Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010.

(1)

SKRIPSI

KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN PEMAKAI AIR DANAU TOBA DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI DESA TANJUNG BUNGA

KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010

OLEH : 081000246

EKA WIDYA RITA PANJAITAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi Dengan Judu l :

KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN PEMAKAI AIR DANAU TOBA DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI DESA TANJUNG BUNGA

KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 081000246

EKA WIDYA RITA PANJAITAN

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 30 September 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 196803201993032001 NIP. 197002191998022001 dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes

Peguji II Penguji III

Ir. Indra Chahaya, MSi

NIP. 196811011993032005 NIP. 196501091994032002

Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

Medan, 30 September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(3)

ABSTRAK

Danau Toba sangat memberi konstribusi yang besar bagi masyarakat sekitar, dimana air Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan air bersih. Belakangan ini telah terjadi pencemaran air Danau Toba oleh limbah yang berasal dari limbah masyarakat dan sisa buangan dari keramba jaring apung

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif, yang dilaksanakan di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, dengan jumlah populasi 342 KK dengan jumlah sampel 80 KK dan diambil secara random sampling dan objek penelitian adalah air Danau Toba disekitar keramba jaring apung. Dengan metode pengumpulan data secara primer yaitu hasil pemeriksaan kualitas air dan hasil kuesioner dan secara sekunder dari instansi terkait.

Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kualitas fisik air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung masih memenuhi syarat. Kualitas kimia dimana DO mengalami penurunan yaitu 6 mg/l dan BOD jauh melebihi ambang batas yang ditentukan yaitu 3 mg/l, dan bakteriologis air Danau Toba telah mengalami penurunan kualitas yang tidak memenuhi syarat yaitu 0 jlh/100ml. Jumlah responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 83,8%. Keluhan kesehatan yang dirasakan responden adalah kulit gatal dan merah-merah sebanyak 43,8 % dan mata merah dan gatal sebanyak 81,3 % dan diare sebanyak 5 %.

Adapun saran dari penelitian ini adalah supaya masyarakat tetap manjaga kebersihan air Danau Toba. Dan kepada instansi terkait agar lebih banyak memberi arahan dan penyuluhan tentang air bersih.


(4)

ABSTRACT

Danau Toba makes a big contribution to the public, it’s water is used for waters and pure water. It’d happened water pollution in Danau Toba, recently, it is by communities waste cesspool, and disposal of cesspool of floating net.

The goal of research is for knowing the quality of water and for knowing complaint of consumer of Danau Toba around it at Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. This research is descriptive survey, it is done at Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, consist of population : 342 of head of household and it’s taken as random sample and the object of this research is the water of Danau Toba around floating net. With the primary method of data collection that is the result of water quality and outcome questionnaire and the secondary from relevant agencies.

The result of research shows that the physical quality of Danau Toba water around floating net is still eligible. Chemical quality in which the DO has decreased which is 6 mg/l and BOD far exceeds the specified threshold of 3 mg/l, and bacteriological water of Danau Toba has been decreasing quality that does not meet the requirements of 0 jlh/100ml. There are 83,8% the amount of respondent who had experienced in health complaint, there are 43,8% itch and irritation on skin 81,3% eyes were red and itch were, too. It is 5% diarrhea.

The suggestion of this research is for people overthere to keep cleanliness the water of Danau Toba. For interrelated instance, give people more briefing and information about pure water.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku dosen pembimbing I serta Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan, dukungan dalam penyusunan skripsi ini dan menjadi sumber inspirasi penulis.

4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes., selaku dosen pembimbing akademik.

5. Seluruh dosen dan pegawai terutama di Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberi masukan dan berkat ilmu pengetahuan selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(6)

6. Bapak Syamsudin Nadeak, selaku Kepala Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

7. Teman-teman akademi angkatan 2008, khususnya di peminatan kesehatan lingkungan, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan rahmatNya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstrac ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Defenisi Air Bersih... 7

2.2. Manfaat Air Bagi kehidupan... 7

2.3. Sumber-sumber Air ... 8

2.2.1. Air Laut ... 8

2.2.2. Air tanah ... 9

2.2.3. Air Atmosfir, Air Meteoroligik ... 9

2.2.4. Air Permukaan ... 10

2.4. Karakteristik Danau Toba ... 11

2.4.1. Kualitas air Danau Toba ... 12

2.4.2. Sumber Pencemaran Danau Toba ... 14

2.5. Syarat Kualitas Air ... 16

2.5.1. Kualitas Secara Fisik ... 16

2.5.2. Kualitas Secara kimia ... 18

2.5.3. Kualitas Bakteriologis ... 22

2.6. Bahan Pencemar Di Dalam Air ... 22

2.6.1. Bahan Buangan Padat ... 22

2.6.2. Bahan Buangan Organik ... 23

2.6.3. Bahan Buangan Anorganik ... 24

2.6.4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan ... 24

2.6.5. Bahan Buangan Cairan Minyak ... 24

2.6.6. Bahan Buangan Zat Kimia ... 25

2.7. Air dan Kesehatan ... 25

2.7.1. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Air ... 25

2.7.2. Bahaya Oleh Zat Kimia Yang Ada Dalam Air ... 28

2.8. Cara Pemeriksaan Kualitas Air ... 30


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi Dan Sampel... 32

3.3.1. Populasi... 32

3.3.2. Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1. Data Primer ... 33

3.4.2. Data Sekunder ... 34

3.5. Defenisi Operasional ... 34

3.6. Aspek Pengukuran ... 36

3.6.1. Aspek Pengukuran Kualitas Air ... 36

3.6.2. Aspek Pegukuran Keluhan Kesehatan Pemakai Air ... 37

3.7. Pengolahan Dan Analisa Data ... 37

3.7.1. Pengolahan Data ... 37

3.7.2. Analisa Data ... 38

3.8. Teknik Pengambilan Sampel Air Danau ... 39

3.9. Teknik Pemeriksaan Sampel ... 40

3.9.1. Pemeriksaan Di Lapangan ... 40

3.9.2.Pemeriksaan Di Laboratorium ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 46

4.1.1. Kecamatan Pangururan ... 46

4.1.2. Desa Tanjung Bunga ... 46

4.2. Hasil Penelitian ... 47

4.2.1. Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 47

4.2.2. Karakteristik Responden Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 48

4.2.3. Karakteristik Penggunaan Air ... 51

4.2.4. Karakteristik Kesehatan ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1. Kualitas Air Danau Toba ... 58

5.2. Karakteristik Responden Di Desa Tanjung Bunga ... 63

5.3. Penggunaan Air ... 64

5.4. Keluhan Kesehatan ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 70


(9)

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Air Danau Toba

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ………. 47

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ………... 48 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ………. 49

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ………. 49

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ……….………….. 50 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ……… 50

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Air Danau Toba Sebagai Air Minum Dan Air Bersih

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 …..……….……… 51 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Merasakan Keluhan Kesehatan

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ……… 53

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kelihan Kesehatan Kulit Gatal Dan Merah-Merah, Diare, Mata Merah Dan Gatal dan Lainnya Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 …..……….……… 53 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Mulai Merasakan Keluhan

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan


(10)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Merasakan Keluhan Kesehatan

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 …..……….……… 55 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan berobat

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 ……… 55

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan

Tahun 2010 …..……….……… 56 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Terakhir Berobat

Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010.

Lampiran 2. Matriks Data Umum Responden. Lampiran 3. Matriks Data Penggunaan Air Lampiran 4. Matriks Data Keluhan Kesehatan

Lampiran 5. Laporan Hasil Uji Laboratorium Tentang Kualitas Air Danau Toba Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian.

Lampiran 8. Permenkes No 416 Tahun 1990 Lampiran 9. PP No 82 Tahun 2001


(12)

ABSTRAK

Danau Toba sangat memberi konstribusi yang besar bagi masyarakat sekitar, dimana air Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan air bersih. Belakangan ini telah terjadi pencemaran air Danau Toba oleh limbah yang berasal dari limbah masyarakat dan sisa buangan dari keramba jaring apung

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif, yang dilaksanakan di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, dengan jumlah populasi 342 KK dengan jumlah sampel 80 KK dan diambil secara random sampling dan objek penelitian adalah air Danau Toba disekitar keramba jaring apung. Dengan metode pengumpulan data secara primer yaitu hasil pemeriksaan kualitas air dan hasil kuesioner dan secara sekunder dari instansi terkait.

Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kualitas fisik air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung masih memenuhi syarat. Kualitas kimia dimana DO mengalami penurunan yaitu 6 mg/l dan BOD jauh melebihi ambang batas yang ditentukan yaitu 3 mg/l, dan bakteriologis air Danau Toba telah mengalami penurunan kualitas yang tidak memenuhi syarat yaitu 0 jlh/100ml. Jumlah responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 83,8%. Keluhan kesehatan yang dirasakan responden adalah kulit gatal dan merah-merah sebanyak 43,8 % dan mata merah dan gatal sebanyak 81,3 % dan diare sebanyak 5 %.

Adapun saran dari penelitian ini adalah supaya masyarakat tetap manjaga kebersihan air Danau Toba. Dan kepada instansi terkait agar lebih banyak memberi arahan dan penyuluhan tentang air bersih.


(13)

ABSTRACT

Danau Toba makes a big contribution to the public, it’s water is used for waters and pure water. It’d happened water pollution in Danau Toba, recently, it is by communities waste cesspool, and disposal of cesspool of floating net.

The goal of research is for knowing the quality of water and for knowing complaint of consumer of Danau Toba around it at Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. This research is descriptive survey, it is done at Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, consist of population : 342 of head of household and it’s taken as random sample and the object of this research is the water of Danau Toba around floating net. With the primary method of data collection that is the result of water quality and outcome questionnaire and the secondary from relevant agencies.

The result of research shows that the physical quality of Danau Toba water around floating net is still eligible. Chemical quality in which the DO has decreased which is 6 mg/l and BOD far exceeds the specified threshold of 3 mg/l, and bacteriological water of Danau Toba has been decreasing quality that does not meet the requirements of 0 jlh/100ml. There are 83,8% the amount of respondent who had experienced in health complaint, there are 43,8% itch and irritation on skin 81,3% eyes were red and itch were, too. It is 5% diarrhea.

The suggestion of this research is for people overthere to keep cleanliness the water of Danau Toba. For interrelated instance, give people more briefing and information about pure water.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, keperluan pertanian dan lain sebagainya (Warlina, 2004).

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapat air yang baik sesuai standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumber daya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat (Wardhana, 2004).

Masalah air ini juga berkaitan erat dengan barbagai penyakit, baik penyakit menular yaitu penyakit yang disebabkan mikroorganisme seperti diare, kolera, disentri, tifus, hepatitis A, malaria, filariasis dan lain-lain (Soemarwoto, 1998).

Di samping hal tersebut di atas, resiko kesehatan juga dapat diakibatkan oleh polusi senyawa kimia yang tidak menimbulkan gejala yang segera (akut), tetapi dapat


(15)

berpengaruh terhadap kesehatan akibat pemaparan yang terus menerus pada dosis rendah, serta seringkali tidak spesifik dan sulit untuk dideteksi (Said, 2000).

Bagi penduduk yang berada di sekitar daerah danau, kebutuhan akan air bersih ini diperoleh dari air danau. Berdasarkan segi kualiatas, kuantitas dan kontinuitas air danau ini sangat cukup untuk kebutuhan penduduk. Air Danau Toba merupakan sumber air minum bagi sebahagian besar masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Delapan puluh dua persen (82%) masyarakat di pinggir Danau Toba menggunakan air danau sebagai sumber air minum, mandi dan mencuci bahkan sebagian besar masyarakat disekitar danau masih memanfaatkan perairan danau sebagai tempat pembuangan limbah (Sitanggang, 2009).

Danau Toba merupakan sumberdaya air yang mempunyai nilai sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi Danau Toba sebagai habitat berbagai organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitar, sebagai tempat penangkapan ikan dan budidaya ikan dalam keramba jaring apung, kegiatan transportasi air, dan menunjang berbagai jenis industri (Fitra, 2008).

Semakin banyak jumlah keramba jaring apung yang beroperasi di perairan Danau Toba maka semakin banyak pula jumlah pakan yang ditabur ke perairan Danau Toba yang salah satu sumber pencemaran di perairan Danau Toba. Pencemaran air Danau Toba mulai dirasakan ketika keberadaan keramba jaring apung itu ada di permukaan danau. Pemeriksaan laboratorium juga menyimpulkan, keruhnya air danau dan tumbuhnya eceng gondok menjadi sebuah ancaman kebersihan dan keindahan danau. Hasil pantauan juga


(16)

mulai ditemukan fosfor dan nitrogen yang berasal dari pakan ikan di keramba jaring apung (Anonim, 2008).

Dari berbagai penelitian di Danau Toba memberikan indikasi telah terjadi penurunan kualitas air di lokasi-lokasi yang terkena dampak kegiatan masyarakat. Hasil analisis laboratorium terhadap sampel air danau yang diambil pada bulan November 2004 menunjukkan bahwa nilai kelarutan oksigen (DO) telah turun pada nilai yang sangat rendah yaitu sebesar 2,95 mg/l, sementara baku mutu yang ditetapkan 6 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan oksigen sudah sangat terbatas. Selanjutnya nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) sebesar 14 mg/l, sementara baku mutu yang ditetapkan 2 mg/l, memberikan indikasi tingginya bahan organik di dalam air. Bahan organik tersebut berasal dari sisa pakan yang tidak habis dikonsumsi oleh ikan budidaya. Demikian juga konsentrasi zat-zat nutrisi seperti nitrogen dan fosfor telah jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan (Barus, 2007 dalam Fitra 2008).

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah Parapat, dimana ada 3 parameter yang telah jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu COD, Nitrat dan Phospat. Jumlah COD yang ditemukan 26,87 mg/l sementara baku mutu yang ditetapkan 10 mg/l, Nitrat yang ditemukan 15,47 mg/l, sementara baku mutu yang ditetapkan 10 mg/l dan fosfat yang ditemukan 0,25 mg/l, sementara baku mutu yang ditetapkan 0,2 mg/l (Fitra, 2008).

Akibat nitrogen yang berlebihan akan menghasilkan senyawa nitrat, dimana senyawa nitrat dalam air dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana haemoglobin di dalam darah menjadi


(17)

kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Sutrisno, 2006).

Berdasarkan survei awal penulis yang dilakukan di Desa Tanjung Bunga Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa sebahagian besar penduduk menggunakan air danau sebagai air minum dan air bersih. Air Danau Toba telah mengalami penurunan kualiatas air, dan diperparah lagi pertumbuhan eceng gondok yang begitu subur menjadi indikator bahwa air kaya zat-zat organik (pencemaran organik). Pencemaran Danau Toba ini akan menimbulkan gangguan pada kesehatan masyarakat setempat.

Atas pertimbangan inilah maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Danau Toba merupakan sumberdaya air yang mempunyai fungsi sebagai sumber air bersih dan air minum bagi masyarakat sekitar, sebagai tempat penangkapan ikan dan budidaya ikan dalam keramba jaring apung, dan untuk kegiatan lainnya. Berdasarkan data-data serta penelitian yang ada, air Danau Toba telah terjadi penurunan kualitas air. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.


(18)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kualitas fisik (suhu, bau, dan rasa) Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

2. Untuk mengetahui kualitas kimiawi terbatas (pH, DO, BOD, Nitrat dan Fosfat) Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

3. Untuk mengetahui kualitas bakteriologis (bakteri coliform) Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya keluhan masyarakat terutama masalah kesehatan terhadap penggunaan air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menyediakan informasi mengenai Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010.


(19)

2. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

3. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penulisan karya ilmiah. 4. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, terutama mengenai kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Air Bersih

Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, telaga, waduk dan muara. (PP. No. 82 Tahun 2001).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat-tempat pemandian bagi umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (Permenkes RI no 416 tahun 1990).

2.2. Manfaat Air Bagi Kehidupan

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55 % - 60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak – anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80 % (Notoatmodjo, 2003).

