MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENYELENGGARAAN SCHOOL BASED INSET PADA SD DABIN 1 UPT DINDIKPORA KECAMATAN BATUR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015 Abdul Wakhid, S.Ag

  Penelitian Tindakan Sekolah

  

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI

PENYELENGGARAAN SCHOOL BASED INSET PADA SD DABIN 1

UPT DINDIKPORA KECAMATAN BATUR SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1)

Abdul Wakhid, S.Ag

  Pengawas sekolah Dabin I UPT Dindikpora Kecamatan Batur

  Abstrak

  Latar belakang masalah, masih rendahnya kualitas kompetensi guru, sehingga perlu ditingkatkan melalui model yang efektif dan efisien salah satunya menggunakan school based inset. Guru dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya dalam memberikan materi di depan kelas, guru mempunyai visi yang lebih mengedepankan wawasan intelektual yang mengkaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Subyek penelitian adalah responden 16 guru di lingkungan Sekolah Dasar Dabin I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dengan 2 tahapan siklus.

  Hasil penelitian pada tahap 1 terdapat temuan sebesar 56% guru dengan kategori kurang baik dalam menmpersiapkan bahan pembelajaran, model RPP yang dibuat, Aktivitas dalam belajar dan menyampaikan presentasi kurang maksimal. sehingga perlu ditingkatan melalui school based inset pada tahap ke-

  II yang menunjukan hasil signifikan sebesar 77% dengan implikasi dalam pembelajaran sebesar 80. School Based Inset menjadi instrumen yang sangat penting guna memajukan sistem pengajaran di kelas melalui wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern.

  Kata kunci: profesionalisme guru dan school based inset A.

  PENDAHULUAN

  Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurang hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum.

  Pengajaran adalah suatu aktifitas (proses) mengajar belajar yang di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan untuk anak didik, objek didik, atau sebagai istilah lain dari murid/peserta didik.

  School Action Research

  Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.

  Pelaksanaan pembelajaran sering mengalami kendala seperti terjadinya perubahan kurikulum, perubahan ini sengaja diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

  Kendala-kendala lain yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah (1) perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi (2) konflik dan motivasi yang kurang sehat (3) lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan (4) keuangan (financial) yang tidak terpenuhi (5) penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi, serta (6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.

  Berbagai problem dalam pelaksanaan pembelajaran diatas, mendorong peneliti untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik diantaranya melalui upaya memperbaiki proses pengajaran. Hal ini juga didukung dari hasil pengamatan langsung dan informasi yang di terima oleh peneliti selaku pengawas TK/SD Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara bahwa sebagian guru belum memiliki kemampuan profesional dalam melaksanaan kegiatan belajar mengajar karena guru belum mampu menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah masing- masing. Atas dasar itulah, penelitian tindakan ini mengambil tema: Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui School Based Inset Pada Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  Berdasar pada pendahuluan diatas maka rumusan masalah penelitian tindakan sekolah ini adalah:

  1. Bagaimana penyelenggaraan School Based Inset sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru dalam KBM di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun

  Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana peranan School Based Inset sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru dalam KBM di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Penelitian Tindakan Sekolah Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun

  Pelajaran 2014/2015? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada penyelenggaraan School Based Inset untuk meningkatkan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?

  Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a.

  Untuk mengetahui penyelenggaraan School Based Inset sebagai upaya peningkatan profesionalme guru dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  b.

  Untuk mengetahui peranan School Based Inset sebagai upaya peningkatan prfesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Daerah Binaan

  I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  c.

  Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan tentang profesinalisme guru kegiatan belajar mengajar terkait dengan menyelenggarakan School Based Inset di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 1. Belajar dan Mengajar

  Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara peserta didik dengan guru dan sesama peserta didik dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi jika tidak ada interaksi anatra guru dengan peserta didik atau sebaliknya. Pembelajaran interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima.

  Sedangkan Nasution (dalam Sudaryo, 1990 : 3) menegaskan bahwa dalam pendidikan sekolah tradisional belajar diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah pengetahuan. Hasil belajar yang bermacam-macam tersebut oleh Benyamin S Bloom (Sudaryo, 1990 : 3-4) diklasifikasikan ke dalam tiga domain, yaitu ranah kognitif yang mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik dan abilitas (fakta, konsep, keterampilan intelektual). Ranah afektif yang mengarahkan peserta didik mengembangkan kepekaan emosi atau sikap (sikap, nilai, kepercayaan). Ranah psiko motorik yang mengarahkan peserta didik mengembangkan keterampilan fisik/ motorik seperti keterampilan menggunakan alat, sampai pada keterampilan bermain bola, keterampilan memainkan alat musik.

