POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF UU NO 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus Terhadap Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

  

POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR

DALAM PERSPEKTIF UU NO 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM ISLAM

(Studi Kasus Terhadap Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Hukum

  

Oleh :

Novita Purnita Sari

NIM 211-13-033

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR

DALAM PERSPEKTIF UU NO 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM ISLAM

(Studi Kasus Terhadap Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Hukum

  

Oleh :

Novita Purnita Sari

NIM 211-13-033

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTO

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk

menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya

jalan ke surga (HR Muslim)

  PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, shalawat salam semoga tetap tercurah kepada rasulullah SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

   Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Suroto RH dan Ibu Purwanti yang selalu memberi semangat, dukungan, doa dan kasih sayang tak terbatas.

   Adik-adik saya, Irwan Hendrawan dan Hesti Kusumastuti yang selalu memberi semangat dan dukungan untuk menyelesaikan karya ini secepatnya untuk meraih cita- cita.

   Dosen pembimbing saya, Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H yang dengan ikhlas dan sabar membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini terselesaikan.

   Orang yang istimewa bagi saya, Rahmad Bayu Anggoro, S.H. yang senantiasa memberikan motivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan pantang menyerah serta selalu ada dalam keadaan apapun.

   Sahabat-sahabat saya dan teman-teman jurusan Hukum Keluarga Islam angkatan 2013 yang memberi semangat dan suportnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

  Alhamdulillahhirobbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF UU NO 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus terhadap pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali).

  Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang dan semoga kita semua mendapatkan Syawaatnya nanti di yaumul qiyamah, Amin yarobbalalamim.

  Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Dr . Rahmat Haryadi , M.Pd. , Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dr. Siti Zumrotun, M, Ag. , Selaku Dekan Fakultas Syariah 3.

  Evi Ariyani, S.H., M.H, Selaku Dosen pembimbing 4. Sukron Ma‟mun, M. Si, Selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam 5. Seluruh dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

  6. Orang tua dan adik-adik penulis yang telah memberikan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk mendukung memenuhi keinginan penulis hingga saat ini.

  Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada.

  7. Sahabat terbaik dan orang spesial yang selalu ada untuk memberi dukungan, semangat serta doa kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  8. Seluruh teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga Islam angkatan 2013 atas segala semangat dan suportnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Aamiin.

  Salatiga, 23 Maret 2018 Novita Purnita sari

  NIM : 211-13-033

  

ABSTRAK

Purnita Sari, Novita.

  “Pola Pengasuhan Anak pada Pasangan di Bawah Umur dalam Prespektif UU No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dan Hukum Islam ( Studi Kasus Terhadap Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten B oyolali)”. Skripsi. Fakultas syariah. Jurusan Hukum Keluarga

  Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Evi Ariyani, S.H., M.H. Kata Kunci : pola pengasuhan, pasangan di bawah umur

  Pasangan di bawah umur yang melakukan perkawinan umumnya tergolong orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Dimana pasangan muda cenderung kurang memahami cara mengasuh anak mereka. sehingga hal itu sangat berpengaruh dalam pola pengasuhan anak mereka. Pertayaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana pola asuh anak pada pasangan di bawah umur di desa Klakah kecematan Selo kabupaten Boyolali? Bagaimana prespektif UU No 35 Tahun 2014 Tentang perlidungan anak terkait dengan pola pengasuhan anak pada pasangan di bawah umur di desa Klakah kecematan Selo kabupaten Boyolali serta bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pola asuh anak pada pasangan di bawah umur di desa Klakah kecamatan Selo kabupaten Boyolali?

  Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris peneliti mengungkap fokus permasalahan di atas yang disajikan dalam bentuk diskriptif analitif. Dengan metode tersebut dilakukan wawancara kepada beberapa narasumber sesuai dengan data yang dibutuhkan. Untuk menguji hasil temuan data tersebut maka peneliti menganalisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang peneliti susun.