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.


(21)

Angka tersebut misalnya untuk :

a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari

c. Masak, minum : 5L/orang/hari

d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari (Entjang, 1991).

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara – negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter per hari. Sedangkan di negara – negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 – 60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Sumber-sumber Air

Sumber air yang digunakan sehari-hari haruslah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air di bumi selalu mengalami siklus hidrologi sehingga dikenal 4 (empat) sumber air di bumi yaitu : (Sutrisno, 2006)

2.3.1. Air Laut

Air laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini; maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan


(22)

tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadai asin karena banyak mengandung garam .

2.3.2. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar, mencakup kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3.

2.3.3. Air Atmosfir, Air Meteorologik.

Air tanah terbentuk dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan akar tanaman, dan kemudian tertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang mengandung air tanah (Aquifer). Akhir-akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber air minum dan air bersih maupun untuk irigasi (Suripin, 2002).

Dalam keadaan murni, air sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.


(23)

2.3.4. Air Permukaan.

Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi (Sutrisno, 2002).

Air permukaan ada 2 macam yakni : a. Air sungai

b. Air rawa/danau. a. Air sungai

Sungai mempunyai karakteristik umum yaitu debit aliran, pengeluaran, dan fluktuasi kualitas air sepanjang tahun, hari bahkan jam. Debit aliran minimum biasanya terjadi pada akhir periode musim kering. Debit aliran maksimum yang disertai kualitas air yang buruk biasanya terjadi sesudah hujan lebat selama periode musim hujan. Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang sangat tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air rawa/danau

Air danau adalah sejumlah air tawar yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Kebanyakan air rawa/danau ini berwarna yang disebabkan oleh adanya


(24)

zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.

2.4. Karakteristik Danau Toba

Ukuran panjang Danau Toba lebih dari 87 kilometer dengan lebar maksimum 31,5 kilometer. Permukaan air danau berada pada elevasi + 905 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh tebing dan gunung-gunung dengan ketinggian maksimal 2.157 meter. Kedalaman air danau diukur pada penelitian ini dengan kedalaman 499 meter dan menurut informasi ada beberapa tempat yang kedalamannya lebih dari 1.000 meter (Bapedalda Sumut, 2000).

Danau Toba ini merupakan sumber daya air yang mempunyai nilai sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi danau sebagai habitat berbagai jenis organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitarnya, sebagai sumber air untuk kegiatan pertanian dan budidaya perikanan serta menunjang berbagai jenis kegiatan industri. Tak kalah penting adalah fungsi Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah terkenal ke mancanegara dan sangat potensial untuk pengembangan kepariwisataan di Sumatera Utara (Barus, 2007 dalam Fitra, 2008).


(25)

Secara umum kondisi perairan Danau Toba masih tergolong Oligotropik (miskin zat hara). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi yang terletak di tengah danau (sekitar 500 m dari pinggir danau), kecerahan air mencapai 11-14 m dengan kandungan nutrisi dalam air masih rendah dan kadar oksigen masih terdeteksi sampai ke dasar danau pada kedalaman antara 200 – 500 m. Pada bagian pinggir Danau Toba yang dekat dengan pemukiman dan aktivitas penduduk serta lokasi budidaya ikan dalam jarring apung terdeteksi kadar nutrisi yang tinggi (Barus, 2007 dalam Fitra, 2008).

Air Danau Toba merupakan sumber air minum bagi sebahagian besar masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Delapan puluh dua persen (82%) masyarakat di pinggir Danau Toba menggunakan air danau sebagai sumber air minum, baik secara langsung maupun melalui pengolahan sederhana (Sitanggang, 2009).

2.4.1. Kualitas Air Danau Toba

Hasil analisis laboratorium terhadap sampel air Danau Toba yang diambil pada bulan November 2008 di daerah Pangambatan, Silimalombu dan Hutaginjang menunjukkan bahwa nilai pH sebesar 8,18, kelarutan oksigen (DO) yaitu sebesar 3,76 mg/l, BOD (Biochemical Oxygen Demand) sebesar 11,26 mg/l, COD sebesar 18,66 mg/l, dan fosfat yang ditemukan 0,3 mg/l (Anonim, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan di daerah Parapat, bahwa hasil pengukuran menunjukkan temperature pada Perairan Danau Toba berkisar antara 24,61-26,59°C. Hasil pengukuran kecerahan pada tiga stasiun pengamatan berkisar antara 4,29 - 7,94 m. Hasil penelitian menunjukkan, nilai pH Perairan Danau Toba berkisar 7,30 - 7,41 (Fitra, 2008).


(26)

Nilai rata-rata BOD5 Perairan Danau Toba sewaktu penilitian berkisar 1,10 – 2,8 mg/l. BOD5 tertinggi sebesar 2,8 mg/l diperoleh pada daerah keramba jaring apung sedangkan yang terendah sebesar 1,10 mg/l diperoleh pada daerah tengah danau. Dengan demikian maka kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan organik pada lokasi pengamatan berkisar 1,10 – 2,8 mg/l. Tingginya nilai BOD5 pada daerah keramba jaring apung mengindikasikan bahwa kandungan bahan organik di daerah keramba jaring apung lebih tinggi dari pada daerah pemukiman penduduk. Bahan organik ini berasal dari pakan ikan yang tidak habis termakan oleh ikan sehingga terlarut di dalam air (Fitra, 2008).

Nilai rata-rata COD Perairan Danau Toba sewaktu penelitian berkisar 26,02 - 30,21 mg/l. Nilai COD yang diperoleh sewaktu penelitian pada Perairan Danau Toba tergolong kurang baik, sebab baku mutu air golongan I menurut PP No. 82 tahun 2001 memiliki nilai COD maksimal 10 mg/l. Fosfat yang terukur di Perairan Danau Toba sewaktu penelitian berkisar 0,23 - 0,35 mg/l. Berdasarkan baku mutu air golongan I (PP No. 82 tahun 2001), nilai kandungan fosfat yang dimiliki danau Toba sudah tergolong tidak layak. Dalam hal ini nilai yang layak untuk fosfat adalah 0,200 mg/l.

Besarnya kandungan rata-rata nitrat (NO3-N) di Perairan Danau Toba berkisar 10,29-15,47 mg/l. Nilai nitrat tertinggi di jumpai pada daerah pemukiman penduduk sedangkan terendah di daerah tengah danau. Nitrat pada daerah pemukiman penduduk lebih tinggi, karena nitrat merupakan hasil oksidasi terakhir dari amonium dan amoniak yang berasal dari limbah domestik. Karena berada pada lokasi yang dekat dengan aktivitas penduduk maka buangan limbah domestik yang mengandung amoniak jelas akan menyebabkan jumlah nitrat akan menjadi lebih tinggi. Sebaliknya kandungan nitrat


(27)

di daerah tengah danau lebih rendah karena berada jauh dari buangan limbah organik. Dihubungkan dengan nilai baku mutu air golongan I (PP No.82 tahun 2001), kandungan nitrat Perairan Danau Toba tergolong cukup tinggi artinya telah melampau batas maksimal yang diperbolehkan. Dalam hal ini batas maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. Besar nilai rata-rata amoniak yang diperoleh pada Perairan Danau Toba sewaktu penelitian berkisar 0,09-1,63 mg/l. Kandungan amoniak tertinggi pada daerah keramba jaring apung karena adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari pakan ikan yang tidak habis termakan, sehingga amoniak terakumulasi di perairan (Fitra, 2008).

2.4.2. Sumber Pencemaran Air Danau Toba

Kualitas perairan Danau Toba pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia, terutama pemukiman penduduk, peternakan, pertanian, kegiatan-kegiatan industri pariwisata, kegiatan perindustrian dan perdagangan termasuk pasar, hotel dan restoran, serta kegiatan transportasi air (Partogi, 2006).

