Sikap guru terhadap program sertifikasi dalam peningkatan kinerja guru : studi kasus guru-guru sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta - USD Repository
SIKAP GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh :
Wayah Efratasario Sabattrinia NIM : 031324032 PROGRAM STUDI PENDIDIK AN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARM A YOGYAKARTA
ABSTRAK
SIKAP GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI DALAM
PENINGKATAN KINERJA GURU
Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta
Wayah Efratasario Sabattrinia
031324032
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1) menganalisis sikap guru terhadap proses sertifikasi dan, 2) menganalisis sikap guru terhadap pencapaian tujuan sertifikasi.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan Random Sampling, sampel yang diambil sebanyak 30 sekolah dengan jumlah responden 70 orang guru. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan taraf signifikasi 5%. Teknik analisis data menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1) sikap guru terhadap proses sertifikasi adalah sangat baik dan baik dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 61 orang (87%) guru menyatakan sikap sangat baik dan baik terhadap proses sertifikasi dan, 2) Sikap guru terhadap pencapaian tujuan sertifikasi adalah sangat baik dan baik dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa 55 orang (78%) guru menunjukkan sikap sangat baik dan baik terhadap pencapaian tujuan sertifikasi.
ABSTRACT
TEACHER’S ATTITUDE TOWARDS THE PROGRAMME OFCERTIFYING OF TEACHER’S PERFORMANCE
A Case Study on Teachers’ of Senior High Schools in Yogyakarta
Wayah Efratasario Sabattrinia 031324032 Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
The aims of this reserch are : 1) analyzing the attitude of teachers to the process of certifying of teacher’ s performance and, 2) analyzing the attitude of teachers in attaining the target of certifying of teacher’ s performance. This research is a descriptive research. This research was carried out in Senior High Schools in Yogyakarta. The technique of taking samples was random sampling. The samples were 70 teachers from 30 schools of Senior High Schools. The technique of collecting data is questionnaire. The data of this research was analyzed by using The Correlation of Product Moment from Karl Pearson with 5% signification level. The technique of analyzing the data refered to the evaluation of standart type II.
Based on the data analysis, it is concluded: 1) the attitude of teachers to words the process of certifying is very good. It can be perceived that 61 teachers (87%) express good attitude and do well the process of certifying, 2) the attitude of teachers in attaining the target of certifying is very good and it indicates that 55 teachers (78%) express good attitude and do well by attaining the target of certifying.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Sang Juru Selamat atas segala anugerah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“ Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi dalam Peningkatan Kinerja Guru “
. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dan doa dari berbagai pihak yang senantiasa membantu dengan ikhlas dan tidak mengenal lelah, tidak mungkin skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa kebaikan orang-orang di sekitar penulis yang telah memberi bantuan secara langsung maupun secara tidak langsung, baik moril maupun materiil sangat membantu penulis. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan dorongan semangat, dukungan, masukan, kritikan dan saran kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan semangat dan dorongan bagi penulis.
6. Bapak Yohanes M. V. Mudayen selaku dosen tamu dalam pengujian skripsi yang banyak memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun dalam proses skripsi ini.
7. Seluruh Guru Sekolah menengah Atas di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian penulis.
8. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh Staf Sekretariat Prodi pendidikan Ekonomi (Mbak Titin, Pak Wawik ) yang selalu membantu dalam urusan administrasi penulis.
10. Kedua orangtua ku tercinta Bapak B.M. Triyono dan Ibu Veronica Ngatira terima kasih untuk doa, nasihat dan bimbingan yang diberikan hingga penulis berhasil hingga saat ini.
11. Adikku Bernadettha Wayah Yudhis Tyastuti (cepet lulus y yas..cinta emang selalu indah ) dan Yohana Wayah Kusuma Pratiwi yang selalu memberikan semangat.I LOPH U.
12. Mas KiZ ku pelita hatiku yang selalu mendukungku dan memberikan motivasinya disaat aku jatuh. Makasi yagh...akhirnya aku bisa nyusul juga .
