Sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru : studi kasus pada guru ekonomi dan akuntansi SMA di Kota Yogyakarta.
xi
ABSTRAK
SIKAP GURU SMA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU Studi Kasus Pada Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA di Kota Yogyakarta
Astri Tumanggor Universitas Sanata Dharma
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja; (2) ada tidaknya perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan populasi penelitian yaitu guru ekonomi dan akuntansi SMA di Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu proporsional random sampling dan diperoleh 20 SMA sebagai sampel penelitian. Data dalam penelitian ini, yaitu sikap guru yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan Skala Likert yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan One Way ANOVA untuk sikap guru SMA terhadap program sertifikasi berdasarkan masa kerja dan t-test untuk sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi dengan bantuan komputer program SPSS versi 15.0 for Windows.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja (Fhitung = 1,797 ? Ftabel = 3,24); (2) tidak ada perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi (thitung = 1,073, dengan Asymp. Sig = 0,290 > 0,05).
(2)
xii
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS’ ATTITUDES TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL CERTIFIED PROGRAM
A Case Study on Economic and Accounting Teachers in Senior High Schools in Yogyakarta
Astri Tumanggor Sanata Dharma University
2008
This research is intended to know (1) the differences of senior high school teachers’ attitude s towards teacher’s professional certified program based on the service duration; (2) the differences of senior high school teachers’ attitudes towards teacher’s professional certified program based on the social economy condition.
This research is a case study. The research populations are economic s and accounting senior high school teachers in Yogyakarta. The technique of taking the sample is proportional random sampling. There are 20 senior high schools as the samples. The data of this research are the teachers’ attitudes which were gathered by using questionnaires which have been checked their validity and reliability. The data analysis technique is One Way ANOVA for senior high school teachers’ attitudes towards teacher’s professional certified program based on the service duration and t-test for senior high school teachers’ attitudes towards teacher’s professional certified program based on the social economy condition which was analysed by the help of SPSS version 15.0 for Windows computer program.
The result shows that (1) there isn’t any difference of senior high school teachers’ attitude towards teacher’s professional certified program based on the service duration (Fcount = 1.797 < Ftable = 3.24); (2) there isn’t any difference of senior high school teachers’ attitude towards teacher’s professional certified program based on the social economy condition (t-test = 1,073, with Asymp. Sig = 0,290 > 0,05).
(3)
SIKAP GURU SMA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU
Studi Kasus Pada Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA di Kota YogyakartaSKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Astri Tumanggor
NIM: 041334045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
S kripsi
ini kupersembahkan untuk
T uhan Y esus K ri stus
yang mengasihi dan menyertaikuM ama dan P apa
yang kucinta K akakL ina
dan A bangS lamat
yang kusayangiA lm.
T anteku
yang kurindukanA dek-adekku
yang kusayangiN ’crut
Q
yang kukasihiA lmamaterku
U niversitasS a
nataD har
ma yang jarang kupakai(7)
v
MOTTO
Cuk uplah k asih k arunia- Ku bagimu, sebab justru dalam k elemahanlah k uasa- Ku menjadi sempurna
( II Korintus 12 : 9)
Eagle's Wings - Hillsong United
Here I am waiting Abide in me I pray Here I am longing For You
Hi de me i n Your l ove Bring me to my k nees May I k now Jesus More and more
Come live in me All my lif e Tak e over
Come breathe in me I will rise
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 04 Desember 2008 Penulis
(9)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tanda di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Astri Tumanggor Nomor Mahasiswa : 041334045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“ Sikap Guru SMA Terhadap Program Sertifikasi Guru“
Studi Kasus Pada Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA di Kota Yogyakarta beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengn demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam betuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 03 Februari 2009 Yang menyatakan,
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Berkat kasih Tuhan Yesus Kristus , maka Skripsi yang berjudul “SIKAP GURU SMA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU Studi Kasus pada Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA di Kota Yogyakarta” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. , selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan penulis mengadakan penelitian.
(11)
viii
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M. SA., selaku dosen penguji Skripsi. Terimakasih untuk bimbingan, revisi serta segala bantuannya.
6. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku dosen penguji Skripsi. Terimakasih unt uk bimbingan, revisi serta segala bantuannya.
7. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.S. yang telah menyempurnakan abstrak dalam Bahasa Inggris.
8. Seluruh dosen serta karyawan Pogram Studi Pendidikan Akuntansi.
9. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMA Immanuel Kalasan, SMA Kolombo, SMA Bina Harapan, SMA Mandala Bhakti, SMA Binatama Sleman, SMA Mikael Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Kolose De Brito, SMA GAMA, SMAN 1 Kalasan, SMAN 1 Gamping, SMAN 1 Mlati, atas waktu dan izin untuk melaksanakan penelitian.
10. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMA N 7, SMA N 8, SMA N 10, SMA N 11, SMA Bhinneka Tunggal Ika, SMA BOPKRI 2, SMA BOPKRI 3, SMA Budya Wacana, SMA Institut Indonesia, SMA Marsudi Luhur, SMA Pembangunan, SMA Perak, SMA PIRI 1, SMA Sang Timur, SMA Santa Maria, SMA Santo Thomas, SMA Stella Duce 1, SMA Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis dan SMA 17’1 yang telah memberikan waktu dan izin untuk meneliti guru ekonomi dan akuntansinya.
(12)
ix
11. Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tak ternilai hingga penulis dapat menyelesaikan studi serta skripsi ini dengan baik. 12. Kakak lina dan Abang slamat yang telah memberikan banyak dukungan
hingga penulis dapat menyelesaikan studi serta skripsi ini dengan baik.
13. Alm. Tante yang telah memberikan informasi tentang sertifikasi guru dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
14. Keluarga besar dan adik-adikku ya ng telah memberikan doa dan semangatnya. 15. Ambrosius Oky S (ncrut-Q) yang mendampingi, memberikan bantuan dan
semangat demi selesainya skripsi ini.
16. Teman-teman mahasiswa angkatan 2004 (oma, cece, puput, pasca, sella, rani, ika, agustin, yani, yanita, nia, ike, dika, noe -q, dll) yang bersama-sama berjuang dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi.
17. Sahabat-sahabatku (puji, dikha, ike) yang mau menemaniku dalam penelitian. 18. Anak-anak YAKKUM (amir, barokah, tari, yanti, virgo, eko, mas kukuh,
mbak roisah, mbak siti, nur) beserta guru pak wid, bu rumi dan kak lose sea, terima kasih atas doa dan semangat yang kalian tunjukkan.
19. Anak-anak DFJ (kak iyo, kak deny, kak ariz, kak prima, tyas, cristo, risna, dina, mona, nike, asti, hary, dll) yang mendukung dan menguatkan dalam melayani Tuhan lewat doa.
20. Keluarga yang telah melupakan aku (X-Vaganza), maaf karena ini aku jadi dikeluarkan, tapi ini yang ingin aku buktikan bahwa aku lulus.
21. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam studi maupun dalam penulisan skripsi ini.
(13)
x
Semoga bimbingan, doa, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akan membuahkan kebahagiaan yang luar biasa. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belumlah sempurna, maka dari itu sangat terbuka bagi siapa saja memberikan masukan dan saran dari pembaca.