Limbah dan kegiatan pemukiman/rumah tangga seperti : air cucian, tinja, sampah, kotoran ternak akan mempengaruhi kualitas air Danau Toba. Limbah dari hotel dan restoran/rumah makan seperti : limbah cair, tinja, limbah padat/sampah, sisa-sisa makanan dimana berbagai limbah tersebut selanjutnya akan meningkatkan kadar BOD, COD, bakteri pathogen dan lain-lain (Anonim, 2009).

Kegiatan ekonomi masyarakat di Kawasan Danau Toba disektor perikanan meliputi kegiatan penangkapan dan budidaya. Kegiatan budidaya yang berkembang pesat adalah dengan Keramba Jaring Apung. Keberadaan Keramba Jaring Apung diperairan Danau Toba menambah beban pencemaran akibat adanya limbah berupa sisa-sisa pakan ikan yang tidak habis dikonsumsi ikan dan kotoran ikan itu sendiri (Fitra, 2008).


(28)

Berdasarkan data Badan Pengawas Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda), perairan Danau Toba digunakan untuk budidaya keramba jaring apung yang jumlahnya 5.612 unit dimana jumlah pakan yang diberikan adalah 24 kg/per keramba/hari. Pencemaran air Danau Toba mulai dirasakan ketika keberadaan keramba jaring apung itu ada di permukaan danau. Diperparah lagi pertumbuhan eceng gondok yang begitu subur menjadi indikator bahwa air kaya zat-zat organik (pencemaran organik) (Anonim, 2008).

Lokasi keramba jaring apung hendaknya jauh dari atau di luar wilayah yang diperuntukkan bagi pengembangan pariwisata atau/ dan kegiatan manusia lainnya agar tidak terjadi dampak yang mungkin mengganggu kehidupan ikan yang dipeliharanya atau sebaliknya. Jumlah keramba jaring apung yang diperkenankan di suatu perairan harus dibatasi mengingat jumlah ikan yang dipelihara sangat banyak. Besarnya jumlah ikan mengakibatkan besarnya jumlah pakan yang diberikan. Akibatnya, banyak sekali kotoran ikan dari hasil metabolisme pakan yang yang terbuang ke dalam perairan. Hal ini menyebabkan meningkatnya kadar bahan organik, fosfat, dan nitrat di dalam air (Suyanto, 2009).

Karena nitrat dan fosfat juga bermanfaat bagi tumbuhan air, maka terjadi pertumbuhan yang berlebih di dalam perairan. Suatu perairan dapat samasekali tertutup oleh tumbuhan sehingga mengurangi cahaya yang masuk ke dalam air. Selain itu oksigen telarut menjadi berkurang, air menjadi semakin anaerobik, anyir dan bau, sehingga mengurangi populasi organisme yang aerob dan menurunkan nilai estetik. Dengan demikian, dayaguna air bagi kesehatan juga menurun. Pertumbuhan tanaman sedemikian dapat pula mengganggu sistem pengolahan air. Hal inipun memberi pengaruh terhadap


(29)

kesehatan secara tidak langsung lewat musnahnya rantai makanan yang bersifat aerob (Slamet, 2007).

2.5. Syarat Kualitas air

Agar air tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut yang tercantum dalam Permenkes RI No 416 tahun 1990 dan PP. No. 82 Tahun 2001. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan secara fisik, kimia dan bakteriologis (Notoatmodjo, 2003).

2.5.1. Kualitas Secara Fisik

Peraturan menteri kesehatan RI Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna.

1. Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/ rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya (Sutrisno, 2006).

Kekeruhan tergantung pada konsentrasi partikel-partikel padat yang ada di dalam air. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut dengan turbidimeter.


(30)

Kekeruhan untuk air minum dibatasi tidak lebih dari 10 mg/lt (skala silika), lebih baik kalau tidak melebihi 5 mg/lt (Suripin, 2002).

2. Warna

Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-rawa, seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa dilakukan pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut (Sutrisno, 2006).

Bahan buangan dan air limbah yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih (Wardhana, 2004).

3. Bau dan Rasa

Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan organik. Polusi dapat dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki (Suripin, 2002).

4. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk dan tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga (Slamet, 2007).


(31)

Temperatur yang diinginkan adalah ± 30

2.5.2. Kualitas Secara Kimia

C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.

Air yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Notoatmodjo, 2003). Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam PP. No. 82 Tahun 2001.

1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 - 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2004).

2. Oksigen terlarut (DO)

Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya.


(32)

Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfir (Warlina, 2004).

3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organik berlangsung cukup lama (Wardhana, 2004).

Semakin besar kadar BOD, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5

4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom (Warlina, 2004).

Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L.


(33)

5. Nitrat

Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan protein. Di perairan, nitrogen biasanya ditemukan dalam bentuk amonia, amonium, nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) serta beberapa senyawa nitrogen organik lainnya (Anonim, 2010).

Sumber nitrogen organik di perairan berasal dari proses pembusukan makhluk hidup yang telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua organisme hidup. Sumber antropogenik nitrogen organik adalah limbah industri dan limpasan dari daerah pertanian, terutama urea. Urea juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik dan obat-obatan, serta sebagai pelarut selulosa pada industri kertas.

Nitrat biasanya ada di air permukaan dalam konsentrasi kecil, dan kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah. Nitrat adalah unsur penting dalam proses protosyntesis tanaman air. Adanya NO3 dalam air adalah berkaitan erat dengan siklus Nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat diketahui bahwa Nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfir maupun dari pupuk-pupuk (fertilizer) yang digunakan dan dari oksidasi NO2-

Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat keseburan perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0-1 mg/l, perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1-5 mg/l, dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5-50 mg/l (Wetzel, 1975 dalam Effendi, 2003)

oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamines yang kebanyakan diketahui potensi carcinogen (Sutrisno, 2006).


(34)

Kadar maksimum NO3 sebagai N

6. Fosfat

dalam air bersih yamg masih diperbolehkan 10 mg/L (PP. No. 82 Tahun 2001).

Fosfat banyak terdapat diperairan dalam bentuk inorganik dan organik sebagai larutan, debu, dan tubuh organisme. Sumber utama fosfat inorganik dari penggunaan detergen, dan pupuk pertanian. Fosfat organik berasal dari makanan dan buangan rumah tangga. Semua fosfat mengalami proses perubahan biologis menjadi fosfat iorganik yang selanjutnya digunakan oleh tanaman untuk membuat energi (Sutrisno, 2006).

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Anonim, 2010).

Kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2 mg/liter dalam bentuk fosfat (PO4). Kadar fosfor pada perairan alamai berkisar sekitar 0,02 mg/liter P-PO4 (UNESCO/WHO/UNICEP, 1992). Kadar fosfor dalam ortofosfat (P-PO4

Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : perairan oligotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,003 – 0,01 mg/liter; perairan ) jarang melebihi 0,1 mg/liter, meskipun pada perairan eutrof. Kadar fosfor total pada perairan alami jarang melebihi 1 mg/liter (Boyd dalam Effendi, 2003).


(35)

mesotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,011 – 0,03 mg/liter; dan perairan eutrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,031 – 0,1 mg/liter (Wetzel, 1975 dalam Effendi, 2003).

Berdasarkan kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0-0,02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki kadar fosfat total 0,021-0,05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total 0,051-0,1 mg/liter. Fosfat merupakan parameter untuk mendeteksi pencemaran air.

Kadar maksimum fosfat sbg P dalam air minum yang masih diperbolehkan 0,2 mg/L (PP. No. 82 Tahun 2001).

2.5.3. Kualitas Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dar segala bakteri, terutama bakteri pathogen (Notoatmodjo, 2003). Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen. Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri

coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN.

2.6. Bahan Pencemar Di Dalam Air

Berbagai macam kegiatan yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengolahan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahan pencemar air dapat dikelompokkan sebagai berikut : (Wardhana, 2004).


(36)

2.6.1. Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat yang dimaksud disini adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil). Kedua macam bahan buangan padat tersebut apabila dibuang ke air lingkungan maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah :

a. Pelarutan Bahan Buangan Padat oleh Air

Apabila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan air atau berat jenis cairan akan naik. Adakalanya pelarutan bahan buangan padat di dalam air akan disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan warna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Akibatnya, proses fotosintesis tanaman dalam air menjadi terganggu. Jumlah oksigen yang terlarut di dalam air juga akan berkurang. Hal ini sudah barang tentu berakibat pula terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air.

b. Pengendapan Bahan Buangan Padat di Dasar Air.