13. Dewata Club, Diah Ambar Susanti (makasih y nyak,ayo jadi gak bikin PT..mumpung masi muda ) dan Anastasia Aspertiwiyana (you’ re my best...tengkyu y tatia bwt spiritnya,never give up!! )
14. Teman- teman Prodi Pendidikan Ekonomi: Wisnu, Bona Koko, Hendra (ayo bhe, bimbingan jangan lupa), Heri(^^), Okta, Anang (ayo cr ‘ gawe), Yuyun (ealah bu...gn tho rasanya jadi sarjana), Nining, Urbanus, Pipit, Ningsih, Meyta, Mbak Sandy, Ika, Katrin (Sukses y..jgn lupakan saat-saat kita menunggu bimbingan
), Ratna, Asih, Nanik, Rino, Istadi, Lius, Ian, Asti, Andika, Yustina, dan Alex. Terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya.
15. Teman-teman kos “ Primadona” Sisca, Dewi, Khori, Yohana, Ika, Retno dan Puput. Terima kasih untuk hari- hari yang penuh dengan canda tawa.
16. Sahabatku Sisca (akhirnya ndun..), Patty (cepet nyusul yagh prend), Ery ‘ cendol’ aprilianti (ojek cantikku yang selalu membantu, semua karena kamu
).Terimakasih untuk semua dukungan, bantuan, dan motivasi yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.
17. Alumni SMU SEDES SAPIENTIAE Bedono angkatan 2003 yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu. Terimakasih untuk persahabatan yang tak terpisahkan.
18. My ‘ eks’ yang selalu memberikan nasihat dan jurus- jurus jitu dalam menjalani hidup. Makasih yak ndut...semua emang diserahkan nasib,wish all the best for u.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan, waktu, tenaga, bantuan dan pikirannya kepada penulis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT
.......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................
6 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
6 D. Manfaat Penelitian .................................................................................
7 BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................
8 . ....................................................................... A Profesi Guru di Indonesia
8
1. Upaya- Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan ........................................................................
Profesionalisme Guru 11 .................................................................
2. Standar Kompetensi Guru
14 .....................
3. Peningkatan Profesionalisme Guru dengan Sertifikasi
16 ...................................................
C. Program Sertifikasi Guru Di Indonesia
20 ...............................................
1. Konsep dan Definisi Sertifikasi Guru
20 .......................................
2. Prosedur dan Mekanisme Sertifikasi Guru
21 .........................................
3. Pelaksanaan Serifikasi Guru di Indonesia
24 ...............................................
D. Sikap Guru terhadap Program Sertifikasi
26 ...............................................................................
E. Penelitian Terdahulu 30 ...................................................................................
F. Kerangka Berpikir
31 BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................
33 A . Desain Penelitian. ....................................................................................
33 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................
33 C. Subjek dan Objek ....................................................................................
34 D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...............................
34 E. Variabel Penelitian .................................................................................
35 F. Instrumen Penelitian ...............................................................................
37 G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................
38 H. Teknik Analisis Instrumen ......................................................................
40 I. Teknik Analisis Data ..............................................................................
42
BAB IV. GAMBARAN UMUM ..........................................................................
44 ........................................................
A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta
44 ..................................................................
1. Sejarah Kota Yogyakarta
44 .................................................
2. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta
45 .............................................................................
a. Batas Wilayah 45 ................................................
b. Keadaan Alam dan Luas wilayah
46 .......................................
3. Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan
46 ...................................................................................
B. Deskripsi Sekolah 47 ...............................................................................
C. Deskripsi Responden
48 BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..........................................
51 ...............................................................................
A. Pengujian Instrumen 51 ...........................................................................
1. Pengujian Validitas 51 ..................................................................................
2. Uji Reliabilitas
53 B. Analisis Data ..........................................................................................
54 1. Sikap Guru terhadap Proses Sertifikasi .............................................
54 2. Sikap Guru terhadap Pencapaian Tujuan Sertifikasi .........................