  School Action Research

  Dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan, yang mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik baik yang nampak maupun yang tidak nampak berkat pengalaman dan latihan.

2. Komponen-komponen Pembelajaran

  Pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan Pembelajaran yang telah dirumuskan. Komponen-komponen tersebut antara lain adalah tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai, materi, metode, media, evaluasi, guru, peserta didik, administrasi, sarana dan prasarana (Sudaryo, 1990 : 5).

  a. Tujuan Pembelajaran

  Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara peserta didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Djamarah dan Zain, 2006 : 42).

  b. Materi Pelajaran

  Rohani (2004 : 167) mengatakan bahwa materi pelajaran dapat diperoleh dari sumber belajar, dimana penggunaan sumber belajar yang bervariatif memiliki banyak kegunaan bagi peserta didik diantaranya: Memotivasi belajar peserta didik, Pencapaian tujuan pembelajaran, Mendukung Program pembelajaran (aktivitas belajar), Membantu memecahkan masalah, Mendukung pengajaran presentasi (pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik).

  c. Metode Pembelajaran Semakin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaiannya.

  Akan Tetapi tidak ada satupun metode yang paling baik bagi semua macam pencapaian tujuan, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor dan yang paling menentukan adalah tujuan pembelajaran yang akan dicapai Dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

  Adapun jenis metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah: Metode Ceramah, Metode Tanya jawab, Metode Demonstrasi, Metode Experiment, Metode Resitasi/ penugasan, Metode Drill/ latihan, Metode Problem solving, Metode Inquiry, Metode Teknik Klarifikasi Nilai, Metode Role Playing, Metode Simulasi, Metode Karya wisata, Metode Kerja Kelompok, Metode Diskusi, dan Metode Proyek. Penelitian Tindakan Sekolah d.

   Media Pembelajaran

  Media pendidikan menurut Santoso S Hamidjojo dalam Rumamouk (1988:6) adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran, dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.

  e. Evaluasi Pembelajaran

  Usaha mencapai tujuan pendidikan perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai atau searah dengan tujuan? Jika ya, sudah sejauh mana ditempuh. Adakah faktor-faktor yang menghambat usaha itu serta bagaimana mengatasinya? Upaya itu bermuara kepada evaluasi. Evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran mutlak harus dilakukan oleh guru, seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 168) bahwa penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri, yang tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembelajaran.

  f. Guru

  Menurut Soetjipto dan Kosasi (2004 : 37) guru merupakan jabatan profesional yang harus memenuhi kualifikasi tertentu meliputi: intelektual, menguasai suatu disiplin ilmu khusus, memerlukan persiapan yang cukup lama, memerlukan latihan yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilaku, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional dan mempunyai kode etik yang ditaati oleh anggotanya.

  Pemberdayaan komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran (bahan, media, metode, sarana prasarana, dan lain-lain) tidak akan berguna bagi terjadinya perolehan pengalaman belajar maksimal bagi murid jika tidak didukung oleh keberadaan guru yang professional, karena guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan (Bafadal, 2003: 4).

  Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sstem pembelajaran guru adalah komponen yang paling esensial dan menentukan kualitas pembelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Sukmadinata, 2005 :192-193) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya ke dalam 4 (empat) dimensi umum kemampuan, yaitu: Kemampuan Professional, Kemampuan Sosial, Kemampuan Personal, dan Kemampuan Pedagogik.

  g. Peserta Didik

  Peserta didik menurut Rohani (2004 : 1) mengandung sifat yang umum yaitu bisa peserta didik/ mahapeserta didik, dan lebih bersifat aktif serta

  School Action Research

  bersifat memanusiakan.Dan peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikanyang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan. Oleh karena itu kondisi danperkembangan peserta didik jangan sampai terlupakan oleh guru.

h. Administrasi Pengajaran

  Pengertian Administrasi adalah subsistem dari organisasi yang unsur- unsurnya terdiri dari unsur organisasi yaitu tujuan, orang-orang, sumber, dan waktu. Dalam konteks pendidikan administrasi pengajaran, meliputi: kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah (Daryanto, 2005: 9).

i. Sarana dan Prasarana

  Secara otimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya: lokasi/ tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya. Sarana merupakan alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Ada juga perbedaan pandangan mengenai sarana yaitu keputusan menteri P dan K No. 079/ 1975, sarana pendidikan terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar yaitu: (a) bangunan dan perabot sekolah, (b) alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan dan alat-alat peraga dan laboratorium, (c) media pendidikan (Daryanto, 2005 : 51) 3.

