Judul Skripsi : AKHLAQ PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAQ KARYA SYAIKH HAFIDZ HASAN AL-MAS’UDI - Test Repository

  

AKHLAQ PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

DALAM KITAB TAISIRUL KHALAQ

KARYA SYAIKH HAFIDZ HASAN AL- MAS’UDI

  

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh

Dewi Rohmawati

NIM 111 13 156

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

MOTTO

ةَنيِهَر ْتَب َسَك اَمِب ٍسْفَن ُّ لكُ

  

Setiap orang bertanggung jawab

atas apa yang telah dilakukannya

(QS. Al-Muddatstsir 74:38)

  Persembahan

  Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Sugeng dan ibu Maryati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan dukungannya serta doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya.

  2. Anggota keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat tiada henti (kakakku: Siti Waliyah, jamak Ali dan ponakanku: Ali Abdul Mustajib, Ali Nurul Falah).

  3. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. yang telah sabar membimbing dan mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Pengasuh PPTQ Al-Muntaha ibu nyai Hj. Siti Zulaicho AH. serta keluarga yang selalu mendoakan dan membimbing dalam menuntut ilmu.

  5. Teman-teman PAI angkatan 2013 yang sama-sama bererjuang dan belajar di IAIN Salatiga.

  6. Teman-teman PPTQ Al-Muntaha yang senantiasa memberi dukungan, semangat dan selalu mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Semua pihak yang tak lelah memberi dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. BapakSuwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3.

  Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

  5. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. selaku pembimbing akademik.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  

ABSTRAK

Rohmawati, Dewi. 2017. Akhlak Pendidik dan Peserta Didik Dalam Kitab Taisirul

Khalaq Karya Syaikh Hafidz Hasan Al- Mas’udi. Skripsi. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag

  Kata Kunci: Akhlak, Pendidik, Peserta Didik

  Berkaitan dengan pentingnya akhlak yang harus dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik dalam rangka mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan, peneliti tertarik untuk menganalisis akhlak-akhlak seorang pendidik dan peserta didik yang terdapat dalam kitab Taisirul Khalaq karya Syaikh Hafidz Hasan al-

  Mas’udi serta relevansinya dengan dunia pendidikan saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu literature (kepustakaan). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder. Kemudian data dianalisis menggunakan metode deskriptif dan kontekstual.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa akhlak seorang pendidik meliputi: bertakwa, memiliki sifat terpuji,

  tawadlu’, rendah hati, sabar, penuh kasih sayang,

  adil, selalu memberi nasehat, dan tidak boleh membebani siswa dengan sesuatu yang belum dimengertinya. Sedangkan akhlak seorang peserta didik terbagi menjadi tiga golongan yaitu: akhlak terhadap diri sendiri meliputi, selalu membersihkan hati dalam rangka taqorrub kepada Allah, menghiasi diri dengan sifat mulia. Akhlak terhadap pendidik: harus senantiasa patuh dan tunduk agar mendapat ridho darinya. Dan akhlak terhadap saudara-saudaranya yaitu harus saling membantu dan tidak boleh mengejek teman yang belum bisa. Sedangkan relevansinya ialah sebagai rujukan dalam mengembangkan pemahaman ilmu akhlak dalam dunia pendidikan terutama dalam menghadapi masa kini yang penuh tantangan.

  DAFTAR ISI

  SAMPUL ...................................................................................................... i HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv DEKLARASI ................................................................................................. v MOTTO ........................................................................................................ vi PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii KATA PENGANTAR

  ………………………………………… ................... viii ABSTRAK………………………………………… ..................................... x DAFTAR ISI………………………………………… .................................. xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7 E. Metode Penelitian ........................................................................ 9

  F.

  Kajian Pustaka ............................................................................. 13 G.

  Sistematika Penulisan ……………………………………….. ... 15

  BAB II Landasan Teori A. Pengertian Akhlaq ....................................................................... 17 B. Sumber Pendidikan Akhlaq.......................................................... 18 C. Tujuan Pendidikan Akhlaq ........................................................... 21 D. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq Dalam Islam .................. 22 E. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq..................................... ......... 26 F. Pengertian Pendidik ..................................................................... 27 G. Peserta Didik ................................................................................ 34 BAB III Biografi Tokoh dan Deskripsi Kandungan Data A. Sejarah Hafidz Hasan Al- Mas’udi ........………………... ........... 37 B. Karya-karya Hafidz Hasan Al- Mas’udi…........................... .......... 43 C. Deskripsi Kandungan Kitab Taisirul Khalaq....