56 C. Pembahasan .............................................................................................
56 1. Sikap Guru terhadap Proses Sertifikasi .............................................
56 2. Sikap Guru terhadap Pencapaian Tujuan Sertifikasi .........................
59 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
61 A. Kesimpulan .............................................................................................
62 B. Saran ........................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
65 LAMPIRAN..........................................................................................................
67
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Prosedur Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ..................................22 Gambar II.2 Skema Sikap ................................................................................
28
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kisi- Kisi Kuesioner ....................................................................38 Tabel III.2 Penilaian Acuan Patokan ............................................................
43 Tabel IV.1 Daftar Sekolah Responden ..........................................................
47 Tabel IV.2 Tabel Responden Berdasarkan Usia Responden .........................
49 Tabel IV.3 Tabel Responden Berdasarkan Masa Kerja ................................
49 Tabel IV.4 Tabel Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ..................
50 Tabel IV.5 Tabel Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................
50 Tabel V.1 Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Proses Sertifikasi ................
52 Tabel V.2 Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Pencapaian Tujuan Sertifikasi ....................................................................................
53 Tabel V.3 Uji Reliabilitas ............................................................................
54 Tabel V.4 Sikap Guru Terhadap Proses Sertifikasi .....................................
55 Tabel V.5 Sikap Guru Terhadap Pencapaian Tujuan Sertifikasi .................
56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu menjadi sorotan publik karena bagaimanapun proses
pendidikan memiliki peran vital dalam pembentukan publik. Pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang paling mendasar dimana pendidikan merupakan hal pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Oleh karena itu, dinegara manapun pendidikan merupakan hal yang utama dan selalu menjadi sorotan bagi masyarakat. Apabila masyarakat dalam suatu negara mengalami proses pendidikan maka secara otomatis sumberdaya manusia yang ada tentu berkualitas. Pendidikan merupakan alat yang menentukan sekali untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia (Joesoef dalam Susilo, 2002). Dari pengertian ini kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan modal utama suatu bangsa untuk meningkatkan kualitasnya karena dengan adanya pendidikan maka akan muncul sumberdaya baru yang lebih berkualitas. Pentingnya peran suatu pendidikan tidak hanya dialami Indonesia, bahkan negara lain yang lebih maju seperti Jepang pun masih menganggap bahwa pendidikan adalah salah satu hal yang harus didahulukan diatas kepentingan lainnya.
Menyoroti pendidikan di Indonesia, pendidikan di negara kita ini masih mengalami krisis seperti perahu yang terkena badai. Banyak sekali pembaharuan yang ingin dilakukan tetapi sering kali hanya dilakukan setengah-setengah. Mulai dari zaman orde baru sampai karbinet gotong royong pendidikan di Indonesia memiliki fenomena tersendiri. Gambaran pendidikan di Indonesia memang sangat membutuhkan perhatian. Hal ini dibuktikan dari data penelitian Human Development Index (HDI) yang menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia pada tahun 2004 menempati urutan ke 111 dari 175 negara. Data ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan dinegara kita masih tertinggal jauh dari negara lain bahkan dari negara tetangga kita sendiri seperti Singapura yang berada di peringkat 25, Brunei Darusalam pada peringkat 33, Malaysia pada peringkat 58, Thailand pada peringkat 76 atau Filipina pada peringkat 85 (Kompas,2004). Untuk tingkat perguruan tinggi pun, dalam kelompok 20 perguruan tinggi di Asia tenggara hanya dua perguruan tinggi yang berhasil masuk yaitu ITB yang berada pada peringkat 10 dan UGM yang berada pada peringkat 12 (Seputar Indonesia,2007).
Melihat permasalahan yang ada, pemerintah selaku penyelenggara pendidikan sudah mulai memperbaiki kekurangan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia, mulai dari adanya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), penambahan subsidi untuk pendidikan, perbaikan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke Kurikulum Tingkat Satuan saat ini sedang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi guru. Pemerintah sedang mencoba memperbaiki mutu pendidikan kita yang akhir- akhir ini sering menjadi sorotan. Program sertifikasi guru dan dosen yang direncanakan oleh pemerintah sudah mulai dijalankan, dimana Undang- Undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen telah disahkan pada tanggal 30 Desember 2005 (Educare,2006). Undang- Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik professional untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan +menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran (Ditjen Dikti , 2007).