Yogyakarta, 04 Desember 2008 Penulis,
(14)
xi
ABSTRAK
SIKAP GURU SMA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU Studi Kasus Pada Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA di Kota Yogyakarta
Astri Tumanggor Universitas Sanata Dharma
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja; (2) ada tidaknya perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan populasi penelitian yaitu guru ekonomi dan akuntansi SMA di Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu proporsional random sampling dan diperoleh 20 SMA sebagai sampel penelitian. Data dalam penelitian ini, yaitu sikap guru yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan Skala Likert yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan One Way ANOVA untuk sikap guru SMA terhadap program sertifikasi berdasarkan masa kerja dan t-test untuk sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi dengan bantuan komputer program SPSS versi 15.0 for Windows.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja (Fhitung = 1,797 ? Ftabel = 3,24); (2) tidak ada perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi (thitung = 1,073, dengan Asymp. Sig = 0,290 > 0,05).
(15)
xii
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS’ ATTITUDES TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL CERTIFIED PROGRAM
A Case Study on Economic and Accounting Teachers in Senior High Schools in Yogyakarta
Astri Tumanggor Sanata Dharma University
2008
This research is intended to know (1) the differences of senior high school teachers’ attitude s towards teacher’s professional certified program based on the service duration; (2) the differences of senior high school teachers’ attitudes towards teacher’s professional certified program based on the social economy condition.
This research is a case study. The research populations are economic s and accounting senior high school teachers in Yogyakarta. The technique of taking the sample is proportional random sampling. There are 20 senior high schools as the samples. The data of this research are the teachers’ attitudes which were gathered by using questionnaires which have been checked their validity and reliability. The data analysis technique is One Way ANOVA for senior high school teachers’ attitudes towards teacher’s professional certified program based on the service duration and t-test for senior high school teachers’ attitudes towards teacher’s professional certified program based on the social economy condition which was analysed by the help of SPSS version 15.0 for Windows computer program.
The result shows that (1) there isn’t any difference of senior high school teachers’ attitude towards teacher’s professional certified program based on the service duration (Fcount = 1.797 < Ftable = 3.24); (2) there isn’t any difference of senior high school teachers’ attitude towards teacher’s professional certified program based on the social economy condition (t-test = 1,073, with Asymp. Sig = 0,290 > 0,05).
(16)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... xi
ABSTRACT... xii
DAFTAR ISI...xiii
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR GAMBAR... xix
DAFTAR LAMPIRAN... xx
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8
(17)
xiv
1. Pengertian Sikap... 8
2. Struktur Sikap... 10
3. Ciri-ciri Sikap... 11
4. Pembentukan Sikap... 13
B. Guru... 17
1. Pengertian Guru... 17
2. Guru Sebagai Profesi... 18
3. Profesionalisme Guru...19
C. Program Sertifikasi Guru... 21
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap Guru... 31
E. Kerangka Berpikir...33
F. Hipotesis... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 36
1. Tempat Penelitian... 36
2. Waktu Penelitian... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian... 37
1. Subjek Penelitian... 37
2. Objek Penelitian... 37
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 37
1. Populasi dan Sampel Penelitian... 37
(18)
xv
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 39
1. Variabel Penelitian... 39
2. Pengukuran Variabel... 40
F. Teknik Pengumpulan Data...45
G. Teknik Pengujian Instrumen... 48
1. Uji Validitas... 48
2. Uji Reliabilitas... 51
H. Uji Prasyarat...53
1. Uji Normalitas...53
2. Uji Homogenitas... 53
I. Teknik Analisis Data... 54
1. Analisis Data Kualitatif... 54
2. Analisis Data Kuantitatif... 56
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...60
A. Deskripsi Data... 60
1. Deskripsi Responden Penelitian... 60
2. Deskripsi Sikap Guru SMA Terhadap Program Sertifikasi Guru... 63
B. Analisis Data... 67
1. Pengujian Normalitas dan Homogenitas...67
2. Analisis Data Kuantitatif...68
(19)
xvi
BAB V PENUTUP... 77
A. Kesimpulan... 77
B. Saran... 77
C. Keterbatasan Penelitian... 78
DAFTAR PUSTAKA... 80
(20)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pemetaan Komponen Portofolio ke dalam Kompetensi Guru... 31
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian dengan menggunakan Teknik Proposional... 38
Tabel 3.2 Sekolah Sampel Secara Random... 39
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Model Likert... 41
Tabel 3.4 Kategori dan Syarat Pengukuran... 45
Tabel 3.5 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner... 47
Tabel 3.6 Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif Komponen Sikap... 47
Tabel 3.7 Sikap Guru terhadap Program Sertifikasi Guru... 49
Tabel 3.8 Kondisi Sosial Ekonomi... 51
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas masing-masing Variabel...52
Tabel 3.10 Skor Penilaian Sikap... 55
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 60
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 61
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 61
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi.... 62
Tabel 4.5 Interpretasi Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru. 64 Tabel 4.5.1 Interpretasi Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin... 64
Tabel 4.5.2 Interpretasi Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 65
(21)
xviii
Tabel 4.5.3 Interpretasi Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru Berdasarkan Masa Kerja... 66 Tabel 4.5.4 Interpretasi Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru
Berdasarkan Kondisi Sosia l Ekonomi... 66 Tabel 4.6 Perbedaan Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru
Berdasarkan Masa Kerja... 68 Tabel 4.7 Perbedaan Sikap Guru SMA terhadap Program Sertifikasi Guru
Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi...68 Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis - Sikap Guru terhadap Program Sertifikasi
Guru Berdasarkan Masa Kerja... 69 Tabel 4.9 Pengujian Hipotesis - Sikap Guru terhadap Program Sertifikasi
(22)
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Rosenbarg & Hovland mengenai Sikap... 9 Gambar 2.2 Terbentuknya Sikap... 14
(23)
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Instrumen Penelitian ... 82 Lampiran II Validitas dan Reliabilitas... 90 Lampiran III Data Induk Penelitian………97 Lampiran IV Deskripsi Statistik... 99 Lampiran V Uji Normalitas...102 Lampiran VI Homogenitas dan Anova... 104 Lampiran VII Tabel Untuk Perhitungan Anova... 107 Lampiran VIII Daftar Tabel Statistik... 108 Lampiran IX Surat Ijin Penelitian... 111
(24)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran (Muhibbin, 1995:1). Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa yang menjadi komponen utama dalam kegiatan proses belajar mengajar dan ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan adalah guru. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan mendapatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
Moh. Uzer Usman (1990:5) berpendapat bahwa semakin jelas dan nyata para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Di Indonesia, tingkat profesionalisme guru masih rendah disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari internal guru itu sendiri dan faktor lainnya yang berasal dari luar. Faktor yang pertama adalah dari segi penghasilan yang diperoleh guru belum mampu memenuhi kebutuhan hidup
(25)
harian keluarga. Oleh karena itu, upaya untuk menamba h pengetahuan dan informasi menjadi terhambat karena dana untuk untuk membeli buku, berlangganan koran, internet tidak tersedia. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan dapur saja ada sebagian yang melakukan pekerjaan sampingan. Kedua, kurangnya minat guru untuk menambah wawasan sebagai upaya peningkatan profesionalisme, sebab bertambah atau tidaknya pengetahuan serta kemampuan dalam melaksanakan tugas rutin tidak berpengaruh terhada p pendapatan yang diperolehnya. Jika ada pendapatan yang diperoleh hal itu tidak seimbang dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Ketiga, banyaknya jumlah lulusan sekolah guru dari tahun ke tahun, hal ini sebagai akibat dari mudahnya pemerintah memberikan izin pendirian Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan. (http://re-searchengines.com/iwanhermawan 2.html)
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat, dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru (Sumargi, 1996). Profesional yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa pekerjaan guru menjadi sumber penghasilan yang memerlukan keahlian dengan standar tertentu dan memerlukan pendidikan profesi.