  ………………… 44

  D. Akhlaq Pendidik Dalam Kitab Taisirul Khalaq … ........................ 60 E. Akhlaq Peserta Didik Dalam Kitab Taisirul Kholaq .....................

  61 BAB IV ANALISIS A.

  Analisis pemikiran Al-Mas’udi Tentang Akhlaq Pendidik .......... 63 B.

  77 Analisis Akhlaq peserta Didik.....................................................

  C.

  Relevansinya Dengan Dunia Pendidikan Saat Ini ........................ 84

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 90 B. Saran ............................................................................................ 91 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 93 Lampiran-Lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan berusaha membentuk pribadi berkualitas baik

  jasmani maupun rohani. Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak hanya berkualitas dalam aspek skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak memungkinkan menjadi pribadi saleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif, dan spiritual.

  Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu menghasilkan anak didik berkualitas secara keseluruhan. Kenyataan ini dapat dicermati dengan banyaknya perilaku tidak terpuji terjadi di masyarakat, sebagai contoh merebaknya pengguna narkoba, penyalahgunaan wewenang, korupsi, manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), penganiayaan terjadi setiap hari. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan belum mampu membentuk anak didik berkepribadian paripurna (Istighfarotur, 2010: 2).

  Pendidik dan peserta didik menempati posisi penting dalam sistem pendidikan islam. Peran pendidik sangat menentukan dalam berhasil tidaknya proses pendidikan. Sementara peserta didik, selain sebagai objek juga bertindak sebagai subjek dalam pendidikan. Karenanya, antara keduanya tidak akan pernah terlepas dari kajian pendidikan islam (Kosim, 2012: 106).

  Dalam bahasa Arab, guru (pendidik) dikenal dengan al-

  mu’alim atau

al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis taklim (tempat

  memperoleh ilmu). Dengan demikian, al-

  mu’alim atau al-ustadz, dalam hal ini

  juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah, seperti guru tari, guru olahraga, guru senam, dan guru musik. Semua kecerdasan itu pada hakikatnya juga menjadi bagian dari kecerdasan ganda sebagaimana dijelaskan oleh pakar psikologi terkenal Howard Gardner. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik Spritual, emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya (Suparlan, 2005:12).

  Berangkat dari istilah tersebut jelaslah bahwa guru (pendidik) merupakan salah satu komponen pembelajaran dan juga sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Tidak hanya bertugas mengajar, tetapi guru berperan penting dalam pembentukan watak serta membantu peserta didik dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Dengan begitu jelaslah bahwa pendidik tak hanya berperan sebagai pengajar melainkan ia harus mampu mengarahkan, membentuk dan membina sikap mental anak didik, sehingga diharapkan seorang pendidik nantinya mampu menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didiknya.

  Pandangan terhadap peserta didik tidak terlepas dari konsepsinya tentang hakikat manusia. Manusia dilahirkan di dunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi dalam kelahirannya manusia dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan. Diantara tanda fitrah itu Allah menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna dengan menganugerahkan berbagai potensi, baik potensi jasmani (fisik), potensi spiritual (Qalbu), maupun potensi akal pikiran.

  Potensi yang dianugerahkan oleh Allah tersebut tidaklah mudah berkembang dengan sendirinya tanpa adanya interaksi yang baik dengan orang lain. Dari berbagai macam interaksi, tentunya interaksi yang memiliki tujuan yang jelaslah yang dapat membantu perkembangan potensi itu dengan baik.

  Sehingga dapat diketahui bahwa interaksi dalam proses pendidikan merupakan interaksi yang sangat penting dalam mengoptimalkan kemampuan atau potensi dalam diri seseorang.

  Antara pendidik dan peserta didik, selain keduanya sama-sama menjadi objek suatu pendidikan, keduanya juga berada dalam sebuah hubungan yang saling membutuhkan. Belajar mengajar merupakan satu istilah tunggal namun dengan makna yang berbeda. Belajar merupakan perubahan tingkah laku dari sebuah pengalaman, dan mengajar adalah kegiatan mengarahkan untuk memperoleh ilmu yang baik, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun kesadaran diri dari kepribadiannya.