   Konsep Dasar School Based Inset

  Penataran di sekolah sebagai terjemahan dari bahasa Inggris School Based Inservice Educational Training. Inservice berasal dari kata serve. Serve adalah kata keja yang artinya melayani, serve menjadi inservice yang artinya peningkatan. dari kata “tatar”. Kata tatar berasal dari bahasa Jawa

  Sedangkan penataran berasal yang artinya “tingkat”. Kata ini sudah lazim dipergunakan dalam bahasa Indonesia tanpa mengalami perubahan arti. Jadi secara harfiah “penataran“ dapat diartikan “peningkatan”. Pendapat umum menyatakan bahwa penataran adalah suatu kegiatan dalam usaha untuk mengadakan peningkatan. Adapun Langkah-langkah Kegiatan School Based Inset dapat diuaraikan sebagai berikut: a.

   Persiapan 1) Mengidentifikasi kebutuhan peserta

  Untuk mendesain suatu penataran di sekolah perlu dipelajari sungguh- sungguh apakah yang sebenarnya merupakan kebutuhan peserta. Hal ini sangat penting agar kegiatan dapat mencapai tujuan secara efektif dan menghindari pemborosan waktu, tenaga maupun dana. Kebutuhan dimaksud berupa peranan, nilai-nilai, harapan-harapan atau keharusan- Penelitian Tindakan Sekolah keharusan yang diharapkan dari peserta untuk mendukung sistem yang berlaku dalam rangka untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar menuju peningkatan kualitas pendidikan.

  2) Pelaksanaan

  Agara pelaksanaan penataran dapat berjalan dengan lancar, maka semua materi dan aspek kegiatan sudah terbagi habis oleh personil yang terkait. Sedangkan pelaksanaan penataran meliputi/mencakup kegiatan sebagai berikut : a)

  Upacara pembukaan Pelaksanaan penataran dimulai dengan upacara pembukaan yang materi acaranya telah disusun dalam persiapan sesuai dengan keadaan setempat.

  b) Melakukan pemantauan antara lain terhadap :

  Persiapan

  • Ketetapan waktu dalam pelaksanaan
  • Hambatan-hambatan yang mungkin ada
  • Ketetapan materi dengan metode pendekatan/serta resource yang disempurnakan.
  • Respon peserta dan suasana penataran.
  • c)

  Jurnal kegiatan Untuk mengetahui sejauh mana program penataran sudah dilaksanakan, maka diadakan pemantauan terhadap jalannya penataran itu. Oleh karena itu diperlukan jurnal kegiatannya yang berisi catatan-catatan antara lain sebagai berikut: kegiatan yang telah dilaksanakan

  • kegiatan yang belum dilaksanakan
  • hambatan dalam kegiatan
  • faktor pendukung dalam kegiatan
  • dampak lain yang timbul selama melaksanakan kegiatan
  • d)

  Evaluasi Tes dilaksanakan untuk mengukur keberhasilan penatar dalam penataran.

  e) Upacara penutupan

  Penataran berakhir dengan suatu upacara penutupan yang sudah diprogramkan. Diharapkan dan bagaimana efektifitas serta kualitas program penataran.

  3) Evaluasi

  Bahan yang dievaluasi berupa : 1. Data yang ada dalam jadwal kegiatan 2.

  Data lain yang dapat dipergunakan dengan cara menggunakan : Kuesioner

  • Pertanyaan terbuka (open ended item)
  • Check list
  • Pernyataan benar salah
  • 4) Tindak lanjut

  Pada kesempatan berikutnya sehabis penataran hendaknya dilakukan supervisi terhadap peserta LKKS yang pernah mengikuti LKKS untuk mengetahui sejauh mana hasil penataran diterapkan dalam pelaksanaan

  School Action Research

  tugas-tugas profesi mereka sekaligus membimbing mereka dalam penerapan tersebut.