Kalau bahan buangan padat berbentuk kasar dan berat serta tidak larut dalam air maka bahan buangan tersebut akan mengendap di dasar air. Terjadinya endapan di dasar air sanagt menggagu kehidupan organisme di dalam air kerena endapan akan menutup permukaan dasar air. Endapan juga dapat menghalangi datangnya sinar matahari sehingga fotosintesis terganggu.

c. Pembentukan Koloid Yang Melayang Di Dalam Air

Koloid terjadi karena bahan buangan padat yang berbentuk halus sebagian da yang larut dan sebagian lagi tidak dapat larut dan tidak dapat mengendap. Koloid ini melayang di dalam air sehingga air menjadi keruh.


(37)

2.6.2. Bahan Buangan Organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang temasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tetutup pula kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia (Suripin, 2002).

2.6.3. Bahan Buangan Anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit terdegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal, Arsen, Merkuri, Kadmium, Air Raksa, Magnesium, Kobalt dan lain-lain (Wardhana, 2004).

2.6.4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan.

Sebenarnya bahan buangan olahan bahan makanan dapat juga dimaksukkan ke dalam kolompok bahan buangan organik, namun dalam hal ini sengaja dipisahkan karena bahan buangan olahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung. Air lingkungan yang mengandung bahan buangan olahan bahan makanan akan mengandung banyak mikroorganisme, termasuk pula di dalamnya bakteri patogen.


(38)

2.6.5. Bahan Buangan Cairan Minyak.

Minyak tidak dapat larut dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak dapat dikomsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang berminyak terdapat juga zat-zat beracun, seperti senyawa benzen, senyawa toluen dan lain sebagainya.

2.6.6. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksud dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa, sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya), bahan pemberantas hama (insektisida), zat warna kimia, larutan penyamak kulit, dan zat radioaktif. Keberadaan bahan buangan zat kimia tersebut di dalam air lingkungan jelas merupakan racun yang menggangu dan bahkan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga manusia (Suripin, 2002).

2.7. Air dan Kesehatan

Disamping air bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, apabila kualitasnya tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan sehari-hari haruslah memenuhi syarat kesehatan antara lain bebas dari kuman penyebab penyakit atau tidak mengandung bahan beracun (Depkes RI, 1990 dalam Bukit 2004).

Terjadinya keluhan kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai hal dan juga jenis penyakit sangatlah beragam. Beberapa penyakit dapat disebabkan ataupun ditularkan melalui air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.


(39)

2.7.1. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Air (Waterborne Deseases)

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air telah dikenal sejak lama. Pencemaran air oleh air limbah, yang mengandung organisme yang dapat menimbulkan penyakit, virus, bakteri pathogen, dan sebagainya, dapat menyebar dengan cepat ke seluruh air bersih, serta dapat menyebabkan wabah atau peledakan jumlah penderita penyakit di suatu wilayah dalam waktu singkat (Said, 2000).

Beberapa ciri khusus penyebaran penyakit-penyakit tersebut antara lain yakni: proses penularan umumnya melalui mulut, terjadi di daerah pelayanan yang airnya tercemar, penderita umumnya terkonsentrasi pada suatu wilayah secara temporer, penderitanya tidak terbatas pada suku, umur, atau jenis kelamin tertentu; meskipun sulit mendeteksi bakteri pathogen dalam air, tetapi dapat diperkirakan melalui pemeriksaan/ pendeteksian bakteri coli. Beberapa penyakit yang paling sering berjangkit yang menyebabkan berbagai keluhan kesehatan antara lain :

1. Dysentri

Penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri desentri baccilus, waktu inkubasi 1-7 hari, biasanya sekitar 4 hari atau kurang. Gejala penyakitnya antara lain : bakteri desentri yang masuk melalui mulut akan tumbuh di dalam perut besar, dan berubah secara lokal ke kondisi sakit misalnya timbulnya bisul pada selaput lendir (mucous membrane). Gejala utama yakni menceret, mulas, demam, rasa mual, muntah-muntah, serta berak darah campur lendir. Infeksi penyakit ini dapat berjangkit sepanjang tahun. Penderita dan carriernya adalah sumber penularan yang utama, dan penularannya dapat terjadi melalui makanan, air minuman atau kontak dari orang ke orang (Slamet, 2007).


(40)

2. Thypus dan Parathypus

Penyebabnya adalah jenis baccilus thypus dan parathypus, dengan waktu inkubasi antara 1 sampai 3 minggu. Bakteri penyakit tersebut masuk melalui mulut dan menjangkit pada struktur lympha (getah bening) pada bagian bawah usus halus, kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-organ internal sehingga gejala muncul pada seluruh tubuh misalnya: seluruh badan lemas, pusing, hilang nafsu makan, dan timbul demam serta badan menggigil. Sumber penularan yang utama adalah penderita itu sendiri atau carriernya, dan penularan dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri melali air minum, makanan, atau kontak langsung (Said, 2000). 3. Cholera

Penyebabnya adalah bakteri pathogen jenis vibrio cholera, dan waktu inkubasinya antara beberapa jam sampai lima hari. Bakteri vibrio cholera yang masuk melalui mulut akan berkembang di dalam usus halus (small intestine), dan menghasilkan oxotoksin yang menyebabkan rasa mual. Gejala yang penting adalah mencret atau diare dengan warna putih keruh dan muntah-muntah. Kadang-kadang terjadi juga dehidrasi, dan pada kasus yang serius kemungkinan dapat menyebabkan penderita menjadi koma. Sumber utama penularan adalah air minum atau makanan yang tekontaminasi atau tercemar oleh kotoran atau muntahan penderita ataupun tercemar oleh inang atau pembawa bakteri cholera (Wardhana, 2004).

4. Hepatitis A

Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15 sampai 30 hari (biasanya 30 hari). Infeksi umumnya terjadi melalui mulut. Gejala primairnya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa lelah/lemas di seluruh tubuh.


(41)

Gejala spesifik antara lain terjadinya pembengkakan liver dan timbul gejala sakit kuning. Sumber penularan yakni melalui air minum atau makanan yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus hepatitis A (Slamet, 2007).

2.7.2. Bahaya Oleh Zat Kimia Yang Ada Dalam Air

Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya kandungan zat atau senyawa kimia dalam air, yang melebihi ambang batas konsentrasi yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air ini dapat terjadi secara alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah tangga, industri, perikanan, dll (Said, 2000).

Beberapa zat/ senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia misalnya, logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan hidrokarbon, dan zat-zat radio aktif. Beberapa contoh senyawa kimia racun yang sering ada dalam air, antara lain yakni : 1. Nitrat

Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air yakni akibat kegiatan pertanian (perikanan). Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian nitrogen (urea). Senyawa nitrat dalam air dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan Methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana haemoglobin di dalam darah berubah menjadi Methaemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Said, 2000).

Selain itu Nitrat sebagai N, dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan, diare dengan darah, convulasi, shock, koma dan meninggal. Keracunan khronis


(42)

menyebabkan depresi yang umum, sakit kepala, gangguan mental dan Methemoglobinamia terutama pada bayi (blue babies) (Slamet, 2007).

2. Fosfat

Keracunan oleh zat ini adalah menurunkan kadar enzim cholinesterase dalam tubuh karena terblokirnya enzim ini oleh fosfat sehingga banyak acethylcholin terkumpul dalam jaringan tubuh. Gejalanya berupa penglihatan menjadi kabur, mual, pusing, kejang usus, dada sesak, badan terasa lemah dan buang-buang air. Sebelum terjadinya koma karena keracunan ini, biasanya didahului oleh banyaknya keluar keringat dari tubuh, mata berair, badan menjadi biru dan kejang-kejang (Supardi, 1995).

