasar, sehingga mereka biasanya memiliki sejumlah saran yang dapat mengarahkan kita untuk menciptakan suatu inovasi yang kreatif dalam produk kita.


(25)

4. Pemerintah

Pemerintah dapat membantu seseorang dalam menemukan dan menciptakan ide-ide kreatif untuk inovasi, salah satunya dengan adanya Biro Paten. Walaupun paten-paten yang sudah ada tidak boleh ditiru, tetapi mungkin saja paten-paten yang sudah ada tersebut dapat menginspirasi seseorang untuk menciptakan produk-produk kreatif lain. Selain itu dapat juga kreativitas muncul seiring dengan pengusaha yang bereaksi atas adanya peraturan pemerintah. Sebagai contoh, adanya peraturan pemerintah tentang keselamatan pekerjaan, mengilhami terciptanya helm keselamatan kerja.

5. Riset dan pengembangan.

Sumber kreativitas dan inovasi yang terbesar adalah riset dan pengembangan dari seorang pengusaha. Hal yang harus ditekankan adalah riset dan pengembangan membutuhkan skill individu yang sesuai. Dengan adanya riset dan pengembangan, pengusaha dapat mengetahui keinginan konsumen, kemudian dapat menciptakan solusi dengan pengembangan yang terus-menerus.

Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2001), diperoleh hasil bahwa faktor pendorong yang berpengaruh terhadap inovasi proses produksi pada tingkat perusahaan adalah faktor internal perusahaan, sedangkan faktor eksternal perusahaan tidak berpengaruh. Penyebab faktor eksternal yang tidak berpengaruh adalah obyek penelitian hanya mempertimbangkan kinerja perusahaan untuk melakukan inovasi dan mengabaikan saran dari pasar.


(26)

Dimensi Process

Dalam dimensi Process, kreativitas dalam inovasi dilihat sebagai sebuah proses berpikir sejak awal sampai terciptanya suatu ide unik dan kreatif. Supardi mengutip De Bono (1970) mengatakan bahwa terdapat empat tahapan dari proses kreativitas, yaitu:

1. Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan.

Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan merupakan tahap awal dari proses kreativitas. Pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan pengetahuan melalui membaca, bertanya dengan orang lain, menghadiri pertemuan-pertemuan bisnis, ataupun terjun dalam bidang tertentu sehingga menyebabkan ide-ide kreatif dapat terkumpul.

2. Proses inkubasi.

Tahap inkubasi adalah tahap penantian ide kreatif yang diharapkan. Pada tahap ini seseorang tidak harus terus-menerus memikirkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi dapat sambil melakukan kegiatan lainnya, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi. Hal ini dilakukan supaya ide-ide spontan dapat muncul apabila pikiran dari individu yang bersangkutan lebih rileks dan tidak terbebani suatu masalah.

3. Melahirkan ide.

Pada tahap ini, ide atau solusi kreatif yang dicari selama ini mulai muncul. Terkadang ide yang ditemukan dapat muncul di situasi yang tidak terduga dan spontan, bahkan muncul pada saat yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang ada. Setelah munculnya ide ini,


(27)

individu yang bersangkutan harus cepat tanggap untuk menangkap dan melanjutkan ide tersebut ke tahap berikutnya.

4. Evaluasi dan implementasi.

Tahap ini adalah tahap terakhir dari proses kreativitas. Dalam tahap ini, diperlukan sikap serius, disiplin, dan konsentrasi. Dari ide yang muncul di dalam tahap ketiga, individu yang bersangkutan harus menguji dan memodifikasi ide tersebut sehingga didapatkan bentuk yang matang dari ide tersebut. Lebih penting lagi, ia tidak menyerah begitu saja bila bertemu kendala. Bahkan biasanya berhasil mengembangkan ide setelah beberapa kali mencoba.

Dimensi Product

Di dalam dimensi Product, kreativitas dalam inovasi dilihat dari apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang sama sekali baru atau sebuah penggabungan yang inovatif. Menurut Hendro (2011, p.124), inovasi dapat dibedakan menjadi:

1. Inovasi produk, yaitu inovasi yang dilakukan pada isi produk (rasa, kualitas) atau kemasan (pembungkus, tulisan, warna, bentuk).

2. Inovasi marketing, yaitu inovasi yang dilakukan pada cara penjualan, pendistribusian, atau pengiklanannya.

3. Inovasi proses, yaitu inovasi yang dilakukan pada proses penciptaan produk, proses produksi, proses teknologi pengemasan, proses riset dan pengembangan, atau proses menciptakan mesin baru.

4. Inovasi teknikal, yaitu inovasi yang dilakukan pada teknik desain, teknik pengerjaan, atau teknik pengawasannya.


(28)

5. Inovasi administrasi, yaitu inovasi yang dilakukan pada penyimpanan data atau pada pembuatan dan pengumpulan data.

Sedangkan Pearce dan Robinson (2007, p.524) mengatakan bahwa hasil akhir inovasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Inovasi inkremental (incremental innovation).

Inovasi inkremental (incremental innovation) diartikan sebagai perubahan atau penyesuaian sederhana dari produk, jasa, atau proses yang ada. Pada inovasi inkremental, yang menjadi kekuatan adalah penyempurnaan dari produk, jasa, ataupun proses yang sudah ada sebelumnya sehingga diperoleh produk, jasa atau proses yang lebih baik. Prinsip dari inovasi ini adalah modifikasi.

2. Inovasi terobosan (breakthrough innovation).

Inovasi terobosan (breakthrough innovation) adalah inovasi dalam hal produk, proses, teknologi, atau biaya yang menunjukkan lompatan kuantum kearah perbaikan. Pada inovasi jenis ini, arah perbaikan dapat menciptakan produk, proses, ataupun teknologi yang sama sekali baru. Secara umum inovasi terobosan membutuhkan sumber daya yang lebih banyak serta resiko yang lebih banyak pula dibandingkan dengan inovasi inkremental. Hal ini dikarenakan pada inovasi terobosan memerlukan pertimbangan yang lebih matang dan memastikan bahwa hasil inovasi terobosan dapat mendukung tujuan usaha di masa yang akan datang. Apalagi hasil inovasi terobosan belum teruji benar dikarenakan hasil inovasi ini belum pernah ada sebelumnya.


(29)

2.3Manfaat Inovasi

Dari hasil akhir inovasi dapat diperoleh manfaat-manfaat. White dan Bruton (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis manfaat yang diperoleh dari inovasi dan teknologi, yaitu:

1. Manfaat inovasi bagi perusahaan.

Inovasi dan teknologi tidak hanya berdampak pada satu sisi di dalam sebuah perusahaan, namun dapat berpengaruh pada beberapa sisi. Teknologi baru memungkinkan perusahaan mampu menekan harga dan

meningkatkan kuantitas produk, sehingga dapat meningkatkan

penawaran dari perusahaan. Di sisi lain, teknologi baru memungkinkan lebih banyak informasi mengenai produk yang diterima calon konsumen, sehingga lebih banyak calon konsumen yang menjadi konsumen perusahaan tersebut. Dengan kata lain teknologi dapat meningkatkan permintaan.