  Dari penelitian yang dilakukan terhadap pasangan yang menikah di bawah umur di desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali pola pengasuhannya adalah pola asuh otoriter dimana anak harus mengikuti perintah orang tua.

  Dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak telah dijelaskan tantang kewajiban orang tua dan hak-hak anak. Dalam penelitian ini mengenai kewajiban orang tua sudah sesuai akan tetapi dalam hak anak ditemukan penyimpangan pada

  pasal 11, dimana anak tidak diberi kebebasan untuk beristirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman sebayanya bermain dan berkreasi sesuai minat, bakat dan tingkat kecerdasannya

  Sedangkan dalam Hukum Islam telah dijelaskan bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan harus bertanggung jawab dalam hal material maupun sepiritul.Seorang ayah wajib menaafkahi anggota keluarga dan membimbimg anggota keluarga untuk bertaqwa kepada Allah SWT serta mengajarakan budi pekerti, tatakrama, dan sopan santun. Dalam penelitian ini orang tua sudah menjalankan kewajibannya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................................ ii PENGESAHAN ....................................................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................................... iv MOTTO .................................................................................................................................... v PERSEMBAHAN ..................................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................................................ vii ABSTRAK ............................................................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................................................. x

  BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5 E. Tinjuan Pustaka ................................................................................................. 5 F. Penegasan Istilah ............................................................................................... 7 G. Metode Penelitian .............................................................................................. 8 1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 8 2. Sumber Data ................................................................................................ 9 3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 10 4. Teknik Analisa Data .................................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 12

  BAB II KAJIAN TEORI TENTANG POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR ........................................................................... 14 A. Perkawinan dalam Prespektif Hukum Positif .................................................... 14 1. Pengertian perkawinan ................................................................................ 14 2. Syarat perkawinan dalam UU No 1 tahun 1974 .......................................... 15 B. Perkawinan dalam Prespektif Hukum Islam .................................................... 16 1. Pengertian perkawinan ................................................................................ 16 2. Rukun dan Syarat Perkawinan .................................................................... 18 3. Batas Umur Perkawinan Menurut Hukum Islam ........................................ 27 C. Pernikahan dibawah umur ................................................................................. 28 1. Pengertian perkawinan di bawah umur ...................................................... 28 2. Faktor pendorong pernikahan di bawah umur .......................................... 29 3. Akibat pernikahan di bawah umur ............................................................ 31 D. Pola Pengasuhan Anak ...................................................................................... 35 1. Pengertian pola asuh anak ......................................................................... 35 2. Macam-macam pola asuh ......................................................................... 36 E. Konsep Pengasuhan Anak Menurut UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlidungan Anak ................................................................................ 44 F.

  Konsep Pengasuhan Menurut Hukum Islam .................................................... 50

  BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DIBAWAH UMUR .......................................................................... 55 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................................ 55 1. Kondisi Geografis Desa Klakah ................................................................ 55 2. Keadaan Penduduk Desa Klakah .............................................................. 56

  B.

  Pola pengasuhan anak pada pasangan di bawah umur diwilayah Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali ................................................................ 59 1.

  Pola Pengasuhan Pasangan di bawah umur pada keluarga PT .................. 59 2. Pola Pengasuhan Pasangan di bawah umur pada keluarga EL ................. 62 3. Pola Pengasuhan Pasangan di bawah umur pada keluarga MS ................. 65

  BAB IV ANALISIS POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR ...................................................................................................................... 68 A. Analalisis Pola Pengasuhan Anak pada Pasangan di bawah umur di desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali .................................................... 68 B. Analalisis Pola Pengasuhan Anak dalam Prespektif Undang-Undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak ........................................................... 70 C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pola Asuh Anak pada Pasangan di bawah Umur di desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali .............................. 72 BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 78 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 78 B. Saran ................................................................................................................ 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah salah satu fase hidup manusia, dimana untuk dapat

  meneruskan generasinya manusia perlu melakukan sebuah perkawinan. Perkawinan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai seorang suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah-tangga) yang bahagia dan kekal berdasarakan ke Tuhanan Yang Maha Esa.