Indonesia bisa belajar dari pengalaman negara India, negara ini memiliki banyak permasalahan baik dalam hal penduduk yang berjumlah lebih dari satu milyar sampai masalah pendidikan karena masih banyak masyarakat yang buta huruf. Namun, mereka masih mempunyai visi yang jelas dalam hal pendidikan. Sekolah mampu menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam belajar seperti penyediaan tenaga pendidik yang ideal, koleksi-koleksi buku, akses internet yang dapat menambah pengetahuan siswa sehingga setiap orang dapat memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin. Sedikit bekal yang dimiliki yaitu dalam hal penguasaan teknologi informasi, mampu membawa mereka untuk maju.
Salah satu hal penting dalam pendidikan adalah guru yang merupakan fasilitator untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Guru memberikan gambaran yang jelas tentang suatu pelajaran baik dengan cara menerangkan, mengajarkannya kepada siswa melalui pengalaman, permainan ataupun dengan cara yang lain. Bantuan dari guru dalam menyampaikan materi membuat siswa menjadi lebih mengerti hal yang dipelajari. Akan tetapi, masih banyak juga guru yang dinyatakan belum layak mengajar yaitu 912.505 orang, terdiri atas 602.217 guru SD, 167.643 orang guru SMP, 75.684 orang guru SMA, dan 63.961 orang guru SMK (Kompas, 2005). Oleh karena itu, di Indonesia masih dibutuhkan sosok guru yang ideal yaitu yang mampu mengajarkan ilmu kepada anak didiknya, mampu memberikan motivasi kepada murid- muridnya dan dapat membangun proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan guru.
Profesi guru adalah profesi yang memerlukan keahlian dan keseriusan, namun saat ini citra seorang guru sudah merosot. Kualitas guru yang kurang baik adalah salah satu penyebabnya. Selain itu,gaji yang minim namun tugas yang diemban memerlukan tanggung jawab yang besar membuat masyarakat tidak bercita- cita menjadi guru bahkan profesi guru dijadikan sebagai pilihan terakhir daripada profesi lainnya. Banyak sekolah yang masih kekurangan guru, seperti kejadian di daerah Sulawesi Utara yang terancam kehabisan guru sejak pemerintah memberlakukan otonomi daerah karena guru- guru bersaing untuk masuk ke instansi pemerintah non kependidikan (Basis, 2005). Kualitas pendidik yang berkurang juga. Oleh karena itu pemerintah berusaha memperbaiki keadaan ini dengan membuat program sertifikasi.
Program sertifikasi yang direncanakan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku bagi guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non- pegawai negeri sipil (Ditjen Dikti , 2007) . Adanya program sertifikasi guru dan dosen diharapkan dapat membantu menyelesaikan salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia yaitu perbaikan kualitas pendidikan.
Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu. Sikap merupakan sesuatu yang gampang dilihat apabila kita ingin melihat bagaimana respon seseorang terhadap suatu fenomena atau kejadian atau dengan kata lain dari sikap kita dapat mengetahui kecenderungan seseorang terhadap sesuatu.Hal ini juga dapat diterapkan dalam program sertifikasi guru. Pelaksanaan program sertifikasi guru yang saat ini sudah dilakukan merupakan suatu terobosan baru dalam dunia pendidikan. Sesuatu yang baru tentunya banyak mengundang daya tarik bagi dan mengundang adanya sikap dari masyarakat. Salah satu pihak sangat setuju dengan adanya program ini karena diharapkan dapat memberikan angin segar bagi profesi guru itu sendiri. Pihak lain justru berkebalikan, menganggap program ini tidak akan sukses sehingga tunjangan yang akan diberikan itu hanya sekedar iming- iming saja. Namun ada juga pihak yang hanya mengikuti arus saja, yang sekedar mengikuti aturan yang berlaku. Adanya perbedaan sikap ini sangat dirasakan dalam program sertifikasi karena dari sikap masyarakat terutama guru dapat dilihat apakah program ini berhasil atau tidak.
Penelitian ini meneliti tentang “ Sikap Guru terhadap Program Sertifikasi dalam Peningkatan Kinerja Guru” karena adanya program ini menimbulkan reaksi berbeda- beda dari tiap orang yang terlihat dari sikap mereka terhadap program ini, dari sikap mereka dapat diperoleh gambaran berhasil atau tidaknya pelaksanaan sertifikasi bagi guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap guru terhadap proses sertifikasi?
2. Bagaimana sikap guru terhadap pencapaian tujuan sertifikasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis sikap guru terhadap adanya proses sertifikasi dalam upaya peningkatan kinerja guru.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah dan Dinas Pendidikan Tinggi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pelaksanaan Program Sertifikasi Guru dan juga memberikan gambaran dalam mengambil keputusan dalam bidang pendidikan serta dapat menjadi sumber refleksi dan perbaikan akan pelaksanaan Sertifikasi Guru pada pelaksanaan selanjutnya.
2. Bidang pendidikan.
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan terutama hal-hal yang berkenaan dengan Sertifikasi Guru.
3. Mahasiswa.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan dapat menjadi bekal dalam berkarya di masa yang akan datang.
4. Universitas.
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan referensi dan sumber empiris atas sertifikasi guru.
BAB II LANDASAN TEORI A. Profesi Guru Di Indonesia Guru berasal dari bahasa sansekerta, gur-Ú yang berarti mulia, bermutu,
memiliki kehebatan dan orang yang sangat dihormati. Arti guru yang demikian dalam istilah Jawa dapat diasosiasikan sebagai karakter yang memiliki kehebatan serta menjadi tauladan dan reflektif (Setyowati 2006:10). Pada jaman dahulu, jauh sebelum era globalisasi informasi profesi dan posisi guru konon dihormati seperti para priyayi dalam berbagai upacara dan perayaan. Secara ekonomis, penghasilan guru pada saat itu memadai dan secara psikologis, harga diri dan wibawa mereka juga tinggi sehingga para orangtua pun berterima kasih apabila anak- anaknya dididik oleh guru (Syah, 1997:221). Pada jaman kolonial, kedudukan guru berada setingkat dengan kaum bangsawan. Guru merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan menjadi tempat rujukan bagi semua pihak(www.kompas.com). Secara singkat posisi guru pada saat itu sangat terhormat dan mulia bagi masyarakat dan guru dianggap sebagai orang yang disegani dan pantas untuk ditiru bahkan masyarakat menganggap bahwa profesi guru merupakan salah satu profesi yang diimpikan karena memiliki status sosial yang tinggi .
Seiring dengan perkembangan jaman untuk masa sekarang pengertian guru sudah berubah. Pengertian guru lebih pada profesi yang mengajarkan ilmu Guru dan Dosen Pasal 1 pengertian guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru merupakan sebutan terhormat untuk mereka yang bertugas mendidik siswa. Tugas seorang guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif dalam masyarakat. (Sanjaya, 2005:144). Dalam menjalankan tugasnya, guru juga mempunyai hak dan kewajiban yaitu:
a. Hak guru Hak- hak guru terdapat dalam Undang- Undang Guru dan Dosen pasal 14 meliputi : 1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual 4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi 5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
6) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang- undangan.
7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi. 9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan atau 11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
b. Kewajiban guru.
Kewajiban Guru menurut Undang- Undang Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20 adalah : 1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. 3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang- undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai- nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
B. Peningkatan Profesionalisme Keguruan
1. Upaya- Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru.
Pergulatan mengenai peningkatan mutu dan profesionalisme guru pada dasarnya sudah menjadi masalah sejak awal tahun 1960-an. Pada masa itu kondisi pendidikan sangat memprihatinkan karena masih banyak sekali kekurangan baik dalam hal kurangnya buku pelajaran maupun sarana dan prasarana yang tersedia. Hal pertama yang dilakukan pemerintah saat itu adalah dengan mengubah kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah untuk mengantisispasi tuntutan perkembangan jaman. Kurikulum yang bersumber pada mata pelajaran diganti menjadi kurikulum yang bersumber pada kelompok mata pelajaran secara luas (Soeprapto, 2003: 224). Perubahan kurikulum baru terealisasi pada tahun 1975, pada saat itu adanya perubahan kurikulum membuat perlunya penyesuaian dengan penataran bagi guru-guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan kurikulum yang baru. Melalui Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar (P3D), Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), yang dilanjutkan dengan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan (P3TK) (Soeprapto, 2003: 224).
Upaya- upaya peningkatan profesionalisme guru terus berlangsung dengan tujuan yang sama yaitu lebih meningkatkan lagi kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1990-an berbagai upaya juga dilakukan pemerintah untuk meningkatkan keterampilan mengajar, penguasaan materi ajar serta komitmen dan motivasi guru dalam mengajar. Adapun program- program yang diupayakan pemerintah pada saat itu adalah : program penyetaraan untuk meningkatkan kualifikasi guru, peningkatan kemampuan guru secara khusus melalui penataran, serta program pembinaan dan pengembangan kemampuan professional guru melalui wadah PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP/BS (Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Bidang Studi), KKG/PKG ((Kelompok Kerja Guru/ Pemantapan Kerja Guru), dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (Supriadi dan Faisal, 2001: 263).
Program penyetaraan untuk meningkatkan kualifikasi guru lebih diprioritaskan untuk guru SD hinggs setara D-II dan SLTP hingga setara D-III yang dimulai sejak tahun 1992/1993. Pelaksanaan program ini bertahap mengingat besarnya jumlah guru yang memerlukan peningkatan kualifikasi. Mengingat besarnya tantangan peningkatan kualifikasi guru tersebut, maka ditempuh berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas dan mutu program ini bekerjasama dengan LPTK di seluruh Indonesia.
Program lain yang juga dilaksanakan yaitu peningkatan kemampuan guru melalui penataran, dimana pada saat itu banyak sekali kegiatan guru pada tingkat SD hingga SLTA. Persoalan yang dihadapi adalah kurangnya koordinasi antara program- program penataran, mutu penataran yang belum teruji, dan dampak penataran terhadap kinerja guru. Perhatian yang sungguh- sungguh diberikan kepada usaha membenahi materi dan metode penataran agar mempunyai dampak yang nyata terhadap peningkatan kemampuan guru. Pada saat yang sama, dilakukan pemetaan kembali jenis- jenis penataran dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensinya.
Program terakhir yang dilaksanakan yaitu pembinaan dan pengembangan kemampuan professional guru melalui wadah PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP/BS (Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Bidang Studi), KKG/PKG (Kelompok Kerja Guru/Pemantapan Kerja Gutu) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). Melalui wadah ini para guru diarahkan untuk dapat berbagi pengalaman mengenai cara mengajar dan materi ajar sehingga apa yang diperoleh guru di kelompok tersebut dapat diterapkan di kelas. Dibeberapa daerah, pembinaan seperti ini cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, namun ditempat lain masih ditemukan kendala yang berkaitan dengan akses guru ke PKG/KKG dan motivasi guru untuk menerapkan apa yang diperoleh di kelas.
Program- program pembinaan mutu guru memberikan perhatian khusus pada hal- hal yang berkaitan dengan pemanfaatan waktu/ hari praktis yang dialami di sekolah. Di lain pihak, materi- materi yang kurang relevan perlu dilakukan pengkajian yang intensif dan komprehensif terhadap materi pendidikan/pelatihan guru yang dilakukan oleh para ahli dengan melibatkan para guru yang mengetahui permasalahannya.