4. Hipotesis Penelitian Tindakan

  Hipotesis diartikan sebagai rumusan tidak pasti tentang suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya (Sunaryo K, 1988: 25). Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: "Terdapat Hubungan positif dan signifikan

  antara penyelenggaran School Based Inset terhadap Peningkatan profesionalisme Guru dalam mengajar di di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

C. METODE PENELITIAN TINDAKAN

1. Jenis dan Subyek Penelitian Tindakan

  2. Wiyana, S.Pd

  Suciasih, S.Pd.SD

  Penelitian tindakan sekolah berjudul Penyelenggaraan School Based Inset untuk meningkatkan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Binaan, dilaksanakan di Dabin I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, yang terdiri dari 8 SD dan 16 Guru, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian No Nama Guru (sampel responden) Nama Sekolah Keterangan

  SDN 9 Batur

  Nur Janah, S.Pd.SD

  SDN 9 Batur 16.

  Sumardi, S.Pd.SD

  14. Eva Ratriani, S.Pd.SD SDN 8 Batur 15.

  13. Rosidi, S.Pd.SD SDN 8 Batur

  12. Ahmad Sujadi, S.Pd.SD SDN 7 Batur

  SDN 7 Batur

  Fitria Dian Rosita, S.Pd.SD

  SDN 6 Batur 11.

  SDN 6 Batur 10.

  SDN 1 Batur 3.

  Luluk susanti, S.Pd.SD

  SDN 4 Batur 9.

  Titik Suprihati, S.Pd.SD

  1. Warsih Subekti, S.Pd SDN 1 Batur

  Nur Hayati, S.Pd.SD

  SDN 3 Batur 7.

  Waluyo Hadi, S.Pd.SD

  SDN 3 Batur 6.

  Jon Jarot, S.Pd.SD

  SDN 2 Batur 5.

  Edi Martono, S.Pd.SD

  SDN 2 Batur 4.

  Partinah, S.Pd.SD

  SDN 4 Batur 8. Penelitian Tindakan Sekolah 2.

   Jadwal Kegiatan

  Penelitian tindakan sekolah ini direncanakan dan akan dilaksanakan pada bulan Pebruari s/d April 2015 dengan time schedule sebagai berikut:

Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah

  Pebruari Maret April

  No Rencana Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

  1 Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan Menyepakati jadwal tugas Menyusun instrumen Seminar Konsep Pelaksanaan

  2 Pelaksanaan Menyiapkan kelas Menyebarkan Angket Melakukan Wawancara Olah data

  3 Penyusunan Laporan Menyusun konsep laporan Seminar hasil penelitian Perbaikan hasil laporan Penggandaan / pengiriman hasil

  Catatan :

  Jadwal ini bisa saja berubah dari yang direncanakan, sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

3. Prosedur Penelitian 1.

  Jenis Tindakan nyatanya adalah melatih dan membimbing guru-guru dalam mengajar yang sesuai dengan kondisi dan situasi di kelas.

2. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah : a.

  Mendiskusikan masalah atau hambatan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang baik b.

  Penyampaian informasi dari peneliti tentang cara mengajar yang baik dan mengembangkan diri secara profesional sebagai guru

  School Action Research 4.

   Pelaksnaan Tindakan a. Siklus I 1) Perencanaan Penelitian

  Kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan mulai 2 Pebruari s/d 30 April di SDN 6 Batur Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Pada

  • – 14.30 setiap pertemuan. Perencanaan Jam Sekolah yaitu dari jam 12.00 penelitian ini meliputi : 1)

  Rapat koordinator antara pengawas, kepala sekolah, dan guru-guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara

  2) Penentuan jadwal dan subjek penelitian secara bersama-sama

  3) Menyiapkan bahan bahan yang diperlukan dalam pengembangan wawasan edukatif dan informatif yang baik .

  2) Pelaksanaan Penelitian 1) Mendiskusikan tentang permasalahan dalam pengajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas. 2) Penyampaian informasi tentang cara mengajar yang inovatif dan peka terhadap wawasan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan contoh model pembelajaran baik. 3) Mengkaji contoh model pengajaran yang baik dalam kelompok

  Target yang diharapkan pada putaran I : 1)

  Pertemuan pada putaran I dihasilkan konsep ( format ) pengajaran yang baik yang sesuai dengan kararteristik masing masing bidang studi secara professional. 2) Dalam pertemuan tersebut tersusunnya rencana model pembelajaran yang inovatif guna menunjang kemampuan profesi guru.