  Sedangkan dalam Hukum Islam, Perkawinan diartikan suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridohi Allah (Ahmad:1996,11)

  Untuk dapat melakukan sebuah perkawainan kita harus mengikuti peraturan yang ada, baik peraturan dalam Hukum Islam maupun Hukum Positif. Hukum Islam menyebutkan bahwasanya perkawinan dapat terjadi apabila memenuhi rukun dan Syarat Perkawinan sebaagaimana tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 14 untuk melaksanakan perkawinan harus ada : calon suami, calon isteri,wali nikah, dua orang saksi dan ijab dan qabul.

  Selain itu, Perkawinan juga harus mengikuti aturan Hukum Positif, di Indonesia peraturan tersebut diatur dalam Undamg-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 7 ayat (1) perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

  Sedangkan orang-orang yang masih berada di bawah usia tersebut diharuskan meminta izin pengadilan apabila ingin melakukan perkawinan

  Batasan-batasan untuk melakukan pernikahan telah diatur dalam Hukum Islam dan Hukum Nasional namun Perkawinan di bawah umur sangat umum terjadi dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi di akibatkan karena berbagai faktor, seperti faktor lingkungan, faktor ekonomi dan faktor Pendidikan.

  Pasangan di bawah umur yang melakukan perkawinan umumnya tergolong orang yang memilki tingkat pendidikan rendah sehingga tidak sedikit dari mereka yang hanya memahami bahwasanya perkawinan hanyalah ikatan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian halal melakukan hubungan suami istri, sedangkan tujuan dari perkawinan yang lainya seperti memelihara kehormatan, meneruskan generasi, menciptakan keluarga yang tentram kurang dipahami oleh orang-orang yang menikah di usia dini.

  Hal ini mengindikasikan bahwa sedikit sekali tercapainya perkawinan yang harmonis dalam sebuah keluarga. Sedangkan keharmonisan keluarga merupakan impian dan harapan setiap pasangan menikah. Perkawainan yang tidak harmonis akan berdampak buruk terhadap kelangsungan keluarga itu sendiri, seperti berdampak pada kesetiaan pasangan suami istri, keseimbangan peran antar suami isteri serta berdampak pada pola asuh orang tua muda terhadap anak-anak meraka nantinya. Pasangan muda cenderung kurang memahami cara mengasuh anak mereka. Sehingga hal itu sangat berpengaruh dalam pola asuh anak yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak mereka.

  Dalam undang-undang perlindungan anak No 35 Tahun 2014 dijelaskan bahwasanya orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab dalam mengasuh, memelihara, mendidik, melindungi serta mencukupi segala kebutuhan anak dari lahir sampai dewasa. Dalam hal ini, orang tua baik ayah maupun ibu wajib bekerja sama dengan baik dalam menjalankan kewajiban tersebut.

  Orang tua berkewajiban memberikan hak-hak anak berupa material maupun non material. Sebagai contoh, orang tua wajib membiayai segala kebutuhan anak berupa biaya pendidikan, sandang, pangan dan sebagainya. Namun, disamping itu orang tua juga wajib memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada anak sehingga anak merasa nyaman.

  Sedangkan pertimbangan usaha kesejahteraan anak harus mengedepankan kematangan sosial,pribadi dan mental seorang anak yang menurut Undang-Undang perlindungan anak dicapai pada umur 21 tahun, maka pasangan dibawah umur sulit sekali memenuhi hal tersebut.

  Di desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali telah banyak terjadi Pernikahan di bawah umur dan para pasangan tersebut kini telah dikaruniai 1-2 anak pada setiap pasangan. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian. Masalah tersebut menjadikan dasar bagi penulis untuk melakukan studi kasus dengan judul POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF UU NO 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus Terhadap Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali) B.