2. Standar Kompetensi Guru Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya (Usman, 1997: 14) sedangkan menurut
Johson dalam Sanjaya, 2005: 145, kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Pengertian kompetensi guru menurut Undang- Undang Guru dan Dosen merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan., sebagai patokan dari kompetensi guru adalah standar kompetensi. Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan (Madjid, 2005: 6). Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakat. Kecakapan sosial tersebut dijelaskan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang dilayaninya atau secara nyata, orang yang kompeten tersebut mampu bekerja di bidangnya secara efektif- efisien. Kadar kompetensi seseorang tidak hanya menunjuk kuantitas tetapi kualitas kerja (Houston dalam Samana, 1994 : 44). Kompetensi sangat perlu dimiliki oleh tiap- tiap guru agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang ideal, guru harus memiliki kompensi dasar. Menurut Undang- Undang Guru dan Dosen kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogik yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. (Trianto dan Tutik, 2007: 90). Pengertian kompetensi kepribadian (dalam Mulyasa, 2007: 117) adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik. pembelajaran karena kepribadian guru sangat berperan dalam membentuk peserta didik sehingga dengan ajarannya guru dapat membentuk kepribadian siswa yang baik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat setempat (Mulyasa, 2007:173). Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis (Trianto dan Tutik, 2007: 85) Keempat kompetensi ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan profesinya baik di sekolah maupun dimasyarakat.
3. Peningkatan Profesionalisme Guru Dengan Sertifikasi Guru adalah profesi yang pada mulanya oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai profesi yang luhur. Pemberitaan di berbagai media pada akhir- akhir ini membuat citra guru menjadi perbincangan dalam dunia pendidikan Indonesia. Pemberitaan yang muncul mengupas fakta- fakta seputar keadaan guru- guru di Indonesia yaitu seputar kualitas guru di Indonesia yang dirasa masih kurang berkualitas. Kualitas pendidikan di Indonesia rendah sementara guru sebagai ujung tombak semakin berkurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kualitas pendidikan yang semakin rendah menjadikan guru sebagai kambing hitam karena guru merupakan sosok yang paling bertanggung jawab dalam proses pembelajaran di kelas. Dari segi kualitas, masyarakat masih merindukan terhadap prinsip dan juga mampu menguasai bidang ilmu yang diajarkan (Kompas, 2006). Namun kenyataannya, kualitas sumberdaya guru di Indonesia masih rendah padahal ilmu pengetahuan merupakan senjata guru dalam mengajar. Selain dari segi kualitas, kuantitas guru juga masih kurang karena masih banyak wilayah di Indonesia yang kekurangan guru, seperti di Pulau Jawa yang seharusnya jumlah guru lebih banyak ternyata masih mengalami kekurangan banyak guru, untuk satu SD yang seharusnya memiliki tujuh guru kenyataannya hanya memiliki dua atau tiga guru (Kompas, 2004). Lain halnya di daerah Papua jumlah tenaga pengajar sangat terbatas sehingga banyak sekolah yang ditutup. Rasio guru di sekolah ini 1: 6,5 satu sekolah hanya terdapat enam atau tujuh guru sehingga masih banyak ditemukan siswa lulusan sekolah dasar atau sekolah menengah pertama yang belum bisa membaca dan menulis (Basis, 2001). Menurut Prihadiartanto (2005) pada tahun 2020 Indonesia akan kehabisan Guru. Kedua permasalahan ini menyebabkan merosotnya citra profesi guru sehingga masih banyak generasi muda yang pandai tidak tertarik dan berminat menjadi guru (Kompas, 2006). Guru merupakan pekerjaan dengan tanggungjawab besar namun gaji yang didapatkan minim.
Penurunan citra profesi guru menyebabkan masyarakat berfikir dua kali untuk menjadi guru sehingga profesi guru tidak dijadikan pilihan utama (Kompas, 2006). Menurut Supriyoko (www.kompas.com), kualitas kombinasi yang sempurna untuk menghasilkan generasi yang kurang cerdas sehingga perlu adanya peningkatan profesionelisme dalam diri guru sendiri.Profesional dapat berarti cara seseorang untuk menjalankan profesi dengan sebaik- baiknya dan juga sikap seseorang untuk mengembangkan kemampuannya sehingga memiliki keterampilan yang tinggi. Namun, menurut Undang- Undang Guru dan Dosen, professional berarti pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memiliki pendidikan profesi sedangkan guru professional berarti guru yang mampu berubah dari praktik lama untuk menghadapi tantangan professional saat ini (Kompas, 2007) sehingga dalam menjalankan profesinya sehari- hari guru harus mampu dan memiliki kemampuan untuk memberikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa dengan menggunakan cara- cara yang relevan saat ini. Profesionalisme yang dimiliki oleh guru berdampak pada peningkatan mutu guru sendiri sehingga pada akhirnya guru akan lebih berkualitas.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru antara lain dengan meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai dari tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi (http://artikel.us/amhasan.html). Kualifikasi akademik yang dimaksud Diploma IV yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran (Kompas, 2007). Upaya lain yaitu dengan program sertifikasi yang diorientasikan kepada guru prajabatan dan guru dalam jabatan. Selain untuk peningkatan profesionalisme, tujuan lain pelaksanaan sertifikasi adalah untuk peningkatan mutu hasil pendidikan dan juga menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Kompas, 2007). Proses sertifikasi guru yang merupakan titik awal bagi perbaikan kualitas guru diharapkan dapat menjadi titik awal bagi perbaikan pendidikan Indonesia sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pelaksanaan sertifikasi di Indonesia sendiri memang masih merupakan hal yang baru, tetapi tidak demikian di negara- negara lain seperti Amerika, Jepang, Inggris, dan Australia sementara itu di Denmark baru dimulai pada tahun 2003. Amerika telah terlebih dahulu melakukan uji sertifikasi terhadap guru. Melalui badan independent yang disebut The American Assosiation of Colleges For Teacher Education (AACTE).
Badan tersebut berwenang menilai dan menentukan ijazah yang dimiliki calon pendidik, layak atau tidak layak untuk diberi lisensi pendidik.
Jepang sudah memberlakukan sertifikasi guru selama 33 tahun sejak tahun 1974, diyakini pemerintah Jepang bahwa kemajuan bangsanya harus diawali dari dunia pendidikan syaratnya memiliki guru yang berkualitas.
C. Program Sertifikasi Guru Di Indonesia
1. Konsep Dan Definisi Sertifikasi Guru Istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan (sertifikat) dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus pernyataan terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas (Trianto dan Tutik, 2007:11).Namun menurut Undang- Undang Guru dan Dosen, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, dimana sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diharapkan dapat berfungsi sebagai jaminan formal terhadap eksistensi pekerjaan mendidik. Selain itu, adanya sertifikat pendidik diharapkan dapat melindungi kegiatan pendidikan dari tindakan yang tidak bertanggung jawab (Kompas, 2007). Tujuannya adalah untuk mendapatkan guru yang bermutu. (Depdiknas, 2007:1).
Awal mula pelaksanaan sertifikasi di Indonesia adalah dikarenakan kondisi pendidikan Indonesia yang tertinggal jauh dari negara- negara lain.
Perbaikan kurikulum sudah perlahan- lahan dilakukan pemerintah, namun itu saja dirasa kurang cukup sehingga perbaikan kualitas guru dilakukan dengan proses sertifikasi yang tujuannya untuk mendapatkan guru yang berkualitas. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pernah mengatakan bahwa “ Sebaik apapun kurikulum jika tidak didukung guru yang berkualitas maka semua akan sia- sia” .(Kompas, 2006).Adanya sertifikasi dianggap telah memiliki kualifikasi dan kompetensi sehingga dengan adanya sertifikasi, kemampuan guru dalam hal mengajar sudah tidak diragukan lagi.
2. Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Sertifikasi Guru.