  Kembali lagi pada realitas dimasa kini, tidak sedikit hubungan antara guru dan siswa yang kurang harmonis. Terlebih lagi bagi seorang guru yang salah memahami profesinya, maka bergeserlah fungsi guru secara perlahan. Begitu juga dengan seorang siswa, tidak jarang juga yang berangkat ke sekolah hanya sekedar menggugurkan kewajiban untuk belajar dan tidak disertai niat yang baik. Sementara itu semakin ke depan, wibawa seorang guru kian merosot dimata murid-muridnya. Sikap murid terhadap gurunya sudah sangat menyedihkan (lebih khusus dibidang lembaga umum). Guru hanya dipandang sebagai orang yang sedang melaksanakan tugasnya kemudian nanti digaji, bukan lagi sebagai orang yang harus jadi teladan (digugu lan ditiru).

  Siswa (peserta didik) dimasa sekarang, khususnya yang menduduki masa-masa sekolah menengah pada umumnya dalam menghormati seorang guru lebih cenderung karena ada maunya. Hubungan antara pendidik dan peserta didikpun hanya sebatas memenuhi kontrak sosial dalam dunia pendidikan dan dalam proses belajar mengajar, sehingga ketika proses belajar mengajar itu dianggap selesai, maka hubungan relasi antara pendidik dan peserta didik pun tak ada lagi. Padahal sudah seharusnya seorang murid senantiasa menjaga hubungan dengan gurunya meskipun tidak lagi dalam proses belajar mengajar.

  Mengenai kinerja seorang guru pun dimasa kini tidak sedikit yang memperbincangkan. Masyarakat tentu sangat berharap bahwa guru dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Namun tidak dipungkiri bahwa akhir-akhir ini muncul pengakuan dari peserta didik itu sendiri terhadap rasa tidak sukanya pada seorang guru, yang disebabkan antara lain mungkin guru yang merokok, guru yang galak, guru yang suka datang terlambat dan terkadang masih ada alasan lain yang diungkapkan oleh peserta didik akan ketidaksukaannya terhadap pendidiknya.

  Oleh karena itu, hendaklah seorang pendidik tidak menganggap remeh terhadap apa-apa yang senantiasa diperhatikan oleh peserta didik maupun masyarakat. Seorang pendidik harus senantiasa siap memberikan bimbingan nurani dan etika yang tinggi terhadap peserta didiknya. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dan berhasil dengan baik apabila interaksi antara pendidik dan peserta didik juga baik. Untuk itu diperlukan kinerja yang baik pula antara keduanya.

  Dari pembahasan di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian kepustakaan dengan judul ”Akhlaq Pendidik dan Peserta

  

Didik dalam kitab Taisirul Khalaq karya dari Syaikh Hafid Hasan Al-

Mas’udi”.

  Dalam kaitannya dengan pendidikan, karya Syaikh Hafid Hasan Al Mas’udi mempunyai peran cukup penting dalam menghantarkan nilai-nilai pendidikan akhlaq, moral, etika dan karakter sampai kepada peserta didik.

  Pemikiran-pemikiran Syaikh Hafid Hasan Al Mas’udi yang condong pada pesan moral, ketakwaan, kejujuran, ketawadhu’an, dan pesan-pesan lainnya.

  Pesan-pesan tersebut disajikan secara ringkas sehingga pembaca tidak merasa sulit untuk mempelajarinya.

  Alasan paling kuat mengapa penulis mengambil judul ini ialah karena penulis sangat tertarik dengan berbagai pemikiran dari Syaikh Hafid Hasan Al- Mas’udi terutama yang dipaparkan dalam kitab Taisirul Khalaq yang merupakan kitab akhlaq secara mendasar dan mudah dipahami. Juga penulis akan menganalisis akhlaq apa saja yang harus dimiliki oleh pendidik dan peserta didik agar serasi dan tak ada kesenjangan antara keduanya, karna pendidik dan peserta didik merupakan komponen terpenting dalam dunia pendidikan.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana akhlaq pendidik dan peserta didik dalam kitab Taisirul Khalaq karya Syaikh Hafid Hasan Al-