   Rumusan Masalah Dari beberapa masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pola asuh anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan

  Selo Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana perspektif UU No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak terkait dengan pola pengasuhan anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah

  Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali?

  3. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pola asuh anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mendeskripsikan pola pengasuhan anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali 2. Untuk mengetahui perspektif UU No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak terkait dengan pola pengasuhan anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah

  Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali 3. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap pola pengasuhan anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritik a.

  Menambah wawasan keilmuan dibidang hukum syariah terutama dalam pola pengasuhan anak oleh orang tua yang melakukan pernikahan dibawah umur.

  b.

  Menambah sumber referensi dan bahan rujukan untuk penulis selanjutnya mengenai pola pengsuhan anak oleh orang tua yang melakukan pernikahan di bawah umur.

2. Manfaat Praktis a.

  Masyarakat mengetahui bagaimana bentuk pola pengasuhan anak b.

  Masyarakat termotivasi untuk mengaplikasikan pola pengasuhan anak sesuai Undang-Undang yang berlaku dan syariat islam.

E. Tinjuan Pustaka

  Beberapa penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengasuhan anak yang lahir dari pernikahan dini

  Menurut Arum Sabtorini dalam skripsi jurusan sosiologi pada tahun 2014 yang berjudul Pola Asuh Anak Pada Pasangan Pernikahan Usia Dni (studi fenomenologi di kelurahan Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali) menjelaskan bahwa penelitian tersebut menganalisis pernikahan dini dilihat dalam segi sosiologis. Obyek dalam penelitian ini adalah pasangan yang melakukan pernikahan dibawah umur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,dengan jenis fenomologi. Dalam teknik pengumpulan data primer menggunakan wawancara dan observasi, sementara itu dalam mengumpulkan data sekunder menggunakan dokumentasi Kelurahan dan KUA Kecamatan Selo.Dampak apa yang terjadi jika masyarakat melakukan pernikahan pada usia muda. Padahal menurut medis banyak resiko yang akan terjadi jika melakukan pernikahan saat reproduksi belum siap.

  Sedangkan menurut Fitra Puspita Sari dalam skripsi jurusan Hukum Kewarganegaraan Fakultas Bahasa dan Seni pada tahun 2006 yang berjudul Perkawinan Usia Muda Faktor-faktor Pendorong dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Dalam Keluarga (Studi Kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) menyebutkan bahwa perkawinan usia muda menyebabkan kurangnya kesadaran suami istri untuk bertanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga.

  Penelitian ini berjenis kualitatif, pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi sehingga menghasilkan kesimpulan bahwasanya pernikahan usia muda berpengaruh pada pola pengasuhan anak yakni dengan pola asuh demokratik.

  Perbedaan dengan skripsi yang pertama terletak pada sudut pandangnya. Skripsi karya Arum Sabtorini meminjau dari sudut pandang sosiologis, sedengkan penelitian ini sudut pandang undung-undang. Skripsi yang kedua yakni skripsi karya Fitra Puspita Sari mencari faktor-faktor pendorong serta dampak dari pernikahan dini terhadap pola asuh anak tanpa melibatkan sudut pandang undang-undang perlindungan anak No 35 Tahun 2014 sedangkan penelitian ini menggunkan sudut pandang undang-undang.

  Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dicantumkan diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini membawa banyak dampak dalam masyarakat.

  Ketidaksiapan dalam segala aspek kehidupan mulai dari ekonomi,, kesehatan, sosial, psikologis dan relasi kemasyarakatan mempengaruhi pola pengasuhan terhadap anak- anak mereka.

F. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini, penulis akan mengemukakan definisi istilah-istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini, sehingga tidak menimbulkan kerancuan.

  1. Pola Asuh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola asuh adalah merupakan suatu bentuk (struktur), system dalam menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak kecil.

  2. Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam penelitian ini, anak adalah anak yang lahir dari pernikahan dibawah umur.

  3. Pasangan di bawah Umur Pasangan yang melakukamn pernikahan dalam usia di bawah ketentuan umur yang ditentukan oleh undang-undang perkawinan yakni UU No.1 Tahun 1974 pasal

  7 ayat (1) yakni pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

G. Metodologi Penelitian 1.

  Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif dimana data yang didapatkan adalah dalam bentuk survey lapangan sehingga tidak berupa angka-angka. Menurut

  Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

  Penelitian kualitatif dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.

  (Moleong,2009:7) Jenis penelitian kualitatif adalah penelitian berupa pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga dalam penelitian ini akan diketahui pola pengasuhan anak pada pasangan muda di bawah umur.

  Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan objek penelitian.

  Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris atau sosiologi hukum adalah pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologi hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interkasi sosial di dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum bagi keperluan penelitian atau penulisan hukum.

  2. Sumber Data Menurut Lofland (1984:47) dikutip dari Moleong (2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak pertama berupa hasil wawancara dengan subjek penelitian. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai pasangan muda di bawah umur yang sudah menikah dan mempunyai anak b. Data Sekunder

  Data sekunder adalah data pelengkap yang membantu peneliti dalam melakukan proses penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder adalah buku- buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum islam yang berkaitan dengan objek penelitian ini serta UU No 35 tahun 2014 tentang Perlindungaan Anak.

  3. Teknik Pengumpulan Data a.

  Wawancara Menurut Sofyan (2013:167) terdapat empat jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur (structured interview), semi terstruktur (semi structured interview), tidak terstruktur (unstructured or focused interview) dan kelompok (group interview).

  Wawancara pada penelitian ini lebih mengarah pada jenis wawancara tidak terstruktur (unstructured or focused interview) yaitu wawancara yang dilakukan dengan cara yang lebih terbuka (open-ended character). Pewawancara tidak terpaku pada pedoman wawancara yang dibuat, dalam artian pewawancara dapat melakukan improvisasi. Dengan cara tersebut responden akan leluasa menyatakan pendapat dan keinginannya sehingga penggalian informasi akan lebih akurat.

  Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview). Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi di sanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini maupun masa sekarang. (Bungin,2010:67)

  Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap pasangan yang menikah di bawah umur beserta perangkat desa di desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

  b.

  Observasi Observasi merupakan tindakan yang dilakukan dalam menggali data dan informasi terhadap obyek yang tidak terbatas. Pada penelitian kali ini penulis akan melakukan observasi partisipatif,yakni peneliti terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.

  Menurut Moleong (2009:175) observasi atau pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; observasi memungkinkan observer untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian.

  Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang di observasi dalam penelitian ini terdiri dari beberapa hal,yakni :

1. Tempat : obervasi akan dilakukan di Desa Klakah Kecamatan Selo

  Kabupaten Boyolali

2. Pelaku: peneliti akan melakukan observasi terhadap pasangan yang menikah di bawah umur.

  c.

  Telaah Dokumen Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya. (Sarosa,2012:61)

  Dalam penelitian ini peneliti akan melampirkan foto pasangan yang menikah di bawah umur.

4. Teknik Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono,2013:244)

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif induktif dimana penulis akan mengumpulkan data yang diperoleh dari proses observasi,wawancara dan dokumentasi. Kemudian mengolah data yang diperoleh sesuai tema-tema yang akan disajikan, kemudian di analisa dan disajikan sesuai susunan urutan pembahasan yang sudah di rancang diawal penelitian ini guna menemukan jawaban dari rumusan masalah.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan kejelasan dan ketetapan pembahasan dalam menyusun proposal ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 bab yaitu:

  BAB I Pendahuluan ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II Kajian Pustaka yang mengulas beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yakni perkawinan menurut Hukum Positif, perkawinan dalam prespektif Hukum Islam, pernikahan di bawah umur, pola pengasuhan anak, konsep pengasuhan anak menurut UU Perlindungan Anak No 35 tahun 2014 dan konsep pengasuhan anak menurut Hukum Islam.