  3) Observasi dan Evaluasi

  Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Pengamatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah sekaligus peneliti dalam hal ini, terhadap setiap guru tentang kerjasama, aktivitas, presentasi dalam menyusun satuan pelajaran yang baik Penelitian Tindakan Sekolah Adapun skala yang digunakan adalah skala Likert dengan lima katagori sikap yaitu : sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kolom yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut: skor 5 = sangat tinggi, skor 4 = tinggi, skor 3 = sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1 = sangat rendah. Sehingga skor maksimal adalad 4 x5 = 20. Untuk mendapatkan nilai digunakan rumus :

  Jumlah skor perolehan NK = --------------------------- x 100

  Jumlah skor maksimal Setelah diperoleh nilai, maka nilai tersebut dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif untuk memberikan komentar bagaimana kualitas sikap guru yang diamati dalam menyusun satujan pelajaran yang baik dengan kategori sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tabel Kategori

  No Skor Kategori Penyusunan

  • – 100

  1

  90 A (baik sekali)

  2 80 – 89 B (baik)

  3 65 – 79 C ( cukup baik )

  4 55 – 64 D ( kurang )

  • – 54 E ( sangat kurang baik )

  5 Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap hasil penyusunan satuan pelajaran yang baik pada akhir pertemuan putaran pertama dengan menggunakan format evaluasi satuan pelajaran yang baik. Adapun aspek yang dinilai adalah (1) kelengkapan elemen dalam satuan pelajaran yang baik, (2) kejelasan tujuan pembelajaran yang baik, (3) ketepatan/kesesuaian program dengan tujuan satuan pelajaran yang baik, (4) kemanfaatan program, (5) strategi implementasi /pelaksanaan,

b. Siklus II 1) Perencanaan

  Pada tahap ini dilaksanakan penyusunan satuan pelajaran yang baik oleh guru-guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, penulis yang belum mencapai hasil maksimal pada putaran I. Kegiatan penelitian tindakan pada putaran II dilaksanakan pada bulan Maret, di SDN 1 Batur Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, pada jam sekolah dari jam 12.00 –14.00 WIB. Hal hal yang direncanakan pada dasarnya sama dengan putaran I .

  School Action Research

  Berdasarkan observasi dan refleksi pada putaran I dilakukan perbaikan terhadap strategi dan penyempurnaan pelaksanaan pengajaran di kelas.

  2) Pelaksanaan

  Pada prinsipnya langkah langkah pelaksanan tindakan pada putaran I diulang pada putaran II dengan modifikasi dengan pemberian konsepsi School Based Inset dan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada putaran I .

  Kegiatan pada putaran II dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut :

  1) Mendiskusikan tentang permasalahan atau hambatan dalam memulai pengajaran dengan mengulang pelajaran yang lalu yang baik dibantu oleh guru kelas yang sudah berhasil

  2) Memberikan arahan tentang konsepsi School Based Inset guna menunjang pengajaran yang lebih efektif. 3) Melaksanakan School Based Inset sebagai bagian dari teknik

pengembangan diri sebagai guru secara profesional.

  3) Observasi dan evaluasi

  Observasi dilakukan oleh peneliti selaku pengawas sekolah di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, saat guru mempraktekkan di depan kelas pada saat pertemuan putaran II, baik secara individu maupun kelompok.

  Pengamatan dilakukan terhadap sikap guru dalam mempresentasikan konsepsi School Based Inset ke dalam pengajaran yang baik dan dengan menggunakan format observasi yang digunakan pada putaran I. Sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan putaran II dengan menggunakan format penilaian yang sama dengan aspek pada putaran I. Cara melakukan penilaian terhadap hasil pengajaran yang baik yang disusun sama dengan pada putaran I.

  4) Refleksi

  Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan dan hasil evaluasi pada akhir pertemuan putaran dilakukan refleksi. Bila guru- guru di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara memperoleh skor dalam penilaian yang baik final sama atau lebih besar dari 65, maka guru-guru tersebut dinyatakan berhasil, jika kurang dari 65 dinyatakan gagal.

5. Metode Pengumpulan Data

  Pengumpulan data dalam penelitian ini akan digunakan beberapa teknik diantaranya: Penelitian Tindakan Sekolah a.