2. Manfaat inovasi bagi masyarakat.

Inovasi dan teknologi dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Rata-rata industri yang bergerak di dalam bidang inovasi teknologi memiliki prospek yang cerah, sehingga mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan industri yang lain. Dengan cara ini pengangguran dapat ditekan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

Sedangkan menurut Tiwari dan Buse (2007), juga terdapat tiga dampak atau manfaat inovasi pada proses produksi bagi kalangan internal usaha, yaitu:

1. Kualitas produk yang semakin baik.


(30)

3. Waktu produksi yang semakin singkat.

Ketiga dampak di atas dapat terjadi karena adanya proses reengineering. Jika reenginering berhasil, maka sebuah usaha akan dapat meningkatkan kinerja organisasi dan karyawannya (Davidson dalam Ellitan dan Anatan, 2009). Di dalam sebuah produksi, teknologi tinggi dapat menghasilkan produk yang berkualitas lebih baik. Biaya dapat lebih ditekan karena dengan teknologi dapat mengurangi biaya tenaga karyawan. Teknologi yang lebih tinggi juga dapat membuat proses produksi menjadi lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soleh (2008) serta Putra (2011) diperoleh hasil bahwa inovasi yang dilakukan pada UKM memiliki dampak atau manfaat bagi kinerja UKM tersebut. Kumar dan Chadee dalam Kosasih (2011) juga mengatakan bahwa penerapan teknologi yang lebih tinggi dapat menjadi salah satu sumber yang dapat dikelola untuk menjaga daya saing sebuah usaha.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus yang dilakukan terhadap usaha

“Sehati” yang merupakan salah satu UKM dengan produksi makanan ringan. Pada penelitian ini diteliti mengenai gambaran inovasi yang dilakukan oleh pemilik

usaha “Sehati” ditinjau dari pendekatan 4P Kreativitas. Untuk pengumpulan data awal dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer menggunakan metode wawancara langsung kepada narasumber dengan bantuan pedoman pertanyaan wawancara yang telah disusun sebelumnya. Narasumber utama pada penelitian ini adalah Bapak Eko Susilo


(31)

sebagai pemilik usaha “Sehati”. Beliau merupakan pelaku utama dari inovasi pada penelitian ini. Selain itu dua narasumber yang lain adalah istri dan salah satu karyawan Bapak Eko Susilo yang bernama Bapak Slamet. Mengingat bahwa istri Bapak Eko Susilo mengetahui beberapa seluk beluk mengenai inovasi yang telah dilakukan oleh Bapak Eko Susilo. Untuk karyawan, diputuskan hanya mewawancarai Bapak Slamet, yang merupakan satu-satunya karyawan yang sudah bekerja sejak awal berdirinya usaha sampai saat ini dan menjadi orang kepercayaan Bapak Eko Susilo. Wawancara sudah dicoba untuk dilakukan terhadap karyawan yang lain, namun mereka tidak dapat menjawab setiap pertanyaan wawancara yang ada. Selain memperoleh data dengan pengambilan data primer, juga dilakukan pengambilan data sekunder. Pengambilan data sekunder diperoleh dari artikel-artikel beberapa surat kabar yang pernah mengulas

mengenai usaha “Sehati”. Pengambilan data sekunder ini dimaksudkan untuk

memperkuat data primer yang telah didapatkan oleh penulis dari narasumber sebelumnya.

Di dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Bungin (2010, p.147) berkata bahwa strategi analisis deskriptif kualitatif merupakan sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian. Strategi yang digunakan adalah lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan dengan mengesampingkan peran teori. Walaupun demikian, bukan berarti teori tidak penting di dalam teknik analisis deskriptif kualitatif ini. Langkah selanjutnya adalah analisis terhadap data. Peran data lebih penting dibandingkan dengan teori, sehingga di dalam analisis ini teori kemudian menyesuaikan dengan temuan penelitian. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan bulan April 2013. Pengambilan data dengan wawancara tidak hanya dilakukan satu kali.


(32)

Apabila dirasa data yang didapatkan dan dianalisis belum mampu menjawab permasalahan penelitian, maka wawancara dilakukan kembali, apalagi mengingat bahwa narasumber sering tidak berada di tempat. Untuk mendukung keabsahan hasil penelitian kualitatif diperlukan mekanisme tersendiri. Di dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber data (Bungin, 2010, p.256). Teknik ini memungkinkan untuk membandingkan data hasil wawancara antara narasumber yang satu dengan narasumber yang lain serta dengan sumber data sekunder. Beberapa pertanyaan yang sama mengenai inovasi Bapak Eko Susilo diajukan kepada Bapak Eko Susilo, istrinya, serta Bapak Slamet sehingga didapatkan data yang sama kebenarannya, supaya hasil penelitian yang dimunculkan pun memiliki tingkat keabsahan yang tinggi.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1Gambaran Obyek Penelitian Profil Usaha

Usaha “Sehati” adalah sebuah UKM di kota Salatiga Jawa Tengah, bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan yang terbuat dari bahan baku kacang-kacangan dan berdiri pada tanggal 14 Juni 2006. Usaha “Sehati” termasuk ke dalam kriteria usaha kecil. Di dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebuah usaha termasuk ke dalam usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih antara Rp 50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki omset tahunan antara Rp 300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,- (http://www.depkop.go.id/, 2008). Usaha “Sehati” memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 400.000.000,- dan omset tahunan


(33)

rata-rata sebesar Rp 600.000.000,-. Saat ini usaha “Sehati” memiliki 11 orang karyawan. Terdapat banyak macam dan variasi produk dari usaha “Sehati”. Jenis dan variasi produk utama dari usaha “Sehati” adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati”

No Produk Varian

Tahun Mulai Produksi Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. Kacang Met-dji Kedelai Jazz Kedelai Virgin Serbuk

Jus hangat instan

-

Rasa manis, keju, dan keripik.

Rasa bawang, keju, dan vegetarian.

Kedelai, kacang hijau, beras merah, dan beras hitam.

Kedelai, kacang hijau, beras merah, dan beras hitam. 2006 2008 2008 2010 2012

Kacang goreng dibalut tepung.

Kacang kedelai goreng dibalut tepung.

Kedelai goreng rendah lemak.

Serbuk diseduh untuk minuman.

Campuran serbuk dan gula merah organik. Sumber: Bapak Eko Susilo

Sepintas tidak ada yang istimewa dari usaha “Sehati”. Namun di balik

hal tersebut, usaha “Sehati” memiliki keunggulan berupa inovasi usaha. Inovasi telah dilakukan oleh sang pemilik sejak awal berdirinya usaha. Inovasi usaha yang dilakukan berfokus di dalam inovasi metode produksi, yaitu dengan penciptaan mesin-mesin produksi makanan ringan yang sangat inovatif dan bermanfaat. Nilai lebih dari inovasi ini adalah mesin-mesin produksi yang diciptakan sebagian besar berasal dari mesin-mesin bekas, kemudian dimodifikasi dan disesuaikan secara spesifik sehingga menjadi mesin produksi

yang bernilai tinggi dan menunjang produksi usaha “Sehati”.

Gambaran Pemilik Usaha

Pemilik dari usaha “Sehati” adalah Bapak Eko Susilo. Riwayat dari beliau adalah sebagai berikut:


(34)

Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati”

Nama Eko Susilo

Lahir 18 Desember 1962

Istri Yustina Sukisworo

Anak 1.Abel Jatayu Prakosa

2.David Permadi 3.Serafim Prasetya

Riwayat Pendidikan 1.STM Otomotif Leonardo, Klaten (1978-1981).

2.Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal (PATIGAT) (1981-1984).

Riwayat Pekerjaan 1.PT.Gajah Tunggal (1984-1994).

2.PT.Sampoerna Percetakan Nusantara

(1994-1996).

3.PT.Mega Rubber Tires (1996-2001).

4.PT. Puhan Indonesia (2001-2006). 5.Mendirikan usaha “Sehati” (2006). Sumber: Bapak Eko Susilo; Kompas, 2 Agustus 2010

Bapak Eko Susilo memulai usaha “Sehati” sejak berumur 44 tahun. Dasar pendidikan serta riwayat pekerjaan beliau sebelumnya tidak berhubungan dengan usaha makanan ringan yang digelutinya sekarang karena

beliau memulai usaha “Sehati” dengan terpaksa setelah keluar dari pekerjaan

sebelumnya. Keterpaksaan karena desakan ekonomi membuat beliau mengesampingkan dasar pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Tetapi walaupun dengan alasan yang demikian, Bapak Eko Susilo mampu berubah menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses.

Teknologi Produksi Usaha “Sehati”

Hasil inovasi dari pemilik usaha “Sehati” adalah mesin-mesin produksi makanan ringan yang inovatif dan berkualitas. Mesin-mesin hasil inovasi Bapak Eko Susilo adalah sebagai berikut:

1. Mesin peniris minyak.

2. Sensor otomatis pengatur panas minyak goreng. 3. Mesin coating.


(35)

5. Mesin pengupas kulit ari kedelai. 6. Mesin pembersih kotoran kedelai.

4.2Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati”

Ciri-ciri kepribadian kreatif mampu menjelaskan aspek Person di dalam pendekatan 4P Kreativitas. Terdapat beberapa ciri-ciri pribadi kreatif yang sangat menonjol pada diri Bapak Eko Susilo, yaitu:

1. Selalu mencari hal-hal baru.

Bagi Bapak Eko Susilo, mencari hal-hal baru merupakan kesukaannya. Kesukannya ini disalurkan dengan cara selalu meluangkan waktu untuk pergi ke pasar barang-barang bekas. Kesukaan ini telah dilakukannya sejak beberapa tahun yang lalu. Beliau berkata:

“Saya tidak tahu kebiasaan ini baik atau tidak, saya

dari dulu punya hobi jalan-jalan ke pasar loak untuk lihat-lihat. Ya siapa tahu ada barang bekas termasuk mesin-mesin yang masih bagus. Kan kalau bekas pasti juga harganya jauh lebih murah. Kalau ada yang seperti itu biasanya saya mikir mesin ini bisa dibuat apa ya. Kalau sudah begitu ya saya beli mesinnya itu dan saya utak-atik di rumah.”

Hal ini juga ditegaskan oleh istri beliau, bahwa Bapak Eko Susilo memang memiliki hobi mencari mesin-mesin bekas. Dengan cara ini, beliau senantiasa mengasah dirinya untuk mampu berpikir kreatif. Dengan kebiasaan ini, beliau mampu menerka mesin-mesin bekas yang dijual dapat dimodifikasi atau tidak.

2. Melihat masalah sebagai batu loncatan.

Bapak Eko Susilo percaya bahwa setiap masalah memiliki hikmahnya masing-masing. Ketika beliau diharuskan keluar dari pekerjaannya, dalam keadaan bingung Bapak Eko Susilo memilih untuk memproduksi kacang telur dengan modal awal Rp 150.000,-. Pilihan


(36)

usaha ini sangat kontras dengan pekerjaan-pekerjaannya sebelumnya. Beliau hanya yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik baginya. Terbukti bahwa langkah awal memproduksi kacang telur membawanya menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses. Istri Bapak Eko Susilo pun memuji beliau:

“Bapak itu punya kelebihan, dia selalu pasrah dan

berserah kepada Tuhan. Jadi waktu itu Bapak harus keluar dari pekerjaa nnya, terus Bapak bilang bagaimana kalau kita buat kacang telur. Waktu itu saya memang kadang-kadang membuat kacang telur terus dijual untuk sambilan. Bapak yakin bahwa kita berusaha dan Tuhan yang menentukan. Ya saya bersyukur kalau keputusan Bapak membuat kacang telur waktu itu bisa membuat Sehati sampai seperti

ini.”

3. Berpikir out of the box atau di luar kebiasaan.

Bapak Eko Susilo mampu berpikir out of the box sehingga mampu memikirkan solusi-solusi yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Selain itu hasil pemikirannya juga simpel dan praktis. Contoh yang sangat nyata adalah ketika beliau menciptakan mesin peniris minyak. Belum ada yang dapat berpikir bahwa spinner pengering mesin cuci juga dapat digunakan untuk membuang minyak yang ada di dalam kacang telur. Pemikirannya sederhana, dengan adanya gaya sentrifugal atau putaran spinner, minyak yang ada di dalam kacang telur akan terpental keluar. Namun yang menarik adalah pada awalnya kreativitas beliau pun diragukan istrinya sendiri, seperti yang dikatakan beliau:

“Waktu saya punya ide spinner mesin cuci buat meniriskan kacang telur, saya langsung coba -coba pakai mesin cuci punya istri saya. Waktu itu saya takut ketahuan makanya saya coba waktu malam hari. Eh tidak tahunya saya ketahuan karena bunyi mesin

cucinya keras sekali sampai „glodak glodak glodak‟. Ya


(37)

kalau saya ini aneh-aneh saja dan kalau mesin cucinya rusak bagaimana. Dia tidak setuju pada awalnya. Ya memang akhirnya mesin cucinya rusak. Tapi setelah mesin ciptaan saya jadi ya istri saya bilang kalau saya ini pintar juga ternyata, hahaha.”

4. Tidak takut gagal dan senantiasa optimistis.

Bapak Eko Susilo adalah seseorang yang sangat optimistis. Saat pertama kali mencoba menciptakan mesin yang benar-benar sempurna, beliau harus mengalami 100 kali lebih percobaan. Namun beliau yakin bahwa apa yang dilakukannya ada di jalan yang benar. Bapak Eko Susilo berkata bahwa walaupun beliau berulang kali gagal, namun suatu saat beliau pasti akan menemukan keberhasilan. Beliau pernah mendapat pengalaman mengesankan dengan mantan pimpinan perusahaannya yang berasal dari Jepang. Beliau berkata:

“Waktu itu ada bos saya dari Jepang datang dan melihat

saya sedang mengerjakan mesin yang cukup susah. Dia

bertanya sama saya, „Bagaimana, masih bisa?‟, terus saya

jawab „Wah susah Pak‟. Bos saya terus menjawab „Ya sudah

saya tunggu sampai kamu bisa‟. Beberapa kali bos saya seperti itu. Kemudian sampai pada suatu kali saya ditanya

lagi „Bagaimana, masih bisa?‟. Karena saya jengkel

berulang-ulang ditanya hal yang sama, saya jawab „Tidak

bisa Pak‟, sontak bos saya langsung bilang „Goblok kamu,

sudah kamu keluar saja kalo tidak becus begitu!‟. Dari situ saya jadi sadar asalkan rajin semua masalah pasti

terselesaikan.”

Dari pengalaman tersebut, Bapak Eko Susilo menjadi sadar bahwa saat menemui permasalahan yang harus diatasi, beliau tidak boleh pantang menyerah dalam mencari cara mengatasi permasalahan tersebut.

Dari ciri-ciri kreativitas Bapak Eko Susilo, diketahui bahwa kreativitas beliau bersumber dari hasil rasa ingin tahu yang tinggi. Namun terdapat satu lagi sumber kreativitas yang utama, yaitu faktor pengalaman. Dasar pendidikan dan pekerjaan beliau adalah teknik permesinan di pabrik, tidak sejalan dengan


(38)

usaha makanan ringan yang dijalankan sekarang. Dengan pekerjaannya saat itu, beliau dituntut cepat belajar dan tanggap dalam menghadapi mesin-mesin pabrik. Pada waktu beliau mendirikan usaha “Sehati”, secara tidak sadar pengalaman kerja masa lalu mempengaruhi setiap tindakannya. Proses belajar dari pengalaman telah menuntun beliau. Dengan pengetahuannya mengenai teknik permesinan, beliau mampu menciptakan mesin-mesin produksi, walaupun harus melewati proses trial and error. Temuan ini sesuai dengan yang dikemukakan Jung dalam Munandar (2009) bahwa ketidaksadaran dan peristiwa-peristiwa penting di masa lalu cukup berpengaruh terhadap pembentukan pribadi kreatif seseorang. Dengan tuntunan dari pengalaman masa lalu yang berkaitan, seorang inovator secara tidak sadar akan lebih mudah dalam melakukan inovasi di dalam bidang yang sama.

4.3Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati”

Faktor-faktor pendorong inovasi pada Bapak Eko Susilo dapat dibedakan menjadi:

Dorongan Internal

Terdapat beberapa dorongan dari sisi internal yang membuat Bapak Eko Susilo mampu berinovasi secara kreatif. Dorongan tersebut adalah:

1. Tuntutan untuk efektif dan efisien dalam kegiatan produksi.

Bapak Eko Susilo berpegang pada prinsip bahwa produksi usaha

“Sehati” harus berdasarkan prinsip efektif dan efisien. Efektif berarti mampu melaksanakan kegiatan produksi dengan baik. Sedangkan efisien berarti mampu melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan tenaga, waktu, serta biaya seminimal mungkin. Beliau berkata:

“Saat pertama kali saya membuat kacang telur, saya


(39)

kacang dan menggoreng dari jam 3 pagi sampai 5 sore setiap hari begitu. Saya kepikiran bagaimana kalau saya membuat mesin pelumur kacang telur. Nah akhirnya saya buat itu mesin coating. Dengan memakai mesin coating itu, produksi yang tadinya delapan jam bisa jadi tinggal satu jam, jumlah yang dihasilkan juga

tambah banyak.”

