Judul Skripsi :Konsep Pendidikan Islam Inklusif Perspektif KH. Abdurrahman Wahid. - Test Repository

  

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM INKLUSIF

PERSPEKTIF K.H. ABDURRAHMAN WAHID

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh :

DIAN APRIANI

NIM. 111 13 252

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

            

           

  “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

  Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

  

PERSEMBAHAN

  Karya tulis ini, kupersembahkan untuk: 1.

  Ibunda Sri Mulyani (Alm), perempuan terhebat yang diamanahi untuk hadirkan aku dalam kehidupan ini.

  2. Bpk. Sardi dan Ibu Rusmini, yang dipilih Allah untuk senantiasa merawat serta menjagaku.

  3. Abah Ulin Nuha dan Ibu Nyai Charirah, yang tak pernah jenuh dan lelah dalam menyampaikan ilmu serta nasehatnya.

  4. Abah Mahfudz Ridwan sekeluarga, yang senantiasa memberikan bimbingan dan doanya.

  5. Seluruh Keluarga Besarku, yang telah memberikan dukungan serta senantiasa menumbuhkan semangat ku dalam menimba ilmu.

  6. Keluarga Besar PP. Madrasatul Qur’an, Andong, Boyolali dan PP. Edi

  Mancoro, Gedangan, Tuntang, yang selalu bersamaku dalam langkah- langkahku menggapai cita.

  7. Sahabat-sahabat terkasihku dalam Keluarga Asma’ Room, Keluarga

  Besar Bidik Misi IAIN Salatiga, Keluarga Besar Wanita Karier, dan Keluarga Besar Mahasiswa Al Khidmah Salatiga, sungguh berada dalam sisi kalian adalah hal yang luar biasa.

  8. Dan teruntuk semuanya, saya ucapkan terimakasih.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berkenan mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di tengah padatnya tugas.

  4. Bapak Drs. A. Sultoni, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik, beserta bapak dan ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis selama masa studi.

  5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan serta ide cemerlangnya dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Segenap guru dan kiaiku, yang insyaallah petuahnya adalah obat bagi setiap jiwa yang gersang.

  7. Segenap keluarga besar, dan sahabat-sahabat terbaik yang dikirim oleh Allah untuk selalu mendampingiku. Jazakumullahu khair al-

  jaza‟.

  Kepada mereka semua, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya, dari karya tulis ini penulis berharap kemanfaatan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Penulis

  

ABSTRAK

  Apriani, Dian. 2017. Konsep Pendidikan Islam Inklusif Perspektif K.H

  Abdurrahman Wahid . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M. Ag. Kata Kunci: Konsep, Pendidikan Islam, Inklusif, Abdurrahman Wahid

  Penulisan skripsi ini merupakan sebuah upaya untuk mengupas lebih dalam tentang sosok pemikir Muslim modernis serta kontroversi, yakni KH. Abdurrahman Wahid. Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada dua hal, yaitu: 1) Untuk mendiskripsikan konsep Pendidikan Islam Inklusif perspektif KH. Abdurrahman Wahid; 2) Untuk mendiskripsikan relevansi pemikiran KH. Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Islam Inklusif dengan pendidikan di era sekarang.Tujuan tersebut menjawab dari rumusan masalah dalam penelitian ini: 1) Bagaimana konsep Pendidikan Islam Inklusif menurut KH. Abdurrahman Wahid? 2) Bagaimana relevansi pemikiran KH. Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Islam Inklusif dengan pendidikan di era sekarang?

  Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan. Adapun sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari buku atau karya-karya K.H Abdurrahman Wahid yang berkaitan dengan judul penelitian. Sedangkan data sekunder diambil dari literatur dan buku-buku yang bersangkutan dengan obyek pembahasan penulis. Sementara itu, metode pengumpulan data dalam karya tulis ini menggunakan metode dokumentasi dan wawancara.Adapun teknis analisis data menggunakan metode deduktif, induktif, dan historis.

  Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan Islam inklusif pemikiran KH. Abdurrahman Wahid adalahkonsep pendidikan Islam yang berwawasan multikutural dengan menekankan keterbukaan terhadap adanya keberagaman. Konsep ini diambil dari corak pemikiran Gus Dur yang inklusif yaitu plural dan humanisme. Dengan corak pemikiran yang plural diharapkan pendidikan Islam mampu membuka diri terhadap perbedaan, sehingga akan menumbuhkan sikap toleransi dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat yang plural. Kemudian untuk nilai-nilai humanisme, diaktualisasikan dalam pendidikan Islam sehingga akan menumbuhkan sikap saling menyayangi sesama manusia tanpa melihat latar belakang agamanya. Di sisi lain, KH. Abdurrahman Wahid juga menekankan sikap keterbukaan dalam segala aspek pendidikan Islam, terutama dalam aspek materi yang disampaikan. Dalam penyampaian materi bukan hanya doktrin ajaran Islam yang disampaikan, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mampu terimplementasi dengan baik dan teraplikasi dalam masyarakat. Adapun relevansi pendidikan Islam inklusif KH. Abdurrahman Wahid dengan pendidikan saat ini berujung pada kesimpulan bahwa konsep yang diusung KH. Abdurrahman wahid sangat relevan, mengingat era pendidikan Islam sekarang hanya mengajarkan apa yang sesuai kontekstual dan bersifat stagnan.

  DAFTAR ISI

  19 1. Riwayat Hidup KH Abdurrahman Wahid ............................

  49 1. Aspek Keagamaan ................................................................

  47 B. Konteks Eksternal .......................................................................

  45 5. Karya-Karya KH Abdurrahman Wahid ................................

  43 4. Penghargaan .........................................................................

  31 3. Karir Sang Guru Bangsa .......................................................

  19 2. Riwayat Pendidikan KH Abdurrahman Wahid ....................

  17 BAB II BIOGRAFI TOKOH A. Konteks Internal ..........................................................................

  HALAMAN JUDUL .......................................................................... i HALAMAN BERLOGO ................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... v MOTTO ............................................................................................. vi PERSEMBAHAN .............................................................................. vii KATA PENGANTAR ....................................................................... viii ABSTRAK ......................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii

  13 G. Sistematika Penulisan ..................................................................

  7 F. Telaah Pustaka .............................................................................

  6 E. Metode Penelitian ........................................................................

  6 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian .........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .......................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

  49

  2. Aspek Sosial Budaya ............................................................

  92 4. Unsur-Unsur Pendidikan Islam .............................................

  133 B. Relevansi Pendidikan Islam Inklusif KH Abdurrahman Wahid dengan

  130 2. Konsep Pendidikan Islam Inklusif Gus Dur .........................

  127 c. Humanisme .....................................................................

  125 b. Pluralisme .......................................................................

  125 a. Pribumisasi Ajaran Islam ...............................................

  124 1. Inklusivitas Pemikiran Islam Gus Dur ..................................

  BAB IV PEMIKIRAN TOKOH A. Analisis Konsep Pendidikan Islam Inklusif Gus Dur ..................

  112

  104 3. Konsep Pendidikan Islam Berparadigma Inklusif ................

  102 2. Pendidikan Islam sebagai Sistem Kebenaran Universal .......

  102 1. Pengertian Islam Inklusif ......................................................

  94 C. Pendidikan Islam Inklusif ............................................................

  90 3. Konsep dan Tujuan Pendidikan Islam ..................................

  51 3. Aspek Sosial Politik ..............................................................

  87 2. Landasan Dasar Pendidikan Islam ........................................

  87 1. Pengertian Pendidikan Islam ................................................

  85 B. Pendidikan Islam .........................................................................

  82 3. Karakter dan Tujuan Pendidikan Inklusif .............................

  73 2. Landasan Pendidikan Inklusif ...............................................

  73 1. Pengertian Inklusif ................................................................

  68 BAB III KAJIAN TEORI A. Pendidikan Inklusif ......................................................................

  64 5. Demokrasi ..............................................................................

  62 4. Pribumisasi Islam ..................................................................

  60 3. Humanisme ...........................................................................

  56 2. Neo-Modernis .......................................................................

  55 1. Pluralisme .............................................................................

  53 C. Corak Pemikiran KH Abdurrahman Wahid ................................

  Pendidikan saat ini ....................................................................... 144

  BAB V PENUTUP A.

  151 Kesimpulan .................................................................................

  B.

  152 Saran ...........................................................................................

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 4 : Ringkasan Skripsi dalam Bentuk Power Point Lampiran 5 : Pernyataan Melakukan Wawancara Lampiran 6 : Transkip Wawancara Lampiran 7 : Foto-foto Penelitian Lampiran 7 : Lembar SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia dewasa ini, dimana

  dengan adanya pendidikan akan mampu menciptakan generasi emas yang akan membangun kembali peradaban suatu bangsa. Banyak program yang telah ditawarkan pemerintah guna untuk meningkatkan mutu suatu pendidikan, serta meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

  Dengan proses pendidikan yang dilalui setiap manusia inilah yang akan membedakan manusia dengan makhluk-makluk Allah lainya, hal ini tercantum dalam Q.S Al-Mujaadilah ayat 11:

                             

       Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

  „Berlapang-lapanglah dalam majelis‟, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: „Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat‟. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Syamil Qur‟an, 2007:543).