   Wawancara

  Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru-guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Wawancara yang dilakukan untuk mencari tahu kemampuan dan kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran meliputi perencanaan dan pelaksanaan yaitu: perumusan indikator keberhasilan belajar, pemilihan materi pembelajaran, pengorganisasian materi pembelajaran, pemilihan sumber pembelajaran, skenario pembelajaran, penilaian, pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup.

  b. Observasi

  Peneliti mengobservasi guru dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat dilihat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Di samping itu peneliti juga memperoleh data tentang keaktifan peserta didik, serta mengamati lingkungan di sekolah yang kondusif atau dapat mendukung pembelajaran baik dari situasi dan kondisi hingga sarana dan prasarana yang tersedia.

  c. Dokumentasi

  Peneliti mengambil foto aktifitas pembelajaran di kelas, ketersediaan buku-buku di perpustakaan, media yang digunakan guru, dan sarana prasarana yang digunakan. Hal tersebut berkaitan dengan kendala dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

  d. Analisis Data

  Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus statistik deskriptif persentase, yaitu : P = f/N x 100 %

  Keterangan : P = angka persentase f = frekuensi jawaban aktivitas guru N= jumlah aktivitas guru (Anas Sudijono, 2001 : 40)

  Untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran, maka peneliti menggunakan tabel persentase nilai aktivitas sebagai berikut :

  School Action Research

Tabel 3.4 Prosentase dan kategori aktivitas

  

No Persentase Kategori aktifitas

  • – 100

  1

  81 Baik sekali

  • – 80

  2

  61 Baik

  • – 60

  3

  41 Cukup

  • – 40

  4

  21 Kurang

  • – 20

  5 Kurang sekali D.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

  Dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang disusun dengan tahapan sebagai berikut;

a. Siklus I

  Berdasarkan pengamatan awal oleh penulis sekaligus pengawas di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara sebagian besar guru-guru belum paham tentang pengajaran yang baik, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang mereka dapatkan.

  Sementara ini semua guru menyelenggarakann PBM tidak menggunakan potensi dirinya yang baik serta kurang mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi pengajaran yang lebih up to date dan peka terhadap wawasan informasi global, guru-guru di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara hanya berdasarkan tekstual dan prosedural saja.

  Kegiatan diawali dengan mendiskusikan tentang permasalahan yang dihadapi dalam mengajar di kelas dengan baik melalui kelompok yang dilajutkan dengan penyampaian informasi tentang cara School Based Inset serta memberikan contoh model pengajaran yang inovatif. Masing-masing kelompok mengkaji contoh model pengajaran yang baik, kemudian menetapkan format rencana pembelajaran yang akan digunakan di depan kelas. Setelah menyepakati format yang digunakan guru mencoba mempraktekkkan di dalam kelompoknya masing-masing. Hasil pengamatan / observasi tentang sikap guru konsepsi mengajar yang baik pada putaran pertama adalah sebagai berikut: Penelitian Tindakan Sekolah Tabel 4.1

  Data Hasil Observasi ( putaran I )

  2

  4

  13. R_13

  65.0 Cukup

  20

  13

  3

  3

  3

  4

  12. R_12

  45.0 Sangat kurang baik

  20

  9

  2

  3

  2

  2

  11. R_11

  55.0 Kurang baik

  20

  11

  2

  3

  3

  3

  10. R_10

  60.0 Kurang baik

  20

  12

  3

  2

  3

  3

  20

  2.8

  2.9

  45.0 43.0 895.0 Rata- rata

  44.0

  47.0

  50.0 Jumla h

  20

  10

  3

  3

  2

  2

  16. R_16

  55.0 Kurang baik

  11

  11

  3

  20

  55.0 Kurang baik

  14. R_14

  2

  3

  3

  11

  2

  20

  55.0 Kurang baik

  15. R_15

  3

  3

  3

  3

  3

  No Resp Aspek Pengajaran S N P (%) Kategori

  20

  4

  4

  3

  4

  4. R_4

  55.0 Kurang baik

  20

  11

  3

  3

  3

  2

  3. R_3

  55.0 Kurang baik

  11

  20

  3

  2

  3

  3

  2. R_2

  55.0 Kurang baik

  20

  11

  3

  3

  2

  3

  1. R_1

  B M A P

  15

  75.0 Cukup

  9. R_9

  2

  70.0 Cukup

  20

  14

  3

  4

  3

  4

  8. R_8

  45.0 Sangat kurang baik

  20

  9

  2

  3

  2

  7. R_7

  5. R_5

  45.0 Sangat kurang baik

  2

  3

  2

  2

  9

  20

  6. R_6

  55.0 Kurang baik

  4

  3

  2

  2

  11

  20

  2.8 2.7 56,0 Keterangan: B = Bahan , M = Model RPP, A = Aktivitas Pembelajaran, P = Presentasi