(26)
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV dalam bidang yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa guru di Indonesia tidak terpenuhi dalam kualifikasi pendidikan minimal. Data dari Direktorat Tenaga Kependidikan Dikdasmen Depdiknas pada tahun 2005 menunjukkan bahwa hanya 30% (diantara sekitar 2,7 juta) guru di Indonesia yang memenuhi kualifikasi minimum. (http://www.jawapos.co.id?index.php?act= detail_c&id=242767)
Agar jumlah guru dengan kualitas minimum dapat meningkat maka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah memberikan standar melalui program sertifikasi guru. Program sertifikasi guru adalah upaya meningkatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional yang akan berdampak pula dalam peningkatan
(27)
kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan disebutkan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio atau penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru dengan mencakup 10 komponen yaitu: (1) Kualifikasi akademik, (2) Pendidikan dan pelatihan, (3) Pengalaman mengajar, (4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) Penilaian dari atasan dan pengawas, (6) Prestasi akademik, (7) Karya pengembangan profesi, (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) Pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, (10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Jika kesepuluh komponen tersebut telah dapat terpenuhi secara obyektif dengan mencapai skor minimum 850 maka yang bersangkutan dipastikan berhak menyandang predikat sebagai guru profesional, beserta sejumlah hak dan fasilitas yang melekat dengan jabatannya.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Guru harus memperlihatkan sikap profesional sebagai pendidik, buka n hanya sebagai pengajar. Sikap profesional untuk mau membuktikan diri melalui program sertifikasi guru. Sikap merupakan
(28)
kecenderungan atau kesiapan seseorang untuk bereaksi atau bertindak menurut cara tertentu terhadap sesuatu obyek baik manusia maupun bukan manusia (Sinurat, 2002:1).
Setelah mengetahui fenomena di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya sikap guru terhadap program sertifikasi guru, karena dari sikap guru baik yang positif maupun negatif akan berpengaruh pada guru dalam mengikuti program sertifikasi guru.
Berawal dari sikap positif, guru akan mempersiapkan diri dalam mengikuti program sertifikasi guru yaitu dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen atau berupa portofolio yang dapat mencerminkan kompetensi guru sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007. Dalam hal ini diharapkan guru dapat termotivasi untuk mendapatkan sertifikat sebagai pengakuan pendidik yang profesional dan akan mendapatkan kesejahteraan berupa tunjangan profesi.
Sebaliknya dari sikap ne gatif, guru mengganggap kesulitan dalam mengikuti program sertifikasi melalui uji portofolio karena terdapat banyak komponen di dalamnya. Terbukti bahwa ada guru yang memberikan bukti-bukti palsu atau adanya seminar-seminar yang sebenarnya tidak benar-benar dilaksanakan hanya untuk mendapatkan sertifikat. (http://www2.kompas. com/kompas-cetak/0710/22/jogja/1043726.htm)
Lain halnya apabila guru mempunyai sikap yang positif maka guru tersebut aka n siap dalam mengikuti program sertifikasi guru dengan berusaha untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Oleh
(29)
karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “SIKAP GURU SMA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibatasi dalam hal, sikap guru-guru ekonomi dan akuntansi di Sekola h Menengah Atas (SMA) terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja dan kondisi sosial ekonomi. Lokasi penelitian hanya dibatasi pada SMA di Kota Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dapat disusun rumusan masalah:
1. Apakah ada perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja?
2. Apakah ada perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja.
(30)
2. Untuk mengetahui perbedaan sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru SMA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru SMA khususnya pada bidang studi ekonomi dan akuntansi untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengikuti program sertifikasi guru.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan da pat menambah wawasan dan informasi dalam bidang pendidikan dan menjadi pengalaman yang baik dalam pengembangan karier yang akan datang.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi untuk seluruh pihak khususnya pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.
(31)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Menurut Bruno dalam Muhibbin Syah (1995:120) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang lain atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat dianggap suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Menurut M. Ngalim Purwanto (1996:141), sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang atau tidak senang, menurut dan melaksanakannya atau menjauhi/ menghindari sesuatu.
Menurut Berkowist dalam Saifuddin Azwar (1997:4-5) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable). Lebih lanjut Azwar (1997:5) mengutip pendapat beberapa ahli lain yang melihat sikap sebagai kesiapa n untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang
(32)
dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Thurstone dalam Bimo Walgito (1991:109) memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi positif atau negatif yang berhubungan dengan beberapa objek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang sedangkan afeksi yang negatif adalah afeksi yang tidak senang. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang.
Gambar 2.1
Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap (Adaptasi Dari Fishbein & Ajzen, 1975:340)
Variabel independen yang dapat diukur
Variabel intervening
Variabel dependen yang dapat diukur
STIMULASI (individu, situasi, isu sosial,
kelompok sosial, dan objek sikap lainnya.
SIKAP
AFEKSI
KOGNISI
KONASI
• Respons syaraf simpatetik. • Pernyataan lisan tentang afek. • Respons perceptual. • Pernyataan lisan tentang keyakinan. • Tindakan yang
tampak. • Pernyataan
lisan mengenai perilaku.
(33)
Dalam gambar 2.1 terlihat bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara responsnya dan objek yang bersangkutan. Respons diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respons kognitif (respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons konatif atau perilaku (respons berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya. (Saifuddin Azwar, 1997:8)
2. Struktur Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu:
a. Komponen kognitif (komponen konseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek sikap. Rasa senang merupakan hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif atau negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku), yaitu kompone n yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
(34)
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau be rperilaku seseorang terhadap objek sikap. (Bimo Walgito, 1991:110)
3. Ciri-ciri Sikap
Menurut Bimo Walgito (1991:113-115) sikap memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap terhadap suatu objek karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, melainkan terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan; sikap terbentuk atau dibentuk oleh lingkungan.
b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek tertentu
Sikap selalu terbentuk atau dipe lajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui persepsi terhadap objek tertentu. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek yang bersangkutan.
c. Sikap dapat tertuju pada suatu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek
Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang, maka akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif kepada kelompok yang dimasuki oleh orang yang
(35)
bersangkutan. Di sini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan objek sikap.
d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Kalau sikap telah terbentuk, sikap itu akan relatif bertahan lama. Sikap tersebut akan sulit berubah dan kalaupun berubah akan memakan waktu yang lama. Demikian pula sebaliknya, apabila sikap belum terlalu mendalam dalam diri seseorang, maka sikap tersebut akan relatif tidak tahan lama dan akan mudah berubah.
e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi
Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan), tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di samping itu, sikap juga mengandung motivasi, artinya sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku tertentu terhadap objek.