  Menurut Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sisdiknas UU RI No. 20 tahun 2003:2). Dari pengertian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan tersusun dengan tujuan untuk membentuk manusia yang berakhlak dan memiliki pengetahuan sesuai dengan kemampuannya, yang nantinya akan mampu diimplementasikan pada kehidupannya dengan tujuan menjadi individu yang aktif, produktif serta inovatif baik untuk pribadi maupun masyarakat pada umumnya. Begitu juga dengan pendidikan Islam yang memiliki tujuan yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara guna untuk mewujudkan peradaban dunia yang Islami.

  Islam adalah agama yang mengajarkan untuk senantiasa menebarkan cinta damai kepada semua orang sebagai wujud agama yang Rahmatul Lil‟alamin, mengajarkan bagaimana bersikap yang baik terhadap perbedaan yang ada. Ajaran Islam sebagai sebuah sistem yang diyakini oleh penganutnya yang memiliki nilai-nilai tentang kebenaran yang hakiki dan mutlak untuk dijadikan sebagai pedoman dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya aspek pendidikan (Ramayulis, 2015:4-5). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam telah mengatur segala aspek kehidupan terutama aspek pendidikan. Maka dari itu pendidikan Islam diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan mengembangkan sikap toleransi terhadap golongan lain.

  Karena pendidikan Islam bukan hanya untuk belajar tentang agama atau hanya terfokus pada aspek kognitif (pengetahuan) semata, melainkan bagaimana kita menginterpretasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari- hari, bukan untuk menyalahkan orang lain karena berbeda dengan kita. Tapi pendidikan yang mampu mengintegrasikan segala aspek, baik aspek akal, emosi, moral, dan aspek spiritual. Sehingga akan menciptakan insan manusia yang Islami, yang menghargai perbedaan dan memiliki sikap toleran yang tinggi.

  Di Indonesia pendidikan Islam masih identik dengan dunia Pesantren dan Madrasah, dimana sistem yang ada di dalamnya masih tertutup dengan alur perkembangan saat ini. Selain itu antara pendidikan Islam dan pendidikan umum seakan-akan satu dengan yang lain saling memisahkan diri. Hal ini juga yang akan menghambat perkembangan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan Islam. Menurut Arif (2008:xi) Pendidikan Islam mengalami stagnasi (kemandekan) akut akibat kuatnya pengaruh corak berfikir normatif-reproduktif dan miopik-narsistik yang disadari atau tidak, turut dilanggengkan oleh sikap pengharaman terhadap hal-hal yang berbau filsafat dan kebebasan berfikir kritis yang masih tetap dilestarikan dalam sistem pendidikan Islam tradisional.

  Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, karena menyimpan akar keberagaman dalam hal agama, bahasa, tradisi, dan budaya (Rosyidi, 2009:1).

  Begitu halnya dalam dunia pendidikan yang mana dalam komponen- komponen pendidikan terdapat beberapa lapis yang berbeda-beda. Terutama dalam lingkungan kelas, akan dijumpai keberagaman pada peserta didik.

  Mereka datang dari background keluarga yang berbeda-beda, karakter yang berbeda-beda. Disinilah bagaimana pendidikan Islam mampu merangkul semua kalangan. Pendidikan yang menghargai perbedaan pendapat tanpa harus mengorbankan akidah yang diyakini, menghargai diri, menghargai kebenaran, menghargai keindahan, dan menghargai lingkungan, alam kultural (Rosyidi, 2009:10).

  Untuk menciptakan suatu pendidikan yang mencangkup semua aspek kehidupan yang tertuang dalam Bhineka Tunggal Ika, maka diperlukan adanya sikap inklusif. Kata inklusif berasal dari bahasa Inggris “inclusive” yang artinya “termasuk di dalamnya” (Kembara, Tanpa tahun:185). Sikap inklusif merupakan sikap keterbukaan untuk menghargai kemajemukan yang ada di Indonesia, jika dikembangkan secara luas akan mampu melahirkan pluralisme. Dimana nilai-nilai inklusif jika diaktualisasi dalam dunia pendidikan akan mampu menumbuhkan suatu pembelajaran yang mengutamakan kebenaran bersama tanpa ada yang mengunggulkan satu golongan.

  Pola pendidikan Islam yang terbuka dengan adanya perubahan-perubahan di Indonesia dikenalkan oleh salah satu tokoh bahkan termasuk salah satu pemimpin negara yaitu KH. Abdurrahman Wahid, atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur, seorang ulama sekaligus cendikiawan Muslim. Dalam dunia pendidikan Gus Dur memadukan nilai-nilai tradisional dan Barat modern yang disebut neomodernisme, yaitu suatu gerakan progresif dalam pemikiran Islam yang tidak hanya timbul dari modernisme Islam, tetapi juga sangat tertarik pada pengetahuan tradisional (Faisol, 2011:16). Beliau yang dikenal sebagai pelindung kaum minoritas dan tertindas, juga yang memperkenalkan sikap keterbukaan dan toleransi terhadap keberagaman yang ada. Gus Dur lebih populer dengan s ebutan “Bapak Pluralisme Indonesia” karena beliau dekat dengan masyarakat manapun, tidak memandang agama, ras, maupun suku. Baginya semua adalah sama yaitu masyarakat Indonesia yang menyatu di bawah Bhineka Tunggal Ika.

  Untuk menerima dan mengafirmasi pluralisme masyarakat dan menekankan signifikansi toleransi dan harmoni dalam hubungan antar- komunal dibutuhkan sikap terbuka, inklusif dan liberal (Masdar, 1999:122). Dalam hal ini, Gus Dur mengedepankan sikap terbuka (inklusif) dalam memahami masyarakat yang beranekaragam. Dengan sikap seperti inilah Gus Dur diterima oleh semua kalangan, baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim, dari masyarakat negara sendiri maupun masyarakat manca negara.

  Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dan menelaah pemikiran dan gagasan Gus Dur yang sering dianggap nyleneh atau kontroversial oleh kebanyakan orang. Maka dari itu penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan judul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

  INKLUSIF MENURUT KH. ABDURRAHMAN WAHID ”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana konsep Pendidikan Islam Inklusif menurut KH. Abdurrahman Wahid?

  2. Bagaimana relevansi pemikiran KH. Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Islam Inklusif dengan pendidikan di era sekarang? C.

   Tujuan Penilitian

  Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mendiskripsikan konsep Pendidikan Islam Inklusif menurut KH.

  Abdurrahman Wahid.

  2. Untuk mendiskripsikan relevansi pemikiran KH. Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Islam Inklusif dengan pendidikan di era sekarang.

D. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi semua kalangan masyarakat serta kalangan para pendidik secara teoritik dan pratik antara lain sebagai berikut: 1.

   Secara Teoritik

  Dapat memberikan sumbangan pengembangan konsep pendidikan inklusif dari pemikiran KH. Abdurrahman Wahid yang dapat memperkaya khasanah keilmuwan dunia pendidikan Islam untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Secara Praktik a.

  Bagi mahasiswa, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sumber informasi belajar tentang pendidikan Islam inklusif khususnya mahasiswa keguruan atau tarbiyah sebagai salah satu cara penguasaan dalam menumbuhkan sikap inklusif kepada peserta didik secara efektif.

  b.

  Bagi dosen dan institut, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk menambah partisipasi dan kepedulian terhadap konsep-konsep pendidikan Islam inklusif dalam pembelajaran khususnya di lembaga pendidikan Islam.

  c.

  Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan Islam dengan berparadigma inklusif dalam membangun peradaban Islam melalui individu-individu yang berkualitas, profesional, dan komponen sesuai dengan bidang yang dikuasainya.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

  Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan, proses pengumpulan dan analisis informasi, proses penafsiran melalui analisis, dan penyimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang dapat diajukan (Maslikhah, 2013:82). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze

  research ). Dalam penelitian kepustakaan peneliti harus mengenal

  beberapa koleksi alat bantu yang disebut bibliografi sebagai deskripsi analisis. Bibliografi merupakan daftar informasi buku-buku karya pengarang atau ahli dalam berbagai bidang, pengarang, keahlian dan penerbit tertentu. Dalam hal ini, bibliografi dibedakan menjadi 2 yaitu: a) bibliografi beranotasi adalah bibliografi yang lebih rinci, tidak hanya berisi informasi tentang identitas buku, tetapi juga memberikan keterangan tentang sinopsis isi buku dan literatur terkait. b) bibliografi kerja yaitu daftar kepustakaan terpilih yang tercatat di atas lembaran kartu atau buku catatan untuk kepentingan penelitian (Zed, 2008:82-83).

  Penulis berusaha mengumpulkan data, menganalisa, dan membuat interpretasi secara mendalam tentang pemikiran tokoh KH. Abdurrahman Wahid. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menganalisis proses dan makna dari sudut pandang peneliti mengenai konsep dan pemikiran pendidikan inklusif menurut KH. Abdurrahman Wahid, serta relevansinya dengan masa kini dengan menggunakan teori yang telah ada.

2. Sumber Data Yaitu subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 1998:114).

  Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data-data dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur baik buku, jurnal, majalah, ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Penelitian ini sumber data yang dibutuhkan meliputi sumber data primer dan data sumber data sekunder.

a. Data Primer

  Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya (Suryabrata, 1995:84- 85). Sumber data primer dalam penelitian ini diambil langsung dari buku yang ditulis oleh KH. Abdurrahman Wahid dan yang masih berhubungan dengan tema peneliti. Diantaranya yaitu adalah buku Islam Kosmopolitan, Prisma Pemikiran Gus Dur, Dialog Peradaban, Islam Negara dan Demokrasi, Islam Tanpa Kekerasan, Islamku Islam Anda Islam Kita, dll.

b. Data Sekunder

  Adalah sumber data yang berupa buku-buku serta kepustakaan yang berkaitan dengan objek material, akan tetapi tidak secara langsung merupakan karya tokoh agama atau filsuf agama tertentu yang menjadi objek (Kaelan, 2010:144). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur yang sesuai dengan objek penelitian, baik itu teks buku, majalah, jurnal ilmiah, artikel, rekaman atau kaset, arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi lembaga-lembaga dan lain sebagainya serta hasil wawancara yang terkait dengan penelitian ini.

  Data sekunder yang penulis gunakan diantaranya yaitu buku Pendidikan Berparadigma Inklusif (Upaya Memadukan Pengokohan Akidah dengan Pengembangan Sikap Toleransi dan Kerukunan) yang ditulis oleh Imron Rosyidi, buku Biografi Singkat KH. Abdurrahman Wahid) yang ditulis oleh Muhammad Rifai, dan buku Membaca Pemikiran Gus Dur dan Amin Rais yang ditulis oleh Umaruddin Masdar, dll yang masih bersangkutan dengan penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data

  Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan berbagai sumber data penelitian, diantaranya yaitu:

  a. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186). Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menyelidiki pengalaman masa lalu dan masa kini para partisipan, guna menemukan perasaan, pemikiran dan persepsi mereka (Daymon, 2008:262).

  Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara lengkap pemikiran Gus Dur tentang Pendidikan Islam Inklusif. Teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai tokoh-tokoh yang pernah berjumpa atau berhubungan dengan Gus Dur, baik sahabat maupun keluarganya.

  b. Metode Dokumentasi

  Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).

  Metode dokumentasi ini, data mengenai penelitian yang diperoleh dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini guna menjadi data penguat pembahasan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

  a. Deduktif

  Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Hadi, 1981:42). Metode ini digunakan untuk menjelaskan konsep pendidikan inklusif yang dewasa ini sangat diperlukan dalam dunia pendidikan masa kini.

  b. Induktif

  Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus dan konkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981:42). Metode ini digunakan untuk membahas data tentang konsep pendidikan inklusif menurut KH. Abdurrahman Wahid guna ditarik kesimpulannya dan dicari relevansinya dengan dunia pendidikan nasional masa kini. Selain metode deduktif dan metode induktif, peneliti menggunakan metode analisis isi (content analysis) yaitu konten yang terdapat dalam buku-buku karya KH. Abdurrahman Wahid.

  Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan ide komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan ide komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).

  Dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, dimana ditulis dan sebaginya, sehingga dapat diketahui isi pesan secara tepat (Ratna, 2007:49).

  Adapun tahapan-tahapan yang peneliti gunakan dalam pengolahan isi adalah:

  1. Tahapan deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku yang ditulis oleh Gus Dur yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam inklusif.

  2. Tahapan interpretasi, yaitu tahapan dimana peneliti menjelaskan teks-teks dalam buku karya Gus Dur yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam inklusif.

3. Tahapan analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis buku karya

  Gus Dur yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam inklusif.

  4. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari pembahasan dalam buku karya Gus Dur yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam inklusif.

F. Telaah Pustaka

  Kajian tentang pendidikan Islam inklusif yang dikaji oleh penulis bukan untuk yang pertama kali dilakukan. Penelitian yang berkaitan dengan judul penulis sudah banyak dijumpai dalam bentuk skripsi, jurnal, maupun buku. Berikut ini beberapa literatur yang menjadi acauan pustaka dalam penelitian penulis, diantaranya yaitu:

  1. Buku yang ditulis oleh Imron Rosyidi, M. Th., M.Ed. yang berjudul “Pendidikan Berparadigma Inklusif” (Rosyidi, 2009). Dalam buku ini dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama membutuhkan suatu model pembelajaran yang terbuka dengan adanya perbedaan (Model Pembelajaran Terpadu), sehingga anak didik akan memiliki sikap toleransi dan kerukunan terhadap perbedaan beragama. Buku ini memiliki kesamaan dengan penulis tentang paradigma inklusif terhadap pendidikan agama, akan tetapi ada yang membedakan yaitu dari segi obyek dan subyeknya. Skripsi penulis terfokus hanya pada Pendidikan Islam inklusif dengan subyek yang dibahas yaitu pemikiran Gus Dur.

  2. Buku yang ditulis oleh Faisol dengan judul “Gus Dur dan Pendidikan Islam (Upaya mengembalikan Esensi Pendidikan Di Era Global)” (Faisol, 2011). Dalam buku ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam haruslah memadukan sesuatu yang tradisional dan modern. Gus dur berusaha mensintesiskan kedua pendidikan ini, yaitu pendidikan Islam klasik dengan pendidikan Barat modern, dengan tidak melupakan esensi ajaran Islam. Pembelajaran dalam pendidikan Islam yaitu membebaskan pemikiran manusia dari belenggu-belenggu tradisionalis yang kemudian ingin didaur ulang dengan pemikiran kritis yang terlahir oleh Barat Modern. Skripsi penulis memiliki kesamaan dengan buku ini, namun sedikit perbedaan di dalamnya yaitu bagaimana pendidikan Islam mampu bersikap terbuka dengan perbedaan sehingga akan menumbuhkan sikap toleransi kepada semua orang dan menyamaratakan semua pihak.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nandirotul Umah jurusan Pendidikan

  Agama Islam fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga dengan judul “Pendidikan Islam Di Indonesia Dalam Perspektif KH. Abdurrahman Wahid” (Umah, 2014). Hasil skripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan yang menjadikan masyarakat beradab (berakhlak mulia), yaitu masyarakat yang mempunyai dan menerapkan nilai-nilai kebenaran hakiki yang bersumber dari agama, masyarakat yang mempunyai tata karma, sopan santun dan berperilaku menempatkan sesuatu secara proporsional, masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi manusia; masyarakat yang demokratis serta menjunjung tinggi kebebasan setiap individu untuk berkreasi dan berprestasi serta masyarakat yang menghargai kemampuan dan keunggulan pihak lain.

  Pendidikan yang menjadi alat memanusiakan manusia, sebagai rumah pembebasan bagi pluralitas peserta didik, serta menghargai pendapat dalam pengambilan keputusan bagi setiap individu tanpa meninggalkan budaya lokal sebagai alat menggapai kredibilitas yang mencakup segala aspek keilmuan. Perbedaan kajian yang penulis lakukan terletak pada konsep inklusif dalam pendidikan Islam itu sendiri.

  4. Penelitian yang dilakukan oleh Wahid Irfan Maghfuri jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN SUKA Yogyakarta dengan judul “Konsep Islam Inklusif Dalam Perspektif Dr.

  Alwi Shihab dan Implikas inya Terhadap Pendidikan Agama Islam” (Maghfuri, 2013). Dari skripsi ini dapat disimpulkan bahwa implikasi islam inklusif terhadap Pendidikan Agama Islam yaitu pada tujuan dan materi. Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi yang akan dikaji penulis yaitu dari segi konsep dan subyeknya. Skripsi yang akan disusun membahasa konsep pendidikan Islam inklusif perspektif Gus Dur, dimana pendidikan Islam yang memiliki sikap keterbukaan karena kemajemukan.

  5. Penelitian yang dilakukan Nisa Nurjanah jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN SUKA Yogyakarta dengan judul “Pemikiran Islam Inklusif Dalam Kehidupan Sosial Beragama Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam (Studi Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid)” (Nurjanah, 2013). Dari skripsi ini dapat disimpulkan bahwa pemikiran Islam inklusif memiliki relevansi dengan Pendidikan Islam dalam segi aspek manusia, aspek kurikulum, dan aspek metode. Skripsi yang akan dikaji oleh penulis memiliki kesamaan dengan skripsi Nurjanah sama-sama membahas inklusif, hanya saja terdapat perbedaan yaitu pada konsep inklusif yang diusung Gus Dur untuk menumbuhkan sikap keterbukaan dan toleransi pada Pendidikan Islam itu sendiri.

  6. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Novianto jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN SUKA Yogyakarta dengan judul “Aktualisasi Nilai-nilai Islam Inklusif Dalam Pendidikan Islam (Kajian Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid)” (Novianto, 2014). Dari penelitian tersebut dapat disimpilkan bahwa nilai- nilai Islam Inklusif diaktualisasikan di lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Guna untuk menyerukan pandangan humanismenya ditengah pluralisme yang ada di negeri ini demi tercapainya kehidupan beragama yang harmonis. Skripsi penulis memiliki kesamaan dengan skripsi Ahmad Novianto, sama-sama membahas tentang inklusif dalam Pendidikan Islam. Namun, ada perbedaan yaitu skripsi saudara Ahmad Novianto membahas aktualisasi nilai Islam inklusif dalam Pendidikan Islam, sedangkan skripsi penulis akan membahas tentang konsep Pendidikan Islam Inklusif.

  7. Penelitian yang dilakukan oleh Resdhia Maula Pracahya jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hiadyatullah Jakarta dengan judul “Konsep KH. Abdurrahman Wahid Tentang Pendidikan Islam Multikultural” (Pracahya, 2013). Hasil dari skripsi saudara Resdhia Maula Pracahya dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam multikultural menurut Gus Dur lebih menekankan pada aspek psikomotorik ditambah dengan aspek spiritual dan humanisme. Aspek tersebut akan mencapai dimensi aspek-aspek lainnya secara naturalistik, menurutnya pula aspek yang digagas tersebut akan menjadi landasan pluralitasdan multikulturalitas suatu bangsa. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan peneliti penulis, sama-sama mengkaji pemikiran KH. Abdurrahman Wahid. Akan tetapi obyek yang dikaji berbeda. Skripsi saudara Resdhia membahas tentang konsep Pendidikan Islam Multikultural, sedangkan skripsi peneliti tentang konsep Pendidikan Islam inklusif.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 bab, antara lain:

  BAB I Pendahuluan Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, fokus

  penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II Biografi KH. Abdurrahman Wahid Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang konteks

  internal yang terdiri dari: riwayat keluarga, riwayat pendidikan, dan karya-karya KH. Abdurrahman Wahid. Selain itu, dibahas juga mengenai konteks eksternal yang meliputi: aspek keagamaan, aspek sosial politik dan aspek budaya.

  BAB III Kajian Teori Pendidikan Islam Inklusif Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang kajian teori

  pendidikan Islam inklusif secara umum yang meliputi beberapa pembahasan diantaranya: pendidikan inklusif, pendidikan Islam, dan pendidikan Islam inklusif

  BAB IV Pemikiran Pendidikan Islam Inklusif KH. Abdurrahman Dalam bab ini penulis akan menjawab dari rumusan masalah yaitu konsep

  pendidikan Islam inklusif perspektif KH. Abdurrahman Wahid yang terdiri dari: inklusivitas pemikiran Islam KH. Abdurrahman Wahid dan konsep pendidikan Islam inklusif KH. Abdurahman Wahid. Serta membahas tentang relevansinya konsep pendidikan Islam inklusif perspektif KH. Abdurrahman Wahid pada masa kini.

  BAB V Penutup Pada bab ini penulis menyimpulkan dari pemaparan-pemaparan dari beberapa bab diatas yang meliputi pokok bahasan kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI KH. ABDURRAHMAN WAHID A. Konteks Internal 1. Riwayat Hidup KH. Abdurrahman Wahid Gus Dur bukan nama asing bagi nama bagi bangsa Indonesia. Sosok

  orang besar ini bukan cuma milik NU. Sikapnya yang demokratis dan humanis, melekatkan kesan yang mendalam pada sebagian besar masyarakat. Citra humanisme Gus Dur sanggup membawa citra politik yang positif, yang melampaui garis-garis sektarianisme yang harus diakui atau masih eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Hadi, Tanpa Tahun:11).

  KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dilahirkan di Desa Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, di sebuah rumah milik kakek dari pihak ibunya, Kyai Bisri Syansuri. Rumah ini sendiri berada di dalam komplek Pondok Pesantren Mambaul Maarif, yang dihuni oleh ribuan santri dari berbagai penjuru tanah air (Mandan, 2010:20-21).

  Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam (Agustus) 1940. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya‟ban, sama dengan 7 Septemb er 1940 (Rifa‟i, 2016:26).

  Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil, dengan berat badan 3,5 kg atau lebih. Memilik rambut tebal, hidung sedang, dan kulit halus (Irawan, 2015:31). Kata “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”. Hal ini dikarenakan Abdurrahman Wahid sebagai anak pertama diharapkan menjadi pewaris budaya keluarga Hasyim Asyari, menjadi penakluk seperti halnya Sultan Abdurrahman Addakhil (Abdurrahman I) yang pernah berkuasa selama 32 tahun para Dinasti Bani Umayyah, Spanyol. Kata “Addakhil” yang tidak cukup dikenal pada akhirnya diganti menjadi “Wahid”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anakkiai yang berarti “abang” atau “mas” (Al-Madyuni, 2013:93).

  Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Dus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah KH. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.

  Ayah Gus Dur, KH. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

  Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Gus Dur mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kasultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, putri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qadir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan (Hadi, Tanpa Tahun:13).

  Selain itu silsilah Gus Dur dapat dirinci sebagai berikut, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

  • – Dari pihak ayah dimulai dari Brawijaya ke VI (Lembu Peteng)

  Djoko Tingkir (Karebet)

  • – Pangeran Banawa – Pangeran Sambo – Ahmad – Abd. Jabar – Soichah – Lajjinah – Winih – Muhammad Hasyim Asy‟ari – Wahid Hasyim - Abdurrahman Wahid Addakhil (Gus Dur).

  Dari pihak ibu dimulai dari Brawijaya VI (Lembu Peteng)

  • – Djoko Tingkir (Karebet)
  • – Pangeran Banawa – Pangeran Sambo – Ahmad – Abd. Jabar – Soichah – Fatimah – K. Hasbullah – Nyai Bisri Syansuri –

  Solichah – Abdurrahman Wahid Addakhil (Gus Dur).

  Dari sini dapat melihat bagaimana Gus Dur dalam silsilahnya atau

  

trah nya merupakan campuran darah biru, kalangan priyayi dan darah

  putih, kalangan kiai. Selain itu, trahnya Gus Dur adalah trahnya para pahlawan. Kakeknya, KH. Hasyim Asy‟ari, dari ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah salah satu dari berbagai tokoh NU yang menjadi tokoh pahlawan Nasional.

  Melihat silsilah tersebut kiranya wajar kalau Gus Dur mewarisi bakat, mental, dan perjuangan orang-orang besar dan memang menjadi orang besar, selain besar fisiknya, besar pemikirannya, besar perjuangannya, dan besar hatinya.

  Memang masih banyak kalangan yang meragukan, terutama kalangan akademisi modernis, berkaitan dengan pola silsilah tersebut, berkaitan dengan bagaimana sumbernya masih oral yang perlu penulusuran lebih jauh. Namun, kalangan masyarakat Jawa abangan dan santri lebih mempercayainya. Hal ini dikaitkan pula bagaimana Gus Dur pernah mengaku kalau dirinya masih ada keturunan Cina dan leluhurnya (Rifa‟i, 2015:25-26).

  Gus Dur kecil tumbuh seperti halnya anak-anak pada umumnya. Ia senang dengan segala sesuatu yang baru, suka bertanya, dan kadang suka kesal sendiri. Kalau meminta sesuatu, ia suka ngeyel dan memaksa.

  Kalaupun ada perbedaan Gus Dur dengan anak-anak seumurannya, maka perbedaan itu adalah pendidikan dan pengajaran ayah, ibu, dan kakeknya. Solichah, sang ibu, sejak mengandung sudah terbiasa bertirakat dan berpuasa. Ia terbiasa menjalani laku mengurangi tidur dan mencegah hal-hal buruk yang dapat mengeruhkan batinnya. Ia terbiasa berpuasa untuk melatih kepasrahan, keikhlasan, dan kesabaran, demi menggapai ridha-Nya. Dari batin sang ibu, Gus Dur mulai tampak berbeda dengan anak kebanyakan. Badannya yang mulai sedikit gemuk justru berbanding terbalik dengan sedikitnya makan. Ia adalah bocah yang sepertinya lebih suka menahan lapar.