  BAB III Bab ini berisi hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum daerah penelitian dan pola asuh anak pada pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

  BAB IV Pembahasan pokok permasalahan dan analisis dari data hasil penelitian yang telah dilakukan.Selain itu bab ini juga berisi gambaran pola asuh anak serta pola asuh anak dalam perspektif UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Hukum Islam yang mengemukakan pengasuhan anak.

  BAB V Bab ini merupakan bab penutup. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan semua kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran.

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR A. Perkawinan dalam Prespektif Hukum Positif 1. Pengertian perkawinan Dalam kompilasi hukum islam pengertian perkawinan dinyatakan dalam pasal 2

  merumuskan bahwasanya perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan qhalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 pengertian perkawinan terdapat dalam bab 1 pasal (1), perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seoarang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengn tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Pengertian perkawinan dalam hukum adat adalah ikatan hidup bersama antara seorang pria dan wanita, yang bersifat komunal dengan tujuan mendapatkan generasi penerus agar supaya kehidupan persektuan atau clannya tidak punah, yang didahului dengan rangkaian upacara adat.

  Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri untuk maksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan rumah tangga, tetapi juga suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak-pihak isteri dan para anggota kerabat dari pihak suami. Terjadinya perkwainan, berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.

  Sedangkan dalam KUHP tidak memberikan pengertian mengenai perkawinan. Perkawinan dalam hukum perdata adalah perkawinan perdata, maksudnya adalah perkawinan hanya merupakan ikatan lahiriah antara pria dan wanita, unsur agama tidak dilihat.

2. Syarat perkawinan dalam UU No 1 tahun 1974

  Syarat perkawinan tercantum dalam Bab II pasal 6 yaitu Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai dan Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum berumur 21 tahun harus mendapatkan izin kedua orang.

  Ketentuan umur yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang perkawinan yaitu Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 ( enam belas) tahun.

  Selanjutnya dalam hal adanya penyimpangan terhadap pasal 7, dapat dilakukan dengan meminta dispensasi kepada pengadilan atau penjabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.

  Dalam melakukan dispensasi nikah di pengadilan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya : surat penolakan dari KUA, surat ini menjelaskan bahwa tidak dapat dilangsungkannya perkawinan bagi anak yang belum mencapai batas minimal usia pernikahan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16 tahun. Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mengajukan permohonan (Orang tua). Kartu Keluarga (KK). Akta Kelahiran Anak

  Setelah melengkapi dokumen tersebut pemohon datang ke pengadilan sesuai dengan tempat tinggal pemohon untuk membuat surat permohonan dispensasi nikah, untuk selanjutnya daftarkan permohanan dipensasi tersebut ke pengadilan dan pemohon harus membayar panjar biaya perkara sesuai dengan yang tertera pada saat pendaftaran. Setelah melewati tahap tersebut , pemohon tinggal menunggu surat panggilan sidang dari pengadilan, biasanya surat panggilan tersebut sekurang- kurangnya 3 minggu setelah pendaftaran akan sampai pada alamat yang dituju.

  Setelah itu pemohon mengikuti intruksi dari hakim sampai persidangan selesai (Berdasarkan wawancara dengan pegawai KUA Selo, 25 Oktober 2017) B.

   Perkawinan dalam Prespektif Hukum Islam 1.

  Pengertian Perkawinan Dalam bahasa

  Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis: melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga “pernikahan”, berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Kata

  “nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah (Ghazali,2006:7) M enurut syara‟ perkawinan adalah akad yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki (Ghazali, 2006:8).

  Sedangkan menurut Abu Yahya Zakariya dalam bukunya Ghazali (2006: 8) mendefinisikan bahwa; “nikah menurut istilah syara‟ ialah akad yang mengundang ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata- kata yang semakna dengannya”.