Ciri-ciri sikap yang lain dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (1983:92) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Manajemen” sebagai berikut:
a. Sikap bukan merupakan pembawaan manusia sejak lahir, melainkan terbentuk selama pe rkembangannya, sebagai akibat hubungannya dengan objek-objek di lingkungannya.
(36)
b. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang lain. Karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat dipelajari oleh lingkungan.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi dengan suatu objek. Objek tidak hanya satu jenis, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang menjadi perhatian orang yang bersangkutan.
d. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, yang berarti sikap hanya cocok untuk situasi pada waktu tertentu, yang belum tentu sesuai dengan waktu lain karena itu sikap dapat berubah menurut situasi. e. Sikap tidak dapat menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.
f. Sikap mengandung faktor-faktor motivasi dan emosi. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada seseorang.
4. Pembentukan Sikap
Seperti telah dipaparkan di atas sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi sikap dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya sikap akan jelas diikuti pada gambar 2.2 berikut ini :
(37)
Gambar 2.2 Terbentuknya Sikap
Dari gambar tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang. (Onong Uchjana Effendy, 1983:95)
Berikut ini akan diuraikan peranan beberapa faktor terhadap pembentukan sikap menurut Saifuddin Azwar (1997:30-38) :
a. Pengalaman pribadi
Kejadian yang dialami oleh individu akan ikut mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai Faktor internal
- Fisiologis - Psikologis
SIKAP Faktor eksternal
- Pengalaman - Situasi
- Norma-norma - Hambatan - Pendorong
REAKSI Objek Sikap
(38)
tanggapan dan penghayatan, orang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi. Apakah penghayatan itu akan membentuk sikap negatif atau positif, tergantung pada berbagai faktor. Untuk dapat mempengaruhi pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi yang bersangkutan melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang yang kita anggap penting kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita. Orang-orang yang dianggap penting dalam hidup antara lain : orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain. Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.
d. Media Massa
Media massa tersebut terdiri dari televisi, surat kabar, majalah dan lain-lain yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan
(39)
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi media massa membawa pesan-pesan ya ng berisikan sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisahnya antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
f. Pengaruh faktor emosional
Kadang-kadang, suatu sikap merupakan penghayatan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang bertahan lama.
(40)
B. Guru
1. Pengertian Guru
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pasal 29 ayat (1) mengemukakan bahwa gur u bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Dalam ayat (2) diungkapkan bahwa guru merupakan tugas profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sementara itu Drs H Rachmadi menjelaskan guru harus bermutu, artinya memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sebagai pendidik. Seorang guru dikatakan berkualitas bila dimulai dengan adanya kualifikasi akademik, yaitu bila ia lulusan pendidikan guru, lulusan pendidikan tinggi program pendidikan sarjana (S1) keguruan atau setidak-tidaknya program Diploma 4 (D4) keguruan. Selain itu juga guru harus mempunyai kompetensi dasar atau kompetensi minimal, yaitu
(41)
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian (kompetensi personal), kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan profesi yang bisa diperoleh di LPTK yang bersertifikat atau ditunjuk oleh pemerintah.
2. Guru Sebagai Profesi
Menurut pendapat B.J. Chandler dalam Sahertian (1994:27-28) menegaskan bahwa profesi mengajar ada lah suatu jabatan ya ng memiliki kekhususan. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan mengajar dan keterampilan yang menggambarkan seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing manusia. Apabila dilihat dari ciri-ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi. b. Mempunyai status yang tinggi.
c. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan mendidik).
d. Memiliki kegiatan intelektual.
e. Memiliki hak untuk memperoleh standard kualifikasi profesional. f. Mempunyai kode etik yang ditentukan organisasi profesi.
Lebih jauh Roestijah NK dalam Supeno (1995:28-29) mengemukakan bahwa profesionalisme di bidang pendidikan mendapat pengakuan karena tiga alasan. Pertama, lapa ngan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan merupakan suatu lapangan kerja rutin yang dapat dilakukan karena pengulangan-pengulangan atau pembinasaan.
(42)
Lapangan kerja ini pun tidak dapat dilaksanakan berdasarkan amatirisme, lebih-lebih dengan coba -coba atau trial an errors. Lapangan kerja ini memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang memperhitungkan komponen-komponen sistemnya. Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberi konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya. Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama, berupa pendidikan dasar (basic education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.
3. Profesionalisme Guru
Istilah ”profesional” aslinya adalah kata sifat dari kata pekerjaan yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan dan sebagai kata benda yang berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi sebagai mata pencaharian (McLeod dalam Muhibbin 1995:231). Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang lain.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:897) mengartikan profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dsb) tertentu. Artinya pekerja profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi keselamatan orang lain.
(43)
Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat (Sardiman, 1986:131).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1 ayat (4) menegaskan bahwa :
”Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.”
Profesionalitas menurut pasal 7 ayat (1) Undang-undang Guru dan Dosen dinyatakan sebagai bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
(44)
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Profesi yang dimaksud adalah profesi keguruan, seharusnya terkait dengan kecakapan yang dimiliki guru dalam menjalankan tugas keprofesiannya, dalam hal ini ialah untuk menjalankan fungsi guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran siswa.
Maka secara singkat dapat dikatakan pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Tiga kemampuan yang penting yang harus dimiliki seorang guru profesional adalah kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi pedagogis. Kompetensi tersebut merupakan syarat dalam mengikuti program sertifikasi guru.
C. Program Sertifikasi Guru
Istilah sertifikasi dalam makna Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanda atau surat keterangan (sertif ikat) dari lembaga berwenang yang
(45)
diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas.
Sertifikasi guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 ialah proses pemberian sertifikat pendidik, yang menjadi bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dalam ketentuan seperti yang diatur dalam Undang-undang Guru dan Dosen (2006) seperti yang dicantumkan dalam pasal 11 yang bunyinya seperti berikut:
1. Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. (ayat 1)
2. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. (ayat 2)
3. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel. (ayat 3) Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang pengelolaan pendidikan, yang sebagai suatu sistem meliputi masukan, proses, dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
(46)
Sertifikasi guru mempunyai tujuan yaitu untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) peningkatan proses dan mutu hasil pendidikan, dan (3) peningkatan profesionalitas guru.
Adapun manfaat sertifikasi guru yaitu sebagai berikut:
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
3. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
4. Meningkatkan kesejahateraan guru.
Guru yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan D4 dan S1 harus mengikuti ujian sertifikasi. Ujian sertifikasi tersebut berupa empat standar kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan pada ayat (10) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalitasan.
(47)
Ada empat kompetensi, yakni:
1. Kompetensi Pedagogik yang berarti guru harus memahami tentang peserta didik dari berbagai aspek, seperti perkembangan kognitif, emosional dan psikomotoriknya. Pemahaman tersebut diterapkan untuk mengajarkan bidang studi. Guru juga harus mengetahui berbagai teori tentang belajar dan pembelajaran, karena hal ini merupakan landasan pada pendekatan dan metodologi mengajar. Artinya kemampuan dalam pembelajaran ini memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya; mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna membantu siswa; serta menguasai sistem evaluasi yang tepat.
2. Kompetensi Kepribadian yang menuntut agar guru memiliki kepribadian yang mantap (berpegang pada norma yang berlaku), kepribadian yang mantap yang berarti juga taat asas dalam be rsikap dan bertindak, kepribadian dewasa yang berarti memiliki kematangan emosional sesuai dengan norma yang berlaku, kepribadian yang arif yang berarti mempunyai pertimbangan yang mendalam dalam bersikap dan bertindak sebagai pendidik, kepribadian berwibawa, dan akhlak mulia. Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan kepribadian mencakup kepribadian yang utuh, berbudi luhur, jujur, dewasa, beriman, bermoral; kemampuan mengaktualisasikan diri seperti disiplin, tanggung jawab, peka, objektif, luwes, berwawasan luas, dapat berkomunikasi dengan orang lain; kemampuan mengembangkan profesi seperti berpikir kreatif,
(48)
kritis, reflektif, mau belajar sepanjang hayat, dan dapat mengambil keputusan, terbuka akan hal-hal yang baru. (Suparno, 2004:47)
3. Kompetensi Profesional yang berkaitan dengan kemampuan dalam bidang studi. Kompetensi ini lebih menekankan pada keahlian guru yang memegang bidang studi tertentu. Artinya guru yang bersangkutan harus memahami dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Guru tersebut juga harus mampu mengembangkan keprofesionalitasannya. Dengan kata lain kemampuan dalam bidang studi memuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar, menguasai konsepnya, mengenal metodologi ilmu yang bersangkutan, memahami konteks bidang tersebut dan juga kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu lain. Artinya guru tidak cukup hanya mendalami ilmunya sendiri tetapi termasuk bagaimana dampak dan relasi ilmu itu dalam hidup masyarakat dan ilmu-ilmu lain. Karena itu guru diharapkan memiliki wawasan yang luas.
4. Kompetensi Sosial menuntut guru mempunyai kompetensi berkomunikasi yang efektif dan bergaul secara efektif. Guru berada di sekolah berkomunikasi di antara murid, guru dengan orang tua murid juga dituntut harus mampu berkomunikasi. Komunikasi bisa dikatakan menjadi efektif bila guru mampu mengkomunikasikan suatu ide/gagasan baik secara lisan maupun tertulis kepada orang lain, sebaliknya guru tersebut mampu menangkap gagasan dan pendapat orang lain (murid)
(49)
yang ditujukan kepadanya. Guru juga diharapkan dapat berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.
Guru yang sudah mengikuti ujian sertifikasi atau program sertifikasi guru berhak mendapatkan sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup:
1. Kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2 atau S3) maupun non gelar (D4), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma.
2. Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada
(50)
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.
3. Pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/ atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Bukti fisik ini dapat berupa dokumen perencanaan pembelajaran (RP/RPP/SP) yang diketahui atau disahkan oleh atasan. Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media atau sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa), dan penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut). Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala sekolah atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola oleh guru dengan format terlampir.
(51)
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, meliputi aspek-aspek: ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama dengan menggunakan format penilaian atasan terlampir. 6. Prestasi akademik
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga atau panitia penyelenggara. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik, dan pembimbingan teman sejawat dan siswa. Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga atau panitia penyelenggara. 7. Karya pengembangan profesi
Karya pengambangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan guru. Komponen ini meliputi buku yang diplublikasikan, artikel yang dimuat dalam media jurnal atau majalah, menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN, modul atau buku cetak lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran selama satu semester, media atau alat pembelajaran dalam bidangnya, laporan penelitian tindakan kelas dan karya seni. Bukti
(52)
fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat atau piagam bagi nara sumber, dan sertifikat atau piagam bagi peserta.
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi kependidikan dan sosial. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang. 10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif, kualitatif, dan relevansi. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya atau prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait
(53)
dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial).
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik.
Dari 10 komponen portofolio dalam program sertifikasi guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007, maka dapat dilihat di bawah ini tabel pemetaan komponen portofolio yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
(54)
Tabel 2.1
Pemetaan Komponen Portofolio ke Dalam Kompetensi Guru Kompetensi Guru Componen Portafolio
(Sesuai Permendiknas No 18 tahun 2007) PED KEPRI SOS PROF
1. Kualifikasi Akademik v v
2. Pendidikan dan Pelatihan v v
3. Pengalaman Mengajar v v v
4. Perencanaan & Pelaksanaan Pembelajaran v v
5. Penilaian Atasan dan Pengawas v v v v
6. Prestasi Akademik v v v
7. Karya Pengembangan Profesi v
8. Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah v v
9. Pengalaman orang dalam bidang
kependidikan dan sosial v v
10. Penghargaan yang relevan dengan
bidang pendidikan v v v v
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap Guru
Sikap seseorang terbentuk dengan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, hal-hal yang diduga kuat mempengaruhi sikap guru terhadap program sertifikasi guru adalah sebagai berikut :
1. Masa Kerja
Masa kerja berasal dari kata masa dan kerja. W.J.S. Poerwadarminta menyatakan bahwa masa berarti waktu dan kerja berarti perbuatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan (diperbuat).
(55)
Masa kerja diartikan sebagai satu kesatuan waktu yang telah dilalui oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru hingga sekarang. Masa kerja guru dinyatakan dalam bilangan tahun.
Selama melaksanakan tugasnya, guru banyak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap yang berguna untuk meningkatkan kemampuannya sebagai guru. Semakin banyak masa kerja guru maka semakin banyak pula pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan-kemampuan yang dapat diperoleh oleh guru dalam melaksanakan tugasnya itu. Dalam kenaikan pangkat, guru menggunakan sistem karier, salah satu yang menjadi bahan pertimbangan adalah masa kerja guru.
Masa kerja mempunyai pengaruh yang penting dalam kenaikan pangkat seorang guru. Apabila seorang guru dipromosikan untuk naik jabatan dalam posisi yang lebih tinggi, maka guru yang mempunyai masa kerja lebih tinggi mendapat perhatian yang lebih. Di sini dipandang bahwa seseorang yang mempunyai masa kerja yang lebih itu mempunyai kemampuan sedikit lebih baik dari pada guru yang lain.
Masa kerja berkaitan dengan pengalaman kerja. Masa kerja yang tinggi maka sudah tentu mempunyai pengalaman yang banyak pula. 2. Kondisi Sosial Ekonomi
Menurut Mahmud (1990:87-95) status sosial ekonomi keluarga antara lain meliputi tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan tingkat penghasilan orang tua serta kualitas lingkungan keluarga
(56)
yang mencakup fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada di rumah.
a. Tingkat Pendapatan
Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang atau jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita memperthatikan lingkungan sekitar kita maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja, ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan atau imbalan.
b. Pemilikan Barang Berharga
Kekayaan yang diperoleh selama seseorang bekerja atau merupaka n hasil jerih payah orang tersebut dalam mencukupi kebutuhannya seperti kebutuhan akan tempat tinggal, kendaraan, televisi, mesin cuci, lemari es dan sebagainya.