3. Flourida (F)

Flourida adalah senyawa kimia yang secara alami ada di dalam air pada berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi yng lebih kecil 1,5 mg/l, sangat bermanfaat bagi kesehatan khususnya kesehatan gigi, karena dapat mencegah kerusakan gigi. Tetapi pada konsentrasi yang besar (lebih besar 2 mg/l), dapat menyebabkan kerusakan gigi (fluorosis) yakni gigi menjadi bercak-bercak. Pemaparan flourida pada konsentrasi yang lebih besar lagi (3 - 6 mg/l), dapat menyebabkan kerusakan pada struktur tulang. Oleh karena itu, dosis flourida dalam air minum dibatasi maksimal 0,8 mg/l.

4. Air Raksa (Mercury, Hg)

Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang temasuk logam berat yang bersifat racun tarhadap tubuh manusia. Biasaya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh merkuri umumnya akibat buangan limbah yang berasal dari industri. Logam merkuri dapat terakumulasi di


(43)

dalam produk perikanan atau tanaman dan jika produk tersebut oleh manusia akan dapat terakumulasi di dalam tubuh (Wardhana, 2004).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam mercury dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa pharyngitis, dispaghia, mual-mual, dan muntah, radang pada ginjal, dan radang pada hati. Akumulasi logam ini dapat meracuni dan mengakibatkan kerusakan permanen terhadap system saraf yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar (Palar, 1994). 2.8. Cara Pemeriksaan Kualitas Air

Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu (Depkes RI, 1991 dalam Putra, 2010) :

a. pemeriksaan air di lapangan b. pemeriksaan air di laboratorium

Pemeriksaan air dilapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan air di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air dilapangan dilakukan untuk parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya dilaksanakan di laboratorium.

Tenik pengambilan sampel disesuaikan dengan kedalaman danau sebagai berikut (Effendi, 2003) :

a. Danau yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil di 2 titik yaitu permukaan dan bagian dasar.

b. Danau yang kedalamannya 10-30 m, contoh diambil di 3 titik yaitu permukaan, lapisan termokilin, dan bagian dasar danau.


(44)

c. Danau yang kedalamannya 31-100 m, contoh diambil di 4 titik titik yaitu permukaan, lapisan termokilin, di atas lapisan hipolimnion dan bagian dasar danau. d. Danau yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh ditambah

sesuai keperluan. 2.9. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Penggunaan air Danau Toba

Keluhan Kesehatan Masyarakat :

1. Ada 2. Tidak Kualitas Air Danau

Toba :

- Kualitas fisik (bau, rasa, suhu)

- Kualitas kimia (pH, DO, BOD, Nitrat, Fosfat) - Kualitas

bakteriologis

Pemeriksaan laboratorium

Memenuhi Syarat Permenkes No. 416

Tahun 1990

Tidak Memenuhi Syarat Permenkes No. 416 Tahun 1990


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini survei yang bersifat deskriptif, dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di sekitar keramba jaring apung di desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut.

2. Daerah penelitian merupakan daerah kegiatan budidaya perikanan dan masyarakat langsung menggunakan air danau sebagai sumber air bersih dan sebagai air minum. Lokasi pemeriksaan sampel air dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi yang diambil adalah seluruh kepala keluarga atau yang mewakili dalam suatu keluarga yang sudah dewasa, di Desa Tanjung Bunga yang berjumlah 342 keluarga.


(46)

3.3.2. Sampel

Penelitian ini termasuk penelitian survei deskriptif, maka teknik pengambilan sampel dengan rumus Taro Yamane (Notoadmojo, 2005) :

n

Keterangan : N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan Maka :

n = 77 KK 80 KK

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, maka jumlah sampel sebesar 80 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu secara random sampling agar setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Dan objek penelitian adalah air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data dari hasil pengukuran kualitas air danau di sekitar keramba jaring apung dan keluhan kesehatan pemakai air yang diperoleh dari hasil data kuesioner.


(47)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, antara lain: data jumlah penduduk yang berdomisili di kawasan pesisir danau Desa Tanjung Bunga yang diambil di Kantor Kepala Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, data dari Puskesmas/RS Kecamatan Pangururan, data yang didapatkan dari hasil penelitian orang lain dan situs-situs intenet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Defenisi Operasional

a. Kualitas air Danau Toba adalah keadaan mutu air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung yang digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari.

b. Kualitas fisik air adalah keadaan mutu air Danau Toba yang memenuhi persyaratan kualitas air meliputi suhu, warna, dan rasa air berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.

c. Bau air adalah aroma khas dari air Danau Toba yang diperiksa dengan metode organoleptik.

d. Rasa air adalah rasa air Danau Toba yang diperiksa dengan metode organoleptik. e. Suhu air adalah temperatur atau kondisi air Danau Toba yang diperiksa dengan

menggunakan alat ukur thermometer.

f. Kualitas kimia air adalah keadaan mutu air Danau Toba yang memenuhi persyaratan kualitas air meliputi pH, DO, BOD, nitrat dan fosfat berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.

g. pH adalah kadar keasaman dari air Danau Toba yang diperiksa di laboratorium dengan menggunakan pH meter, hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.


(48)

h. DO adalah kadar oksigen terlarut dari air Danau Toba yang diperiksa di laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

i. BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk memecahkan bahan organik dalam air Danau Toba yang diperiksa di laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

j. Nitrat adalah unsur utama nitrogen dalam air Danau Toba yang diperiksa di laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

k. Fosfat adalah unsur fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan juga indikator pencemaran dalam air Danau Toba yang diperiksa di laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan PP No. 82 tahun 2001.

l. Kualitas bakteriologis air adalah keadaan mutu air yang memenuhi persyaratan kua litas bakteriologis (bakteri coliform) air bersih berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.

m. Penggunaan air adalah tindakan pemanfaatan air Danau Toba oleh masyarakat di sekitar keramba jaring apung sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari yang meliputi air minum dan air bersih untuk mandi dan mencuci.

n. Air Minum adalah penggunaan air Danau Toba untuk dikonsumsi setiap hari di sekitar keramba jaring apung.

o. Air Bersih adalah penggunaan air Danau Toba untuk kebutuhan sehari-hari yang meliputi seperti mandi dan mencuci di sekitar keramba jaring apung.


(49)

p. Keluhan kesehatan adalah keluhan yang dirasakan masyarakat yang disebabkan oleh penggunaan air Danau Toba meliputi keluhan seperti diare, gatal-gatal pada kulit dan iritasi mata.

q. Ada yaitu terdapat keluhan kesehatan masyarakat akibat penggunaan air Danau Toba, berupa diare, gatal-gatal pada kulit dan iritasi mata.

r. Tidak ada yaitu tidak terdapat keluhan kesehatan masyarakat akibat penggunaan air Danau Toba berupa diare, gatal-gatal pada kulit dan iritasi mata.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Kualitas Air

Aspek pengukuran merupakan kualitas air Danau Toba yang meliputi kualitas fisik (rasa, bau, suhu), kualitas kimia (pH, DO, BOD, Nitrat, Fosfat) dan kualitas bakteriologis di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

a. Bau diukur secara organoleptik, bila berbau dinyatakan tidak memenuhi syarat. b. Rasa diukur secara organoleptik, bila berasa dinyatakan tidak memenuhi syarat. c. pH diukur dengan pH-meter, memenuhi syarat bila pH 6,5-9

d. Untuk DO, BOD, nitrat dan fosfat diperiksa di laboratotium dengan menggunakan alat spektrofotometer. Hasilnya dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 dan PP No 82 tahun 2001.

e. Bakteri coliform diukur dengan pemeriksaan laboratorium, Hasilnya dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990.


(50)

3.6.2. Aspek Pengukuran Keluhan Kesehatan Pemakai Air

Untuk mengetahui adanya keluhan kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Ada keluhan kesehatan apabila terdapat salah satu gejala yang menyatakan ada keluhan seperti diare, gatal-gatal pada kulit dan iritasi mata.

b. Tidak ada keluhan kesehatan apabila tidak terdapat salah satu gejala yang menyatakan ada keluhan seperti diare, gatal-gatal pada kulit dan iritasi mata. 3.7. Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1. Pengolahan Data

Data penggunaan air dan keluhan kesehatan yang telah terkumpul diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software komputer.

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan kedalam table-tabel yang telah dipersiapkan.


(51)

3.7.2. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dinilai kualitas fisik, kimia dan bakteriologis melalui pemeriksaan laboratorium kemudian dibandingkan dengan Peraturan menteri Kesehatan RI Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 dan PP No. 82 tahun 2001 dan keluhan kesehatan yang telah terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa dengan menggunakan persentase dan ditulis dalam bentuk narasi.

3.8. Teknik Pengambilan Sampel Air Danau

Pengambilan sampel air dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda yaitu pada jarak 2 m dari daerah pemukiman dan aktivitas masyarakat, pada jarak 200 m dari daerah aktivitas masyarakat dan keramba jaring apung, dan pada daerah budidaya ikan jaring apung. Dimana sampel 1 dan sampel 2 diambil pada jarak 2 m dari daerah pemukiman dan aktivitas masyarakat dengan kedalaman 30 cm dari permukaan air danau pada titik yang berbeda, sampel 3 diambil pada jarak 200 m dari daerah aktivitas masyarakat dan keramba jaring apung dengan kedalaman 30 cm dari permukaan air, sampel 4, 5 dan sampel 6 diambil pada jarak 1 m dari setiap keramba dengan kedalaman 30 cm dari permukaan air danau.

Pengambilan sampel air pada air danau :

1. Siapkan botol yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.

2. Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang.


(52)

3. Isi botol sampai penuh dan hindari terjadinya turbelensi dan gelembung udara selama pengisian, kemudian botol ditutup dengan rapat.

4. Sampel siap dianalisis.

3.9. Teknik Pemeriksaan Sampel 3.9.1. Pemeriksaan di Lapangan 1. Temperatur

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer Hg skala 0-500

2. Bau dan rasa

C. Termometer dimasukkan ke dalam air sedalam 10 cm dan biarkan selama 3 menit, lalu angkat dan dibaca.

Untuk pemeriksaan bau dan rasa dilakukan langsung di lapangan dengan cara organoleptik atau menggunakan hidung dan lidah dengan bantuan beberapa orang untuk mewakili pemeriksaan bau dan rasa air.

3.9.2. Pemeriksaan di Laboratorium 1. pH air

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Elektroda dari pH-meter dimasukkan ke dalam sampel air yang diukur, selanjutnya setelah angka yang tertera 2. DO

Bahan :

a. Larutan MnSO4.5H2 b. Larutan Alkali iodine

O 10 %

c. Asam fosfat pekat (H3PO4 d. Larutan amilum 1 %


(53)

e. Larutan Na2S2O3 f. Larutan KI 10 %

0,06 N

g. Asam klorida pekat (HCL pekat) h. Larutan standart K2Cr2O7

Peralatan :

0,05 N

1. Labu erlenmayer 250 ml 2. Buret 25 ml

3. Pipet ukur 5 ml 4. Labu ukur 1000ml Prosedur :

a. Standarisasi larutan Natrium Thiosulfat

- Sebanyak 10 ml larutan standart primer K2Cr2O7

- Selanjutnya di dalam ditambahkan 5 ml KI 10 % dan 1 ml HCl pekat.

0,05 N di masukkan ke dalam labu erlenmayer.

- Dengan segera titrasi I2 yang terbentuk dalam larutan itu dengan Na2S2O3

- Berikutnya tambahkan 1 ml larutan amilum 1 % hingga warnanya berubah menjadi biru.

sampai warnanya berubah menjadi kuning pucat.

- Seterusnya lakukan terus titrasi sehingga warna biru hilang dan normalitas larutan Na2S2O3

N Na dihitung.


(54)

b. Pengukuran Oksigen Terlarut

- Sampel air sebanyak 100 ml dimasukkan dalam labu erlenmayer 250 ml dan ditambahkan dengan 1 ml MnSO4.5H2

- Selanjutnya diaduk sampai homogen dan tampak lapisan atasnya bening. O 10 % dan 1 ml alkali iodine.

- Tambahkan 3 ml H3PO4

- Titrasi larutan ini dengan larutan Na pekat.

2S2O3

- Berikutnya tambahkan 1 ml larutan amilum 1 % dan warnanya akan menjadi biru. sampai warna kuning pucat.

- Seterusnya titrasi lagi sampai warna biru hilang.

- Kadar oksigen terlarut dalam sampel air yng diperiksa dapat dihitung dengan rumus : Kadar O2 ppm

3. BOD

Bahan : idem dengan DO Prosedur : idem dengan DO

Untuk BOD, setelah pengukuran sampel disimpan selama 5 hari. BOD dengan rumus : DO0 hari- DO5

4. Nitrat

hari

Peralatan :

- Spektrofotometer NOVA 60 - Tabung reaksi

- Kavet 10 mm-cel - Pipet


(55)

- Reagent NO3 Prosedur analisa :

-2

- Pipet 4 ml Reagent NO3

- Tambahkan 0,5 ml sampel, jangan diaduk.

-1 ke dalam tabung reaksi.

- Tambahkan 0,5 ml Reagent NO3

- Atur timer untuk 10 menit waktu reaksi.

-2, tutup dan aduk. Tabung akan menjadi panas.

- Setelah 10 menit, pindahkan ke dalam kuvet 10 mm-cell - Pilih metode dengan autoselector Nitrat.

- Tempatkan kuvet ke dalam ruang sel, dan konsentrasi nitrat akan terbaca di layar. 5. Fosfat

Peralatan : spektrofotometer U-Ves DR 4000 (HACH) Bahan :

- Air suling

- Phos ves 3 pospat Powder Pillow Prosedur analisa :

1. Pilih program analisa untuk phosphorus, ascorbic acid method atau dengan menekan angka 3025

2. Layar spektrofotometer akan menampilkan tulisan : HACH PROGRAM : 3025 P React AS LR.

3. Masukkan 10 ml sampel ke dalam kuvet.

4. Tambahkan 1 bungkus Phos Ves 3 phospat Powder Pillow, aduk sampai larut sempurna.


(56)

6. Isi kuvet yang kedua dengan 10 ml sampel (sebagai blanko)

7. Setelah timer berbunyi yang menandakan 2 menit reaksi setelah selesai, masukkan kuvet yang berisi blanko ke dalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO. 8. Keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi sampel.

Tutup dan baca konsentrasi phospat yang tertera di layar spektrofotometer. 6. Pemeriksaan Secara Bakteriologis

Untuk menentukan adanya coliform dan jumlah coliform didalam air dipakai sistem Multiple Tukes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most Probable

Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan

dengan menggunakan metode tabung ganda : 5 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1ml. - Alat :

a. Autoclave

b. Incubator 370C dan 440 c. Timbangan

C

d. Labu Erlenmeyer e. Rak tabung reaksi f. Petri Disk

g. Pipa steril: 1cc dab 10cc h. Kawat ose

i. Tabung durham - Bahan :

a. Gram Buffer phosphate pH 7,2 b. Lactosa Broth


(57)

c. BGLB d. Endo agar e. Gentiane Violet f. Alkohol 99% g. Fuction

1. Test Perkiraan (Presumtive test)

Media yang biasa digunakan adalah lactose broth. - Cara pemeriksaan:

Siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing media lactose broth yang berisi tabung durham. Air ditanam 5 tabung masing-masing 10ml: 1 tabung = 1 ml; 1 tabung = 0,1ml, dan dituliskan standart portion; 5 x 10ml;1 x 1ml,1 x 0,1ml.

Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 370

2. Test Penegasan (Confirmation test)

C. Tabung positif adalah tabung yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan dengan test penegasan.

Media yang dipergunakan Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%), test ini untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.

- Cara Pemeriksaan :

a) Dari tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose kedalam tabung konfirmative yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung Presumtive di inokulasikan ke dalam 2 tabung BGLB 2%.


(58)

b) Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 370C selama 24-48 jam , untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain diinokulasikan pada suhu 440

c) Pembacaan dilakukan setelah 24 - 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.