  Pengertian di atas tampaknya dibuat hanya melihat sari satu segi, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang semula dilarang menjadi kebolehan. Padahal setiap perbuatan hukum itu mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Hal-hal inilah yang menjadikan perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupannya sehari-hari, seperti terjadinya perceraian, kurang adanya keseimbangan antara suami istri, sehingga memerlukan penegasan arti perkawinan, bukan saja dari segi kebolehan hubungan seksual tetapi juga dari segi tujuan dan akibat hukumnya.

  Dalam buku (Ghazali,9:2006) Muhmamad Abu Ishrah memberikan definisi yang lebih luas, yang dikutip oleh Zakiah Daradjat :

  ٍت اَبِجاَو ْنِم ِوْيَلَع ا َمَو ٍقْوُقُح ْنِم اَمِهْيَكِل اَم ُّدَُيَُو اَمُهُ نُواَعَ تَو ِةَاْرَمْلاَو ِلُجَّرلا َْيَْ ب ِةَرْشُعْلا َّلَح ُدْيِفُي ٌدْقَع Artinya: Akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.

  Dari pengertian ini perkawinan mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan perkawinan ialah saling mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Karena perkawinan termasuk pelaksana agama, maka di dalamnya terkandung adanya tujuan/maksud mengharapkan keridhoan Allah SWT.

2. Rukun dan Syarat Perkawinan

  Rukun dan syarat perkawinan suatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya. Yang dimaksud dengan perkawinan disini adalah keseluruhan yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan dengan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu sendiri. Dengan begitu rukun syarat perkawinan itu adalah segala hal yang harus terwujud dalam suatu perkawinan, baik yang menyangkut unsur dalam maupun unsur luar.

  Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang akan kawin, akad perkawinan itu sendiri, wali yang melangsungkan akad dengan si suami, dua orang saksiyang menyaksikan telah berlangsungnya akad perkawinan dan mahar. Para jumhur ulama menetapkan akad, kedua mempelai, wali si perempuan dan saksi sebagai rukun dari perkawinan, yang bila tidak ada salah satu diantaranya perkawinan itu tidak sah. Sedangkan mahar ditempatkan sebagai syarat dalam arti tidak menentukan kelangsungan akad nikah, namun harus dilaksanakan dalam masa perkawinan.

  Menurut Prof Dr Amir Syarifuddin dalam bukunya yang berjudul “Garis- Garis Besar Fiqh” Untuk setiap unsur atau rukun berlaku pula beberapa syarat sebagai berikut: a.

  Akad nikah Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang berakad dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab penyerahan dari pihak pertama sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak wali si perempuan dengan ucapannya:”saya kawinkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab al-

  Quran”. Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapannya:”saya terima mengawini anak bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab al-

  Quran” Syarat-syarat akad adalah:

  1) Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qabul. Yang melakukan ijab boleh dari pihak laki-laki dan boleh pula dari pihak wali perempuan. Bentuk ijab dari suami umpamanya ucapan suami :” saya nikahi anak bapak yang bernama si A dengan mahar satu kitab al-

  Quran”. Qabul dari wali yang bunyinya:”saya terima engkau menikahi anak saya bernamai A dengan mahar satu kitab al-

  Quran”. 2)

  Materi Dari ijab dan qabul tidak boleh berbeda, seperti nama si perempuan secara lengkap dan bentuk mahar.

  3) Ijab dan qabul harus diucapkan secara bersambungan tanpa terputus walaupun sesaat.

  4) Ijab dan qabul mesti menggunakan lafaz yang jelas dan terus terang. Dalam lafaz arab ialah na-ka-ha atau za-wa-ja atau terjemahannya yang dapat dipahami oleh orang yang akan berakad, seperti lafaz kawin bagi bahasa melayu.

  5) Ijab dan qabul tidak boleh menggunakan lafaz yang mengandung maksud membatasi perkawinan untuk masa tertentu.

  b.

  Laki-laki dan perempuan yang akan menikah Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama perempuan, karena itu yang tersebut dalam al-Quran. Adapun syarat-syarat mesti dipenuhi untuk laki- laki dan perempuan yang akan kawin ini adalah sebagai berikut:

1) Keduannya jelas keberadaannya dan jelas identitasnya.