  Mas’udi? 2. Bagaimana relevansi akhlaq seorang pendidik dan peserta didik yang terkandung dalam kitab Taisirul Khalaq karya Syaikh Hafid Hasan Al-

  Mas’udi terhadap tujuan pendidikan dan dunia pendidikan masa kini? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana akhlaq pendidik dan peserta didik dalam kitab Taisirul Khalaq karya Syaikh Hafid Hasan Al-

  Mas’udi? 2. Untuk mengetahui bagaimana relevansi akhlaq seorang pendidik dan peserta didik yang terkandung dalam kitab Taisirul Khalaq karya Syaikh

  Hafid Hasan Al- Mas’udi terhadap tujuan pendidikan dan dunia pendidikan saat ini?

  D. Manfaat Penelitian

  Dari paparan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka terdapat manfaat yang bisa diperoleh. Penulis mengategorikannya menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan tambahan konsep baru mengenai dunia pendidikan terutama fokus pada pendidikan akhlaq.

  Bisa juga sebagai acuan para peneliti ketika akan melakukan penelitian secara lebih lanjut. Kemudian secara lebih rincinya bisa dikategorikan: a.

  Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

  b.

  Menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan terutama mengenai akhlaq dalam dunia pendidikan.

  c.

  Sebagai referensi bagi penulis untuk menambah kelengkapan data d.

  Sebagai bahan kajian bagi penulis untuk melakukan penelitian.

  e.

  Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga.

  2. Manfaat praktis

  a. Bagi guru 1)

  Sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk lebih mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran.

  2) Sebagai bahan evaluasi bagi guru tentang kepribadian dan akhlaq

  b. Bagi siswa 1) Sebagai panduan bagi peserta didik sehingga memiliki akhlaq yang baik 2) Sebagai panduan bagi peserta dalam meningkatkan belajar

  c. Bagi peneliti Untuk mengetahui kondisi sebenarnya tentang kepribadian guru pendidikan Agama Islam yang akan mempengaruhi akhlaq siswa di sekolah. Menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui konsep pendidikan akhlaq dalam kitab Taisirul Khalaq. Memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

E. Metode penelitian

  Penelitian ini menggunakan studi pustaka (library research), karena objek kajian studi difokuskan pada kajian sebuah kitab. Data-data yang terkait dengan analisis penelitian berkaitan dengan apa saja yang dibahas dalam kitab

  Taisirul khalaq. Penelitian pustaka (library research), yaitu jenis penelitian

  yang dilakukan dengan menelaah dan menggunakan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan topik atau permasalahan yang dikaji sebagai sumber datanya (Hadi, 1990: 9).

  Agar penelitian terlaksana sesuai yang diharapkan maka dalam penelitian ini secara runtut menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

  Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau Library

  Research. Selain itu biasa disebut kajian pustaka atau literature. Yaitu

  telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan- bahan pustaka dan hasil penelitian yang terkait dengan masalah kajian (Sukardi, 2007: 14).

  Maka penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Meneliti kitab Taisirul Khalaq karya karya Syaikh Hafid Hasan Al- Mas’udi sebagai objek kajian utama dari penelitian.

  b.

  Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam kitab tersebut yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlaq seorang pendidik.

  c.

  Menganalisis pokok permasalahan dan membandingkan pendidikan akhlaq dan teori-teori lain.

  d.

  Menyimpulkan beberapa konsep pendidikan akhlaq yang ada pada kitab tersebut.

  2. Sumber data penelitian Sumber data dari penelitian ini, penulis menggunakan sumber primer dan sekunder.

  a.

  Sumber data primer Sumber data primer yaitu sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Sumber data utamanya yaitu kitab Taisirul

  Khalaq karya karya Syaikh Hafid Hasan Al-

  Mas’udi sebagai objek kajian utama dari penelitian.

  b.

  Sumber data sekunder Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer.

  Data sekunder ini diambil dari sumber-sumber yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-buku tentang pendidikan karakter seperti buku pemikiran tokoh-tokoh terkemuka mengenai seluk beluk dalam dunia pendidikan, salah satunya buku Zainuddin tentang seluk beluk pendidikan dari Al-Ghazali, buku Ahmad tafsir yang berjudul Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, serta buku lain yang berkaitan dengan akhlaq pendidik dan peserta didik, browsing internet dan informasi lainnya yang mendukung judul dari penelitian ini.

  3. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca buku-buku sumber, baik itu primer maupun sekunder. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bentuk per bab.

4. Teknik Analisis Data

  Pengumpulan data (input) merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah melalui prosedur sistematik, logis dan proses pencarian data yang valid, baik diperoleh secara langsung (primer) atau tidak langsung (sekunder) untuk keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) suatu riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi peneliti (Rosady, 2010: 27).

  Melihat objek penelitian ini adalah buku-buku atau literature yang termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan, maka penelitian ini adalah merupakan library research. Data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa dengan menggunakan teknik analisa kualitatif dengan cara deskriptif dan kontekstual: a.

  Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1988:63). Adapun tujuan dari metode ini yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, komprehensif, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

  a.

  Kontekstual Dalam kamus besar bahasa Indonesia konteks berarti apa yang ada di depan dan di belakang (KKBI, 2005:521). Metode kontekstual adalah metode yang digunakan untuk mencari, mengolah, dan menemukan kondisi yang lebih konkret (terkait dengan kehidupan nyata). Metode ini akan membantu penulis untuk mengaitkan antara isi yang ada di dalam kitab Taisirul Khalaq dengan situasi dunia nyata dan mendorong penulis untuk membuat hubungan antara isi yang ada dalam kitab Taisirul Khalaq dengan penerapannya dalam kehidupan kekinian.

F. Kajian Pustaka

  Dalam skripsi ini penulis mengambil beberapa contoh skripsi peneliti terdahulu yang hampir sama dengan judul yang penulis ambil guna menambah referensi, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.

  Skripsi Anisa Nandya (2013), Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama

  Islam STAIN Salatiga yang berjudul “Etika Murid Terhadap Guru”. Analisis Kitab Ta’lim Muta’alim karangan Syaikh Az- Zarnuji yang merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan konsep penelitian kepustakaan (Library Research).

  Dalam penelitian tersebut, diurai tentang etika murid terhadap guru yang terdapat dalam kitab

  Ta’lim Muta’alim yaitu: a). Hendaknya seorang

  murid tidak berjalan di depan seorang guru. b). Tidak duduk di tempatnya, kecuali dengan ijinnya. c). Tidak memulai bicara padanya kecuali dengan ijinnya. d). Hendaknya tidak berbicara di depan guru. e). Tidak bertanya sesuatu bila guru sedang capek atau bosan. f). Harus menjaga waktu. g). Jangan mengetuk pintunya, tetapi sebaliknya menunggu sampai beliau keluar.

2. Skripsi Muhammad Solehan (2015), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang berjudul: “Nilai-nilai Pendidikan Akhlaq Dalam Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk Karya Ahmad Rifa’i Rif’an”.

  Penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan studi pustaka (library

  research ), yaitu meneliti secara mendalam mengenai buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk . Sumber data penelitian berasal dari sumber data

  primer dan sumber data sekunder. Adapun metode analisis ini menggunakan metode analisis induktif dan deduktif. Skripsi yang mengurai keseimbangan dalam hubungan vertikal (Hablumminallah) selaku hamba Allah, dan dalam hubungan horisontal (Hablumminannas) selaku makhluk individu dan makhluk sosial untuk mencapai derajat takwa.

3. Skripsi Nurhidayah (2015), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang berjudul: “Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel 99 Cahaya di

  Langit Eropa” (Telaah Kajian Dari Aspek Unsur-Unsur Pendidikan).

  Penelitian yang merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library

  Research), dalam penelitian tersebut menyimpulkan beberapa nilai

  pendidikan Islam yang terkandung dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh, maka perlu sebuah sistematika yang runtut dalam penulisan dari satu bab ke bab selanjutnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  Bab I : Berisi latar belakang masalah serta alasan-alasan logis mengapa penulis mengambil judul tersebut kemudian melakukan penelitian. Kemudian fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian itu, metode yang dilakukan dalam penelitian, juga sistematika penulisan hasil laporan.

  Bab II : Landasan teori meliputi pengertian akhlaq, pendidik dan peserta didik serta pengertian akhlaq pendidik dan peserta didik dalam kitab

  Taisirul Khalaq karya Syaikh Hafidz Hasan Al-

  Mas’udi

  Bab III : Pada bab ini akan dijelaskan tentang biografi intelektual tokoh Syaikh Hafidz Hasan Al- Mas’udi, beberapa karyanya serta deskripsi kandungan dari kitab kitab Taisirul Khalaq

  Bab IV : Analisis data yang di paparkan meliputi akhlaq pendidik dan akhlaq peserta didik yang ada di dalam kitab Taisirul Khalaq serta relevansinya dengan dunia pendidikan saat ini dan tujuan pendidikan

  Bab V : Penutup yang berisikan kesimpulan dari teori pendidikan akhlaq meliputi akhlaq pendidik dan akhlaq peserta didik dan saran dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Akhlaq 1. Pengertian Istilah akhlaq adalah istilah bahasa Arab. Kata akhlaq merupakan kata

  jamak dari bentuk tunggal khuluq, yang pengertian umumnya: perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun tercela. Kata akhlaq, jika diurai secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika digabung (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khaliq yaitu Allah SWT dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka kata akhlaq tidak bisa dipisahkan dengan Al-Khaliq (Allah) dan makhluk (baca: hamba).

  Akhlaq berarti sebuah perilaku yang muatannya “menghubungkan” antara hamba dengan Allah SWT., sang Khaliq (Ahmadi, 2004:13).

  Akhlaq hampir sama pengertiannya dengan etika dan moral, ada pun kata lain yang selalu didekatkan pemaknaannya adalah susila, kesusilaan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, adab, perangai, perilaku dan kelakuan.

  Ibn Miskawaih dalam etika profesi guru karya Ridwan Effendi mengartikan akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Juga dengan Al-Ghazali yang mengartikan akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan atau tanpa dihitung risikonya (Effendi, 2014: 18).

  Akhlaq secara etimologi istilah yang diambil dari bahasa Arab dalam bentuk jamak. Al-Khulq merupakan bentuk mufrod (tunggal) dari akhlaq yang memiliki arti kebiasaan, perangai, tabiat, budi pekerti. Tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan dan timbul dari manusia dengan sengaja. Kata akhlaq dalam pengertian ini disebutkan dalam Al-

  Qur’an dalam bentuk tunggal. Kata

  khulq dalam firman Allah SWT merupakan pemberian kepada Muhammad

  sebagai bentuk pengangkatan menjadi Rasul Allah. Sebagaimana diterangkan dalam Qur’an surat Al-Qalam ayat 4:

      

  Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

  

  Maka dengan berbagai pengertian tersebut di atas bisa dijadikan rujukan bahwa ilmu akhlaq menurut Syaikh Hafidz Hasan al- Mas’udi ialah ilmu yang membahas seputar ajaran batiniah yang berkaitan dengan tingkah laku yang berpuncak pada kemuliaan dan ketakwaan seseorang.

2. Sumber Pendidikan Akhlaq

  Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik- buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam. Sumber akhlaq adalah Al- Qur’an dan al-Hadits, buka akal pikiran atau pandangan masyarakat. Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji- tercela, semata-mata karena

  syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian.

  Bagaimana dengan peran hati nurani, akal dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya sebagaimana dalam firman Allah:

                           

  Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama

  (Allah); (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. ar-Ruum

  : 30) Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran.

  Demikian juga dengan akal pikiran, ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk mencari kebaikan-keburukan.

  Keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subjektif.

  Bagaimana dengan pandangan masyarakat? Pandangan masyarakat juga dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran baik-buruk. Tetapi sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga, masyarakat yang hati nuraninya telah tertutup dan akal pikiran mereka sudah kotor oleh sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan sebagai ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang dapat dijadikan sebagai ukuran (Ilyas, 2004:5).

  Akhlaq merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al- Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-

  Qur’an sebagai dasar akhlaq menjelaskan tentang kebaikan Rosulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Maka selaku umat Islam sebagai penganut Rosulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab/ 33:21 :

                   

  Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri

  tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

  (Q.S. Al-Ahzab/ 33:21)

  Sedangkan hadits yang sangat populer menyebut akhlaq adalah hadits riwayat Malik:

  )دمحا هاور( ق ل خ لا ح م ت ت ب ا . لا ص ع ث م ا ن ل م

  Artinya: ”Bahwasannya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tal lain

  adalah untuk menyempurnakan akhlaq mulia” (H.R. Ahmad) (Drajat,

  2002: 18-19).

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber akhlaq adalah Al- Qur’an dan Sunnah. Untuk menentukan ukuran baik-buruknya atau mulia- tercela haruslah dikembalikan kepada penilaian

  syara’. Semua keputusan syara’ tidak dapat dipengaruhi oleh apapun dan tidak akan bertentangan

  dengan hati nurani manusia karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT.

3. Tujuan Pendidikan Akhlaq

  Hubungan akhlaq dengan pendidikan sangatlah erat. Tujuan pendidikan dalam pandangan Islam adalah berhubungan dengan kualitas manusia yang berakhlaq. Ahmad D. Marimba misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya.

  Sementara itu Mohd. Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan aklak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlaq yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya al-Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Kemudian Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah (Mawardi, 2002:82).

  Maka dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlaq ialah membentuk pribadi yang baik sehingga terwujud menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

4. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq Dalam Islam

  Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa poin berikut: a.

  Rasulullah SAW. menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam. Beliau bersabda:

  )ققهبلا هاور( ق ل خالا ك م م ت ت ع ث ب ا م نٍا ا ل م م ر ا

  Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan

  akhlaq yang mulia.” (HR. Baihaqi)

  b.

  Akhlaq amalan yang paling berat timbangannya Banyak amalan yang dilakukan orang beriman dalam rangka bermunajat kepada Allah SWT, ia shalat wajib lima waktu.

  Kurang puas dengan amalan wajib maka shalat sunah pun diamalkan, seperti rawatib dan qiyamullail. Untuk mendekatkan hatinya dengan Al-

  Qur’an seorang mukmin membacanya secara tartil sembari merenungkan artinya.

  Guna mengurangi rasa bakhilnya sekaligus meringankan beban maka seorang mukmin bersedekah dengan hartanya. Untuk mendapatkan pahala yang melimpah sekaligus mendidik jiwanya agar tidak serakah, ia menjalankan ibadah puasa. Demikianlah banyak amalan ibadah dilakukan manusia beriman, baik yang telah ditentukan caranya hingga yang tidak ditentukan, seperti dzikir dan doa.

  Namun perlu kiranya diketahui bahwa salah satu amal manusia yang paling mulia dihadapan Allah SWT dan paling berat timbangannya adalah akhlaq. Dan akhlaq ini pulalah salah satu perilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW.

  c.

  Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.

  Hal ini bisa diperhatikan pada hadits berikut:

  )ىذمرتلا هاور( ا ل اق ن ق س ح أ ا انا م هٍا ن ه م ن ول م لا ل م ك أ خ م

  “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang

  paling baik akhlaq nya.” (HR. Tirmidzi)

  d.

  Akhlaq adalah tujuan akhir diturunkannya Islam

  Sesungguhnya tujuan Islam diturunkan adalah untuk menciptakan perilaku manusia yang terpuji, bukan sekedar untuk menjadi ahli ibadah yang tidak mengenal kehidupan sosial di sekitarnya. Allah SWT memuji Rasulullah SAW karena beliau berhasil menampilkan perilaku yang terpuji dalam membimbing umatnya, selain tekun dalam menjalankan ibadah kepada-Nya.

  Allah SWT. Berfirman:

      

  Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

  ya ng agung.” (AL-Qalam: 4)

  Bahkan Al- Qur’an menyebutkan sejumlah perilaku akhlaq untuk menunjukkan karakter orang-orang yang bertakwa.

  Misalnya firman Allah SWT:

  

        

        

        

         

          

  

        

          



  Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari

  “ Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk ornag-orang yang bertakwa, (yaitu) orang- orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang- orang yang beramal.” (Ali Imran: 133-136) (Ahmadi, 2004:40).

  e.

  Di dalam AL-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlaq, baik berupa perintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larangan berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-

  Qur’an tentang akhlaq ini mebuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlaq di dalam Islam (Ilyas, 1999: 11).

5. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq

  Mustafa Zuhri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan.