Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI di Kelas VIII MTs N Ngablak kab. Magelang - Test Repository

  

INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA

PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

  

ISLAM (PAI) DI KELAS VIII MTS NEGERI

NGABLAK KAB. MAGELANG

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH

ROCHMAT SIYAMTO

  

NIM: 11109017

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

                   Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

  (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab, 21)

  PERSEMBAHAN

  Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.

  Orang tuaku tercinta bapak tugiman dan ibu jumini, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do’a yang tak pernah putus untuk putra-putranya.

  2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi semangat dan membantuku.

  3. Bapak

  Drs. Abdul Syukur, M.Si yang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Teman-temanku anggota Student Sport Club (SSC) yang menjadi keluarga kedua saya

  5. Puji lestari yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini .

  6. Dan seluruh keluarga besar MTS Negeri Ngablak yang bersedia menjadi tempat penelitian

  7. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Drs. Abdul Syukur, M.Si , sebagai dosen pembimbing skripsi yang Bapak telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

  5. Bapak Dr. H.M. Zulfa, M.Ag , selaku pembimbing akademik.

  6. Dan seluruh keluarga besar MTS Negeri Ngablak yang bersedia menjadi tempat penelitian

7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Keluarga besar student sport club ( SSC) IAIN Salatiga, sebagai keluarga kedua saya.

  10. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 8 Maret 2016 Peneliti,

  Rochmat Siyamto

  NIM.1109017

  

ABSTRAK

  Siyamto Rochmad. 2009. Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses

  Pembelajaran PAI di Kelas VIII MTs N Ngablak kab. Magelang Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Syukur, M.Si. Kata Kunci : Internalisasi, Nilai-Nilai Demokrasi, Proses Pembelajaran PAI.

  Pendidikan harus sesuai dengan perubahan sosial budaya masyarakat yang terus berkembang , yang mendambakan adanya transparansi , perlakuan yang sama, adil, jujur bagi setiap manusia ( demokrasi) dan menjunjung tinggi hak- hak manusia. Untuk itu penting kiranya untuk memasukkan nilai-nilai positif demokrasi dalam sistem pendidikan, terutama pada aspek pembelajaran. Pembelajaran PAI yang memuat nilai-nilai demokrasi adalah pembelajaran secara sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, dan kritis terhadap lingkungan sekitar yakni di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 1). Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang. 2). Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 3). Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 4). Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs N Ngablak .

  Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secermat mungkin mengenai internalisasi nilai- nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak , kendala dalam proses pembelajaran serta upaya untuk mengatasi kendala pada proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui metode Observasi , wawancara, dan dokumentasi. Data berupa deskriptif mengenai internalisasi nilai-nilai demokrasi dan profil sekolah diperoleh dari studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Analisa data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dan analisis data penelitian menunjukkan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI dapat diwujudkan melalui tahap perencanaan yaitu guru menyisipkan nilai-nilai demokrasi pada nilai karakter, pelaksanaan pembelajaran yaitu guru menerapkan metode yang variatif diantaranya diskusi dan metode tanya jawab dengan memanfaatkan media yang telah adalah ada, dan evaluasi pembelajaran yaitu guru melaksanakan evaluasi pembelajaran secara komprehensif yang diantaranya mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru tidak hanya bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa juga mengevaluasi gurunya. Kendala yang ditemui guru adalah guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan cara guru harus teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi PAI.

  

DAFTAR ISI

JUDUL .........................................................................................................

  I LEMBAR BERLOGO .................................................................................

  II PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................

  III PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................

  V MOTTO .......................................................................................................

  VI PERSEMBAHAN ........................................................................................

  VII KATA PENGANTAR .................................................................................

  VIII ABSTRAK ...................................................................................................

  X DAFTAR ISI ................................................................................................

  XI DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

  XIII

  BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ............................................................................ 1 B. RumusanMasalah .................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9 E. Definisi operasional ................................................................................ 10 F. Metodologi penelitian ............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14

  BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai nilai demokrasi islam ............................................................................. 16 B. Makna demokrasi pendidikan ......................................................................... 36 C. Intrumental demokrasi pada proses pembelajaran .......................................... 42 D. Pengertian internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan Islam .................... 46 Upaya internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan agama Islam................ 49 F. Faktor pendukungdan penghambat internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan agama Islam ................................................ 60

  BAB III HASIL PENELITIAN Identitas Sekolah ....................................................................................... 62 Pedoman Wawancara ................................................................................ 71 Hasil Wawancara ...................................................................................... 72 BAB IV PEMBAHASAN Internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam ........................................................................... 75 Internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam diMTs N Ngablak .............................................. 75 Faktor pendukung internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran agama islam ........................................................................ 91 Faktor penghambat internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran agama islam ........................................................................ 92

  Upaya yang Dilakukan Guru di MTs N 1 Ngablak dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI ............................................... 92

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 94 B. Saran ....................................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama paripurna yang ajarannya memberi

  panduan nilai atau prinsip-prinsip etik berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan para pemeluknya. Misi yang diemban oleh pendidikan Islam tidak lain adalah misi Islam itu sendiri yaitu agar manusia dapat menjalani amanat kehidupan ini dapat membangun kerajuan dunia yang makmur, dinamis, dan harmonis atas dasar nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Atau dengan kata lain dapat mewuju dkan rahmatan lil’alamin yaitu hubungan segitiga sama sisi secara harmonis antara Tuhan, manusia dan alam sebagai tiga komponen utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia.

  Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki potensi (fitrah) bawaan ini bersifat integral-holistik dan tidak hanya berorientasi kepada permasalahan ukhrowi saja tetapi harus terintegrasi dengan persoalan- persoalan dunia, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, sosial kemasyarakatan, dan sebagainya. Dalam Malik Fajar (1988: 42), pandangan ini didasarkan pada konsep ajaran Islam tidak menghendaki pada penghayatan agama yang mengarah kepada pelarian diri dari kehidupan duniawi, tetapi bahkan sebaliknya, Islam mengajarkan asketisme duniawi, yaitu memakmurkan dan memajukan kehidupan dunia, tanpa tenggelam dalam kenikmatan semu.

  Pendidikan Islam adalah segala proses pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Qur ’an, Sunnah Nabi, perkataan dan perbuatan sahabat, serta ijtihad para ulama. Dengan tujuan menurut Atyah Al-abbrasyi (1970:

  15) untuk membentuk kepribadian Muslim yang tangguh dan mampu tercapai tujuan akhir, yaitu bahagia dunia dan akhirat dengan ridha Allah.

  Hasan Langgulung sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra (1998: 5), mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi mudah. Memindahkan pengetahuan dengan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia sebagai khalifah fi al-ardh untuk beramal di dunia dan memerik hasilnya di akhirat.

  Manusia dijadikan sebagai khalifah karena manusia secara fisik merupakan sebaik-baik ciptaan. Kualitas manusia karena didalam dirinya terkandung beberapa persyaratan kualitatif seperti kemampuan berfikir dan kemerdekaan berkehendak serta bertindak yang tidak dimiliki makhluk lain. Dalam sudut pandang yang lain, kekhalifaan manusia mengisyaratkan kepercayaan Allah kepada manusia. Karena itu Allah memberi kepada manusia dalam bentuk kebebasan berfikir , berkehendak dan bertindak.

  Namun dalam realitasnya, pendidikan Islam saat ini masih terkungkung dalam kemunduran, keterbelakangan, dan ketidak berdayaan.

  Diantara indikasinya menurut Abd. Rachman Assegaf (2004: 8-9) adalah sebagai berikut :

  1. Minimnya pembaharuan praktik pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif, dan kritis terhadap isu-isu actual.

  2. Model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan intelektualisme

  • – verbalistik dan mengasingkan pentingnya interaksi Orientasi pendidikan Islam menitik beratkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia Muslim sebagai Khalifah al ardh.

  Pada sisi lain, pendidikan Islam hingga saat ini masih mengahadapi berbagai permasalahan yang kompleks, dari permasalahan yang bersifat konseptual-teoritis hingga persoalan operasional praktis.

  Dalam era global ini, masyarakat Indonesia menginginkan terwujudnya suatu masyarakat baru. Yaitu masyarakat yang mengharapkan terwujudnya kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan, keterbukaan, keadilan, saling menghormati, dan menghargai. Pendidikan Islam memiliki potensi untuk memberdayakan pendidikan rakyat secara keseluruhan dengan kedekatannya kepada masyarakat muslim, dan membentuk civil society, masyarakat madani atau masyarakat kewarganegaraan pada tingkat akar rumput kaum muslim.

  Untuk mewujudkan masyarakat madani menuntut suatu pendidikan yang sesuai, yaitu pendidikan yang mampu membangu kesadaran masyarakat unutu ikut serta dalam membangun masyaraka sendiri. Al-fadly (2011: 54) menegaskan bahwa pendidikan yang mengembangkann seluruh peserta didik, pendidikan yang menghargai kemuliaan manusia (dignity); individualitas dan kebebasan (academis); pendidikan yang mengakui adanya perbedaan dan penghargaan dan keanekaragaman serta pendidikan yang mengakui adanya persamaan hak (equalitarianism), dan pendidikan yang berupaya mengembangkan segenap potensi peserta didik secara optimal. Disinilah pentingnya penghayatan terhadap

  Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia adalah dengan melakukan demokratisasi pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana untuk melakukan internalisasi nilai-nilai demokrasi kepada masyarakat. Untuk menjawab persoalan tersebut, perlu dirumuskan suatu perencanaan pendidikan dan pelatihan yang strategis, efektif dan efisien dalam rangka membangun sumberdaya manusia Muslim Indonesia yang cakap, terampil, inovatif serta memiliki semangat kompetitif dalam kehidupan masyarakat Secara empiris, pendidikan dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar.

  Namun pada tataran implementasinya, hampir tidak disadari jika tren pendidikan dan pembelajaran yang berkembang pada dekade terakhir ini adalah belajar untuk belajar. Bukan lagi belajar untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang jauh semakin komplek ke depan. Bahkan, sekolah sebagai sebagai ujung tombak pendidikan secara sengaja ataupun tidak, selama ini telah menanamkan sikap yang berlebihan pada diri siswa bahwa pentingnya belajar adalah untuk mengahadapi ujian. Ujian merupakan target dan derajat tertinggi yang harus dikuasai dan ditempuh dengan segala cara. Baik cara yang positif semisal dengan memberikan tambahan pelajaran secara intensif maupun cara yang negative, seperti dengan memberikan bocoran soal, kunci jawaban, dan lain sebagainya. Fenomena ini terbukti dengan terungkapnya beberapa kasus kecurangan di beberapa lembaga pendidikan.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung nyaris tidak pernah berupaya serius dalam menumbuhkan nilai-nilai pembusukan nilai-nilai demokrasi. Terkikisnya nilai-nilai demokrai dan humanisme dalam karakter pendidikan saat ini, juga dirujukkan dalam proses pembelajaran di kelas yang masih menempatkan guru sebagai penindas yang memposisikan dirinya sebagai subjek pendidikan, dengan menganggap dirinya paling berkuasa dan paling mengetahui tentang pengetahuan.

  Menurut Al-Fadly (2011: 47) pendidikan haruslah bersifat dinamis dan selalu berkembang. Sebab, perkembangan dalam dunia pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi dengan perubahan budaya kehidupan umat manusia. Perubahan disini dalam arti perbaikan pendidikan yang mencakup pada semua tingkat dan aspek, baik pada sisi konsep kurikulum, kualitas sumber daya insan, metode pembelajaran, lembaga-lembaga, organisasi, sistem evaluasi, serta penerapan reward dan punishment-nya. Untuk itu penting kiranya memasukan nilai-nilai positif demokrasi dalam system pendidikan, terutama pada proses pembelajaran. Dengan harapan, proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung lebih demokratis dan humanis sehingga melahirkan generasi bangsa yang sadar akan eksistensis dirinya sebagai makhluk religius sekaligus makhluk sosial.

  Dengan demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh nilai- nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya tersebut.

  Pendidikan Islam sendiri tidak hanya mengajarkan nilai sebatas kognitif dan kondisi yang memberikan peluang dan kesempatan besar pada peserta didik untuk bersentuhan secara langsung dengan berbagai fenomena nilai dalam kehidupan empirik. Dengan asas ini dapat dihasilkan lulusan yang pandai, cerdas, dan terampil, namun kepandaian dan kecenderungan intelektual tersebut kurang diimbangi dengan kecerdasan emosional. Keadaan demikian ini terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ranah afektif. Padahal ranah afektif sama penting peranannya dalam membentuk perilaku peserta didik sekarang, dalam mendukung pelaksanaan demokratisasi pendidikan, saatnya mengubah asas subject matter

  

oriented ke student oriented. Shofan (2007: 126) menegaskan orientasi

  pendidikan yang bersifat student oriented lebih menekankan pada pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan peserta didik secara utuh baik lahir maupun batin.

  Demokratisasi pendidikan merupakan pendidikan hati nurani, artinya pendidikan yang lebih menghargai potensi manusia dikatakan lebih humanis beradab dan sesuai dengan cita-cita masyarakat madani. Tilaar (2009: 174), menyatakan bahwa tuntutan terbentuknya masyarakat madani Indonesia, mengandung berbagai unsur, yaitu: (1) kebebasan intelektual, (2) kesempatan untuk bersaing (3) mengembangkan kepatuhan spiritual dan moral, (4) pendidikan yang mengakui untuk berbeda dan (5) percaya kepaada kemampuan manusia.

  Demokrasi pendidikan bisa dimaknai sebagai suatu tatanan di mana nilai- nilai demokrasi, seperti keadilan, musyawarah, persamaan, kebebasan, kemajemukan, dan toleransi, dijadikan sebagai landasan atau asas dalam seluruh program dan praktik pendidikan. Islam memandang nilai-nilai tersebut sebagai

  Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Muhammad SAW yang berisikan bimbingan dan panduan tentang seluruh aspek kehidupan Muslim.

  Selanjutnya Rasyidin (1999: 75) menyatakan bahwa guru sebagai ujung tombak keberhasilan peletakkan nilai-nilai demokrasi keberadaban harus memberikan contoh terutama pada proses pembelajaran berlangsung. Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai demokrasi pada peserta didiknya akan memberi pengaruh terhadap kehidupan berbangsa di masa depan. Diantara urgensi nilai-nilai demokrasi pendidikan Islam bagi peserta didik yaitu demokrasi merupakan asas yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, menciptakan warga negara yang demokratis merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan nasional, demokrasi merupakan salah satu prinsip dasar dalam general education, demokrasi merupakan salah satu prinsip asasi dalam kehidupa masyarakat Islam, dan demokrasi diperlukan dalam rangka merespon berbagai fenomena sosial yang terjadi dan sedang berkembang di Indonesia dan dunia Internasional.

  Maka dari itu, MTs Negeri Ngablak kab. Magelang Sebagai Lembaga Pendidikan formal mencoba untuk mengadakan reorientasi dan rekonstruksi lembaga pendidikannya menuju integralisasi antara nilai-nilai religius dan demokratis yaitu dengan mengupayakan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada pembelajaran PAI. Dari sini diharapkan bisa mencetak generasi muslim yang demokrasi, bersih, bermoral dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai keadaban. mengambil penelitian dengan judul “ Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Prose Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI) di Kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 2. Apa saja faktor Pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 3. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 4. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara Pendidikan

  Agama Islam (PAI) di kelas VIII MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang.

  2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak.

  3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai- nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak.

  4. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs N Ngablak .

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Segi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran Islam, khususnya sebagai upaya pencarian solusi alternatif dalam melakukan demokratisasi pendidikan Islam di Indonesia di tengah persaingan global yang kompetitif.

  Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat literal dalam semangat demokrasi dan kebangsaan.

  Untuk memperkaya khazanah studi tentang nilai-nilai demokrasi dalam Pembelajaran PAI.

2. Segi praktis

  Bagi para pendidik, merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan usaha pengajaran menuju tercapinya tujuan yang dicita-citakan. Bagi para orang tua, merupakan bahan masukan sebagai langkah yang strategis dan dinamis dalam pengajaran di lingkungan keluarga.

  Bagi peneliti, merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Definisi Operasional

  Internalisasi menurut Priyanto (1994: 67): pengahayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam. Penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau kesadaran akan kebenaran nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.

  Nilai

  • –Nilai Demokrasi menurut Hariyanto (2001: 18) adalah nilai yang
diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan maupun warga yang demokratis. Dalam bidang pendidikan berarti nilai yang diperlukan untuk mengembangkan lembaga pendidikan maupun peserta didik yang demokratis. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah nilai kebebasan (berpendapat, berkelompok, berpartisipasi), nilai keadilan, nilai persamaan dan nilai musyawarah. untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan potensi kognitif, afektif maupun psikomotornya.

  Pendidikan Agama Islam : Syed ali ashraf dan syed Sajjad Husein (1986: berpendapat bahwa pendidikan agama islam adalah suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dalam sikap hidup,tindakan,keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai- nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis islam.

  Jadi yang dimaksud dengan Internalisasi nilai-nilai demokrasi adalah proses pemasukan dan penghayatan nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih humanistis dan beradab agar bisa mencetak generasi muslim yang demokratis, bermoral dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai keadaban.

F. Metode Penelitian

  Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunaanya sehingga dapat mencapai objek atau tujuan permasalahan masalah. Sedangkan metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah.

  Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperlukan valid.

  Sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenarannya.

  Jenis Penelitian dan Pendekatannya Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mancari jawaban dengan ungkapan lain meodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

  Menuru Dede Mulyana (2002: 145) Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris: research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.

  Penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati Lexy J Moleong (2008; 4). Adapun bentuk penelitiannya adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam situasi tertentu. b.

  Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian tentang internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI.

  Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di MTs Negeri Ngablak Kab.

  Ngablak, Kab/Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

  c.

  Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tehnik pengumpulan data diperoleh dengan: 1.

  Metode Interview Metode interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui tanya jawab,dialog secaralisan baik langsung maupun tidak langsung. Joko Subagyo (1997: 4).

2. Observasi

  Observasi dapat diguanakan sebagai pengamatan dan pencatat dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki baik lingkungan , fisiknya, dan pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan Sugiyono (2008: 203). Observasi juga didefinisikan sebagai suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang kegiatan-kegiatan yang mengandung nilai-nilai demokrasi di MTs Negeri Ngablak, serta sarana dan prasarana, denah, letak Geografis MTs Negeri Ngablak, yang akan dijadikan bahan analisis.

  3. Dokumentasi untuk mengumpulkan data-data berupa catatan-catatan ,surat dan foto, gambar dan lain-lain. Menurut Sanapiah Faisa (1982: l33), metode dokumenter adalah : “ Informasi berupa buku-buku tertulis

  atau catatan, pada metode ini petugas data tinggal mentransfer bahan-bahan tertulis yang relevan pada lembaran- lembaran isian yang telah disiapkan, untuk itu merekan sebagainya apa adanya .

G. Sistematika Pembahasan

  Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut

  BAB I PENDAHULUAN : Dalam Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Manfaat Penelitian , metodologi penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan. BAB II INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI : Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai demokrasi dalam Islam, makna demokrasi pendidikan , nilai-nilai instrumental demokrasi pada proses pembelajaran PAI, pengertian internalisasi nilai-nilai demokrasi, upaya internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan Islam pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Urgensi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI.

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN: Bab ini berisi tentang Gambaran Umum Obyek Penelitian yang Ngablak , Denah MTs N Ngablak , Kurikulum MTs N Ngablak , Prestasi MTs N Ngablak, Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak, Sarana dan Prasarana MTs N Ngablak, Data Pendidik dan Tenaga Pendidik MTs N Ngablak dan Keadaan Siswa MTs N Ngablak, Hasil wawancara.

  BAB IV PEMBAHASAN; . Bab ini menjelaskan tentang Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelas VIII MTs N Ngablak, Faktor pendukung pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI VIII A MTs N Ngablak, Faktor penghambat pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI VIII A MTs N Ngablak serta Upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI.

  BAB V PENUTUP:Bab ini terdiri dari Simpulan dan saran-saran. Yaitu mengenai uraian singkat dan padat serta saran yang perlu penulis sampaikan kepada semua pihak yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai-Nilai Demokrasi dalam Islam

1. Nilai-nilai demokrasi pada Al- Qur’an

  Al-Qur ’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada aspek kehidupan Muslim. Dalam mengeksplor ayat dan penafsiran tentang demokrasi, penulis mengambil salah satu prinsip dalam pokok ajaran Islam yang sesuai dengan demokrasi yaitu musyawarah yang terdapat dalam surah Ali Imran [3]: 159.

                                  

    Artinya:

   Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,

Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang bertawakkal kepada-

Nya.”

  Musyawarah secara fungsional adalah untuk membicarakan kemaslahatan masyarakat dan masalah-masalah masa depan pemerintah.

  Dengan musyawarah rakyat menjadi terdidik dalam mengeluarkan pendapat dan mempraktekannya..

  Dengan musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan pendapat yang baik, sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan problem yang dihadapi. Di sisi lain, pelaksanaan musyawarah merupakan penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama. permasalahan yang dapat mengalami perkembangan dan perubahan,

  ’an memberika petunjuknya dalam bentuk prinsip-prinsip umum agar petunjuk itu dapat menampung perkembangan dan perubahan sosial budaya manusia. Jika rincian satu persoalan yang diterapkan pada satu masa atau masyarakat tertentu dengan ciri kondisi sosial budayanya, harus diterapkan pula dengan rincian yang sama untuk masyarakat lain, baik di tempat yang sama pada masa yang berbeda, apalagi di tempat yang lain.

  Menuru Al Rasydin Dalam bidang musyawarah, ada enam point implikasi prinsip musyawah dalam pendidikan, yaitu; 1)

  Kesediaan untuk mendiskusikan berbagai persoalan, 2)

  Kesediaan mengemukakan pendapat, 3)

  Kesediaan mendengarkan pendapat orang lain, 4)

  Kesadaran dan kesediaan yang tulus untuk saling menerima dan menghormati perbedaan pendapat 5)

  Kesediaan atau kedewasaan untuk menerima kenyataan bahwa pendapat kita ditolak oleh peserta musyawarah 6)

  Kerelaan untuk menerima kompromi, kesiapan dan kedewasaan untuk menerima hasil musyawarah dan melaksanakannya secara tanggung jawab.

  Di dalam Al-Qur ’an terdapat prinsip-prinsip umum atau nilai- nilai inti demokrasi selain musyawarah, seperti nilai-nilai keadilan, nilai-nilai kebebasan, nilai-nilai persamaan, nilai-nilai kemajemukan, dan nilai-nilai Toleransi. Berikut ayat Al-

  Qur’an yang menerangkan tentang nilai-nilai demokrasi tersebut: a.

  Nilai –Nilai Keadilan yang sangat penting dan berharga yang diberikan oleh Islam kepada umat manusia. Dalam pembicaraan keadilan pada masalah-masalah sosial selain dari kepemilikan harta, adanya perbedaan alamiah dalam hal bakat, kesanggupan dan kemampuan diantara sesama manusia harus diperhitungkan. Berdasarkan atas perbedaan tersebut, tidak bisa diletakkan bahwa manusia tidak bisa sama semuanya dalam derajat, ilmu, kekayaan, pangkat, status sosial dan lain-lain. Yang diperlukan dan diperhatikan dalam masalah demikian adalah adanya peluang dan kesempatan yang sama bagi semua untuk mengembangkan kemampuan dan kesanggupan alamiah masing-masing, perbedaan yang timbul kemudian harusdiimbangi dengan ajaran persaudaraan sesama manusia menurut Harun Nasution (1996: 229).

  Islam memang mengakui adanya pemihakan kelas yang diakui sah adanya oleh al- Qur’an, sebagai realita empiris yang ditakdirkan terhadap dunia manusia, akan tetapi menurutnya bahwa pemihakan kelas tersebut lebih didasarkan pada semangat untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.al-Quran memenuhi cita-cita sosial yang terus-menerus menegakkan cita-cita

  

egalitarianisme dan keterlibatan untuk mewujudkan cita-cita ini

  dituntut kepada setiap Muslim dan itu dipandang sebagai memiliki nilai ibadah yang tinggi. Dan keterlibatannya sebagai perjuangannya.

  Itulah yang akan menentukan kualitasnya sebagai khalifah fi al- ard.

  1) Menegakkan Keadilan

  QS. An-Nisa ’ ayat 129

                          

  Artinya:

  Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara

isteri- isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,

karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang

kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.

Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari

kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (QS. An-Nisa ’ ayat 129)

  2) Menegakkan kebenaran

  QS. Al-Maidah ayat 8                           

      Artinya:

  Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi

  

saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu

terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Maidah: 38)

  Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada orang orang mukmin agar dapat melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi.

  Dari keterangan tersebut, maka jelaslah bagi orang mukmin diwajibkan untuk menegakkan keadilan dengan sebaik-baiknya.

  Sebab jika keadilan tidak ditegakkan maka kedhaliman akan merajalela dalam masyarakat.

  3) Menegakkan hukum dengan adil

  QS. An-Nisa ’ ayat 58

                             

  Artinya:

  “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)

apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ ayat

58)

  Di sini terkandung beberapa norma yang wajib dilaksanakan sebagai cermin dari perilaku masyarakat Muslim.

  Pertama, melaksanakan amanah dengan adil, kedua, menetapkan hukum secara seimbang menurut undang-undang dan ketetapan Allah. Sedangkan prinsip keadilan dimaksud ialah keadilan yang maupun lainnya, Esensi keadilan inilah yang belum pernah dikenal sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, dan ini pula yang mendasari segala bentuk hukum dalam ketentuan islam, sebagaimana fungsi tanggung jawab terhadap amanah itu pula yang menjadi kerangka dasar dalam pembinaan masyarakat islam, walaupun nampaknya hanya diungkapkan dalam bentuk saran( idhah), yang sebenarnya berfungsi perintah (amr), karena saran itu lebih berkesan untuk bisa diterima akal.

  Pada dasarnya Islam memberi wewenang pada akal sebagai sarana untuk memahami petunjuk bagi manusia. Namun, akal menurut perkembangan fitrahnya selalu berubah menurut kondisi yang mengitarinya. Atas dasar ini, maka perlu mengembalikan seluruh hasil ciptaan akal kepada sebuah temperature yang tetap dan abadi, yaitu ketetapan-ketetapan Allah Yang MahaSempurna kuntowijoyo (1993:689).

  Implikasi terhadap dunia pendidikan adalah bahwa guru harus objektif terhadap seluruh siswanya,jangan kemudian memojokkan dan menganaktirikan mereka yang tidak berpandangan positif terhadap dirinya. Adil terhadap peserta didik merupakan faktor yang paling penting untuk kematangan jiwa. Sebab hal itu akan memberikan kesenangan pada diri mereka dan membuat hati mereka terasa nyaman (Muhammad Hamdi & b.

  Nilai-Nilai Kebebasan Manusia sebagai makhluk yang terbaik diantara sekian banyak makhluk yang ada. Dari sini manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Dan dengan akalnya, manusia diberi kebebasana untuk menentukan jalan hidupnya.

  1) Kebebasan Berfikir

  QS. Al-Baqarah ayat 44            

  Artinya: