KOMBINASI METODE GRAFTING DAN PENGGUNAAN NEUTRALIZED PHOSPHOROUS SALT (NPS) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill).

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015

KOMBINASI METODE GRAFTING DAN PENGGUNAAN
NEUTRALIZED PHOSPHOROUS SALT (NPS) UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN
TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill)
I Putu Sudiarta, Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, dan Ketut Ayu Yuliadhi
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Telpe/Fax: (0361) 702801, 703602 E-mail: putu.ueda@yahoo.com
Abstrak

Penyakit utama tanaman tomat diantaranya adalah busuk daun (Phytophthora infestans), layu bakteri
(Ralstonia solanacearum), dan layu fusarium (Fusarium oxysporum). Penyakit-penyakit tersebut dapat
menimbulkan kerusakan parah serta mengakibatkan gagal panel. Petani dalam mengendalikan penyakit
tersebut masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetis. Metode yang mungkin dilakukan untuk
mengurangi penggunaan pestisida sintetis tersebut adalah pengendalian alternatif yang lebih ramah
terhadap lingkungan. Hasil penelitian AVRDC di Taiwan menunjukan bahwa pemanfaatan grafting
mampu mengendalikan penyakit tular tanah seperti layu bakteri (R. solanacearum), dan layu fusarium
(F. oxysporum) sedangkan Neutralized Phosphorous Salt (NPS) efektif mengatasi penyakit tular udara
seperti P. infestans. Penelitian kombinasi metode grafting dan penggunaan neutralized phosphorous salt
(nps) untuk mengendalikan penyakit utama pada tanaman tomat (Lycopersicum Esculentum Mill)

dilakukan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng dengan ketinggian tempal 1200
m dpl. Penelitian tersebut diawali dengan pembibitan dan persiapan penyambungan pada tangal 25 April
2015 dilanjutkan dengan penyambungan pada tanggal 30 Mei 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa
NPS mampu menekan pertumbhan jamur Phytophthora infestans, hal ini ditunjukan oleh data intensita s
serangan P. infestans berbeda nyata antara perlakuan kombinasi NPS dan grafting dengan tanpa
grafting dan tanpa NPS, berturut-turut 36 % dan 59 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanaman
grafting memerlukan adaptasi sehingga pertumbuhannya lambat dibandingkan tanpa grafting.
Kata kunci: penyambungan, neutralized phosphorous salt (NPS), phytophthora infestans, intensitas
penyakit, penyakit layu
Abstract

Late blight (Phytophthora infestans), bacteria wilt disease (Ralstonia solanacearum), fusarium wilt
disease (Fusarium oxysporum) were reported as a key diseases of tomato. To control those diseases the
farmer usually utilized the chemical synthetic pesticide. To reduce the negative impact of chemical
synthetic pesticide, the environmental friendly method is needed. AVRDC-Taiwan was reported grafting
can reduce the bacteria wilt disease (Ralstonia solanacearum) and fusarium wilt disease (Fusarium
oxysporum). On the other hand neutralized phosphorous salt NPS can protect the tomato from late blight
(Phytophthora infestans) infection. Base on those results the combination research of grafting and NPS to
control key diseases on tomato was conducted. The experiment was conducted in Pancasari village
(Buleleng Regence) (1200 m asl), started at April 25 th 2015. The result show diseases severity of late

blight was significant different between combination treatment of NPS and grafting with combination
treatment without NPS and grafting 36 % and 59 %, respectively. In addition showed the plant with
grafting need a lot of water therefore need time to adaptation.
Keyword: grafting, neutralized phosphorous salt (NPS), phytophthora infestans, disease severity, wilt
disease

2

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman Tomat merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi tetapi produktivitas
tanaman tomat sering mengalami penurunan karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
serangan organisme penggangu tanaman (OPT) yaitu hama, penyakit dan gulma. Penyakit yang sering
terjangkit pada tanaman tomat diantaranya busuk daun (Phytophthora infestans), layu bakteri (Ralstonia
solanacearum), dan layu fusarium (Fusarium oxysporum)( Bustaman, 1997; Purwanti, 2002; Lengkong,
2008).
Dalam mengendalikan hama dan penyakit, petani masih menggunakan pestisida sintetis yang berdampak
negative bagi manusia, hewan peliharaan, tanaman dan lingkungan. Sehingga diperlukan pengendalian
alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Salah satu pengendalian alternatif ramah lingkungan yang bisa mengatasi penyakit tular udara adalah

menggunakan Neutralized Phosphorous Salt (NPS). NPS digolongkan sebagai pestisida ramah
lingkungan oleh US Environmental Protection Agency yang berbahan aktif garam Phosphorous acid dan
potassium hydroxid (Wang, et al., 2012).
Untuk mengatasi penyakit tular tanah teknologi grafting/penyambungan merupakan teknologi baru yang
ramah lingkungan. Penyambungan dilakukan antara tomat sebagai batang atas dengan batang bawah (root
stock) yang tahan terhadap penyakit layu seperti terong EG 203 dari AVRDC (Asian Vegetable Research
Development Center) (Balck et al., 2003). Kedua pengendalian tersebut tidak efektif apabila digunakan
satu persatu atau tanpa kombinasi. Penggunaan NPS lebih efektif dalam pengendalian penyakit tularudara dan kurang efektif bagi penyakit tular-tanah. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, perlu
dilakukan kombinasi dari penggunaan bibit tomat sambungan dan penggunaan NPS untuk mengendalikan
penyakit utama tanaman tomat, sehingga penyakit akibat tular tanah dan udara dapat secara tuntas diatasi.
Tim peneliti yang terlibat adalah peneliti yang sudah berpengalaman di bidang teknologi tepat guna
tersebut. I Putu Sudiarta, SP., M.Si, Ph.D dan G. N. Alit Susanta Wirya, SP., M.Si, Ph.D adalah tim
peneliti AVRDC yang banyak bekerja tentang teknologi tepat guna bagi petani termasuk
penyambungan/grafting tanaman tomat serta pemanfaatan NPS untuk mengatasi penyakit utama tanaman
tomat.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui efektivitas kombinasi teknologi penyambungan/grafting bibit tomat, dan penggunaan
Neutralized Phosphorous Salt (NPS) dalam mengendalikan penyakit penting pada tanaman tomat.

2. BAHAN DNA METODE

2.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), untuk mendapatkan
nilai rata-rata variabel yang diamati maka dibagi menjadi 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 petak,
setiap petak terdiri dari 20 tanaman dengan jarak tanam 60 cm X 40 cm (Gambar 1).
Dalam penelitian ini terdapat 4 perlakuan dan 1 kontrol/cara petani yaitu mengendalikan penyakit dengan
pestisida sintetis. Selanjutnya kombinasi adalah sebagai berikut:
A1 : Bibit Tomat Sambungan + NPS (aplikasi NPS 1 minggu sekali)
A2 : Bibit Tomat tanpa sambungan+ NPS
A3 : Bibit Tomat Sambungan + tanpa NPS
A4 : Bibit Tomat tanpa sambungan + tanpa NPS
A5 : Kontrol/cara petani (Bibit Tomat tanpa sambungan + pestisida sintetis yang biasa digunakan petanai, dengan
aplikasi 3 hari sekali)

3

Ulangan I

Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Ulangan V


A1

A2

A4

A3

Kontrol

Kontrol
A3
A2
A5

A3
A4
A1
Kontrol


A1
Kontrol
A5
A2

A5
A2
Kontrol
A1

A4
A1
A3
A4

Gambar 1. Denah Penelitian
Jumlah keseluruhan petak dalam penelitian ini adalah 25 petak. Tinggi bedengan 20 cm dengan jarak
antar bedengan adalah 50 cm.
2.2 Pelaksanaan Penelitian

2.2.1 Pemilihan Lahan
Untuk mengatasi kendala air hujan yang berlimpah atau musim kemarau, pemilihan lokasi penanaman
sebaiknya dilakukan sesuai musim. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki drainase yang
baik, kesuburan yang seragam dan datar. Penelitian dilakukan di setra tanaman sayuran kawasan Bedugul.
2.2.2 Penyambungan

Penyiapan bibit batang atas dan batang bawah
Pembenihan batang atas atau tanaman tomat berproduksi tinggi dilakukan 10 hari sebelum pembenihan
batang bawah (terung), hal ini dilakukan karena tanaman tomat tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman
terung. Setelah tanaman siap disambung yaitu tanaman keluar daun kedua atau ketiga. Biasanya rentang
waktu yang dibutuhkan dari awal bembenihan sampai siap menjadi bibit untuk disambung adalah 1-1.5
bulan.
Proses penyambungan
Setelah tanaman siap disambung maka dilakukan proses penyambungan yang sangat sederhana. Tanaman
tomat dan terung dipotong miring diatas daun kotiledon. Setelah itu baru dilakukan penyambungan, untuk
melakukan penyambungan maka batang atas dan batang bawah dihubungkan dengan pentil karet. Pentil
karet ini berfungsi selain menghubungkan batang atas dan bawah juga memegang tanaman agar tidak
goyang dan lepas. Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyambungan adalah posisi miring tang
terpotong jangan sampai terbalik. Kemudian saat penyambungan jangan terlalu lama apalagi terkena sinar
matahari langsung yang akan mengakibatkan batang atas akan layu dan penyambungan gagal. Setelah

melakukan penyambungan maka tanaman tomat segera dipindahkan pada ruang penangkaran yang terjaga
kelembabannya. Berikut sekilas tentang proses penyambungan yang telah kami lakukan sebagai pelatihan
pendahuluan yang dilatih langsung dari AVRDC.
2.3. Perlakuan Neutralized Phosphorous Salt (NPS)
Perlakuan yang menggunakan Neutralized Phosphorous Salt (NPS), yang berbahan aktif Phosphourus
acid (H3PO3 95%) dan potassium hydroxid (KOH 95%) dengan perbandingan rasio 1:1, Penyemprotan
dengan NPS dilakukan setiap minggu, setelah 1 minggu penanaman, dosis yang digunakan adalah 1
gr/liter air Phosphourus acid dan 1 gr/liter air potassium hydroxid.

4

2.4. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian tersebut adalah presentase penyakit, intensitas penyakit, dan
hasil produksi. Persentase penyakit adalah tinggi rendahnya serangan penyakit pada suatu populasi. Ada
beberapa parameter skor yang digunakan untuk mengetahui persentase penyakit.
1. Intensitas penyakit
Intensitas penyakit merupakan proporsi luas permukaan inang yang terinfeksi terhadap total luas
permukaan inang yang diamati. Pengamatan terhadap keparahan penyakit dilakukan secara visual
(Rizkyarti, 2010 dalam Darmayasa, 2012).
Rumus :

Intensitas penyakit =

1

Keterangan :
n
: Jumlah tanaman yang terserang dalam kategori skor (v)
v
: Skor pada setiap kategori serangan
N
: Jumlah seluruh tanaman yang diamati
V
: Skor untuk serangan terberat
Skor yang dipakai untuk menghitung persentase serangan penyakit busuk daun pada tanaman tomat
adalah sebagai berikut (AVRDC):









0 = tidak ada terkena serangan
1 = 1-5% luas daun yang terinfeksi, sedikit bercak pada daun, dan tidak ada batang yang
bercak.
2 = 6-15% luas daun yang terinfeksi, terjadi nekrosis pada daun dengan adanya bercak,
dan tidak ada batang yang bercak.
3 = 16-30% luas daun yang terinfeksi, terdapat bercak pada tangkai daun, dan batang
sedikit mengandung air.
4 = 31-60% luas daun yang terinfeksi, adanya bercak di seluruh tepi daun, terlihat batang
mengecil akibat adanya bercak.
5 = 61-90% luas daun yang terinfeksi, bercak daun yang mengering, dan seluruh sisi
batang tanaman terdapat bercak.
6 = 91-100% luas daun yang terinfeksi, seluruh daun terkena penyakit, kerusakan batang
yang tinggi, dan tanaman mati.

2. Hasil panen total dan marketable yield buah tomat
Variabel pengamatan yang dipakai selanjutnya adalah menghitung hasil rata-rata panen buah tomat dari
setiap tanaman sampel pada setiap perlakuan. Sehingga akan diperoleh data hasil panen total serta hasil

yang bisa sijual (marketable yield) disetiap perlakuan.
2.5 Analisis Data
Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan software Cropstat. Apabila terdapat
perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test pada level 0,05.

3. HASIL
3.1 Intensitas penyakit hawar daun

3

Keparahan penyakit atau intensitas penyakit dapat dihitung berdasarkan gejala penyakit yang telah
disekor atau dikelompokan berdasarkan gejala keparahan penyakit yang telah ditentukan pada metode
penelitian. Dari data yang diperoleh maka dapat mengindikasikan kombinasi penggunaan grafting dan
NPS dapat menekan penyakit hawar daun. Intensitas penyakit hawar daun pada perlakuan kombinasi
grafting dan NPS adalah 36 %, sedangkan pada perlakuan tanpa grafting dan tanpa NPS memiliki
intensitas penyakit sebesar 50 % (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap intensitas/keparahan pengakit P. infestans
No
1
2
3
4
5

Perlakuan
G1P1
G0P1
G1P0
Kontrol
G0P0

Intensitas penyakit (%)
36a
37b
40b
50b
59b

3.2 Hasil panen pertanaman
Serangan penyakit hawar daun dapat menurunkan produksi tanaman tomat. Hasil penelitian menunjukan
penggunaan grafting memerlukan air yang banyak sehingga pertumbuhannya lambat dan berpengaruh
terhadap produksi. Data penelitian menunjukan bahwa produksi tanaman tomat dengan grafting memiliki
produksi yang lebih rendah (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap totap panen pertanaman
No
1
2
3
4
BNT

Perlakuan
G0P1
G0P0
G1P1
G1P0

Total panen per tanaman (gr)
1169,49 a
576,24 b
340,59 c
186,19 d
151.83

4. PEMBAHASAN
Intensitas penyakit yang rendah pada perlakuan NPS mengindikasikan bahwa NPS memiliki daya hambat
terhadap P. infestans. Hal tersebut disebabkan oleh NPS yang memiliki bahan aktif Phosporous acid dan
Potassium hydroxide yang mampu merusak dinding sel, mengganggu pembelahan sel, mempengaruhi
permeabilitas membran sel dan menghambat kerja enzim yang mambantu proses metabolisme jamur
(Lim, 2012). Penelitian Fenn dan Coffey (1983) melaporkan Phosphorous acid (asam fosfit) dan
potassium hydroxide dapat menekan perkembangan jamur Phytophthora infestans hingga 90%. Jamur P.
infestans menghasilkan polygalacturonase (PG) untuk mendegradasi dinding tanaman sehingga P.
infestans bisa menginfeksi tanaman, sedangkan tanaman yang diperlakukan dengan NPS akan
membentuk polygalacturonase inhibitor (PGIP) untuk mehalagi kerja dari PG yang dihasilkan oleh P.
infestans (Gambar 2) (Lim, 2012).

6

Gambar 2. Proses kerja pengaruh NPS terhadap tanaman (Lim, 2012).
Penyambungan dengan menggunakan batang bawah terung merupakan teknologi untuk menanggulagi
penyakit tular tanah. Terung EG 203 merupakan galur terong yang direkomendasi oleh Asian Vegetable
Research and Development Center (AVRDC), karena tahan terhadap serangan patogen tular tanah.
Penggunaan bibit tomat sambung tidak hanya tahan terhadap serangan patogen, tetapi apabila terjadi
banjir atau kelebihan air dalam tanah batang bawah terong masih dapat bertahan. Batang terong akan
bertahan dalam waktu yang lama apabila terendam oleh air, sehingga tanaman tomat masih dapat
berproduksi (Balck et al., 2003).
5. KSIMPULAN
Kombinasi penyambungan/grafting dan NPS mampu mengendalikan penyakit tanaman tomat terutama
hawar daun (Phytophthora infestans).
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana melalui LPPM yang telah mendanai penelitian
ini pada skim Hibah Unggulan Program Studi.

DAFTAR PUSTAKA
Black, L.L, D.L. Wu, J.F. Wang, T. Kalbb, T.Abbass, and J.H. Chen. (2003) Grafting Tomatoes for
Production in the Host-Wet Season. Asian Vegetable Research and Development Center (AVRDC).
Pub# 03-551, May
Bustaman, M. (1997) Laporan Survei Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat Di daerah Malang
dan Sekitarnya. Lembaga Penelitian Hortikultura Segunung.
Fenn M.E, Coffey M.D. (1983) Studies on the In Vitro and In Vivo Antifungal Activity of Fosetyl-Al
and
Phos
phorous
Acid.
Dalam
http://www.apsnet.org/publications/phytopathology/backissues/Documents/1984Articles/Phyto74n05_
606.PDF. Dapertemen Pathology Tanaman, Universitas California.

3

Lim, S. (2002) Analysis of Changes in the Potato Leaf Proteome Triggered by Phosphite Reveals
Functions Associated with Induced Resistance Against Phytophthora infestans. Unpublished PhD
thesis. Dalhousie University Halifax, Nova Scotia. 177p.
Lengkong, E. F. (2008) Penyakit hawar daun (late blight) : permasalahan, identifikasi dan seleksi
tanaman tahan penyakit. Jurnal FORMAS vol 2, Desember 2008 : hal 67-73.
Purwanti, H. (2002) Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Bary) pada Kentang dan
Tomat: Identifikasi Permasalahan di Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. Dikutip dari Buletin AgroBio 5(2):67-72.
Wang, J-F dan Lin, C-H. (2011) Phosphorous acid salt : A promising chemical to control tomato bacterial
wilt. Dalam artikel CGIAR SP-IPM, terbitan 13 Agustus 2011.