Berdasarkan pengalamannya selama ini, dengan penggunaan mesin-mesin hasil inovasi, Bapak Eko Susilo yakin mampu mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan sistem produksi manual. Menurut beliau:

“Saya pikir kendala terbesar UKM itu masalah gaji

tenaga kerja yang semakin mahal sehingga UKM tidak bisa berkembang. Nah kalau tenaga kerja bisa digantikan mesin kan enak sekali, jadi biaya gaji semakin kecil, tapi produk yang dihasilkan bisa lebih banyak. Otomatis keuntungan yang didapatkan bisa

semakin banyak kan.”

2. Keinginan untuk peningkatan kualitas produk.

Keinginan untuk peningkatan kualitas produk adalah salah satu pendorong Bapak Eko Susilo dalam melakukan inovasi. Pada awal berdirinya usaha beliau mengalami masalah pada kualitas warna produk kacang telurnya yang jelek, berupa warna hasil penggorengan yang tidak merata yang disebabkan karena suhu minyak goreng yang tidak stabil. Oleh karena itu beliau melakukan modifikasi termometer sehingga terciptalah sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng. Dengan adanya alat ini, suhu minyak goreng dapat diatur sehingga warna yang dihasilkan dari kacang telur pun menjadi bagus dan merata.

3. Keinginan untuk membuktikan kemampuan diri.

Bapak Eko Susilo memiliki sifat optimistis, oleh karena itu beliau senantiasa ingin membuktikan diri bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu


(40)

yang lebih dibandingkan orang lain. Pada satu waktu beliau mampu membalikkan anggapan banyak orang bahwa kedelai tidak dapat dikupas kulit arinya sampai 100%. Bapak Eko Susilo bertutur demikian:

Waktu itu bersamaan dengan pembuatan mesin penepung, saya harus cari cara bagaimana mengupas kulit ari kedelai sebelum digiling, karena kata orang-orang sebelum kedelai digiling kulit arinya harus dikupas. Saya sampai pakai cara kedelainya dimasukkan ke dalam karung kemudian saya banting-banting, ya sampai badan saya sakit semua. Nah tapi saya juga sudah tanya ke orang-orang, juga cari-cari di internet, ternyata sudah ada mesinnya untuk mengupas kulit ari kedelai, tapi mereka semua berkata kalau mustahil kedelai bisa dikupas kulit arinya sampai 100% karena selama ini belum ada yang mampu. Jadi walaupun pakai mesin itu, hasil kedelainya masih tetap ada kulit arinya sedikit-sedikit. Ya saya tertantang dan penasaran juga apa iya tidak bisa. Akhirnya saya coba -coba, saya pakai mesin giling tahu bia sa terus saya modifikasi. Lah akhirnya bisa itu hasil akhir kedelainya mulus bersih 100% kulit arinya terkupas. Orang-orang juga heran sama saya. Padahal kan pada dasarnya saya cuma utak-atik secara sederhana mesinnya itu.”

Selain itu, Bapak Eko Susilo ingin membuktikan diri bahwa beliau mampu bangkit dari kegagalan dalam pekerjaan sebelumnya. Istrinya sendiri berkata:

“Ya setelah Bapak dulu keluar dari pekerjaan di pabrik cat terus membuat usaha “Sehati” dan ternyata

sekarang sukses, eh beberapa perusahaan tempat Bapak kerja dulu meminta Bapak supaya mau bekerja di tempat mereka lagi. Mereka tahu bapak memang terkenal bisa memaksimalkan kinerja mesin. Tapi Bapak sudah tidak mau, Bapak bilang kalau ingin berusaha sendiri saja jadi pengusaha.

Dorongan Eksternal

Terdapat beberapa dorongan eksternal yang mempengaruhi Bapak Eko Susilo, di antaranya:


(41)

1. Harga mesin produksi sejenis lebih mahal dan kurang sempurna.

Beberapa mesin produksi usaha “Sehati” diciptakan untuk mensiasati adanya mesin sejenis yang masih kurang sempurna tetapi berharga mahal di pasaran. Membeli mesin-mesin yang sudah jadi bukan merupakan opsi yang dipilih untuk modernisasi metode produksi. Sebagai contoh adalah mesin penepung Disk Mill. Mesin penepung Disk Mill digunakan untuk membuat serbuk kedelai dan Jus Hangat Instan (JHI) dengan sangat lembut. Di pasar banyak dijual mesin giling biasa, namun hasil penggilingan dari mesin ini masih sangat kasar. Kata beliau:

Setelah mesin penepung jadi, saya pernah ditawari mesin penepung buatan Jerman. Katanya hasil tepungnya bisa lembut sekali. Waktu saya tanya harganya saya kaget sekali, harganya Rp 150 juta. Terus saya bilang ke yang menawarkan, boleh tidak kalau saya tes dulu sebelum beli, dia mengiyakan. Eh setelah saya tes ternyata hasilnya masih kasar, kalah sama mesin penepung saya yang harganya cuma seberapa hahaha.

2. Adanya tuntutan dari pasar.

Adanya tuntutan dari pasar cukup berpengaruh terhadap keputusan Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin produksi baru. Sebelum diciptakannya mesin pembersih kotoran kedelai pada tahun 2011, beliau menggunakan air sebagai media pencuci kedelai mentah. Suatu ketika terdapat banyak reseller protes karena rasa produk kedelai gorengnya menjadi kurang enak sehingga dagangan mereka kurang laku. Hal ini membuat beliau menyadari soal air pembersih kedelai yang dapat menghilangkan zat-zat yang ada di dalam kedelai, sehingga beliau menciptakan sebuah mesin pembersih kotoran kedelai tanpa menggunakan air sebagai pembersihnya.


(42)

3. Dukungan dari orang terdekat.

Dukungan dari orang terdekat, yaitu istri, menjadi motivasi ekstra bagi Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin hasil inovasi. Beliau berkata:

“Istri saya sangat mendukung apa yang saya kerjakan.

Walaupun saya pernah dimarahi waktu pakai mesin cucinya buat meniriskan kacang telur hahaha. Setelah itu tidak jarang dia menemani saya utak-atik mesin sampai jam tiga pagi.

Ketika beliau mengalami masa sulit di awal usaha, istrinya selalu setia mendampingi. Tidak jarang beliau gagal, tetapi istrinya selalu memberikan dukungan moral. Dengan kesetiaan istrinya, beliau mendapatkan motivasi yang tidak ada bandingannya untuk pantang menyerah dalam berinovasi. Istri beliau memberikan pernyataan sebagai berikut:

Saya sering menemani Bapak waktu dulu utak-atik mesin, kadang sampai jam tiga pagi. Ya Bapak sibuk begitu, saya duduk di sampingnya lihat yang Bapak kerjakan. Ya memang seperti itu terus membuat capai ya, tapi saya sadar bahwa yang menguatkan saya untuk terus mendampingi Bapak adalah janji pernikahan saya

dan Bapak.”

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa dorongan internal dan eksternal mempengaruhi seorang inovator untuk melakukan inovasi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2011) yang menemukan bahwa faktor eksternal tidak berpengaruh terhadap inovasi. Di dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor dorongan eksternal memiliki peranan yang besar terhadap inovasi yang dilakukan.

Tuntutan untuk efektif dan efisien, keinginan untuk peningkatan kualitas produk, adanya produk sejenis yang berharga mahal dan kurang


(43)

sempurna, serta adanya tuntutan dari konsumen merupakan hasil temuan yang sesuai dengan Carter dan Williams dalam Gracia (2003) serta Walton dalam Iswanto (2001). Hal ini juga sesuai dengan Winardi (2003, p.201) yang berkata bahwa salah satu sumber dorongan untuk berkreativitas dan berinovasi adalah para konsumen dan perusahaan-perusahaan pesaing. Ada dua hal menarik di dalam hasil penelitian ini. Pertama adalah adanya dorongan internal berupa keinginan untuk membuktikan diri. Rupanya perasaan mampu melakukan sesuatu yang lebih dari orang lain dapat membuat seseorang memiliki semangat untuk sukses berinovasi. Tidak ingin dipandang remeh serta keinginan diakui oleh orang lain membuat seseorang lebih tekun dan giat dalam melakukan sesuatu. Kedua adalah dorongan eksternal berupa dukungan dari orang terdekat. Hal ini cukup menarik karena ternyata efek psikologis berupa dukungan orang terdekat cukup berperan dalam mempertahankan semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Tidak menutup kemungkinan ketika seorang inovator terus gagal dalam trial & error, orang tersebut akan menjadi patah semangat. Namun ketika ada dukungan dari pihak terdekat, semangat tersebut dapat terus dijaga karena inovator tersebut merasa masih terdapat orang-orang yang peduli padanya.