Menurut pendapat Lindgen dalam B. Musidi (1991:136), perbedaan pengalaman yang berkaitan denga n kemampuan finansial dan perlengkapan material akan mempengaruhi perbedaan nilai, sikap, keyakinan, kepribadian serta cara memandang sesuatu disekitarnya.
E. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan sikap guru terhadap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja.
Guru yang telah mempunyai pengalaman mengajar lama maka akan mempunyai sikap yang positif terhadap program sertifikasi guru.
(57)
Dengan pengalaman mengajar yang lama guru akan memiliki keterampilan dan wawasan yang luas, baik dalam hal bersikap dan bertindak terhadap program sertifikasi guru.
Semakin tinggi masa kerja guru maka semakin banyak pula pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat diperoleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Jadi semakin tinggi masa kerja guru maka sikap guru akan positif terhadap program sertifikasi guru.
2. Perbedaan sikap guru terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi.
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipungkiri ada nya perbedaan kondisi sosial ekonomi, misalnya tampak dari sikap orang kaya terhadap orang miskin, majikan terhadap pembantu, serta atasan terhadap bawahan. Perbedaan ini nyata dalam simbol kondisi sosial seperti mobil mewah, rumah mewah, perabot rumah tangga dan sebagainya.
Kondisi sosial ekonomi guru di sini menunjukkan pada kemampuan finansial dan perlengkapan material yang dimiliki guru. Kondisi sosial ekonomi tinggi berarti guru memiliki penghasilan tinggi serta fasilitas pendukung yang ada dalam rumah memadai sehingga akan terbiasa hidup dengan mewah cenderung bersikap semaunya dan bersikap kurang termotivasi untuk mengikuti program sertifikasi guru.
Sedangkan pada keluarga yang kondisi sosial ekonomi rendah biasanya guru memiliki penghasilan rendah dan fasilitas kurang
(58)
sehingga terbiasa hidup bekerja keras atau mencari penghasilan tambahan. Hal ini akan mendorong guru dengan kondisi sosial ekonomi rendah untuk mengikuti program sertifikasi guru agar mendapatkan kesejahteraan. Perbedaan kondisi sosial ekonomi guru akan mempengaruhi nilai hidup, kepribadian, serta sikap seseorang sehingga mempengaruhi pula perbedaan sikap guru terhadap program sertifikasi guru.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah anggapan atau pendapat yang diterima secara tentatif untuk menjelaskan suatu fakta dan dipakai sebagai dasar suatu penelitian. Berdasarkan pada la ndasan teoritik di atas, peneliti menga jukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan sikap guru terha dap program sertifikasi guru berdasarkan masa kerja.
2. Ada perbedaan sikap guru terhadap program sertifikasi guru berdasarkan kondisi sosial ekonomi.
(59)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan fakta (Wasito, 1986:8). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru dengan menyebarkan kuesioner di wilayah Kotamadya Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus yaitu penelitian tentang subjek tertentu, di mana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Amirin, 1986:123).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA baik negeri maupun swasta di Kota Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan bulan September 2008.
(60)
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak atau lembaga yang memberikan informasi. Dalam hal ini penelitian yang akan diteliti adalah guru ekonomi dan akuntansi SMA di Kota Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang ingin diteliti (Amirin, 1986:92). Dalam penelitian ini, objeknya adalah masa kerja dan kondisi sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendapatan dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah guru ekonomi dan akuntansi SMA di Kota Yogyakarta baik sekolah negeri maupun swasta. Berdasarkan data dari BPS Yogyakarta ada 11 SMA negeri dan 38 SMA swasta di Kota Yogyakarta.
Sampel yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi, 2002:109). Dalam penelitian ini sampel akan diambil dengan menggunakan Proporsional Random Sampling.
(61)
2. Teknik Penarikan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dibuat berdasarkan perwakilan popula si yang ada. Cara penarikan subjek yang dilakukan adalah Proporsional Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara proporsional dari tiap kelompok dan sampel diambil secara acak, sehingga tiap-tiap subjek memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai anggota sampel.
Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi merupakan syarat minimal agar dapat dikatakan representatif. Agar representatif jumlah sampel setidaknya 20% dari populasi (Kuncoro, 2003:111). Dalam hal ini, populasi berjumlah 49 SMA dan sampelnya adalah 40% dari 49 SMA, yaitu 20 SMA, baik sekolah negeri maupun swasta. Jumlah sekolah ditentukan berdasarkan proporsi, sedangkan sekolah sampel dipilih dengan cara random atau undi. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1
Jumlah Sampel Penelitian Dengan Menggunakan Teknik Proporsional
Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sampel
Negeri 11
4 20 49
11× =
Swasta 38
16 20 49
(62)
Tabel 3.2
Sekolah Sampel Secara Random
Sekolah Nama Sekolah
Negeri 1. SMA N 7
2. SMA N 8 3. SMA N 10 4. SMA N 11
Swasta 1. SMA Stella Duce 1
2. SMA Stella Duce 2 3. SMA Santa Maria 4. SMA BOPKRI 2 5. SMA BOPKRI 3 6. SMA Pembangunan
7. SMA Bhinneka Tunggal Ika 8. SMA Sang Timur
9. SMA Institut Indonesia 10. SMA Budya Wacana 11. SMA Taman Madya Jetis 12. SMA Perak
13. SMA Marsudi Luhur 14. SMA Santo Thomas 15. SMA PIRI 1
16. SMA 17’1
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2002:96). Dalam hal ini variabel yang akan diteliti adalah :
(63)
a. Variabel bebas 1) Masa kerja
2) Kondisi sosial ekonomi b. Variabel terikat
Yaitu sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru. 2. Pengukuran Variabel
Definisi dan pengukuran dari variabel yang akan diteliti adalah: a. Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru
Seperti yang diungkapkan oleh Saifuddin Azwar (1997:8) bahwa sikap mengandung tiga komponen sikap yaitu kognitif, afektif, konatif. Komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subyek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subyek.
Sikap guru terhadap program sertifikasi guru dibatasi oleh dua nilai yaitu sikap positif dan sikap negatif. Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel sikap guru terhadap program sertifikasi guru adalah berupa pernyataan-pernyataan dengan menggunakan skala pengukuran dari model Likert dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
(64)
Tabel 3.3
Skala Pengukuran Model Likert Skor Pernyataan Skala
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
b. Masa Kerja
Masa kerja guru adalah satu kesatuan waktu yang telah dilalui oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru hingga sekarang. Masa kerja guru dinyatakan dalam bilangan tahun. Masa kerja dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu
1) Lebih dari 10 tahun ( > 10 tahun) skor 3
2) 5 - 10 tahun skor 2
3) Kurang dari 5 tahun ( < 5 tahun) skor 1 c. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi guru adalah kemampuan finansial dan fasilitas atau perlengkapan material yang dimiliki dalam keluarga.
Kondisi sosial ekonomi yang akan diteliti oleh penulis adalah:
(65)
1) Tingkat Pendapatan Guru
Variabel ini di ukur dengan cara memberi bobot pada masing-masing tingkatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula bobot yang diberikan. Pembobotan dilihat di bawah ini yaitu sebagai berikut:
a) Di bawah Rp 750.000,00 skor 1 b) Antara Rp 750.000,00-Rp 1.500.000,00 skor 2 c) Antara Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000,00 skor 3 d) Antara Rp 3.000.000,00-Rp 4.500.000,00 skor 4 e) Di atas Rp 4.500.000,00 atau lebih skor 5 2) Tingkat Penghasilan Tambahan Guru
Variabel ini di ukur dengan cara memberi bobot pada masing-masing tingkatan. Semakin tinggi tingkat penghasilan tambahan maka semakin tinggi pula bobot yang diberikan. Pembobotan dilihat di bawah ini yaitu sebagai berikut:
a) Di bawah Rp 750.000,00 skor 1 b) Antara Rp 750.000,00-Rp 1.500.000,00 skor 2 c) Antara Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000,00 skor 3 d) Antara Rp 3.000.000,00-Rp 4.500.000,00 skor 4 e) Di atas Rp 4.500.000,00 atau lebih skor 5 3) Fasilitas Yang Dimiliki Oleh Keluarga
a) Alat Transportasi
(66)
(2) Mobil Dinas skor 4
(3) Sepeda Motor skor 3
(4) Sepeda skor 2
(5) Angkutan Umum skor 1
b) Peralatan Elektronik
(1) TV Berwarna, CD, dan Tape Recorder skor 5 (2) TV Berwarna, dan tape Recorder skor 4
(3) TV Berwarna skor 3
(4) Tape Recorder skor 2
(5) Lain-lain… skor 1
c) Perkakas RumahTangga
(1) Kulkas, Mesin Cuci, dan Kompor Gas skor 4 (2) Kulkas, dan Mesin Cuci skor 3
(3) Kulkas skor 2
(4) Lain-lain… skor 1
d) Daya Listrik
(1) >1300 Watt skor 4
(2) 1300 Watt skor 3
(3) 900 Watt skor 2
(4) 450 Watt skor 1
e) Tempat tinggal
(1) Rumah Sendiri skor 4
(67)
(3) Mengontrak skor 2
(4) Lain-lain… skor 1
f) Dinding Rumah
(1) Bambu skor 1
(2) Papan skor 2
(3) Setengah Tembok skor 3
(4) Semua Tembok skor 4
(5) Lain-lain… skor 5
g) Lantai Rumah
(1) Tanah skor 1
(2) Semen skor 2
(3) Tegel skor 3
(4) Keramik skor 4
(5) Lain-lain… skor 5
Selanjutnya untuk menentukan pengelompokkan kondisi sosial ekonomi secara keseluruhan, dengan kategori tinggi rendah digunakan langkah-langkah sebagi berikut:
1) Menjumlahkan skor yang dicapai responden dari masing-masing indikator penelitian.
2) Data yang diperoleh dari pengukuran disusun dari skor terendah hingga skor tertinggi.
3) Skor yang dicapai responden selanjutnya di golongkan dalam kategori tinggi rendah dan diberi skor serta pengukurannya.
(68)
Tabel 3.4
Kategori dan Syarat Pengukuran Kategori Syarat Pengukuran
Tinggi M > Mean
Rendah M < atau sama dengan Mean
Setelah mencari rata-rata pengelompokkan kondisi sosial ekonomi, bisa dikatakan tinggi/rendah jika:
1) Kondisi sosial ekonomi tinggi, jika berkecukupan, mampu, kaya, penghasilan lebih dari cukup, sehingga fasilitas yang dimiliki keluarga terpenuhi bahkan berlebihan.
2) Kondisi sosial ekonomi rendah, jika tidak berkecukupan, kurang mampu, penghasilan kurang memenuhi kebutuhan, maka fasilitas yang dimiliki kurang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner atau angket yang disusun untuk mengungkap sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru.
Kuesioner yang disusun memuat sejumlah daftar pernyataan yang akan diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan responden yang sebenarnya. Bentuk dari kuesioner ini adalah skala
(69)
likert dan instrumen skala sikap yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif pilihan yang kemudian diberikan kepada responden untuk dijawab. Untuk membuat kuesioner perlu ditentukan terlebih dahulu menentukan indikator dari komponen portofolio dalam program sertifikasi guru. Adapun indikator dalam rancangan skala sikap terhadap program sertifikasi guru sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pelatihan 2. Pengalaman mengajar
3. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran 4. Penilaian dari atasan dan pengawas
5. Prestasi akademik
6. Karya pengembangan profesi 7. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
8. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sos ial 9. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Untuk mengintegrasikan batasan komponen perilaku dan komponen objek sikap, biasanya digunakan semacam tabel spesifikasi. Suatu tabel spesifikasi pada umumnya mempunyai dua sisi. Dalam hal ini, berisikan komponen objek sikap dan komponen sikap. Dalam penelitian ini, model tabel spesifikasi digunakan dalam perancangan skala sikap guru terhadap program sertifikasi guru sebagai berikut:
(70)
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Penyusunan Kuesioner
Komponen Sikap No Komponen Objek Sikap
Kognitif Afektif Konatif Total
01 Pendidikan dan Pelatihan 3 2,4 1 4
02 Pengalaman Mengajar 5 - - 1
03 Perencanaan dan
Pelaksanaan Pembelajaran
7 - 6 2
04 Penilaian Atasan dan Pengawas
12 9 8,10,11 5
05 Prestasi Akademik 15 13 14,16 4
06 Karya Pengembangan Profesi
21 18,19 17,20,22, 23
7 07 Keikutsertaan dalam
Forum Ilmiah
24 25 26 3
08 Pengalaman orang dalam bidang Kependidikan dan Sosial
27 28,29 30 4
09 Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
34,35 33 31,32 5
Total 10 10 15 35
Tabel 3.5 ini mengilustrasikan rancangan kisi-kisi dalam penyusunan kuesioner yang terbagi dalam sembilan komponen obyek sikap guru terhadap program sertifikasi guru.
Dalam penelitian ini pernyataan positif da n pernyataan negatif responden sebagai berikut:
Tabel 3.6
Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif Komponen Sikap Komponen Sikap
Pernyataan
Kognitif Afektif Konatif Total Positif
5, 7, 21, 27,
34, 35 2, 13, 19,
1, 8, 10, 14, 17, 22, 23, 26, 30, 32,
19 Negatif 3, 12, 15,
24,
4, 9, 18, 25, 28, 29, 33,
6, 11, 16,
20, 31, 16
(71)
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Suharsimi, 2002:144-145). Menurut Suharsimi, dalam penelitian ini pengujian validitas menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:
rxy =
(
)( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan : xyr = Koefisien Korelasi
X
∑ = Jumlah Skor Butir
Y
∑ = Jumlah Skor Total
n = Jumlah Kasus atau Responden
XY
∑ = Jumlah Perkalian Skor Butir dengan Skor Total
2
X
∑ = Jumlah Kuadrat Skor Butir
2
Y
∑ = Jumlah Kuadrat Skor Total
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Kemudian harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga r korelasi product moment pada tabel. Jika harga r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid, begitu juga sebaliknya jika harga r hitung lebih kecil
(72)
dari r tabel (r hitung < r tabel) maka butir soal tersebut tidak valid, pada taraf signifikansi 5 %.
Berdasarkan data yang terkumpul dari 30 responden, maka didapatkan hasil dari perhitungan sebagai berikut:
a. Pengujian Validitas Sikap Guru terhadap Program Sertifikasi Guru Untuk menguji validitas instrumen, penulis menggunakan korelasi product moment dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for Windows. Kuesioner disebarkan kepada 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) pada guru ekonomi dan akuntansi yang seluruhnya didapatkan 30 responden. Kriteria pengujian adalah apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka butir instrumen tidak valid. Berda sarkan uji validitas tersebut 7 butir dari 35 butir yang tidak valid, dan butir lainya dinyatakan valid. Butir instrumen yang tidak valid dapat diperbaiki atau dibuang (Sugiyono 2001:116). Dalam hal ini tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah membuang butir yang tidak valid. Hasil dari uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru No. r hitung r tabel Keterangan
Item1 0,547 0.239 Valid
Item2 0,564 0.239 Valid
Item3 0,613 0.239 Valid
Item5 0,688 0.239 Valid
Item6 0,408 0.239 Valid
(73)
Item8 0,649 0.239 Valid
Item9 0,524 0.239 Valid
Item10 0,480 0.239 Valid
Item11 0,373 0.239 Valid
Item12 0,524 0.239 Valid
Item13 0,407 0.239 Valid
Item14 0,759 0.239 Valid
Item15 0,709 0.239 Valid
Item16 0,610 0.239 Valid
Item18 0,427 0.239 Valid
Item19 0,533 0.239 Valid
Item20 0,529 0.239 Valid
Item21 0,608 0.239 Valid
Item23 0,415 0.239 Valid
Item24 0,409 0.239 Valid
Item25 0,716 0.239 Valid
Item27 0,717 0.239 Valid
Item28 0,726 0.239 Valid
Item29 0,834 0.239 Valid
Item31 0,241 0.239 Valid
Item34 0,735 0.239 Valid
Item35 0,611 0.239 Valid
Sumber : Data Primer Penelitian (lampiran II, hal 94)
Untuk mengetahui nilai r tabel menggunakan rumus dk = n - 2 dengan taraf nyata 5%, sehingga diperoleh r tabel (dk = 30-2 = 28, signifikansi 5%) sebesar 0.239. Dengan demikian item yang digunakan untuk penelitian adalah item nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 34 dan 35.
b. Pengujian Kondisi Sosial Ekonomi
Kriteria pengujian adalah apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka butir instrumen tidak valid. Berdasarkan uji validitas tersebut 2 butir yang tidak valid, dan butir lainnya dinyatakan valid. Butir instrumen yang tidak valid dapat diperbaiki atau dibuang (Sugiyono 2001:116). Dalam
(74)
hal ini tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah membuang butir yang tidak valid. Hasil dari uji validitas dapat dilihat dalam Tabel 3.8 di bawah ini:
Tabel 3.8
Kondisi Sosial Ekonomi
No. r hitung r tabel Keterangan
Item1 0,306 0.239 Valid
Item3 0,295 0.239 Valid
Item4 0,668 0.239 Valid
Item5 0,792 0.239 Valid
Item6 0,536 0.239 Valid
Item7 0,429 0.239 Valid
Item9 0,251 0.239 Valid
Sumber : Data Primer Penelitian (lampiran II, hal 96)
Untuk mengetahui nilai r tabel menggunakan rumus dk=n-2 dengan taraf nyata 5%, sehingga diperoleh r tabel (dk=30-2=28, signifikansi 5%) sebesar 0.239. Dengan demikian item yang digunakan untuk penelitian adalah item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7 dan 9.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi, 2002:154). Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini digunakan teknik alpha dengan rumus sebagai berikut:
(75)
r11 =
(
)
− −
∑
22 1 1 t i n n σ σ Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrumen n = Banyaknya butir pertanyaan Ssi2 = Jumlah varian butir
st2 = Varian total
Setelah r11 diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dan jumlah n sampel pada taraf signifikansi 5%. Instrumen dikatakan handal jika r11 lebih besar dari r tabel (r11 > r tabel).
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha (α) dari Cronbach dengan program SPSS versi 15.0 for Windows. Kriteria pengujian reliabilitas adalah apabila r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5% maka instrumen dikatakan reliabel dan handal. Sebaliknnya apabila r hitung < r tabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel dan tidak handal.
Dari hasil pengujian reliabilitas diketahui setiap masing-masing variabel menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Hasil pengujian tersebut disajikan dalam tabel 3.9 di bawah ini:
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Masing-Masing Variabel r hitung r tabel keterangan
Sikap guru 0,748 0.239 Reliabel
Kondisi Sosial
Ekonomi 0,732 0.239 Reliabel
(76)
H. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel sikap mengikuti distribusi normal. Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebaga i berikut, jika probabilitas >0,05 sebaran skor dinyatakan normal, sebaliknya jika probabilitas <0,05 sebaran skor dinyatakan tidak normal.
Uji normalitas dengan One Sampel Kolmogorov Smirnov dengan
SPSS versi 15.0 for Windows.
Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas suatu data adalah sebagai berikut :
D = Maksimum |Fa (X) – Fe (X)| Keterangan :
D = Angka selisih maksimal / deviasi maksimal Fa (X) = Distribusi Frekuensi Kumulatif relatif
Fe (X1) = Distribusi Frekuensi Kumulatif teoritis (berdasarkan area kurve normal) (Djarwanto, 2007).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians dari sampel tersebut homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas ini digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2001:198) :
F =
terkecil terbesar
Varian Varian
(77)
Harga F hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang na- 1 dan dk penyebut nc - 1 pada taraf
signifikansi 5 %. Jika harga F hitung < F tabel maka dapat dinyatakan bahwa varia ns dari sampel tersebut homogen dan apabila harga F hitung > F tabel maka dapat dinyatakan bahwa varians dari sampel tersebut tidak homogen.
Untuk mengetahui apakah varians dari sampel tersebut homogen, maka dilakukan analisis dengan bantuan SPSS versi 15.0 for Windows. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka varians sampel adalah identik atau homogen.
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini akan mempergunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan deskriptif analisis untuk menjawab rumusan masalah, yaitu tentang sikap guru SMA bidang studi ekonomi dan akuntansi terhadap program sertifikasi guru serta untuk melihat sejauh mana sikap yang ditunjukkan responden tersebut. Data kualitatif berupa skor skala sikap guru SMA bidang studi ekonomi dan akuntansi terhadap program sertifikasi guru dikelompokkan untuk membedakan antara sikap positif dengan sikap negatif. Langkah-langkah adalah:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)