C selama 24 jam untuk memastikan adanya koli tinja.

Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas, baik pada seri tabung yang di inkubasi pada suhu 370C ataupun pada seri tabung yang di inkubasi 440C angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh indeks MPN coliform untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan indeks MPN koli tinja untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 440C.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1. Kecamatan Pangururan

Kecamatan Pangururan adalah salah satu kecamatan dari 9 Kecamatan di Kabupaten Samosir, yang berbatasan sebelah utara dengan danau yaitu Danau Toba. Kecamatan Pangururan mempunyai luas 121,43 km2

4.1.2. Desa Tanjung Bunga

dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak yaitu 28 desa/kelurahan dan memiliki 1 Puskesmas yaitu Paskesmas Buhit.

a. Geografis

Desa Tanjung Bunga merupakan salah satu desa yang berada di pesisir pantai Danau Toba. Desa Tanjung Bunga yang terletak atau berbatasan dengan :

Sebelah utara : Desa Boho, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Sebelah selatan : Kelurahan Siogung-Ogung,

Sebelah timur : Danau Toba dan

Sebelah barat : Desa Pucuk Buhit, Kecamatan Pangururan. b. Demografi

Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya masyarakat Desa Tanjung Bunga mempunyai karakter yang khas yaitu memegang teguh kebudayaan dan agama serta adat istiadat yang ada di daerah tersebut. Jumlah penduduk Desa Tanjung Bunga menurut data tahun 2009 adalah 342 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 2097 orang dimana jumlah laki-laki sebanyak 1008 orang dan perempuan sebanyak 1086 orang.


(60)

Sebagian besar masyarakat mempunyai pekerjaan sebagai petani dan nelayan. Di sepanjang pantai Desa Tanjung Bunga terdapat 20 unit keramba jaring apung.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Hasil Pengukuran Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air Danau Toba yang dilakukan pada 6 titik pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Hasil Pengukuran Kualitas Air Danau Toba Di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Tahun 2010

No Parame ter

Hasil uji Kadar yang

diperboleh kan Sam pel I Sam pel II Sam pel III Sam pel IV Sam pel V Sam pel VI

1 Bau Tdk

berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tidak berbau 2 Rasa Tdk

berasa Tdk berasa Tdk berasa Tdk berasa Tdk berasa Tdk berasa Tidak berasa 3 Suhu 23,4 24,1 24,2 24,6 23,7 24,1 24,3

4 pH 7,3 7,0 7,0 7,1 7,1 7,2 6,5-9

5 DO 5,2 4,6 3,4 3,6 5,1 5,0 6

6 BOD 16,18 24,88 49,91 21,53 30,10 84,91 3

7 Nitrat 0,6 0,9 1,1 0,5 0,4 1,3 10

8 Phospat 0,06 0,01 0,02 0,06 0,03 0,01 0,2 9 Coliform 1600 140 6,8 1600 47 1600 0

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada ke 6 titik sampel tidak berbau dan tidak berasa. Hasil pengukuran terhadap suhu air menunjukkan bahwa seluruh sampel memiliki suhu yang memenuhi syarat yang ditentukan (± 3oC devisiasi suhu dari keadaan alamiahnya). Hasil pengukuran terhadap pH menunjukkan bahwa seluruh sampel memiliki pH yang memenuhi syarat yang ditentukan (6,5-8,5). Hasil pengukuran terhadap oksigen terlarut (DO) menunjukkan bahwa seluruh sampel memiliki DO dibawah batas minimum yang ditentukan (6 mg/L). Hasil pengukuran terhadap BOD


(1)

4. Kepada pemerintah setempat untuk lebih memberi pengawasan terhadap masyarakat agar tidak membuang sampah/limbah ke Danau Toba.

5. Kepada instansi terkait agar lebih melakukan pemantauan terhadap kualiatas air Danau Toba.

6. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat kualitas perairan Danau Toba dari sisi yang berbeda, misalnya dengan menganalisis kualitas kimia pada air Danau Toba.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990, Jakarta.

Depertemen Lingkungan Hidup, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No

82 Tahun 2001. Jakarta.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Entjang, Indan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Alumni, Bandung

Fitra, Eva. 2008. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman

Vegetasi Akuatik di Perairan Parapat Danau Toba. Tesis Sekolah Pasca Sarjana

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Notoadmojo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoadmojo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua, Rineka

Cipta, Jakarta.

Noviandi, 2009. Panduan Pemeriksaan Kualitas Air Di Laboratorium Kimia. BTKL

& PPM, Medan.

Partogi, 2006. Degradasi Lingkungan Kawasan Danau Toba. Diakses tanggal 16 November 2009.

Palar, Heryando, 1994. Pencemarana dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S, dan Brodjonegoro, 2000. Ekonomi Lingkungan. Cetakan Pertama, BPFE-Yokyakarta. Yokyakarta.

Sutrisno, Totok, et.all, 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Keenam, Rineka Cipta. Jakarta.

Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Yogyakarta.

Soemirat Slamet, Juli. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


(3)

Singarimbun, M, dan Effendi, S, 1995. Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua, LP3ES. Jakarta.

Sihaloho, Namson. 2008. Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Air Sungai

Lubuk Rotan Sebagai Sumber Air Bersih Dan Keluhan Kesehatan Di Dusun Lubuk Rotan Desa Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007. Sikripsi Pada Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Said, Nusa Idaman, 2000. Kualitas Air Dan Kesehatan Masyarakat.

Diakses tanggal 10 April 2010.

Ulina Bukit, Sri, 2005. Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Air

Sungai Siak Sebagai Sumber Air Bersih Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru Tahun 2004. Sikripsi Pada Program Sarjana Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

www.seputar-indonesia.com (2 Juni 2008) Perlu Perda Untuk Menyelamatkan Danau

Toba diakses tanggal 23 November 2009.

Warlina, 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya

Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi, Andi. Yogyakarta


(4)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN PEMAKAI AIR DANAU TOBA DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI DESA TANJUNG BUNGA

KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 I. IDENTITAS RESPONDEN

Nomor Responden : Nama responden :

Umur :

Jenis kelamin : Pendidikan : Jumlah anggota : Keluarga

Lama tinggal di sini :

II. PENGGUNAAN AIR

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Keterangan

1 Apakah seluruh anggota keluarga menggunakan air danau?

2 Apakah anda menggunakan air danau untuk minum?

3 Apabila diminum, apakah anda memasak air sampai mendidih?

4 Apakah anda menggunakan air danau untuk mandi?

Jika ya, berapa kali dalam sehari? …….


(5)

danau?

Jika ya, berapa kali dalam sehari? …….

6 Apakah anda mencuci pakaian menggunakan air danau?

7 Apakah anda mencuci alat dapur menggunakan air danau?

8 Apakah anda mencuci buah dan sayuran menggunakan air danau?

9 Apakah keluarga anda buang air besar ke danau? 10 Jika anggota keluarga diare, apakah masih tetap

buang air besar ke danau?

11 Apakah keluarga anda membuang sampah ke danau?

12 Jika hewan peliharaan Anda mati, apakah Anda membuang bangkainya ke danau?

13 Apakah anda mengolah air danau terlebih dahulu sebelum digunakan?

14 Apakah dalam mengangkut air ke rumah anda menyimpan dalam wadah/tempat yang tertutup ? 15 Apakah dalam penyimpanan air di rumah tetap


(6)

KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN PEMAKAI AIR DANAU TOBA DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI DESA TANJUNG BUNGA KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 III.KELUHAN KESEHATAN

Keluhan Kesehatan Merasaka n Keluhan Mulai Merasaka n Keluhan

Anggota keluarga Yang Merasakan Keluhan

Berobat Tempat Berobat Terakhir Berobat Ya Td

k

Istri /sua mi

Anak Anggota Keluarga

Yg Lain

Ya Tdk Puskesma s Ruma h Sakit Lain 2 1-3 bln lalu >3bln yg lalu

1. Kulit gatal dan merah-merah. 2. Diare

3. Mata merah, dan gatal

4. Lainnya, sebutkan……

Responden