  2) Keduanya sama-sama beragama Islam (tentang kawin lain agama dijelaskan tersendiri).

  3) Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan perkawinan (tentang larangan perkawinan dijelaskan tersendiri)

  4) Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk melangsungkan perkawinan.Tentang batas usia perkawinan memang tidak dibicarakan dalam kitab-kitab fiqh.

  c.

  Wali 2)

  Keberadaan wali Wali dalam perkawinan adalah seorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah. Akad nikah dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak laki-laki yang dilakukan oleh mempelai laki-laki itu sendiri dan pihak perempuan yang dilakukan oleh walinya.

  Keberadaan seorang wali dalam akad nikah suatu yang mesti dan tidak sah akad perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Hal ini berlaku untuk semua perempuan, yang dewasa atau masih kecil, masih perawan atau sudah janda.

  3) Orang-orang yang berhak menjadi wali

  a) Wali dekat atau wali qarib yaitu ayah dan bila tidak ada ayah pindah kepada kakek. Keduanya mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadap anak perempuan yang akan dikawinkannya. Ia dapat mengawinkan anaknya yang masih berada dalam usia muda tanpa minta persetujuan dari anaknya tersebut. Wali dalam kedudukan seperti ini disebut wali mujbir. Ketidak harusan minta pendapat dari anaknya yang masih usia muda tidak mempunyai kecakapan untuk memberikan persetujuan.

b) Wali jauh atau wali ab‟ad.

  Yang menjadi wali jauh ini secara berurutan adalah: (1)

  Saudara laki-laki kandung, kalau tidak ada pindah kepada (2)

  Saudara laki-laki seayah, kalau tidak ada pindah kepada (3)

  Anak saudara laki-laki kandung, kalau tidak ada pindah kepada (4)

  Anak saudara laki-laki seayah, kalau tidak ada pindah kepada (5)

  Paman kandung, kalau tidak ada pindah kepada (6)

  Paman seayah, kalau tidak ada pindah kepada (7)

  Anak paman kandung, kalau tidak ada pindah kepada (8) Anak paman seayah. (9)

  Ahli waris kerabat lainnya kalau ada (10)

  Sultan atau wali hakim yang memegang wilayah umum

  4) Syarat-syarat wali

  Orang-orang yang disebutkan diatas baru berhak menjadi wali bila memenuhi syarat sebagai berikut: a)

  Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali. Ini merupakan syarat umum bagi seseorang yang melakukan akad.

  b) Laki-laki. Tidak boleh perempuan menjadi wali

  c) Muslim, tidak sah orang yang tidak beragamaislam menjadi wali untuk muslim.

  d) Orang merdeka

  e) Tidak dalam berada pengampuan atau mahjur alaih

  f) Berfikiran baik. Orang yang terganggun pikirannya karena ketuaannya tidak boleh menjadi wali, karena dikhawatirkan tidak akan mendatangkan maslahat dalam perkawinan tersebut.

  g) Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara muruah atau sopan santun.

Dokumen yang terkait

ANALISIS TINDAK PIDANA PERKOSAAN ANTAR ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

0 5 19

ANALISIS TINDAK PIDANA PERKOSAAN ANTAR ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

0 12 55

PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

0 0 11

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM JUAL BELI BARANG BEKAS DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di Pasar Loak Shopping Centre Salatiga) SKRIPSI

0 0 115

PENERAPAN HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI BEDA AGAMA DALAM PENGASUHAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU No. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI DESA KUTOWINANGUN KEC. TINGKIR - Test Repository

0 1 121

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Angelina Juni di Kelurahan Pringapus, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) - Test Reposit

0 0 122

TANGGUNG JAWAB AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran)

0 0 119

PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali) - Test Repository

0 0 127

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang - Test Repository

0 0 102

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR( Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 88