4.4Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”

Proses inovasi teknologi Bapak Eko Susilo dapat dilihat sejak timbulnya masalah, munculnya ide-ide kreatif, sampai ide tersebut dapat diimplementasikan menjadi sebuah inovasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Proses inovasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental.


(44)

Proses Inovasi Terobosan

Inovasi terobosan merupakan inovasi yang dapat menghasilkan produk, alat, atau sistem kerja yang selama ini belum ada. Mesin yang merupakan hasil dari inovasi terobosan Bapak Eko Susilo adalah mesin peniris minyak. Penciptaan mesin peniris minyak goreng didahului dengan adanya masalah bau tidak enak kacang telur yang disebabkan karena adanya minyak yang tidak dapat hilang.

Proses inkubasi sampai melahirkan ide memerlukan waktu yang cukup lama. Saat itu beliau berusaha dengan banyak cara untuk mengatasi masalah ini, namun beliau sulit mendapatkan ide. Bapak Eko Susilo berkata:

Saya bingung bagaimana caranya menghilangkan minyak di dalam kacang telur. Waktu itu spontan saya dapat ide waktu melihat istri saya mencuci pakai mesin cuci, terus saya lihat spinner-nya. Eh langsung saja saya kepikiran kenapa tidak

kalau saya meniriskan minyak pakai spinner mesin cuci ini.”

Beliau merespon dengan mencoba memasukkan kacang telur yang habis digoreng ke dalam mesin cuci. Hasilnya di luar dugaan, ternyata minyak di dalam kacang telur dapat hilang seluruhnya. Ini membuat beliau membeli

mesin cuci bekas, mengambil spinner pengeringnya, dan mengembangkannya

menjadi mesin peniris minyak. Trial & error terjadi berulang kali, sampai akhirnya mesin ini benar-benar sempurna. Beliau berkata:

“Sudah hampir ratusan kali saya melakukan percobaan

membuat mesin ini. Waktu awal-awal spinner mesin cucinya cuma bertahan satu bulan karena penyok, lha tidak kuat kena minyak panas terus. Satu per satu percobaan selalu saya catat biar saya tahu perkembangannya. Pada akhirnya mesin ini

bisa seperti sekarang.”

Dari proses inovasi mesin peniris minyak di atas, maka dapat digambarkan diagram inovasi terobosan yang dilakukan Bapak Eko Susilo:


(45)

Diagram 1. Diagram Inovasi Terobosan

Proses Inovasi Inkremental

Inovasi inkremental merupakan inovasi berupa penyempurnaan dari produk maupun proses yang telah ada sebelumnya. Pada inovasi Bapak Eko Susilo, proses inovasi ini cenderung mendominasi. Terdapat lima buah mesin yang merupakan hasil dari inovasi inkremental beliau, yaitu sensor otomatis pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin penepung Disk Mill, mesin pengupas kulit kedelai, serta mesin pembersih kotoran kedelai.

Pada tahap awal, Bapak Eko Susilo melihat adanya masalah tidak efektif dan tidak efisiennya proses produksi penggorengan, pelumuran kacang telur, penepungan, pengupasan kulit ari kedelai, serta pembersihan kedelai mentah. Beliau berusaha mencari ide dengan cara banyak berkunjung ke pasar barang bekas. Dengan cara ini, beliau berusaha mencari mesin-mesin bekas untuk dimodifikasi guna mengatasi masalah yang ada.

Proses inovasi inkremental Bapak Eko Susilo seluruhnya dilakukan setelah proses inovasi terobosan. Beliau bercermin dari inovasi terobosan yang telah dilakukannya. Masa inkubasi dari proses inovasi inkremental terlihat

Proses Persiapan atau Akumulasi Pengetahuan Masalah timbul. Di sisi lain pengetahuan didapatkan dari

pengalaman pekerjaan sebelumnya.

Proses Inkubasi

Dibutuhkan waktu inkubasi yang cukup lama untuk menemukan ide kreatif karena belum terbiasa.

Proses Evaluasi dan Implementasi

Hanya "just do it" atas ide yang muncul pada tahap sebelumnya. membutuhkan banyak percobaan

untuk inovasi ini.

Proses Melahirkan Ide Munculnya ide secara spontan saat melihat cara kerja alat lain yang tidak berhubungan namun


(46)

lebih singkat karena adanya pengalaman inovasi terobosan sebelumnya. Saat beliau melihat mesin-mesin bekas yang ada, beliau langsung mendapatkan ide untuk menyempurnakan mesin-mesin tersebut.

Pada tahap implementasi, Bapak Eko Susilo melakukan lebih sedikit percobaan dibandingkan pada proses inovasi terobosan. Modifikasi mesin yang dilakukan oleh beliau kebanyakan adalah modifikasi sederhana, dimana kebanyakan orang tidak memikirkannya. Penciptaan mesin pengupas kulit ari kedelai membuktikan hal ini. Banyak orang beranggapan bahwa tidak mungkin kulit ari kedelai dapat terkupas 100% walaupun dengan menggunakan mesin. Namun Bapak Eko Susilo dapat memodifikasi mesin penggiling tahu sehingga dapat mengupas kulit ari kedelai dengan sempurna. Hanya dengan mengubah ukuran diameter piringan besi penggiling tahu, mesin ini langsung dapat mengupas kulit ari kedelai hingga 100%. Pemikiran-pemikiran sederhana ini diterapkan pada seluruh modifikasi mesin proses inovasi inkremental beliau. Pada tahap akhir implementasi juga terdapat langkah pematenan hasil inovasi untuk salah satu mesin, yaitu mesin penepung Disk Mill. Pematenan ini dilakukan karena Bapak Eko Susilo disadarkan oleh seorang teman bahwa mesin ini sangat inovatif dan merupakan asset yang sangat berharga.

Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan diagram inovasi inkremental secara umum yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo sebagai berikut:


(47)

Diagram 2. Diagram Inovasi Inkremental

Dari proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental di atas, dapat dijelaskan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Persamaan dari kedua proses kreativitas ini adalah pada tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan, keduanya sama-sama mengandalkan pengalaman kerja di masa lalu sebagai sumber kreativitas. Terdapat tiga perbedaan di antara kedua proses ini. Pertama, pada tahap inkubasi, inovasi terobosan membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan inovasi inkremental. Kedua, pada tahap melahirkan ide, ide yang muncul pada inovasi terobosan bersifat spontan saat melihat produk atau sistem yang berbeda namun aplikatif. Berbeda dengan inovasi inkremental, dimana ide muncul saat melihat produk atau sistem sejenis yang terasa kekurangannya. Ketiga, pada tahap evaluasi dan implementasi, inovasi terobosan cenderung lebih banyak membutuhkan trial & error dibandingkan dengan inovasi inkremental. Hal ini dapat dipahami karena inovasi terobosan harus dimulai dari dasar, sedangkan inovasi inkremental tinggal dilakukan modifikasi sederhana disesuaikan dengan kebutuhan.

Proses Persiapan atau Akumulasi Pengetahuan Pengetahuan didapatkan dari

pengalaman pekerjaan sebelumnya.

Proses Inkubasi Memerlukan lebih sedikit waktu

untuk memperoleh ide apabila dibandingkan dengan masa inkubasi inovasi terobosan.

Proses Evaluasi dan Implementasi

Memodifikasi mesin yang sudah ada, menambahkan beberapa bagian baru dengan sedikit trial & error. Ada

pematenan untuk satu mesin.

Proses Melahirkan Ide Ide muncul setelah melihat mesin

lain yang sejenis namun terdapat kelemahannya, sehingga dirasa


(48)

Di kedua proses inovasi di atas dibutuhkan biaya inovasi. Pada inovasi Bapak Eko Susilo pun demikian, beliau telah menghabiskan banyak biaya untuk pengembangan mesin-mesin produksi. Secara pasti tidak ada catatan terperinci, namun beliau mengaku bahwa beliau telah menghabiskan tabungannya senilai Rp 30 juta serta seluruh asuransi milik anaknya demi trial & error beberapa mesin sampai sempurna. Hal ini dapat dipahami bahwa Bapak Eko Susilo kurang mempersoalkan besarnya biaya inovasi yang muncul.

4.5Hasil Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”

Hasil inovasi teknologi Bapak Eko Susilo adalah berupa mesin-mesin produksi. Kreativitas Bapak Eko Susilo mampu ditransformasikan menjadi hasil akhir mesin yang inovatif. Beliau menghasilkan ide-ide orisinal yang benar-benar baru sehingga dapat menghasilkan inovasi terobosan, di samping juga menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya sehingga menghasilkan inovasi inkremental.

Mesin Hasil Inovasi Terobosan

Mesin hasil pemikiran ide orisinal Bapak Eko Susilo adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Mesin Hasil Inovasi Terobosan

Nama Mesin Mesin peniris minyak goreng.

Bentuk Mesin


(49)

Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk meniriskan minyak hasil dari penggorengan kacang tanah atau kedelai.

Waktu Penciptaan Tahun 2006.

Bentuk Inovasi Di pasar beredar mesin peniris minyak yang berbeda konsep dengan mesin peniris minyak ciptaan Bapak Eko Susilo. Bentuk inovasi mesin peniris minyak beliau adalah:

1. Mesin peniris minyak Bapak Eko Susilo

menggunakan motor spinner mesin cuci sehingga putaran mesin lebih halus, sedangkan mesin peniris minyak di pasar menggunakan mesin sepeda motor sehingga putaran mesin kasar.

2. Desain sederhana dan lebih kecil dibandingkan mesin peniris minyak di pasaran.

Konsep Kerja Mesin menghilangkan minyak dari kacang yang telah

digoreng dengan cara memutar hasil penggorengan dengan kecepatan tinggi, menyebabkan minyak dari kacang terlempar keluar.

Nilai Mesin Rp 800.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Mesin Hasil Inovasi Inkremental

Mesin yang berasal dari penyempurnaan mesin yang sudah ada sebelumnya adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1

Nama Mesin Sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng.

Bentuk Mesin

Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng Deskripsi Mesin Sensor otomatis pengontrol minyak goreng digunakan

untuk mengontrol suhu minyak goreng agar tetap ideal.

Waktu Penciptaan Tahun 2006.

Bentuk Inovasi Sensor pengontrol panas minyak goreng cukup familiar

digunakan oleh perusahaan makanan ringan skala besar, namun untuk skala UKM ide penggunaan alat ini masih tergolong baru. Alat utama yang digunakan adalah termometer. Inovasi yang dilakukan adalah menambahkan tombol-tombol pengatur suhu otomatis


(50)

dan sebuah alarm.

Konsep Kerja Ketika dilakukan proses penggorengan, suhu minyak

goreng yang diinginkan diatur menggunakan tombol yang ada. Termometer dihubungkan dengan kawat ke dalam minyak. Ketika suhu yang diinginkan telah dicapai, alarm akan menyala secara otomatis sehingga dapat mengingatkan karyawan.

Nilai Mesin Rp 1.200.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Tabel 6. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2

Nama Mesin Mesin coating.

Bentuk Mesin

Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu

Gambar 4. Mesin Pelumur Tepung

Gambar 5. Mesin Ayak

Deskripsi Mesin Mesin coating merupakan satu paket mesin yang terdiri dari mesin pelumur bumbu, pelumur tepung, dan mesin ayakan. Mesin ini digunakan untuk proses pelumuran


(51)

kacang dengan bumbu dan tepung. Dengan menggunakan mesin ini terjadi penghematan waktu produksi.

Waktu Penciptaan Akhir tahun 2006 sampai awal tahun 2007.

Bentuk Inovasi Dari satu paket mesin coating, hanya mesin ayak yang

merupakan hasil modifikasi, sedangkan kedua mesin lainnya tidak dimodifikasi karena sudah cukup sempurna. Mesin ayak berasal dari mesin pengaduk yang sama dengan kedua mesin lainnya namun ditambah dengan ram ayakan.

Konsep Kerja Konsep mesin ini menyerupai mesin pengaduk semen.

Kacang dimasukkan kedalam mesin pelumur bumbu, selanjutnya kacang tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelumur tepung. Proses terakhir kacang dimasukkan ke dalam mesin ayak, sehingga didapatkan ukuran yang sama dan siap digoreng. Apabila masih terdapat kacang pra-goreng yang kurang sempurna, proses ini diulangi lagi sampai lima kali putaran sehingga didapatkan hasil yang sempurna.

Nilai Mesin Rp 10.000.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Tabel 7. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3

Nama Mesin Mesin penepung Disk Mill.

Bentuk Mesin Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena rahasia

terkait dengan hak paten.

Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini adalah untuk memproduksi serbuk

dan Jus Hangat Instan (JHI). Mesin penepung Disk Mill 100% dapat melewati saringan berukuran mesh 100* dan jauh lebih halus dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran.

Waktu Penciptaan Tahun 2010.

Bentuk Inovasi Mesin penepung Disk Mill berasal dari mesin penepung

yang dibeli, kemudian dimodifikasi ulang agar menghasilkan tepung yang lebih halus. Modifikasinya adalah mengganti ayakan yang terdapat pada mesin tersebut dengan ayakan yang lebih halus. Di sisi lain, sistem kerja mesin juga diubah, ketika tepung yang dihasilkan masih kasar tepung tersebut otomatis akan digiling ulang sampai didapatkan tepung yang lebih halus.

Konsep Kerja Konsep kerja mesin tidak dapat dipublikasikan karena rahasia terkait hak paten.

Nilai Mesin Rp 8.000.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

*)Saringan berukuran mesh 100 berarti dalam jarak 1 inchi saringan tersebut memiliki 100 lubang.


(52)

Tabel 8. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4

Nama Mesin Mesin pengupas kulit ari kedelai.

Bentuk Inovasi Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena mesin

ini sudah tidak terpakai.

Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini untuk mengupas kulit ari kedelai sampai terkelupas 100%. Namun mesin ini sudah tidak lagi digunakan setelah Bapak Eko Susilo menemukan bahwa kulit ari kedelai mengandung zat yang berguna bagi tubuh.

Waktu Penciptaan Tahun 2010.

Bentuk Inovasi Mesin pengupas kulit ari kedelai didapatkan dari

modifikasi mesin penggiling tahu, hanya berupa mengubah diameter piringan besi pada mesin penggiling tahu.

Konsep Kerja Konsep kerja dari mesin ini sama dengan konsep kerja

awal mesin penggiling tahu.

Nilai Mesin Rp 300.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Tabel 9. Mesin Hasil Inovasi Terobosan 5

Nama Mesin Mesin pembersih kotoran kedelai.

Bentuk Mesin

Gambar 6. Mesin Pembersih Kotoran Kedelai

Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk membersihkan kedelai

mentah yang akan digunakan untuk produksi tanpa menghilangkan zat-zat yang berguna di dalam kedelai.

Waktu Penciptaan Tahun 2011.

Bentuk Inovasi Mesin pembersih kotoran kedelai berasal dari

modifikasi mesin penggiling tahu, sama dengan mesin pengupas kulit ari kedelai. Piringan besi yang ada di dalam mesin penggiling tahu diganti dengan karpet. Ditambahkan juga blower untuk menghilangkan debu yang masih menempel di kedelai.

Konsep Kerja Mesin pembersih kotoran kedelai bekerja tanpa

menggunakan air sebagai pembersih kotoran. Konsep kerja dari mesin ini, kedelai dibersihkan dengan cara disikat oleh piringan karpet, kemudian kedelai tersebut ditiup oleh blower sehingga kotoran yang menempel pada kedelai dapat hilang seluruhnya.

Nilai Mesin Rp 1.300.000,-


(53)

4.6Manfaat Inovasi Teknologi Usaha “Sehati”

Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo membawa manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya:

Manfaat Inovasi Bagi Proses Produksi

Proses inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo menghasilkan output inovasi yang bermanfaat bagi proses produksi secara keseluruhan. Bapak Eko Susilo mengaku bahwa beliau tidak hanya mengubah alat, namun mengubah metode dengan alat-alat yang ada. Ketika metode produksi yang digunakan berkualitas baik, dengan tidak mengesampingkan peran karyawan, maka secara langsung akan menghasilkan produk yang berkualitas baik juga. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara, di mana Bapak Eko Susilo berpendapat bahwa inovasi pada metode produksi dapat meningkatkan kualitas dari produk. Hal ini tampak dari pernyataannya berikut:

“Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas A, tapi

metode yang digunakan kelas B, hasilnya bisa jadi kelas B atau C. Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas B, dan metode yang digunakan kelas B, maka hasilnya juga bisa jadi kelas B atau C. Kalau bahan baku kelas B, orang yang mengerjakan kelas B, tapi metodenya kelas A, maka hasilnya bisa kelas A atau B. Kalau bahan bakunya kelas B, orang yang mengerjakan kelas A,

dan metode yang digunakan juga A, maka hasilnya pasti A.”

Dari pernyataan di atas jelas bahwa metode produksi memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Terasa sia-sia apabila bahan baku yang digunakan berkualitas nomor satu, namun metode produksi yang digunakan hanya seadanya, maka tidak akan mungkin dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik. Hal ini terbukti nyata pada peningkatan kualitas produk usaha “Sehati” setelah penggunaan mesin-mesin berikut:


(54)

Tabel 10. Perbandingan Kualitas Produk Antara Sebelum dan Sesudah Penggunaan Mesin

Indikator Mesin

Penyelesai Masalah Sebelum Penggunaan Mesin Sesudah Penggunaan Mesin

Daya tahan

produk.

Mesin peniris minyak.

Kacang telur hanya bertahan kurang dari satu minggu.

Kacang telur mampu

bertahan sampai

enam bulan.

Warna hasil

penggorengan . Sensor otomatis pengatur panas minyak goreng.

Warna kacang telur

hasil penggorengan

tidak merata.

Warna kacang telur menjadi bagus dan merata.

Lama waktu produksi.

Mesin coating.

Pembuatan 15 kg

kacang telur secara

manual memakan

waktu delapan jam dengan tenaga kerja dua orang.

Pembuatan kacang

telur sebanyak 20 kg

hanya memakan

waktu satu jam

dengan operator

mesin satu orang. Kelembutan

hasil

penggilingan.

Mesin penepung Disk Mill.

Serbuk dan Jus

Hangat Instan (JHI) terasa masih sangat

kasar, sehingga

muncul ampas saat

diseduh dan

menimbulkan rasa

tidak enak di

tenggorokan.

Mampu dihasilkan

serbuk dan Jus

Hangat Instan (JHI) yang sangat lembut,

tidak menimbulkan

ampas saat diseduh.

Terkupasnya

kulit ari

kedelai mentah.

Mesin pengupas

kulit ari

kedelai.

Kulit ari yang

menempel pada

kedelai mentah tidak

dapat dikupas

seluruhnya sampai

bersih.

Kulit ari yang

menempel pada

kedelai mentah dapat

dikupas seluruhnya

sampai bersih. Kebersihan kedelai mentah. Mesin pembersih kotoran kedelai.

Kedelai mentah yang

dicuci dengan air

menyebabkan zat-zat

berguna di dalam

kedelai hilang,

sehingga rasa produk menjadi kurang enak.

Kedelai mentah

dibersihkan tanpa

media air, sehingga

zat-zat di dalam

kedelai masih terjaga

dan rasanya tetap

enak.

Manfaat Inovasi Bagi Karyawan Usaha “Sehati”

Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo berdampak bagi karyawan usaha “Sehati”. Beliau mewajibkan seluruh karyawan di bagian


(55)

produksi untuk menguasai sistem kerja seluruh mesin hasil inovasi. Beliau mempersilahkan karyawan merombak mesin-mesin hasil inovasinya jika dirasa mesin-mesin tersebut masih kurang efektif dan efisien. Bahkan terkesan beliau mempercayakan mesin-mesin tersebut kepada mereka. Hal ini dimaksudkan supaya karyawan dapat mengembangkan kreatifitas dan pengetahuan mereka sehingga berguna untuk masa depan karyawan sendiri. Bapak Slamet, salah seorang karyawan Bapak Eko Susilo berkata:

“Pak Eko sering meminta karyawan untuk menguasai semua bagian

produksi, termasuk saya. Saya sendiri biasanya cuma bekerja di bagian penggorengan sejak dulu pertama kali ikut Pak Eko, tapi sekarang saya juga harus menguasai bagian penepungan. Memang Pak Eko ingin supaya jika ada karyawan yang tidak masuk itu tidak mengganggu produksi, karena ada karyawan lain yang menggantikan. Tapi di balik itu saya tahu kalau Pak Eko juga ingin karyawan itu bertambah pintar dan berkembang. Dia malah menyuruh karyawan untuk bongkar-bongkar mesin kalau karyawan merasa bisa lebih baik. Contohnya mesin peniris minyak ini,Pak Eko dulu cuma membuat dalamnya saja, tapi penutup luarnya itu malah karyawan yang merancang dan membuatnya.

Dengan cara ini, diharapkan setelah karyawan tidak lagi bekerja di

usaha “Sehati” mereka dapat mandiri berkat skill yang diperoleh dari Bapak Eko Susilo. Beliau sendiri malah berharap bahwa karyawan-karyawannya tidak berlama-lama bekerja di tempat usahanya, namun segera mandiri dengan membuka usaha dengan modal keterampilan yang telah diperoleh dari beliau. Manfaat Inovasi Bagi Masyarakat Sekitar

Bagi Bapak Eko Susilo, inovasi yang telah dilakukannya dirasa tidak hanya bermanfaat bagi proses produksi usaha “Sehati”, namun juga bermanfaat bagi orang lain. Beliau ingin agar banyak orang terinspirasi dari hasil inovasinya sehingga mampu menjadi pengusaha sekaligus inovator. Beliau membebaskan semua orang; baik siswa sekolah, mahasiswa, pengusaha lain, maupun petugas dari dinas-dinas pemerintah untuk melihat sistem kerja


(56)

mesin-mesin hasil produksinya, kecuali untuk mesin-mesin penepung Disk Mill yang telah dipatenkan. Karena alasan ini, beliau telah membangun Rumah Wisata Kedelai yang berfungsi memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar inovasi dan seluk

beluk usaha “Sehati”. Berhubung beliau juga pernah menjadi ketua asosiasi pengusaha UKM Salatiga, sehingga beliau juga sering bertukar pendapat mengenai inovasi-inovasi beliau kepada sesama anggota asosiasi. Cukup banyak pengusaha lain yang bertanya mengenai masalah produksi usaha mereka yang kurang efektif dan efisien kepada Bapak Eko Susilo, dan beliau dengan senang hati memberikan solusi dengan membagikan hasil inovasinya. Bapak Eko Susilo berkata:

“Sebelum mesin penepung ini saya patenkan, waktu itu saya ikut pameran mesin produksi di Jogja. Kebetulan ada perusahaan broker teknologi dari Jerman yang lihat mesin penepung saya. Eh mereka tertarik terus langsung menanyai

saya begini „Pak, Bapak ingin kaya apa terkenal? Mesin ini kami beli saja hak patennya, nanti Bapak bisa jadi kaya dan

terkenal‟. Tapi saya jawab tidak, soalnya saya ingin kalau

mesin-mesin saya bisa bermanfaat buat orang lain juga. Kalau mesin ini sudah dibeli hak patennya kan pastinya saya sudah tidak bisa bongkar-bongkar lagi. Ya tetapi akhirnya mesin penepung ini saya patenkan sendiri karena ditakut-takuti teman saya. Kalau untuk mesin yang lain biarlah begitu saja tidak usah saya patenkan supaya bisa buat orang lain

belajar.”

Seharusnya beliau dapat mematenkan seluruh karya inovasinya dan mendapatkan keuntungan pribadi, namun beliau menolak. Hal ini cukup beresiko, tentunya orang lain dapat menjiplak dan mematenkan mesin-mesin tersebut terlebih dahulu. Namun beliau hanya berusaha ikhlas dalam membantu orang lain dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik baginya. Pernyataan beliau diperkuat oleh perkataan istrinya yaitu:


(57)

“Tadinya saya juga sama seperti orang lain, bertanya-tanya ke Pak Eko, kalau mesin-mesin ini ditiru orang lain bagaimana nantinya. Tapi saya mulai belajar dari Pak Eko, belajar untuk ikhlas dan longgar kepada orang lain. Yakin bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan bagi setiap orang. Lagipula, Tuhan selalu memberikan semua pada kita gratis, makanya Pak Eko dan saya juga belajar untuk memberikan ilmu yang dipunyai secara gratis”.

Dari penjelasan di atas, manfaat inovasi Bapak Eko Susilo bagi karyawan

usaha “Sehati” dan masyarakat sekitar di atas dapat dijabarkan dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 11. Manfaat Inovasi Bapak Eko Susilo Bagi Karyawan Usaha

“Sehati” dan Masyarakat Sekitar

Pihak yang Mendapat

Manfaat

Indikator Bentuk Manfaat

Karyawan

usaha “Sehati”. Penambahan dan kreativitas. skill

Skill dan kreativitas karyawan bertambah, berguna bagi masa depan mereka.

Siswa sekolah, mahasiswa, pengusaha lain,

dan petugas

dinas-dinas pemerintah.

Penambahan pengetahuan dan

dorongan untuk

berinovasi.

Adanya pengetahuan baru mengenai inovasi mesin produksi UKM, serta menambah semangat untuk menjadi pelaku inovasi juga.

Anggota asosiasi pengusaha UKM Salatiga dan pengusaha lain.

Penyelesaian masalah produksi.

Adanya tukar pikiran mengenai

inovasi. Sering kali mereka mendapat bantuan dari Bapak Eko Susilo dalam mengatasi masalah produksinya.

Dari penelitian ini didapatkan manfaat-manfaat inovasi seperti di atas. Beberapa temuan sesuai dengan Tiwari dan Buse (2007), bahwa bagi internal perusahaan inovasi memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas produk, memperkecil biaya, serta mempersingkat waktu produksi. Temuan ini juga memperkuat hasil temuan dari Soleh (2008) dan Putra (2011) yang menyimpulkan bahwa inovasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. Inovasi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Inovasi


(1)

Supardi, Endang, 2004, Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif dan Inovatif, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.

Tiwari,R dan Buse.S, 2007, Barriers to Innovation in SMEs: Can the Internationalization of R&D Mitigate Their Effect?, Kertas Kerja, Sevilla, Spanyol.

Triwitono, 2011, Alat Pencetak Rengginang yang Ditunggu-tunggu. http://www.mesinkerupuk.com/. 14 April 2013.

White, Margareth.A dan Garry.D.Brutton, 2007, The Management of Technology and Innovation: A Strategic Approach, Thomson South-Western, Amerika Serikat.

Wijayanti dan Intan Puspitasari, 2005, Inovasi Pada Usaha Kecil dan Menengah di DIY: Tipe, Sumber Informasi, dan Akses Teknologi, Universitas Muhamadiyah Purworejo.

Winardi, J, 2003, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Zimmerer, Thomas.W dan Norman.M.Scarborough, 2008, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan

A. Bapak Eko Susilo

1. Pertanyaan Umum

a. Bagaimanakah riwayat kehidupan Bapak secara singkat? b. Bagaimanakah riwayat usaha “Sehati” secara singkat?

c. Inovasi apa yang sudah dibuat oleh Bapak sebagai pemilik usaha “Sehati”?

2. Pendekatan Person

a. Apakah Bapak merasa sebagai orang yang kreatif?

b. Dari manakah Bapak mendapat ide-ide atau pemikiran kreatif untuk inovasi-inovasi yang Bapak lakukan?

c. Apakah Bapak memiliki background pendidikan atau pekerjaan sebelumnya yang mendukung inovasi Bapak?

3. Pendekatan Press

a. Motivasi apakah yang mendorong Bapak untuk melakukan inovasi?

4. Pendekatan Process

a. Bagaimanakah proses yang dilakukan Bapak dalam berinovasi? b. Halangan apa yang muncul selama proses inovasi Bapak? c. Berapa lama yang dibutuhkan Bapak untuk mendapatkan ide

inovasi?

d. Berapa kali Bapak mengalami trial and error dalam berinovasi? e. Bagaimanakah Bapak menyikapi tentang trial and error yang

dialami selama proses inovasi?

f. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk keseluruhan proses inovasi?

5. Pendekatan Product

a. Apa sajakah hasil inovasi yang telah Bapak ciptakan? b. Bagaimanakah konsep kerja dari hasil inovasi Bapak?


(3)

c. Apakah keunggulan dari hasil inovasi yang telah Bapak ciptakan?

d. Kapan masing-masing hasil inovasi selesai diciptakan secara lebih tepatnya?

e. Selain menghasilkan inovasi yang sudah ada sekarang, apakah Bapak masih memiliki pemikiran kreatif untuk inovasi selanjutnya?

f. Apakah hasil inovasi Bapak telah dipatenkan?

g. Bagaimanakah tanggapan Bapak terhadap hak paten? 6. Manfaat inovasi

a. Manfaat apakah yang diperoleh Bapak dari adanya inovasi yang telah Bapak lakukan?

b. Bagaimanakah hasil inovasi mempengaruhi input, proses, dan output dari produksi usaha “Sehati”?

c. Bagaimanakah inovasi yang Bapak lakukan dapat berpengaruh terhadap kemajuan usaha “Sehati”?

d. Bagaimanakah pengaruh dari inovasi yang Bapak lakukan bagi pihak eksternal usaha “Sehati”?

B. Istri Bapak Eko Susilo

1. Bagaimanakah awal mula Bapak Eko Susilo terdorong untuk melakukan inovasi usaha?

2. Apakah yang menjadi sumber inovasi dari Bapak Eko Susilo?

3. Bagaimanakah peran Ibu sebagai istri saat mengetahui kreativitas Bapak Eko Susilo dalam melakukan inovasi?

4. Bagaimanakah peran Ibu dalam hal teknis inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo?

5. Menurut Ibu, bagaimanakah sikap hidup Bapak Eko Susilo di lingkungan keluarga?

6. Menurut Ibu, bagaimanakah dampak inovasi Bapak Eko Susilo bagi usaha “Sehati”?

7. Menurut Ibu, bagaimanakah dampak inovasi Bapak Eko Susilo bagi pihak eksternal usaha “Sehati”?


(4)

C. Bapak Slamet (Karyawan Bapak Eko Susilo)

1. Bagaimanakah pendapat Bapak mengenai inovasi usaha yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo?

2. Apa sajakah hasil inovasi Bapak Eko Susilo yang Bapak ketahui? 3. Bagaimanakah pendapat Bapak mengenai sifat-sifat kreatif Bapak Eko

Susilo?

4. Apakah Bapak dan karyawan lainnya terlibat dalam inovasi yang dilakukan Bapak Eko Susilo? Sejauh mana keterlibatan tersebut? 5. Bagi Bapak sendiri, manfaat apakah yang Bapak peroleh dari inovasi


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Andree Narwoto

NIM : 212009013

Fakultas : Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Program Studi : Manajemen

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat & Tanggal Lahir : Temanggung, 19 Juni 1991

Agama : Kristen

Alamat :Perumahan Kotabaru gang II/138 Blotongan, Salatiga.

Status Perkawinan : Belum kawin.

Alamat Email : andree.narwoto@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997 – 2003 : SD Kanisius Sanjaya Sukorejo, Kendal

2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Sukorejo, Kendal

2006 – 2009 : SMA Kolese De Britto Yogyakarta


(6)

RIWAYAT ORGANISASI (2010 – 2011)

1. Fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) dengan jabatan Manajer HRD.

2. Panitia Kegiatan Seminar Nasional KSM “Great Men Have Great Minds” dengan jabatan Sekretaris.

3. Satuan Tugas Wisata Industri (WI) Kelompok Studi Manajemen “Yes WI Get” 4. Panitia pengenalan manajemen oleh KSM “Green Generation of Management”

(G2M), sebagai Sie.P3K.

5. Satuan Tugas kuliah umum “How To Build Our Bargaining Power On Internasional Joint Venture Context”.

(2011– 2012)

1. Fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) dengan jabatan Ketua (CEO). 2. Panitia Kompetisi Kewirausahaan Kelompok Studi Management (KSM) “Innovation Day Challenges 2012”, sebagai Sie.Publikasi, Dokumentasi, dan Perijinan.

3. Anggota Korps Asisten Dosen FEB UKSW dalam untuk semester ganjil dan genap.