  School Action Research

  untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam bentuk gambar berikut:

  57.5

  57

56.5 Bahan

56 Model RPP Aktivitas

55.5 Presentasi

  55

  54.5

  54 Gambar. 4.1

  Hasil Observasi awal Berdasarkan gambar 4.1 bahwa aspek model RPP sudah lebih baik jika dibandingkan aspek yang lain. Sedangkan hasil penelitian pada aspek pengajaran kurang baik, diperoleh dari hasil observasi dari putaran I ini, sikap guru dalam menyusun program pengajaran kurang menguasai materi yang akan diajarkan dengan rata-rata nilai 56. Sementara itu di sisi lain, Kepala sekolah sangat antusias memberikan semangat kepada guru-guru untuk menyusun program pengajaran serta konsepsi mengajar yang mengandalkan potensi diri sebagai guru secara profesional terutama dengan mengkaitkan perkembangan wawasan intelektual akademis serta mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi pengajaran di kelas.

  Memperhatikan hasil pada putaran I peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh. Hambatan-hambatan yang ditemukan pada sikus I seperti efektivitas penyampaian informasi-informasi tentang konsepsi

  School Based Inset bersifat umum belum mencapai nilai maksimal dan hambatan tersebut disempurnakan dalam putaran II.

b. Siklus II

  Pada putaran II kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyusunan agenda pengajaran yang baik di putaran pertama. Peneliti menjelaskan lebih rinci tentang cara mengajar yang inovatif utamanya pada aspek 1 yaitu bagaimana cara merumuskan visi dan tujuan pengajaran tiap-tiap bidang studi (kelengkapan elemen serta satuan pengajaran yang lebih inovatif). Aspek 2 yaitu bagaimana memasukkan konsepsi School Based Inset dalam pengajaran sehingga terdapat konsepsi pembelajaran yang lebih edukatif dan mengkaitkan dengan Penelitian Tindakan Sekolah perkembangan ilmu dan teknologi secara baik melalaui konsepsi School Based Inset agar menjadi jelas dalam memberikan materi pelajaran di depan kelas.

  Format pengajaran yang baik dan akan digunakan sesuai dengan format yang disepakati pada putaran I sehingga kegiatan selanjutnya adalah mempraktekkan pengajaran yang lebih inovatif dan berwawasan infomatif global di kelas serta mengembangkan model pembelajaran yang efektif melaui konsepsi School Based Inset yang bimbing oleh peneliti dan dibantu oleh kepala sekolah yang sudah mampu melakukan pengajaran yang lebih baik

  3

  4

  4

  13. R_13

  70 Baik

  20

  14

  4

  3

  3

  4

  12. R_12

  65 Baik

  20

  13

  3

  3

  3

  3

  16

  20

  80 Baik

  10. R_10

  5

  3

  3

  4

  15

  20

  75 Baik

  11. R_11

  4

  5

  16

  4

  75 Baik Jumlah

  3

  4

  4

  4

  15

  20

  63.0

  75 Baik

  64.0

  60.0 59.0 1230.0 Rata-rata

  3.9

  4.0

  3.8

  3.7

  16. R_16

  20

  20

  15

  80 Baik

  14. R_14

  3

  4

  4

  4

  20

  15

  75 Baik

  15. R_15

  3

  4

  4

  4

  4

  5

  Dari hasil observasi terhadap sikap guru pada putaran II ini banyak mengalami perubahan bahkan guru-guru lebih meningkatkan potensi dirinya sebagai guru profesional. Hasil observasi putaran II dapat disajikan sebagai berikut :

  3

  20

  85 Sangat Baik

  3. R_3

  4

  4

  3

  14

  4

  20

  70 Baik

  4. R_4

  5

  4

  4

  17

  4

  16

  4

Tabel 4.2 : Data hasil observasi ( putaran II )

  No Responden Aspek Konsepsi School

  Based Inset f N P (%) Kategori W

  

I T P

  1. R_1

  3

  3

  5

  5

  15

  20

  75 Baik

  2. R_2

  4

  3

  20

  9. R_9

  8. R_8

  4

  4

  4

  16

  20

  80 Baik

  5

  7. R_7

  5

  4

  4

  18

  20

  90 Sangat Baik

  4

  80 Baik

  80 Baik

  20

  5. R_5

  3

  4

  4

  3

  14

  70 Baik

  20

  6. R_6

  4

  4

  4

  4

  16

  77 Keterangan: W : Wawasan, I: Intelektual, T: Teknologi dan IPTEK, P: Presentasi

  School Action Research 2.

   Pembahasan Dari Hasil penelitian terhadap kompentensi guru dalam melaksanakan tugas mengajar di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur

  Kabupaten Banjarnegara sangatlah menggembirakan artinya guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas, semakin menunjukkan hasil yang diharapkan oleh peneliti sebesar 77% kategori baik. Guru dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya dalam memberikan materi di depan kelas, guru mempunyai visi yang lebih mengedepankan wawasan intelektual yang mengkaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru memiliki kapasitas menciptakan model-model pembelajaran yang lebih inovatif dan menggairahkan kondisi kelas sehingga peserta didik secara otomatis termotivasi oleh teknik pembelajaran yang baik dan benar, yang muara akhirnya adalah hasil prestasi

belajar peserta didik dapat meningkat. Hal ini juga tercatat dalam tabel berikut :

  

Tabel. 4.3

Analisis terhadap kompetensi guru dalam konsepsi School Based Inset

  

No. Implikasi konsepsi Frekwensi Prosentase

School Based Inset

  Rata-rata Rata-rata

  1. Perencanaan dan Program Kerja Mengajar 85 80,80

  2. Penyusunan Rencana Pembelajaran inovatif 83 81,06

  3. Aplikasi pengajaran di kelas yang up to date 80 82,39

  4. Efektifitas pembelajaran di kelas 80 87,58 Rata-rata

  80,0

  Data yang diperoleh dari hasil observasi pada putaran I dan putaran II sikap guru dalam menerima konsepsi School Based Inset dan mempraktekkan di kelas kategori baik, dengan rata-rata nilai 80, guru-guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara sangat antusias menerima konsepsi School Based Inset dan mempraktekkannya dengan baik . Sedangkan dari hasil penilaian terhadap penilaian dalam implementatif di kelas cukup baik .

  Memperhatikan hasil pada putaran II melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada putaran II ini sudah ada peningkatan kemampuan dan potensi guru-guru di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dalam mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik yaitu 8,00. Penelitian Tindakan Sekolah

  untuk membedakan hasil sebelum dan sesudah diadakan school based inset dapat kami rangkum dalam tabel berikut:

  1. Kesimpulan

  80 Sebelum School Based Inset Sesudah School Based Inset Mean

  60

  40

  20

  2. School Based Inset mempunyai peranan penting bagi upaya peningkatan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar, sebab menjadikan guru lebih maju, berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern.

  School Based Inset di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara menjadi instrumen yang sangat penting guna memajukan sistem pengajaran di kelas.

  Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa : 1.

Gambar 4.2 Perbedaan hasil penelitian

  

Tabel 4.4

Perbedaan Pengajaran Dalam konsepsi School Based Inset

  

menunjukan bahwa school based inset memberikan kontribusi positif

terhapa peningkatan profesionalisme guru.

  16 Perbedaan hasil penelitian dapat disajikan dalam gambar berikut, untuk

  16

  8.77 N (jumlah responden)

  7.48

  77.0 Sdt. Deviasi

  56.0

  Uji-t Observasi KBM Sebelum School Based Inset Sesudah School Based Inset Mean

E. KESIMPULAN DAN SARAN

  School Action Research 3.

  Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diadakan

Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 11

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI

0 0 4

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS 4 DI SD NEGERI DADAPAYAM 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS IV SD N KALISARI 3 KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI 1 KALIPANG KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20142015 Skripsi

0 0 16

114 PENINGKATAN KINERJA MELALUI SUPERVISI EDUKATIF PERIODIK BAGI GURU SD NEGERI 1 TAWANGHARJO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 20162017 Solikhin

0 1 11

PENGARUH PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 4 SD GUGUS PERAHU KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS 5 SD NEGERI BUTUH 1 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI TEKNIK LATIHAN BERJENJANG PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 JATIPURO TAHUN PELAJARAN 20142015

0 1 25